You are on page 1of 7

A. FUNGSI AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA a.

Pendahuluan Dalam menjalani hidup, manusia memerlukan agama sebagai pedoman dalam membimbing dan mengarahkan kehidupannya agar selalu berada di jalan yang benar. Agama diturunkan oleh Allah seungguhnya untuk kebaikan umat manusia, karena agama memberikan rambu-rambu yang jelas bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan Allah, sesama manusia, dan alam. b. Alasan alasan Manusia Perlu Beragama Pada dasarnya manusia memiliki keterbatasan pengetahuan dalam banyak hal, baik mengenai sesuatu yang tampak maupun yang gaib, dan juga keterbatasan dalam memprediksi apa yang akan terjadi pada dirinya dan orang lain, dan lainb sebagainya. Oleh karena keterbatasan yang dimiliki itulah maka manusia memerlukan agama untuk membantu dan memberikan pencerahan spiritual pada dirinya. Manusia membutuhkan agama tidak sekedar untuk kebaikan dirinya di hadapan Tuhan saja, melainkan jugauntuk membantu dirinya dalam menghadapi bermacam-macam problema yang terkadang tidak dapat dipahaminya. Selain daripada itu agama juga memebri isyarat kepada manusia dan alam bahwa ada Zat yang lebih unggul, Zat Yang Maha segalanya, yang disitu manusia perlu bersandar kepada-Nya melalui medium agama. Kita perlu bersandar dan berpasrah (tawakkal) kepada-Nya melalui agama karena agama menjadi tempat bagi kita untuk mengadu dan bekomunikasi dengan Tuhan. Kepasrahan kita kepada Tuhan didasarkan pada suatu ajaran bahwa manusia hanya bisa berusaha, Tuhan yang menentukan. Di sisi lain dalam kehidupan sosial, bagi seorang muslim, agama diperlukan untuk menjadi dasar dalam menata kehidupannya, baik ekonomi, politik, sosial, budaya maupun aspek lainnya sehingga kehidupannya menjelmakan perilaku yang Islami. c. Fungsi Agama Bagi manusia Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah : 1. Karena agama merupakan sumber moral 2. Karena agama merupakan petunjuk kebenaran 3. Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.

4. Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka. Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78. Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka yang mensyukurinya. Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan dan rayuan daridalam diri manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu 1. Godaan dan rayuan yang berysaha menarik manusia ke dalam lingkungan kebaikan, yang menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin disebut dengan malak Al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada hidayah ataukebaikan. 2. Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan,yang menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan Disinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran.

Fungsi Agama Kepada Manusia Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang dihuraikan di bawah:

- Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia. Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui inderia manusia, melainkan sedikit

penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWTdan setiap manusia harus menaati Allah SWT

-Menjawab pelbagai soalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia. Sesetangah soalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas mati, matlamat menarik dan untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab soalan-soalan ini.

- Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia. Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah kerana sistem agama menimbulkan keseragaman bukan sahaja kepercayaan yang sama, malah tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama. - Memainkan fungsi kawanan sosial. Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kod etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi kawanan sosial

Fungsi Sosial Agama Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang bersifat positif atau pengaruh yang menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang bersifat negatif atau pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative factor). Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagai faktor integratif dan sekaligus disintegratif bagi masyarakat.

Fungsi Integratif Agama Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggotaanggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang

membantu mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompokkelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat.

Fungsi Disintegratif Agama Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat, dan memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang sama agama juga dapat memainkan peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan menghancurkan eksistensi suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain Fungsi pertama agama, ialah mendefinisikan siapakah saya dan siapakah Tuhan, serta bagaimanakah saya berhubung dengan Tuhan itu. Bagi Muslim, dimensi ini dinamakan sebagai hablun minaLlah dan ia merupakah skop manusia meneliti dan mengkaji kesahihan kepercayaannya dalam menghuraikan persoalan diri dan Tuhan yang saya sebutkan tadi. Perbincangan tentang fungsi pertama ini berkisar tentang Ketuhanan, Kenabian, Kesahihan Risalah dan sebagainya. Kategori pertama ini, adalah daerah yang tidak terlibat di dalam dialog antara agama. Pluralisma agama yang disebut beberapa kali oleh satu dua penceramah, TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. Mana mungkin penyama rataan dibuat sedangkan sesiapa sahaja tahu bahawa asas agama malah sejarahnya begitu berbeza. Tidak mungkin semua agama itu sama! Manakala fungsi kedua bagi agama ialah mendefinisikan siapakah saya dalam konteks interpersonal iaitu bagaimanakah saya berhubung dengan manusia. Bagi pembaca Muslim, kategori ini saya rujukkan ia sebagai hablun minannaas. Ketika Allah SWT menurunkan ayat al-Quran yang memerintahkan manusia agar saling kenal mengenal (Al-Hujurat 49: 13), perbezaan yang berlaku di antara manusia bukan sahaja meliputi perbezaan kaum, malah agama dan kepercayaan. Fenomena berbilang agama adalah seiring dengan perkembangan manusia yang berbilang bangsa itu semenjak sekian lama. Maka manusia dituntut agar belajar untuk menjadikan perbedaan itu sebagai medan kenal mengenal, dan bukannya gelanggang krisis dan perbalahan.

Untuk seorang manusia berkenalan dan seterusnya bekerjasama di antara satu sama lain, mereka memerlukan beberapa perkara yang boleh dikongsi bersama untuk menghasilkan persefahaman. Maka di sinilah, dialog antara agama (Interfaith Dialogue) mengambil tempat. Dialog antara agama bertujuan untuk menerokai beberapa persamaan yang ada di antara agama. Dan persamaan itu banyak ditemui di peringkat etika dan nilai. d. Indikator Manusia yang Beragama Secara substansi ada penjelmaan yang berbeda antara orang yang sungguh-sungguh beragama dan orang-orang yang pura-pura beragama. Perbeedaan itu diantaranya dapat dilihat dalam beberapa hal : 1. Keteguhan Iman Gambaran keteguhan iman seseorang dapat dilihat dari sikap dan perilakunya. Sikap dapat mencerminkan seseorang apakah ia termasuk orang yang teguh dalam memegang prinsip ataukah orang yang mudah terpengaruh. Sedangkan perilaku dapat mencerminkan perbuatan seseorang apakah perbuatannya mengarah pada hal-hal yang 0positif atukah negatif. Seseorang yang memiliki keteguhan iman akan selalu beupaya bahwa kehidupan yang is jalani mtidak boleh bertentangan dengan ajaran agama. Dalam pengalaman hidup manusia, iman akan senantiasa mengalami pasang-surut. Pasang-surutnya iman akan menggambarkan apakah seseorang itu termasuk orang yang teguh imanya ataukah rapuh. 2. Konsistensi dalam Menaati Ajaran Agama Ada sebagian orang yang memahami bahwa kita menjalankan ajaran agama itu secukupnya saja, tidak perlu terlalu taat dan juga tidak sering melanggar ajaran agama. Bahkan ada yangt menganggap kita beragama itu STMJ saja, yaitu shalat terus, maksiat jalan. Hal yang demikian sesungguhnya menunjukkan ketidakkonsistenan kita kepada Allah. Al-quran mengajarkan kita untuk konsisten memegang iman dan menjalankan ajaran agama dengan baik. Dengan konsisten beragama itulah Allah akan memberikan balasan yang lebih baik bagi kita, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam beragama juga terdapat pilar-pilar yang dapat memberikan indikator apakah seseorang telah beragama secara holistik, dalam bahasa agama disebut kaffah(menyeluruh) ataukah parsial saja. Pilar tersebut

mengadopsi pada pilar pendidikan menurut UNESCO, yang dalam istilah agama dapat disandingkan dengan istilah ilmu, amal, dan ihsan. Pilar-pilar yang dimaksud adalah sebagai berikut : Pertama, learning to know atau ilmu (belajar mengetahui), dalam agama seseorang harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat menjalankan ajaran agama dengan baik agar tidak keliru dan agar beragamanya juga lebih berkualitas karena didasarkan pada ilmu. Kedua, learning to do atau amal (belajar untuk mengamalkan), agama tidak sekedar untuk diketahui akan tetapi ia perlu dilakukan secara konkrit atau diamalkan dalam bentuk ibadah-ibadah ritual dan sosial. Konsistensi seseorang dalam beragama dapat dilihat dari apakah dia dapat mejalankan perintah agama dengan baik ataukah tidak, apakah dia dapat meninggalkan apa yang dilarang oleh agama atau tidak. Ketiga, learning to be atau ihsan secara pribadi, agama yang telah diketahui dan diamalkan harus dapat membentuk kepribadian yang baik bagi seseorang yang telah beragama. Dengan kata lain, seseorang harus menjadi pribadi yang baik karena telah mengetahui dan mengamalkan ajaran agama. Keempat, learning to live toghether, dalam beragama bukan hanya sekedar berurusan dengan Allah akan tetapi juga berurusan dengan sesama yang diwujudkan dalam bentuk jalinan hubungan baik dengan sesama. 3. Kesalehan dalam Bersikap dan Berrilaku Seseorang yang telah meneguhkanb keimanannya, kemudian menaati apa saja yang ditetapkan oleh agama, baik dalam bentuk perintah maupun larangan, belum dapat dikatakan sempurna imannya kalau belum mewujudkan kesalehan dalam dirinya. Kesalehan yang perlu diwujudkan dalam kehidupan dehari-hari adalahmembangun kesadaran bahwa kita sesama hamba Allah harus saling berbuat baik kepada sesama, tidak saling membenci, memfitnah, memusuhi, apalagin mencelakakan orang lain. Bagi umat Islam, dalam mewujudkan kesalehan individu dan kesalehan sosial memiliki rujukan keteladanan, yakni pribadi Nabi Muhammad SAW sebagaimana firman Allah : Laqad kanna nlakum fii rasulillahi uswatun hasanah...(QS. Al-Ahzab : 21). Sungguh pada diri Rasulullah itu terdapat suri tauladan yang baik bagi kalian. Dalam hidup bermasyarakat Rasulullah selalu menghadirkan kesejukan, kenyamanan, kemanfaatan,k dan kebaikankebaikan lainnya sehingga lawan pun menjadi segan. Kesalehan yang

demikianlah yang dapat mengantarkan Rasulullah SAW sukses dalam meujudkan masyarakat madani. Perbedaan orang-orang yang sungguh-sungguh dalam beragama dan orang-orang yang pura-pura dalam beragama dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu apakah orang itu imannya teguh atau rapuh, apakah orang itu konsisten menatai ajaran agama ataukah mengabaikannya, apakah orang itu memiliki kesalehan dalam bersikap dan berperilaku ataukah tidak berakhlak (bermoral).

Sumber : http://abdain.wordpress.com/2010/04/11/fungsi-agama-bagi-kehidupan/ Buku Agama

You might also like