You are on page 1of 10

Jika seorang anak melakukan kegiatan ada tujuannya atau maksudnya, kemungkinan besar anak tersebut bukan hiperaktif

tetapi superaktif atau mungkin juga overaktif. Istilah superaktif identik dengan overaktif dimana pada kasus ini anak yang superaktif dan overaktif adalah anak yang memiliki energi berlebih dan juga memiliki banyak ide dan kemampuan inteligensi yang baik sehingga ada saja yang dikerjakannya. Sekilas anak yang superaktif dan overaktif mirip dengan anak yang hiperaktif, sama-sama banyak gerak. Tetapi bila diperhatikan dengan seksama mereka mempunyai perbedaan yang berarti. Anak yang hiperaktif bergerak atau beraktivitas tanpa memiliki tujuan/maksud. Contohnya, anak yang hiperaktif pegang mobil-mobilanya hanya sekedar pegang sebentar kemudian mungkin dilempar/ditinggalkan untuk berlari yang sekedar berlari. Sementara itu, anak yang overaktif ketika memegang mobil-mobilan dia memang bermaksud bermain dengan mobil-mobilannya sehingga dia akan asyik bermain mobil-mobilan sampai puas, setelah puas dia baru beralih ke kegiatan yang lain. Perbedaan yang lain antara anak hiperaktif dan anak overaktif adalah pada permasalahan yang muncul akibat dari perilaku anak. Anak overaktif biasanya tidak memiliki permasalahan yang berarti baik dalam hubungan dengan keluarga, teman sebaya maupun permasalan sekolah. Anak yang overaktif biasanya justru memiliki prestasi sekolah yang baik walau pada kasus tertentu juga terdapat anak overaktif yang memiliki prestasi rendah yaitu pada anak cerdas berbakat yang cenderung aktif juga dapat dikatakan sebagai anak yang superaktif yang juga memiliki gangguan dalam kegiatan belajarnya. Sebaliknya anak yang hiperaktif

biasanya memiliki permasalahan dalam hubungan dengan keluarga, teman sebaya, dan memiliki permasalahan dalam sekolah. Sebenarnya ini tidak terlalu sejalan dengan anak nakal, sebab anak hiperaktif penyebabnya adalah gangguan hormonal, gangguan keseimbangan kimiawi dalam susunan saraf pusat/otak atau bahkan kelainan struktur anatomi otak dan perkembangan otak yang tidak normal, sehingga otak mengalami gangguan fungsi. Banyak juga anak hiperaktif yang latar belakang penyebabnya adalah lingkungan dan faktor emosional serta sosial, antara lain pola mendidik yang salah. Ada juga anak hiperaktif yang hereditair (karena keturunan). Sekilas memang sulit untuk membedakan mana anak yang termasuk mengalami gangguan, dan mana anak yang tidak termasuk mengalami gangguan dan sebagai guru mengidentifikasi

anak yang mengalami hiperaktif adalah salah satu tugas penting karena anak yang mengalami hiperaktif perlu mendapatkan penanganan khusus agar kelak dapat diterima di masyarakat. A. Identifikasi Anak Hiperaktif Ditinjau dari segi psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Jadi anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktifitas (GPPH). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang. Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik (tipe impulsif). Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Disamping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaraan guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. Perbedaan jenis kelamin dapat menentukan peluang seorang anak untuk berperilaku hiperaktif. Anak laki-laki memiliki kemungkinan 3 sampai 4 kali lebih besar untuk menjadi hiperaktif dibandingkan dengan anak perempuan, karena hiperaktivitas (misal, sifat agresif) pada anak perempuan tidak begitu berkembang. Gangguan ini disebabkan kerusakan kecil pada system saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Penyebab lainnya dikarenakan temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsy. Atau bisa juga karena gangguan di kepala seperti gegar otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan. Ada tiga gejala yang mengindikasikan seorang anak memiliki gangguan hiperaktif: 1. Inatensi, yakni rendahnya pemusatan perhatian atau konsentrasi pada anak. Anakanak degan gangguan hiperaktif memiliki kemampuan berkonsentrasi yang sangat rendah. Perhatiannya begitu mudah teralihkan dari satu hal ke hal yang lainnya.

2. Hiperaktif, yakni anak tidak bisa diam. Ia banyak melakukan gerakan-gerakan dan begitu sulit untuk dibuat duduk diam dan tenang. Ia senang berlari-lari, membuat suara-suara berisik, berjalan kesana kemari, dsb. Karena itu, seringkali anak hiperaktif pulang dengan membawa banyak luka akibat ulahnya sendiri. 3. Impulsif, yakni lemahnya menunda respon. Perilaku impulsive ini ditandai dengan ketidakmampuan anak mengendalikan sesuatu. Ia biasa melakukan segala sesuatunya tanpa pertimbangan dan sering kali ditunjukkan dengan ketidaksabaran. B. Jenis- Jenis Anak Hiperaktif Para ahli menggolongkan jenis-jenis anak hiperaktif kedalam 2 bagian utama, yaitu In-atensi dan hiperaktif namun pada kenyataannya juga terdapat anak yang merupakan tipe gabungan dari kedua tipe yang telah disebutkan diatas yang sering di sebut sebagai tipe kombinasi. Berikut akan dipaparkan mengenai ke tiga tipe tersebut.

1. Tipe In-atensi / tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian. Pada tipe ini anak sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada di awang-awang dan mengapa anak demikian juga digolongkan sebagai anak hiperaktif? Hal ini karena gejala hiperaktif ada pada perhatian anak yang sering dan sangat cepat beralih. Dengan kata lain pikiran anaklah yang mengalami hiperaktif, jadi gejala hiperaktif tidak selalu ditunjukkan dengan gerakan yang tak terkendali atau terlalu aktif pada anak. Cirinya adalah sebagai berikut : a. Sering gagal dalam memberi perhatian secara erat, secara jelas atau membuat kesalahan yang tidak terkontrol dalam sekolah, bekerja, maupun aktifitas lainnya. b. Sering mengalami kesulitan dalam menjaga perhatian/konsentrasi dalam menerima tugas atau aktifitas bermain. c. Sering kelihatan tidak mendengarkan ketika berbicara secara langsung d. Sering kesulitan mengatur tugas dan kegiatan. e. Sering menghindar, tidak senang atau enggan mengerjakan tugas yang membutuhkan usaha (seperti pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah). f. Sering kehilangan sesuatu yang dibutuhkan untuk tugas atau kegiatan (permainan, tugas sekolah, pensil, buku dan alat sekolah lainnya).

g. Sering mudah mengalihkan perhatian dari rangsangan dari luar yang tidak berkaitan. h. Sering melupakan tugas atau kegiatan sehari-hari.

2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive. Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil. Tipe hiperaktif implusif berhubungan erat dengan self control pada anak, biasanya anak ini akan mengalami berbagai permasalahan disekolah. Secara tidak langsung anak dengan gangguan hiperaktif tipe ini tidak terdeteksi secara nyata, kebanyakan orang akan beranggapan bahwa anak tersebut mengalami permasalahan dengan

minat,perhatian, tidak termotivasi, kurang berkonsentrasi,atau dianggap tidak displin. Cirinya adalah sebagai berikut : a. Terlihat penuh semangat dalam setiap gerakan dan perilakunya. b. Ia akan menyentuh segala sesuatu yang terbersit dalam pikirannya,bermain atau berlari kesana kemari dan berbicara setiap ada waktu. c. Kesulitan untuk diam, tidak bisa duduk atau mendengarkan,mungkin saja ia menggoyangkan badannya,berjalan kesana kemari, menyentuh benda-benda, mencoret-coret dengan pensil. d. Selalu terlihat sibuk dan selalu mencoba melakukan sesuatu meskipun sudah pernah ia kerjakan sebelumnya. e. Terlihat seperti tidak mampu untuk mengontrol reaksi atau pikirannya sebelum melakukan pekerjaannya. f. Mereka sering berkata tanpa berpikir sebelumnya,mengungkapkan emosi yang tidak terkendali,dan melakukan sesuatu tanpa memperhatikan dampak dan konsekuensinya. g. Tidak sabar menunggu untuk melakukan keinginannya.

3. Tipe gabungan. Anak tipe ini sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif sehingga anak tipe ini merupakan gabungan atau kombinasi antara dua tipe hiperaktif impulsif dan gangguan atensi. Untuk ciri-cirinya juga terdapat kombinasi antara tipe hiperaktif impulsif dan tipe in-atensi. 4

C. Faktor-Faktor Penyebab Hiperaktif Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif antara lain: 1. Faktor Genetik Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar. Anak laki-laki dengan eksra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu memungkinkan hiperaktif dibanding kembar dua telur. 2. Faktor Neurologik Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalahmasalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohl juga meninggikan insiden hiperaktif. Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi. Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan. 3. Faktor toksik Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif. 4. Faktor Kultural dan Psikososial a. Pemanjaan. Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu manis, membujuk-bujuk makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu dimanja itu sering memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya. b. Kurang disiplin dan pengawasan. Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi. Jika anak dibiarkan begitu saja untuk berbuat sesuka 5 telur lebih

hatinya dalam rumah, maka anak tersebut akan berbuat sesuka hatinya ditempat lain termasuk di sekolah. Dan orang lain juga akan sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik di sekolah. c. kesenangan. Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau mendengarkan dan menyesuaikan diri.

D. Masalah yang Muncul Akibat Anak Mengalami Hiperaktif 1. Bagi dirinya a. Tidak focus, Anak dengan gangguan hiperaktif tidak bisa konsentrasi lebih dari 5 menit. Tidak memiliki focus yang jelas dan melakukan suatu tanpa tujuan. Cenderung tidak mampu melakukan sosialisasi dengan baik. b. Intelektualitas rendah, Sering kali anak dengan gangguan hiperaktif memiliki intelektualitas dibawah rata-rata anak normal. Mungkin dikarenakan secara psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreaktifnya. c. Masalah Berbicara, Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbiacara namun sesungguh nya kurang efisen dalam komunikasi.Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik.Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat d. Masalah Fisik, Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma,alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anakanak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya.

2. Bagi orang lain a. Sulit untuk dikendalikan, Anak hiperaktif memang selalu bergerak, nakal. Keinginannya harus segera dipenuhi tidak bisa diam dalam waktu lama dan mudah teralihkan.

b. Impulsif, Melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir lebih dahulu. Selalu ingin meraih dan memegang apapun yang ada didepannya. c. Menentang, Umumnya memiliki sikap penentangan atau pembengkaan atau tidak mau dinasehati. Penolakannya ditunjukkan dengan sikap cuek. d. Destruktif, Destruktif atau merusak. Merusak mainan yang dimainkannya dan cenderung menghancurkan sangat besar tanpa peduli itu miliknya atau bukan. e. Tidak kenal lelah, Sering tidak menujukkan sikap lelah, hal inilah yang sering kali membuat orang tua kewalahan dan tidak sanggup meladeni perilakunya. f. Tidak sabar dan usil, Ketika bermain tidak mau menunggu giliran,tetapi langsung merebut. Sering pula mengusili temann-temannya tanpa alasan yang jelas. Selain yang disebutkan diatas, masalah pada anak hiperaktif juga sering muncul di rumah dan di sekolah. a. Masalah di rumah Dibandingkan dengan anak yang lain,anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikomotorik ( gangguan kesehatan yang disebabkan factor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut.Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang emosional.Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi.Hambatan-hambatan tersebut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun temantemannya.Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat.Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan,banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman.Reaksi anak pun menolak dan berontak.Akibatnya terjadi ketegangan antara orang tua dengan anak.Baik anak maupun orang tua menjadi stress, dan situasi rumah pun menjadi kurang nyaman.Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustasi.kegagalan bersosialisasi dimana-mana menumbuhkan konsep diri yang negative.Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.

b. Masalah di sekolah Anak tidak mau mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik.Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan.Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah.Kecenderungan berbicara yang tinggi akan menganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan

pelajaran.Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca,menulis,bahasa,dan matematika.Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa.

E. Cara Mengatasi Anak yang Hiperaktif Hal utama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan penanganan adalah menerima dan memahami kondisi anak, ini didasari karena keterbatasan dan gangguan yang dialami. Selain itu kerja sama tim yang terdiri dari dokter, dokter spesialis, psikolog, psikiater, guru dan orang tua sangat diperlukan dalam proses identifikasi. Pada beberapa kasus, anak-anak dengan gangguan ini membutuhkan terapi, seperti terapi remedial, terapi integrasi sensori maupun terapi yang lain yang sesuai dengan kebutuhannya. 1. Stimulan Sebagian besar anak-anak penderita hiperaktif mendapat perawatan medis berupa obat-obatan stimulan. Stimulan dapat dipercaya dapat meningkatkan produksi dopamine dan norepinephrine yaitu neurotransmitter otak yang penting untuk kemampuan memusatkan perhatian dan mengontrol perilaku. Mengkonsumsi stimulant, anak akan mengikuti terapi dan modifikasi perilaku. Setelah terapi dan modifikasi perilaku membuahkan hasil, dosis stimulan akan dikurangi secara bertahap sampai akhirnya lepas obat sama sekali. 2. Diet modifikasi Anak-anak penderita hiperaktif melaksanakan diet tanpa makanan pencetus energi, yaitu makanan yang mengandung salisilat alami, seperti jeruk, apel, apricot, beri dan anggur. Juga makanan yang mengandung zat tambahan buatan, seperti pengawet, pemanis, pewarna, penyedap. 3. Rawatan Akupunktur dan Herba 4. Terapi , terdapat tiga terapi yang dapat digunakan untuk melatih konsentrasi anak yaitu, Permainan Bola yaitu memimta anak mendribel bola hingga 5-10 menit, Go 8

and No Go Test dimana latihan ini dilakukan menggunakan warna atau huruf. StopThink-Go yaitu sebelum melakukan tindakan, minta anak agar diam dulu. 5. Menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki.Caranya adalah sebagai berikut : a. Ekstingsi, yaitu tidak merespon tingkah laku yang tidak dikehendaki sampai anak menghentikannya. Misalnya, guru mengabaikan siswa yang berbicara tanpa mengangkat tangan terlebih dahulu atau guru dan teman-temannya mengabaikan anak yang mengganggu sampai ia bosan atau sadar bahwa guru dan temannya tidak terpancing. b. Satiasi, yaitu memberikan apa yang anak inginkan sebelum menuntutnya. Misalnya, memberikan perhatian sebelum menuntut perhatian, segera beralih pada kegiatan lain sebelum anak merasa bosan, anak yang suka memukul-mukul meja mintalah anak tersebut untuk terus memukul meja. c. Time Out, Anak dipindahkan dari tempat dimana tingkah laku yang tidak dikehendaki terjadi. d. Hukuman. Cara ini jarang diterapkan karena khawatir dampak negatifnya, namun jika akan diterapkan maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut ini : 1) Diberlakukan untuk perilaku yang sangat membahayakan dan agar tidak berlanjut misalnya perilaku agresif 2) Jika prosedur lain tidak berhasil 3) Berikan hukuman ringan yang terbukti efektif, jangan menghukum dalam keadaan marah. e. Mengembangkan tingkah laku yang dikehendaki. Untuk melakukannya dapat dilakukan dengan cara penguatan. Setiap perilaku yang dikehendaki akan memperoleh penguatan berupa imbalan.Imbalan dapat berupa benda atau pujian.

Selain itu beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif dirumah maupun disekolah : 1. Solusi Mengatasi Anak Hiperaktif Di Dirumah a. Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas dengan mengenali kelebihan dan bakat anak dan membantu anak dalam bersosialisasi. b. Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti pujian.

c. Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya d. Menerima keterbatasan anak, membangkitkan rasa percaya diri anak dan bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya. e. Disamping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua. f. Membina hubungan yang baik antara orang tua dengan anak

2. Solusi Mengatasi Anak Hiperaktif Di Sekolah a. Menempatkan anak di bangku yang dekat guru, di antara anak yang tenang dan amat memperhatikan pelajaran. b. Menghindari menempatkan anak di dekat jendela, pintu terbuka atau gambar atau lukisan yang warnanya cerah karena akan merusak konsentrasinya. c. Menatap anak saat berkomunikasi. d. Menyingkirkan perlengkapan yang tidak diperlukan di meja belajar anak, supaya perhatiannya tidak pecah. e. Sesekali menggunakan kontak fisik, seperti memegang bahu atau menepuk punggung anak untuk memfokuskan perhatiannya. f. Memberikan pujian bila anak tenang. g. Memberitahukan orang tuanya agar menyediakan tempat belajar yang tenang, jauh dari televisi atau musik keras. h. Perlu adanya latihan kedisiplinan dalam menaati peraturan untuk semua siswa, i. Perlu pendekatan dan perhatian khusus dari guru dalam hal menenangkan emosinya, konsentrasi belajar, perhatian kasih sayang, j. Penyederhanaan tugas pada materi yang tidak begitu diminati, k. Metode dan pendekatan yang bervariasi, misal bercerita, tanya-jawab, pekerjaan tangan, pemberian tugas, bermain dll. l. Alat peraga yang menarik perhatiannya agar tidak bosan, m. Mengingatkan orang tuanya agar melatih anak melakukan kegiatan secara teratur / terjadwal saat waktu tertentu (misalnya bangun, mandi, belajar, makan, tidur, baca buku, main dll). n. Mendorong orang tuanya untuk melatih anak menyiapkan keperluan sekolah sebelum tidur, sehingga tidak tergesa-gesa di saat akan berangkat sekolah.

10

You might also like