You are on page 1of 24

INSTITUTE PERBANAS

EKONOMI PEMBANGUNAN
TEORI PEMBANGUNAN DAN PENGALAMAN PEMBANGUNAN & PERDEBATAN TENTANG KEBIJAKAN PERDAGANGAN: PROMOSI, EKSPOR, SUBTITUSI IMPOR DAN INTEGRASI EKONOMI
YF. MAMIDA 0912000022 DITA YUNIAR RACHMI 0912000188 MUHAMMAD ARVAN 0912000079

2011

JL.

PERBANAS, KARET KUNINGAN, SETIABUDI JAKARTA INDONESIA

12940

Teori Perdagangan dan Pengalaman Pembangunan


A. Arti Penting Perdagangan dan Keuangan Internasional Perdagangan internasional telah memainkan peran yang sangat penting (meski tidak dapat berdiri sendiri) hampir di sepanjang sejarah pembangunan di Negara berkembang. Di semua kawasan dunia ketiga, ekspor untuk produk produk primer secara tradisional merupakan bagian yang cukup besar dan penting dari total produk nasional bruto di masing masing Negara. Di sejumlah Negara berkembang yang relative kecil, hasil hasil pertanian dan berbagai produk primer (primary product) atau komoditi di peroleh dari hasil penjualan yang dilihat dari GNP moneter. Selain itu, di Negara dunia ketiga juga mengalami ketergantungan ekspor (export dependence) dimana produk produknya diliputi oleh factor resiko dan factor ketidakpastian yang sangat besar. Oleh karena itu, wajar wajar saja bila negara negara berkembang pada umumnya tidak menghendaki ketergantungannya itu secara terus menerus. Selain masalah ketergantungan ekspor, banyak negara berkembang yang juga tergantung akan impor pada bahan bahan mentah tertentu, mesin mesin dan aneka peralatan modern dan lain lain yang siap pakai guna menggerakkan proses industrialisasi dan memenuhi peningkatan konsumsi dari penduduknya. Bagi sebagian besar negara dunia ketiga, permintaan akan impor sering kali melampaui kapasitas dalam menciptakan pendapatan devisa dari kegiatan kegiatan ekspor. Dimana akan mengakibatkan defisit yang kronis pada neraca pembayarannya. Oleh karena defisit pada pos neraca transaksi berjalan tidak bisa lagi ditutup dengan surplus pada pos neraca modal. Dimana neraca transaksi ( current account ) adalah bagian dari neraca pembayaran yang khusus mencatat transaksi transaksi dan selisih antara penerimaan devisa dari ekspor dan pembayaran devisa untuk impor. Sedangkan neraca modal (capital account) adalah neraca pembayaran yang khusus mencatat arus masuk dan keluar dana dana pinjaman dan investasi asing. Karena kondisi defisit terjadi secara terus menerus, maka dengan sendirinya jumlah utang luar negeri dari negara tersebut semakin besar.

Pada tahun 1980-an,

kombinasi

masalah lonjakan defisit

perdagangan menimbulkan akselerasi pelarian modal ke luar negeri yang menyusutkan cadangan devisa dan telah memaksa banyak pemerintah dunia ketiga untuk memberlakukan program program stabilisasi serta serangkaian kebijakan moneter dan fiskal yang ketat. Dalam hal ini, kelebihan pengeluaran devisa tidak berkaitan dengan ketidakmampuan pemerintah negara negara dunia ketiga dalam menangani soal soal financial, melainkan lebih banyak diakibatkan oleh kerapuhan perekonomian mereka terhadap gejolak gejolak ekonomi global. Jadi perdagangan dan keuangan internasional itu merupakan salah satu cabang ilmu ekonomi yang paling tua sekaligus yang paling controversial. Dimana hubungan perdagangan dan keuangan internasional khususnya dalam konteks pembangunan terjadi karena, begitu pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi yang telah menjadikan dunia ini sebagai sebuah global village.

B. Arti Penting Perdagangan bagi Pembangunan : 1. Arti Penting Ekspor Bagi Negara negara Berkembang Volume, nilai dan struktur perdagangan dunia telah mengalami banyak perubahan. Dimana pada gilirannya mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di banyak negara berkembang yang bersangkutan dan disertai dengan peningkatan jumlah pengangguran, serta meluasnya kemiskinan. Bagi sebagian negara berkembang yang berpendapatan rendah dan menengah, ekspor komoditi komoditi primer masih menyumbangkan lebih dari tiga perempat pendapatan ekspor. Meskipun angka angka volume dan nilai ekspor negara negara dunia ketiga secara keseluruhan serta laju pertumbuhannya itu merupakan indicator yang sangat penting, namun angka angka agregat itu cenderung menutupi arti penting relative perdagangan terhadap kondisi dan kemantapan perekonomian di masing masing negara berkembang itu sendiri. Pemahaman tentang arti penting relative atas pendapatan ekspor komoditi bagi setiap negara berkembang itu dilihat dari segi posisi atau letak

geografisnya. Namun, pendapatan nasional dari berbagai negara dunia ketiga ternyata bergantung kepada hubungan perdagangan internasional dari pada negara negara yang paling maju. Dimensi krisis atas saldo neraca perdagangan barang dari negara dunia ketiga berkaitan erat dengan dominannya komoditi primer dalam total komposisi ekspor. Meski telah ada peningkatan dalam ekspor produk produk manufactur dari dunia ketiga yang meliputi sekitar tiga perempat dari total produk tersebut. Sedangkan untuk negara negara berkembang, masih mengandalkan pendapatan ekspornya dari komoditi primer atau bahan mentah tradisional. Namun secara riil, nilai ekspor komoditi dari dunia ketiga itu cenderung terus menurun, dan ini bertolak belakang dengan terus meningkatnya nilai riil ekspor produk manufactur dari negara negara maju dalam periode yang sama.

2. Elastisitas Permintaan dan Gejolak Pendapatan Ekspor Di dalam menjawab pertanyaan mengapa kinerja ekspor mayoritas negara berkembang senantiasa relative lemah bila dibandingkan dengan kinerja ekspor negara negara kaya berkaitan erat dengan petunjuk penting tentang apa yang disebut sebagai konsep elastisitas permintaan. Sebagian besar penilitian yang telah dilaksanakan mengenai pola permintaan dunia telah berhasil di ungkapkan bahwa elastisitas permintaan dari pendapatan untuk komoditi komoditi primer relative rendah. Artinya, persentase kenaikan permintaan lebih kecil dari pada kenaikan pendapatan. Selain itu juga ada elastisitas permintaan dari harga (price elasticity of demand) atas penawaran dari komoditi komoditi primer yang cenderung rendah (inelastis), maka setiap pergeseran pada kurva permintaan atau kurva penawaran akan mengakibatkan gejolak harga yang tajam. Dan untuk kedua fenomena elastisitas inilah yang menjadi sumber atas terciptanya gejolak pendapatan ekspor (export earnings instability) dimana yang mengakibatkan kian rendah dan sulit dipastikannya pertumbuhan ekonomi dari negara negara yang mengalaminya.

C. Dasar Dasar Pertukaran ( Terms of Trade ) dan Pemikiran PrebischSinger Masalah penurunan harga relative atas berbagai macam komoditi primer selama beberapa dekade terakhir ini membawa kita pada dimensi kuantitatif dimana nilai total atas pendapatan ekspor dari suatu negara tidak hanya ditentukan oleh volume atau jumlah produk yang dieskpor melainkan juga oleh harganya. Demikian juga untuk impor, beban pembayaran terhadap suatu negara tidak hanya ditentukan oleh jumlah atau volume impornya saja tetapi juga pada harganya. Jelas bila harga produk ekspor dari suatu negara secara relative menurun jika dibandingkan dengan harga produk impornya, maka negara tersebut harus menjual lebih banyak demi mendapatkan produk impornya dalam jumlah yang sama seperti masa masa sebelumnya, sebelum terjadi penurunan harga atas produk ekspor. Dalam kalimat lain, biaya oportunitas (opportunity cost) social atau riil atas suatu unit impor akan meningkatkan bagi suatu negara bila harga ekspor negara itu mengalami penurunan relative terhadap harga produk impornya. Para ekonom memiliki beberapa nama untuk menyebut hubungan atau rasio antara harga dari satu unit produk ekspor / impor tertentu. Dan istilah yang paling popular untuk hal tersebut adalah nilai tukar perdagangan atau dasar dasar pertukaran (terms of trade) dengan rumusan sebagai berikut : Px / Pm. Dimana Px dan Pm masing masing melambangkan indeks harga ekspor dan impor yang dihitung pada periode perhitungan yang sama (mis. 1985 = 100). Dasar pertukaran dikatakan menurun jika Px / Pm menurun atau dengan kata lain bila harga harga produk ekspor secara relative mengalami penurunan terhadap produk impor. Dan secara historis, harga harga barang primer mengalami penurunan relative terhadap harga harga produk manufaktur. Pada dasarnya, argument argument yang menentang upaya pengembangan ekspor produk primer dan yang menitikberatkan pentingnya bagi negara berkembang untuk mendiversifikasi produk produk manufaktur demi merambah pasar internasional, banyak bersumber dari terus merosotnya dasar pertukaran negara negara berkembang tersebut. Salah satu argument

pesimisme yang paling menonjol dan di kenal adalah dari pemikiran Prebisch-Singer (Prebisch-Singer tesis) yang diambil dari nama dua pakar ekonomi pembangunan. Mereka berpendapat bahwa nilai tukar perdagangan Dunia Ketiga akan menurun akibat rendahnya elatisitas permintaan produk primer terhadap perubahan pendapatan dan harga harga.

D. Teori Tradisional tentang Perdagangan Internasional Sebenarnya mengapa manusia berdagang? Pada dasarnya

perdagangan terjadi karena itu memang hal yang saling menguntungkan. Ini terjadi karena jika seseorang menghendaki sesuatu barang yang tidak ia miliki tetapi orang lain memilikinya, maka ia bisa mendapatkan dari orang tersebut. Karena mustahil jika seseorang tersebut membuat segala sesuatu yang dibutuhkannya. Maka dari itu, mereka bisa memanfaatkan keunggulan komparatif entah dalam bentuk kekayaan sumber daya tertentu atau kemampuan alamiah. Atas dasar keunggulan komparatif ini, munculah spesialisasi. Dimana spesialisasi ini adalah pihak yang menyediakan sesuatu yang paling dikuasainya. Selain itu prinsip keunggulan komparatif muncul karena sebagai landasan utama bagi teori perdagangan internasional yang menegaskan bahwa suatu negara akan memproduksi dan mengekspor jenis jenis barang yang biaya relatifnya rendah. 1. Kelimpahan Relatif Faktor (Produksi) dan Spesialisasi Internasional : Model Neoklasik Teori teori klasik perdagangan bebas yang bertumpu pada konsep keunggulan komparatif pada dasarnya merupakan model model yang statis karena hanya didasarkan pada satu variable input / factor produksi saja. Teori teori tersebut menonjolkan pendekatan secara menyeluruh untuk menunjukkan manfaat atas keuntungan yang bisa di dapat oleh setiap negara yang mau menjalin hubungan perdagangan internasional. Teori perdagangan kelimpahan faktor (factor-endownment trade theory) atau teori proporsi variable (variable-proportions theory) Hecksher-Ohlin memungkinkan munculnya dampak dampak pertumbuhan ekonomi terhadap pola - pola perdagangan, serta dampak yang ditimbulkan

perdagangan terhadap kondisi perekonomian nasional dan selisih hasil dari berbagai faktor produksi. Dimana teori kelimpahan faktor produksi dilandaskan pada dua pemikiran pokok, yaitu : Setiap jenis produk membutuhkan aneka faktor produksi dalam proporsi yang berbeda beda. Proporsi atas faktor faktor produksi yang benar benar digunakan untuk menghasilkan setiap jenis produk akan ditentukan oleh harga relatifnya. Namun terlepas dari harga masing masing faktor produksi, model kelimpahan faktor ini mengasumsikan bahwa hanya ada dua jenis produk yaitu, yang bersifat padat modal dan bersifat padat karya. Setiap negara memiliki kelimpahan faktor produksi yang berlainan. Sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, memiliki relative banyak modal per pekerja sehingga merupakan negara negara yang kaya modal. Sementara itu banyak negara yang secara relative lebih banyak mempunyai faktor produksi tenaga kerja dari pada faktor produksi modal. Secara umum, negara negara maju memang cenderung kaya modal, sedangkan di lain pihak negara negara dunia ketiga cenderung kaya akan tenaga kerja. Sebagai contoh : Kesimpulan yang dapat diambil oleh model perdagangan bebas neoklasik adalah bahwa semua negara akan diuntungkan seandainya mau melibatkan diri dalam perdagangan internasional, selain itu kegiatan perdagangan tersebut juga bermanfaat memperbesar total ouput dunia. Namun di luar kesimpulan ini, masih ada hal hal penting yang harus dibahas, yaitu : 1) Berhubungan dengan meningkatkan biaya oportunitas akibat pengalihan sumber daya dari jenis komoditi yang satu dengan yang lainnya dengan intensitas yang berbeda. 2) Keseragaman teknologi produksi di semua negara dengan menyamakan rasio rasio harga produk domestic dengan harga rasio perdagangan internasional.

3) Dalam lingkungan domestic, diprediksikan bahwa imbalan ekonomis bagi pemilik sumber daya akan meningkat seiring dengan tingginya tingkat permintaan akan sumber daya tersebut. 4) Memungkinkan setiap negara terlibat untuk memperbesar batas batas kemungkinan produksinya sekaligus menjamin kebutuhan konsumsi produk impor yang diyakini dapat merangsang pertumbuhan ekonomi.

P
A

Rasio harga Domestik, (Pa/Pm)T Rasio Harga Internasioanl, Pa/Pm

Pertanian

Negara-negara dunia ketiga (tanpa adanya perdagangan, tingkat produksi maupun konsumsi akan berada dititik A, tetapi jika ada perdagangan internasional, maka produksi akan berada dititik B, sedangkan konsumsi di C dan ekspor BD, impor DC.

P B D A C

Rasio harga internasioanl, Pa/Pm Rasio harga domestik, (Pa/Pm)R 0 Pertanian

Negara-negara maju (tanpa adanya perdagangan, tingkat produksi maupun konsumsi akan berada dititik A, tetapi jika ada perdagangan internasional, maka produksi akan berada dititik B, sedangkan konsumsi di C dan ekspor BD, impor DC.

2. Teori Perdagangan dan Pembangunan : Argumen argument Tradisional Rangkuman jawaban jawaban teoritis dari model perdagangan neoklasik atas kelima pertanyaan fundamental mengenai perdagangan dan pembangunan, yang masing masing di jawab sebagai berikut : 1) Perdagangan merupakan faktor penting guna merangsang pertumbuhan ekonomi di setiap negara. Perdagangan juga akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia, dan menyediakan akses ke sumber sumber daya langka dan pasar internasional untuk berbagai produk ekspor. Dan untuk negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. 2) Perdagangan cenderung mempromosikan pemerataan atas distribusi pendapatan dan kesejahteraan domestic maupun internasional. Hal ini berlangsung melalui suatu proses penyamaan harga harga faktor produksi di semua negara, peningkatan pendapatan riil setiap negara yang terlibat dalam kegiatan perdagangan internasional, serta memacu efisiensi penggunaan sumber daya di setiap negara yang pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya dunia secara keseluruhan. 3) Perdagangan dapat membantu semua negara dalam menjalankan usaha usaha pembangunan melalui promosi serta pengutamaan sector sector ekonomi yang mengandung keunggulan komparatif /

keunggulan efisiensi produktivitas di setiap negara. 4) Jika perdagangan dunia yang bebas benar benar tercipta, maka harga dan biaya produksi internasional akan mampu berfungsi sebagai determinan yang pokok mengenai seberapa banyak sebuah negara harus berdagang dalam rangka memaksimalkan kesejahteraan

nasionalnya. 5) Untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya, setiap negara perlu merumuskan dan menerapkan kebijakan kebijakan yang berorientasi ke lingkungan internasional.

E. Kritik Kritik Terhadap Teori Perdagangan Bebas Tradisional Atas Dasar Pengalaman Nyata Negara Negara Dunia Ketiga 1. Sumber Daya Baku, Penyerapan Faktor Produksi Secara Penuh (full employment), dan Immobilitas Modal dan Tenaga Kerja Terampil Secara Internasional Asumsi awal mengenai kondisi statis pertukaran internasional merupakan jantung dari seluruh teori teori tradisional mengenai perdagangan dan keuangan. Namun dalam kenyataannya perekonomian dunia ditandai oleh perubahan yang serba cepat dan tidak ada sumber daya yang baku. Hal ini terjadi atas sumber sumber daya tertentu yang paling penting bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya. Dan dalam menyerap faktor produksi secara penuh (full employment) terkandung dalam model perdagangan internasional. Dimana ada dua kesimpulan yang dapat diambil oleh para ekonom berkaitan dengan masih banyaknya pengangguran di negara berkembang adalah kurang optimalnya penyerapan sumber daya dalam mengembangkan peluang kapasitas produktif dan GNP dengan sedikit / tanpa biaya tambahan riil. Berikut grafik : Dan immobilitas faktor faktor produksi secara internasional justru merupakan unsur yang paling tidak realistis. Ketidakrealistisan ini hanya bisa dikalahkan oleh asumsi persaingan sempurna. Mobilitas faktor produksi antar negara mencapai titik puncaknya ketika hadirnya perusahaan perusahaan multinasional. Mungkin perkembangan yang terpenting dalam hubungan ekonomi internasional adalah lonjakan spektakuler kekuatan dan pengaruh perusahaan raksasa internasional. 2. Teknologi Baku yang Tersedia Secara Bebas dan Konsep Kedaulatan Konsumen Jika dikembangkan dan dikelola dengan baik, teknologi produksi sama ampuhnya dengan sumber daya financial dalam memaksimalkan keuntungan bagi siapa saja di dunia ini yang menjadi pemiliknya.

Kemajuan teknologi senantiasa memberi pengaruh yang sangat besar terhadap hubungan perdagangan global. 3. Mobilitas Faktor Internal dan Persaingan Sempurna : Tingkat Hasil yang Semakin Meningkat, Persaingan Tidak Sempurna dan Pasar pasar yang Dikontrol Teori perdagangan tradisional mengasumsikan bahwa setiap negara bisa menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan kondisi pada harga harga dan pasar pasar dunia. 4. Tidak adanya Kiprah Pemerintah dalam Hubungan hubungan Internasional Dalam setiap perekonomian domestic, selalu ada daerah daerah yang secara ekonomis maju, berdampingan dengan daerah daerah yang secara ekonomis terbelakang. Segala bentuk ketimpangan ini, paling tidak secara teoritis hanya dapat diatasi melalui intervensi pemerintah, karena mekanisme pasar pada dasarnya memang tidak memperdulikan ketimpangan ketimpangan yang bertentangan dengan rasa keadilan seperti itu. Dan dalam ketimpangan yang ada pada konteks hubungan ekonomi internasional semakin parah sehubungan dengan adanya kesenjangan kemampuan dan pemerintah dari setiap negara dalam

mempromosikan

melindungi

masing

masing

kepentingan

nasionalnya sendiri. Jadi inti dari masalah ini adalah bahwasanya teori teori tradisional selama ini telah mengabaikan peranan pemerintah yang sesungguhnya sangat penting dalam arena ekonomi internasional. 5. Perdagangan yang Seimbang dan Penyesuaian Harga Internasional Dengan asumsi ini dan tidak adanya pergerakan modal secara internasional, maka teori ini murni dan sama sekali tidak dikenal adanya masalah masalah neraca pembayaran. Dan pihak yang menderita akibat akan masalah neraca pembayaran adalah negara berkembang. 6. Keuntungan keuntungan Perdagangan Bagi Penduduk Suatu Negara Asumsi terakhir dari teori tradisional tentang perdagangan adalah bahwasanya segenap keuntungan perdagangan akan dapat dinikmati oleh seluruh penduduk dari negara negara yang terlibat. Dan inti dari materi

10

ini adalah dengan berkembangnya operasi bisnis perusahaan serta semakin luasnya kepemilikan internasional atas sumber daya, maka angka statistic agregat atas kinerja dan pendapatan ekspor negara Dunia Ketiga bisa menyesatkan karena dengan terbatasnya hasil ekspor yang bisa dinikmati oleh penduduk negara berkembang (penduduk miskin).

11

PERDEBATAN TENTANG KEBIKJAKAN PERDAGANGAN: PROMOSI, EKSPOR, DAN SUBTITUSI IMPOR, DAN INTEGRASI EKONOMI

Tujuan dari pembahasan disini adalah untuk mengungkapkan kondisi kondisi yang dapat mempengaruhi dampak dari kebijakan-kebijakan pemberlakuan tarif terhadap produk-produk impor, kuota fisik, strategi promosi ekspor versus strategi subtitusi impor, perjanjian-perjanjian komoditi internasional, ketentuan penyesuaian nilai tukar atau kurs serta integrasi ekonomi, terhadap negara-negara berkembang dalam kaitannya dengan perdagangan yang mereka lakukan antara satu sama lain dan dengan negara-negara indutri. STRATEGI-STRATEGI PERDAGANGAN BAGI KEPENTINGAN PEMBANGUNAN: Strategi Promosi Ekspor Versus Strategi Subtitusi Impor Menurut rumusan Paul Streeten, kebijakan-kebijakan pembangunan yang berorintasi keluar(outward-looking development policies) adalah suatu rangkaian kebijakan yang tidak hanya mendorong berlangsungnya perdagangan bebas tetapi juga memungkinkan pergerakan secara bebas atas faktor-faktor produksi (modal, tenaga kerja) perusahaan-perusahaan, perusahaan multinasional, dan suatu sistem komunikasi yang terbuka. Kebijakan-kebijakan pembangunan yang berorientasi kedalam (inward looking development policies ) menekankan pada pentingnay usaha-usaha negara-negara berkembang untuk menciptakan suatu pendekatan pembangunan mandiri yayng benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi pembangunannya agar mereka lebih mampu mengenadalikan atau menentukan nasibnya sendiri. Hal ini berarti pemerintah negara-negara dunia ketiga tersebut perlu menerapakan kebijakan yang mendorong proses belajar dan bekerja secara bersamaaan ( learning by doing) dibidang manufaktur dan pengembangan teknologi asli (Indegenous) yang sepenuhnya sesuai dengan kekayaan sumber dayanya sendiri.

12

Dalam kerangka dua pendekatan filosofis besar atas pembangunan telah berlangsung serangakaian perdebatan tahun 1950-an. Perdebatan ini pada dasarnya terjadi antara kubu pendukung perdagangan bebas yang menganjurkan diterapakanya strategi-strategi industrialisasi promosi ekspor yang berorientasi keluar serta kubu proteksionis yang menhganjurkan dipilihnya strategi industrilisasi subtitusi impor yang berorientasi kedalam. Perbedaan antara kedua strategi perdagangan yang terkait dengan pembangunan itu terletak pada kecenderungan para penganjur strategi subtitusi impor (import subtitution/IS) percaya bahwa dalam menjalankan proses pembangunan, negaranegara Dunia Ketiga harus memulainya lewat penggantian berbagai macam produk kebutuhan yang sebelumnya mereka impor dengan produk-produk butatan dalam negeri. Langkah ini bisa diawali dengan: 1. Penggantian produk-produk konsumen yang sederhana 2. Penggantian produk-produk manufaktur yang menggunakan teknologi tinggi Untuk memperlancar usaha tersebut pemerintah dari negara-negara berkembang yang bersangkutan harus melindungi sektor-sektor domestiknya dengan pengenaan tarif yang tinggi dan kuota untuk membendung masuknya produk impor yang berpotensi menyaingi produk-produk domestik. Para penentang perdagangan bebas cenderung memusatkan perhatian pada: 1. Terbatasnya laju pertumbuhan atas permintaan dunia terhadap ekspor primer dari negara-negara Dunia ketiga. 2. Kemerosotan dasar-dasar perdagangan atau nilai tukar perdagangan secara sepihak yang dialami oleh negara negara berkembang penghasil komoditi primer. 3. Terus meningkatnya proteksionis baru dikalangan negara-negara maju terhadap ekspor produk manufaktur dan produk-produk pertanian olahan dari negara negara berkembang. Dasar-dasar perdagangan (terms of trade ) dari negara dari berbagai negaranegara berkembang terus anjlok karena adanya:

13

1. Kontrol oligopolistik dalam pasar produk maupun pasar faktor produksi dinegara-negara maju, ditambah lagi dengan bermunculannya sumber-sumber pemasok alternatif yang secara langsung menyaingi ekspor negara-negara dunia ketiga 2. Lebih rendahnya elastisitas permintaan terhadap pendapatan untuk produk komoditi ekspor negara-negara Dunia Ketiga. Strategi promosi ekspor ( export promotion/EP) menekankan perlunya negaranegara dunia ketiga untuk langsung berusaha mengekspor produk-produknya, baik itu produk-produk primer maupun produ manufaktur dari awal. Kelompok ini menganjurkan pada prinsip-prinsip efisiensi dan keuntungan yang terkandung didalam persaingan dan perdagangan bebas antar bangsa. Bertolak dari strategi promosi ekspor negara-negara berkembang diharapkan membukan wawasannya dan melangkah lebih jauh dari pasar domestik yang sempit itu kepasar-pasar dunia yang lebih luas, serta melenyapkan setiap bentuk proteksi yang oleh aliran ini diyakini hanya menimbulkan distorsi harga dan biaya-biaya. Para pendukung perdaganganb bebas berkeyakinan liberalisasi perdagangan (trade liberalization) yang meliputi upaya-upaya promosi promosi ekspor, devaluasi mata uang domestik, penghapusan segala bentuk hambata-hambatan perdagangan internasional, serta pengikisan distorsi-distorsi harga merupakan syarat penting demi terciptanya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan ekspor. Pendapat ini mereka lontarkan berdasarakn pada keuntungan bahwa perdagangan bebas memiliki beberapa keuntungan yaitu: 1. Perdagangna bebas meningkatakan persaingan, memperbaiki alokasi segenap sumber daya serta menciptakan skala ekonomis di bidang-bidang atau sektorsektor ekonomi dimana negara-negara berkembang memiliki keunggulan komparatif. 2. Perdagangan bebas menimbulkan tekanan-tekanan yang mengarah pada peningkatan efisiensi, perbaikan kulitas produk, serta menyempurnakan mutu teknologi-teknologi produksi.

14

3. Perdagangan bebas memacu pertumbuhan ekonomi, menaikkan nilai laba dan merangsang tabunngan serta investasi yang kemudian semakin memacu pertumbuhan dimas selanjutnya. 4. Perdagangan bebas akan menarik modal, keahlian, dan teknologi dari luar negeri, yang merupakan sumber-sumber daya yang sangat dibutuhkan, tetapi sangat langka di negara-negara berkembang. 5. Perdagangan bebas mendatangkan devisa yang kemudian bisa digunakan untuk keperluan impor. 6. Perdagangan bebas cenderung menghapuskan setiap distorsi harga yang mahal, yang diakibatkan oleh intervensi pemerintah yang salah arah, baik itu dipasar ekspor maupun dipasar valuta asing. 7. Perdagangan bebas meningkatkan pemeratan untuk mendapatkan akses kesetiap sumber daya yang langka, serta memperbaiki kualitas alokasi sumber daya secara keseluruhan. 8. Perdagangan bebas memungkinkan negara-negara berkembang untuk mengambil keuntungan penuh dari reformasi yang dilakukan oleh WTO.

Promosi Ekspor: Berorintasi ke Luar dan Menghadapi HambatanHambatan Perdagangan. 1. Pengembangan Ekspor Komoditi Primer: Permintaan Terbatas, Penyusutan Pasar Negara-negara dunia ketiga berpendapatan rendah yang sampai sekarang pun masih mengandalkan prroduk primer sebagai sumber utama pendapatn ekspor. Kecuali minyak dan beberapa bahan mineral lainnya, laju pertumbuhan nekspor barang-barang primer senantiasa jauh lebih lambat bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan perdagangan dunia pada umumnya. Bahan bahan pengan, produk pertanian non pangan, dan bahan mentah meliputi 40% dari seluruh ekspor negara-negara dunia ketiga.

15

Dari sisi permintaan terdapat 5 faktor yang menghambat cepatnya pengembangan produk-produk primer dari negara-negara dunia ketiga, terutama pengembangan ekspor hasil pertanian ke negara-negara maju: 1. Elastisitas permintaan terhadap tingkat pendapatan (dampak perubahan pendapatan terhadap permintaan) untuk bahan-bahan pangan hasil pertanian dan bahan mentah relatif rendah, apalagi jika dibandingkan dengan elastisitas untuk minyak, bahan-bahan mineral tertentu, produkproduk manufaktur 2. Rendahnya (bahkan mendekati nol) tingkat pertumbuhan penduduk dinegara-negara maju sehingga kenaikan permintaan bahan pangan yang bisa diharapakan oleh negara-negara berkembang dari faktor ini hanya sedikit. 3. Elastisitas permintaan sebagian besar komoditi primer terhadap perubahan harga juga relatif amat rendah. Harga-harga relatif atas produk pertanian terus merosot selama dekade terakhir. 4. Kecuali untuk minyak dan beberapa komoditas, perjanjian komoditas internasional (International commodity agreement) tidak berjalan dengan baik. Tujuan utama untuk menetapkan tingkat output keseluruhan, menstabilkan harga dunia, dan membagi-bagikan kuota keberbagai negara yang menghasilkan komoditi-komoditi tersebut, seperti kopi, teh, tembaga, aluminium dan gul. 5. Kian pesatnya penemuan dan pengembangan barang-barang subtitusi sintesis negara-negara maju. Barang-barang subtitusi sintesis bagi berbagai macam komoditi primer seperti kapas, karet, sisal, rami, kulit, dan bahkan tembaga, yang jauh lebih murah dari pada aslinya itu jelas sangat menghambat terciptanya harga komoditi yang lebih tinggi dan merupakan saingan berat bagi produk asli dipasar ekspor dunia.

16

Disisi penawaran, terdapat faktor yang menghambat pengembangan ekspor komoditi primer dinegara-negara Dunia ketiga. Salah satu diantaranya adalah kekakuan struktural dibanyak sistem produksi dipedesaan negara-negara berkembang seperti terbatasnya sumber daya, iklim yang tidak menguntungkan, tanah yang kelewat gersang, struktur kelembagaan, kondisi sosial ekonomi yang kolot, dan pola penguasaan tanah yang tidak produktif. Dengan demikian, upaya peningkatan ekspor barang primer tidak dapat dijalankan tanpa adanya reorganisasi struktur-struktur sosial ekonomi, yang ditujukan untuk memacu produktivitas pertanian secara keseluruhan dan mendistribusikan manfaatnya secara luas. Tujuan utama setiap strategi pembangunan pedesaan dinegara-negara Dunia ketiga haruslah untuk mencukupi kebutuhan pangan, memberi nafkah, dan memenuhi segala kebutuhan pokok lainnya secara memadai kepada seluruh waraga, dan setelah itu barulah kemudian berusaha mengembangkan ekspornya. Setelah melakukan tugas-tugas pembanguan yang sangat berat ini, negaranegara berkembangtersebut baru dapat memetik manfaat-manfat potensial lainnya dari keunggulan komparatif mereka dalam pasar komoditi primer dunia jika: 1. Bekerja sama secara dan terpadu dengan negara-negara berkembang sesama pengekspor komodit primer lainnya 2. Dibantu oleh negara-negara maju dlam merumuskan dan

menyelenggarakan perjanjian komoditi international 3. Mendapatkan akses yang lebih besar untuk memasuki pasar-pasar negara maju,

Pengembangan

Ekspor

Produk-produk

Manufaktur:

Sedikit

Hasil,

Setumpuk Hambatan

Keberhasilan ekspor selama dasawarsa yang terakhir, telah mendorong argumen-argumen kaum fundamental yang mengagung-agungkan strategi pembanguan yang berorientasi keluar dan pengutamaan mekanisme pasar bebas.

17

Pertumbuahan ekonomi negara-negara berkembang hanya akan dapat dicapai secara maksimal melalui mekanisme pasar bebas, penerapan prinsip kebebasan berusaha, keterbukaan ekonomi dan pembatasan intervensi pemerintah sampai ketaraf minimal.

Keterbatasan peluang peningkatan ekspor ini secara umum disebabkan oleh kuatnya proteksi negara-negara maju terhadap produk-produk manufaktur dari negara negara berkembang yang semakin lama terrnyata semakin ketat. Sebagai contoh 20 dari 24 negara industri maju terkemukan menaikkan tingkat proteksinya terhadap barang-barang manufaktur atau produk-produk olahan dari negara negara berkembang.

Bentuk proteksi yang berpengaruh adalah Perjanjian perdagangan Tekstil dan Garmen (MFA, Multi-Fiber Arrangement), berlaku sampai tahun 2005, yang merupakan sebuah sistem rumit dan sebagian besar terdiri dari kuota bilateral bagi ekspor negara-negara berkembang seperti kapas, wol, dan produk-produk sintesis.

Subtitusi Impor: Berorientasi ke Dalam tetapi masih Memandang Keluar.

Selama dekade 1950 dan 1960 negara-negara berkembang semakin tertekan karena berkurangnya pasar bagi ekspor komoditi-komoditi primer, serta semakin meningkatnya defisit pembayaran. Perhatian negara-negara berkembang teralihkan kesuatu strategi yang disebut sebagai strategi industrialisasi subtitusi impor yang sangat menekankan pada upaya pengembangan sektor-sektor industri didaerah perkotaan. Industrilisasi subtitusi impor adalah serangkaian usaha untuk mencoba mengalihkan komoditi-komoditi yang semula diimpor, biasanya dalah produkproduk manufaktur kesumber-sumber produksi dan penawaran dari dalam negeri. Tahapan pelaksanaan strategi yaitu:

18

1. Pemberlakuan hambatan tarif 2. Membangun industri domestik atau pabrik-pabrik untuk memproduksi barang-barang tersebut.
Harga produk impor dengan adanya tarif pembatas

s
Harga domestik sebelum adanya perdagangan internasional

P3
P1 P2

Harga dunia

Q2

Q1

Q3

S H a P1 r P2 g a P3

Pt= P2 (1+t0) Harga Dunia D

Q2

Q4 Q5 Kuantitas

Q3

Jika tidak ada perdagangan internasional titik ekuilibrium atas harga dan kuantitas produksi berada pada P1 dan Q1 , pada P2 tingkat kuantitas meningkat ke Q1 ke Q3 sementara produsen dapat memasok dari Q1 Ke Q2. Selisih antara kuantitas yang akan dipasok oleh produsen domestik pada tingkat harga dunia P2 tyang lebih murah tersebut (Q2) dan kuantitas yang diminta para konsumen domestik (Q3) merupakn jumlah atau kuantitas impor (garis ab)

19

Strategi Industrilisasi Subtitusi Impor dan Hasil-hasilnya Dampak dari industrilisasi subtitusi impor: 1. Perusahaan-perusahaan yang berkecimpung dalam sektor-sektor yang diproteksi itu ternyata menyalahgunakan perlindungan dan kemudahan yang disediakan oleh pemerintah. 2. Pengambil manfaat utama dari proses subtitusi impor tersebut ternyata adalah perusahaan-perusahaan asing yang sudah beroperasi dinegaranegara berkembang sejak lama. 3. Upaya subtitusi impor tersebut hanya mungkin dilaksanakan dengan adanya impor barang-barang modal dan barang setengah jadi. 1. Industri subtitusi impor kebanyakan merupakan sektor-sektor industri padat modal yang dibangun untuk melayani kebiasaan konsumsi orang-orang kaya 2. Industrii yang tidak terkendali justru memperburuk kondisi serta ekuilibrium neraca pembayaran 4. Meningkatnya tekanan terhadap ekspor komodti primer tradisional. Struktur tarif dan proteksi efektif. Tarif juga berfungsi untuk memnghambat impor barang-barang yang tidak perlu (biasanya barang konsumsi yang mahal). Dengan adanya pembatasan impor baik dengan pemberlakuan kuota maupun tarif, maka pemerintah negara yang bersangkutan lebih leluasa dalam melaksakan upaya-upayanya pembayaran Tingkat proteksi nominal memperlihatkan bobot proteksi (dalam angka-angka persentase) berdasarkan smapai sejauh mana proteksi tersebut menimbulkan selisih atau perbedaan antara harga-harga barang impor di pasar domestik dengan harga yang sebenarnya bila proteksi itu ditiadakan.
t = p - p p

untuk

memperbaiki

keseimbangan

dan

kondisi

neraca

t: Harga akhir (final) p: harga setelah proteksi


20

p: harga sebelum proteksi Tingkat Proteksi Efektif g = v - v v g: Tingkat proteksi efektif v: Nilai tambah setelah proteksi v ; Nilai sebelum proteksi Tingkat Proteksi efektif di sejumlah negara negara berkembang Negara Uruguay Pakistan India Brasil Pantai Gading Thailand Singapura Kolombia Korea Selatan rata-rata tingkat proteksi Efektif( (%) 384 356 69 63 41 27 22 19 -1

Implikasi yang muncul dari analisis atas struktur tarif efektis versus nominal adalah: 1. Kebanyakn pemerintahan dinegara-negara berkembang dalam rangka melaksanakan program-program industrilisasinya, acap kali bertumpu pada strategi atau langkah-langkah subtitusi impor dengan penekanan utama terhadap produksi barang-barang konsumsi karena pasarnya sudah tersedia 2. Tingkat proteksi nominal yang ada dinegara-negara maju terhadap impor dari negara-negara berkembang kelihatannya relatif rendah tetapi sesungguhnya tingkat proteksinya efektif cukup tinggi.

21

Nilai Tukar Valuta Asing, Pengawasan Devisa, dan Keputusan Devaluasi Nilai tukar resmi (Official exchange rate) adalah suatu patoka dimana bank sentral negara yang bersangkutan bersedia melakukan transaksi mata uang setempat dengan mata uang asing dipasar valuta asing yang telah ditentukan. Dalam situasi kelebihan permintaan bank sentral dinegara-negara berkembang memiliki 3 kebikjakan dasar dalam rangka nilai tukar resmi yaitu: 1. Mengimbangi kelebihan permintaan dengan cadangan devisanya 2. Mencoba membatasi kelebihan permintaan terhadap mata uang asing dengan melaksanakan kebijakan perdagangan dan perpajakan yang khusus dirancang untuk mengurangi permintaan terhadap impor 3. Mengatur dan melancarkan intervensi dipasar valuta asing dengan membagikan jatah dari penawaran valuta asing / pengawasan devisa

Pa
Harga valuta asing ( sekian unit mata uang domestik untuk satu unit valuta asing

Pe Pa D 0 M M Jumlah valuta asing Pe adalah Harga ekulibrium valuta asing dengan permintaan dan penawaran terhadap valuta asing sebesar M, apabila pemerintah mempertahankan harga artifisial yang berlebihan pada Pa maka hanya kan berjumlah M, karena harga mahal, begitu pula sebaliknya. Negara-negara ketiga yang ingin membatasi barang impor yang mahal dan tidak diperlukan itu seringkali menetapkan pembatasan impor atau dengan M

22

menetapkan sistem nilai tukar dulisme atau paralel dengan menetapkan dua tingkat kurs yang pertama biasanya jauh diatas yang sebenarya dan dibakukan secara resmi yang dikenakan terhadap impor barang-barang modal dan barang perantara. Sedangkan, yang kedua jauh lebih rendah dari nilai sebenarnya biasa dikenakan dan siftanya tidak resmi bagi impor barang-barang mewah. Tarif Efektif yang dihadapi oleh negara-negara yang dikelompokkan berdasarkan Pendapatan (dalam %, 1997-1998)
16 14 12 10 8 6 4 2 0 sangat miskin < US$ 1/Hari
Sumber bank dunia.

Miskin US$ 1- US$ 2/Hari

Tidak miskin > US$ 2/Hari

23

You might also like