You are on page 1of 9

Standar pelayanan kebidanan Presentation Transcript

1. STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN H.SURANI,M.KES PRODI KEBIDANAN CURUP POLTEKKES KEMENKES BENGKULU 2. A. STANDAR PELAYANAN UMUM 3. STANDAR 1 PERSIAPAN UNTUK KEHIDUPAN KELUARGA SEHAT Tujuan Memberikan penyuluhan kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang bertanggung jawab Standar Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan kehamilan termasuk penyuluhan kesehatan umum, gizi, KB dan kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan yang baik Hasil Masyarakat dan perorangan ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan yang sehat Ibu, keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya tentang fungsi alatalat reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia muda Tanda-tanda bahaya pada kehamilan diketahui oleh keluarga dan masyarakat 4. STANDAR 2 PENCATATAN DAN PELAPORAN Tujuan Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk pelaksanaan penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja Standar Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya: pencatatan semua ibu hamil di wilayah kerja, rincian pelayanan yang telah diberikan sendiri oleh bidan kepada seluruh ibu hamil/bersalin/ nifas dan bayi baru lahir, semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Bidan mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu hamil, ibu dalam proses melahirkan, ibu dalam masa nifas, dan bayi baru lahir. Bidan meninjau secara teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan menyusun rencana kegiatan pribadi untuk meningkatkan pelayanannya 5. Hasil Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik. Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri. Meningkatnya ketertiban masyarakat dalam kehamilan, kelahiran bayi, dan pelayanan kebidanan 6. B. STANDAR PELAYANAN ANTENATAL 7. STANDAR 3 IDENTIFIKASI IBU HAMIL Tujuan Mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya Standar Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur. Hasil Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil. Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu. 8. STANDAR 5 PALPASI ABDOMINAL Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin. Standar Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama & melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu. Hasil Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik. Diagnosis dini kelainan letak, dan merujuknya sesuai dengan kebutuhan. Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain, serta merujuknya sesuai dengan kebutuhan.

9. STANDAR 7 PENGELOLAAN DINI HIPERTENSI PADA KEHAMILAN Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan. Standar Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya. Hasil Ibu hamil dengan tanda preeklamsia mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklamsia. 10. STANDAR 8 PERSIAPAN PERSALINAN Untuk memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil. Standar Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami, keluarganya pada trimester/ memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan aman dan suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu hamil untuk hal ini. Hasil Ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk merencanakan persalinan yang bersih dan aman. Pusalinan direncanakan di tempat yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil. Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin, jika perlu. Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila diperlukan. 11. C. STANDAR PERTOLONGAN PERSALINAN 12. STANDAR 9 ASUHAN PERSALINAN KALA SATU Untuk memberikan pelayanan kebIdanan yang memadai dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi. Standar Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan ibu, selama proses persalinan berlangsung. Bidan juga melakukan pertolongan proses persalinan dan kelahiran yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu, ibu diijinkan memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran. Hasil Ibu bersalin mendapat pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu, bila diperlukan. Meningkatnya cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang ditolong tenaga kesehatan terlatih. Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu/bayi akibat partus lama. 13. STANDAR 10 PERSALINAN KALA DUA YANG AMAN Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi. Standar Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta yang bersih dan aman, dengan sikap sopan d3n penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu, ibu diijinkan memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan. Hasil Persalinan yang bersih dan aman Meningkatnya kepercayaan terhadap bidan. Meningkatnya jumlah persalinan yang ditolong oleh bidan. Menurunnya komplikasi seperti perdarahan postpartum, asfiksia neonatorum, trauma kelahiran. Menurunnya angka sepsis puerperalis . 14. STANDAR 11 PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA Tujuan Membantu secara aktif pengeluamin plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pada persalinan, memperpendek waktu persalinan kala 3, mencegah terjadinya atoni uteri dan retensio plasenta. Standar Secara rutin bidan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga. Hasil Menurunkan terjadinya perdarahan yang hilang pada persalinan kala tiga Menurunkan terjadinya atoni uteri Menurunkan terjadinya retensio plasenta Memperpendek waktu persalinan kala tiga. Menurunkan terjadinya perdarahan postpartum akibat salah penanganan kala tiga.

15. STANDAR 12: PENANGANAN KALA DUA DENGAN GAWAT JANIN MELALUI EPISIOTOMI Tujuan : Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomy jika ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum Standar Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat pada kala dua, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum Hasil Penurunan kejadian asfiksia neonatorum berat Penurunan kejadian lahir mati pada kala dua 16. D . STANDAR PELAYANAN NIFAS 17. STANDAR 13: PERAWATAN BAYI BARU LAHIR Tujuan : Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemia dan infeksi Standar Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah ashiksia, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipoleuni, dan mencegah hipoglikemia dan infeksi, Hasil Bayi baru lahir menerima perawatan dengan segera dan tepat Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai pernafasan dengan baik. Penurunan kejadian hipotermia, asfiksia, infeksi, dan hipoglikemia pada bayi baru lahir. Penurunan terjadinya kematian bayi baru lahir. 18. STANDAR 14 : PENANGANAN PADA DUA JAM PERTAMA SETELAH PERSALINAN Tujuan Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu dan bayi. Meningkatkan asuhan sayang ibu dan sayang bayi. Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya Standar Bidan melakukan Pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi yang paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI. 19. Hasil Komplikasi segera dideteksi dan dirujuk. Penurunan kejadian infeksi pada ibu dan bayi baru lahir. Penurunan kematian akibat perdarahan pasca persalinan primer. Pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama sesudah persalinan. 20. STANDAR 15: PELAYANAN BAGI IBU DAN BAYI PADA MASA NIFAS Tujuan Memberkan pelayanan kepada ibu dan bap sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif. Standar Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit atau melalui kunjungan ke rumah pada hari ke-tiga, minggu ke-dua dan minggu ke-enam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penatalaksanaan tali pusat yang benar penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang, kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB. 21. Hasil Komplikasi Pada masa nifas segera dideteksi dan dirujuk pada saat yang tepat. Mendukung dan menganjurkan pemberian ASI ekslusif. Mendukung penggunaan cara tradisional yang berguna dan menganjurkan untuk menghindari kebiasaan yang merugikan Menurunkan kejadian infeksi pada ibu dan bayi. Masyarakat semakin menyadari pentingriya keluarga berencana/penjarangan kelahiran. Meningkatnnya imunisasi pada bayi. 22. E. STANDAR PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN OBSTETRI DAN NEONATAL

23. STANDAR 16 : PENANGANAN PERDARAHAN DALAM KEHAMILAN PADA TRIMESTER III Tujuan Mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan dalam trimester kehamilan. Standar Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya. Hasil Ibu yang mengalami perdarahan pada trimester III kehamilan segera mendapat pertolongan yang cepat dan tepat. Kematian ibu dan janin akibat perdarahan dalam kehamilan dan perdarahan antepartum berkurang. Meningkatnya pemanfaatan bidan untuk konsultasi pada keadaan gawat darurat. 24. STANDAR 17: PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA EKLAMSIA Tujuan : Mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala gejala pre eklampsia berat dan memberikan perawatan yang tepat dan memadai. Mengambil tindakan yang tepat dan segera dalam penanganan kegawatdaruratan bila eklampsia terjadi Standar Bidan mengenali secara tepat dan dini tanda dan gejala preeklamsia ringan, preeklamsia berat dan eklamsia. Bidan akan mengambil tindakan yang tepat, memulai perawatan, merujuk ibu dan atau melaksanakan penanganan kegawatdaturatan yang tepat. Hasil Penurunan kejadian eklamsia, Ibu hamil yang mengalami preeklamsia berat dan eklamsia mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Ibu dengan tanda-tanda preeklamsia ringan akan mendapatkan perawatan yang tepat waktu dan memadai serta pemantauan. Penurunan kesakitan dan kematian akibat eklamsia 25. STANDAR 18: PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA PARTUS LAMA/ MACET Tujuan Mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan darurat pada partus lama/macet. Standar Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama/macet serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuk untuk persalinan yang aman. Hasil Mengenali secara dini gejala dan tanda partus lama serta tindakan yang tepat. Penggunaan partograf secara tepat dan seksama untuk semua ibu dalam proses persalinan. Penurunan kematian/kesakitan ibu/bayi akibat partus lama. Ibu mendapat perawatan kegawat daruratan obstetri yang cepat dan tepat. 26. STANDAR 19: PERSALINAN DENGAN PENGGUNAAN VAKUM EKSTRAKTOR Tujuan Untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vakum ekstraktor. Standar Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum, melakukannya secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanannya bagi ibu dan janin1bayinya. Hasil Penurunan kesakitan/ kematian ibu/bayi akibat persalinan lama. Ibu mendapatkan penanganan darurat obstetri yang cepat dan tepat. Extraksi vakum dapat dilakukan dengan aman. 27. STANDAR 20: PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN RETENSIO PLASENTA Tujuan Mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta total/parsial. Standar Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan pertolongan partama, termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan. Hasil Penurunan kejadian perdarahan hebat akibat retensio plasenta. Ibu dengan retensio plasenta mendapatkaii penanganan yang cepat & tepat Penyelamatan ibu dengan retensio plasenta meningkat 28. STANDAR 21: PENANGANAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER Tujuan Mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawat daruratan yang tepat pada ibu yang mengalami perdarahan postpartum primer/atoni uteri. Standar Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama kegawat daruratan untuk mengendalikan perdarahan. Hasil Penurunan kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan postpartum primer. Meningkatnya

pemanfaatan pelayanan bidan Rujukan secara dini untuk ibu yang mengalami perdarahan postpartum primer ke tempat rujukan yang memadai (rumah sakit atau puskesmas 29. STANDAR 22: PENANGANAN PERDARAHAN POSTPARTUM SEKUNDER Tujuan Mengenali gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum sekunder dan melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu. Standar Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan Post Partum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan ibu, dan atau merujuknya. Hasil Kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan postpartum sekunder menurun. Ibu yang mempunyai risiko mengdaml perdarahan postpartum sekunder ditemukan dini dan segera ditangani secara memadai 30. STANDAR 23: PENANGANAN SEPSIS PUERPERALIS Tujuan Mengenali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang tepat. Standar Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis, melakukan perawatan dengan segera dan merujuknya. Hasil Ibu dengan sepsis puerperalis mendapat penanganan yang memadai dan tepat waktu. Penurunan kematian dan kesakitan akibat sepsis puerperalis. Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayanan nifas. 31. STANDAR 24: PENANGANAN ASFIKSIA NEONATORUM Tujuan Mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum, mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum. Standar Bidan mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asriksia, serta melakukan tindakan secepatnya, memulai resusitasi bayi baru lahir, mengusahakan bantuan medis yang diperlukan, merujuk bayi baru lahir dengan tepat, dan memberikan perawatan lanjutan yang tepat. Hasil Penurunan kematian bayi akibat asfiksia neonatorum. Penurunan kesakitan akibat asfiksia neonatorum. Meningkatnya pemanfaatan bidan.

...................

STANDAR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN Defenisi Program menjaga mutu tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan standar, karena kegiatan pokok program tersebut adalah menetapkan masalah, menetapkan penyebab masalah,menetapkan masalah, menetapkan cara penyelesaian masalah,menilai hasil dan saran perbaikan yang harus selalu mengacu kepada standar yang telah ditetapkan sebelumnya sebagai alat menuju terjaminnya mutu. Pengertian standar itu sendiri sangat beragam, di antaranya:

Standar adalah sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu. Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan. Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal, atau disebut pula sebagai kisaran variasi yang masih dapat diterima (Clinical Practice Guideline, 1990).

DLL

Berdasarkan batasan tersebut di atas sekalipun rumusannya berbeda, namun terkandung pengertian yang sama, yaitu menunjuk pada tingkat ideal yang diinginkan. Lazimnya tingkat ideal tersebut tidak disusun terlalu kaku, namun dalam bentuk minimal dan maksimal (range). Penyimpangan yang terjadi tetap masih dalam batas-batas yang dibenarkan disebut toleransi (tolerance). Sedangkan untuk memandu para pelaksana program menjaga mutu agar tetap berpedoman pada standar yang telah ditetapkan maka disusunlah protokol. Adapun yang dimaksud dengan protokol (pedoman, petunjuk pelaksanaan) adalah suatu pernyataan tertulis yang disusun secara sistimatis dan yang dipakai sebagai pedoman oleh para pelaksana dalam mengambil keputusan dan atau dalam melaksanakan pelayanan kesehatan. Makin dipatuhi protokol tersebut, makin tercapai standar yang telah ditetapkan. Syarat Standar 1. Bersifat jelas 2. Masuk akal 3. Mudah dimengerti 4. Dapat dicapai 5. Absah 6. Menyakinkan 7. Mantap, spesifikasi serta eksplisit

Jenis standar sesuai dengan unsur-unsur yang terdapat dalam unsur-unsur program menjaga mutu, dan peranan yang dimiliki tersebut. Secara umum standar program menjaga mutu dapat dibedakan :

1. Standar persyaratan minimal Adalah yang menunjuk pada keadaan minimal yang harus dipenuhi untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yang dibedakan dalam : 1. Standar masukan Dalam standar masukan yang diperlukan untuk minimal terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yaitu jenis, jumlah, dan kualifikasi/spesifikasi tenaga pelaksana sarana,peralatan, dana (modal). 2. Standar lingkungan Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur lingkungan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu yakni garis-garis besar kebijakan program, pola organisasi serta sistim manajemen,yang harus dipatuhi oleh semua pelaksana. 3. Standar proses Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yang harus dilakukan untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yakni tindakan medis, keperawatan dan non medis (standard of conduct), karena baik dan tidaknya mutu pelayanan sangat ditentukan oleh kesesuaian tindakan dengan standar proses. 4. Standar Keluaran Adalah yang menunjuk pada penampilan(performance) pelayanan kesehatan. Penampilan ada 2 macam: a. Penampilan aspek medis pelayanan kesehatan b. Penampilan aspek non medis pelayanan kesehatan Bila kedua standar pelayan ini tidak sesuai maka tidak sesuai dengan yang ditetapkan maka pelayanan tidak akan bermutu 2. Standar penampilan minimal Yang dimaksud dengan standar penampilan minimal adalah yang menunjuk pada penampilan pelayanan kesehatan yang masih dapat diterima. Standar ini karena menunjuk pada

unsur keluaran maka sering disebut dengan standar keluaran atau standar penampilan (Standard of Performance). Untuk mengetahui apakah mutu pelayanan yang diselenggarakan masih dalam batas-batas kewajaran, maka perlu ditetapkan standar keluaran.Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maka keempat standar tersebut perlu dipantau, dan dinilai secara obyektif serta berkesinambungan. Bila ditemukan penyimpangan perlu segera diperbaiki. Dalam pelaksanaannya pemantauan standar-standar tersebut tergantung kemampuan yang dimiliki, maka perlu disusun prioritas Ruang lingkup Standar pelayanan kebidanan 1. Standar Pelayanan umum (2) Standar 1 : Persiapan untuk kehidupan keluarga Standar 2 : Pencatatan dan pelaporan 2. Standar Pelayanan Antenatal (6) Standar 3 : Identifikasi ibu hamil Standar 4 : Pemeriksaan dan pemantauan Standar 5 : Palpasi abdominal Standar 6 : Pengelolaan anemia pada ibu hamil Standar 7 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan Standar 8 : Persiapan persalinan 3. Standar Pelayanan Persalinan (4) Standar 9 : asuhan persalinan kala I Standar 10 : Persalinan kala II yang aman Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif persalinan kala III Standar 12 : Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi 4. Standar Pelayanan Nifas (3)

Standar 13 : Perawatan bayi baru lahir Standar 14 : Penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pad masa nifas 5. Standar Pelayanan kegawatdaruratan obstetri-neonatal (9) Standar 16 : Penanganan perdarahan dalam kehamilan pada trimester III Standar 17 : Penanganan kegawatan pada eklampsia Standar 18 : penanganan kegawatan pada partus lama/ macet Standar 19 : persalinan dengan menggunakan vacum ekstraktor Standar 20 : penanganan retensio plasenta Standar 21 : perdarahan perdarahan postpartum primer Standar 22 : penanganan perdarahan postpartum sekunder Standar 23 : penanganan sepsis puerperalis Standar 24 : penanganan asfiksia neonatorum

You might also like