Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI. i KATA PENGANTAR........................................................................................... ii I. PENDAHULUAN................................................................................... 1 I.1 Latar Belakang Potensi.......................................................... 1 I.2 Permasalahan (Keistimewaan Potensi)....................................... 2 I.3 Tujuan Komunikasi Pembangunan......................................... 3 I.4 Karakteristik Sasaran Pembangunan.............................................. 4 I.5 Desain Strategi Komunikasi................................................... 6 1.6 Rancangan Biaya Program......................................... 17 1.7 Gambaran Proses Penerapan Desain ............................................` 17 1.8 Luaran yang diharapkan .......................................................... 18 II. LAMPIRAN. .................................................................. 21
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas rahmatnya, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Kami ucapkan terima kasih atas bimbingan Ibu. Winda Hardyanti, S. Sos selaku dosen komsospem sekaligus pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan dan koreksi dalam tugas kami dengan judul Potensi Kelurahan dalam Sengelola Sampah serta dalam penyusunan laporan ini. Laporan ini diharapkan dapat membantu kami dan pembaca untuk lebih mengetahui tentang sampah yang tidak berguna menjadi sesuatu (barang) yang mempunyai nilai jual tinggi. Sebagai penulis kami menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan ini. Sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat menjadi lebih baik dalam penyusunan yang akan datang.
Tim Penyusun
Sampah merupakan material sisa hasil proses suatu aktifitas baik karena kegiatan industri, rumah tangga, maupun aktifitas manusia lainnya dan sampah selalu menjadi masalah lingkungan yang mengglobal. Sampah sudah menjadi masalah yang semakin serius di kota-kota di Indonesia. Pertambahan penduduk dan proses urbanisasi yang terus berlangsung merupakan akibat terus bertambahnya kuantitas sampah. Penggunaan teknologi yang masih sangat minim membuat laju proses sampah dengan pertambahan sampah tidaklah seimbang. Jumlah sampah yang masuk lebih besar ketimbang jumlah sampah yang berhasil diproses.
Berbagai kegiatan manusia menghasilkan sampah. Sampah dihasilkan di daerah permukiman, pasar, pertokoan, fasilitas sosial, dan kegiatan industri. Permukiman penduduk merupakan penyumbang sampah terbesar yang berupa buangan padat
page 1 / 11
Peningkatan jumlah sampah yang ada juga tidak diikuti dengan pengelolaan sampah yang lebih baik. Umumnya kota-kota di Indonesia belum mampu mengangkut seluruh sampah yang dihasilkan oleh masyarakat karena keterbatasan dana, sarana, sumberdaya manusia, teknologi pengolahan, manajemen, dan berbagai hal lainnya. Sistem pengelolaan yang ada saat ini masih tersentralisasi di tingkat Kabupaten atau Kota yang berujung pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Sampah dari seluruh masyarakat Kabupaten atau Kota langsung diangkut dari permukiman sumber sampah ke TPA. Pengelolaan sampah di TPA pun bersifat terbuka, sampah yang masuk oleh kendaraan pengangkut dan masyarakat tanpa izin dan yang keluar oleh pemulung atau orang yang ingin memanfaatkan sampah tersebut tidaklah tertata dengan baik dan benar.
Tingginya laju pertambahan sampah membuat sampah tidak seluruhnya dapat ditangani oleh pemerintah baik di tiap sumber sampah maupun di TPA. Sampah ini akan menumpuk dan berpotensi untuk dibuang ke sungai atau dibakar. Sisa sampah yang menumpuk dapat menjadi sumber penyakit, sumber pencemaran, dan mengganggu estetika lingkungan.
Sekarang banyak masyarakat sadar akan manfaat sampah. Selain itu, masyarakat sudah bisa memilah-milah sampah basah, kering, maupun yang lain. Dengan demikina membuat kita lebih mudah mengembangkan potensi tersebut. Masyarakat sudah mendapat sosialisasi sehingga kami lebih mudah mudah mnegajarkan masyarakat akan manfaat sampah. Membicarakan sampah pasti tidak lepas dari pemulung. Pemulung di desa Mulyo Agung sudah dikelola oleh pemerintah setempat. Semua pemulung sudah diberikan tempat khusus yang nyaman. Mereka sudah diberikan tempat yang dekat dengan kerjaannya, yaitu pembuangan sampah. Bagi yang pemulung yang sudah lama akan dipindah menjadi anggota kebersihan, akhirnya tidak ada pemulung yang jalan-jalan maupun cari di mana-mana. Sistem pengelolaan sampah yang ada saat ini adalah pemanfaatan TPA sebagai satu-satunya sebagai tempat pembuangan seluruh sampah rumah tangga, industri, pasar, dan pertokoan. Sampah dari berbagai sumber langsung diangkut ke TPA dan tidak ada proses pemanfaatan dan pengurangan sampah yang sebelum sampai ke TPA. Sistem ini membutuhkan areal TPA yang sangat luas untuk menampung seluruh sampah yang masuk. Tingginya laju sampah masuk ke TPA ketimbang sampah yang sudah diproses membuat areal TPA dalam jangka panjang harus lebih luas. Masyarakat di sekitar pun menjadi penerima efek negatif dari keberadaan TPA. Proses pengangkutan sampah dari berbagai wilayah baik perumahan, industri, pasar atau pertokoan membutuhkan biaya operasional yang besar. Hal ini karena volume sampah yang harus diangkut semakin banyak tetapi kendaraan memiliki yang kapasitas tetap dan penyusutan kendaraan yang tinggi. Jarak antara wilayah penghasil sampah dengan TPA yang relatif jauh membuat proses pengelolaan sampah berjalan tidak efektif dan efisien. Selain itu, banyak sampah yang berserakan di jalan-jalan maupun tempat-tempat umum. Sehingga membuat pemandangan menjadi kotor dan mengurangi keindahan tempat tersebut. Kebanyakan orang-orang kurang sadar akan kebersihan padahal ditempat tersebut sudah ada tulisan jagalah kebersihan dan kebersihan sebagian dari iman. Dari semua sampah yang berserakan bagaimana sampah itu bisa digunakan kembali atau di jadikan suatu kreatifitas para masyarakat maupun pemulung. Selain itu, untuk menjaga kebersihan dan membuat pemandangan lebih bersih. Sistem pengelolaan yang ada saat ini kurang memberikan kesadaran kepada masyarakat akan nilai sampah dan lingkungan sekitarnya. Masyarakat hanya mengetahui membayar biaya retribusi, membuang sampah, diangkut oleh petugas, dan selesai. Kesadaran akan sampah yang memiliki nilai tambah pun masih kurang. Sampah memiliki nilai ekonomi yang besar jika dimanfaatkan secara maksimal. Akan tetapi hanya sebagian kecil dari masyarakat yang memanfaatkan nilai dari sampah tersebut baik digunakan untuk bahan kerajinan, pupuk organik, dan manfaat lainnya. Kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya pun masih kurang karena ketidakterlibatan masyarakat secara langsung terhadap sampah tersebut. Dari uraian diatas didapat permasalahan dalam pengelolaan sampah, yaitu: 1. Bagaimana tingkat efisiensi dan efektifitas pengelolaan sampah di Mulyo Agung? 2. Bagaimana sistem pengelolaan sampah yang lebih efisien dan efektif ? 3. Sistem pengelolaan seperti apakah yang efisien dan efektif untuk menangani permasalahan sampah? 4. Bagaiamana cara menyadarkan para masyarakat maupun pemulung untuk membuat sampah tersebut lebih berguna dengan cara pengolahan yang sederhana? 5. Bagaimana kerajinan bahan daur ulang dapat menjadi solusi untuk menanggulangi masalah sampah? 6. Dapatkah kerajinan bahan daur ulang menjadi solusi alternatif sebagai peluang usaha dan kesempatan kerja bagi masyarakat? Bagaimana memberikan ide alternatif pengelolaan sampah yang lebih efisien dan efektif dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan kepada para pemulung. 7. Bagaimana caranya masyarakat bisa membeda-bedakan Sampah tersebut? C. Tujuan Komunikasi Pembangunan berdasar pada upaya pengembangan potensi
page 2 / 11
D. Karakteristik sasaran pembangunan Masyarakat yang kebanyakan berpendidikan tinggi membuat wilayah tersebut sepi akan aktivitas pada pagi hari. Masyarakat sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Misalnya, pekerja kantoran, dosen, guru, pelajar dan sebagainya. Selain itu, desa Mulyo agung banyak juga masyarakat pendatang membuat padat penduduk. Semakin besar aktivitas yang dilakukan otomatis hasilnya ialah dampak kebersihan. Khalayak yang terdiri dari petani, kerja kantoran, ibu rumah tangga, pasangan usia subur ataupun anak, maupun pendatang bukanlah tong penampung tempat segala teknologi baru ditumpahkan. Melainkan, mereka itu adalah katalis aktif yang harus dipenuhi kebutuhan-kebutuhannya, untuk bertahan hidup. Setiap hari, sampah dihasilkan lingkungan tempat dimana mereka berada, baik secara langsung atau tidak. Bila di biarkan begitu saja, maka kita adalah bagian dari manusia yang tidak peduli pada lingkungan, kita hanya dapat membuang tanpa ada daya analisa tentang manfaat dari sampah atau limbah tersebut. Penanggulang sampah, dapat di bakar atau dapat juga di manfaatkan untuk keterampilan yang mempunyai nilai jual. Keberadaan sampah di RT/RW maupun dusun seharusnya dapat di manfaatkan secerdas mungkin, dengan daur ulang dan merubahnya kepada sesuatu barang yang dapat menghasilkan Profit. Tentunya dengan berpatokan kepada prinsip kemitraan dengan para pemulung yang setiap harinya mengais rezeki dari sampah-sampah tersebut. Hal ini juga bisa di jadikan sebagai lahan pekerjaan bagi mereka. Masyaraka Mulyo Agung ada sekitar belasan keluarga yang menggantungkan sumber ekonominya dari memulung. Akan tetapi, pemerintah sudah memberi perhatian lebih. Pemerintah memberikan tempat khusus kepada pemulung. Selain itu, mereka juga dipekerjakan di bidang kebersihan, Sehingga pemulung disana semakin mengecil bahkan sampai tidak ada. Seperti kondisi ekonomi pemulung pada umumnya, mereka juga termasuk masyarakat yang secara ekonominya kurang mampu. Dengan tidak ada cara lain, mereka bekerja mencari sampah yang bisa dijual atau punya nilai jual. Misalnya, botol dan kaleng minuman, kertas, kerdus, besi maupun logam, dan barang yang lainnya yang punya nilai jual. Namun tidak cari-cari dijalanan karena sudah ada tempat pencariannya. Kondisi lingkungan tempat tinggal mereka sangat teratur dengan banyaknya tumpukan hasil pulungan yang tidak segera dijual karena menunggu banyak dulu. Mereka harus mencari barang pulungan yang banyak agar mendapatkan uang banyak pula, karena harga atau nilai pulungan tersebut harganya tidak seberapa jika dibandingkan banyaknya pulungan yang didapatkan. Dari segi pendidikan, para pemulung banyak yang buta aksara. Hal itu karena kurangnya pendidikan. Pendidikan mereka SD atau SMP tetapi itu tidak sepenuhnya mendukung menjadi pemulung. Akan tetapi, ekonomi yang kurang membuat mereka berhenti dan mencari kerja. Walaupun anak-anak mereka sekolah, tetapi sepulang sekolah mereka disuruh untuk membantu orang tua. Sehingga tidak ada waktu untuk belajar dan bermain. Malampun mereka berusaha bekerja untuk kebutuhan hidup dan seringkali anaknya dilibatkan dalam pencariannya. Dalam interaksi sosial dengan masyarakat dalam lingkungannya, mereka tidak berada dalam bagian-bagian strategis. Mereka hanya sering berkomunikasi antar sesama pemulung di tempat yang diberi oleh pemerintah. Mereka jarang sekali bersosialisasi dengan masyarakat lainnya. Karena setiap harinya mereka disibukkan dengan pekerjaan. Tanpa bekerja mereka tidak bisa memberi makan keluarganya. Sehingga mereka tidak mempunyai waktu yang banyak untuk mensosialisasikan diri dengan masyarakat setempat. Para pemulung terkadang dikucilkan dalam kehidupan sosial masyarakat sehingga membuat mereka tidak bisa berinteraksi sosial. Tidak jarang mereka kesusahan jika membaca tulisan dipintu gerbang atau dimulut gang buntu Pemulung Dilarang Masuk, Awas! Rombeng Dilarang Masuk. Kata-kata tersebut membuat mereka merasa dikucilkan dan tidak disenangi. Masyarakat sebagian besar beranggapan pemulung sesuatu yang patut dicurigai atau bahkan dimusuhi. Memang tidak bisa dipungkiri, pemulung ada juga yang sambil mencuri atau menggambil barang yang sekiranya belum dibuang oleh pemiliknya. Akan tetapi, pemulung di Mulyo Agung tidak begitu. Karena sudah diberdayakan oleh pemerintah setempat. Mereka sudah mendapat pendidikan atau pelatihan menjadi seorang yang ikut berpartisipasi dalam menjaga kebersihan. Sehingga pemerintah setempat mengambil tidakan yang baik dan yang seharusnya dilakukan, yaitu memperkerjakan mereka sebagai anggota kuning. Namun kalau kita cermati peran mereka dalam menjaga kebersihan lingkungan, aktivitas mereka itu memberikan sumbangsih yang sangat besar. Tidak bisa dibanyangkan seandainya tidak ada pemulung yang mau mengorek sampah sebagai sumber kehidupannya ditengah-tengah tumpukan sampah yang terkadang baunya membuat kita menutup hidung atau muntah. Pemulung dan sampah merupakan dua sisi fenomena yang selalu akrab dalam kehidupan kita. Satu sisi pemulung menjadi masalah sosial yang dekat dengan kemiskinan dan keberadaanya ditolak sebagian masyarakat kita. Sisi lainnya adalah sampah. Sampah ada dimana-mana. Sampah menjadi permasalahan yang sangat besar bagi masyarakat perkotaan. Dan sampah kalau diolah maka berguna untuk kehidupan manusia, sebaliknya sampah akan merusak lingkungan.
page 3 / 11
page 4 / 11
1. STRATEGI DISAIN INSTRUKSIONAL Yang mengunakan strategi ini pada umum adalah para pendidik. Mereka memfokuskan strateginya pada pembelajaran individu-individu yang dituju sebagai suatu sasaran yang fundamental. Strategi kelompok ini, mendasarkan diri pada teori-teori belajar formal, dan berfokus pada pendekatan system untuk pengembangan bahan-bahan (materials) belajar. Berkat keikutsertaan kalangan pendidikan tersebut di lapangan kegiatan ini, banyak pemahaman yang diperoleh mengenai evaluasi formatif, uji coba disain program berjenjang dan sebagainya. Para desainer instruksional merupakan orang-orang yang berorientasi rencana dan system. Kami pertama-tama melakukan identifikasi menganai: a. Tujuan yang hendak dicapai Dalam perumusan tujuan ini kami ada beberapa, tetapi itu tidak lepas dari motivasi dan edukasi masyarakat. Tujuan ini tidak sempurna, karena kami masih memperbaiki dan menyempurnakannya lagi. Sehingga kami terus berusaha memperbaikinya. Tujuan kami sebagai berikut: a. Lebih mengenalkan kepada masyarakat manfaat sampah. b. Menyadarkan masyarakat untuk lebih menjaga kebersihan lingkungan. c. Menumbuhkan kepada masyarakat kesadaran akan bahaya sampah. d. Mengajarkan masyarakat dalam memilah-milah sampah. e. Menjadikan sampah lebih bernilai secara ekonomi, sosial dan lain-lain. f. Membantu menanggulangi masalah pengangguran. g. Menumbuhkan sikap kreatif bagi pemulung maupun masyarakat dalam berwirausaha. h. Memfasilitasi potensi diri pemulung dan masyarakat dalam berkreasi. i. Membantu dalam menciptakan keindahan dan kebersihan lingkungan. b. Kriteria keberhasilan keberhasilan kami yaitu masyarakat bisa mandiri dan berwirausaha. Dari pelatihan dan keterampilan yang kami berikan. Itulah suatu keberhasilan yang kami inginkan. Selain itu, kami ingin masyarakat labih menyadari akan manfaat sampah dan menjaga kebersihan bersama. Dengan pelatihan atau sosialiasi kami ingin masyarakat mengerti akan dampak positif dan negatif sampah. Selaku pelaksana kami senang jika masyarakat mengikuti progam ini karena jika demikian maka kami berhasil menjalankan program ini. Dengan demikian masyarakat bisa membuka lapangan kerja sendiri dengan tidak harus punya modal banyak. Masyarakat sadar akan kebersihan lingkungan. Masyarakat mengerti bagaimana cara mengelola sampah yang baik. Dengan sampah mereka bisa mencukupi kehidupan masyarakat sendiri dan membuka peluang kerja sendiri. Kriteria lainnya, yaitu kami ingin menjalankan program ini pada anak-anak, untuk mengerti akan bahaya dan manfaat sampah. Jika itu bisa berjalan maka kami akan senang dan merasa puas terhadap kerja keras yang dilakukan selama ini. c. Pasrtisipan Masyarakat Mulyo Agung dari golongan bawah (pemulung) maupun golongan atas. Akan tetapi, kami menekankan atau memfokuskan pada masyarakat golongan bawah sebagai sasaran utama. Karena program ini diutamakan bagi masyarakat yang golongan bawah untuk membuka peluang usaha maupun berwirausaha sendiri. Di luar itu, kami ingin melatih anak-anak masyarakat Mulyo agung untuk menyadari indahnya menjaga kebersihan serta mempelajari manfaat sampah. Dengan cara melatih anak sejak dini. Karena kami ingin program ini berjalan terus menerus demi kebaikan bersama. d. Sumber-sumber Kami mendatangkan dua pemateri dan berbeda materi yang diberikan. Pemateri pertama memberikan motivasi berwirausaha sedangkan yang kedua memberikan cara pengelohahan sampah menjadi barang yang bernilai materi. Sekilas tentang materi kami mencari pemateri yang bisa beradaptasi dengan masyarakat atau sudah berpengalaman sehingga hasil yang kami dapatkan lebih baik. Selain itu, kami menggunakan para opini public untuk memeberi motivasi pada masyarakat setempat agar mengikuti program ini. Sumber yang lainnya kami mengambil dari guru ngaji (TPA) karena untuk melatih anak-anak juga. Kami memilih TPA yang banyak muridnya serta memilih pengajar yang berkualitas agar pesan yang disampaikan cepat diterima. Karena anak-anak tidak bisa memakai kekerasan maupun kurang sabar. Jadi kemungkinan kami mencari pengajar yang sabar serta pengasih yaitu wanita. e. Pendekatan dan Pendekatan yang kita gunakan, yaitu: a. Pendekatan yang ditandai dengan penekanan yang eksplisit pada gagasan untuk mengandalkan kemampuan diri sendiri (self reliance). Selain itu, pendekatan yang juga sedang menyusun bentuk secara utuh ini mencerminkan keinginan untuk secara strategik memadukan sejumlah ide yang berkaitan dengan pembangunan yang tumbuh belakangan ini. Adapun ide-ide yang kami dimaksud adalah: a. Memaksimalkan partisipasi masyarakat b. Memulai dan mendasarkan pembangunan pada masyarakat paling bawah (grassroot level) c. Pembangunan desa secara terpadu d. Penggunaan teknologi tepat guna (appropriate technology) e. Pemenuhan sejumlah kebutuhan dasar (basic needs). b. Kami juga menggunakan pendekatan penyuluhan dan pembangunan masyarakat.
page 5 / 11
2. STRATEGI PARTISIPASI
Dalam strategi partisipasi ini, prinsip-prinsip dalam mengorganisir kegiatan adalah kerja sama komunitas dan pertumbuhan pribadi. Karena strategi ini cukup membuat kami kewalahan dalam mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini. Akan tetapi kami tetap semangat dan bersabar pasti hasilnya lebih baik. Yang dipentingkan dalam strategi ini bukan pada berapa banyak informasi yang dipelajari seseorang melalui program komunikasi pembanguan, tapi lebih pada pengalaman keikutsertaan sebagai seseorang yang sederajat (ekual) dalam poswes berbagi pengetahuan dan keterampilan. Pelaksanaan strategi ini tercermin dalam bentuk-bentuk kegiatan pendidikan nonformal seperti program Pelatihan Pengolahan sampah pada masyarakat Mulyo Agung. Kami menggunakan strategi ini untuk memudahkan masyarakat menyerap materi yang telah diberikan. Selain itu, kami memberi pelatihan dan keterampilan dalam mengelola sampah pada masyarakat yang akan menjadikan sampah barang berharga serta punya nilai jual. Masyarakat diwajibkan mengikuti pelatihan tersebut untuk menambah pengetahuan akan sampah. Dan kami mengupayakan masyarakat senang dengan pelatihan tersebut. Agar Program ini bisa diterima khalayak setempat. Masyarakat diberikan motivasi untuk berwirausaha. Selain itu, mereka diberi pengetahuan dalam memilah sampah yang baik. Jadi kami tidak sulit untuk mngerjakan tugas selanjutnya. Akan tetapi itu butuh waktu yang relatif lama. Karena masyarakat yang masih sulit dan ragu akan program ini, kami harus sabar menghadapi dan memberi keyakinan pada mereka.
1. Identifikasi penataan institusional Memberdayakan masyarakat golongan bawah dan pemulung, menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan sampah. Meskipun sumbangsih masyarakat dan pemulung jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan volume sampah dan pembuang sampah. Namun, yang kecil itu kalau dikelola secara maksimal akan memberikan hasil yang cukup signifikan untuk mengatasi permasalahan sampah. Bagi pemulung, sampah merupakan sumber kehidupan mereka yang sangat berharga nilainya. Namun sampah dan pemulung selama ini hanyalah mesin uang bagi orang-orang yang bermodal untuk
page 6 / 11
3. Identifikasi dan segmentasi masyarakat yang akan dijangkau Menurut survey kami sama bapak Arifin sekaligus Wakil Kepala Desa. Desa Mulyo Agung terbagi lima Dukuh. Dukuh nama lain dari Dusun, jadi terbagi lima bagian. Karena kebanyakan masyarakat asli bahasa Jawa jadi sering di sebut Dukuh. Dukuh tersebut berbeda-beda dan unik, masyarakatnya pun tidak sama dalam perilaku sehari-harinya. Dukuh tersebut antara lain: 1. Jetis 2. Sengkaling 3. Dermo 4. Cetak lor 5. Cetak Ngasri Menurut keterangan bapak Arifin, bahwasanya Dukuh Sengkaling dan Jetis sudah termasuk perkotaan. Kedua dukuh tersebut sudah terkontaminasi oleh masyarakat pendatang. Hal itu didukung oleh tempat yang strategis. Misalnya saja, mahasiswa dari semua kalangan, perantau yang mencari pekerjaan, dan pindah tempat tinggal karena suasananya yang sejuk dan banyak tempat rekreasi. Akan tetapi, beda dengan Dukuh Dermo, Cetak Lor, dan Cetak Ngasri. Dukuh ini asli masyarakat Mulyo Agung. Mereka sangat berbeda dengan warga dukuh Jetis dan Sengkaling. Mereka kental akan solidaritas dan masih jauh dari kalangan masyarakat pendatang. Mereka sering mengadakan tahlilan, gotong royong, dan lain-lain. Kemungkinan mereka masih kuat akan budaya tempat tinggalnya. Dalam acara sosialisasi pemerintah setiap duku berbeda-beda dalam penangannya. Namun pada dasarnya pemerintah setempat menggunakan media normal atau formalnya yaitu, surat undangan. Dukuh Sengkaling dan Jetis harus menggunakan surat undangan karena jika tidak mereka sulit dataang. Selain itu, jika mendadak mengasi surat undangannya maka mereka marah atau tidak mau datang. Jadi kami harus seminggu sebelumnya mengasihkan surat atau menginformasikan program tersebut. Beda halnya dengan ketiga dukuh (Dermo, Cetak lor, Cetak Ngasri). Di sana kami tidak sesulit di dukuh lainnya, karena kami bisa melalui RT atau RW setempat untuk menginformasikan pada masyarakat. Hal ini mempermudahkan kami dalam menjalankan program ini. Uniknya di dukuh ini tanpa melalui surat atau RT pun bisa. Karena melalui mulut ke mulut masyarakat setempat. Dari orang ke orang lainnya itu termasuk media tradisional dari dulu. Kemungkinan besar terjadinya itu akibat kentalnya solidaritas masyarakat setempat yang asli penduduknya.
4. Identifikasi waktu dan jangka waktu Dilampirkan tetapi jangka waktunya selama empat bulan.
5. Pemilihan saluran Hasil survey kami, masyarakat kebanyakan menggunakan radio untuk mendengarkan sosialisi pemerintah. Dari radio tersebut membuat kita mudah menyampaikan pesannya. Kami menggunakan radio karena mayoritas masyarakat mempunya radio. Dan radio tersebut sering digunakan daripada TV dan yang lainnya. Kami menggunakan Radio local dan yang sering didengarkan masyarakat setempat. Radio tersebut kam mengambil Tidar Sakti dan RRI karena mereka sering mendengarkan music dangdut pag-pagi maupun musik dulu-dulu. Jadi otomatis kami mengambil iklan yang jam pagi sekitar jam delapan. Kami membuat iklan semenarik
page 7 / 11
8. Keputusan tentang gaya, teknik dan isi komunikasi Teknik penggunaan bahasa yang akan digunakan, yaitu bahasa sehari-hari yang bersifat non formal. Karena sebagian masyarakat menggunakan bahasa jawa jadi kita harus beradaptasi dengan keseharian tersebut. Agar kami mudah mengajak masyarakat untuk mengikuti program ini. Serta penggunaan kata yang harus baik dan mudah diterima oleh masyarakat. Kami melakukan cara agar program ini lebih cepat diterima oleh masyarakat. Dengan Agen perubahan kita bisa menerima apa yang diinginkan masyarakat. Kami melakukan survei ternyata yang cocok menjadi agen perubahan ada dua, yaitu anggota PKK yang ibu-ibu, sedangkan untuk laki-laki kami pada anggota tahlilan. Dengan kedua agen perubahan tersebut bisa menampung saran dan keinginan masyarakat, supaya kami mudah mencarikan solusi yang bisa diterima. Komunikasi yang kita gunakan semaksimal mungkin harus efektif. Karena masyarakat tidak mau panjang lebar atau basa-basi. Jadi kita menggunaan pendekatan individu yang baik dan menyenangkan. Akan tetapi itu tidak cukup jika kita tidak ikut dalam kesehariannya. Akhirnya kita mengupayakan menjadi bagian dari masyarakat tersebut.
7. Disain dari penataan uji coba, monitoring dan evaluasi Kami melukukan uji coba terhadap sekelompok masyarakat tertentu yang sudah dikelompokkan. Kami memberi jangka empat bulan untuk menjalankan program ini. Sehingga sampai akhirnya. Kami memperbaiki kekurangan progam ini dengan evaluasi serta diskusi dengan semua pelaksana. Apa kekurangannya dan kelebihan yang sudah dijalankan. Perbaikan tersebut kami gunakan untuk melanjutkan kegiatan selanjutanya demi kebaikan bersama. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Untuk ada timbal balik dari masyarakat kami meminta keluh kesah mereka demi lancarnya program ini. Setelah semuanya kami mudah mengevaluasi kinerja kami selama empat bulan tersebut.
8. Biaya 1. Persiapan Proposal Kesekretariatan Percetakan proposal Rp. 20.000, Penggandaan proposal 2 x Rp. 5000,- Rp. Kertas 2 Rim Rp. 60.000, Tinta Printer Rp. 60.000,Rp. 150.000,-
10.000,-
Dokumentasi Baterai Rp. 20.000, Cuci cetak 3 x Rp 20.000,- Rp. 60.000,Rp. 80.000,2. Pelaksanaan Program Print dan penggandaan surat undangan Rp. 20.000, Konsumsi panitia dan peserta Rp. 500.000, Pembayaran 2 pemateri x 150.000 Rp. 300.000, Penggandaan materi @ 2 materi Rp. 50.000, Alat tulis @ peserta Rp. 100.000, Penggunaan LCD projector Rp. 80. 000,Rp. 1.050.000,3. Penunjang Program Transportasi Rp. 200.000, Sewa Sound System Rp. 150.000, Promosi media cetak Rp. 500.000, Pengadaan brosur Rp. 100.000, Penggunaan Media Sosialisasi (Radio) Rp. 270.000, Dan penggunaan lainnya Rp. 500.000,Rp. 2.720.000,Jumlah Rp. 3.000.000,-
page 8 / 11
2. Pengarahan; Langkah selanjutnya yang kami lakukan adalah memberikan pengarahan kepada masyarakat (sasaran) program, tentang apa dan bagaimana program ini akan dilaksanakan. 3. Pelatihan; Jenis-jenis pelatihan yang akan diberikan: - Motivasi berwirausaha - Teknik mengolah sampah plastik, kaca dan tembaga. - Selin itu, pembelajaran terhadap anak sejak dini 4. Sumber dan jenis bahan baku; - Bahan baku didapatkan dari hasil pulungan pemulung. - Jenis hasil pulungan yang dimanfaatkan pada prinsipnya adalah semua barang yang bisa diolah menjadi barang bernilai guna lain. Namun akan dikhususkan pada barang yang berbahan dasar plastik, kaca dan tembaga. - Untuk pelatihan anak-anak kami melakukan dengan pembelajaran di kalangan TPQ maupun lembaga yang berhubungan dengan anak-anak. 5. Peserta pelatihan: - Peserta pelatihan adalah masyarakat di Desa Mulyo Agung, Kec. Dau, Kabupaten Malang. - Peserta terdiri dari 5 (lima) kelompok. Masing-masing kelompok 2-4 orang anggota dan 1 (satu) orang ketua. Mereka berasal dari masing-masing dukuh. Selain itu, mereka adalah perwakilan dari masyarakat dukuh tersebut. - Peserta adalah semua kalangan masyarakat terutama tidak memiliki pekerjaan dan pemulung. - Para anak diajarkan dengan cara bermain drama maupun menulis semua tentang sampah. Dan kemungkinan melalui menggambar atau dongeng. 6. Narasumber pelatihan: Narasumber yang akan didatangkan ada dua; - Narasumber yang membahas tentang motivasi dan semangat berwirausaha. - Narasumber yang menjelaskan teknik pengolahan limbah plastik, kaca, tembaga, dan lain-lain. - Para pengajar TPQ dikhususkan wanita maupun lembaga-lembaga yang mengurusi banyak anak-anak masyarakat. 7. Media lain Media yang kita gunakan untuk sosialisai pada masyarakat luas adalah radio. Karena menurut wawancara kami pada wakil kepala desa Mulyo Agung lebih efektif menggunakan media tersebut. Selain itu,menurut survey terhadap masyarakat juga senang mendengarkan radio terutama kalangan masyarakat bawah. Masyarakat di sana lebih banyak mendengarkan radio yang biasnya didengarkan acara dangdutan maupun lagu-lagu dulu. Untuk itu, demi kelancaran program ini, kami harus membuat konsep iklan yang menarik minat masyarakat setempat. Konsepnya kami menggunakan bahasa yang digunakan masyarakat sehari-harinya. Disiarkan pada cara yang banyak didengarkan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Sasaran kita adalah masyarakat golongan bawah (pemulung). Penggunaan kata yang mudah dipahami oleh masyarakat. Gaya penyajian yang unik dan menarik. Agar mudah didengarkan oleh masyarakat dan penyampaian pesannya cepat diterima oleh masyarakat. Maka kami kami harus sering kali menyiarkannya. Tetapi membutuhkan biaya yang relative besar pula.
8. Jenis produk yang diproduksi: Ada beberapa produk yang akan di buat: - Tas belanja; produk ini dibuat dengan berbagai ukuran. - Taplak meja. Produk ini dibuat sesuai dengan ukuran meja atau diperkirankan sesuai dengan ukuran meja. - Pas foto. Produk ini dibuat sesuai dengan ukuran foto yang sering digunakan. - Berbagai kreasi benda yang bebahan dasar kaca dan tembaga. - Dan produk lainnya yang bias dibuat dari sampah daur ulang. 9. Teknik penjualan produk: Untuk menjual produk ini akan disesuaikan dengan jenis produknya. Secara umum, produk-produk ini akan dipasarkan di pasar-pasar umum, tempat wisata dan tempat-tempat keramaian. 10. Analisa produk Menurut analisa kami, produk yang kami akan buat ini memiliki keunggulan dan kelemahan. - Keunggulan; Untuk produk berbahan dasar plastik, tahan air (tidak meresap air), mudah dibersihkan, bahanya tahan lama, memiliki corak yang unik-unik. - Kelemahan; Untuk produk berbahan dasar plastik mudah terbakar, dan mudah sobek. Karena baru, kemungkinan desain dan pengerjaannya masih belum terlalu bagus atau rapi. 11. Kegiatan-kegiatan pendukung Selain kegiatan utama yang sudah dipaparkan di atas, kami dalam melaksanakan progrma ini akan melakukan pengawasan secara terus-menerus terhadap peserta penerima pelatihan. Ini dilakukan untuk memastikan peserta bekerja sesuai dengan
page 9 / 11
Adapun luaran yang di harapkan dari program kreativitas mahasiswa ini adalah sebagai berikut: 1. Terciptanya produk daur ulang dengan aneka desain yang memiliki nilai jual lebih di masyarakat. 2. Tertanggulanginya masalah limbah lokal di desa Mulyo agung. 3. Terjadinya hubungan kemitraan antara mahasiswa pelaksana dengan para masyarakat dan pemulung, sebagai bantuan wirausaha bagi mereka. 4. Terciptanya Lingkungan yang indah dan damai. 5. Kerajinan daur ulang dapat di ekspor ke luar negeri.
TRANSKIP WAWANCARA
Kami melakukan wawancara dengan bapak arifin selaku ketua dukuh jetis (wakil kepala desa)
Media apa yang sering digunakan untuk mengundang masyarakat dalam mengadakan sosialisasi?
Kata bapak di sini ada 5 dukuh, terus bagaimana cara bapak mengundang masyarakat tersebut?
page 10 / 11
Kegiatan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV I II III IV I II III IV I II II IV I II III IV Survei dan Sosialisasi x Penyampaian materi / pelatihan x x x Proses produksi xxxxxxxxx Pendampingan x x x x x x x x x x x x Penyerahan wewenang kepada pemulung Evaluasi x xxx Pembuatan laporan akhir kegiatan Lampiran
x x
page 11 / 11