You are on page 1of 88

UMM

Petunjuk Praktikum

FISIKA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Oleh:
Tim Penyusun

LABORATORIUM FISIKA FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG 2011


66

UMM

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah S.W.T. akhimya Panduan Praktikum Fisika Dasar ini dapat kami selesaikan walaupun dalam waktu yang agak lama. Pada penerbitan yang kali ini, masih sangat terasa banyak kekurangan, balk dari segi bahasa, materi maupun tinta tulis serta pengetikannya. Oleh sebab itu saran dan kritik dari segala pihak, terutama dari rekan-rekan seprofesi demi perbaikan Panduan Praktikum ini pada khususnya, maupun praktikum fisika U.M.M. pada umumnya sangat kami harapkan. Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kami sampaikan kepada semua fihak yang telah membantu kami dalam penyusunan ini.

Magelang, Februari 2011 Penyusun

66

UMM

DAFTAR ISI
1.............................................................................................Kata Pengantar ............................................................................. 2.............................................................................................Dafta r Isi ........................................................................................ 3.............................................................................................Teori Ralat ..................................................................................... 4.............................................................................................Mene ra Thermometer ..................................................................... 5.............................................................................................Mene ra Sphygmometer .................................................................. 6.............................................................................................Oscil oscope .................................................................................. 7.............................................................................................Visco sitas ...................................................................................... 8.............................................................................................Optik /mengukur okus lensa ........................................................... 9.............................................................................................Mikro skop ....................................................................................... 10...........................................................................................Kele mbaban Udara ....................................................................... 11...........................................................................................Wata k Lampu Listrik ....................................................................... 12...........................................................................................Tara Kalor Listrik ............................................................................ 13...........................................................................................Modu lus Elastisitas Young ............................................................... Contoh Langkah Perhitungan Data 1.............................................................................................Mene ra Thermometer ..................................................................... 2.............................................................................................Mene ra Sphygmometer .................................................................. 3.............................................................................................Oscil 66 oscope .................................................................................. 4.............................................................................................Visco sitas ...................................................................................... 5.............................................................................................Optik /mengukur fokus lensa ..........................................................

UMM 6.............................................................................................Mikro skop ....................................................................................... 7.............................................................................................Kele mbaban Udara ...................................................................... 8.............................................................................................Wata k Lampu Listrik ...................................................................... 9.............................................................................................Tara Kalor Listrik ............................................................................ 10...........................................................................................Modu lus Elastisitas Young ..............................................................

66

UMM

TEORI RALAT
I. PENDAHULUAN Fisika, mempelajari fenomena-fenomena alam secara kualitatif dan kuantitatif. Oleh sebab itu pengukuran besaranbesaran fisis mempunyai arti yang sangat penting. Mengukur adalah membandingkan suatu besaran fisis dengan besaran fisis sejenis yang dapat dianggap sebagai tolak ukur atau standartnya. Oleh sebab itu hakekat mengukur adalah menentukan nilai perbandingan suatu besaran fisis yang diukur dengan besaran fisis yang dianggap sebagai tolak ukumya. Namun demikian, pada kenyataannya nilai pembandingnya tidak pernah diperoleh secara pasti, sehingga nilai yang sebenamya tidak diketahui. Kalau dilakukan pengukuran yang berulang-ulang, hasilnya hampir selalu berbeda, meskipun selisihnya sangat kecil. Jadi dalam proses pengukuran selalu terdapat kesalahan. Usaha yang harus dilakukan adalah mengusahakan kesalahan itu sekecil-kecilnya.

II. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA RALAT Secara garis besar faktor-faktor penyebab timbulnya kesalahan atau ralat dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu: 1. Ralat Sistematik Ralat kelompok ini bersifat tetap adanya, penyebabnya; a. Alat, kalibrasi alat, harga skala, kondisi alat yang berubah, pengaruh alat terhadap besaran yang diukur, dan sebagainya. b. Pengamat misalnya karena ketidakcermatan pengamat dalam membaca. c. Kondisi fisis pengamatanmisalnya karena kondisi pada saat pengamatan tidak sama dengan kondisi fisis pada saat peneraan alat. d. Metoda pengamatan; ketidaktepatan dalam pemilihan metoda akan mempengaruhi hasil pengamatan misalnya sexing terjadi kebocoran pada besaran fisis seperti panas, cahaya dan sebagainya. 2. Ralat Kebetulan Dalam pengamatan yang berulang-ulang untuk suatu besaran fisis yang dianggap tetap, temyata memberikan hasil yang 66 umumnya berbeda-beda. Kesalahan yang terjadi pada pengamata yang berulang-ulang ini disebut ralat kebetulan. Adapun penyebabnya adalah: a. Salah menaksir; misalnya penaksiran terhadap harga skala terkecil, bagi seorang pengamat berbeda dengan

UMM pengamat yang lain, bahkan untuk seorang pengamat berbeda dari waktu ke waktu. b. Kondisi fisis yang berubah (berfluktuasi); misalnya karena perubahan temperatur atau perubahan listrik ruang yang tidak stabil. c. Ganguan; misalnya adanya medan magnet yang kuat, dapat mempengaruhi penunjuk meter-meter listrik. d. Definisi; misalnya karena penampang pipa tidak bulat betul maka penentuan diameternyapun akan menimbulkan kesalahan. 3. Ralat Kekeliruan Tindakan Ralat kekeliruan tindakan bagi pengamat dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu: a. Salah berbuat; misalnya salah baca, salah pengaturan situasi /kondisi, salah menghitung contohnya ayunan 10 kali hanya terhitung 9 kali. b. Salah anggapan; misalnya terjadi pada pembulatan angka perhitungan. III. PERHITUNGAN RALAT Dari uraian di atas, dapatlah dipahami bahwa adanya kesalahan dalam pengukuran tidak dapat dihindari; usaha yang dapat kita lakukan adalah memperkecil kesalahan yang mungkin terjadi sampai memperoleh kesalahan yang sekecil-kecilnya. Khusus pengamatan pada praktikum Fisika Dasar, peralatan, situasi dan kondisinya hendaklah diterima apa adanya, dalam arti praktikan tidak dapat memanipulir alat sistematik secara baik. Praktikan harus berusaha bekerja dengan sebaikbaiknya, untuk menghindari atau untuk mengurangi adanya ralat kekeliruan tindakan dan sekaligus mengurangi ralat sistematik, sehingga yang dihadapi adalah ralat kebetulan. Setiap pengukuran akan mempunyai ralat kebetulan, oleh sebab itu untuk memperkecil ralat ini, haruslah dilakukan pengukuran berulangulang. Namun demikian tidak semua pengamatan dapat diulangi; praktikan sering hanya dapat melakukan pengamatan sekali saja, dalam hal ini kesalahan terjadi terutama pada penaksiran skala. Karenanya, ralatnya adalah ralat penaksiran skala yang 66 diperhitungkan sebesar 0,1 kali skala terkecil. Ralat kebetulan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu dad hasil pengamatan langsung dan ralat dari hasil perhitungan, keduanya dapat diperhitungkan dan didefinisikan sebagai berikut: 1. Ralat Pengamatan

UMM Seperti yang telah diuraikan di atas, jika pengukuran atau pengamatan dilakukan berkali-kali pada besaran yang diukur secara langsung, hasilnya berbeda k kali dengan hasil tiap kali: X1, X1, X2, X3,Xk Nilai-nilai X1, X2, X3, Xk dinamakan nilai terukur atau nilai/harga yang mungkin. Nilai atau harga terbaik dari nilai terukur tersebut adalah nilai reratanya, yang juga merupakan nilai yang paling mungkin, jadi nilai terbaiknya adalah:

x=

i =1

X1 , X 2 , X 3 ,..... + X k .......... (1) k

Selisih atau penyimpangan dari nilai terukur dan nilai reratanya disebut deviasi dengan lambang dx jadi

x = Xi X

Deviasi seperti yang dituliskan pada persamaan 2, merupakan penyimpangan terhadap nilai terbaik dari nilai terukur yang bersangkutan (x). Untuk menentukan nilai pengamatan yang mungkin, ditentukan dengan nilai terbaik (x) dengan penyimpangan apa yang disebut standart deviasi. Standart deviasi ini didefinisikan sebagai akar ratarata kuadrat deviasinya dan untuk pengamatan di Laboratorium Fisika Dasar,yang umum besaran pengukuran tunggal digunakan rumus: Standar deviasi = S

Sx = S x =

( x )
k

k ( k 1)

i =1

( x x)
k

k ( k 1)

i =1

(3) Sedangkan deviasi standart relatifnya dapat ditulis

S xr =

Sx x

atau

S xr =

Sx x 100% .. x

(4)

66

Dengan demikian, maka harga atau nilai suatu pengukuran atau pengamatan dapat ditulis, Harga x yang benar adalah x S X

UMM Sedangkan deviasi standart relatifnya dapat ditulis. Jadi x=xS X Dalam menyatakan suatu pengukuran, seringkali dinyatakan dengan kesamaan atau kecermatan yaitu, 1- Sxr atau 100%- S xr % Kesaksamaan atau kecermatan dapat dianggap sebagai jaminan akan kebenaran hasil pengukuran/pengamatan.

Contoh: Suatu batang logam diukur 10 kali dengan hasil sebagai berikut: Nilai terukur Deviasi Kuadrat deviasi Pengukuran Ke (dalam cm) (dalam cm) (dalam cm) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 47,51 47,49 47,48 47,50 47,47 47,49 47,48 47,48 47,53 47,49 0,02 0,00 -0,01 0,01 -0,02 0,00 -0,01 -0,03 0,04 0,00 0,0004 0,0000 0,0001 0,0001 0,0004 0,0000 0,0001 ,00009 0,0016 0,0000 66

k = 10

x=
Sx =

i =1

xi

= 4 ,4 7 9

k
k 2 i =1

(xi )
k ( k 1)

UMM

= 0,0036
0,007 x100 % = 99 ,966 % 47 ,49

Dengan kesamaan 100% -

2. Ralat rambatan Seringkali suatu besaran fisis tidak diukur langsung, tetapi dihitung dari unsur-unsumya; misalnya volume kubus dihitung dari sisinya yang diukur. Kecepatan dihitung dari jarak dibagi dengan waktu yang diperlukan clan sebagainya. Pada pengukuran sisi kubus, masing-masing pengukuran sisi jelas ada kesalahan (ralatnya); maka dalam perhitungan volumenya pun akan timbul kesalahan atau ralat sebagai perpaduan ralat sisi-sisinya. Ralat yang timbull sebagai hasil perhitungan ini dinamakan ralat perhitungan atau ralat rambatan. Nilai terbaik hasil perhitungan sangat tergantung pada hasil pengukuran unsur-unsumya. Secara matematik, jika suatu besaran V fungsi dari variabelvariabel x, y, z. Jadi V= V (x, y, z) maka nilai terbaiknya adalah V= V (x, y, z) sedangkan deviasi standart rataratanya dapat dirumuskan:

v 2 v 2 v S v = S x + S y + S z2 x z y X = X S x ; y = S y ; z = S z i v Dan = turunan V ke variabel x x v x = turunan V ke variabel y v z = turunan V ke variabel z


Untuk

66

Contoh:

UMM 1. Sebuah kotak mempunyai panjang sisi-sisi terukur sebagai berikut: panjang alas x = x Sx= (5,12 0,02) cm x =ySY=(3,220,01) cm x = z S,'= (2,57 0,01) cm maka nilai terbaik volumenya adalah: V = V (x, y, z) = x.y.z = 5,12 x 3,22 x 2,57 = 42,37 cm3 Standart deviasinya dapat dihitung sebagai berikut:

v v z = y, z; y = x.z;

v z = x.y;

v x = y.z
v y = x.z

=3,22 x 2,57 = 8,2754

=5,1 2

x 2,57

= 13,1564 = 16,4864

v z = x. y

= 5,12 x 3,22

Sehingga deviasi standart rata-ratanya

v 2 v 2 v S x = S x + S y + S z2 x z y Halada

Sv =

( 8,2754 ) 2 ( 0,02 ) 2 + (13,11584 ) 2 ( 0,001 ) 2 + (16,4864 ) 2 ( 0,01) 2


Sv = 0,3184
= 0,5643

Jadi volume kotak yang benar adalah: V = (42,37 0,65) cm3 2. Sebuah lensa dipergunakan untuk membentuk bayangan 66 dari sebuah benda, pada jarak yang terukur dengan ralatnya adalah: v = (20,1 0,2) cm dan membentuk bayangan tertangkap di layar pada jarak: b = (25,5 0,4) cm Tentukan jarak titik apinya.

UMM Seperti diketahui, hubungan antara jarak titik api F dengan jarak benda (v) dan jarak bayangan (b) adalah

1 1 1 = + F v b
Atau

F=
=

v.b v+b

2 .12 ,5 0 5 = 0,3 12 ( 2 .1 +2 ,5) 0 5

Besaran = V ( v + b ) 2

b2

( 20,1 + 25,5) 2
2

( 25,5) 2

= 0,3127

v F V = ( v + b ) 2
=

( 20 ,1 + 25,5) 2
2

( 20 ,1) 2

= 0,1943

Sehingga deviasi standart rata-ratanya adalah:


SF =
SF =

F 2 F 2 V .S v + b .S b

( 0,3127 ) 2 .( 0,2) 2 + ( 0,1943) 2 .( 0,4) 2

Jadi jarak titik lensa yang benar adalah: = (11,24 0,10 ) cm F KESIMPULAN Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa: 66 1. Kita tidak pemah tahu secara pasti mengenai nilai atau harga dari hasil pengukuran kita, meskipun kita lakukan sendiri dengan secermat-cermatnya; yang kita ketahui hanyalah daerah (batas benar) dengan kecermatan yang tidak 100%.

UMM 2. Kita hanya dapat memperkecil kesalahan namun tidak menghindari kesalahan pada pengukuran.

66

UMM

MENERA TERMOMETER
(Percobaan K-1) Alat-alat yang digunakan: 1. Bejana didih 2. Termos es 3. Termometer batang dan termometer badan Tujuan Percobaan: 1. Dapat tanggap terhadap penunjukan termometer. 2. Dapat menjelaskan latar belakang (sifat-sifat fisis) bahan termometer) 3. Dapat melakukan peneraan termometer. Dasar Teori: Pada hakekatnya temperatur suatu benda, menunjukkan keadaan panas benda tersebut secara kuantitatif. Indera rasa kita dapat membedakan dua benda yang berbeda temperatumya, kecuali tidak teliti juga sangat subyektif dan kondisional. Oleh sebab itu perlu dibuat alat ukur yang dapat menunjukkan keadaan panas sesuatu benda yang dinamakan termometer. Alat ini diharapkan kecuali obyektif, teliti juga tidak tergantung pada kondisi-kondisi fisis Iingkungannya. Agar dapat diterima oleh masyarakat, baik masyarakat ilmiah maupun nonilmiah, perlu ada standarisasi dan skala yang diakui secara internasional. Skala yang banyak digunakan di Indonesia adalah skala Celcius (untuk ilmiah dan non-ilmiah) dan skala Kelvin (untuk ilmiah). Dalam skala Celcius (derajat Celcius) digunakan 2 titik patokan, yaitu 0C untuk es yang mencair pada tekanan 76 cm Hg dan 100C untuk air yang mendidih pada tekanan 76 cm Hg. Secara ilmiah, titik patokan tetap adalah titik tripel air, yaitu 273,16K. temperatur ini kira-kira sama dengan 0C. Perubahan skala Kelvin sama dengan perubahan skala Celcius. Dasar Percobaan Pada percobaan ini akan ditera termometer badan menggunakan termometer batang yang berskala beberapa derajat di bawah 0C (titik lebur es), beberapa derajat di atas 100C (titik didih air). Namun demikian sebelum digunakan untuk menera, termometer batang hares 66 ditera terlebih dahulu dengan dua titik patokan tersebut. Tekanan udara di laboratorium tidak 76 cm Hg; namun kurang karena dipengaruhi oleh temperatur dan percepatan grafitasi. Oleh sebab itu pada pembacaan temperatur perlu adanya koreksi sebagai berikut 978 bs = bt (1 0,000163 t ) cm Hg. 981

UMM dengan bs = tekanan barometer terkoreksi (sesungguhnya)

bt
t

= tekanan barometer terbaca = temperatur kamar

Percepatan grafitasi di laboratorium teramati 9,78 m/det Dengan melihat (membaca) tabel, misalnya pada tekanan udara bs tersebut
t C , sedang pembacaan termometer batang pada bejana didih td C dan pada es mencair terbaca t d C , maka harga tiap skala termometer

batang tersebut adalah

to t d tc
Oleh sebab itu, jika termometer batang dimasukkan ke dalam air hangat menunjuk tC, makatemperatur sesungguhnya adalah (x):

X = ( t tc )

t t d t

Jadi koreksi termometer batang adalah selisih antara temperatur yang sesungguhnya (x) dengan temperatur terbaca (t), jadi x-t. Kalau teryata pada temperatur tC maka koreksi termometer badan adalah x - t. Tata kesalahan percobaan: 1. Masukkanlah termometer batang ke dalam bejana es yang berisi air es yang sedang mencair. Catatalah pembacaan termometer ini. Ulangi percobaan ini 5 kali atau lebih. 2. Masukkanlah termometer batang ke dalam bejana didih. Catatlah pembacaannya. Catat juga pads saat ini pembacaan termometer kamar dan barometer. Ulangi percobaan ini 5 kali. 3. Buatlah air hangat daiam bejana gelas dengan temperatur diukur dengan termometer batang kira-kira 40C, Masukanlah termometer batang dan termometer badan bersama-sama ke dalamnya. Catatlah pembacaan termometer badan menunjukkan 66 40C, 39C, 38C, 37C, 36C,dan 35C. 4. Ulangi Iangkah percobaan 3 beberapa kali. Perhatikan:

UMM Hati-hati bekerja dengan termometer badan, karena batas pengukurannya yang hanya 42C. Jika temperatur yang diukur melebihi 42C termometer akan pecah. Pertanyaan: 1. Bilamana dan kapankah titik beku air 0C dan titik dididh air 100C? 2. Apakah yang dimaksud dengan menera? Apakah yang dipakai sebagai standart peneraan termometer dan bagaimana caranya? 3. Mengapa termometer badan tidak boleh ditera langsung dengan es mencair dan air mendidih? 4. Apakah hubungan antara koreksi barometer dengan koreksi termometer, terangkan. 5. Terangkan mengapa termometer sesungguhnya mempunyai persamaan

tx = ( t a )

t C b a

Acuan: Sears, F.W.,Mechanics Heat and Sound

66

UMM

SPHYGMOMANOMETER
(Percobaan K-2) Alat-alat yang digunakan: 1. Sphygmomanometer air raksa. 2. Manometer terbuka yagn ditempatkan di dinding dengan latar belakang kertas milimeter, untuk ukuran. 3. Loupe, untuk memperbesar. 4. Stetoslwp. 5. Pipa penyambung yang berbentukY. 6. Kapas dan air boor. Tujuan Percobaan: 1. Mengenal sphygmomanometer. 2. Menera sphygmomanometer terhadap sebuah manometer terbuka. Dasar Teori: Untuk mendiagnosis sesuatu penyakit dalam ilmu kedokteran, seringkali perlu diketahui tekanan darah pasien tersebut. Pada binatang percobaan tekanan darah dapat diketahui dengan menghubungkan langsung pembuluh darah binatang tersebut melalui sebuah kanula ke sebuah manometer. Tekanan darah di aorta binatang tersebut dapat diketahui dengan membaca beberapa kenaikan Hg di kaki yang lain dari manometer tiap-tiap kali jantung binatang itu berdenyut. Untuk manusia tentu saja cara ini sungguh tidak sesuai, sebab kalau hal ini kita lakukan, pekerjaan tersebut beresiko sangat besar, yaitu: - Luka dapat mengeluarkan darah yang banyak. - Luka tersebut dapat dengan mudah terinfeksi oleh karena alat yang kurang stern ataupun luka yang kurang dirawat. - Terbukanya pembuluh darah yang cukup besar, yang memungkinkan terjadinya balk emboli udara maupun embolii bekuan darah. Di samping pendarahan yang hebat, emboli ini jugs dapat menyebabkan kematian yang cepat. Untuk dapat mengatasi hal ini dibuatlah sebuah alat untuk mengukur tekanan darah manusia tanpa resiko-resiko di atas oleh Riva-Rocci 66 yang kita sebut dengan sphygmomanometer atau tensimeter. Alat ini sebenamya kurang teliti, tetapi sudah cukup untuk membandingkan apakah alat tekanan darah itu normal atau tidak. Selain itu alat ini mudah dibawa dan dapat dilakukan pengukuran berulang-ulang tanpa merugikan si pasien. Sphygmometer yang biasa kita pakai ada dua

UMM macam, yakni Sphygmomanometer logam dan Sphygmomanometer Hg. Sphygmometer logam lebih disukai karena mudah dibawa, tidak mudah pecah ataupun tumpah, tetapi kurang teliti oleh karena bisa skala sudah tidak cocok tanpa kita ketahui. Sphygmometer air raksa lebih teliti dan lebih mudah diketahui bila rusak, tetapi lebih sulit dibawa oleh karena mudah pecah atau tumpah. Untuk mengetahui apakah sphygmometer masih baik ataupun sudah tidak sesuai lagi skalanya, perlu ditera dengan manometer terbuka. Manometer terbuka adalah sebuah alat yang berbentuk pipa U yang berisi Hg yang satu kakinya terbuka dan yang satu lagi dihubungkan dengan alat/ruangan yang hendak diukur tekanannya. Manometer untuk mengukur tekanan udara pada ruang tertutup sedang barometer untuk mengukur tekanan udara pada ruang tutup terbuka. Sesudah kedua alat itu dihubungkan maka kita bandingkan kenaikan Hg pada kaki yang terbuka dengan tekanan pada sphygmometer; oleh karena sudah dihubungkan dengan pipa Y. Dari perbandingan ini dapat kita ketahui apakah alat kita tersebut baik atau tidak. Baik sphygmometer logam atau pun sphygmometer Hg sering ditera dan ditetapkan titik nolnya tiap jangka waktu tertentu. Tekanan Darah (Tekanan yang blasa diukur meliputi): - Sistolis yaitu tekanan darah maksimum yang terdapat pada aorta ketika jantung berada dalam phase sistolis atau berkontraksi dimana darah dipompakan dari ventrikel kiri ke aorta terjadi kirakira 72 kali per menit dalam keadaan tenang dan jantung sehat. - Diastolis yaitu tekanan darah yang minimum yang diperoleh pada aorta ketika jantung berada pada phase diastolis/mengembang dimana darah dari vena masuk ke atrium. Tekanan nadi yaitu selisih tekanan sistolis dengan tekanan distolis. Misal : Tekanan sistitolis yang normal =120 mm Hg Tekanan diastolis yang normal = 80 mm Hg Tekanan nadi yang normal = 40 mm Hg Tekanan sistolis dan distolis ini berbeda berhubung dengan kesehatan seseorang yang bertambah usia. Tatalaksana Percobaan: Peneraan sphygmometer dengan manometer terbuka: 1. Untuk membandingkan sphygmometer dengan manometer terbuka maka keduanya dihubangkan paralel terhadap pompa bola tekan. Melalui pipa berbentuk Y; sebelum percobaan dimulai

66

UMM periksa apakah ada yang bocor. Ini dapat dketahui dengan mencoba memompa, kalau permukaan Hg dalam manometer tidak turun lagi, maka kebocoran tidak ada. 2. Perhatikan sphygmometer dan manometer terbuka, masingmasing menunjukkan angka nol (pada manometer tinggi air raksa di kedua kaki sama). 3. Pompalah, baca dan catat skala sphygmometer dan kenaikan pada manometer terbuka (kalau perlu pembacaan dengan bantuan loupe). (Loupe adalah sebuah alat terdiri dari sebuah lensa positif). Mata, loupe dan permukaan Hg harus dalam bidang horisontal untuk menghindan kesalahan parallaks. 4. Tekanlah pompa perlahan-lahan dan catatlah kenaikan Hg pada kaki manometer yang terbuka pada kenaikan sphygmometer tiaptiap 20 mm Hg. Pencatatan ini dilakukan ketika tekanan menaik dan menurun. Lakukanlah percobaan ini dua kali. 5. Penurunan ini dilakukan dengan membuka skrup pada pompa bola tekan perlahan-lahan. Pada laporan saudara hitunglah koreksidari pencatatan tadi (dapat positif ataupun negatif). 6. Gambarkanlah dalam grafik koreksi sebagai fungsi yang ditunjuk sphygmometer. Pertanyaan: 1. Apakah koreksi ini mempunyai arti yang real ataukah koreksi ini disebabkan oleh kesalahan membaca? 2. Tidaklah skala koreksi pada sumbu Y terlalu besar saudara ambil jika dibandingkan dengan ketelitian pembacaan yang terbatas? 3. Dapatkah saudara dengan mempergunakan grafikkoreksi ini mengadakan koreksi yang boleh dipercaya, terhadap hasil suatu penyelidikan dengan sphygmometer dengan jalan interpolasi? Tambahan: Pengukuran tekanan darah yang diperlukan seca klinis adalah tekanan dari aorta, tetapi biasanya diukur dalam arteri yang bersamaan tinggi permukaannya dengan jantung; biasanya yang digunakan adalah 66 arteri Brachialis (pada lenaan atas).

UMM

OSILOGRAF SINAR KATODA


(Percobaan L - 6) Alat-alat yang digunakan: 1. Osikograf sinar katoka (CR0) 2. Sumbertegangan bolak-balik. Tujuan Percobaan: 1. Memahami azas kerja OSIKA (Osilo graf Sinar Katoda) 2. Mempelajari penggunaan OSIKA: a. Melihat bentuk-bentuk gelombang listrik b. Menggunakan sebagai voltmeter c. Menentukan frekuensi dan beda phase. Dasar Teori : Kegunaan OSIKA (Osilograf Sinar Katoda) atau Chatoda Ray Osciloscope (CR0) ialah untuk menyelidiki gejala listrik, terutama mengenai bentuk, frekuensi, amplitudo dan beda phase. Tentang frekuensi biasanya lebih dari 10 getaran tap detik = 10 cycle/detik = 10 cps = 10 Hertz. Yang, teristimewa dalam CRO ialah bahwa mengandung sumber yang memancarkan elektron-elektron ke suatu tabir yang berpendar kalau dikenai elektron. Arah gerak elektron dapat dipengaruhi oleh medan listrik atau medan magnit. CRO yang memakai medan liistrik, medan tersebut dipasang antara dua lempeng vertikal dan horisontal. Dengan memasang tegangan yang hendak diselidiki antara lempeng vertikal saja akan terlihat garis lurus yang panjangnya menunjukkan amplitudonya; lebih dari itu tidak dapat diambil kesimpulan apa-apa lagi. Akan menjadi lain kalau pada lempeng horisontal dipasang suatu tegangan periodik frekuensinya sama dengan frekuensi tegangan tak dikenal. Maka titik yang tadi hanya bergerak ke atas-bawah dan memberikan kesan melulu tegak, sekarang juga bergerak ke kanan dengan kecepatan konstan, sehingga kita melihat suatu gambar pada tabir, seperti jika membuat gambar grafik dari gejala periodik dengan absis waktu dan ordinat tegangan dari gejala periodik tersebut. Kalau gejala yang diberikan pada lempeng tegak atau sinus, maka kita lihat gambar sinusiode. Hal ini dapat kita lihat pada gambar 1. Tegangan periodik yang besamya berbanding lurus dengan waktu; kalau digambar tegangan sebagai fungsi waktu, maka bentuknya sebagai berikut: 66

UMM

Bentuk tegangan seperti gigi-gigi gergaji, karena itu dalam praktek jugs dinamakan tegangan gigi gergaji (TGG). TGG ini membuatnya berbeda dengan alat yang berbeda dalam CRO.

Gambar 1. Bagian-bagian tabung OSIKA Jadi TGG ini yang menyebabkan dapat melihat bentuk tegangan yang diselidiki. TGG tersebut, dalam tehnik CR0 biasanya dinamakan alas waktu (time base). Penggunaan alas waktu dalam CR0 mirip dengan absis waktu dalam gambar grafik. Alas waktu ada bermacam-macam, tapi alas waktu yang linear ini yang paling balk dan yang biasa dipakai (yang lain misalnya circular time base). Hal yang penting lagi dalam CRO adalah penyerempak (synchronisation). Serempak berarti sama waktu atau sama periode gejala yang diselidiki mulai tepat sama saat dengan permulaan periode TGG, sehingga dperoleh gambar yang tunggal bukan yang bertumpukan. Penyerempak dapat dijalankan oleh alat dalam OSIKA sendiri (internal synchr) atau dapat diusahakan oleh alat diluar CR0 (external synchronisation). 66 Sampai di sini pembicaraan baru menyelidiki bentuk tegangan tak dikenal dengan pertolongan yaitu YGG yang dipasang pada horisontal. Pemakaian CR0 seperti tersebut di atas ialah secara INTERN. Dapat juga hubungan TGG dengan lempeng horisontal diputuskan dan pada

UMM lempeng horisontal tersebut dipasang tegangan yang kita masukkan dad luar. Pemakaian CR0 secara yang terakhir ini dinamakan EXTERN. Andaikan pada lempeng-lempeng horisontal dan vertikal masingmasing kita pasang tegangan harmonis (sinusoida) dengan pelbagai frekuensi dan beda phase antaranya, maka kita dapat gambar-gambar lissajouce yang terkenal. Cerita sampai ini merupakan suatu pujian alas sifat-sifat istimewa dari CRO, dimana dipakai suatu berkas sinar elektron praktis, tidak mempunyai kelembaban, hingga memungkinkan penyelidikan frekuensi-frekuensi yang amat tinggi yang tidak dapat diikuti oleh osilograf mekanis. Tapi suatu hal yang kurang baik (disadvantage) dari CR0 ialah tegangan-tegangan yang dibutuhkan untuk membelokkan berkas harus relatif agak tinggi, hingga tegangan-tegangan yang kecil tidak diregistemya. Tapi hal yang kurang baik ditiadakan dengan pemakaian penguatpenguat (amplifier) tegangan pada horisontal dan vertikal. Hal-hal yang fisis merupakan bukan pokok, tapi teknik tidak kurang pentingnya dalam CR0 ialah umpamanya: 1. Penyetelan terangnya gambar (intensity) 2. Penyetelan jelasnya gambar (focusing) 3. Penyetelan frekuensi alas waktu (time base) 4. Penyetelan sangat-tidaknya synchr (arti istilah ini kelak). 5. Penyetelan sangat-tidaknya pengerasan honsontaVvertikal. 6. Penyetelan atas-bawah, kiri/kanan gambar tabir.

66 1. Intensity 2. : : Untuk pengaturan terang/tidaknya gambar. pengatur letak gambar ke arah mendatar.

3. Sweep var or H gain : pengatur frekuensi secara halus atau pengatur arah mendatar.

4. Focus 5.

UMM

: pengatur jelas tidaknya gambar. : pengatur arah gambar arah tegak.

6. Vert gain 7. AC/DC

: pengatur besamya penguatan ke arah tegak. : pada posisi AC yang dapat dilihat hanya gejala bolak-balik melulu; pada posisi DC gejala searahpun dapat dilihat. 8. Vert. input : pengatur besamya penguatan ke arah tegak secara kasar (1x,1 Ox dan 100 x). 9. Vert.in : kutub untuk memasukkan gejala listrik ke lempeng tegak 10. H in. : Kutub dimana kita memasukkan gejala listrik ke arah mendatar. 11. Sweep Freq. : pengaturan frekuansi secara kasar. 12. Power : saklar untuk menghidupkan osilokop Tatalaksana Percobaan: I. Melihat Bentuk Gelombang

1. Buatlah hubungan seperti gambar, periksakan hubungan ini kepada asisten pembimbing anda (knop P dalam posisi sinusoide). 2. Hidupkan osiloskopnya tunggulah sampai beberapa saat 66 sehingga tampak garis mendatar pada tabir osiloskop. 3. Hidupkan generator anda, tunggu beberapa saat, amatiiah tabir osiloskop, maka akan terlihat bentuk gelombang sinusoida 4. Pindahkan posisi knop pada posisi berikutnya, amati dan gambarlah gelombang yang terlihat pada tabir.

UMM 5. Ulangi langkah 4 untuk posisi yang lain. 6. Coba perhatikan gambar-gambar yang anda peroleh di atas, gelombang apa sajakah yang terlihat tadi? II. Penggunaan Osiloskop Sebagai Pengukur Tegangan Puncak

1. TempatKanlah Knop pada 1 dan 2 posisi EXT buatlan hubungan seperti gambar. 2. Osiloskop ditera dulu dengan tegangan yang sudah dikenal. Dalam hal ini dipakai sumber PLN yang sudah diturunkan dengan trafo kira-kira menjadi 12 Volt (terbaca pada voltmeter). Pada tabir terlihat garis sepanjang L cm. Jadi L cm = 3 volt. 3. Voltmeter dilepas, knop 6 dan 8 jangan diubah-ubah, hubungkan ujung-ujung A dan B pada generator, maka akan terlihat garis tegak juga, andaikan panjangnya x cm maka tegangannya adalah:
= X. 3volt 3.x = volt L L

4. Ulangi percobaan 3 pada posisi-posisi knop P (pada generator) yang lain. Catatan: 1. Selama perubahan osiloskop dan generator, jangan dihidup matikan, biarkan tetap nyala. 2. Penggunaan osiloskop sebagai alat ukur adalah sangat luas seperti: pengukur beda phase, frekuensi, melihat gejala-gejala 66 bayangan, modulasi resonansi, watak-watak piranti elektronik, dan sebagainya. III. Pengqunaan OSIKA Sebagai Penaukur Frekuensi dan Beda Phase:

UMM Kalau pada lempeng horisontal (dalam posisi external), dimasukkan sumber tegangan sinusoida yang telah diketahui frekuensinya (PLN, f = 50 Hz), sedang pada lempeng vertikal dimasukkan gejala sinusioda lain yang akan diukur frekuensinya, maka terbentuklah pada tabir pendar suatu gambar hasil kerja sama 2 gelombang sinusoida. Gambar-gambar hasil kerja sama ini sering disebut gambar Lissajouce. Dan bentuk gambar ini dapat ditafsirkan frekuensi kelipatannya. Demikian juga jika ada beda phase, maka dengan memberikan penafsiran gambaran Lissajouce tersebut dapat diketahui beda phasenya. Pertanyaan: 1. Terangkan mekanisme terbentuknya gambar pada tabir penar OSIKA? 2. Terangkan terjadinya gambar-gambar Lissajouce karena beda frekuensi dan phase? Acuan: Thoyib, H. M., "Fisika II A, Listrik dan Magnet".,

66

UMM

VISKOSITAS
(Percobaan M-2) Alat-alat yang digunakan: 1. Viskosimeter Ostwald. 2. Bejana gelas. 3. Gelas ukur 4. Stopwatch 5. Termometer 6. Hydrometer 7. Larutan yang akan diselidiki (Na CI). 8. Akuades Tujuan Percobaan: 1. Memahami azas kerja viskosimeter. 2. Memahami kekentalan suatu zat cair. 3. Dapat menentukan angka kental dinamis dad suatu cairan secara nisbi. Dasar Teori: Air Iebih mudah diaduk dan tertuang. Minyak lincir Iebih sukar diaduk dan Iebih lama tertuang. Kita katakan bahwa minyak lincir Iebih kental dari pada air. Mengaduk dan menuang adalah menggerakkan zarahzarah dan lapisan cairan terhadap sesamanya. Dalam suatu cairan yang mengalir, maka lapisan-lapisan zat cair tadi bergerak dengan kecepatan yang tidak sama, sehingga saling bergesekan. Gaya gesekan G antara dua lapisan zat alir yang mengalir, berbanding lurus dengan luas lapiran A dan perubahan kecepatan dv serta berbanding terbalik dengan perubahan jarak dy.

66 Atau G= A dv dy dimana adalah suatu tetapan kesebandingan yang disebut angka kental dinamis atau viscocity, satuan dalam sistem c.g.s. adalah

UMM
dyne det gram atau cm2 cm det

66

UMM dan dinamakan poise, dalam sistem m.k.s. adalah Newton det kg.cm2 atau m2 m det yaitu = 10 poise. Besamya tergantung pada suhu dan faktor-faktor lain. Pada pengaliran melalui pipa sepanjang 1 cm dan jari-jari penampang R cm, karena perbedaan dyne tekanan cm2 dapat ditunjukkan bahwa volume cairan (dalam cm 3 ) yang mengalir dalam waktu t detik adalah: , R 2 pt V = buktikan 81 pt Ternyata disini V = apa sebabnya

Tetapi p ~ s

s=BJ zat cair Maka V ~

st

Azas Kerja Pada percobaan dengan Viskosimeter Ostwald, kita alirkan cairan yang akan kita selidiki ke dalam pipa vertikal. Pipa ini berada di dalam 66 termostad. Bagian atas pipa tadi membesar untuk menyimpan cairan yang akan dialirkan atau diselidiki. Bila waktu yang diperlukan untuk mengalirkan zat cair 1 dengan volume dari goresan A sampai B adalah t, dan waktu yang diperlukan untuk mengalimya zat cair 2 dengan volume yang sama adalah tz maka:

si ti s2t2 1 s1t2 = = atau 2 s2 t 2 i 2


dimana S, = BJ zat cair 1 clan S2 = BJ zat cair 2 Pada percobaan yang kita lakukan zat cair 1 adalah larutan garam dapur (Na Cl) dan zat cair 2 adalah akuades. Jadi kita dapat membandingkan larutan Na Cl dengan akuades. Perbandingan ini kita namakan nisbi larutan, jadi:

UMM

nibsi

laru tan slaru tan .tlaru tan = akuades sakuades .t akuades

Tatalaksana Percobaan: Tiap kali kita akan bekerja dengan cairan yang diselidiki, selalu pipa kita bersihkan dengan cairan tadi, dengan jalan mengalirkan berkalikali. 1. Isaplah akuades sampai di atas goresan A, kemudian dibiarkan mengalir ke bawah. Pada waktu akuades sampai di goresan A, stopwatch dipijit dan setelah sampai di goresan B stopwatch dipijit lagi. Catatlah waktu pengaliran akuades tadi. 2. Akuades yang keluar dari pipa harus selalu dibawah permukaan akuades di bejana. 3. Ulangi langkah 1 dan 2 berturut-turut dengan larutan NaCI yang konsentrasinya 100%, 80%, 60%,40%, 20%, dan akhirnya untuk akuades lagi. 4. Tinggi zat cair di bejana sebelum cairan diisi ke dalam pipa untuk konsentrasi-konsentrasi di atas harus selalu sama, yaitu dengan memasang petunjuk P (apa sebab?). 5. Ukurlah suhu percobaan dengan memasang termometer ke dalam termostad. 6. Tiap macam percobaan harus diulangi sampai minimum 3 kali. Pertanyaan: 1. Buktikan rumus-rumus yang harus dibuktikan. 2. Untuk apa pipa membesar di tengah, dan mengapa goresangoresan dibuat di bagian yang sempit, tidak di bagian yang 66 membesar? 3. Mengapa pipa kita masukkan ke dalam termostad? 4. Apakah yang menyebabkan perubahan temperatur di pipa? 5. Mengapa petunjuk P tidak boleh dirubah selama percobaan? 6. Pelajarilah bagaimana cara mengencerkan larutan.

UMM 7. Bagaimana menghitung BJ larutan setelah diencerkan? 8. Bagaimana cara mencari BJ larutan mula-mula? Acuan: 1. Sears, F W., "Mechanics Heat and Sound". 2. Alonso-Finn, 'Fundamental of University Physics

66

UMM

OPTIK MENENTUKAN JARAK TITIK API CERMIN SFERIS DAN LENSA


(Percobaan 0-1) Alat-alat yang digunakan: 1. Sumber cahaya 2. Bangku optik 3. Tabir 4. Pembagian skala sebagai benda 5. Empat buah pemegang 6. Satu buah lensa (positif dan negatif) 7. Layar kecil. Tujuan Percobaan: 1. Dapat memperagakan gejala-gejala optik. 2. Dapat menggunakan hukum-hukum optik. 3. Dapat menentukan jarak titik api cermin cekung dan cembung. 4. Dapat menentukan jarak titik api dan lensa positif, negatif, dan gabungan. 5. Dapat menentukan daya dari lensa. Dasar Teori: Cermin Bila suatu permukaan sferis dengan ruji R memisahkan dua zat antara di sebelah kin dengan indeks bias n dan di sebelah kanan dengan indeks bias n', maka berkas-berkas paraksial dari sebuah titik benda di sumbu pads jarak s di sebelah kiri vertex setelah mengalami pembiasan oleh permukaan sferis ini, akan dikumpulkan di satu titik pada sumbu yang jaraknya s' dan vertex, menunut persamaan:

n n n1 n + = s s1 R

. (1)

Persamaan di atas berlaku pula untuk permukaan yang memantulkan yaitu dengan mengganti n' dengan -n, sehingga kita peroleh persamaan: 66 1 + 1 =2 s s R Suatu permukaan sferis mempunyai dua titik api, yaitu titik api pertama f dan titik api kedua f, yang jaraknya terhadap vertex disebut jarak titik api pertama f, dan jarak titik api Kedua f. Dengan

UMM menggunakan definisi dari titik api pertama dan kedua, dapatlah kita memperoleh persamaan persamaan: n n .R .R . (3) F= 1 dan f1 = 1 n n n n R R1 Untuk f = dan f 1 = .. (4) 2 2 Persamaan (1) dan (2) dapat ditulis:

n n n n1 1= 1= 1 s s f f 1 1 1 1 = = 1 s s1 f f

.. (5) .. (6)

Dalam percobaan ini, jarak benda s dan jarak bayangan s' diukur dan dihitung f dari persamaan (6). Lensa Berbeda dengan suatu permukaan sferis yang membiaskan ataupun memantulkan berkas cahaya, maka pada lensa jarak titik api tidak diukur dad vertex melainkan dari ttiik utama, tetapi jarak benda atau bayangan tetap diukur dad vertex. Untuk sesuatu lensa terdapat dua titik api dan dua titik utama, yaitu titik api utama f dan titik api kedua f, serta titik utama, jarak titik api pertama f dan jarak antara titik f da H' disebut jarak titik api kedua f. Pada umumnya titik-titik H dan H' tidak saling berimpit, tetapi untuk suatu lensa tipis kedua titik itu dapat dianggap berimpit di pusat lensa. Demikianlah maka untuk lensa tipis, jarak titik api f dan f serta jarak benda s dan jarak bayangan s' dapat diukur dari pusat lensa. Dalam percobaan ini lensa-lensa yang dipergunakan kita anggap sebagai lensa tipis. Sebagai lensa tipis yang terletak di dalam zat antara udara berlaku persamaan:

1 1 1 1 1= = 1 s s f f

.. (7)

Dengan persamaan ini kita dapat menentukan jarak titik api lensa, jika jarak benda dan bayangan diketahui. Untuk penggabungan lensa 66 berlaku:

1 1 1 1 = + f f1 f 2 f1. f2
Jika kedua lensa bersinggungan, jarak t=0, sehingga persamaan menjadi:

UMM 1 1 1 = + f f1 f 2 Tatalaksana percobaan: Percobaan I Dengan lensa ini buatlah bayangan sejati pada tabir dari sebuah benda berupa anak panah (skala) horisontal yang digoreskan pada sebuah gelas berbentuk lingkaran. Dengan mengukur jarak benda s dan jarak bayangan s', maka jarak titik api f atau f dapat dihitung dari persamaan di atas. Percobaan II Jika benda dan bayangan (tabir) diletakkan pada kedua kedudukan yang tetap dan yang jaraknya lebih besar dari empat kali jarak titik apinya, maka kita dapat menempatkan lensa di antara benda dan bayangan pada dua kedudukan demikian rupa sehingga tetap dua bayangan sejati, yang satu diperbesari dan yang lain diperkecil. Buktikan hat ini! Andaikan bahwa pada kedudukan pertama jarak benda dan bayangan berturut-turut s, dan s,', dan pada kedudukan kedua s2 dan s2'. Oleh karena sinar-sinar didatangkan dari kiri atau kanan, maka fungsi benda dan bayangan dapat dipertukarkan. Dengan demikian s, = s2 dan s,' = s2. Jarak antara kedudukan lensa pertama dan kedua adalah: s2 s1 =-s,' -s,= s2 = s2 ' yang harganya dapat dibaca, sedang jarak benda dan bayangan yaitu: s1 + s1 '= s2 = s2 'dapat pula dibaca. Maka dapat dihitung s, dan s,' atau s2 dan s2 . Selanjutnya dengan persamaan di atas dapat pula ditentukan titik api lensa. Percobaan III Dengan pertolongan cermin datar, maka jarak titik api lensa dapat diukur secara langsung, jadi tidak dihitung dari persamaan di atas. Letakkan benda kira-kira pada bidang api lensa dan letakkan sebuah cermin datar di belakang lensa, demikian rupa sehingga sinar yang 66 keluar dari lensa oleh cermin datar ini akan dipantulkan kembali. Jika benda telah benar-benar terletak pada bidang api, maka akan terbentuk bayangan yang jelas pada bidang datar. Hal ini dimungkinkan oleh karena setengah dari luas keping gelas dimana benda berada dipakai sebagai tabir.

UMM

66

UMM

MIKROSKOP
(Percobaan 0 - 2) Alat-alat yang digunakan: 1. Mikroskop 2. Mikrometer obyektif dan mikrometer okuler. 3. Cermin gambar. 3. Bangku kayu 4. Sumber cahaya Tujuan Percobaan: 1. Dapat mempergunakn mikroskop 2. Dapat menentukan pembesaran total mikroskop 3. Dapat mengukur panjang dad suatu benda kecil 4. Dapat menentukan besamya apertur numerik. Dasar Teori: Mikroskop adalah alat untuk melihat benda kecil. Pada dasamya terdiri dan lensa obyektif dan lensa okuler yang sesungguhnya masingmasing adalah suatu susunan lensa. Benda yang dilihat diletakkan pada jarak yang lebih jauh sedikit dad titik api pertama lensa obyektif. Bila mata pengamat tidak berakomodasi maka letak benda ini harus sedemikian rupa sehingga bayangan yang dibentuk oleh lensa obyektif jatuh tepat di titik api pertama lensa okuler.

Perbesaran total dari mikroskop adalah:

M =

tgu1 tgu

Dengan u'= sudut yang terbentang pada mata oleh bayangan terakhir yang terlihat melalui mikroskop, sudut yang terbentang pada mata tanpa alat oleh benda pada jarak titik dekat d = 35 cm. y Y Y Tg u = = dan tg u' = f2 d 25

66

UMM Y = tinggi benda, Y'= tinggi bayangan oleh lensa obyektif f2 = jarak titik api lensa okuler, sehingga: M=

Y1 d =m d f2

m=

Y1 = perbesaran lateral atau lensa obyektif Y

d 25 = = perbesaran sudut oleh lensa okuler f2 f2 Dengan persamaan untuk lensa obyektif: =

1 1 1 + = s s1 f1
Dan persamaan perbesaran:

Y 1 s1 = Y s

Diperoleh M Dengan D =

D D f1 f 2

s1 f = jarak antara f11 sampai f 21

Daya Pisah dan Apertur Numerik Daya pisah menurut Rayleigh, karena adanya difraksi oleh lubang (apertur) ba ay ngan dad suatu titik benda suatu lensa tidak berupa titik melainkan berupa Iingkaran cahaya dikeiilingi cincin-cincin gelap terang y ang dinamakan difraksi. Pola difraksii ini praktis dianggap lingkaran karena 85% cahaya terkumpul pada lingkaran ini. Dua titik cahaya yang sangat berdekatan 66 bayangannya berupa dua lingkaran yang berpotongan. Dua lingkaran ini dianggap terpisah jika jaraknya minimal sama dengan jari-jarinya. Hal ini dipenuhi bila jarak dua benda (titik cahaya).

UMM

Z=

0,61. n sin u

dengan Z = jarak dua benda yang mulai dapat dipisahkan oleh sebuah lensa (= jarak minimal), I = panjang gelombang dalam lampu dari cahaya dipakai, n = indeks bias zat antara dimana benda berada, u = 1/2 dan sudut puncak kerucut cahaya yang masuk lensa. n sin u dinamakan speratur numerik (A.N). Suatu alat optik dikatakan mempunyai pisah yang besar bila jarak dua benda yang mulai dapat dipisahkan oleh alat tadi sangat pendek. Atau daya pisah makin besar bila Z makin kecil yang berarti bila A.N. makin besar. Jika A.N. makin besar tidak hanya menambah daya pisah saja tetapi juga menambah cahaya yang masuk. I. Menentukan Perbesaran Total Secara Langsung Dasar Percobaan I: Perbesaran total dihitung menurut persamaan: M=

tgu1 25 = tgu = tgu Y

Y adalah panjang benda dapat ditentukan karena bendanya adalah mikrometer obyektif yang tiap skalanya 0,01 mm = 0,001 cm. Tg u' dapat diukur dengan pertolongan melihat sekaligus mikrometer obyektif melalui mikroskop dan melihat mistar di luar mikroskop dengan kedua mata.

66 y=nx0,001 cm, tg u=X;X=,x0,1 cm (jika m dihitung skalanya dalam mm), tetapi jika m adalah jumlah bagian skala mistar dalam cm, maka: X=m cm, sehingga tg u = M =
m(cm)

25 (cm)

UMM

M(cm)

nx0,001 (cm)

66

UMM II. Menentukan Perbesaran Total Dengan Pertolongan Cermin Gambar Dasar Percobaan II: Perbesaran total dihitung dengan rumus yang sama dengan percobaan I. Tg u' diukur dengan pertolongan melihat sekaligus dengan satu mata mikrometer obyektif melalui mikroskop clan mistar di luar mikroskop dengan pertolongan cermin gambar.

M dihitung seperti pada percobaan I dalam hal ini a=a,+a2+a, III. Mengukur Tebal Rambut Dengan Pertolongan Mikrometer Okuler Mengukur tebal rambut dengan pertolongan mikrometer okuler. Lensa okuler sesungguhnya adalah suatu susunan lensa yang terdiri dari lensa positif. Yang di depan dinamakan lensa mata. Bila kita mempertunakan mikrometer okuler ini harus diletakkan di antara kedua lensa tadi tepat di titik api dad lensa belakang (lensa mata) sehingga selalu tampakjelas untuk mata yang tidak berakomodasi. Dasar Percobaan Ill: Lebih dahulu mikrometer okuler ditera denga mikrometer obyektif, kemudian kita pergunakan untuk mengukur tebal rambut. Harga skala mikrometer okuler 66 Jumlah bagian skala obyektif x 0,001 cm Jumlah bagian skala okuler Tebal rambut = Jumlah bagian skala yang menyilang x harga skala mikrometer okuler.

UMM

IV. Menentukan A.N. Dari Mlkroskop Dasar Percobaan IV Karena jarak bayangan oleh lensa obyektif jauh lebih besar dad jarak benda, maka letak benda (meja obyek) dianggap dari titik api. Jika lensa okuler dilepas, maka sinar yang masuk mata dapat dianggap sejajar karena pupil mata dan pupil lensa obyektif sangat kecil dibanding jarak lensa obyektif sampai mata. Sinar tadi berasal dad sinar datang yang melalui titik api pertama lensa obyektif. Jika di bawah mikroskop diletakkan kertas putih, maka yang terlihat oleh mata melalui mikroskop tanpa lensa okuler adalah sebagian yang bertepi lingkaran. Dengan mengukur diameter lingkaran dan jarak meja obyek sampai kertas dapat ditentukan sin u. A.N =n sin u N untuk udara = 1

Tatalaksana Percobaan: Percobaan I Mula-mula letakkanlah sumber cahaya di dekat mikroskop dan aturlah arah cermin di bawah mikroskop sehingga cahaya dapat 66 masuk ke dalam mikroskop. 1. Letakkanlah mikroskop di atas meja obyek. Dengan melihat meja obyek dad luar (tidak melalui mikroskop) turunkanlah kedudukan mikroskop sampai lensa obyektif hampir menyinggung meja obyek.

UMM 2. Dengan mata melihat ke dalam mikroskop, kedudukan mikroskop dinaikkan menjauhi meja obyek dengan memutar halus sedikit demi sedikit sehingga tampak bayangan mikroskop jelas dan tajam. 3. Pasanglah plat glas dan cermin datar seperti pada gambar di atas 4. Dengan mata melihat ke dalam mikroskop melalui plat gelas aturlah arah cermin datar sehingga mistar yang ada di samping mikroskop dapat terlihat. 5. Geserlah letak mistar sehingga terlihat berdampingan dengan bayangan mikrometer obyektif. 6. Hitunglah jumlah bagian skala mistar (=m) dan jumlah bagian skala mikrometer obyek yang saling berimpitan. 7. Ukurlah jarak mistar sampai cermin datar (=a 1 )., jarak cermin datar sampai plat glas (=az), dan jarak plat gelas sampai mata (=a 3 ). Percobaan II Mula-mula letakkanlah sumber cahaya di dekat mikroskop dan aturlah arah cermin di bawah mikroskop sehingga cahaya dapat masuk ke dalam mikroskop 1. Letakkan mikroskop ini diatas meja objek. Dengan melihat meja objek di luar (tidak melalui mikroskop) turunkan kedudukan mikroskop sampai lensa objektif hampir menyinggung meja objek. 2. Dengan mata melihat kedalam mikroskop, kedudukan mikroskop dinaikkan menjauhi meja objek dengan memutar halus sedikit demi sedikit sehingga tampak bayangan mikroskop jelas dan tajam. 3. Lepaskan susunan lensa okuler, pasanglah micrometer okuler pada tempatnya di antara lensa depan dan lensa belakang. Pasanglah susunan lensa tadi. 4. Putarlah lensa okuler sehingga bayangan micrometer okuler sejajar dengan bayangan objektif. Dengan pensil yang runcing tariklah garis sepanjang keliling lingkaran, ukrlah diameter (=D) Pertanyaan: 1. Apa yang disebut dengan perbesaran? 2. Apa yang disebut dengan daya pisah? 3. Apakah daya pisah tergantung kepada jenis sumber cahaya yang dipake?

66

UMM 4. Apakah yang disebut dengan aparutr numeric (A.N) 5. Jelaskan mengapa tg u dapat diukur dengan pertolongan melihat sekaligus micrometer dan mistar dengan kedua mata? D/2 6. Jabarkan: sin u = (D/2)z + az 7. Mengapa pada pengukuran A.N. harus dilepaskan lensa kondensor dan cermin terlebih dahulu? 8. Bagaimana pendapat anda cara memperbesar daya pisah suatu instrument alat optic?

66

UMM

KELEMBABAN UDARA
(Percobaan K-6) Alat-alat yang digunakan: 1. Higrometer putar (sling hygrometer) 2. Higrometer titik embun (dew point hygrometer) 3. Tabel-tabel Tujuan percobaan: 1. Memahami azas kerja higrometer. 2. Menggunaka higrometer untuk menentukan kelembaban udara suatu ruangan. Dasar Teori: Banyaknya uap air dalam udara, memberikan ukuran kelembaban dan pada udara. Kalau tekanan uap air dalam udara mencapai maksimum, maka mulailah terjadi pengembunan. Misalnya udara mengandung uap air yang memberikan tekanan parsial sebesar 17,55 mm Hg pads temperatur udara 30C. Tekanan uap maksimum pada 30C adalah 31,86 mm Hg; jadi tekanan parsial uap air masih di bawah tekanan maksimum tekanan parsial uap air masih di bawah tekanan maksimum ini, maka tak terjadi pengembunan. Kalau temperatur udara turun menjadi 20C, maka mulailah terjadi pengembunan. Karena tekanan maksimum uap air pada 20C adalah 17,55 mmHg. Temperatur dimana terjadi pengembunan disebut titik embun. Kalau temperatur udara terus turun, terjadilah awan dan hujan sehingga mengurangi jumlah molekul-molekul uap air dalam udara sedemikian rupa sehingga tekanan maksimum uap air dalam udara tidak melebihi tekanan maksimum. Kalau temperatur terus turun sampai 18C, dengan terjadinya pengembunan clan hujan tekanan udara tidak akan melebihi 15,49 mmHg karena tekanan maksimum uap air pada 18C adalah 15,49 mm Hg. Kelembaban mutlak adalah massa uap air dalam udara per satuan volume. Kelembaban relatif adalah perbandingan antara massa uap air per satuan volume dalam udara dengan massa uap per satuan volume itu kalau tekananannya = tekanan maksimum uap air pada temperatur udara. Atau = Tekanan uap air dalam udara Tekanan maksimum uap air pada temperatur udara tersebut (buktikan ini) Tatalaksana Percobaan:

66

1.

UMM Sling Hygrometer Dengan sling hygrometer, yakni dua termometer yang satu ujungnya dibasahi dengan air, yang lain kering, diletakkan pada suatu batang diputar cepat. Akibatnya sama dengan meletakkan kedua termometer tersebut di tempat yang anginnya bertiup dengan kencang. Akan terlihat bahwa termometer yang basah akan menunjukkan temperatur yang lebih rendah daripada yang kering. Ini disebabkan karena ujung termometer basah ada uap air jenuh, sedang di sekitamya tekanan uap airnya lebih kecil, jadi molekul-molekul uap air di dekat ujung bawah lebih rapat daripada yang berada di sekitamya; oleh karenanya terjadi diffusi yaitu molekul-molekul uap air di dekat ujung basah bergerak keluar men dung, dari tempat yang rapat ke tempat yang kurang rapat. Tetapi ujung itu selalu basah, jadi pada keadaan setimbang permukaannya harus ada uap air jenuh, maka terjadilah penguapan terus-menerus pada permukaan ujung itu. Karena untuk penguapan diperlukan panas, maka pada keadaan setimbang temperatur ujung harus lebih rendah dari pada temperatur sekitamya agar terjadi penghantaran panas dari sekeliling menuju ujung ini. Berdasarkan pemikiran ini ClerkMaxwell memperhitungkan massa uap air yang diuapkan perdetikyang mana tergantung pada perbedaan antara tekanan uap pads permukaan dengan tekanan disekelilingnya dan tergantung pula pads konstante diffusi, kelilingnya dan tergantung pula pada konstante diffusi, diperhitungkan pula pmlah pans perdetik yang diterima oleh ujung dari sekeliling secara penghantaran dan pemancaran yang tergantung pula pada daya hantar dan daya pancar udara serta perbedaan antara temperatur di permukaan ujung dengan temperatur di sekelilingnya. Jumlah panas ini harus sama dengan panas yang diperlukan untuk penguapan. Sehingga diturunkan persamaan: P = Pm-0,00066 B (t-tb) Dimana P = tekanan uap air dalam udara. PM = tekanan uap air maksimum pada temperatur udara B = barometer t = temperatur yang ditunjukkan oleh termometer 66 kering tb = temperatur yang ditunjukkan oleh termometer basah Dan hasil-hasil pengamatan t, th, B, dan hasil pembacaan pads Label untuk Pm dan masa jenis uap air, hitunglah:

UMM a. Kelembaban relatif. b. Titik embun c. Kelembaban mutlak 2. Dew Point Hygrometer Dengan memakai dew-point hygrometer, yakni dalam bumbung yang berdinding luarmengkilat dimasukkan ether dan termometer; ether dipaksa menguap dengan menghembuskan udara ke dalam bumbung itu, akibatnya temperatur ether turun dan ini dapat dibawa pada termometer yang terpasang, yang ujungnya sampai titik embun, maka mulailah terjadi pengembunan pada dinding luar bumbung; ini terlihat dengan terjadinya kesuraman pada dinding yang mengkilat. Percobaan dilakukan dengan menghembuskan udara sampai mencapai titik embun, kemudian dibiarkan sampai embun mulai hilang dan seterusnya. Temperatur dicatat waktu mulai terjadi dan waktu mulai titik embun dan percobaan diulangi beberapa kali kemudian hitunglah: a. Kelembaban relatif b. Kelembaban mutiak Berat uap air: G = V S P T 273

Dasar Perhitungan Dew-Point Hygrometer 76

Pada tekanan P, volume V, dan temperatur T, maka berat air = V1 S. P 273 76 T1 G1 V1 = S.P 273 76 T1

Dalam keadaan jenuh, dengan tekanan Pm, volume Vm dan temperaturTC, maka berat uap air : Kelembaban relatif = e = G11 V1 = S P 273/76 T1 G21 V2 = S P 273/76 T2 Dimana T1 = T2 sehingga P e e = P Pm 66

Lembab mutlak= M = e p p pada P mak dapat dilihat dalam tabel.

= Pm - 0,00066 B (t-tb) = Pm - 0.00066 B (t-tbl) PM

UMM M= P p Pm Titik embun dicari dad tabel berdasarkan hasil dari P.

66

UMM

TABEL
t = temperatur, Pm = tekanan maksimum uap air dalam mm Hg rm = massa jenis uap air jenuh dalam gram/cm3. tC 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Pm 9,21 8,85 10,52 11,24 11,99 12,79 13,64 14,54 15,49 16,49 17,55 18,66 Pm x 10-6 tC 9,40 10,01 10,66 11,35 12,07 12,83 13,63 14,48 15,37 16,31 17,30 18,34 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Pm 19,84 21,09 22,40 23,78 25,24 26,77 28,38 30,08 31,86 33,70 35,70 pm x 10-6 19,43 20,58 21,78 23,25 24,38 25,77 27,33 28,76 30,37 32,21 34,05

Pertanyaan: 1. Sebutkan definisi kelembaban mutlak dan kelembaban relatif. 2. Apa yang disebut uap air jenuh dan apa hubungannya dengan kelembaban mutlak? 3. Apa hubungan antara tekanan uap air maksimum dengan tidak embun? 4. Mengapa persamaan yang dipakai tidak sama denga yang terdapat pada acuan? Buktikan bahwa: p = pm - 0,00066 B (t-tb) 5. Uraian perhitungan kelembaban mutlak dengan dew-point 66 hygrometer. Acuan: 1. Hemphreys, "Physics of The Air" 2. Lee Sears, "Thermodynamics"

UMM

WATAK LAMPU LISTRIK


(Percobaan L-2) Alat-alat yang digunakan: 1. Voltmeter 2. Amperemeter 3. Slide regulator 4. Bola lampu pijar dan vitingnya 5. Lampu T .L dan vitingnya Tujuan Percobaan: 1. Dapat memahami dan menggunakan hukum Ohm dan hukum Joule 2. Dapat membuat hubungan listrik 3. Dapat menghitung dan membandingkan daya pada lampu pijar dan lampu TL. 4. Menentukan watak lampu pijar dan watak lampu T.L. Dasar Teori : Bila bola lampu listrik (lampu pijar atu lampu TL) dihubungkan sumber listrik, arus listrik (I) akan mengalir, besamya arus sebanding dengan besar beda potensial (V) yang diberikan. Hubungan antara arus dan beda potensial dijelaskan oleh Ohm dengan hukumnya yang secara matematik dapat dituliskan: V=I.R dengan R = tahanan lampu. Daya Listrik (P) yang diterima oleh lampu pijar dapat dituliskan: C = T2 . R Atau P=I.V

Daya ini dilepaskan kembali sebagian bergentuk tenaga cahaya dan sebagian lagi dengan bentuk panas (yang tidak dikehendaki). Untuk lampu T.L. (neon) disamping ada tahanan murni (R) yang bersifat resistif, ada yang sifatnya Kapasitif (Xc= - 1 ), . C dan induktif (XL = w.L.). Untuk itu, maka dalam perhitungan daya 66 faktor-faktor ini harus diperhitungkan, sehingga perhitungan dayanya menjadi: P = V. I . cos

UMM Dengan cos = faktor daya, = beda phase antara tegangan dan arusnya. Adanya Xc (reaktansi kapasif) dan Xr (reaktansi resistif) sehingga menjadi impedansi (Z) dapat dilukiskan: Besaran X R= R merupakan komponen Z pada sumbu riil, sedang Xc = dan XL = . L merupakan komponen Z pada sumbu khayal yang biasanya diberi lambang j, sehingga dapat ditulis: Z =R+j (. L - ) Untuk hubungan seri antara R, C, dan L. Sedang untuk hubungan paralel: 1 = 1 + j (. L 1 ) Z R .L Adanya faktor daya cos yang disebabkan oleh beda phas antara arus (I) dan beda potensial (V) pada hakekatnya merupakan beda & phase antara Z dan R. Faktor ini akan menyebabkan effisiensi menjadi Iebih kecil. Pada TL., adanya balast atau choke menyebakan unsur induktif Iebih dominan. Untuk mempertinggi effisiensi daya, faktor daya perlu diperbesar dengan memasang kapasitor. Pemasangan kapasitor baik seri maupun paralel dapat mengurangi dominasi induktor (induktansi). Sehingga memperkecil atau memperbesar effisiensi.daYa.] Tatalaksana Percobaan: A. Watak Lampu Pijar 1. Buatlah sambungan listrik seperti bagan I. Jangan dihubungkan dengan sumber listrik sebelum diperiksa oleh asisten. 2. Aturlah variak pada posisi nol (minimum) 3. Hubungkan ke stop kontak, perhatikan I (Amperemeter) dan V (Voltmeter) semestinya keduanya nol. 4. Putarlan variak sehingga V = 25 volt dan baca serta catatiah besar penunjukan amperemeter. 5. Naikkan potensial V dan catatlah I setiap kali berturutturut V = 50 V,75V, 1 OOV, 120V, 140V, 160V, 180V, 200V, dan 220V. 6. Sementara hubungan sumber listrik diputus dahulu. 7. Buatlah grafik (dikerjakan di rumah) hubungan antara V dan I. Hitung dayanya pada V = 50 V, 1 OOV, 150 V dan 200 66 V. 8. Tentukan tahanan lampu berdasarkan perhitungan dan dari grafik pada langkah 7. B. Watak Lampu T.L.

UMM 1. Buatlah sambungan listrik seperti bagian ii. Jangan dihubungkan ke stop kontak sebelum diperiksa asisten. Variak pada potensi nol. 2. Dengan diketahui sistem, hubungkan variak ke stop kontak (sumber listrik PLN). Baca dan catat penunjukan V dan I. 3. Naikkan tegangan dan catatiah amperemeter pada tegangan OV, 50V, 1 OOV,120V,150V,160V,170V,180V,190V, 200V, 21 OV, 220V. Catat khusus tegangan pada saat lampu mulai nyala sempuma. 4. Turunkan tegangan dan catatiah amperemeter pada tegangan berturutturut 21 OV, 200 V, 190V, 180V,170V,160V,150V,120V,1 OOV, 50V, dan OV. Catatlah khusus pada tegangan berapa T .L. sampai mati. 5. Buatlah grafik (dikerjakan di rumah) hubungan antara V dan I. Pada tegangan 220V berapakah daya yang diebrikan pada lampu T.L. yang mestinya hanya 10 watt ini? C. Meningkatkan Efisiensi Daya Lampu T.L. 1. Buatlah hubunga listrik seperti bagan Ill. Ulangi langkah B. 2 asmpai dengan B.5 di atas. 2. Buatlah sambungan seperti bagan IV. Ulangi langkah B.2 sampai dengan B.5 di atas.

Pertanyaan: Apakah kesimpulan anda dari percobaan B dan C? Gambar bagan

66

UMM

66

UMM

TARA KALOR LISTRIK


(Percobaan K - 3) Alat-alat yang digunakan: 1. Klorimeter dengan pemanas. 2. Voltmeter AC. 3. AmperemeterAC. 4. Termometer 5. Termometer step-down 6. Tahanan geser 7. Pemutus anus Tujuan Percobaan: 1. Memperagakan hubungan tenaga listrik dengan tenaga panas. 2. Menentukan angka kesetaraan Joule dengan kalori Dasar Teori: Dua bentuk tenaga diantara tenaga-tenaga yang lain, yang dibicarakan di sini adalah tenaga listrik dan tenaga panas. Tenaga dari bentuk yang satu dapat berubah menjadi bentuk yang lain. Misalnya pada peristiwa gesekan tenaga mekanik berubah menjadi tenaga panas, di dalam mesin uap tenaga panas berubah menjadi tenaga mekanik. Bilangan yang menyatakan besamya tenaga listrik yang setara dengan satu-satuan tenaga mekanik dinamakan angka seta dengan satusatuan tenaga panas dinamakan angka kesetaraan panas mekanis/listrik. Kesetaraan panas-mekanis pertama kali diukur oleh Joule dengan mengambil tenaga mekanik dari beban yang jatuh untuk mengaduk air dalam kalorimeter sehingga air menjadi panas. Cara lain adalah dengan mengubah tenaga listrik menjadi tenaga panas dalam suatu kawat tahanan yang tercelup dalam air yang berada di dalam kalorimeter. Tenaga listrik yang hilang dalam kawat tahanan besamya: W = V i t Joule Dimana V=beda potensial antara ujunq-ujung kawat dalam Volt, kuat 66 arus dalam ampere dari t = lamanya mengalirkan dalam detik Tenaga listrik sebesar V i t Joule, ini adalah tenaqa mekanik yang hilang dari elektron-elektron yang bergerak dari ujung kawat berpotensial rendah ke ujung berpotensial tinggi. Tenaga ini berubah

UMM menjadi panas yang keluar dari kalorimeter, maka panas yang timbul besamya: Q = ( M + H) (ta - tm) gram cal/C dengan M = massa air, H = harga air kalorimeter beserta pemanas dan pengaduk, to = temperatur akhir dan tm = temperatur mula-mula. Panas yang keluar dari kalorimeter dapat sangat berkurang dan dianggap tak ada jika selisih antara temperatur akhir dengan temperatur kamar sama dengan selisih antara temperatur kamar dengan temperatur mula-mula. Besamya angka kesetaraan panas mekanis listrik : Vit a= W Q = Joule/kalori (M+H)(ta-tm)

66 Tatalaksana Percobaan: 1. Pasanglah rangkaian listriknya seperti pads bagian A atau B. Jangan dihubungkan dengan sumber sebelum diperiksa asisten. 2. Setelah diperiksa, hubungan dengan sumber tutuplah pemutus arus dan aturlah tahanan geser sehingga arusnya kira-kira 2 ampere.

UMM 3. Timbanglah air dengan sedikit es (agar temperatumya sedikit di bawah temperatur kamar).Banyaknya air diperkirakan sedemikian rupa sehingga kawat pemanas dalam kalorimetertercelup dengan sempuma (tanyakan pads asisten). 4. Masukkan air ke dalam kalorimeter. 5. Pasanglah kalorimeter aduklah pelan-pelan kemudian catatlah temperatur mula-mula. 6. Tutuplah pemutus arus pada saat jarum-detik arloji menunjuk nol. Catatlah jam beberapa saat ini, kemudian catatlah beda potensial dan arus setiap 2 menit. Selama pengamatan aduklah air dalam kalorimeter pelan-pelan saja. 7. Setelah temperatur akhir yang dikehendaki tercapai, bukalah pemutus arus, catatlah jam beberapa dan catat pula temperatur akhir yang terbaca pads termometer. 8. Ulangi langkah 3 sampai 7 dengan massa air yang berbeda. Pertanyaan: 1. Apa yang disebut dengan tata kalor listrik? Apa satuan dan berapa besamya yang pemah didapatkan secara eksperimen? 2. Bentuk energi apa saja yang teriibat dalam percobaan ini? 3. Perlukah percobaan pelopor dijalankan, berikan pandangan anda. 4. Berikan rumus yang dipakai dan berikan penjabarannya secara lengkap. 5. Berikan rangkaian percobaan dan pertanggungjawaban. Acuan: Sears, F. W., "Electricity and Magnetism".

66

UMM

MODULUS ELASTISITAS YOUNG


(Percobaan M - 2) Alat-alat yang digunakan: 1. Kawat logam 2. Anak timbangan 3. Micrometer 4. Neraca air Tujuan Percobaan: 1. Dapat memahami Hukum Hooke 2. Dapat menentukan modulus elastisitas Young. Dasar Teori : Apabila sebuah benda homogen panjang I dan dimana-mana berpenampang sama, sebesar A ditarik oleh sebuah gaya F, maka benda akan bertambah panjang sebesar DI. Selama tegangan F/A (tegangan = gaya per satuan luas) tidak melebihi sesuatu harga (batas kesebandingan) maka regangan jenis DVI adalah sebanding dengan F/A. Secara matematis ditulis: F A I = E I

Batas kesebandingan tersebut di atas adalah berbeda-beda untuk mated yang tidak sama. Persamaan itu disebut Hukum Hooke, dan konstante perbandingan E disebut Modulus Elastisitas, yang besamya tergantung pada macam materinya. Satuannya dalam sistem MKS yaitu Newton meter2 atau Pascal dan pads parktek digunakan kg mm2. Azas Percobaan Dengan percobaan tank pada suatu kawat yang panjang dan penampangnya diketahui, maka dengan persamaan (1) kita dapat menghitung E. Persamaan (1) dapat ditulis: F= AE I x I 66

F= C x I Atau

UMM AE Dimana 1 C= = konstante

Dari persamaan (2) terlihat bahwa ada hubungan linear antara gaya tarik A dengan regangan l, dengan sendirinya ini hanya berlaku dalam batas kesebandingan saja. Bertambahnya I oleh gaya tarik itu tidak perlu tiap-tiap kali dimasukkan dalam persamaan (1), karena 1 << 1 selalu diabaikan juga berkurangnya penampang oleh tarikan tersebut. Pada percobaan ini kita pakai kawat tembaga yang akan dicari E-nya. Kawat ini digantung dan diujung sebelah bawah ada tempat untuk beban (anak timbangan). Sebuah neraca air dipasang sedemikian sehingga ujung yang satu (P) mengikuti gerakan ujung bawah dari kawat, sedang ujung yang lain (0) bersandar di atas ujung sekrup mikrometer (M), yang dipasang vertikal pada tempat yang permanen. Pada keadaan mula-mula yaitu sebelum ada beban, neraca air dibuat horisontal dengan mengubah M. Dalam keadaan ini sikap M dibaca, jika kemudian diberikan beban 100 sampai 600 gram, maka P akan turun dan neraca air miring. Neraca air sudah horisontal sikap M dibaca lagi. Dengan mikrometer ini perubahan panjang 0,01 mm dapat dibaca dengan tepat. Seterusnya tiap-tiap kali ditambah beban 100 gram dan tiap-tiap kali pula sikap M dibaca bila neraca air sudah Horisontal. Ini dilakukan hingga 10 kali. Setelah itu, tiap-tiap kali beban diambil berturut-turut seperti pads waktu menambah tadi. Juga dalam hal ini sikap M dibaca tiap-tiap kali bila neraca M sudah horisontal. Hasil pengamatan M pada penambahan dan pengurangan tersebut diambil harga rata-ratanya dan dihitung Al untuk hargaharga beban A yang tersebut. Dengan hasil ini dibuat grafik di kertas mm antara beban A dan regangan AI. Menurut hukum Hooke grafik ini harus beruipa garis lurus, bila A mash di bawah batas kesebandingan. Biasanya di daerah A yang kecil, grafik itu agak melengkung. Ini disebabkan karena sebelum ada beban, kawatnya tidak lurus bebar; beban yang mula-mula digunakan untuk meluruskan kawat tersebut. Maka perhitungan E berdasarkan hukum Hooke hanya boleh dilakukan di daerah dimana grafiknya berupa garis lurus. Penampang kawat A dihitung dengan mengukur diameter kawat dilakukan pada kawat yang dipakai untuk percobaan, karena akan 66 menimbulkan "knik"pada kawat tersebut, sehingga mungkin tidak memenuhi lagi hukum Hooke. Pengukuran dilakukan di 5 tempat, kemudian diambil harga rataratanya. Untuk menghitung harga E yang kita lakukan:

UMM Tiap-tiap pengamatan tunggal dilakukan dengan ketaksamaan yang berbeda-beda, tetapi sebenamya orang dapat menganggap bahwa ralat pengamatan mutlak dad masing-masing pengamatan tunggal kira-kira adalah sama. Ini berarti bahwa ralat nisbi pads masingmasing pengamatan tunggal makin kecil bila regangan l makin besar. Bila kita pikirkan, regangan El adalah regangan oleh karena gaya tarik F(karena sifat kesebandingan), maka untuk menghitung E kita pakai persamaan: E= 1 F

A DI Tatalaksana Percobaan: 1. Pasangkan kawat pada tempatnya. 2. Putar mikrometer hingga neraca air horisontal (tanpa beban), catat kedudukannya baikbaik. 3. Pasang beban 100 gram, kemudian putarlah mikrometer hingga neraca air horisontal, catat kedudukannya baik-baik.

4. Ulangi langkah no. 3 dengan menambah beban menjadi 200, 300, 400, 500 dan 600 gram. 5. Ulangi langkah no. 3 dan 4 berturut-turut mulai 600,500,400,300, 200 dan 100 gram. 6. Ukur panjang dan diameter kawat. Pertanyaan: 1. Apa yang disebut modulus elastisitas? 2. Bagaimana bunyi hukum Hooke? 3. Dapatkah pengukuran E dengan metode grafis? Terangkan. 66

UMM Acuan: Sears, F. W., "Mechanics, Heat and Sound". Alonso-Finn, "Fundamental of University Physics

66

UMM CONTOH LANGKAH PERHITUNGAN DATA PRAKTIKUM FISIKA DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG MENERA TERMOMETER Tekanan Barometer awal Tekanan Barometer akhir A. No 1. 2. 3. 4. 5. B. : : mmHg mmHg

Termometer Batang Temperatur Es Mencair (0C) 3 4 4 4 5 Temperatur Es Mendidih (0C) 91 93 95 97 96

Termometer Badan No Temperatur batang ( C) 1. 2. 3. 4. 5. 40 39 38 37 38


0

Temperatur badan (0C) 39,1 38,1 37,1 36,6 35,3

Dari tabel A, diperoleh nilai: tc=tc rata-rata =t ci = t c1+tc2+tc3+tc4+tc5 n 5 nilai ketidakpastiannya: c = 66

(tc1-tc)2

UMM n(n-1) sehingga diperoleh nilai tc (nilai saat es mencair) tc = (c tc) C

Dart tabel B diperoleh: Td=td rata-rata =t di = t d1+td2+td3+td4+td5 n 5 nilai ketidakpastiannya: td =

(td1-td)2
n(n-1)

sehingga diperoleh nilai td (nilai saat es mendidih) td = (td td) C

Selanjutnya dari data tc dan td dapat ditentukan besar skala termometer batang: S= to td - tc

Nilai ketidakpastiannya: S= s t
2

(td)2 + t

s (td)2

Sehingga skalanya adalah : S = S Jika termometer batang digunakan untuk mengukur suhu suatu benda dan menunjukkan tC, maka harga suhu sesungguhnya adalah: t0 X =(t-tc) td-tc C

66

dan koreksi termometer batang : K =X-t

UMM Dari tabel B dapat diperoleh hubungan antara termometer batang dan termometer badan. Kita misalkan termometer badan sebagai sumbu x dan termometer batang sebagai sumbu y. Dengan metode regresi linier, yaitu y = a + bx dengan a dan b adalah konstanta yang besamya sebagai berikut : a = xiyi - xixiyi nxi2 (xi)2 b = xiyi - xixiyi nxi2 (xi)2 Nilai ketidakpastiannya: a= s2xi nxi2 (xi)2 ns2 nxi2 (xi)2

a=

dengan 1 S2= (yi2 + na2 + b2 xi2 2(ayi ab xi + b xiyi N-2 Sehingga diperoleh hubungan antara termometer batang dan termometer badan: y=(a+bx) C Sehingga dapat digambarkan dalam grafik kartesius berikut:

66

UMM grafik hubungan antara termometer batang termometer badan

66

UMM CONTOH LANGKAH PERHITUNGAN DATA PRAKTIKUM FISIKA DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA SPHYGMOMETER No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Tekanan sphygmometer (mmHg) 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 Y1 Beda Tinggi (mm) Y2 Yrata-rata

Dari tabel di atas dapat diperoleh hubungan antara sphygmometer dan manometer terbuka. Kita misalnya sphygmometer sebagai sumbu x dan manometer sebagai sumbu y. Dengan metode regresi linier, yaitu= a + bx dengan a dan b adalah konstanta yang besamya sebagai berikut : a = xi2yi - xixiyi nxi2 (xi)2 b = xiyi - xixiyi nxi2 (xi)2 Nilai ketidakpastiannya a= s2xi nxi2 (xi)2 ns2 66

UMM a= S2= nxi2 (xi)2 1 (yi2 + na2 + b2 xi2 2(ayi ab xi + b xiyi N-2

Sehingga diperoleh hubungan antara sphygmomanometer dan manometer terbuka : Y=( + x) Sehingga dapat digambarkan dalam grafik kartesius berikut:

Grafik hubungan antara sphygmometer dan manometer terbuka

66

UMM LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM FISIKA DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA OSILOGRAF SINAR KATODA (Percobaan L - 81 A. 1. 2. 3. 4. 5. B. 1. 2. 3. 4. Bentuk Gelombang Sinusoida : Kotak (square) Tegangan gigi gergaji Half wave : Full wave : volt volt volt volt

: :

Menera Tegangan Puncak = ; = ; = ; = ; 1 skala= = = = = = =

; ; ; ; volt skala= skala= skala= skala= skala= skala=

skala skala skala skala volt volt volt volt volt volt

Gelombang sinusoida

Gelombang kotak

Gelombang tegangan gigi gergaji volt = = Gelombang half wave = = = = = =

skala = skala = skala = skala = skala = skala = skala = skala = skala = volt volt volt volt volt volt volt volt

Gelombang full wave

66

UMM C. Mengukur Beda Phase dan Frekuensi

Menyetujui Pembimbing

Praktikan,

Tanggal Jam

Nama : NIM : Jurusan : 66

UMM OSILOGRAFI SINAR KATODA A. Bentuk Gelombang 1. Sinusoida

2.

Kotak

3.

Tegangan gigi gergaji

B.

Menera Tegangan Puncak 4 Skala = ..Volt Gelombang Sinusoida = skala = . Volt = skala = . Volt 66 = skala = . Volt Gelombang Kotak = skala = Volt

UMM = skala = . Volt = skala = . Volt Gelombang tekanan gigi gergaji =. skala = . Volt =. skala = . Volt =.. skala = ..Volt

66

C.

UMM Menentukan Beda Fase a. fv : fh = 1 : 1

b.

fv : fH = 1 : 2

c.

fv : fH = 2 : 1

66

UMM CONTOH LANGKAH PERHITUNGAN`DATA PRAKTIKUM FISIKA DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG VISKOSITAS Larutan BJ larutan mula-mula : Temperatur Percobaan BJ akuades pda temperatur percobaan N o 1. 2. 3. 4. 5. 6. Konsentrasi (%) 100 80 60 40 20 0 1 : : : 2 t ratarata

Waktu pengaliran (detik)

Dari data di atas dapat diperoleh masing-masing nilai t rata-rata dan nilai ketidakpastiannya, yaitu: t t + t2 t tc rata-rata = 1 = 1 5 n nilai ketidakpastiannya

t =

(t

t)

n(n 1)

sehingga diperoleh nilai t t = (t t) detik Gunakan metode tersebut untuk masing-masing t ! Selanjutnya dari data tersebut tetnukan harga kekentalan dan masingmasing larutan, yaitu: H=

s1t1 saq t aq

66

dan nilai ketidakpastiannya adalah

UMM
=

(t1 ) 2 + (taq ) 2 t1 t aq

Lakukan untuk masing-masing larutan

66

UMM CONTOH LANGKAH PERHITUNGAN DATA PRAKTIKUM FISIKA DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA MENENTUKAN JARAK TITIK API LENSA I. Menentukan Titik Api Lensa Jarak benda (v) Jarak bayangan (b) Jarak fokus (f)

II. Jarak benda (v) a. Diperbesar b. Diperkecil Jarak bayangan (b)

Setelah dilakukan pengukuran beberapa kali dan diperoleh jarak benda dan jarak bayangan dari percobaan I, yaitu dengan persamaan sebagai berikut : v = vrata-rata =

ti
n
2

t1 + t 2 + t3 + t 4 + t5 5
66

nilai ketidakpastiannya:

v =

( v v)
i

n(n 1)

sehingga diperoleh nilai v v = (v

v) cm

UMM Lakukan Iangkah yang sama untuk jarak bayangannya! Untuk mencari harga titik fokus dan ketidakpastiannya, gunakan seperti contoh pada awal buku panduan. Dari percobaan II buktikan bahwa S1 +S1' =S2+S2'!

66

UMM CONTOH LANGKAH PERHITUNGAN DATA PRAKTIKUM FISIKA DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA MIKROSKOP I. Menentukan Perbesaran Total Secara langsung m n 10 10 10 10 10 II. Mengukur Ketebalan Rambut Skala okuler (Sok) Skala Obyektif (Sob) a

Jumlah skala mikrometer yang menyilang pada rambut = III. Menentukan Aperatur Numerik D a

Dari Percobaan I dapat diperoleh m, n, dan a: m = mrata-rata =

mi
n

66

m1 + m2 + m3 + m4 + m5 = 5

nilai ketidakpastiannya:

UMM

m = ( mi m)
n( n 1)

sehingga diperoleh nilai m: m = (m am) cm Dengan cara yang sama tentukan n dan a! Setelah diperoleh m, n dan a tentukanlah perbesaran mikroskop dengan memasukkan kedalam persamaan: M=M=

m(cm) 25(cm) x n 0,001(cm) a(cm)

Nilai ketidakpastiannya:
M =

M M M 2 2 2 m ( m ) + n ( n ) + a ( a )

Dari Percobaan II Tentukan Sok, Sob beserta ketidakpastiannya ! Untuk menentukan harga skala mikrometer okuler (Hok) Jumlah bagian skala obyektif Hok = Jumlah bagian skala okuler x 0,001 cm

Tebal rambut = Jumlah bagian skala yang menyilang x Hok Nilai ketidakpastiannya:

Tr = Hok
dengan,

Hok = Hok ( Sok ) 2 + Hok ( Sob ) 2


Sok Sob
Dan Percobaan III dapat ditentukan Aperatur Numerik (AN) D/2 A.N. = (D/2)2 + a2 66

UMM dengan nilai ketidakpastiannya adalah:

A.N. = AN (D ) 2 + AN ( a ) 2
D a

66

UMM CONTOH LANGKAH PERHITUNGAN DATA PRAKTIKUM FISIKA DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA KELEMBABAN UDARA Sling Hygrometer
Temperat ur Term.keri ng (tC) Temperat ur Term.bas ah (tbC) Tekan an air pada udara (P) Tekan an Uap air Max. (P m) Lembab Titik embu n (C) Relat if Mutla k

No .

Tekanan barometer (B) = . Pm dicari dari tabel sesuai tb Untuk masing-masing data dihitung:

66

UMM 1. 2. Tekanan air pada udara (P) = Pm-0,00066 B (t-tb) Lembab relatif (e) = P PM 3. Lembab mutlak (M) = e pada P max dicari dalam tabel. 4. Titik embun, dicari dari tabel berdasarkan hasil perhitungan P (P=Pm) Dari ke lima (masing-masing) data hasil perhitungan dicari rataratanya.

66

UMM CONTOH LANGKAH PERHITUNGAN DATA PRAKTIKUM FISIKA DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA WATAK LAMPU LISTRIK A. Watak Lampu Pijar V 25 50 75 100 120 B. Watak Lampu TL Tanpa Kapasitor V 50 10 I V 22 0 20 I V 50 10 Dengan 1 kapasitor I V 22 0 20 I V 50 10 Dengan 2 kapasitor I V 22 0 20 I I V 140 160 180 200 220 I

66

UMM 0 12 5 15 0 16 0 17 0 18 0 19 0 20 0 21 0 22 0 0 19 0 18 0 17 0 16 0 15 0 12 5 10 0 50 25 0 12 5 15 0 16 0 17 0 18 0 19 0 20 0 21 0 21 F 0 19 0 18 0 17 0 16 0 15 0 12 5 10 0 50 25 0 12 5 15 0 16 0 17 0 18 0 19 0 20 0 21 0 21 F 0 19 0 18 0 17 0 16 0 15 0 12 5 10 0 50 25

66

UMM A. Watak Lampu Pijar Dari data A dapat digambarkan grafik kartesius dengan V sebagai sumbu x dan I sebagai sumbu Y. Persamaan garis dari grafik tesebut dapat dicari dengan metode regresi linier y = a + bx.

a =

b =

x y x x y n x ( x ) n x y x y n x ( x )
2 i i i i 2 2 i i i i 2 i i i 2 i

Nilai ketidakpastiannya:

a =

n xi ( xi ) 2
2

S 2 xi

b =

nS 2 n xi ( x i ) 2
2

S2=

1 (yi2 + na2 + b2 xi2 2(ayi ab xi + b xiyi) N-2

66

UMM Jadi persamaan garisnya Y=( + X)

Analogi persamaan (1) di atas dengan persamaan I = 1 V, maka diperoleh R Harga R dari grafik, yaitu: 1 = b dan R = 1 R b

Selanjutnya harga R juga dapat ditentukan dengan menggunakan hukum Ohm berdasarkan data di alas, yaitu: R = I V

Bagaimana hasilnya bandingkan dan berilah komentar dengan hasil itu! Untuk menghitung daya gunakan persamaan ! P=V.I Lakukan hal yang sama untuk lampu TL !

66

UMM

66

UMM CONTOH LANGKAH PERHITUNGAN DATA PRAKTIKUM FISIKA DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG TARA KALOR USTRIK Percobaan I: Temperatur Berat air + berat es Awa l Akhi r Tiap 2 menit V I Waktu Awa l Akhi r

Percobaan II Temperatur Berat air + berat es Awa l Akhi r Tiap 2 menit V I Waktu Awa l Akhi r

Dengan menganggap bahwa V dan I tetap, maka dad tabel di atas dapat ditentukan nilai-nilai dari a (angka kesetaraan kalor listrik) dan H (harga air kalorimeter) dengan menggunakan metode regresi linier, yaitu kita misalkan perubahan suhu (t) sebagai sumbu y dan waktu sebagai
Program Studi Ilmu Keperawatan/UMM

UMM sumbu x. Dengan metode regresi linier, yaitu y = a + bx dengan a dan b adalah konstanta yang besamya sebagai berikut:

a = b =

x y x x y n x ( x )
2 i i i i 2 2 i i

n xi y i xi y i n xi ( xi ) 2
2

Nilai ketidakpastiannya:

a =

n xi ( xi ) 2
2

S 2 xi

b =

nS 2 n x i ( x i ) 2
2

S2=

1 (yi2 + na2 + b2 xi2 2(ayi ab xi + b xiyi) N-2

Jadi persamaan garisnya Y=( + X) _____________(1) persamaan di atas kitaa analogikan dengan persamaan VI t =__________T a (M+H) dari persamaan (1) dan (2) diperoleh harga a dari percobaan I V1I1 a1=___________ b (M,+H1) demikian juga untuk percobaan I V212 a =____________ b (M2+H2)
Program Studi Ilmu Keperawatan/UMM

(2)

(3)

(4)

UMM Nilai a dari persamaan (3) dan (4) adalah sama, sehingga diperoleh nilai H: V111 b2M2 - V212 b,M, H=_________________________ V212 b, - V,Il b2 Setelah nilai H diperoleh, maka nilai a dapat dicari dengan memasukkan nilai H ke persamaan (3) dan (4).

Program Studi Ilmu Keperawatan/UMM

UMM CONTOH LANGKAH PERHITUNGAN DATA PRAKTIKUM FISIKA DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA MODULUS ELASTISITAS YOUNG No. 1. 2. 3. 4. 5. Kedudukan Mikrometer No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Beban (Gram) 100 120 140 160 170 180 190 200 220 240 250 L0 Li Ratarata Panjang kawat (cm) Diameter kawat (cm)

Dari tabel pertama diperoleh panjang kawat dan diameter kawat beserta harga ketidakpastiannya. Panjang rata-rata: EI 11+12+13+14+15 1= = n 5 Nilai ketidakpastiannya:
Program Studi Ilmu Keperawatan/UMM

UMM (1i-1)2 1= n(n-1) sehingga diperoleh nilai 1: 1 =(1 1)cm Dengan metode yang sama tentukan nilai diametemya: Dari tabel yang kedua, dengan memperhatikan persamaan A I F=E I dengan F = m.g, dan nilai E, A, g dan I adalah tetap, maka persamaan (1) dapat dituliskan sebagai: D l=km dengan k= gl , merupakan suatu tetapan dan besamya sama dengan besar , EA

dan gradien garis dari grafik hubungan antara m (sumbu x) dan I (sumbu y). Dengan metode regresi linier nilai gradien garis tersebut dapat ditentukan, yaitu: y= a+ bx dengan a dan b suatu konstanta dapatditentukan sebagai berikut

a =

x y x x y n x ( x )
2 i i 2 i i 2 i i

b =

n xi y i xi y i n xi ( xi ) 2
2

Nilai ketidakpastiannya:

a =
b =

n xi ( x i ) 2
2

S 2 xi
nS 2

n xi ( x i ) 2
2

dengan
Program Studi Ilmu Keperawatan/UMM

UMM S2=

1 N 2

( y

2 i

+ na 2 + b 2 X i 2( a yi ab xi + b xi yi )
2

Sehingga diperoleh hubungan antara perubahan panjang dan massa: Y=( + x) sehingga dari persamaan (1) dan (2) diperoleh harga E E = gl N/m2 ba

Program Studi Ilmu Keperawatan/UMM

You might also like