You are on page 1of 18

Asam fosfat ( HPO) Asam fosfat bisa mendonorkan lebih dari satu proton nya dan disebut sebagai

asam lemah poliprotik. Asam poli protik juga di definisikan dalam berbagai langkah dissosiasi asam yang selalu konstan. Berikut adalah contoh disosiasi asam fosfat dalam 3 langkah : HPO + HO HO + HPO HPO + HO HO + HPO HPO + HO HO + PO ka1= 7.11x10 ka2= 6.32x10 ka3= 4.5x10

Pengurangan tingkat Ka dari Ka1 sampai Ka3 menjelaskan kepada kita bahwa tiap penurunan reaksi Proton yang ada bertambah susah untuk dilepaskan. Akibatnya HPO merupakan asam yang lebih kuat disbanding dengan HPO dan HPO lebih kuat bila dibandingkan dengan HPO. (Harvey,1956) Setiap molekul HNO3 dan HCl hanya dapat menghasilkan 1 ion H+ disebut valensi asam. Asamsemacam ini disebut juga asam monoprotik .Asam yang setiap molekulnya dapat menghasilkandua ion H+ disebut Asam diprotik sedangkan Asam yang setiap molekulnya dapatmenghasilkan tiga ion H+ disebut Asam Tripotik . asam diprotik dan triprotik dikelompokkan kedalam asam poliprotik. (Harvey,1956) Sebuah asam monoprotik adalah sebuah asam yang hanya dapat

melepaskan satu ion hidrogen per molekul dalam larutan. Lawan dari asam monoprotik adalah asam poliprotik, yang dapat melepaskan lebih dari satu ion hidrogen per molekul. Dalam kimia organik, istilah ini umumnya merujuk kepada asam karboksilat yang mengandung sebuah gugus karboksil. Contoh asam monoprotik anorganik adalah asam sedangkan asam monoprotik klorida (HCl) dan asam

nitrat (HNO3),

organik

diantaranya asam

format (HCOOH), asam asetat (CH3COOH), dan asam benzoat (C6H5COOH). (Harvey,1956) Asam Diprotik dan Poliprotik Pada reaksi ionisasi asam diprotik (melepaskan 2 ion hidronium)maupun asam poliprotik (melepaskan lebih dari 2 ion hidronium),

terjadi pelepasan ion hidronium secara bertahap. Dengan demikian, asam tersebut memiliki beberapa nilai Ka yang berbeda. Sebagai contoh : H2CO3(aq) <> HCO3-(aq) + H+(aq) Ka1 = {[H+][HCO3-]} / [H2CO3] HCO3-(aq) <> CO32-(aq) + H+(aq) Ka2 = {[H+][CO32-]} / [HCO3-] Secara umum, nilai Ka1 suatu asam poliprotik selalu lebih besar dibandingkan nilai Ka tahap-tahap berikutnya. Berikut ini adalah tabel beberapa contoh asam poliprotik yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari beserta nilai Ka masing-masing asam poliprotik : Nama Asam Asam Sulfat Rumus Kimia H2SO4 Ka sangat besar 1,3 x 10-2 6,5 x 10-2 6,1 x 10-5 1,3 x 10-2 6,3 x 10-8 4,2 x 10-7 4,8 x 10-11 9,5 x 10-8 1,0 x 10-19 7,5 x 10-3 6,2 x 10-8 4,8 x 10-13 Basa Konyugasi HSO4SO42HC2O4C2O42HSO3SO32HCO3CO32HSS2H2PO4HPO42PO43Kb sangat kecil 7,7 x 10-13 1,5 x 10-13 1,6 x 10-10 7,7 x 10-13 1,6 x 10-7 2,4 x 10-8 2,1 x 10-4 1,1 x 10-7 1,0 x 105 1,3 x 10-12 1,6 x 10-7 2,1 x 10-2

Ion Hidrogen HSO4Sulfat Asam Oksalat H2C2O4 Ion Hidrogen HC2O4Oksalat Asam Sulfit H2SO3 Ion Hidrogen HSO3Sulfit Asam Karbonat H2CO3 Ion Hidrogen HCO3Karbonat Asam Sulfida H2S Ion Hidrogen HSSulfida Asam Fosfat H3PO4 Ion Dihidrogen H2PO4Fosfat Ion Hidrogen HPO42Fosfat

Selain menggunakan konsep asam-basa Arrhenius maupun Bronsted-Lowry, sifat asam-basa suatu senyawa juga dapat diterangkan dengan konsep asambasa Lewis. Pada tahun 1932, seorang kimiawan berkebangsaan Amerika, G. N. Lewis, mendefinisikan basa Lewis sebagai zat yang dapat mendonorkan pasangan elektron. Sedangkan asam Lewis didefinisikan sebagai zat yang dapat menerima pasangan elektron bebas. Lewis mendefinisikan asam-basa berdasarkan peristiwa donor-akseptor pasangan elektron. Sebagai contoh, pada proses protonasi amonia, NH3 berperan sebagai basa Lewis (mendonorkan pasangan elektron). Sebaliknya ion H+berperan sebagai asam Lewis (menerima pasangan elektron). Ikatan kimia yang terjadi adalah ikatan kovalen koordinasi (lihat : Ikatan Kimia dan Tata Nama Senyawa Kimia). Contoh lain adalah reaksi antara BF3 dengan NH3 membentuk senyawa NH3BF3. Dalam reaksi ini, NH3bertindak sebagai basa Lewis, sedangkan BF3 sebagai asam Lewis. (Harvey,1956)

Ortofosfat Dalam kimia, ortofosfat sebuah ion atau sering disebut gugus dari fosfat adalah

poliatomik atau radikal terdiri

satu atomfosforus dan

empat oksigen. Dama bentuk ionik, dia membawa sebuah -3 muatan formal, dan dinotasikan PO43-.Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan kandungan fosfor ekonomis. Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone phosphate of lime (BPL) atau triphosphate of lime (TPL), atau berdasarkan kandungan P2O5. Fosfat apatit termasuk fosfat primer karena gugusan oksida fosfatnya terdapat dalam mineral apatit (Ca10(PO4)6.F2) yang terbentuk selama proses pembekuan magma. Kadang kadang, endapan fosfat berasosiasi dengan batuan beku alkali kompleks, terutama karbonit kompleks dan sienit. (Harvey,1956)

Fosfat komersil dari mineral apatit adalah kalsium fluo-fosfat dan klorofosfat dan sebagian kecil wavellite, (fosfat aluminium hidros). Sumber lain dalam jumlah sedikit berasal dari jenis slag, guano, crandallite [CaAl3(PO4)2(OH)5.H2O], dan millisite (Na,K).CaAl6(PO4)4(OH)9.3H2O. Sifat yang dimiliki adalah warna putih atau putih kehijauan, hijau, berat jenis 2,813,23, dan kekerasan 5 H. (Harvey,1956)

Fosfat adalah sumber utama unsur kalium dan nitrogen yang tidak larut dalam air, tetapi dapat diolah untuk memperoleh produk fosfat dengan menambahkan asam . Fosfat dipasarkan dengan berbagai kandungan P2O5, antara 4-42 %. Sementara itu, tingkat uji pupuk fosfat ditentukan oleh jumlah kandungan N (nitrogen), P (fosfat atau P2O5), dan K (potas cair atau K2O). Fosfat sebagai pupuk alam tidak cocok untuk tanaman pangan, karena tidak larut dalam air sehingga sulit diserap oleh akar tanaman pangan. Fosfat untuk pupuk tanaman pangan perlu diolah menjadi pupuk buatan. Tiga asam fofat dikenal orang yaitu asam orto fosfat, asam pirofosfat dan asam meta fosfat. Garam garam dari ketiga asam ini benar benar ada: ortofosfat adalah yang paling stabil dan paling penting. Larutan piro fosfat dan metafosfat berubah menjadi ortofosfat perlahan-lahan pada suhhu biasa, dan lebih cepat dengan mendidihkan. Metafosfat kecuali jika dibuat dengan metode khusus, biasanya berbentuk polimer, yaitu diturunkan dari (HPO). (Vogel,1979) Asam ortofosfat adalah asam absa tiga yang membentuk tiga deret garam: ortofosfat primer, missal NaHPO, ortofosfat sekunder misalnya: NaHPO, dan ortofosfat tersier missal NaPO. Jika suatu larutan asam ortofosfat dinetralkan dengan larutan natrium hidroksida dengan memakai jinggga metil sebagai indicator, titik netral dicapai bila asam itu tlah diubah menjadi fosfat primernya, dengan fenolflatein sebagai indicator, larutan akan bereasi netral bila fosfat sekunder nya terbentuk, dengan 3 mol alkali, akan terbentuk fosfat ersier atau fosfat normalnya. NaHPO bersifat netral terhadap jingga metal dan asam terhadap fenolflatein, NaHPO bersifat netral terhadap fenolflatein dan basa terhadap jingga metil, NaPO bersifat basa terhadap kebanyakan indicator, karena hidrolisis nya yang luas, Natrium fosfast yang biasa adalah dinatrium hydrogen fosfat. Kelarutan fosfat dari amoonium dan dari logam- logam alkali, kecuali dari litium, larut dalam air, fosfat primer dari logam-logam alkali tanah juga larut. Semua fosfat logam-logam lainnya, dan juga fossfat sekunder dan tersier dari logam logam alkali tanah, larut sangat sedikit atau tidak larut dalam air. Untuk mempelajari reaksi reaksi ini pakailah larutan dinatrium hydrogen fosfat. 1. reagensia magnesium nitrat atau campuran magnesia yang disebut ter dahulu, adalah suatu larutan yang mengandung Mg(NO), dan sedikit larutan NH dalam air, dan yang disebut terakhir adalah larutan yang mengandung MgCl, NHCl, dan sedikit larutan NH dalam air. Reagensia

magnesium nitrat umumnya lbih disukai, karena bisa dipakai dalam setiap uji yang berikutnya adalah dengan larutan perak nitrat. Dengan salah satu yang manapun dari kedua reagensia ersebut, aan dihasilkan endapan Ritalin putih, magnesium ammonium fosfat , endaan ini larut dalam asam asetat dan asam-asam mineral, tetapi praktis tak larut dalam larutan amonia2.5 persen. Arsenat-arenat member endaan serupa, denagan salah satu yang manapun dari kedau reagensi itu. Mereka paling mudah dibedakan satu dari lainnya dengan mengolah endapan yangtelah dicuci, dengan larutan perak nitrat yang emngandung beberapa tetes asam aetat encer: fosfat berubah menjadi kuning, sedangkan arenat memperoleh warna merah kecoklatan. 2. Reagensia ammonium molibdat. Enambahan reagensia ini dengan sanagat berlebihan (2-3ml) pada suatu volume kecil ( 0.5 ml ) larutan fosfat, mengahsilkan endaapn ammonium fosformolibdat yang kuning kristalin. Larutan yang dihasilkan harus bersifat asam kuat denagn asam nitrat, yang terakhir ini biasanya sudah ada dalam reagensia, dan karenanya tak perlu tambahkan lagi. Pengendapan dipercepat dengan memanaskan sampai suhu yang tak melampaui 40 C, dan dengan penamabhan larutan ammonia nitrat. Endapan larut dalam larutan amonia dan dalam larutan basa alkali. Asam klorida dalam jumah yang besar menganggu uji ini, makan sebaiknya dihilangkan dengan menguapkan dengan asam nitart pekat berlebihan, sampai volume menjadi kecil. Zat-zat perekduksi, seperti sulfida, sulfit, heksasionoferat, dan tartrat, mempengaruihi reaksi dengan serius dan harus diuraikan sebelum melakukan pengujian ini. Arsenat membri reaksi yang serupa pada pendidihan. Baik ammonium fosfomolibdat maupun ammonium arsenomolibdat, keduanya melarut setelah didihkan dengan larutan monium asetat, tetapi hanya disebut terkahir ini menghasilkan endapan putih etelah didinginkan. 3. Uji ammonium molibdat benzidina ( BAHAYA: REAGENSIA INI DAPAT MENIMBULKAN KANKER ( KARSINOGENIK). Dalam uji ini dimanfaatkan bahwa fakta bahwa benzidina, yang tak dipengaruhi oleh molibdat-molibdat normal dan oleh asam fosfomolibdat bebas, diokidasi dalam larutan asam asetat oleh asam fosfomolibdat atau oelh garam amoniumnnya yang ta larut. Reaksi ini luar biasa peka, dua produk yang berwarna terbentuk, yaitu produksi reduki biru dari senyawa-senyawa molybdenum. Terlebih lagi, realarutan-larutan fosfat yan gterlalu encer untuk memperlihatkan endapan yang dapat dilihat oleh mata dengan reagensia molibdat dan benzidina dengan member pewarnaa biru. (vogel,1979) Arsenat dan silikat, dengan ammonium molibdat, menghasilkanmasingmasinggaram amonium dari asam arsenomolibdat atau dan dari asam silikomolibdat, atau asam-asam yang komples ini dan garam-garamnya,

bereaksi serupa dengan benzidina. Namun, fosfat dapat dideteksi meskipun ada arsenat dan silikat, deangn jalan mencegah pembentuan asam-asam molibdat yang bersangkutan deangan memakia suatu reagensia asam tartarat-amonium molibdat, yang tak bereaksi dengan asam arsenat dan silikat tetapi bereaksi deangan asam fosfat, bila bereaksi dilangsungkan pada kertas saring. Hydrogen peroksida, oksalat-oksalat dan fluoridefluorida mengganggu pengendapan fosfomolibdat ini, maka tak boleh ada. (vogel,1979) Taruh setetes larutan uji yang bersifat asam itu di atas kertas saring kuantitatif, tambahkan settees reagensia ammonium molibdat, diikuti oleh setetes benzedina asetat 0,05 persen. Pegangi kertas di atap uap ammonia. Suatu noda biru aan terbentuk, bila sebagian besar dari asam mineral itu telah dinetralkan. (vogel,1979) Dengan adanya arsenat dan/ atau silikat, kerjakanlah seperti berikut. Taruh setetes larutan uji di atas kertas saring, diikui oleh setetes reagensia asam tartarat-amonium molibdat. Pegan kertas di atas kaca dari kawat yang panas untuk mempercepat jalannya reaksi . lalu tambahkan setetes benzedina dan biarkan reaksi berlangsung. (vogel,1979)

Indikator Indikator adalah zat (pewarna organik) yang mengalami perubahan warna karena keberadaan asam atau basa. Salah satu contoh ekstrak tanaman yang dijadikan sebagai indikator asam-basa adalah kembang bokor. Jika tanaman ini tumbuh di tanah masam, bunganya akan berwarna merah muda. Sebaliknya, jika tanaman ini tumbuh di tanah alkalin (basa), bunganya akan berwarna biru. Selain kembang bokor, bahan lain yang telah lama dikenal sebagai indikator asam-basa yang baik adalah kubis merah. Ekstrak kubis merah dapat digunakan untuk menguji keasaman zat-zat. Saat dicampur dengan asam, cairan tersebut berubah menjadi merah muda. Sedangkan, saat dicampur dengan basa, cairan tersebut berubah menjadi hijau. Di dalam ilmu kimia, indikator digunakan untuk menguji keberadaan asam atau basa. Para kimiawan memiliki banyak indikator yang akan berubah pada perubahan kecil pH. Dua indikator yang paling banyak digunakan adalah kertas lakmus dan fenolftalein. (Andy,http://andykimia03.wordpress.com/tag/asam-poliprotik,18november 2009)

Kertas Lakmus Lakmus adalah suatu zat yang diekstrak dari sejenis lumut kerak dan diserap ke dalam kertas berpori. Lumut kerak adalah tanaman yang ditemukan di Belanda, yang terdiri atas ganggang dan jamur yang hidup bersama dan saling menguntungkan satu sama lainnya. Terdapat tiga jenis kertas lakmus, yaitu lakmus merah, lakmus biru, dan lakmus netral. Kertas lakmus merah digunakan untuk menguji basa, dan kertas lakmus biru digunakan untuk menguji asam. Sementara itu, kertas lakmus netral digunakan untuk menguji keduanya. Jika larutan bersifat asam, kertas lakmus netral dan biru akan berubah menjadi merah. Jika larutan bersifat basa, kertas lakmus merah dan netral berubah menjadi biru. Kertas lakmus adalah alat uji yang sangat bagus dan cepat untuk mendeteksi asam dan basa. (Andy, http://andykimia03.wordpress.com/tag/asam-monoprotik/, 18 november 2009) Fenolftalein Fenolftalein merupakan indikator lain yang biasa digunakan. Hingga beberapa tahun yang lalu, fenolftalein digunakan sebagai zat aktif pada obat pencahar. Fenolftalein jernih dan tidak berwarna di dalam larutan asam dan akan berwarna merah muda di dalam larutan basa. Indikator ini biasanya digunakan dalam proses titrasi, yaitu proses penentuan konsentrasi asam atau basa yang tidak diketahui berdasarkan reaksi dengan basa atau asam yang telah diketahui konsentrasinya. Sebagai contoh, misalkan kita ingin menentukan konsentrasi molar larutan HCl yang belum diketahui. Mula-mula, kita masukkan larutan HCl tersebut dengan volume yang telah diketahui (misalkan digunakan 25 mililiter yang diukur dengan tepat menggunakan pipet) ke dalam labu erlenmeyer dan kemudian tambahkan beberapa tetes indikatorfenolftalein (disingkat pp). Oleh karena kita menambahkan indikator pp ke dalam larutan asam, larutan tersebut tetap jernih dan tidak berwarna. Selanjutnya, kita menambahkan sedikit demi sedikit larutan standar natrium hidroksida (NaOH) yang telah diketahui konsentrasinya (misalkan kita gunakan larutan NaOH 0,10 M) dengan buret. Larutan basa terus ditambahkan sehingga larutan yang dititrasi berubah menjadi merah muda. Kita menyebut kondisi ini sebagai titik akhir titrasi, titik saat asam secara tepat ternetralisasi oleh basa. (Andy, http://andykimia03.wordpress.com/tag/asam-monoprotik/, 18 november 2009)

Dalam percobaan di atas, dimisalkan, diperlukan sebanyak 35,50 mililiter larutan NaOH 0,10 M untuk bereaksi hingga titik akhir titrasidengan 25 mililiter larutan HCl tercapai. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l) Dari persamaan reaksi setara di atas, kita dapat melihat bahwa perbandingan mol antara asam dan basa adalah 1 : 1. Hal ini berarti, jika mol basa yang dibutuhkan dapat dihitung, kita juga dapat mengetahui berapa mol HCl yang ada. Mengetahui volume larutan asam dapat membantu kita menghitung molaritas asam tersebut . Mol NaOH = V x M = 0,0355 L x 0,10 M = 0,00335 mol Mol HCl = mol NaOH = 0,00335 mol Volume HCl = 0,025 L Konsentrasi HCl = mol / volume = 0,00335 mol / 0,025 L = 0,142 M Titrasi suatu basa dengan suatu larutan standar asam (larutan yang telah diketahui konsentrasinya) dapat dihitung dengan cara yang persis sama dengan cara di atas, kecuali pada titik akhir titrasi, warna merah muda menjadi hilang. (Andy, http://andykimia03.wordpress.com/tag/asam-monoprotik/, 18 november 2009) Pigmen semacam fenolftalein dan metil merah yang digunakan sebagai indikator titrasi adalah asam lemah (disimbolkan dengan HIn) dan warnanya ditentukan oleh [H+] larutan. Jadi, HIn H+ + InRasio konsentrasi indikator dan konjgatnya menentukan warna larutan diberikan sebagai: KIn = [H+][In-]/[HIn], [In-]/[HIn] = KIn/[H+] KIn adalah konstanta disosiasi indikator. Rentang pH yang menimbulkan perubahan besar warna indikator disebut dengan interval transisi. Alasan mengapa ada sedemikian banyak indikator adalah fakta bahwa nilai pH titik ekivalen bergantung pada kombinasi asam dan basa. Kunci pemilihan indikator bergantung pada apakah perubahan warna yang besar akan terjadi di dekat titik ekivalen.

Indikator penting dan interval transisinya. perubahan >basa) merah > kuning merah > kuning merah > kuning kuning> biru kuning > merah tak berwarna> merah kuning> merah warna(asam

Indikator Biru timol Metil oranye Metil merah bromotimol biru merah kresol fenolftalein alizarin kuning

interval transisi 1,2-2,8 3,1-4,4 4,2-6,3 6,0-7,6 7,2-8,8 8,3-10,0 10,2-12,0

(Andy, http://andykimia03.wordpress.com/tag/asam-monoprotik/, 18 november 2009) Natrium hidroksida (NaOH) Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda

kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur Natrium hidroksida kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen.

adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas. (http://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_hidroksida, 30 desember 2011)

Asam klorida (HCl) Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat korosif. Asam klorida pernah menjadi zat yang sangat penting dan sering digunakan dalam awal sejarahnya. Ia ditemukan oleh alkimiawan PersiaAbu Musa Jabir bin Hayyan sekitar tahun 800. Senyawa ini digunakan sepanjang abad mencari batu pertengahan oleh dan kemudian alkimiawan digunakan dalam juga rangka pencariannya filsuf,

oleh ilmuwan Eropa

termasuk Glauber, Priestley,

and Davy dalam

membangun pengetahuan kimia modern. (http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_klorida,3 maret 2012) Sejak Revolusi Industri, senyawa ini menjadi sangat penting dan digunakan untuk berbagai tujuan, meliputi produksi massal senyawa kimiaorganik seperti vinilklorida untuk plastik PVC dan MDI/TDI untuk poliureta na. Kegunaan kecil lainnya meliputi penggunaan dalam pembersih rumah, produksi gelatin, dan aditif makanan. Sekitar 20 juta ton gas HCl diproduksi setiap tahunnya. Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium, H3O+: HCl + H2O H3O+ + Cl Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl. Asam klorida oleh karenanya dapat digunakan untuk membuat garam klorida, seperti natrium klorida. Asam klorida adalah asam kuat karena ia berdisosiasi penuh dalam air (http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_klorida,3 maret 2012) Asam monoprotik memiliki satu tetapan disosiasi asam, Ka, yang mengindikasikan tingkat disosiasi zat tersebut dalam air. Untuk asam kuat seperti HCl, nilai Kacukup besar. Beberapa usaha perhitungan teoritis telah dilakukan untuk menghitung nilai Ka HCl. Ketika garam klorida seperti NaCl

ditambahkan ke larutan HCl, ia tidak akan mengubah pH larutan secara signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa Cl adalah konjugat basa yang sangat lemah dan HCl secara penuh berdisosiasi dalam larutan tersebut. Untuk larutan asam klorida yang kuat, asumsi bahwa molaritas H+ sama dengan molaritas HCl cukuplah baik, dengan ketepatan mencapai empat digit angka bermakna. Dari tujuh asam mineral kuat dalam kimia, asam klorida merupakan asam monoprotik yang paling sulit menjalani reaksi redoks. Ia juga merupakan asam kuat yang paling tidak berbahaya untuk ditangani dibandingkan dengan asam kuat lainnya. Walaupun asam, ia mengandung ion klorida yang tidak reaktif dan tidak beracun. Asam klorida dalam konsentrasi menengah cukup stabil untuk disimpan dan terus mempertahankan konsentrasinya. Oleh karena alasan inilah, asam klorida merupakan reagen pengasam yang sangat baik. (Andy, http://andykimia03.wordpress.com/tag/asam-monoprotik/, 18 november 2009) Asam klorida merupakan asam pilihan dalam titrasi untuk menentukan jumlah basa. Asam yang lebih kuat akan memberikan hasil yang lebih baik oleh karena titik akhir yang jelas. Asam klorida azeotropik (kira-kira 20,2%) dapat digunakan sebagai standar primer dalam analisis kuantitatif, walaupun konsentrasinya bergantung pada tekanan atmosfernya ketika dibuat. Asam klorida sering digunakan dalam analisis kimia untuk "mencerna" sampel-sampel analisis. Asam klorida pekat melarutkan banyak jenis logam dan menghasilkan logam klorida dan gas hidrogen. Ia juga bereaksi dengan senyawa dasar semacam kalsium karbonat dan tembaga(II) oksida, menghasilkan klorida terlarut yang dapat dianalisa. (Andy, http://andykimia03.wordpress.com/tag/asam-monoprotik/, 18 november 2009) Natrium fosfat Natrium fosfat adalah istilah generik untuk garam dari natrium

hidroksida dan asam fosfat . Mereka adalah:

natrium

dihidrogen

fosfat ,

monosodium

fosfat

biasanya

disebut,

(NaH 2 PO 4), juga dikenal sebagai "natrium fosfat, monobasa".

dinatrium hidrogen fosfat , biasanya disebut dinatrium fosfat, (Na 2 HPO 4) juga dikenal sebagai "natrium fosfat, dibasic".

Trisodium

fosfat ,

biasa

disingkat

menjadi

hanya

natrium

fosfat,

(Na 3 PO 4), juga dikenal sebagai "natrium fosfat, tribasic".

natrium aluminium fosfat , (Na 8 Al 2 (OH) 2 (PO4 ). Natrium fosfat . Ini adalah padatan putih, butiran atau kristal, sangat larut dalam air menghasilkan larutan alkali. Item perdagangan seringkali sebagian terhidrasi dan dapat berkisar dari fosfat trisodium anhidrat, Na 3 PO 4, ke dodecahydrate, Na 3 P O 4 12H 2 O. Paling sering ditemukan dalam bentuk serbuk putih, juga bisa disebut ortofosfat trinatrium atau natrium fosfat hanya biasa. Trisodium fosfat itu pada suatu waktu banyak digunakan dalam formulasi untuk berbagai macam sabun konsumen kelas dan deterjen, tapi masalah ekologi sebagian besar telah berakhir bahwa praktek, setidaknya di dunia barat. Pengganti tidak efektif, tetapi baku kimia dapat dibeli dalam jumlah besar untuk menambah deterjen kurang bertenaga. (http://en.wikipedia.org/wiki/Sodium_phosphates,23desember 2011) Monosodium fosfat Monosodium fosfat (NaH2PO4)juga dikenal sebagai natrium fosfat anhidrat monobasa dan natrium dihidrogen lawan. Hal kombinasi fosfat, ini adalah senyawa digunakan fosfat , kimia dari natrium dengan fosfat ion sebagai pencahar dan, sebagaipenyangga pH . Para pKa adalah 6,8-7,20 (tergantung pada karakteristik fisikokimia selama penentuan pKa). The natrium klorida setara nilai, atau E-Nilai, adalah 0,49. Sifatnya yang larut dalam 4,5 bagian air. Hal ini paling umum tersedia sebagai kristal tak berwarna atau bubuk putih. Hal ini tidak larut dalam alkohol. Hal ini juga terbentuk ketika suatu senyawa natrium halida bereaksi dengan asam fosfat. (http://en.wikipedia.org/wiki/Monosodium_phosphate,23desember 2011) Natrium aluminium fosfat (SALP) adalah bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan makanan. Hal ini secara sintetis yang diproduksi dari aluminium , asam fosfat dan natrium hidroksida . Sebagai tambahan dalam

dengan natrium

makanan adalah memiliki jumlah E E541. SALP memiliki dua bentuk: bentuk asam digunakan dalam baking powder , dan bentuk basa digunakan sebagai pengemulsi dalam keju olahan . Hal ini

digunakan dalam baking powder karena kebanyakan aksinya berlangsung pada suhu baking. (http://en.wikipedia.org/wiki/Sodium_aluminium_phosphate,21maret2012) Dinatrium hidrogen fosfat Na 2 HPO 4 adalah natrium garam dari asam fosfat . Ini adalah bubuk putih yang sangat higroskopis larut dan air. Oleh karena itu digunakan secara komersial sebagai aditif anti-caking dalam produk bubuk. Ia juga dikenal sebagai ortofosfat hidrogen dinatrium, natrium fosfat hidrogen atau natrium fosfat dibasic. Hal ini secara komersial tersedia dalam bentuk terhidrasi dan anhidrat. pH larutan fosfat hidrogen dinatrium air adalah antara 8,0 dan 11,0. (http://en.wikipedia.org/wiki/Disodium_phosphate,23desember2011) Teori Asam-Basa Bronsted-Lowry Teori ini menggunakan konsep memberi dan menerima ion hidrogen.Teori Bronsted-Lowry berusaha mengatasi keterbatasan teori Arrhenius dengan mendefinisikan asam sebagai penyumbang (donor) proton (ion H+) dan basa sebagai penerima (akseptor) proton (ion H+). Basa menerima ion H+ dengan melengkapi satu pasang elektron bebas untuk membentuk ikatan kovalen koordinasi.Pada reaksi antara NH3 dengan HCl, spesi HCl bertindak sebagai pemberi proton, atau sebagai asam. Sedangkan amonia sebagai penerima proton atau sebagai basa. Amonia memiliki pasangan elektron bebas yang tidak berikatan yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinasi. Menurut teori asam-basa Arrhenius, reaksi asam-basa merupakan reaksi netralisasi. Namun, menurut teori asam-basa Bronsted-Lowry, reaksi asambasa merupakan reaksi kompetisi untuk menangkap proton. Sebagai contoh, berikut adalah reaksi amonia dengan air : HN3)g) + H2O(l) NH4OH(aq) <> NH4+(aq) + OH-(aq) Amonia merupakan basa (menangkap proton), sedangkan air merupakan asam (memberikan proton) pada reaksi maju (dari kiri ke kanan). Tetapi, pada reaksi balik (dari kanan ke kiri), ion amonium (NH4+) adalah asam, dan ion hidroksida (OH-) adalah basa. Jika keasaman air lebih kuat dari ion amonium, maka konsentrasi ion amonium dan ion hidroksida relatif besar pada saat

kesetimbangan. Namun, sebaliknya, jika ion amonium lebih asam dibandingkan air, maka jumlah amonia menjadi jauh lebih banyak dibandingkan ion amonium pada saat kesetimbangan. Bronsted-Lowry mengatakan bahwa jika suatu asam bereaksi dengan suatu basa, pasangan asam-basa konyugasi dapat terbentuk. Pasangan asam-basa konyugasi dibedakan oleh satu buah ion H+. Pada contoh di atas, NH3 adalah suatu basa, dan NH4+ adalah asam konyugasinya. Di sisi lain, H2O adalah suatu asam, dan ion OH- adalah basa konyugasinya. Pada reaksi di atas, ion OH- merupakan basa kuat, dan amonia merupakan basa lemah. Akibatnya, kesetimbangan cenderung bergeser ke kiri. Dengan demikian, pada kesetimbangan tidak terdapat banyak ion hidroksida. Selanjutnya kita akan mempelajari konsep asam-basa kuat-lemah. Namun demikian, yang penting untuk diingat, bahwa kekuatan asam-basa tidak sama dengan konsentrasi. Kekuatan merujuk pada jumlah ionisasi atau penguraian yang terjadi pada asam-basa. Konsentrasimerujuk pada jumlah asam-basa yang dimiliki di dalam larutan. (Andy,http://andykimia03.wordpress.com/tag/asam-poliprotik,18november 2009) Asam Kuat Pada saat kita melarutkan gas hidrogen klorida ke dalam air, HCl tersebut akan bereaksi dengan molekul air dan memberikan sebuah proton (ion H+) kepada molekul air. HCl(g) + H2O(l) H3O+(aq) + Cl-(aq)

Ion H3O+ disebut ion hidronium. Reaksi ini terjadi hingga kondisi sempurna, yang berarti bahwa reaktan tetap berubah menjadi produk sampai semua habis digunakan. Pada kasus ini, semua HCl terionisasi sempurna menjadi ion H3O+ dan ion Cl-, sehingga tidak ada lagi HCl-nya. Asam seperti HCl, yang terionisasi 100% di dalam air, disebutasam kuat. Sebagai catatan, bahwa air disini, bertindak sebagai basa, menerima proton dari hidrogen klorida. Asam kuat terionisasi sempurna, maka mudah untuk menghitung konsentrasi ion hidronium dan ion klorida di dalam larutan jika kita mengetahui konsentrasi awal asam kuat tersebut. Sebagai contoh, misalkan kita melarutkan gas HCl 0,1 mol ke dalam satu liter air. Dengan demikian, konsentrasi HCl mula-mula

adalah 0,1 mol/L (0,1 M). Kita dapat menuliskan konsentrasi HCl 0,1 M dengan lambang [HCl] = 0,1 M. Senyawa HCl terionisasi sempurna sesuai dengan persamaan reaksi berikut : HCl(g) + H2O(l) H3O+(aq) + Cl-(aq)

Berdasarkan persamaan reaksi di atas, terlihat bahwa setiap mol HCl yang terionisasi, akan menghasilkan satu mol ion H3O+ dan satu ion mol Cl-. Dengan demikian, konsentrasi ion dalam larutan HCl 0,1 M adalah : [H3O+] = 0,1 M, [Cl-] = 0,1 M (Andy,http://andykimia03.wordpress.com/tag/asam-poliprotik,18november 2009) Basa Kuat Basa kuat adalah sesuatu seperti natrium hidroksida atau kalium hidroksida yang bersifat ionik. Kamu dapat memperkirakan senyawa tersebut terpisah 100% menjadi ion logam dan ion hidroksida dalam larutan.
(Jimclark,http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_fisika1/ kesetimbangan

_asam_basa/basa_kuat_dan_basa_lemah/,7november2007) Asam Lemah Saat kita melarutkan asam asetat (CH3COOH) ke dalam air, yang akan terjadi adalah asam tersebut akan bereaksi dengan molekul-molekul air, memberikan sebuah proton dan membentuk ion hidronium (ion H 3O+). Dalam hal ini, terjadi kesetimbangan, di mana kita masih tetap memiliki sejumlah asam asetat yang tidak terionisasi (pada reaksi sempurna, irreversible [lihat : Kesetimbangan Kimia], seluruh reaktan digunakan untuk membentuk produk). Pada sistem kesetimbangan asam lemah, ion-ion berkesetimbangan dengan molekul asam.Reaksi yang terjadi antara asam asetat dengan air adalah sebagai berikut : CH3COOH(aq) + H2O(l) <> CH3COO-(aq) + H3O+(aq) Asam asetat yang ditambahkan ke dalam air akan terionisasi sebagian,hanya sekitar 5% asam asetat yang terionisasi. Sementara 95% lainnya masih dalam bentuk molekul. Jumlah ion hidronium (ion H3O+) yang diperoleh dalam larutan

asam yang tidak terionisasi sempurna jauh lebih sedikit. Asam yang hanya terionisasi sebagian disebut asam lemah. (Andy,http://andykimia03.wordpress.com/tag/asam-poliprotik,18november 2009)

Menghitung konsentrasi ion hidronium pada asam lemah tidak sama dengan menghitung pada larutan asam kuat, sebab tidak semua asam lemah yang larut dapat terionisasi. Untuk menghitung konsentrasi ion hidronium, kita harus menggunakan konstanta kesetimbangan untuk asam lemahnya (lihat : Kesetimbangan Kimia). Untuk larutan asam lemah, kita menggunakan konstanta kesetimbangan asam lemah, Ka. Secara umum : HA(aq) + H2O(l) <> H3O+(aq) + A-(aq) Nilai Ka untuk asam lemah tersebut adalah : Ka = {[H3O+][A-]} / [HA] Konsentrasi air tidak ditunjukkan pada persamaan K a, sebab konsentrasi air ([H2O]) merupakan konstanta yang akan tergabung dengan Ka. Ka = 1,8 x 10-5 = {[H3O+][CH3COO-]} / [CH3COOH] Kita dapat menggunakan nilai Ka ini untuk menghitung konsentrasi ion hidronium. Misalkan diberikan larutan asam asetat 2 M. Kita ketahui bahwa konsentrasi awal asam asetat tersebut adalah 2 M. Kita juga mengetahui bahwa sebagian kecil asam asetat tersebut telah terionisasi, menghasilkan sedikit ion hidronium dan ion asetat. Melalui persamaan reaksi kesetimbangan asam asetat, terlihat bahwa untuk setiap ion hidronium yang terbentuk, akan disertai pula pembentukan ion asetat. Akibatnya, konsentrasi kedua ion tersebut sama. Kita dapat memisalkan nilai [H3O+] dan [CH3COO-] masingmasing sebesar x M. [H3O+] = [CH3COO-] = x M Dengan demikian, untuk menghasilkan sebanyak x M ion hidronium dan ion asetat. Sehingga, kita dapat menuliskan jumlah asam asetat yang tersisa pada

saat kesetimbangan sebagai jumlah asam asetat mula-mula, 2 M, dikurangi dengan yang mengalami ionisasi, sebesar x M. [CH3COOH] = (2 x) M (Andy,http://andykimia03.wordpress.com/tag/asam-poliprotik,18november 2009) Pada kondisi umum, kita dapat menganggap nilai x sangat kecil dibandingkan dengan konsentrasi asam lemah mula-mula. Jadi, kita dapat mengatakan bahwa nilai 2 x mendekati 2. Ini berarti bahwa kita dapat sering menganggap konsentrasi asam lemah pada saat kesetimbangan sama dengan konsentrasi mula-mulanya. Persamaankonstanta kesetimbangan asam lemah sekarang dapat dituliskan sebagai berikut : Ka = 1,8 x 10-5 = {(x)(x)} / (2 x) = {(x)(x) / (2)} 1,8 x 10-5 = (x)2 / 2 Selanjutnya kita dapat menentukan nilai x, yang sama dengan nilai [H3O+]. x2 = 1,8 x 10-5 x 2 x = (1,8 x 10-5 x 2)1/2 = 6 x 10-3 [H3O+] = 6 x 10-3 M Salah satu cara untuk membedakan antara asam kuat dengan asam lemah adalah dengan mencari nilai konstanta ionisasi asam (Ka). Jika asamnya memiliki nilai Ka, berarti asam lemah. Jika tidak, berarti asam kuat. (Andy,http://andykimia03.wordpress.com/tag/asam-poliprotik,18november 2009) Basa Lemah Basa lemah juga bereaksi dengan air untuk mencapai sistem kesetimbangan. Amonia merupakan salah satu basa lemah. Amonia dapat bereaksi dengan air untuk membentuk ion amonium dan ion hidroksida. NH3(g) + H2O(l) <> NH4+(aq) + OH-(aq)

Seperti halnya asam lemah, basa lemah hanya terionisasi sebagian.Konstanta kesetimbangan basa lemah adalah Kb. Kita menggunakannya sama persis seperti pada saat kita menggunakan Ka(lihat pembahasan Asam Lemah di atas). Yang dicari pada basa lemah adalah [OH-]-nya. (Andy,http://andykimia03.wordpress.com/tag/asam-poliprotik,18november 2009)

You might also like