You are on page 1of 2

Fase-fase Dalam Konseling

Share Wednesday Pon, 2 September 2009 Konseling Dalam proses konseling kadang-kadang teman-teman guru pembimbing banyak melupakan beberapa fase yang dalam kontek konsep teori mengingat dalam prakteknya banyak perubahan-perubahan dalam alam perasaan, pikiran dan perilaku terjadi dalam fase-fase dalam proses konseling dimana ada 5 fase konseling yang perlu dipahami teman-teman guru pembimbing a. Pembukaan Pada fase ini konselor membangun hubungan antar pribadi yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah dalam wawancara konseling. Meskipun konselii datang menghadap konselor atas inisiatifnya sendiri, konselor tetap harus membangun hubungan antar pribadi agar konseli mau membuka dirinya mau mengungkapkan beban-beban pikiran dan perasaannya b. Penjelasan Masalah Konseli mengemukakan hal-hal yang membebani dirinya mungkin berupa perasaan atau pikiran. Pada umumnya konseli mengatakan bahwa dia memiliki masalah. Namun, bagi konselor apa yang diungkapkan oleh konseli sebagai masalah belum lah dapat dipandang sebagai inti masalah melainkan baru lah sebagai suatu gejala masalah. Dengan menggunakan teknik verbal seperti seperti penerimaan, refleksi pikiran, refleksi perasaan, klarifikasi pikiran, klarifikasi perasaan, konselor membantu konseli untuk lebih menyadari pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang sedang menjadi beban hidupnya. c. Penggalian latar belakang masalah ( analisis masalah atau analisis kasus) Oleh karena konseli paa fase penjelasan masalah belum menyajikan gambaranl engkap mengenai kedudukan masalahnya, maka diperlukan penjelasan lebih mendalam dan mendetail. Untuk mendapatkan data konseli secara mendalam dan mendetail, maka penggalian data perlu menggunakan sistematika tertentu. Sistematika ini berkaitan dengan pendekatan konseling yang lebih berorientasi pada kognitif, afektif dan behavioristik. d. Penyelesaian masalah Berdasarkan apa yang telah digali dalam fase penggalian data, konselor dan konseli membahas bagaimana persoalan dapar diatasi. Konselor menerapkan sistematika penyelesaian masalah yang khas bagi masing-masing pendekatan konseling. Dengan kata lain bila konselor menggunakan pendekatan; Rational Emotive Therapy (berorientasi kognitif) atau Trait-Factor Counseling (berorientasi kognitif) atau konseling behavioristik (berorientasi behavioristik) pada fase analisis kasus, maka dia harus menerapkan langkahlangkah yang diakui oleh pendekatan itu dalam meemukan penyelesaian masalah e. Penutup Bila mana konseli telah mantap dengan keputusannya, maka proses konseling dapat diakhiri. Namun pada prinsipnya di setiap akhir pertemuan konseling, konselor melakukan fase penutup. Ada dua macam bentuk fase penutup. yaitu 1) Bila proses konseling telah

selesai, ditandai dengan pembuatan keputusan oleh konseli, konselor atau konseli sendiri dapat membuat ringkasan tentang jalannya proses konseling dan menegaskan kembali keputusan yang telah diambil. Kemudian, konselor memberi semangat pada konseli agar bertekad melaksanakan keputusannya (bombongan). Konselor menawarkan bantuan kepada konseli bila dikemudian hari konseli memerlukan bantuannya. Akhirnya, konselor berpisah dengan konseli, 2) Bila proses konseling belum selesai, mungkin satu pertemuan bahkan beberapa pertemuan, konselor memberikan ringkasan tentang apa yang telah dibicarakan samapai sekarang. Kemudian, ditetapkan apa yang harus dilaukan oleh konseli selama jangka waktu sebelum konseli bertemua kembali dengan konselor, artinya ditentukan kapan mereka akan meneruskan pembicaraan Sumber : Suwarjo (2009) Praktik Keterampilan Konseling (Bahan PLPG) Yogyakarta: Univeristas Negeri Yogyakarta (UNY)

You might also like