You are on page 1of 17

Makalah tentang GHAZWUL FIKRI Invasi Pemikiran Terhadap Kaum Muslimin Invasi/serangan pemikiran atau dalam bahasa Arab

dinamakan ghazwul fikri dan dalam basaha Inggris disebut sebagai brain washing, thought control, menticide adalah istilah yang menunjuk kepada suatu program yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur oleh musuh-musuh Islam untuk melakukan pendangkalan pemikira dan cuci otak kepada kaum muslimin, dengan tujuan agar kaum muslimin tundu dan mengikuti cara hidup mereka sehingga melanggengkan kepentingan mereka untuk menjajah (baca : mengeksploitasi) sumberdaya milik kaum muslimin. Invasi pemikiran (atau ghazwul fikri selanjutnya disingkat GF) dilakukan oleh para musuh Islam dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa dibandingkan dengan melakukan peperangan militer/fisik, maka GF memiliki kelebihan- kelebihan sebagai berikut : ASPEK PERANG FISIK GHAZWUL FIKRI * Biaya sangat mahal * Jangkauan Terbatas di front * Obyek merasakan * Dampaknya objek mengadakan perlawanan * Penggunaan persenjataan, senjata berat

* Murah dan dikembalikan * Sampai ke rumah rumah objek * Sama sekali tidak merasa * Slogan, teori, iklan Sejarah GF sudah ada setua umur manusia, makhluk yang pertama kali melakukannya adalah Iblis lanatullah ketika berkata kepada Adam as : Sesungguhnya Allah melarang kalian memakan buah ini supaya kalian berdua tidak menjadi malaikat dan tidak dapat hidup abadi (QS 7/20). Dalam perkataannya ini Iblis tidak menyatakan bahwa Allah tidak melarang kalian karena itu akan bertentangan dengan informasi yang telah diterima oleh Adam as, tetapi Iblis mengemas dan menyimpangkan makna perintah Allah SWT sesuai dengan keinginannya, yaitu dengan menambahkan alasan pelarangan Allah yang dibuatnya sendiri dan ia tahu bahwa Adam as tidak punya pengetahuan tentang sebab tersebut. Demikianlah para murid-murid Iblis dimasa kini selalu berusaha melakukan GF dengan menyimpangkan fakta dan informasi yang ada sesuai dengan maksud jahatnya, tapi dengan cara yang sangat halus dan licin, sehingga hanya orang-orang yang dirahmati Allah SWT yang mampu mengetahuinya. SIAPA YANG MELAKUKAN ?

Allah SWT memperingatkan kita di dalam al-Quran bahwa para musuh Islam akan selalu mengintai dan memerangi ummat Islam kapan dan dimanapun, sehingga kita diperintahkan untuk selalu waspada dan mempersiapkan diri (QS 8/60). Ummat Islam bukan agressor dan tidak pernah memulai menyakiti dan memerangi kelompok lain, tetapi sejarah (baik di dalam maupun diluar negeri) selalu membuktikan bahwa merekalah yang selalu memulai memerangi dan membantai kaum muslimin (Lihat kasus Palestina, Afghanistan, Bosnia, Kosovo, Kashmir, Rohingya, Moro, Pattani, Chechnya, Ambon, Poso). Kelompok-kelompok yang memusuhi Islam dan kaum muslimin yang harus selalu diwaspadai tersebut adalah : Orang-orang Kafir (QS 2/120), yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani yang termasuk kafir harbi (yang memerangi kaum muslimin) dan bukan Yahudi dan Nasrani yang termasuk kafir dzimmi (yang berdamai dengan kaum muslimin). Musyrik (QS 2/105), yaitu agama Hindhu, Budha dsb yang memusuhi kaum muslimin dan bukan yang berdamai dengan kaum muslimin. Munafiq (QS 2/8-10), yaitu kelompok yang mengaku sebagai kaum muslimin tapi mau menerima hukum Allah dan Rasul-Nya. Diantara sifat-sifat mereka adalah : * Mereka melakukan shalat dengan malas dan berinfaq dengan merasa berat (QS:9/54). * Mereka sedikit sekali berdzikir kepada Allah SWT (QS 4/142). * Mereka melakukan kerusakan dimuka bumi, tetapi jika diperingatkan maka mereka menjawab bahwa mereka sedang membangun (QS 2/12). * Mereka senang berteman dan mengangkat orang-orang kafir sebagai pemimpin mereka (QS 4/139,144). * Mereka sering mempermainkan dan mengolok-olok hukum-hukum Allah SWT bersama-sama orang-orang kafir (hukum Islam ketinggalan jaman, kuno, kejam, dsb) (QS 4/140). * Tidak mau berjihad di jalan Allah SWT (QS 9/44-45) * Mereka memerintahkan maksiat dan kemunkaran dan mencegah orang untuk beribadah dan berbuat amal baik (QS 9/67). Dan terhadap kaum munafiq ini, kaum muslimin diperintahkan untuk jauh lebih berhati-hati dan harus selalu waspada terutama saat menerima informasi dari mereka (QS 49/6).

MENGAPA MEREKA MELAKUKAN GF ? Alasan Ekonomis : 1. Potensi sumber daya alam kaum muslimin dan negara-negara Islam yang demikian besar dan melimpah menyebabkan para musuh Islam berlomba-lomba untuk menguasainya, jika dahulu penjajahan yang dilakukan berbentuk penjajahan fisik, maka saat ini setelah gerakan kemerdekaan di negara terjajah, maka harus dicari cara lain untuk melanggengkan kepentingan mereka, yaitu dengan penjajahan pemikiran. 2. Politik, bahwa setiap negara maju akan selalu berusaha untuk memiliki supremasi politik yang diakui oleh negara-negara lain yang disebut sebagai hegemoni politik. Oleh sebab itulah maka mereka berusaha untuk menjadikan setiap negara lain sebagai satelitnya dan mau mengakui kekuasaan politik negara tersebut dengan segala konsekuensinya. 3. Geografis negeri Islam, kondisi geografis negara-negara Islam demikian strategis jika diplot dalam peta geografis negara-negara di dunia baik luasnya, potensi alamnya, letaknya dalam konstelasi negara-negara dunia, dsb. Sebagai contoh posisi negara-negara seperti Indonesia, Mesir, Palestina, negara-negara Teluk, dsb. Alasan Ideologis. Alasan yang lain yang menyebabkan para musuh Islam melakukan GF kepada kaum muslimin adalah karena kebencian dan kedengkian mereka akan kebenaran dan ketinggian Islam (QS 2/109). BIDANG-BIDANG YANG DISERANG 1. Pendidikan : Pendidikan adalah aspek penting yang menentukan maju atau mundurnya suatu bangsa, oleh sebab itu bidang pendidikan merupakan target utama dari GF. GF yang dilakukan dibidang pendidikan diantaranya adalah dengan membuat sedikitnya porsi pendidikan agama di sekolah-sekolah umum (hanya 2 jam sepekan), hal ini berdampak fatal pada fondasi agama yang dimiliki oleh para siswa, dengan lemahnya basis agama mereka maka terjadilah tawuran, seks bebas pelajar yang meningkatkan AIDS, penyalahgunaan Narkoba, vandalisme, dsb. Ini adalah dampak jangka pendek, yang lebih berbahaya lagi adalah dampak jangka panjangnya yaitu terhadap kualitas pemahaman agama para calonInvasi Pemikiran Terhadap Kaum Muslimin Ditulis oleh Yuari (2008Invasi/ serangan pemikiran atau dalam bahasa Arab dinamakan ghazwul fikri dan dalam basaha Inggris disebut sebagai brain washing, thought control, menticide adalah istilah yang menunjuk kepada suatu program yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur oleh musuh-musuh Islam untuk melakukan pendangkalan pemikiran dan cuci otak kepada kaum muslimin, dengan tujuan agar kaum muslimin tunduk dan mengikuti cara hidup mereka sehingga melanggengkan kepentingan mereka untuk

menjajah (baca : mengeksploitasi) sumberdaya milik kaum muslimin.Invasi pemikiran (atau ghazwul fikri selanjutnya disingkat GF) dilakukan oleh para musuh Islam dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa dibandingkan dengan melakukan peperangan militer/fisik, maka GF memiliki kelebihan- kelebihan sebagai berikut : ASPEK PERANG FISIK GHAZWUL FIKRI ASPEK PERANG FISIK Biaya sangat mahal Jangkauan Terbatas di front Obyek merasakan Dampaknya objek mengadakan perlawanan Penggunaan persenjataan, senjata beratGHAZWUL FIKRI Murah dan dikembalikan Sampai ke rumah rumah objek Sama sekali tidak merasa Slogan, teori, iklan pemimpin bangsa dimasa depan. GF lainnya dibidang ini adalah pada teknis belajarnya yang campur baur antara pria dan wanita yang jelas tidak sesuai dan banyak menimbulkan pelanggaran terhadap syariat. 2. Sejarah : Sejarah yang diajarkan perlu ditinjau ulang dan disesuaikan dengan semangat Islam. Materi tentang sejarah dunia & ilmu pengetahuan telah di GF habis-habisan sehingga hampir tidak ditemui sama sekali pemaparan tentang sejarah para ilmuwan Islam dan sumbangannya dalam perkembangan ilmu pengetahuan, melainkan semata-mata ilmuwan kafir yang pada akhirnya membuat generasi muda menjadi silau dengan tokoh-tokoh kafir dan minder terhadap sejarahnya sendiri. Ketika berbicara tentang sejarah Islam, di benak mereka hanya terbayang sejarah peperangan dengan pedang dan darah sebagaimana yang selalu digambarkan dalam kacamata Barat. Hal ini lebih diperparah lagi dengan sejarah nasional dan penamaan perguruan tinggi, gedung-gedung, perlambangan, penghargaan dan pusat ilmu lainnya dengan bahasa Hindhu Sansekerta, sehingga semakin hilanglah mutiara kegemilangan Islam di hati para generasi muda. 3. Ekonomi : GF yang terjadi dibidang ekonomi adalah konsekuensi dari motto ekonomi yaitu : Mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya, ketika motto ini ditelan habis-habisan tanpa dilakukan filterisasi lagi, maka tidak lagi memperhatikan halal atau haram, yang penting adalah bagaimana supaya untung sebesarbesarnya. Hal lain yang perlu dicermati dalam sistem ekonomi kapitalisme yaitu monopoli, riba dan pemihakan elit kepada para konglomerat. Mengenai monopoli sudah tak perlu dibahas lagi, cukup jika dikatakan bahwa di AS sendiri telah diberlakukan UU anti-trust (bagaimana di Indonesia?). Tentang riba dan haramnya bunga-bank rasanya bukan pada tempatnya jika dibahas disini, cukup dikatakan bahwa munculnya dan berkembangnya bank tanpa bunga (bagi hasil), fatwa MUI, fatwa Universitas al-Azhar Mesir, kesepakatan para ulama Islam dunia (lihat Lampiran-lampiran pada buku Qardhawi, Bank Tanpa Bunga, Usamah Press, Jakarta) membuktikan bahaya bunga bank dan haramnya dalam Islam. Tentang keberpihakan kepada para konglomerat, semoga dengan perkembangan era reformasi saat ini dapat diperbaiki. 4. Ilmu Alam & Sosial :

Pada bidang ilmu-ilmu Alam, GF terbesar yang dilakukan adalah dengan dilakukannya sekularisasi antara ilmu pengetahuan dengan ilmu agama (lihat bab II, pasal bahaya aliran sekularisme). Bahaya lainnya adalah penisbatan teori-teori ilmu pengetahuan kepada para ilmuwan tanpa mengembalikannya kepada Sang Pemberi dan Pemilik Ilmu, sehingga mengakibatkan kekaguman dan pujian hanya berhenti pada diri para ilmuwan tersebut saja dan tidak bermuara kepada Allah SWT. Hal lain adalah berkembangnya berbagai teori-teori sesat yang sebenarnya belum diterima secara ilmiah, tetapi disebarkan secara besar-besaran oleh kelompok-kelompok tertentu untuk menimbulkan keraguan pada agama, seperti teori tentang asal-usul makhluk hidup (the origins of species) dari Darwin (yang sebenarnya merupakan kelanjutan dari penemuan Herbert Spencer), yang sebenarnya masih ada the missing link yang belum dapat menghubungkan antara manusia dan kera, tapi sudah diindoktrinasikan kemana-mana (lihat bantahan tuntas terhadap teori ini dalam Bucaille Maurice, Asal Usul Manusia, Mizan, Bandung). Atau teori Libido Seksual-nya Freud, yang menyatakan bahwa jika manusia tidak dibebaskan sebebasbebasnya keinginan seksualnya akan mengakibatkan terjadinya gangguan kejiwaan, teori ini sudah dibantah secara ilmiah dan pencetusnya sendiri (Freud) yang terus menggembar-gemborkan kebebasan seksual, ternyata mati karena menderita penyakit kejiwaan (psikopath). 5. Bahasa : GF dibidang bahasa adalah dengan tidak diajarkannya bahasa al-Quran di sekolah- sekolah, karena menganggapnya tidak perlu. Hal yang nampaknya remeh ini sebenarnya sangat besar akibatnya dan menjadi bencana bagi kaum muslimin Indonesia secara umum. Dengan tidak memahami bahasa alQuran maka mayoritas kaum muslimin menjadi tidak mengerti apa kandungan al-Quran (QS 2/78), sehingga al-Quran menjadi sekedar bacaan tanpa arti (QS yang pada akhirnya hanya dinikmati iramanya seperti layaknya lagu-lagu dan nyanyian belaka, yang pada puncaknya adalah dengan ditinggalkannya al-Quran (QS 25/30-31). Dampak yang lain dari kebodohan terhadap bahasa al-Quran ini adalah bahwa kaum muslimin menjadi terputus hubungannya dengan perbendaharaan ilmu-ilmu keislaman yang telah disusun dan dibukukan selama hampir 1000 tahun oleh para pakar dan ilmuwan Islam terdahulu, yang jumlahnya mencapai jutaan judul buku mencakup bidang-bidang aqidah, tafsir, hadits, fiqih, sirah, tarikh, ulumul quran, tazkiyyah, dsb. 6. Hukum : GF pada aspek hukum adalah penggunaan acuan hukum warisan kolonial yang masih terus dipertahankan sebagai hukum yang berlaku, dan reduksi dan penghapusan hukum Allah SWT dan Rasul-Nya. Rasa takut dan alergi terhadap segala yang berbau syariat Islam merupakan keberhasilan GF dibidang ini. Penggambaran potong tangan bagi pencuri dan rajam bagi pezina selalu ditonjolkan saat pembicaraan-pembicaraan tentang kemungkinan adopsi terhadap beberapa hukum Islam. Mereka melupakan bahwa hukum Islam berpihak (melindungi) korban kejahatan, sehingga hukuman keras dijatuhkan kepada pelaku kejahatan agar perbuatannya tidak terulang dan orang lainpun takut untuk berbuat yang sama. Sebaliknya bahwa hukum di Barat berpihak (melindungi) pelaku kejahatan, sehingga dengan hukuman tersebut memungkinkannya untuk mengulang lagi

kejahatannya karena ringannya hukuman tersebut. Laporan menunjukkan bahwa tingkat perkosaan yang terjadi di Kanada selama sehari sama dengan kejahatan yang sama di Kuwait selama 12 tahun, dan bahkan pooling yang dilakukan di masyarakat AS menunjukkan bahwa 1 dari 3 masyarakat AS menyetujui dijatuhkannya hukuman mati untuk pemerkosa (lihat Qardhawi, Y., Islam Peradaban Masa Depan, al-Kautsar, Jakarta). 7. Pengiriman pelajar dan mahasiswa ke Luar Negeri : GF dibidang ini terjadi dalam 2 aspek, brain drain dan brain washing. Brain drain adalah pelarian para intelektual dari negara-negara Islam ke negara-negara maju karena insentif yang lebih besar dan fasilitas hidup yang lebih mewah bagi para pekerja disana. Hal ini menyebabkan lambatnya pembangunan di negara-negara Islam dan semakin cepatnya kemajuan di negara-negara Barat. Data penelitian tahun 1996 menyebutkan bahwa perbandingan SDM bergelar doktor (S3) di Indonesia baru 60 per sejuta penduduk, di AS dan Eropa antara 2500-3000 orang per sejuta, dan di Israel mencapai 16.000 persejuta penduduk ! Sementara brain washing (cuci otak) dialami oleh para intelektual yang sebagian besar berangkat ke negara-negara Barat tanpa dibekali dengan dasar-dasar keislaman yang cukup, sehingga mereka pulang dengan membawa pola pikir dan perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan bahkan secara sadar atau tidak ikut andil dalam membantu melanggengkan kepentingan Barat di negara mereka. 8. Media massa : Berbicara mengenai GF yang terjadi dalam media massa, maka dapat dipilah pada aspekaspek sebagai berikut : Aspek kehadirannya : Terjadinya perubahan penjadwalan kegiatan sehari-hari dalam keluarga muslim. Sebagai contoh adalah TV, waktu selepas maghrib yang biasanya digunakan anak-anak untuk mengaji dan belajar agama berubah dengan menonton acara-acara yang kebanyakan merusak dan tidak bermanfaat. Sementara bagi para remaja dan orangtua, dibandingkan datang ke pengajian dan majlis-majlis talim, kebanyakan lebih senang menghabiskan waktunya dengan menonton TV. Sebenarnya TV dapat menjadi sarana dakwah yang luarbiasa (sesuai dengan teori komunikasi yang menyatakan bahwa media audio-visual memiliki pengaruh yang tertinggi dalam membentuk kepribadian baik pada tingkat individu maupun masyarakat), asal dikemas dan dirancang agar sesuai dengan nilai-nilai Islam. Aspek Isinya : Berbicara mengenai isi yang ditampilkan oleh media massa yang merupakan produk GF diantaranya adalah mengenai penokohan/orang-orang yang diidolakan. Media massa yang ada tidak berusaha untuk ikut mendidik bangsa dan masyarakat dengan menokohkan para ulama dan ilmuwan serta orang-orang yang dapat mendorong membangun bangsa agar dapat mencapai kemajuan IMTAK dan IPTEK sebagaimana yang digembar-gemborkan, sebaliknya justru tokoh yang terus-menerus diekspos dan ditampilkan adalah para selebriti yang menjalankan gaya hidup borjuis, menghamburhamburkan uang (tabdzir) jauh dari memiliki IPTEK apalagi dari nilai-nilai agama. Hal ini jelas demikian

besar dampaknya kepada generasi muda dalam memilih dan menentukan gaya hidup serta cita-citanya dan tentunya pada kualitas bangsa dan negara. Produk lain dari GF yang menonjol dalam media TV misalnya, adalah porsi film-fil yang Islami yang hampir-hampir boleh dikatakan tidak ada, 90% film yang diputar adalah bergaya Barat, sisanya adalah film nasional (yang juga bergaya Barat), film-film Mandarin dan film-film India.

Telah diuraikan bagaimana akibat hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilancarkan oleh kaum Zionis Yahudi agar kaum muslim memahami Al Quran dan As Sunnah dengan belajar sendiri (otodidak) melalui muthola'ah (menelaah kitab) dengan akal pikiran masing-masing tanpa mempedulikan pemahaman pemimpin ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak) yakni Imam Mazhab yang empat dan pemahaman ulama para pengikut Imam

Mazhab yang empat yang termasuk ulama-ulama bersanad ilmu atau bersanad guru tersambung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Salah seorang ulama keturunan cucu Rasulullah, Habib Munzir mengatakan, Orang yang berguru tidak kepada guru tapi kepada buku saja maka ia tidak akan menemui kesalahannya karena buku tidak bisa menegur tapi kalau guru bisa menegur jika ia salah atau jika ia tak faham ia bisa bertanya, tapi kalau buku jika ia tak faham ia hanya terikat dengan pemahaman dirinya, maka oleh sebab itu jadi tidak boleh baca dari buku, tentunya boleh baca buku apa saja boleh, namun kita harus mempunyai satu guru yang kita bisa tanya jika kita mendapatkan masalah Asy-Syeikh as-Sayyid Yusuf Bakhour al-Hasani menyampaikan bahwa maksud dari pengijazahan sanad itu adalah agar kamu menghafazh bukan sekadar untuk meriwayatkan tetapi juga untuk meneladani orang yang kamu mengambil sanad daripadanya, dan orang yang kamu ambil sanadnya itu juga meneladani orang yang di atas di mana dia mengambil sanad daripadanya dan begitulah seterusnya hingga berujung kepada kamu meneladani Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dengan demikian, keterjagaan al-Quran itu benar-benar sempurna baik secara lafazh, makna dan pengamalan Para ulama telah menyampaikan bahwa jika memahami Al Quran dan As Sunnah dengan belajar sendiri (secara otodidak) melalui cara mutholaah (menelaah kitab) dan memahaminya dengan akal pikiran sendiri, kemungkinan besar akan berakibat negative seperti, 1. Ibadah fasidah (ibadah yang rusak) , ibadah yang kehilangan ruhnya atau aspek bathin 2. Tasybihillah Bikholqihi , penyerupaan Allah dengan makhluq Nya. Salah satu contoh memahami dengan akal pikiran adalah memahami ayat-ayat sifat tanpa tawil atau tanpa mengambil hikmah sebagaimana yang dipegang oleh ulama-ulama korban hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman ) dari kaum Zionis Yahudi, seperti ulama Ibn Taimiyyah, Ibnu Qoyyim al Jauziyah, Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya yang mengi'tiqodkan berdasarkan makna dzahirnya Terhadap lafazh-lafazh ayat sifat kita sebaiknya tidak mengitiqodkan berdasarkan maknanya secara dzahir karena akan terjerumus kepada jurang tasybih (penyerupaan), sebab lafazh-lafazh ayat sifat sangat beraroma tajsim dan secara badihi (otomatis) pasti akan menjurus ke sana. Imam Ahmad ar-Rifai (W. 578 H/1182 M) dalam kitabnya al-Burhan al-Muayyad, Sunu Aqaidakum Minat Tamassuki Bi Dzahiri Ma Tasyabaha Minal Kitabi Was Sunnati Lianna Dzalika Min Ushulil Kufri, Jagalah aqidahmu dari berpegang dengan dzahir ayat dan hadis mutasyabihat, karena hal itu salah satu pangkal kekufuran. Imam besar ahli hadis dan tafsir, Jalaluddin As-Suyuthi dalam Tanbiat Al-Ghabiy Bi Tabriat Ibn Arabi mengatakan Ia (ayat-ayat mutasyabihat) memiliki makna-makna khusus yang berbeda dengan makna yang dipahami oleh orang biasa. Barangsiapa memahami kata wajh Allah, yad , ain dan istiwa sebagaimana makna yang selama ini diketahui (wajah Allah, tangan, mata, bertempat), ia kafir (kufur dalam itiqod) secara pasti.

Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra berkata : Sebagian golongan dari umat Islam ini ketika kiamat telah dekat akan kembali menjadi orang-orang kafir. Seseorang bertanya kepadanya : Wahai Amirul Mukminin apakah sebab kekufuran mereka? Adakah karena membuat ajaran baru atau karena pengingkaran? Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra menjawab : Mereka menjadi kafir karena pengingkaran. Mereka mengingkari Pencipta mereka (Allah Subhanahu wa taala) dan mensifati-Nya dengan sifat-sifat benda dan anggota-anggota badan. Kita harus bedakan antara mencari-cari takwil sebagaimana kaum mutazilah dengan mentakwilkan sebagaimana contohnya yang dilakukan oleh Ibnu Abbas ra dan Ulil Albab lainnya Doa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk Ibnu Abbas ra untuk dapat mentawilkan atau mengambil hikmah, Allahumma faqqihhu fiddin wa allimhu al Tawil dan Allahum allimhu al hikmah Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya Allah menganugerahkan al hikmah (pemahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya Ulil Albab yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (QS Al Baqarah [2]:269 ). Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan Ulil Albab (QS Ali Imron [3]:7 ) Dijelaskan dalam (QS Ali Imron [3]:7) bahwa yang dapat mentawilkan atau mengambil pelajaran (mentawilkan) atau mengambil hikmah dari ayat-ayat mutasyabihat adalah Ulil Albab, muslim yang menggunakan lubb atau akal qalbu atau muslim yang menundukkan akal pikirannya kepada akal qalbu sebagaimana yang telah diuraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/01/29/tundukkan-akal-pikiran/ Dalam kitab-kitab ilmu tauhid seperti kitab ilmu tauhid berjudul "Hasyiyah ad-Dasuqi 'ala Ummil Barahin" karya Syeikh Al-Akhthal halaman 109 baris 9 s/d 12 menuliskan Artinya: "Dan ketahuilah oleh kalian bahwa sesungguhnya: 1. Barangsiapa mengi'tiqadkan (meyakinkan) bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala seperti jisim (bentuk suatu makhluk) sebagimana jisim-jisim lainnya, maka orang tersebut hukumnya "Kafir (orang yang kufur dalam i'tiqad)." 2. Orang yang mengi'tiqadkan (meyakinkan) bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala seperti jisim (bentuk suatu makhluk), tapi tidak disamakan sebagaimana jisim-jisim (bentuk-bentuk makhluk)

lainnya, maka orang tersebut hukumnya "'aashin" atau orang yang telah berbuat durhaka kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. 3. I'tiqad yang benar adalah i'tiqad yang menyatakan bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala itu bukanlah seperti jisim (bentuk suatu makhluk) dan bukan pula berupa sifat. Tidak ada yang dapat mengetahui Dzat Allah Subhanahu wa Ta'ala kecuali Dia." Dalam beberapa tulisan yang telah kami sampaikan tujuannya untuk mengingatkan akan adanya hasutan atau ghazwul fikri yang dilancarkan oleh kaum Zionis Yahudi yang berakibat segelintir kaum muslim membenci mayoritas kaum muslim yang melaksanakan amal kebaikan seperti dzikir berjamaah, maulid Nabi, tawassul, ratib, istighotsah, ziarah kubur, yasinan, tahlilan, dll Bahkan hasutan atau ghazwul fikri yang dilancarkan oleh kaum Zionis Yahudi berakibat terjadinya pembunuhan terhadap sesama muslim seperti pembunuhan terhadap Sayyidina Ustman ra, Imam Sayyidina Ali ra, Sayyidina Husein ra dan pembunuhan lainnya sebagaimana yang terlukiskan dalam tulisan pada http://www.aswaja-nu.com/2010/01/dialog-syaikh-alsyanqithi-vs-wahhabi_20.html atau pada http://www.facebook.com/photo.php?fbid=220630637981571&set=a.220630511314917.56251. 100001039095629 Contoh pada zaman sekarang pembunuhan terhadap sesama manusia yang telah bersyahadat akibat hasutan atau ghazwul fikri yang dilancarkan oleh kaum Zionis Yahudi adalah apa yang terjadi pada tragedi Darul Hadits, Dammaj, Yaman. Majalah Dakwah Islam Cahaya Nabawiy Edisi no 101, Januari 2012 memuat topik utama berjudul SYIAH-WAHABI: Dua seteru abadi , Berikut sedikit kutipannya, **** awal kutipan **** Sebenarnya ada fakta lain yang luput dari pemberitaan media dalam tragedi itu. Peristiwa itu bermula dari tertangkapnya mata-mata utusan Darul Hadits oleh orang-orang suku Hutsi yang menganut Syiah. Selama beberapa lama Darul Hadits memang mengirim mata-mata untuk mengamati kesaharian warga Syiah. Suku Hutsi merasa kehormatan mereka terusik dengan keberadaan mata-mat ini. Kehormatan adalah masalah besar bagi suku-suku di Jazirah Arab. Tak ayal, suku Hutsi pun menyerbu Darul Hadits sebagai ungkapan amarah mereka. Selama beberapa hari Darul Hadits dikepung orang-orang Hutsi yang kebanyakan tergabung dalam milisi pemberontak Dua warga Indonesia tewas dalam baku tembak, sementara yang lainnya bersembunyi di kampus. Anehnya, meskipun beberapa kali dibujuk , para mahasiswa tetap tak mau dievakuasi pihak kedutaan. Mereka berdalih bahwa diri mereka sedang berjihad melawan musuh. Doktrin yang ditanamkan kepada mahasiswa Darul Hadits cukup, sangar yakni, Jihad terhadap syiah rafidah al-Houtsi ***** akhir kutipan ***** Ironis sekali , kedua sekte masing-masing merasa berjihad dan memerangi sesama manusia yang telah bersyahadat.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya adalah kekufuran. (HR Muslim 97) Rasulullah lalu bertanya: Kenapa kamu membunuh orang yang telah mengucapkan Laa Ilaaha Illaahu? Aku menjawab, Wahai Rasulullah! Sesungguhnya lelaki itu mengucap demikian karena takutkan ayunan pedang. Rasulullah bertanya lagi: Sudahkah kamu membelah dadanya sehingga kamu tahu dia benar-benar mengucapkan Kalimah Syahadat atau tidak? Rasulullah terus mengulangi pertanyaan itu kepadaku hingga menyebabkan aku berandai-andai bahwa aku baru masuk Islam saat itu. (HR Muslim 140) Dia berkata, Dan kami saat itu diberitahukan peristiwa Usamah bin Zaid, yang mana ketika dia telah mengangkat pedangnya, tiba-tiba orang musyrik itu mengucap, Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah, namun dia tetap saja membunuhnya. Maka Basyir pun mendatangi Nabi shallallahu alaihi wasallam untuk mengadukan dan menanyakan hal itu kepada beliau. Dia menceritakannya kepada beliau dan apa yang diperbuat oleh lelaki tadi. Maka beliau pun memanggil Usamah dan menanyainya, Kenapa kamu membunuhnya? Dia menjawab, Wahai Rasulullah, dia telah melukai kaum muslimin, dia telah membunuh si fulan dan si fulan, dan dia menyebutkan sebuah nama kepadanya, dan sungguh telah menyimpan dendam terhadapnya, namun ketika dia melihat pedangku ini, dia mengucap, Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bertanya lagi: Apakah kamu yang telah membunuhnya? Dia menjawabnya, Ya. Beliau bertanya lagi: Lalu apa yang hendak kamu perbuat dengan kalimat, Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah, jika di hari kiamat kelak ia datang (untuk minta pertanggung jawaban) pada hari kiamat nanti? (HR Muslim 142) Sedangkan kejadian sekitar abad 12 Hijriah terlukiskan dalam apa yang disampaikan oleh ulamaulama bermazhab seperti Dari kalangan ulama madzhab Hanbali, al-Imam Muhammad bin Abdullah bin Humaid al-Najdi berkata dalam kitabnya al-Suhub al-Wabilah ala Dharaih al-Hanabilah ketika menulis biografi Syaikh Abdul Wahhab, ayah pendiri sekte Wahhabi, sebagai berikut: "Syaikh Sulaiman (kakak Muhammad bin Abdul Wahhab), juga menentang terhadap dakwahnya dan membantahnya dengan bantahan yang baik berdasarkan ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Syaikh Sulaiman menamakan bantahannya dengan judul Fashl al-Khithab fi al-Radd ala Muhammad bin Abdul Wahhab. Allah telah menyelamatkan Syaikh Sulaiman dari keburukan dan tipu daya adiknya meskipun ia sering melakukan serangan besar yang mengerikan terhadap orang-orang yang jauh darinya. Karena setiap ada orang yang menentangnya, dan membantahnya, lalu ia tidak mampu membunuhnya secara terang-terangan, maka ia akan mengirim orang yang akan menculik dari tempat tidurnya atau di pasar pada malam hari karena pendapatnya yang mengkafirkan dan menghalalkan membunuh orang yang menyelisihinya. (Ibn Humaid al-Najdi, al-Suhub al-Wabilah ala Dharaih al-Hanabilah, hal. 275). Dari kalangan ulama madzhab Hanafi, al-Imam Muhammad Amin Afandi yang populer dengan sebutan Ibn Abidin, juga berkata dalam kitabnya, Hasyiyah Radd al-Muhtar sebagai berikut:

Keterangan tentang pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab, kaum Khawarij pada masa kita. Sebagaimana terjadi pada masa kita, pada pengikut Ibn Abdil Wahhab yang keluar dari Najd dan berupaya keras menguasai dua tanah suci. Mereka mengikuti madzhab Hanabilah. Akan tetapi mereka meyakini bahwa mereka saja kaum Muslimin, sedangkan orang yang berbeda dengan keyakinan mereka adalah orang-orang musyrik. Dan oleh sebab itu mereka menghalalkan membunuh Ahlussunnah dan para ulamanya sampai akhirnya Allah memecah kekuatan mereka, merusak negeri mereka dan dikuasai oleh tentara kaum Muslimin pada tahun 1233 H. (Ibn Abidin, Hasyiyah Radd al-Muhtar ala al-Durr al-Mukhtar, juz 4, hal. 262) Dari kalangan ulama madzhab al-Maliki, al-Imam Ahmad bin Muhammad al-Shawi al-Maliki, ulama terkemuka abad 12 Hijriah dan semasa dengan pendiri Wahhabi, berkata dalam Hasyiyah ala Tafsir al-Jalalain sebagai berikut: "Ayat ini turun mengenai orang-orang Khawarij, yaitu mereka yang mendistorsi penafsiran al-Quran dan Sunnah, dan oleh sebab itu mereka menghalalkan darah dan harta benda kaum Muslimin sebagaimana yang terjadi dewasa ini pada golongan mereka, yaitu kelompok di negeri Hijaz yang disebut dengan aliran Wahhabiyah, mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh sesuatu (manfaat), padahal merekalah orang-orang pendusta. (Hasyiyah al-Shawi ala Tafsir al-Jalalain, juz 3, hal. 307). Salah satu contoh penghasutnya adalah perwira Yahudi Inggris bernama Edward Terrence Lawrence yang dikenal oleh ulama jazirah Arab sebagai Laurens Of Arabian. Laurens menyelidiki dimana letak kekuatan umat Islam dan berkesimpulan bahwa kekuatan umat Islam terletak kepada ketaatan dengan mazhab (bermazhab) dan istiqomah mengikuti tharikat-tharikat tasawuf. Laurens mengupah ulama-ulama yang anti tharikat dan anti mazhab untuk menulis buku buku yang menyerang tharikat dan mazhab. Buku tersebut diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan dibiayai oleh pihak orientalis. Cara ulama-ulama yang anti tasawuf dan anti mazhab menghasut adalah memotong-motong firman Allah, hadits Rasulullah, perkataan Salafush Sholeh maupun perkataan ulama-ulama terdahulu seperti perkataan Imam Mazhab yang empat. Dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/02/02/potongan-perkataan-ulama/ telah diuraikan bagaimana mereka terhasut oleh potongan perkataan ulama. Dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/02/03/terhasut-pengalihan-makna/ telah diuraikan bagaimana mereka terhasut oleh pengalihan makna perkataan ulama. Dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/02/05/menyalah-maknakan-hadits/ telah diuraikan bagaimana mereka terhasut oleh penyalah makna dari hadits. Dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/02/08/terhasut-pembatasan-makna/ telah diuraikan bagaimana mereka terhasut oleh pembatasan makna firman Allah taala Contoh hasutan lainnya yang dilancarkan oleh Kaum Zionis Yahudi adalah menghasut dengan cara mencitrakan hal yang buruk terhadap tasawuf dalam rangka menjauhkan umat Islam dari jalan (thariqat) untuk mencapai muslim yang berakhlakul karimah atau muslim yang ihsan atau muslim yang bermakrifat

Salah satu yang termakan hasutan atau ghazwul fikri dari kaum Zionis Yahudi adalah pemerintahan kerajaan dinasti Saudi Ulama keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Abuya Prof. DR. Assayyid Muhammad bin Alwi Almaliki Alhasani dalam makalahnya dalam pertemuan nasional dan dialog pemikiran yang kedua, 5 s.d. 9 Dzulqodah 1424 H di Makkah al Mukarromah, menyampaikan bahwa dalam kurikulum tauhid kelas tiga Tsanawiyah (SLTP) cetakan tahun 1424 Hijriyyah di Arab Saudi berisi klaim dan pernyataan bahwa kelompok Sufiyyah (aliran aliran tasawuf) adalah syirik dan keluar dari agama. Kutipan makalah selengkapnya ada pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/08/18/ekstrem-dalam-pemikiran-agama/ Padahal kalau kita mau melihat kurikulum atau silabus tentang tasawuf pada perguruan tinggi Islam, pastilah tasawuf adalah jalan (thariqat) untuk mencapai muslim yang berakhlakul karimah atau muslim yang ihsan atau muslim yang bermakrifat Ahmad Shodiq, MA-Dosen Akhlak & Tasawuf, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengutip perkataan Imam Syafii ~rahimahullah yang menyatakan bahwa orang yang buruk itu seperti pantatnya dandang (tempat menanak nasi) yang hitam. Kata Imam Syafii, dia hitam, dan dia ingin menempelkannya ke kulit kita. Kalau kita terpancing, maka yang hitam itu dua. Jadi kalau sampai kita sadar bahwa ada ruhani yang tidak stabil, dan kita terpancing untuk tidak stabil, maka sesungguhnya yang terjadi adalah dua ketidakstabilan, karena kita terpancing. Selengkapnya uraian dosen Ahmad Shodiq tentang tasawuf dan pendidikan akhlak ada dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/06/07/pendidikan-akhlak/ Pada hakikatnya upaya kaum Zionis Yahudi menjauhkan kaum muslim dari tasawuf adalah dalam rangka merusak akhlak kaum muslim sebagaimana mereka menyebarluaskan pornografi, gaya hidup bebas, liberalisme, sekulerisme, pluralisme , hedonisme dll Imam As Syafii ~rahimahullah menasehatkan kita untuk menjalankan perkara syariat sebagaimana yang mereka sampaikan dalam kitab fiqih sekaligus menjalankan tasawuf untuk mencapai muslim yang baik, muslim yang sholeh, muslim yang berakhlakul karimah atau muslim yang Ihsan Imam Syafii ~rahimahullah menyampaikan nasehat (yang artinya) ,Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya. Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mau menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelezatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mau mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik (ihsan)? [Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47] Begitupula dengan nasehat Imam Malik ~rahimahullah bahwa menjalankan tasawuf agar manusia tidak rusak dan menjadi manusia berakhlak baik Imam Malik ~rahimahullah menyampaikan nasehat (yang artinya) Dia yang sedang tasawuf tanpa mempelajari fiqih (perkara syariat) rusak keimanannya , sementara dia yang belajar fikih

tanpa mengamalkan Tasawuf rusaklah dia, hanya dia siapa memadukan keduanya terjamin benar .

Wassalam

Artikel Buletin An-Nur : Ghazwul Fikri Senin, 02 Agustus 04 Ghazwul fikri berasal dari kata ghazw dan al-fikr, yang secara harfiah dapat diartikan Perang Pemikiran. Yang dimaksud ialah upaya-upaya gencar pihak musuh-musuh Allah subhanahu wataala untuk meracuni pikiran umat Islam agar umat Islam jauh dari Islam, lalu akhirnya membenci Islam, dan pada tingkat akhir Islam diharapkan habis sampai ke akar-akarnya. Upaya ini telah berlangsung sejak lama dan terus berlanjut hingga kini.

Ghazwul fikri dimulai ketika kaum salib dikalahkan dalam sembilan kali peperangan besar. Kemenangan kaum muslimin tersebut sangat spektakuler, sebab pasukan muslim yang diterjunkan dalam pertempuran berjumlah sedikit. Pasukan Khalid bin Walid, misalnya pernah berperang dengan jumlah tentara sekitar 3000 personil, sedangkan pasukan Romawi yang dihadapi berjumlah 100.000 personil, hampir 1 berbanding 35. Allah memenangkan kaum muslimin dalam pertempuran tersebut. Kekalahan demi kekalahan itu akhirnya menyebabkan kaum salib menciptakan taktik baru. Di bawah pimpinan Raja Louis XI, taktik baru tersebut dilancarkan. Caranya bukan lagi berupa penyerangan fisik, tetapi musuh-musuh Allah itu mengirimkan putera-putera terbaik mereka ke kota Makkah untuk mempelajari Islam. Niat atau motivasi mereka tentu bukan untuk mengamalkan, melainkan untuk menghancurkannya. Pembelajaran dengan niat jahat itu ternyata berhasil. Tafsir dikuasai, hadist dimengerti, khazanah ilmu Islam digali. Setelah sampai ke tahap dan tingkat ahli, para pembelajar Islam dari kaum Salib ini kembali ke Eropa, lalu membentuk semacam Research and Development (Penelitian dan Pengembangan) untuk mengetahui kelemahan umat Islam agar dapat mereka kuasai. Kesungguhan mereka dalam mempelajari Islam tersebut memang luar biasa. Sampai dalam sejarah diungkapkan kisah seorang pembelajar Islam dari kaum salib yang rela meninggalkan anak istrinya hanya untuk berkeliling ke negeri-negeri Islam guna mencari kelemahan negerinegeri Islam itu. Di antara pernyataan mereka ialah, Percuma kita berperang melawan umat Islam selama mereka berpegang teguh pada agama mereka. Jika komitmen mereka terhadap agama mereka kuat, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Oleh karena itu, tugas kita sebetulnya adalah menjauhkan umat Islam dari agama mereka, barulah kita mudah mengalahkan mereka. Gleed Stones, mantan perdana menteri Inggris, juga mengatakan hal yang sama, Percuma memerangi umat Islam, kita tidak akan mampu menguasainya selama di dada pemuda-pemuda Islam al-Quran masih bergelora. Tugas kita kini adalah mencabut al-Quran hati mereka, baru kita akan menang dan menguasai mereka. Dalam konteks ini, al-Quran mengatakan, artinya, Sesungguhnya setan bagi kamu merupakan musuh, maka perlakukanlah ia sebagai musuh. Sesungguhnya setan itu mengajak hizb (golongan) nya agar mereka menjadi penghuni neraka. (QS.Faathir : 6). Setan yang merupakan musuh umat Islam itu, menurut ayat 112 surat al-Anaam bukan hanya dari kalangan jin dan Iblis saja, tetapi juga dari kalangan manusia. Setan-setan manusia itu dahulu menghina dan memojokkan serta melecehkan Islam melalui lisan mereka dengan cara sederhana tanpa dukungan hasil teknologi canggih. Tetapi kini, penghinaan dan pemojokan serta pelecehan itu dilakukan dengan pers yang mempergunakan sarana modern yang super canggih. Di sisi lain, musuh-musuh Islam berupa setan manusia itu hebat dan licik. Struktur-struktur dan lembaga-lembaga Internasional, baik politik, mau pun ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, militer dan bidang-bidang penting lainnya hampir seluruhnya berada dalam genggaman mereka. Makanya perputaran roda organisasi dan lembaga-lembaga dunia itu sepenuhnya dapat mereka kendalikan secara sangat sistematis dan akurat tanpa disadari oleh mayoritas umat Islam, yang sebagiannya masih sangat lugu dan belum tersentuh oleh dawah. Dalam bidang komunikasi, khususnya pers, misalnya, hampir seluruh sumber berita berada dalam tangan mereka, baik yang berskala internasional maupun nasional.

Maka tak dapat dibantah bahwa media massa yang didominasi atau dikuasai oleh kalangan yang anti Islam, yang melihat Islam sebagai ancaman bagi kepentingan politik dan ekonomi mereka, missi yang mereka emban tentu merugikan dan memojok kan Islam. Misalnya berupaya agar masyarakat dunia (terutama kalangan elitnya) membenci Islam dan menjauhinya, serta menanamkan keraguan dalam dada kaum muslimin akan kebenaran dan urgensi Islam di dalam hidup. Keadaan ini diperburuk lagi oleh kenyataan bahwa di kalangan umat Islam, penguasaan terhadap ilmu komunikasi dan jurnalistik hingga saat ini masih jauh dari memadai. Ulama dan orangorang yang betul betul faham akan Islam secara benar dan kaffah, pada umumnya jarang yang menjadi jurnalis atau penulis. Apa lagi menerbitkan koran atau majalah yang benar-benar membawa misi dakwah dan perjuangan Islam. Sebaliknya wartawan dan penulis yang beragama Islam, termasuk yang berkaliber internasional yang mempunyai semangat sekali pun, banyak yang belum atau tidak memahami Islam secara benar dan kaaffah (totalitas). Artinya, upaya umat Islam meng-counter serangan musuh-musuh Allah itu nyaris tak ada. Di sisi lain, pers yang diterbitkan orang Islam banyak yang tidak memperjuangkan dan membela Islam, bahkan terkadang menurunkan berita yang memojokkan Islam. Sebab masih tergantung kepada kantor-kantor berita barat/kafir, yang memang selalu memburu berita yang sifatnya merugikan Islam. Padahal berita dari mereka menurut cara yang islami, harus terlebih dahulu ditabayyun (diseleksi), kalau tidak, bisa berbahaya bagi umat Islam. Namun untuk melakukan tabayyun, diperlukan pemahaman Islam yang benar dan universal serta penguasaan jurnalistik yang akurat dengan peralatan canggih. Sementara terhadap kedua hal itu para penulis Muslim belum betul-betul menguasainya secara baik. Ini salah satu di antara kelemahan-kelemahan dan keterbelakangan kita, umat Islam. Al-Quran memberitahukan bahwa Nabi Sulaiman alaihis salam pernah mendawahi ratu negeri Saba melalui tulisan (berupa sepucuk surat khusus), yang akhirnya ternyata berhasil gemilang dengan masuk Islamnya sang ratu. Kalau korespondensi dawah sederhana antara Nabi Sulaiman alaihis salam dengan ratu Saba ini boleh dikatakan termasuk bagian dari pers secara sederhana, maka pers dalam arti yang sempit berarti telah eksis pada zaman Nabi-nabi dahulu. Bukan hanya Nabi Sulaiman alaihis salam, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassallam pun dalam mendawahkan Islam kepada raja-raja dan para penguasa suatu negeri pada zamannya, di antaranya mempergunakan tulisan berupa surat yang sederhana, tanpa dukungan hasil teknologi canggih seperti yang dikenal dunia pers kini. Dalam dunia modern kini, pers ternyata menempati posisi sangat penting, antara lain, dapat membentuk opini umat. Bahkan sering dikatakan bahwa siapa menguasai pers, berarti dapat menguasai dunia. Kalau yang menguasai pers itu orang mukmin, yang benar-benar faham akan dakwah dan memang merupakan Dai (dalam arti luas), maka pers yang diterbitkannya tentu tidak akan menurunkan tulisan-tulisan yang merugikan Islam, memojokkan kaum Muslim atau menyakitkan umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassallam. Tetapi kenyataan membuktikan, di dunia ini, tak sedikit pers yang menurunkan aneka bentuk tulisan yang substansi isinya bukan hanya memojokkan Islam dan menyakitkan hati kaum mumin serta melecehkan al-Quran, tetapi lebih lagi dari hanya sekedar itu. Dan keadaan bisa bertambah

buruk lagi, kalau para pemimpin umat Islam bukannya memihak Islam, tetapi justru memihak dan membela musuh-musuh Allah subhanahu wataala. Naudzu billaah min dzaalik! Dahulu, para penjajah menyerang kaum Muslimin dengan senjata bom, meriam dan peluru, dan serangan itu hingga kini sebetulnya masih tetap berlangsung. Hanya yang dijadikan sasaran bukan lagi jasmani, tetapi aqidah ummat Islam. Salah satu tujuannya ialah bagaimana agar fikrah (ideologi) atau aqidah umat Islam rusak. Tujuan paling akhir ialah bagaimana agar Islam dan umat Islam berhasil dihabisi riwayatnya dari bumi Allah subhanahu wataala ini. Serangan inilah yang disebut ghazwul fikr. Dan senjata yang dipergunakan bukan lagi bom atau peluru tetapi surat kabar, majalah, radio, televisi dan media-media massa lainnya, baik cetak mau pun elektronik, baik yang sederhana, mau pun yang super canggih. Untuk mengantisipasi atau mengimbangi serbuan ghazwul fikr (perang ideologi) itu, umat Islam antara lain harus mempunyai pers yang tangguh, yang dikelola oleh para Ulama dan jurnalis Muslim yang betulbetul faham Islam secara benar; dengan peralatan dan sarana teknologi yang memadai dan mampu menampilkan tulisan dan berita yang benar serta baik secara menarik dan bijaksana. Tulisan-tulisan yang diturunkan atau diproduksinya tentu harus menarik dan akurat bermisi Islam, agar dapat memberikan pemahaman tentang al-Islam yang benar kepada pembacanya, dan sekaligus diharapkan dapat meredam dan mengantisipasi serbuan pers sekuler,terutama yang tak henti-hentinya menyerang Islam dengan berbagai cara. Satu hal lagi yang tidak boleh kita dilupakan adalah, munculnya musuh-musuh Islam dari dalam tubuh ummat Islam sendiri tanpa kita sadari. Misalnya adanya tokoh Islam yang diberi predikat Kiyai Haji atau profesor doktor, yang konotasinya pembela Islam, sehingga dikira umat Islam, ia memang pembela Islam, padahal sebaliknya, termasuk dalam hal ini Jaringan Islam Liberal (JIL). Sebetulnya, ini merupakan cerita lama, sebab sejak zaman Nabi-nabi dahulu, selalu ada saja manusia-manusia yang mengaku Muslim, tetapi pada hakikatnya merongrong atau merusak bahkan menghancurkan Islam dari dalam. Kadang-kadang menimbulkan perpecahan di kalangan kaum Muslimin. Sebagian mereka mengaku beragama Islam, namun takut (phobi) kalau Islam berkembang dan eksis di muka bumi Allah subhanahu wataala yang fana ini. Kalau mereka menerbitkan buku, koran, majalah, tabloid dan sejenisnya, mereka takut menulis tentang Islam. Kalau pun toh menulis juga, isinya tentu dipoles, direkayasa sedemikian rupa, sehingga tidak mengungkapkan kenyataan yang harus diungkapkan, dan menyampai kan apa-apa yang seharusnya disampaikan. Naudzu billaah min dzaalik! Mereka laksana musuh dalam selimut, menggunting dalam lipatan. Mudah-mudahan Allah memberi kita kemampuan untuk menyeleksi bahan bacaan serta memilih media informasi yang kita dengar dan saksikan setiap hari. Dan yang tak kalah penting, semoga Allah subhanahu wataala menjadikan hati kita cinta terhadap Islam dan selalu mendawahkan dan memperjuangkannya, sampai akhirnya Dia memanggil kita ke sisi-Nya selama-lamanya. Amin ya Rabbal alaimin (M.Hanafi Maksum)

You might also like