Professional Documents
Culture Documents
(Hinsa
Secara generik penilaian perusahaan dapat dilakukan dengan menghitung nilai sekarang arus kas sebelum dikurangkan pajak dan bunga. Dan penilaian saham perusahaan juga dilakukan dengan mengkalkulasi nilai sekarang arus kas yang dihasilkan saham dari dividen dan capital gain di masa yang akan datang. Inti tulisan ini adalah menggunakan analisa fundamental didalam penilaian saham perusahaan. Untuk itu tulisan ini diawali dengan uraian tentang konsep atau kerangka teori yang dianggap relevan didalam penilaian surat berharga berpenghasilan tetap (fixed income securities), dan penilaian sekuritas berpenghasilan tidak pasti (equity securities). Dan kemudian menggunakan kerangka teori Gordon Model dan analisa fundamental didalam menilai saham aktual PT. Century Textile Industry Tbk. Kesimpulan dari analisa ternyata harga saham yang terjadi di Bursa Efek Jakarta atau harga menurut persepsi masyarakat investor pada saat dianalisa adalah overvalued. Oleh karena itu direkomendasikan agar pemilik saham menjual sahamnya karena pada akhirnya akan terkoreksi. Namun demikian kelihatannya masih perlu dipertanyakan dan di analisa lebih lanjut mengapa harga saham tersebut overvalued.
I.
Pendahuluan
Salah satu peranan penting seorang pakar keuangan perusahaan adalah
memberikan rekomendasi tentang nilai berbagai macam surat-surat berharga. Ketika perusahaan bermaksud membeli surat-surat berharga atau aktiva keuangan seperti obligasi, saham preferen, atau saham biasa, dia harus memiliki pengetahuan tentang nilai investasi. Jika perusahaan bermaksud melakukan akuisisi, tentunya perusahaan harus memiliki teknik untuk menentukan berapa harga yang pantas untuk saham perusahaan yang akan diakuisisi. Demikian
1 Tulisan ini disampaikan dalam Seminar Manajemen Keuangan di Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta, 17 Pebruari 2003. 2 Hinsa Siahaan adalah Alumni School of Management: Boston University, Hubert H.Humphrey Fellowships Program 1991-1992. Saat ini bekerja sebagai peneliti pada Badan Analisa Fiskal Departemen Keuangan RI, juga sebagai Staf Pengajar Universitas Prof. Dr. Moestofo (Beragama) dan Ukrida Jakarta. 39
Maret 2003
Analisa Saham Dengan Menggunakan Gordon Model (Hinsa Siahaan) f the underlying worth of a share of stock. It provides a standard for helping you judge wehther a particular stock
juga, pada waktu perusahaan mempertimbangkan akan menjual sahamnya kepada masyarakat dalam rangka menambah modal (melakukan IPO) perusahaan harus dapat menentukan harga pasar perdana dan waktu yang tepat menawarkannya kepada masyarakat, sehingga memberikan manfaat maksimum kepada pemegang saham yang ada (pemegang saham lama).
Oleh karena penilaian sekuritas perusahaan adalah berkaitan dengan masalah nilai, maka tulisan ini diawali dengan riset kepustakaan tentang konsep nilai dan penilaian. Setelah itu riset literatur ditekankan pada konsep penilaian atas surat berharga berpenghasilan tetap (mis. Obligasi). Kemudian difokuskan pada konsep penilaian saham (common stock valuation). Dan pada akhirnya ditutup dengan analisa saham dengan menggunakan Gordon Model didalam menilai saham PT. Centex Tbk .
40
Maret 2003
(Hinsa
I.1
Tujuan Penelitian Ada tiga tujuan utama penelitian ini. Pertama adalah untuk
memasyarakatkan konsep-konsep atau teori yang berkaitan dengan penilaian perusahaan dan penilaian sekuritas perusahaan. Kedua adalah memberi contoh penggunaan teori didalam menganalisa nilai intrinsik atau harga wajar saham perusahaan untuk dapat dibandingkan dengan harga yang terjadi di bursa sesuai dengan persepsi masyarakat, sehingga dapat disimpulkan apakah harga saham fair, overvalued, atau undervalued. Terakhir tetapi tidak kalah pentingnya adalah menganalisa apakah pasar modal Indonesia sekarang ini sudah efisien dalam arti sudah transparan karena harga saham yang terjadi di bursa telah mencerminkan kondisi fundamental emiten. I.2. Metodologi Penelitian Data kualitatif berupa konsep atau teori tentang nilai, penilaian, pendekatan penilaian yang digunakan dalam tulisan ini adalah dari riset kepustakaan. Sedangkan untuk data kuantitatip berupa data keuangan perusahaan, didapatkan dari publikasi perusahaan yang disediakan kepada masyarakat, baik melalui Pusat Referensi Pasar Modal BEJ, maupun dari berbagai media massa. Jadi data yang digunakan adalah merupakan informasi umum.
II.
Kerangka Teori
Pada hakekatnya nilai setiap sekuritas (surat-surat berharga) dapat
2.1 Konsep Nilai didefinisikan sebagai nilai uang yang diberikan kepada sekuritas pada waktu tertentu. Nilai tersebut mungkin dinyatakan menurut pasar atau nilai menurut
41
Maret 2003
(Hinsa
peraturan atau prosedur akuntansi yang berlaku untuk sekuritas yang bersangkutan. Biasanya kita mengenal adanya empat konsep nilai yang paling utama, yang didefinisikan sebagai berikut:3 1. Nilai Going Concern (Going Concern Value). Yang dimaksudkan dengan nilai
going
concern
adalah
nilai
perusahaan
yang
dapat
memberikan
keuntungan, perusahaan yang beroperasi dengan prospek usaha dimasa yang akan datang yang tidak terbatas. Suatu nilai dengan asumsi perusahaan tetap hidup tanpa batas. Jadi nilai perusahaan dikaitkan dengan kemampuan menghasilkan laba di masa depan, pembagin dividen, dan pertumbuhan usaha di masa yang akan datang yang tidak terbatas. 2. Nilai Likuidasi (Liquidation Value). Jika seorang analis keuangan menilai perusahaan yang akan bangkrut, maka penilaiannya yang utama adalah ditujukan kepada seluruh aktiva nilai bersih aktiva, atau nilai likuidasi. perusahaan dijual dan dikurangkan Artinya setelah dengan seluruh
kewajibannya (utangnya), berapa sisa hasil penjualan aktiva yang dpat dibagikan kepada pemegang saham biasa? Seandainya setelah penjualan seluruh aktiva, perusahaan tidak sanggup membayar seluruh utangnya, berapa yang masih dapat diharapkan oleh masing-masing pemegang obligasi atau kreditur lain? Jadi nilai likuidasi adalah nilai setelah seluruh aktiva perusahaan dijual dikurangi seluruh utang. 3. Nilai Pasar (Market Value). Seandainya kita mengevaluasi perusahaan yang saham atau obligasinya diperdagangkan di pasar modal, kita pasti dapat menentukan nilai pasar surat-surat berharga perusahaan. perusahaan yang bersangkutan.
3 John Hampton: Financial Decision Making : Concepts, Problems And Cases Fourth Edition, 1989. 42
Nilai tersebut
Maret 2003
(Hinsa
4. Nilai Buku (Book Value). Pada dasarnya nilai ini adalah nilai yang ditetapkan menurut teknik akuntansi yang sudah di-standard-isir (sudah dibuat baku) dan dikalkulasi dari laporan keuangan terutama dari neraca yang dipersiapkan perusahaan. Nilai buku utang biasanya hampir identik dengan nilai par atau nilai nominal. Nilai buku saham biasa dihitung dengan cara membagi total seluruh ekuiti (modal sendiri) yang ada di neraca, dengan jumlah lembar saham yang beredar (outstanding shares). Contoh: Seorang analis efek, memprediksi penghasilan per saham atau EPS perusahaan PT. XYZ Tbk adalah Rp400 dan nilainya adalah 8 kali EPS atau Rp3200. Termasuk nilai apakah hasil penilaian si Analis Efek tersebut ? Jawab: Nilai going concern oleh karena penilaian dikaitkan dengan penghasilan dimasa yang akan datang dengan asumsi perusahaan hidup terus tanpa batas. 2.2 Nilai Intrinsik Nilai intrinsik sesuatu sekuritas adalah harga yang ditentukan setelah mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai. Dengan perkatan lain, merupakan nilai riil surat utang atau surat ekuiti yang dibedakan dengan harga berlaku di pasar. Manajer keuangan dapat mengestimasi nilai intrinsik secara hati-hati dengan mempertimbangkan faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi nilai sekuritas, seperti berikut: 1. Value of the Firms Assets. Aktiva berujud dari perusahaan atau aktiva yang secara fisik dimiliki perusahaan selalu mempunyai nilai pasar (harga menurut persepsi pasar). Aktiva tersebut dapat dilikuidsi jika perusahaan membutuhkannya untuk membayar utang dan membagikannya kepada pemegang saham. Didalam teknik penilaian dengan asumsi going concern
43
Maret 2003
(Hinsa
biasanya nilai likuidasi ini diabaikan, dianggap tidak ada. 2. Likely Future Interest and Dividend. Perusahaan punya janji untuk selalu membayar bunga utangnya dan mengembalikan pokok utangnya di masa yang akan datang. Dan untuk saham preferen dan saham biasa, Besar kecilnya perusahaan selalu berusaha untuk membagikan dividend.
kemungkinan perusahaan akan menepati janjinya membayar bunga dan pokok utang, serta membagikan dividen akan mempengaruhi nilai sekarang. 3. Likely Future Earnings. Penghasilan rata-rata yang diharapkan perusahaan di masa yang akan datang adalah merupakan faktor yang paling mempengaruhi nilai sekuritas. Tanpa memperoleh tingkat penghasilan tertentu, kemungkinan pembayaran bunga dan dividen akan terancam. 4. Likely Future Growth Rate. Prospek pertumbuhan perusahaan di masa depan biasanya di evaluasi investor dan kreditur secara hati-hati dan merupakan faktor yang mempengaruhi nilai intrinsik perusahaan. 2.3 Analisa Nilai Intrinsik Pengkajian nilai intrinsik adalah merupakan proses membandingkan nilai ril suatu sekuritas dengan harga yang berlaku di pasar. Faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi nilai biasanya lebih lambat perubahannya dibandingkan perubahan harga pasar sekuritas. Di dalam pasar yang tidak sempuna, analis efek dapat mengharapkan melokalisir variances (perbedaan) antara nilai intrinsik dengan harga permintaan menurut pasar. Tujuan utama analisa nilai intrinsik adalah untuk memilih atau memisah-misahkan perusahaan atau saham yang overvalued dan yang undervalued. Jika sekuritas ternyata undervalued berarti pasar gagal atau tidak menemukan adanya faktor-faktor yang membenarkan harganya harus lebih tinggi. Artinya nilai sekuritas lebih
44
Maret 2003
(Hinsa
tinggi dari pada harga jualnya. Namun, segera setelah masyarakat investor menyadari situasi tersebut, misalnya karena manajemen mengumumkan EPS (earnings per share) lebih tinggi dari yang diharapkan, para investor akan membeli saham, dan akan memaksa harga naik. Perorangan atau perusahaan yang membeli saham pada waktu undervalued akan mendapat keuntungan. Sebaliknya yang membeli pada saat saham yang overvalued akan menderita rugi. Sementara investor yang sebelumnya telah memiliki saham dalam porfolionya, jika saham overvalued akan segera melepasnya (cut loss), dan jika
45
Maret 2003
Kondisi Pasar
Menentukan Menentukan Analisa Saham Dengan Menggunakan Gordon Model Siahaan) Intrinsik atau nilai riil
(Hinsa
Analisa nilai intrinsik tidak selalu dapat dilakukan dengan akurat oleh
Bandingkan
1. Marketplace Slow to Recognize Real Value. Jika masyarakat yang akan saham perusahaan akan tetap undervalued atau overvalued selamalamanya.
Beli
esar dari harga berlaku di pasar, berarti saham rendahmenemukan nilai intrinsik saham, kemungkinan Jika nilai intrinsik lebih undervalued melakukan investasi tidak dari harga berlaku di pasar, berarti saham overvalued
2. Stocks of Highly Speculative Firms. Perusahaan yang sifat kegiatannya secara alamiah memang sangat spekulatif tidak dapat dianalisa dengan analisa nilai intrinsik. Saham perusahaan tambang minyak, tambang emas, atau perusahaan yang berusaha mendapatkan inovasi baru yang menguntungkan, nilainya lebih tergantung kepada masa depan yang tidak pasti ketimbang faktor-faktor keuangan fundamental. Dalam situasi seperti ini, nilai ril perusahaan ditentukan oleh suatu kejadian tertentu, seperti ditemukannya kandungan minyak bumi. 3. High-Growth Analisa nilai intrinsik tidak yang memiliki catatan mempunyai teknik (tidak mampu) mengevaluasi situasi seperti ini.
Jangan Beli
Stocks.
Perusahaan-perusahaan
pertumbuhn yang sangat cepat akan mendorong kenaikan harga saham di pasar oleh karena para investor optimis bahwa pertumbuhan akan tetap tinggi di masa depan. Jika saham adalah dari perusahaan yang prospek pertumbuhan penjualan dan keuntungan luar biasa, seperti Atari dan Apple Computer tahun 1970an, maka nilai intinsik adalah tergantung apakah dan berapa besar pertumbuhan berlangsung terus. Berhubung kelangsungan pertumbuhan tidak pasti, pendekatan nilai intrinsik tidak digunakan dengan situasi pertumbuhan tinggi. Contoh: Sebuah perusahaan asuransi sedang mempertimbangkan untuk
46
cukup memadai
Maret 2003
(Hinsa
mengakuisisi perusahaan manufaktur skala kecil. Volume penjualan perusahaan sudah stabil dan mempunyai aktiva tetap yang sudah agak ketinggalan zaman. Potensi utama perusahaan terletak pada proses kertas khusus untuk percetakan tertentu yang sudah dipatenkan. Perusahaan mengharapkan akan terjadi
47
Maret 2003
(Hinsa
1. Depressed Overall Market. Seorang investor akan membeli saham manakala harga hampir semua saham di pasar turun atau rendah. Hal ini terjadi ketika tingkat harga rata-rata saham menurut indeks bursa menurun (mis: Indeks Harga Saham Gabungan Jakarta (IHSG), Indeks New York Stock Exchange AS, atau Indeks Nikkei Jepang). Dasar pemikiran teknik ini adalah bahwa nilai pasar hampir seluruh saham yang terjadi adalah dibawah nilai pasar normal, dan segera akan naik kembali. Pendekatan serupa dapat juga digunakan untuk Obligasi dan Saham preferen manakala investor yakin bahwa harga sekuritas sedang anjlok, dan cukup menarik untuk meraih keuntungan jangka pendek. 2. Industry Comparison. Dengan pendekatan ini, seseorang atau perusahaan akan membeli saham yang kelihatannya lebih unggul dibandingkan saham perusahaan lain dari industri yang sama (rata-rata industri). Ini mungkin terjadi ketika harga saham perusahaan didalam satu industri naik sementara harga saham perusahaan lain merosot tanpa alasan yang jelas. Jika perusahaan yang terseok diakuisisi semasa periode harga saham naik, akusisi dilakukan pada harga rendah dan saham akan menghasilkan capital
gain. Hal ini berlaku untuk perusahaan tunggal yang harga sahamnya yang
berlaku di pasar lebih rendah dari nilai saham dalam jangka pendek. 3. Cyclical Lows. Banyak sekuritas yang harga psarnya mengikuti siklus tertentu. Contoh, sebuah saham naik hingga Rp600 per saham, dan lembaga dan investor lain memutuskan menjual sahamnya untuk memperoleh untung (profit taking). Kemudian tekanan jual memaksanya turun Rp400 per saham, pada saat mana investor mungkin membeli kembali. Berdasarkan data historis, analis efek dapat menemukan sekuritas (saham-saham) yang mempunyai pola siklus seperti ini. Analis efek akan membeli saham
48
Maret 2003
(Hinsa
menjelang siklus bawah dan berusaha menjualnya pada siklus atas. Pendekatan nilai intrinsik dan nilai yang terjadi di pasar mungkin tumpang tindih (overlapping) dalam situasi dimana nilai pasar kelihatan lebih rendah dibandingkan nilai intrinsik. Kedua metode berusaha menemukan saham-saham yang undervalued dan overvalued kemudian mencari sekuritas yang menawarkan nilai tinggi untuk harga yang dibayar untuk sekuritas bersangkutan. Contoh: Investor membuat plot harga tertinggi dan terendah dari tahun ke tahun dari perusahaan yang memproduksi besi. Harga pasar saham awal tahun 1993 adalah Rp440. Pertanyaan, dapatkah pendekatan nilai berlaku di pasar digunakan untuk saham ini?
Tahun Tinggi Rendah 1996 Rp380 190 1997 Rp370 170 1998 Rp430 210 1999 Rp490 270 2000 Rp550 360 2001 Rp600 400
Jawab: Yes. Kelihatannya saham ini mempunyai pola siklus tertentu dengan perbedaan kurang lebih 20 point antara harga tinggi dan rendah setiap tahun. Pada harga Rp440 kemungkinan saham berada pada siklus bawah (rendah), jadi saat tepat untuk membeli. 2.5. Nilai Sekuritas Utang atau Sekuritas Berpenghasilan Tetap Hampir semua perusahaan membiayai sebagian aktivanya dengan ekuitas dengan bayaran bunga yang tidak tetap (variable) atau dengan sekuritas yang memberikan pengembalian tetap kepada pemilik surat utang. Untuk menentukan nilai sekuritas utang biasanya diperlukan tiga proses yang terpisah.
49
Maret 2003
(Hinsa
2.5.1 Utang Dengan Tingkat Bunga Berubah ( Variable Rate Debt ) Perusahaan mungkin menanda tangani wesel bayar atau meminjam uang dengan membayar bunga yang beubah-ubah sesuai dengan nilai indeks tertentu. Didalam menentukan besarnya bunga pinjaman, biasanya bank menggunakan prime rate. LIBOR atau the London Interbank Offered Rate adalah indikator lain yang digunakan didalam menentukan bunga uang dalam pembiayaan internasional. Baik untuk pinjaman yang berasal dari dalam negeri, maupun dari luar negeri, perusahaan harus membayar bunga dengan prime rate dan LIBOR yang naik turun, atau indikator lain tingkat bunga umum. Besarnya nilai utang yang dipinjam dari bank dengan mudah dapat ditentukan. Sebab, besarnya adalah sama dengan pokok pinjaman. Jadi tidak perlu kalkulasi khusus. Jika perusahaan punya utang, misalnya Rp 10 miliar dan akan membayar bunga sesuai dengan tingkat bunga yang berlaku, nilai pasar utang tetap sebesar Rp10 miliar. 2.5.2. Sekuritas Berbunga Tetap Dan Jangka Waktu Tertentu Meskipun tingkat bunga utang atau saham preferen tetap, namun mungkin saja nilai pasarnya naik turun atau berfluktuasi. Apabila t jatuh tempo sekuritas sudah pasti pda tanggal tertentu, nilai sekarang sekuritas harus mempertimbangkan semua pendapatan bunga yang akan datang atau dividend ditambah dengan pengembalian pokok. Sebagai ilustrasi proses penilaian, katakanlah emiten telah menjual Obligasi-10Tahun sebesar Rp50 juta dengan tingkat bunga atau kupon 14% per tahun. Obligasi dijual dalam kelipatan Rp10.000,-, dan pembayaran bunga dilakukan tiap setengah tahun atau dua kali setahun. Satu tahun setelah emisi obligasi, tingkat bunga di pasar turun menjadi 10% per tahun. Akibatnya, jika pemilik menjual obligasinya sekarang di pasar
50
Maret 2003
PMT
PV
FV
sekunder nilainya sudah berubah. Calon investor akan membeli obligasi dengan yield 10 % selama sembilan tahun kedepan. Berhubung tingkat bunga fixed 14 %, nilai obligasi akan naik, sehingga lebih tinggi dari harga Rp10.000 saat emisi. Berapakah nilai obligasi sesungguhnya ? Jika dalam akte penjualan obligasi ditetapkan pembayaran bunga 14% per tahun, dan akan dibayarkan tiap tengah tahunan dengan bunga berbunga (compounded), maka si empunya obligasi akan menerima Rp700 setiap bulan. 6
Setelah satu tahun, obligasi menwarkan 18 kali pembayaran bunga tengah tahunan @ Rp700 ditambah pokok Rp10.000 saat jatuh tempo. Jadi terdapat arus kas bunga tengah tahunan Rp700 dan pembayaran pokok Rp10.000 pada tanggal jatuh tempo. Nilai sekarang arus kas sama dengan nilai intrinsik yang besarnya Rp12.423,69 yang perhitungannya seperti berikut:
18 9
10/2 10
700
51
Maret 2003
12.423,699
(Hinsa
Dengan menggunakan rumus nilai sekarang (present value method), kita akan mendapat jawaban yang sama yaitu:
( 700 )
PV =
1 1 1 (1.05)18 0.05
= 8.182,71
= 4.240,98
Seorang investor yang mengevaluasi pembelian obligasi satu tahun setelah emisi, dan pada saat itu tingkat bunga pasar 10%, akan bersedia membeli obligasi seharga Rp12.423,69. Sebab jika si investor membeli obligasi yang umurnya tinggal 9 bulan tesebut, dan ditahan hingga jatuh tempo, si investor akan mendapat tingkat pengemblaian 10%, dengan ketentuan bahwa besar bunga yang diterima adalah bunga berbunga. Oleh karena tingkat pengembalian obligasi bagi investor harus sama dengan kesempatan investasi lain (yakni, obligasi berisiko sama adalah berbunga 10%), berarti nilai Rp 12.423,69 adalah sama dengan nilai intrinsik atau nilai ril obligasi. 2.5.3 Sekuritas Dengan Pengembalian Tetap Tanpa Jatuh Tempo Pada umumnya saham preferen tidak mempunyai tanggal jatuh tempo tertentu. Pada saat saham ditawarkan kepada umum, terdapat ketentuan bahwa saham dapat ditebus (dibeli kembali) oleh emiten. Sehingga berdasarkan ketentuan yang disebut call feature perusahaan mempunyai opsi membeli kembali atau mengubah saham preferen menjadi saham biasa. Berhubung tanggal pembelian kembali tidak diketahui kapan secara pasti, saham preferen
52
Maret 2003
ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff
(Hinsa
adalah abadi, artinya arus kas yang dibayar emiten kepada pemiliknya tidak terbatas. Sebab itu, nilai intrinsik saham preferen ditentukan dengan rumus:
dimana PMT = uang yang diterima per tahun i = nilai waktu uang yang wajar (normal) Sebagai contoh, misalkan emiten menjual saham preferen @ Rp100 dengan dividend 14% per tahun. Pada waktu yang sama, saham preferen sejenis yang ada di pasar memberikan yield 11.75%. Berdasarkan rumus, nilai intrinsik saham ini adalah:
ketika di beli
Maret 2003
+ Rp
sekuritas. Contohnya kita mengkapitalisir dividen ketika mengembalikannya menjadi nilai sekarang saham. Untuk sekuritas utang atau sekuritas berpenghasilan tetap, kita mengkapitalisir bunga yang akan datang atau dividend. Proses yang serupa dapat digunakan didalam menilai saham biasa. Saham biasa menawarkan potensi pertumbuhan arus kas diwaktu yang akan datang, dan ini harus diungkapkan di dlam analisa nilai intrinsik. 2.6.1 Model Periode Tunggal ( Single-Period Model ) Tingkat pengembalian investasi pada dasarnya adalah pengembalian setelah lewat satu periode, dan biasanya satu periode adalah satu tahun. Oleh karena itu didalam penilaian investasi pada sekuritas, diasumsikan bahwa sekuritas dibeli pada titik 0 dan dijual pada titik 1.
Semua kas yang diterima sepanjang periode (selama satu tahun) ditambah dengan setiap kenaikan nilai saham (capital gain) adalah sama dengan pengembalian (hasil) investasi. Rumusnya dapat dituliskan sebagai berikut:
54
Maret 2003
PV
FV
(Hinsa
N1 = nilai sekuritas pada akhir periode 1 N0 = nilai awal pada titik 0 Kas1 = semua kas yang diterima sejak titik 0 hingga akhir periode 1
Contoh: Seorang investor membeli 100 lembar saham seharga Rp4000 dengan biaya komisi Rp100. Setelah satu tahun saham tersebut dijual seharga Rp4500 tetapi harus dikurangi dengan komisi Rp100. Selama satu tahun tersebut dia menerima dividen sebesar Rp250. Berapakah tingkat pengembalian investasi pada saham ini? Jawabnya : 13,4% yang diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
55
Maret 2003
00000000c000000000000046170000004d6963726f736f6674204571756174696f6e20332e30000c000000445320
(Hinsa
Dari sudut pandang investor yang melakukan investasi pada saham, tingkat pengembalian ekuiti minimal (tingkat pengembalian modal sendiri) atau Ke dapat diformulasikan sebagai:
dimana
BE = Biaya modal sendiri atau tingkat pengembalian minimal yang diharapkan investor dari saham (ekuiti) N1 = nilai saham pada akhir periode 1 No = nilai saham pada awal periode atau pada titik 0. Div1 = dividen tunai yang diterima investor selama periode 1.
Untuk menentukan nilai pasar saham dengan formula diatas, formula dapat kita tulis ulang sehingga diperoleh nilai saham pada titik o atau N0 sebagai :
N0 =
1 ( Div1 + N1 ) 1 + K E ( ekuiti )
56
Maret 2003
PV
FV
(Hinsa
Rumus ini sekarang dapat digunakan menentukan nilai sekarang saham sesuai dengan model periode tunggal, dimana dividen adalah uang tunai yang diterima selama satu periode (tahun yang bersangkutan) dan nilai akhir Periode 1 sudah
11
[6,756.76]
7,500
2.6.2 Dividen Abadi, Tanpa Pertumbuhan ( zero growth ) Pendekatan kedua untuk menilai saham biasa adalah dengan melihat periode investasi lebih dari satu periode. Sangat bijaksana jika perusahaan
57
Maret 2003
(Hinsa
senantiasa membayar dividend walaupun earnings atau dividend tersebut tidak tumbuh alias tetap besarnya. Meskipun perusahaan seperti ini sangat jarang, tetapi sekiranya ada, penilaian sahamnya relatif gampang. Kita menggunkan rumus yang sama seperti digunakan didlm menilai saham preferen, yaitu:
PMT i PV =
ini dapat dituliskan kembali sebagai:
DPS1
N0
( Nilai o )
K e (min imum )
oleh karena DPS1 = dividen per saham perusahaan dalam periode 1 dan setiap periode periode yang akan datang tidak tumbuh alias tetap sama besarnya. Menurut rumus ini, diasumsikan bahwa dividend sama dengan earnings perusahaan yang tidak mengalami pertumbuhan, dari periode ke periode. Menurut rumus untuk menentukan tingkat pengembalian minimum, besarnya tingkat pertumbuhan (g) ditentukan dengan formula
EPS (% RE ) g = Mkt Pr
Agar supaya tingkat pertumbuhan menjadi 0, persentase laba ditahan (retained
earnings) harus 0. Jadi, semua EPS dibayar sebagai DPS dan nilai saham
dinyatakan sebagai:
58
Maret 2003
(Hinsa
N0
(Nilaino )
DPS1 K e ( req )
EPS1 K e ( req )
59
Maret 2003
(Hinsa
2.6.3 Dividend Abadi, Pertumbuhan Konstan ( constant rowth ) Pendekatan ketiga didalam penilaian saham-biasa adalah dengan mempertimbangkan
earnings
dan
dividend
bertumbuh
dengan
tingkat
pertumbuhan konstan (misalnya diasumsikan bahwa setiap periode tumbuh 5%). Dalam situasi ini, perusahaan menahan sebagian earnings untuk membiayai pertumbuhan, tetapi dengan senantiasa mempertahankan pembayaran dividen yang besarnya tetap dari periode ke periode, yang didefinisikan sebagai hubungan antara dividend dan earnings, atau
N0 (Nilai 0) =
[1 + K
t =1
1
e ( req )
t]
[ DPS0 (1 + g )t ]
dimana g tingkat pertumbuhan earnings dan dividend yang besarnya konstan. Jika variabel rumus ini kelihatannya sukar untuk dipenuhi (dipecahkan) karena menyangkut arus dividend tanpa batas, persoalan tidak sebagus kelihatannya. Tetapi secara aljabar rumus dapat disederhanakan menjadi :
60
Maret 2003
(Hinsa
dibidang keuangan perusahaan. Berbagai pertimbangan dimasukkan dalam model sehingga secara matematik dapat digunakan untuk menentukan nilai intrinsik saham. Tiga faktor utama yang diperhatikan oleh Gordon didalam rancangan modelnya adalah: 1. Shareholders Return-Single Variable. Didalam model periode tunggal (model satu periode), tingkat pengembalian yang diperoleh pemegang saham terdiri dari dividend dan capital gains. Ini tidak berlaku dalam kasus Gordon. Sebab tingkat pengembalian yang diterima pemegang saham hanya dividend di masa yang akan datang. Earnings yang ditahan perusahaan menjadi sebagian dari faktor pertumbuhan yang operasinya akan menaikkan dividend, namun hanya dividend yang akandatang yang dianggap sebagai pengembalian.
61
Maret 2003
(Hinsa
2. Normal
and
Actual
Return.
Model
Gordon
dikembangkan
dengan
membandingkan tingkat pengembalian normal atau tingkat pengembalian minimal dengan tingkat pengembalian aktual. Tingkat pengembalian tersebut dibedakan atas: a. Required return (Ke). Untuk tingkat risiko saham dan pengembalian tertentu, pasar menghendaki tingkat pengembalian ekuiti (saham) tertentu. Dirumuskan sebagai EPS/MktPr minimal sama seperti yang diharapkan investor dari saham yang serupa. Oleh karena ini berbanding terbalik dengan price-earnings ratio, biasanya dinyatakan sebagai P/E normal. b. Actual return. Ini adalah EPS/MktPr aktual untuk sebuah perusahaan individual. Merupakan sebahagian dari faktor pertumbuhan, sebab g sama dengan EPS/MktPr dikalikan dengan persentase laba ditahan (%
retained earnings).
Nanti kita lihat bahwa selisih antara tingkat pengembalian minimal dengan tingkat pengembalian aktual mempunyai pengaruh yang significant terhadap nilai saham.
Tabel 1: Faktor Pertumbuhan dalam Model Gordon
EPS/MktPr Aktual 0 0.05 0.05 0.10 0.10 x x x Laba Ditahan (%) 0 0 0.50 0.50 0.60 = = = Besar Pertumbuhan Tidak ada Tidak ada 0.025 0.050 0.060 Penjelasan Tidak ada laba yang ditahan Semua laba dibagikan sebagai dividend. Pertumbuhan meningkat seiring dengan kenaikan laba. Pertumbuhan
62
Maret 2003
(Hinsa
3. Inclusion of a Growth Factor. Untuk tinjauan jangka panjang, model mengassumsikan pertumbuhan dividend selalu stabil dan memasukkannya sebagai salah satu faktor pertumbuhan dalam rumus penilaian. Berhubung kita berkepentingan dengan pertumbuhan nilai pemegang saham dewasa ini, pertumbuhan dibatasi dengan laba ditahan. Penjualan saham tambahan atau pertumbuhan dari penambahan utang atau sekuritas berpenghasilan tetap lain diabaikan (dianggap tidak ada). Pengaruh pertumbuhan variabel dapat kita lihat pada Tabel 1. 2.8 Tinjauan Dari Sudut Pandang Yang berbeda Setelah memahami komponen-komponen model Gordon, model tersebut dapat dimodifikasi seperti berikut:
Ke(req) = tingkat pengembalian ekuiti normal yang diinginkan pasar sesuai dengan risiko saham. Ke(act) = tingkat pengembalian ekuiti perusahaan aktul (sebenarnya) %RE = persentase EPS perusahaan yang mungkin ditahan oleh perusahaan.
63
Maret 2003
(Hinsa
Sekarang kita siap untuk memahami apakah sebenarnya yang terjadi pada model Gordon. Untuk memahaminya dengan baik, kita harus menguji pengaruh perubahan dividend payout dalam berbagai situasi berbeda, atau terkait dengan tingkat pengembalian ekuiti yang berbeda. Sebagai contoh, misalkan EPS perusahaan Rp2 sementara tingkat pengembalian ekuiti (return on equity) 10 %. Ada tiga situasi yang mungkin dihadapi: 1. Required Return less than Actual Return. Dalam situasi ini, pemegang saham mendapat lebih banyak earnings hasil investasi pada perusahaan, manakala tingkat pengembalian minimal dibandingkan dengan tingkat risiko yang dihadapi. Umpamanya tingkat pengembalian minimal 8% namun tingkat pengembalian aktual perusahaan tenyata 10%. Berarti pemegang saham lebih menginginkan earnings atau laba ditahan di perusahaan karena akan menghasilkan pengembalian 10%. Sebab jika dibagikan sebagai dividend, pemegang saham mungkin hanya memperoleh tingkat pengembalian kurang lebih 8% dari investasi serupa. Jadi, peningkatan dividend payout akan menurunkan nilai intrinsik, karena peningkatan dividend payout tersebut menurunkan tingkat pertumbuhan. Pada tabel 1 terlihat bahwa nilai intrinsik turun dari Rp60 menjadi Rp25, karena dividend payout berubah dari 30% menjadi 100%. Dengan dividend payout 100% dianggap tidak ada pertumbuhan. 2. Required Return Equal to Actual Return. Dalam hal ini, kinerja perusahaan adalah seperti yang diharapakan, oleh karena itu mungkin pemegang saham tidak perduli dengan besarnya dividend. Jika diumumkan adanya pembagin dividend, pemegang saham akan menginvestasikannya kembali kedalam
64
Maret 2003
(Hinsa
perusahaan atau kepada perusahaan lain yang sejenis. Dalam situasi seperti ini, nilai intrinsik tidak terpengaruh pembagian dividend. Pada Tabel 2 terlhat bahwa nilai intrinsik saham Rp20 berapapun besarnya dividen sepanjang tingkat pengembalian perusahaan sama dengan tingkat pengembalian minimal. 3. Required Return Exceeding Actual Return. Dalam situasi ini, kinerja perusahaan tidak sebaik yang diharapkan. Nilai intrinsik dibawah tingkat pengembalian minimal yang diharapkan. Namun, dapat diharapkan bahwa nilai intrinsik akan meningkat jika perusahaan menaikkan dividend payout, sebab pemegang saham menghendaki uang tunai yang akan di investasikan di tempat lain yang tinggkat pengembaliannya lebih tinggi. Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai intrinsik meningkat dari Rp12 menjadi Rp16.67 ketika dividend payout ditingkatkan dari 30% menjadi 100%. Validitas model Gordon didukung data yang dikemukakan pada Tabel 2. Perubahan dividend payout akan mempengaruhi kinerja atau merubah nilai intrinsik, tetapi tergantung kepada hubungan antara tingkat pengembalian aktual dengan tingkat pengembalian minimal. Perusahaan yang tingkat pengembalian aktualnya lebih tinggi dari pengembalian minimal mempunyai nilai intrinsik yang lebih baik ketimbang perusahaan yang kinerjanya lebih buruk. Perusahaan akan terdorong menahan earnings dan menginvestasikannya kembali, jika tingkat pengembalian aktual lebih tinggi dari pada tingkat minimal yang diharapkan sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapi. Dalam praktek sebenarnya, sudah pasti, banyak faktor lain yang harus dipertimbangkan. Ketika investor menerima dividend tunai, mereka harus membayar fees untuk pialang dan biaya lain sebelum dapat menginvestasikan
65
Maret 2003
(Hinsa
kembali uangnya. Pada umumnya, pembagian laba sebagai dividen akan mempengaruhi pajak, berbeda jika laba ditahan sebagai cadangan. Pertimbangan ini memodifikasi dasar perhitungan nilai intrinsik menurut model Gordon. Tetapi tidak merusak validitas konsep. Perusahaan yang tingkat keuntungannya lebih besar dari tingkat pengembalian minimal, sebaiknya menginvestasikan kembali dividend, sepanjang mempunyai proyek yang menawarkan tingkat pengembalian lebih tinggi ketimbang risiko yang dihadapi.
Tabel 2: Perbandingan Nilai Intrinsik Menurut Model Gordon Untuk Tingkat Pengembalian dan Dividend payouts Yang Berbeda
Tingkat Pengembalian Minimal Capitalization Rate Required 8 persen 10 persen 12 persen 30% R p0.6 0 Rp0.60 R p0.60 = R p60.00 = Rp20.00 = R p12.00 dividend 8% (1 0% x7 0% ) 10% (10% x70%) 12% (10% x70% ) payout 50% R p1.00 Rp1.00 Rp1.00 = R p33.3 3 = Rp20.00 = Rp14.29 dividend 8% (1 0% x5 0% ) 10% (10% x50%) 12% (10% x50%) payout 70% R p1.4 0 Rp1.40 Rp1.40 = R p28.00 = Rp20.00 = Rp15.56 dividend 8% (1 0% x30% ) 10% (10% x30%) 12% (10% x30%) payout 100% Rp2.00 Rp2.00 Rp2.00 = Rp25.00 = Rp20.00 = Rp16.67 dividend 8% (10% x0%) 10% (10% x0%) 12% (10% x0%) payout Catatan :Semua data pada perusahaan dengan EPS = Rp2 dan tingkat pengembalian modal sendiri (return on equity) = 10%.
2.9
Perbandingan Antar Berbagai Pendekatan Penilaian Analis efek (pakar keuangan) biasanya menentukan nilai intrinsik untuk
dibandingkan dengan perusahaan lain. Masuk akal, jika perusahaan-perusahaan yang mempunyai karakter operasi dan risiko yang serupa memiliki nilai intrinsik kurang lebih sama. Berikut ini dapat kita lihat atau perbandingan tiga
66
Maret 2003
(Hinsa
pendekatan didalam menentukan nilai intrinsik perusahaan (nilai intrinsik saham). Menggunakan Price Earnings Ratio Sebagai Pembanding Kebanyakan analis efek mempercayai bahwa price earnings ratio sebagai faktor penentu nilai. Oleh karena itu didalam menentukan nilai intrinsik perusahaan mereka menggunakan rumus
Nilai intrinsik =
EPS K e(req)
EPS Ke = MktPr
dimana nilai intrinsik menggantikan harga pasar. Setelah rumus dapat diterima analis efek dapat mengamati berbanding terbalik EPS/MktPr, atau P/E untuk setiap saham yang diperdagangkan kepada umum untuk menentukan nilai saham milik perorangan (milik pribadi). Apakah metode ini valid? Jawabnya adalah Yes, tetapi pada lingkup yng sangat terbatas. Lebih lanjut, katakanlah bahwa perusahaan pribadi serupa dengan perusahaan yang sahamnya dijual di pasar modal (di bursa efek), serupa dalam hal risiko, tingkat kemampuannya menghasilkan laba, dan tingkat pertumbuhan. Dalam situasi seperti ini, P/E perusahaan go public dapat digunakan untuk menaksir nilai intrinsik perusahaan pribadi. Sebagai ilustrasi proses penilaian seperti ini, misalkan perusahaan A yang
67
Maret 2003
(Hinsa
milik perorangan mempunyai EPS Rp4. Sementara perusahaan B dan C yang tingkat pengembalian dan risikonya sama, diperdagangkan di bursa dengan P/E = 7/1. Berapakah nilai A ? Jika kebalikan P/E yaitu 1/7 digunakan sebagai tingkat pengembalian minimal, berarti nilai intrinsik A adalah Rp28 yang diperoleh sebagai berikut: Ke Nilai intrinsik = 1/7 = 0.1429 = Rp4/0.1429 = 28
Hasil yang sama dapat juga diperoleh dengan mengalikan P/E dengan EPS, atau 7 x 4 = Rp28. Contoh: Perusahaan X, Y, dan Z adalah perusahaan sejenis. Tetapi perusahaan X adalah paling kuat diantara ketiga perusahaan dan sahamnya diperdagangkan dengan P/E = 11/1, perusahaan Y terkuat kedua dengan P/E = 9/1 sementara perusahaan Z kurang kuat dan shamnya tidak diperdagangkan di pasar modal, tetapi EPS = Rp2. Pertanyaan: berapakah nilai intrinsik perusahaan Z? Jawab: Jika yang terkuat diperdagangkan dengan P/E = 11/1, dan yang terkuat kedua P/E= 9/1, berarti yang paling lemah Z harus dibawah 9/1. Katakanlah P/E Z diperkirakan 7.5/1 berarti nilai intrinsik Z = 7.5 x Rp2 = Rp15. 2.10 Perbandingan Nilai Dengan Gordon Model Gordon model dapat digunakan untuk membandingkan nilai jika kita menggunakan asumsi tunggal. Kita harus mengasumsikan bahwa harga pasar
68
Maret 2003
(Hinsa
saham sejenis juga sama dengan nilai intrinsik perusahaan. Dengan demikian rumus berubah menjadi
Harga pasar =
Rumus ini terdiri dari empat komponen; harga pasar, dividen saat ini diterima (current dividend), tingkat pertumbuhan, dan tingkat pengembalian ekuiti minimal (cost of capital). Rumus ini dapat dimodifikasi dengan memecahkn masalah tingkat pengembalian ekuiti minimal;
K e(req) =
Segera dinilai.
setelah
perusahaan sejenis, selanjutnya dapat digunakan untuk perusahaan yang akan Berhubung perusahaan pribadi jarang membagikan dividend, dapat
digunakan dividend, tingkat pertumbuhan (aktual Ke dikali % RE), dan tingkat pengembalian ekuiti minimal untuk menentukan harga pasar yang mungkin seandainya saham perusahaan aplikasi diperdagangkan. teknik penilaian Kemudian ini: kita dapat tingkat menganggap bahwa nilai ini mendekati nilai intrinsik. Sebagai contoh katakanlah pertumbuhan sebuah perusahaan pribadi (sahamnya tidak diperdagangkan di pasar modal) adalah 5%, dan membayar dividend per saham Rp6. Sementara perusahaan sejenis yang merupakan perusahaan publik, harga sahamnya di bursa adalah @ Rp80, dividend per saham Rp4, dan tingkat pertumbuhannya adalah 8%.
69
Maret 2003
(Hinsa
Pertanyaan: Berapakah nilai intrinsik perusahaan pribadi (a privately held firm) tersebut? Jawab: Tingkat pengembalian ekuiti minimal (cost of capital) adalah Ke(req) = 4/80 + 0.08 = 0.13 Harga pasar yang diharapkan, dan nilai intrinsik perusahaan pribadi (a
Maret 2003
(Hinsa
Untuk R : Ke(req)
Oleh karena S serupa dengan Q dan R, tingkat pengembalian ekuiti minimalnya dapat digunakan rata-rata Q dan R atau sama dengan 0.27/2 = 13.5. Dengan demikian nilai S adalah:
Maret 2003
(Hinsa
Jawab:
Oleh karena A ratio nilai buku terhadap nilai pasar adalah 60/80 atau
75 persen, dan ratio nilai buku B terhadap nilai pasar adalah 14/20 atau 70 persen. Maka untuk C nilai pasarnya adalah berkisar Rp40/0.70 dan Rp40/0.75, jadi berkisar Rp 53 dan Rp57.
III.
72
Maret 2003
(Hinsa
Data Penting Per Saham dalam rupiah penuh 1998 sampai dengan 2002, 10.000.000 saham nominal @R1000 : 6.500.000 saham Seri B dan 3.500.000 saham Seri A. Laba Bersih (Setelah Pajak Penghasilan Badan) 1.714 2.792 1.915
Data Penting Per Saham dalam Rupiah penuh 1995 sampai dengan 1999, 10.000.000 saham nominal @ Rp1000: 6.500.000 saham Seri B & 3.500.000 saham Seri A. 5.037 2.273 215 108 115
73
Maret 2003
(Hinsa
Lanjutan Tabel 3 Data Keuangan Perusahaan ( Financial Highlights ) Dalam Juta Rupiah Selama Periode 1995- 2002: Tahun 2002 2001 2000 1999 Berakhir 31 Maret Saldo Laba 14.033 12.732 10.352 8.851 Ekuitas 16.484 15.183 12.803 11.301 Dividen Tunai 400 400 400 300 Dividen per Laba 0,23 0,14 0,21 0,06 Bersih Harga Pasar 5.000 5.600 6.500 3.500 (BEJ) Harga Pasar Per 12,50 14,00 16,25 11,67 Dividen Harga Pasar Per 2,92 2,01 3,39 0,69 Laba Bersih Sumber : Publikasi Perusahaan yang disediakan untuk Pasar Modal BEJ, diolah kembali. 1998 4.126 6.577 150 0,07 1.150 7,67 0,51 1997 2.009 4.460 150 0,7 1.400 9,33 6,51 1996 1.950 4.401 150 1,4 1.000 6,67 9,26 1995 1.999 4.450 150 1,3 1.800 12,00 15,65
Dalam kasus ini, sifat saham preferen P.T.Centex Tbk adalah nonkumulatif partisipasi laba. Artinya seandainya pada tahun tertentu tidak ada pembagian laba, maka tahun berikutnya pemilik saham preferen tidak dapat menuntut kepada emiten. (Lain halnya jika bersifat partisipasi, dimana pemegang saham preferen berhak mendapat nilai sisa laba sesuai dengan kesepakatan yang diputuskan pada RUPS). Besarnya dividen tetap saham preferen PT. Centex Tbk adalah 14,5% dan nilai nominal Rp1000.
D1 Vs = ( K S g )
mengkalkulasi besarnya tingkat
Langkah pertama yang perlu dilakukan didalam menganalisa harga wajar saham preferen Centex Tbk adalah
74
Maret 2003
Tabel 3
(Hinsa
selama delapan tahun terakhir (1995-2002). Rumus yang digunakan untuk mengkalkulasi tingkat pengembalian adalah : r = Capital gain(loss)+ Dividend Tunai /Harga Pasar Saat pembelian, lihat Tabel 4.
Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 Capital gain(loss) + dividen tunai Harga Pasar Saat Dibeli r = return 0,054 - 0,361 0,550 - 0,071 2,304 0,971 - 0,077 - 0,035
50 + 150 1850 800 + 150 1800 400 + 150 1000 250 + 150 1400 2350 + 300 1150 3000 + 400 3500 900 + 400 6500 600 + 400 5600
Langkah kedua. Setelah kalkulasi tingkat pengembalian setiap tahun selama 8 tahun terakhir, selanjutnya adalah menghitung tingkat pengembalian rata-rata atau expected return serta menghitung besarnya kemungkinan expected return tersebut tidak menjadi kenyataan atau berapa besar risikonya. Kalkulasinya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5: Kalkulasi Expected Return dan VAR (r) Saham Preferen PT. Centex Tbk. 75
Maret 2003
(Hinsa
Probabilita x Deviasi dikuadratkan P x [(r) E (r )]2 1995 0,054 0,125 0,006750 0,0164 1996 - 0,361 0,125 - 0,045125 0,0756 1997 0,550 0,125 0,068750 0,0022 1998 - 0,071 0,125 - 0,008875 0,0297 1999 2,304 0,125 0,288000 0,4451 2000 0,971 0,125 0,121375 0,0383 2001 - 0,077 0,125 - 0,009625 0,0304 2002 - 0,035 0,125 - 0,004375 0,0255 E (r): VAR ( r ): 0,416875 0,6635 Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan, Pusat Referensi Pasar Modal BEJ diolah kembali. Tahun Pengembalian (r) Probabilita ( p) Product ( r ) x ( p) Deviasi (r)E (r) - 0,362875 - 0,777875 0,133125 - 0,487875 1,887125 0,554125 - 0,493875 - 0,451875
Hasil perhitungan:
Standard Deviation =
VAR(r ) = 81,46%
Kesimpulan sementara, kelihatannya tingkat pengembalian saham Preferen PTCentex Tbk cukup tinggi yaitu sebesar 41,68 % dan risikonya juga tinggi yakni sebesar 81,46 %. Apakah saham ini cukup menarik bagi investor tentunya tergantung kepada karakter dan utility function masing-masing investor. Pertanyaan selanjutnya adalah menyangkut harga pasar saham di Bursa Efek. Berdasarkan analisa fundamental perusahaan, diperkirakan tingkat pengembalian rata-rata atau expected return Saham Preferen Centex adalah 41,68% dan risikonya 81,46%. Seharusnya harga pasar saham yang terjadi, menurut eficiency market hypothesis, adalah refleksi tingkat pengembalian dan risiko tersebut. Akan tetapi apakah harga saham preferen yang terjadi di pasar pada saat analisa dilakukan merupakan harga wajar?
76
Maret 2003
(Hinsa
Untuk menjawab pertanyaan diatas, diasumsikan bahwa investor rasionil akan mengharapkan tingkat pengembalian atau expected return sebesar 41,68%. Karena sifat partisipasi labanya adalah non kumulatif, maka preferen sifat saham dianggap serupa dengan saham biasa. Oleh karena itu rumus penilaian saham Gordon Model dapat digunakan. D1 VStock = ------------Ks - g
dimana; VStock = Nilai saham Ks g = Biaya modal saham =cost of capital of stock= tingkat pengembalian
Maret 2003
(Hinsa
Retention Rate
dimana ; ROE = return on equity = laba bersih per ekuiti
Retention rate = 1 Dividend Payout Ratio Dividend Payout Ratio = Dividend per laba bersih.
g = tingkat pertumbuhan dividen = rata-rata pertumbuhan 8 tahun terakhir = 13,7% lihat Tabel 6. 1,0968 Tingkat pertumbuhan rata-rata selama 8 tahun terakhir: G = --------- = 0,137= 13,7% 8 D1 = D0 (1 + g )
dimana; D1 = estimasi dividen diharapkan dimasa depan Do = dividen tahun terakhir diterima/dibagikan g = tingkat pertumbuhan dividend. D1 = 400 (1 + 13,7%) = 400 (1,137) = Rp 455,Dengan demikian nilai wajar saham, berdasarkan analisa fundamental, seharusnya adalah Rp 1.626,- atau
78
Maret 2003
(Hinsa
D1
Rp455 Rp1.626
IV.
Simpulan
Desember 2002 adalah Rp5000, berarti harga pasar yang terjadi di Bursa Efek ketika itu adalah tidak wajar terlalu sangat overvalued. Oleh karena itu rekomendasi kepada yang sudah memiliki saham adalah jual atau sell. Sebab lambat atau cepat harga saham akan terkoreksi turun mendekati harga wajar atau harga keseimbangan pada Rp1626,- Dan bagi calon investor disarankan jangan beli. Anehnya harga di Bursa Efek Jakarta 4 April 2003 adalah Rp5100,-
1. Harga penutupan (Closing price) Saham Preferen PT.Centex Tbk per akhir
2. Mengapa harga wajar saham menurut analisa fundamental sangat berbeda dengan harga pasar di bursa? Kemungkinan penyebabnya karena pasar modal Indonesia tidak efisien dalam arti tidak transparan. Terdapat kemungkinan adanya mal praktek didalam penyusunan laporan keuangan oleh Kantor Akuntan Publik, sehingga informasi yang tersedia misleading (menyesatkan). 3. Seandainya tidak terdapat masalah didalam penyediaan informasi, atau diasumsikan pasar modal Indonesia sudah efisien, kemungkinan lain penyebab perbedaan menyolok antara harga wajar dengan harga pasar di bursa adalah sebagai berikut; Krisis keuangan dan moneter yang dialami Indonesia semenjak tahun 1997 dimana kurs rupiah jauh melemah dibandingkan US dollar, dijadikan alasan untuk merekayasa harga saham
79
Maret 2003
(Hinsa
naik dari Rp1150 per akhir tahun 1998 menjadi Rp3500 pada akhir tahun 1999, Rp6500 tahun 2000, Rp5600 tahun 2001, dan Rp5000 pada akhir tahun 2002. 4. Pergerakan harga saham menciptakan gambaran semu, seolah-olah perusahaan menghasilkan retun yang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan pertumbuhan pembagian dividend. Dividen saham preferen yang ditetapkan 14,5% seharusnya dibayarkan sebesar 14,5% x Rp5000 = Rp725 tetapi hanya dibayar sebesar Rp400. 5. Oleh karena itu, saham preferen pada harga Rp5000 dengan dividen tetap 14,5%, dan non kumulatif partisipasi laba, adalah terlalu tinggi atau
Maret 2003
(Hinsa
misleading.
8. Akhirnya untuk mendapatkan hasil analisa harga saham yang akurat, para analist perlu memperhatikan dan mengeliminir terlebih dahulu kendalakendala yang kemungkinan menyebabkan hasil analisa menjadi bias.
V.
Daftar Pustaka
Adler Hayman Manurung: Analisis Saham Indonesia: Beberapa Saham Untuk Investasi Jangka Panjang Juni 1992. Aswath Damodaran: Corporate Finance: Theory and Practice John Eiley & Sons Inc. 1997. Copeland, Koller, Merrin Valuation: Measuring and Managing The Value of Companies McKinsey & Company, Inc. 1995. Ezra Solomon, The Theory of Financial Management Columbia University Press, 1963. Gitman, Joehnk: Fundamentals of Investing, Harper Collins Publishing, Sixth Edition, 1996. Haim Levy: Principles of Corporate Finance South-Western College Publishing, 1998. Jack Clark Francis Management of Investments McGraw-Hill International Editions, Third Edition, 1993. John J. Hampton Financial Decision Making: Concepts, Problems And Cases Prentice-Hall International Editions, Fourth Edition, 1989. Laporan Keuangan PT. Centex Tbk 1995-2002. Lawrence J.Gitman: Basic Managerial Finance Third Edition, 1992. M.J. Aldersen, K.C. Brown and S.L.Kummer. Dutch Auction Rate Preferred
81
Maret 2003
(Hinsa
82
Maret 2003