You are on page 1of 28

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat

dan hidayahnya yang telah membantu kami, sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan makalah tentang Infeksi yang menyertai kehamilan dan persalinan . Penjelasan dalam makalah ini merupakan jembatan bagi para mahasiswa untuk lebih dapat mengenali tentang Infeksi yang menyertai kehamilan dan persalinan. Di dalam makalah ini, disertai dengan data-data yang berasal dari berbagai referensi yang telah kami susun. Dan akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dalam waktu yang telah ditentukan. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu untuk tersusunnya makalah ini, terutama pada dosen kami Bd. Dian Anggraini, S.Si.T. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan teman-teman mahasiswa pada umumnya.

Bogor, Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1 DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2 PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3 1.1 1.2 1.3 1.4 Latar Belakang ............................................................................................................ 3 Tujuan ......................................................................................................................... 3 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3 Sistematika Penulisan ................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 5 2.1 2.2. 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 Sifilis ........................................................................................................................... 5 Cytomegavirus (CMV) ............................................................................................... 7 Rubella ........................................................................................................................ 8 Herpes ....................................................................................................................... 11 Toxoplasmosis .......................................................................................................... 13 Hepatitis .................................................................................................................... 15 Varicella .................................................................................................................... 16 Infeksi Traktus Urinarius .......................................................................................... 18 HIV/AIDS ................................................................................................................. 19

2.10 Typus Abdominalis ................................................................................................... 22 BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 26 3.1 3.2 Kesimpulan ............................................................................................................... 26 Saran ......................................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 28

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Banyak penyakit infeksi yang menyertai kehamilan dimana diantaranya adalah Shifilis, Toxoplasmosis, CMV, Rubella, Hepatitis, Herpes, HIV/AIDS, Infeksi Traktus Urinarius, Varicella dan Tifus Abdominalis dimana semuanya ini merupakan penyakit berbahaya yang harus diwaspadai saat kehamilan pada umumnya. Dengan berbagai macam cara penularan, faktor penularan dan media penularan yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang bidan yang terdidik dan terlatih kita harus bisa memahami dan mengerti tentang kegawadaruratan terhadap penyakit yang menyertai kehamilan tersebut pada ibu hamil, agar bisa diterapkan ke masyarakat jika turun ke dunia kerja dengan maksud mengurangai angka kematian ibu hamil akibat terinfeksi dari penyakit yang membahayakan tersebut. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan umum a. Mengupayakan derajat kesehatan yang lebih baik. b. Menjaga kualitas pemahaman tentang penyakit infeksi yang menyertai kahamilan c. Mampu untuk mengidentifikasi dan intervensi dini terhadap penyakit infeksi yang menyertai kehamilan. 1.2.2 Tujuan khusus Mengerti apa itu penyakit infeksi yang menyertai kehamilan khususnya Shifilis, Toxoplasmosis, CMV, Rubella, Hepatitis, Herpes, HIV/AIDS, Infeksi Traktus Urinarius, Varicella dan Tifus Abdominalis dari materi pelajaran yang ada. 1.3 Rumusan Masalah 1. Apa penyakit yang menyertai kehamilan, Shifilis, Toxoplasmosis, CMV, Rubella, Hepatitis, Herpes, HIV/AIDS, Infeksi Traktus Urinarius, Varicella dan Tifus Abdominalis. 3

2. Pengaruh Shifilis, Toxoplasmosis, CMV, Rubella, Hepatitis, Herpes, HIV/AIDS, Infeksi Traktus Urinarius, Varicella dan Tifus Abdominalis. 3. Intervensi dan pencegahan seperti apa yang bisa dilakukan oleh bidan. 1.4 Sistematika Penulisan Dalam penulisan dan penyusunan makalah Shifilis, Toxoplasmosis, CMV, Rubella, Hepatitis, Herpes, HIV/AIDS, Infeksi Traktus Urinarius, Varicella dan Tifus Abdominalis yang menyertai kehamilan ini terdiri dari beberapa 3 BAB, yaitu : BAB I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan , ruang lingkup, dan sistematika penulisan. BAB II BAB III : Pembahasan yang meliputi tinjauan teori. : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sifilis

2.1.1. Definisi Sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun tapi masih merupakan penyakit yang berabahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk system peredaran darah, saraf dan dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang di kandungnya, sehingga menyebabkan kelainan bawaan pada bayi tersebut,sifilis sering dikenal sebagai lues, Raja Singa.

2.1.2. Etiologi Penyebab Sifilis disebabkan karena masuknya suatu bakteri tang berbentuk spiral atau spirochete yang disebut treponema pallidum dengan strategi hamper selalu menular ke korban baru melalui persetubuhan atau seks oral, makhluk kecil ini mencari jalan masuk melalui kulit dan dari sana ia menyebar dengan ganas. Beberapa jam setelah bakteri-bakteri ini masuk ke dalam kulit mereka yang berbentuk spiral ini biasanya masuk ke dalam aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh dalam waktu satu minggu. Infeksi tersebut jika tidak di obati biasanya berkembang melalui tiga tahap selama bertahun-tahun. Tahap pertama (Sifilis awal), sebuah bisul yang tidak sakit muncul di tempat dimana bakteri itu masuk ke dalam tubuh biasanya muncul berkisar antara 10-90 hari setelah infeksi dan hampir selalu di bagian genital. Pada laki-laki bisul-bisul ini biasanya muncul pada atau dekat kepala penis sedangkan apda wanita biasanya berada pada labia atau bibir-bibir vagina, namun kadang-kadang berada di vagina bagian dalam, dimana bisul-bisul ini tidak dapat di lihat dan di rasakan. Selain itu terdapat pada mulut, payudara, jari-jari, lidah atau wajah. 2.1.3. Patogenensis Penyakit Sifilis ini jika tanpa gejala akan berlangsung 3-4 minggu, kadang-kadang sampai 13 minggu. Kemudia timbul benjolan di sekitar alat kelamin. Ada bercak kemerahmerahan ada pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah hubungan seks. Tetapi akan hilang dengan sendirinya. Selama 2-3 tahun pertama penyakit ini tidak menunjukkan gejala apa-apa, atau disebut masa laten. Setelah 5-10 tahun penyakit ini akan menyerang susunan saraf otak, 5

pembuluh darah dan jantung. Pada perempuan hamil Sifilis dapat ditularkan pada bayi yang di kandungnya dan bisa lahir dengan kerusakan kulit, hati, limfa dan keterbelakangan mental.

2.1.4. Klasifikasi 1. Stadium satu Stadium ini ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan basah di daerah vagina, poros usus atau mulut. Luka ini disebut dengan chancre dan muncul di tempat spirochaeta masuk ke tubuh seseorang untuk pertama kalinya dan adanya pembengkakan kelenjar getah bening, setelah beberapa minggu chancre tersebut akan menghilang dan stadium ini adalah stadium yang menular 2. Stadium dua Stadium ini akan mengalami ruam khususnya di telapak kaki dan tangan selain itu juga terdapat luka-luka di bibir, mulut, tenggorokan, vagina dan dubur. Gejala ini mirip dengan flu seperti demam dan pegal-pegal dan stadium ini berlangsung selama 1-2 minggu. 3. Stadium tiga Stadium ini disebut dengan Sifilis laten, hal ini berarti bahwa semua gejala penyakit akan menghilang, namun penyakit tersebut sesungguhnya masih bersarang di dalam tubuh, dan bakteri penyebabnya pun masih bergerak di seluruh tubuh dan stadium ini berlangsung selama bertahun-tahun. 4. Stadium empat Stadium ini disebut dengan stadium tersier, dimana spirochaeta telah menyebar ke seluruh tubuh dan dapat merusak otak, jantung, batang otak dan tulang.

2.1.5. Infeksi sifilis pada kehamilan Treponema Pallidum yang dapat menembus plasenta setelah kehamilan 16 minggu, oleh karena itu ada baiknya melakukan pemeriksaan serologis sebelum hamil sehingga pengobatan dapat diterapkan sampai sembuh. Pengaruhnya terhadap kehamilan dapat dalam bentuk persalinan premature atau kematian dalam rahim, dan infeksi bayi dalam bentuk lues kongenitas ( Pempigus sifilitus , deskuamasi kulit telapak tangan dan kaki, dan terdapat kelainan pada mulut dan gigi ). Pengobatannya diberikan bersama suami di obati penisilin injeksi, untuk wanita hamil trimester 1 di obati sedini mungkin untuk mencegah penularan janin.

2.1.6. Penanganan / pengobatan 1) Sifilis pada stadium satu Diberikan benzatin penisilin dengan dosis total 4,8 juta unit secara IM berturutturut 2,4 juta unit selama satu minggu. Penisilin prokain dalam aluminium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali 1,2 juta unit sehingga mencapai dosis total 4,8 juta unit. Penesilin prokain dalam akua 600.000 unit sehari selama 8 hari sehari-hari. 2) Sifilis pada stadium dua Diberikan benzatin penisilin dengan dosis total 6,0 juta unit secara IM berturutturut 2,4 juta unit dan 1,2 juta unit selang satu minggu. Penisilin prokain dalam aluminium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali 1,2 juta unit sehingga mencapai dosis total 6,0 juta unit. Penesilin prokain dalam akua 600.000 unit sehari selama 10 hari sehari-hari. 3) Sifilis pada stadium tiga (sifilis kardiovaskuler / neuro sifilis) Diberikan benzatin penisilin dengan dosis total 9,0 juta unit secara IM berturutturut 2,4 juta unit dan 2,8 juta unit selang satu minggu. Penisilin prokain dalam aluminium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali 1,2 juta unit sehingga mencapai dosis total 9,0 juta unit. Penesilin prokain dalam akua 600.000 unit sehari selama 15 hari sehari-hari. 2.2. Cytomegavirus (CMV) 2.2.1 Definisi Virus CMV (Citomegalovirus ) termasuk dalam keluarga virus herpes yang biasa di sebut herpes viridae. CMV sering di sebut sebagai virus paradok karena bila menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal, atau dapat juga hanya diam di dalam dan remaja yang sedang aktif dalam kegiatan seksual aktif.

2.2.2 Epidemiologi Human cytomegalovirus ( HCMV/CMV ) atau human herpes virus 5 ditularkan melalui melalui kontak intim dan atau berulang dengan pengidap virus, melalui sumsum tulang dan donor sero-positif CMV. Virus dapat ditemukan dalan urine, sekresi orofaring, sekresi servik, vagina, semen, ASI, air mata, dan darah. CMV dapat menyebabkan infeksi primer atau rekuen sekunder dapat seorang ibu yang imun terhadap CMV meskipun terdapat anti bodi dalam serum ibu. Di samping itu seorang ibu dapat melahirkan lebih dari seorang bayi dengan infeksi congenital yang di

sebabkan reaktivitas infeksi laten. Diduga infeksi CMV congenital simptomatik terjadi dalam trimester 1 atau 2, terutama bila mengakibatkan kerusakan susunan saraf pusat. Janin dan bayi yang baru lahir dapat terinfeksi CMV karena tertular dari ibunya yang baru terinfeksi pada saat hamil. Atau sang ibu pernah terinfeksi sebelumnya dan pada saat hamil virus menjadi aktif lagi. Atau ia terinfeksi lagi ( Oleh CMV jenis yang sama atau jenis lain ) pada saat hamil.

2.2.3

Manifestasi klinik ( gejala yang timbul ) Gejala yang kadang timbul berupa gejala mirip mononukleus tanpa disertai farinitis

tonsillitis, atau limfadenopati. Penularan secara vertical pada infeksi primer ataupun sekunder / rekuren belum dapat diprediksi. Janin dalam kandungan tidak / dapat terinfeksi baik pada infeksi primer maupun sekunder / rekuren. Pada infeksi CMV congenital symptomatic diagnosisna dapat diperlukan secara klinis manipestasi klinisnya antara lain berupa retardasi pertumbuhan, intra uterin, kuning, hepatosplenomegali, asites, petekie, atau pupura, pneumononotis, trombositopenia, hepatitis, hiperbilirubinemi, dan anemia hemolitik.

2.2.4 Infeksi cytomegalovirus pada ibu kehamilan Infeksi CMV pada ibu hamil dapat memberikan gejala asimptomatis atau gejala tidak khas dan mempunyai spectrum yang luas sehingga memerlukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis. Pada skrinning ibu hamil dengan pemeriksaan serologis digunakan kombinasi anti-CMV IgG dan IgM pada ibu hamil kurang dari 12 minggu. Pada ibu hamil seronegative dilakukan pemeriksaan ulangan pada kehamilan 6 sampai 18 minggu. Pada ibu dengan serokonversi atau anti-CMV positive dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Penentuan infeksi CMV aktif dapat ditentukan oleh pemeriksaan antigenemiam, diteksi pengukuran dengan pp65 pada leukosit darah tepi hasil pemeriksaan antigenemia mempunyai sensitifitas 60-70%. 2.3 Rubella 2.3.1 Definisi Infeksi virus rubella merupakan penyakit ringan pada anak dan dewasa tapi apabila terjadi pada ibu hamil yang sedang mengandung virus ini dapat menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin. Rubella dikenal juga dengan nama campak jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oeh virus rubella. 8

2.3.2 Etiologi Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella, walaupun indikasi atau penyakitnya mirip dengan campak tapi penyakit ini disebabkan virus yang berbeda dengan virus campak. Penyakit rubella biasa menyerang sekali seumur hidup jika terkena ada ibu-ibu hamil, virus rubella dapat menembus plasenta dan menyerang janin yang sedang tumbuh hingga janin yang dikandung akan cacat. Infeksi rubella akan berbahaya bila terjadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka terjadi resiko kelainan adalah 50%, sedangkan infeksi terjadi pada trimester pertama maka resikonya menjadi 25%.

2.3.3 Pathogenesis Virus ini dapat menular lewat udara. Selain itu virus rubella dapat ditularkan melalui urin, kontak pernafasan, dan memiliki masa inkubasi 2-3 minggu penderita dapat menularkan virus selama seminggu dan sesudah timbulnya Rush (ruam) pada kulit. Rash rubella berwarna merah jambu, akan menghilang dalam 2-3 hari, dan tidak selalu muncul setiap kasus infeksi. Sindroma congenital terjadi pada 25% atau lebih pada bayi yang lahir dari ibu yang menderita rubella pada trimester pertama. Jika ibu menderita infeksi ini setelah kehamilan berusia lebih 20 minggu, jarang terjadi kelainan bawaan pada bayi. Kelainan bawaan yang ditemukan pada bayi baru lahir adalah tuli, katarak, mikrosefalus, keterbelakangan mental kelainan jantung bawaan dan kelainan lainnya.

2.3.4 Infeksi Rubella pada kehamilan Pada umumnya sebelum pasangan merencanakan untuk hamil, di anjurkan untuk melakukan test TORCH, dimana salah satu yang ditest adalah memastikan bahwa pasangan yang bersangkutan telah memiliki kekebalan terhadap rubella. Gejala-gejala rubella pada dasarnya sama dengan campak biasa dengan ciri-ciri panas tinggi, pusing kepala, sakit yang berkesinambungan, dan tenggorokan kering. Selain itu biasa juga disertai dengan timbulnya bercak-bercak merah layaknya gejala DBD. Gejala-gejala infeksi rubella yaitu pembengkakan pada kelenjar getah bening, dmam di ats 380C, mata terasa nyeri, muncul bintik-bintik merah diseluruh tubuh, kulit kering, sakit pada persendian, sakitkepala, kehilangan nafsu makan. Pada trimester satu (minggu pertama-13), jika ibu hamil mendapatkan rubella pada masa ini maka kemungkina dapat berakibat fatal ( kurang lebih 90%) pada janin. Semakin awal usia kehamilan maka semakin besar resiko ini akan tertular pada janin. Sesudah minggu 9

ke sepuluh resiko cacat fisik dan non fisik pada janin juga berkurang namun masih dimungkinkan terjadinya cacat non fisik berupa kurang berfungsinya pendengaran ataupun penglihatan pada bayi yang kemingkinan baru bisa disembuh ketika mereka beranjak dewasa. Pada masa-masa ini para dokter kandungan merekomendasikan untuk menggugurkan kandungannya. Pada trimester kedua pada minggu ke 14 dan 15 pada umumnya resiko penularan kejanin juga semakin kecil. Namun juga masih dimungkinkan terjadi kecacatan pada pendengaran dan penglihatan. Pada trimester ketiga setelah minggu ke 16 resiko cacat pada janin boleh dibilang hampir tidak ada. Oleh karena itu sangat disarankan kepada ibu hamil untuk menghindari orang yang sedang terkena rubella khususnya pada trimester pertama.

2.3.5

Mendeteksi Infeksi Rubella pada Ibu Hamil dan Janinnya Lebih dari 50% kasusu infeksi virus rubella pada ibu hamil bersifat subklinis atau

tanpa gejala sehingga tidak disadari. Karena dapat berdampak negative pada janin yang dikandungnya maka deteksi infeksi rubella pada ibu hamil yang belum memiliki kekebalan terhadap infeksi rubella sangat penting, resiko tertularnya janin yang dikandung oleh ibu terinfeksi rubella bervariasi tergantung kapan ibu terinfeksi. Janin yang tertular beresiko mengalami sindrom rubella congenital, terutama bila infeksi terjadi pada usia janin kurang dari 4 bulan. Meskipun infeksi dapat terjadi sepanjang kehamilan, namun jarang terjadi kelainan bila infeksi terjadi setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu.

2.3.6 Pemeriksaan Rubella Ada beberapa pemeriksaan laboraturium untuk mendeteksi infeksi rubella, yang lazimnya dilakukan adalah pemeriksaan anti rubella IgM dan anti rubella IgG, pada darah ibu. Pemeriksaan anti rubella dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil, jika ternyata belum ada kekebalan dianjurkan untuk divaksinasi. Pemerikasaan anti rubella IgG dan IgM sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan kurang dari 18 minggu dan resiko infeksi rubella bawaan. Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak, maka dilakukan pendeteksian virus rubella dengan tehnik PCR (Polymerase Chain Reaction) dan pemeriksaannya diambil dari air ketuban atau darah janin, harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan dan kebidanan, hanya dapat dilakukan setelah usia diatas 22 minggu.

10

2.3.7 Cara Pencegahan Rubella Lakukan penyuluhan kepada masyarakat umum mengenai cara penularan dan pentingnya imunisasi rubella. Upaya diarahkan untuk meningkatkan cangkupan imunisasi rubella pada orang dewasa dan muda yang rentan. Memberikan dosis tunggal vaksin hidup yaitu virus rubella yang dilemahkan, dosis tunggal ini memberikan antibody yang signifikan, yaitu kira 98-99% dari orang yang rentan. Vaksin dikemas dalam bentuk kering dan sudah dilarutkan, harus disimpan dalam suhu 2-80C. jika diketahui adanya infeksi alamiah pada awal kehamilan, tindakan aborsi sebaiknya dipertimbangkan, karena terjadi resiko cacat pada janin sangat tinggi. 2.4 Herpes

2.4.1 Definisi Herpes genitalis adalah infeksi yang menyerang vagina dan labia (bibir kemaluan). Herpes ini paling sering ditularkan selama aktivitas seksual seseorang yang mempunyai luka herpes aktif. Tidak ada pengobatan herpes, karena itu penyakit ini menjadi penyakit kambuhan infeksi pertama kali muncul disebut infeksi primer.

2.4.2 Etiologi Virus ini dapat ditularkan melalui kontak badan dan seksual, infeksi bisa tertular pada bayi saat proses persalinan karena ada gesekan dengan alat kelamin, tipe-tipe HSV: (1) Herpes simplex virus tipe I: pada umumnya menyebabkan lesi atau luka pada sekitar wajah, bibir, mukosa mulut dan leher. (2) Herpes simplex tipe II: umunya menyebabkan lesi pada genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha).

2.4.3 Manifestasi klinik (gejala yang tumbuh) Gejala yang timbul di tandai dengan suhu tubuh panas dan timbul gelembung atau bintil-bintil kecil berisi cairan kemerahan dan sakit pada alat kelamin karena kondisi sedang lemah, kuman lain dapat menumpang sehingga dapat menyebabkan infeksi sekunder pada paru-paru, dermatitis dan lain lainnya.

2.4.4 Pathogenesis Virus ini termasuk dalam penyakit menular seksual dan umumnya ada riwayat kontak dengan sumber infeksi, dimana timbul erupsi bintik kemerahan disertai arasa panas dan gatal

11

pada kulit regiogenitalis,, kadang-kadang disertai demem seperti influenza dan setelah 2-3 hari, bintik kemerahan tersebut berubah menjadi vesikel disertai rasa nyeri. 5 atau 7 hari kemudian, vesikel pecah dan keluar cairan jernih pada lokasi vesikel yang pecah kemudian timbul keropeng atau ditutupi lapisan kekuningan bila terkena infeksi sekunder.

2.4.5 Infeksi Herpes pada Kehamilan Pada ibu hamil ada yang infeksi Herpes dapat diketahui melalui lesi pada alat kelamin. A Dampak Herpes pada janin sudah lebih ringan disbanding dulu dimana kini bayi hanya memiliki 2-3 % kemungkinan terinfeksi dari ibu yang menglami infeksi Herpes ulang selama kehamilan. Dan jika ibu terkena infeksi primer di awal kehamilan dan tidak kambuh selama hamil dan persalinan maka tidak akan menular kepada bayi, jika ternyata kambuh selama persalinan akan beresiko pada bayi. Jika terkena infeksi diakhir usia kehamilan sehingga bayi beresiko tertular dilahirkan pervaginam.

2.4.6 Pencegahan Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara persalinan secara sesar, elainitu juga dengan cara menjaga kebersihan dengan perseorangan dan pendidikan kesehatan terutama kontak dengan bahan infeksius, menggunakan kondom dalam aktivitas seksual, dan penggunaan sarung tangan dalam menangani lesi infeksius. Dan untuk mencegah trasmisi dari ibu ke janin : 1. Pengobatan supresi pada serangan satu dalam kehamilan. 2. Rutin pemberian anti virus pada kehamilan dengan riwayat infeksi bebas pakaian ibu yang terinfeksi virus harus dicuci secara desinfeksi tingkat tinggi ( DTT ). Dengan direndam klorin kemudian direndam dengan air mendidih agar virus mati.

2.4.7 Penanganan / pengobatan Jika adanya nyeri dan demam di berikan paracetamol 3 x 500 mg, lalu bersihkan lesi dengan antiseptic dan kompres dengan air hangat, setelah nyeri berkurang keringkan dan oleskan asiklovir 5 % topical, berikan asiklovir oral 200 mg tiap 4 jam, rwat inap jika terjadi demam tinggi, nyeri hebat, retensi urine, konpulsi, neurosis, reaksi neurolgi local, KPD, partus prematurus.

12

2.5

Toxoplasmosis

2.5.1 Definisi Toxoplasmosis adalah nama penyakit pada hewan dan manusia yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Toxoplasma atau Toxoplasma gondii adalah sejenis hewan bersel satu yang sering juga disebut protozoa. Toxoplasma merupakan parasit yang dapat menginfeksi hewan dan manusia. Penyebab dari infeksi tersebut adalah makan daging muntah yang mengandung telur (ookista) toxoplasama, melalui sayuran yang terkontaminasi telur (ookista) .

2.5.2 Etiologi Penyebab Toxoplasmosis ini Parasit Toxoplasma gondi dengan kontaminasi parasit Toxoplasma dapat masuk ke dalam tubuh Anda dalam berbagai cara. 1. Pertama, secara tidak sengaja menelan tinja kucing yang di dalamnya terdapat telur toxoplasma. Cara ini banyak tidak disadari, misalnya menyetuh mulut dengan tangan yang telah terkontaminasi seperti sehabis berkebun, membersihkan tempat makan kucing atau barang-barang lain yang sudah terkontaminasi. 2. Kedua, parasit ini juga dapat masuk jika mengkonsumsi daging hewan yang telah terkontaminasi dan tidak dimasak secara matang. Bentuk kista dari parasit ini dapat masuk bersama daging hewan tadi. 3. Ketiga, cara masuk yang lain mungkin lewat air yang telah terkontaminasi. Dan yang jarang, jika menerima transpantasi organ atau transfusi darah dari donor yang telah terkontaminasi.

2.5.3 Manipestasi klinik ( gejala yang timbul ) Gejala yang timbul pada penyakit ini diantaranya Demam, Pembesaran kelenjar limfa dileher bagian belakang tanpa rasa sakit, Sakit kepala, Rasa sakit di otot, Lesu / lemas, Sakit tenggorokan, Gangguan pada kulit.

2.5.4 Infeksi toxoplasmosis pada kehamilan Resiko yang terjadi pada bayi dari infeksi toxoplasmosis ini adalah kelainan pada saraf mata dan infeksi mata yang berat, kelainan sistemik seperti pucat, kuning, demam,

13

pembesaran hati dan limfa / perdarahan, encepalus (tidak memiliki tulang tengkorak), hydrocephalus (pembesaran kepala), pertubuhan janin terhambat. Sedangkan resiko yang terjadi pada kehamilan akibat infeksi toxoplasmosis adalah abortus, kelahiran premature, kematian janin, partus prematurus, kematian neonatal , kelainan Kongenital pada bayi. 2.5.5 Pencegahan Toksoplasmosis Pencegahan untuk toxoplasmosis adalah : 1) Vaksinasi TORCH (toksoplasma, rubella, cytomegalo dan herpes virus) sebelum kehamilan. 2) Masak daging dengan matang. Gunakan ukuran termometer bila memanggang dalam oven hingga mencapai derajat celcius. Bila tidak menggunakan ukuran suhu, yakinkan bahwa daging telah masak seluruhnya (tidak ada lagi yang masih berwarna kemerahan). 3) Hindari minum susu mentah yang tidak dipasteurisasi, atau telur setengah matang. 4) Cuci bersih/kupas buah-buahan dan sayuran-sayuran yang dimakan mentah. 5) Cuci kembali peralatan masak, piring, pisau dan tangan dengan sabun setelah dipakai mengolah daging mentah. 6) Hindari air yang terkontaminasi. Minumlah dari sumber yang jelas aspek kebersihannya, jangan sembarangan. 7) Jangan memelihara atau mendekati kucing ketika sedang hamil.

2.5.6 Penanganan / pengobatan Untuk pengobatan penyakit toxoplasmosis, diantaranya : 1) Konseling tentang infeksi toxoplasmosis, resiko terhadap fungsi reproduksi dan janin. 2) Pengobatan rawat jalan di rumah sakit atau dokter spesialis kandungan dan penyakit dalam. 3) Terapi spiramisin atau terapi pitimethamin dan sulfonamide setelah kehamilan 14 minggu. 4) Evaluasi kondisi antigen dan immunoglobulin anti toksoplasma.

Upayakan persalinan pervaginam dan jika terjadi CPD karena hidrosefalus, lakukan alternative persalinan lain

14

2.6 Hepatitis 2.6.1 Definisi Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disiebut hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis. Penyebabnya dapat berbagai macam mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Beberapa peneliti mengatakan bahwa di negara sedang berkembang, wanita hamil lebih mudah terkena hepatitis virus, hal ini erat hubungannya dengan keadaan nutrisi dan higiene sanitasi yang kurang baik.

2.6.2 Klasifikasi 1). Hepatitis A Biasanya muncul antara 2-6 minggu, seperti gejala flu, mual, diare, demam yang tinggi, kepucatan, lemah, lesu, pusing, bagian bola mata dan kulit menjadi kekuningan, tinja pucat, dan erut sebelah kanan atas terasa sakit. 2). Hepatitis B Hepatitis B ini dapat terjadi sejak bayi baru lahir sampai usia remaja. Bayi baru lahir dapat terjangkit Hepatitis B . bila ibu terjangkit Hepatitis B, sehingga penularan terjadi pada masa kehamilan, biasanya gejala klinis tidak langsung terjadi, sehingga keluarga tidak mengetahui anaknya menderita Hepatitis B. Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Penularan biasanya terjadi diantara para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau diantara mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual). 3) Hepatitis C Virus ini di akibatkan tranfusi darah. Virus hepatitis C ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual.

2.6.3 Infeksi Hepatitis pada kehamilan Pengaruh hepatitis virus pada ibu hamil adalah meningkatkan angka kejadian abortus, partus prematums, dan perdarahan. Risiko bagi janin dalam kandungan adalah prematurus, kematian janin dan penularan hepatitis virus. Kelainan kongenital pada janin belum pernah 15

dilaporkan. Transmisi virus hepatitis dari ibu ke anak dapat terjadi transplasental, melalui kontak dengan darah atau tinja ibu waktu persalinan, kontak yang intim antara ibu dan anak setelah persalinan, atau melalui air susu ibu.

2.6.4 Penanganan / pengobatan Terhadap bayi baru lahir dari ibu penderita hepatitis virus B, imunisasi pasif dengan menggunakan Immunoglobulin Hepatiti B (HBIG) diberikan untuk mendapatkan antibodi secepatnya guna memerangi virus hepatitis B yang masuk, selanjutnya disusul dengan imunisasi aktif dengan memakai vaksin. HBIG diberikan selambat-lambatnya 24 jam pasca persalinan, kemudian vaksin Hepatitis B diberikan selambat-lambatnya 7 hari pasca persalinan. Dianjurkan HBIG dan'vaksin Hepatitis B diberikan segera setelah persalinan (masing-masing pada sisi yang berlawanan) untuk mencapai efektivitas yang lebih tinggi. Dosis HBIG yang dianjurkan adalah 0,5 ml IM waktu lahir sedangkan untuk vaksin dari MSD misalnya diberikan 10 ug (0,5 ml) IM 2.7 Varicella 2.7.1 Definisi Varicella disebut sebagai cacar air, dalam bahasa inggris disebut sebagai chickenpox, atau dalam bahasa kedokteran disebut sebagai varicella. Penyakit yang menular ini di sebabkan oleh virus bernama varicella zoster virus ( VZV ). Varicella atau cacat air merupakan infeksi akut menular. Penyakit ini paling tinggi terlihat pada usia 5-9 tahun. Cacat air ini terjadi akibat infeksi primer ( pertama kali ) varicella zooster virus ( VZV ). Karena disebabkan oleh virus, penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya, tetapi tidak benar-benar hilang dari tubuh. Namun virus ini akan menetap di bagian saraf tertentu dan nantinya dapat terakivasi kembali dalam bentuk herpes zoster ( cacar ular / shingles ). 2.7.2 Etiologi Penyebab penyakit ini adalah oleh infeksi varicella zoster virus ( VZV ), virus ini ditularkan melalui percakan ludah / melalui benda-benda yang terkontaminasi oleh cairan dari lepuhan kulit. Untuk pencegahan, sebaiknya di isolasi (diasingkan). Jika seseorang pernah menderita, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar air lagi. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur di dalam tubuh manusia, lalu kadang menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster.

16

2.7.3 Patogenesis Infeksi virus masuk bersama air borne droplet ( udara ) masuk ke traktus respiratorius ( pernafasan ), tidak menutup kemungkinan penularan juga lewat lesi kulit tapi penyebaran paling efektif melalui sistem respirasi. Selanjutnya virus ini akan berkembang didalam sistem retikulodotelial, kemudian akan terjadi veremia di sertai gejala konstitusi yang di ikuti dengan munculnya lesi di permukaan virus.

2.7.4 Manipestasi klinik ( gejala yang timbul ) Virus ini masa inkubasi nya selama 14-21 hari, penyakit ini umumnya ringan ini di tandai dengan demam ringan dan ruam yang gatal di seluruh tubuh. Sebelum ruam tersebut muncul, biasanya dapat mengalami gejala awal ( prodrome ) seperti demam tinggi, sakit kepala, sore throat, rasa lemas, atau pembesaran kelenjar getah bening di leher bagian belakang. Gejala awal ini dapat berlangsung 1-6 hari sebelum ruam cacar muncul. Ruam cacar air pertama muncul di badan, kemudian menyebar pada wajah, lengan, dan tungkai. Tampak bintik-bintik merah, lalu menjadi benjolan- benjolan kecil berisi cairan jernih ( vesikel ), untuk kemudian pecah dan mengering. Ruam ini muncul secara bertahap selama 3-4 hari. Selain dikulit, ruam ini juga muncul di selaput mukosa seperti bagian dalam mulut dan vagina.

2.7.5 Infeksi varicella pada kehamilan Jika ibu hamil terjangkit cacar air akan menambah resiko pada janin, contohnya kematian janin / sindroma varicella kongenital berupa kelainan bentuk dan saraf yang parah sehingga bayi mengalami retardasi mental. Varicella bisa terjadi pada ibu hamil, dan virus ini dapat menulari bayi dalam kandungannya melalui plasenta. Dan jika terjadi infeksi ini dlam 28 minggu pertama kehamilannya kemungkinan dapat terjadi kelainan yang bernama congenital varicella syndrome / fetal varicella syndrome ( sindrom cacar air pada bayi dalam perut ibu ). Tetapi jika cacar air tersebut menyerang ibu hamil pada trimester pertama bisa saja bayi lahir dengan berat badan rendah / kelainan janin, misalnya kelainan mata, otak, kaki, tangan, paru paru , dan tulang rahang mengecil. Tetapi jika terjadi pada trimester 2 dan 3 cacar air ini tak menyebabkan kelainan bawaan. Namun kemungkinan bayi lahir prematur / menderita bintil- bintil berisi air setelah 10 hari dilahirkan, dan pencegahannya hanya bisa di lakukan dengan vaksinasi. 17

2.7.6

Pencegahan penyakit varicell Varicella (cacar air) dapat dicegah dengan beberapa cara vaksinasi, vaksinasi di berikan

pada kelompok kelompok tersebut : 1. Anak dengan usia antara 12- 18 bulan yang belum pernah mengalami cacar air harus mendapatkan 1 dosis vaksinasi. 2. Anak dengan usia antara 19 bulan hingga 13 tahun yang belum pernah mengalami harus mendapatkan 1 dosis vaksinasi. 2.8 Infeksi Traktus Urinarius

2.8.1 Definisi Infeksi saluran kencing merupakan komplikasi medik utama pada wanita hamil. Sekitar 15 % wanita mengalami satu kali serangan akut infeksi saluran kencing selama hidup nya. Infeksi saluran kencing dapat mempengaruhi keadaan ibu dan janin, dampak yang ditimbulkan antara lain anemia, hipertensi, kelahiran prematur, dan bayi berat lahir rendah (BBLR).

2.8.2 Etiologi Infeksi saluran kencing merupakan jenis infeksi nosokomial yang paling sering terjadi sekitar 40 % dari seluruh infeksi pada Rumah sakit setiap tahun nya. Organisme yang menyerang bagian tertentu sistem urine menyebabkan infeksi pada saluran kencing yaitu ginjal (pielonefrirtis), kandung kemih (sistitis), atau urine (bakteriuria). Salah satu penyebaran organisme nya dapat melalui penggunaan kateter dalam jangka pendek. Resiko yang lebih besar lagi bisa terjadi pada penggunaan kateter yang lebih lama. Apabila urine dibiarkan mengalir ke tempat / kantong pengumpulan yang terbuka, seluruh pasien akan menyebarkan bakteri dalam 4 hari (dengan gejala / tanpa gejala).

2.8.3 Pathogenesis Kebanyakan infeksi traktus urinarius disebabkan oleh bakteri gram negatif, terutama Escercacoll, spesies pseudomonas dan organisme yang berasal dari kelompok Enterobakter. Kebanyakan organisme organisme tersebut adalah Eskerisiacoli, infeksi jamur, misalnya spesies kandida, yang meningkat bersamaan dengan munculnya HIV / AIDS.

18

2.8.4 Klasifikasi Ada peningkatan penderita bakteri uria tanpa gejala pada wanita yang pernah menderita infeksi saluran kemih, diabetes dan wanita dengan gejala salsabit. Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteri uria ini dengan peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan, persalinan premature, gangguan pertumbuhan janin dan preeklampsia. Oleh karena itu pada wanita hamil dengan bakteri uria harus diobati dengan seksama sampai air kemih bebas dari bakteri yang dibuktikan dengan pemeriksaan beberapa kali.

2.8.5 Pemeriksaan Infeksi Traktus Urinarius Semua wanita hamil sebaiknya dilakukan pemeriksaan laboratorium urin secara mikroskopik tanpa peningkatan jumlah leukosit, sejumlah eritrosit, bakteri dan spesimen urin. Untuk menghindari kontaminasi, spesimen urin diambil dari aliran tengah (mid-stream) setelah daerah genetalia eksterna dicuci terlebih dahulu. Dan kultur bakteri, tes kepekaan antibiotika bila di mungkinkan sebaiknya diperiksa.

2.8.6 Penanganan / Pengobatan Dianjurkan untuk memberikan terapi antibiotika. Nama obat Amoksilin+asam klavulanat Amoksilin Nitrofurantoin Dosis 3x500 mg/hari 4x250 mg/hari 4x50 100 mg/hari Angka keberhasilan 92% 80% 72%

Terapi antibiotika untuk pengobatan bakteri uria asimptomatik, biasanya diberikan untuk jangka 5-7 hari secara oral. Sebagai kontrol hasil pengobatan, dapat dilakukan pemeriksaan ulang biakan bakteriologik air kemih. 2.9 HIV/AIDS

2.9.1 Definisi HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Bila virus HIV tersebut menjadi tak terkendali dan telah berkembang menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). 19

Aids (Acquired Immune Deficiency Syndrome), Acquired artinya didapat, jadi bukan merupakan penyakit keturunan, Immune berarti system kekebalan tubuh, Deficiency artinya kekurangan, sedangkan syndrome adalah kumpulan gejala. Aids adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain yang dapat berakibat fatal.

2.9.2 Etiologi Penularan HIV terjadi kalau ada cairan tubuh yang mengandung HIV seperti hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV, jarum suntik, dan alat-alat penusuk (tato, penindik, dan cukur) yang tercemar HIV dan ibu hamil yang mengidap HIV kepada janin atau disusui dengan pengidap HIV (+). Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terkena HIV lebih mungkin tertular. Walaupun janin dalam kandungan dapat terinfeksi, sebagian besar penularan terjadi waktu melahirkan atau menyusui, bayi lebih mungkin tertular jika persalinan berlanjut lama. Selama proses persalinan, bayi dalam keadaan beresiko tertular oleh darah ibu. Air susu ibu (ASI) dari ibu yang terinfeksi juga mengandung virus itu. Jadi, jika bayi disusui oleh ibu HIV (+) bayi mudah tertular.

2.9.3 Patofisiologi HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya hidup dalam sel atau media hidup. Virus ini (senang) hidup dan berkembangbiak dalam sel darah putih manusia. HIV akan ada pada cairan tubuh yang mengandung sel darah putih, seperti darah, seperti cairan plasenta, air susu ibu atau cairan otak. Penderita yang terinfeksi HIV akan mengalami gejala yang disebut sindrom HIV akut. Gejala ini umumnya berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, niagia (pegalpegal di ekstremitas bawah), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Jika infeksinya berat dapat disertai kesadaran menurun tetapi biasanya akan hilang dalam beberapa minggu. Dalam waktu 3-6 bulan (window periode) kemudian tes serologi baru akan (+), karena telah terbentuk antibodi.

2.9.4 Stadium HIV Infeksi HIV memiliki 4 stadium sampai nantinya menjadi AIDS diantaranya : 1. Stadium I, ibu dengan HIV positif tidak akan menunjukan gejala klinis yang berat sehingga ibu tampak sehat seperti orang normal dan mampu melakukan aktivitasnya seperti biasanya. 20

2. Stadium II, sudah mulai menunjukan gejala yang ringan seperti terjadi penurunan berat badan kurang dari 10 % , infeksi yang berulang pada saluran nafas dan kulit. 3. Stadium III, ibu dengan HIV sudah tampak lemah, gejala dan infeksi sudah mulai bermunculan. Dari ibu akan mengalami penurunan berat badan yang lebih berat, diare yang tidak kunjung sembuh, demam yang hilang timbul dan mulai mengalami infeksi jamur pada rongga mulut bahkan infeksi sudah menjalar pada paru-paru. 4. Stadium IV, penderita akan menjadi AIDS aktivitas akan banyak dilakukan di tempat tidur, karena kondisi dan keadaannya sudah mulai lemah, serta infeksi mulai bermunculan di mana-mana dan cenderung berat.

2.9.5 Manipestasi ( gejala yang timbul ) Selalu merasa lelah, pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan paha, panas yang berlangsung lebih dari 10 hari, keringat malam, penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya, bercak keunguan pada kulit yang tidak hilang-hilang, pernafasan pendek, diare berat yang berlangsung lama, infeksi jamur (candida) pada mulut, tenggorokan, atau vagina dan mudah memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya.

2.9.6 Infeksi HIV/AIDS pada kehamilan Ibu yang mengidap HIV, menularkan virus melalui plasenta selama masa kehamilan. Penularan bisa juga terjadi melalui pelukaan pada saat persalinan. Resiko penularan dari ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada bayi yang di kandungnya pada masa persalinan biasanya terjadi karena adanya tekanan pada plasenta sehingga terjadi sedikit pencampuran antara darah ibu dengan darah bayi ( lebih sering terjadi jika plasenta mengalami radang/ infeksi ), bayi terpapar darah & lendir serviks pada saat melewati jalan lahir atau karena bayi kemungkinan terinfeksi akibat menelan darah & lendir serviks pada saat resusitasi ( saat kehamilan/ barier plasenta 10%, proses melahirkan 60%, dan pemberian ASI 30%).

2.9.7. Pencegahan Ada cara mencegah penularan HIV dari ibu kepada bayi. Caranya dengan melakukan screeaning yang baik. Cara lainnya dengan pemberian obat antiretroviral pada ibu (+). Selain itu, melakukan persalinan yang aman pada saat kehamilan selama persalinan dan setelah persalinan. Pada ibu hamil yang diketahui terinfeksi HIV, pada trimester ke-2 dan ke-3 (6 bulan terakhir) diberikan AZT per oral (melalui mulut), sedangkan pada saat persalinan AZT memalui infus dan pada bayi baru lahir diberikan AZT selama 6 minggu. Pada persalinan 21

normal, kemungkinan penularan HIV lebih besar, karena itu kadang dianjurkan untuk menjalani operasi sesar. Ada beberapa strategi yang penting dalam penularan HIV / AIDS dari ibu ke bayi, antara lain: 1. Diberikannya obat anti retroviral, obat ini bekerja langsung meghambat reprikasi dan perkembangan virus HIV 2. Melakukan persalinan yang aman pada saat kehamilan, selama persalinan, dan setelah persalinan. Setelah bayi dilahirkan ibu disarankan untuk tidak menyusui bayi dikarenakan dapat terjadi penularan HIV dari ibu ke bayi antara 10-20%, terlebih jika payudara ibu mengalami perlukaan lecet/radang. Pada ibu yang telah bersalin, diharapkan dalam waktu kurang dari 4 minggu harus sudah menggunakan alat kontrasepsi dan tidak diperkenankan mengunakan alat kontrasepsi dalam rahim seperti IUD karena kekebalan ibu sudah menurun dan akan memperbesar resiko infeksi yang terjadi pada rahim akibat adanya benda asing didalam tubuh. 2.10 Typus Abdominalis 2.10.1 Definisi Penyakit typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut dengan gejala demam lebih dari 1 minggu. Gangguan pencernaan yang terjadi adalah bibir kering, lidah kotor, selaput putih, ada perut kembung nyeri tekan. Pada umumnya diare, kesadaran menurun ringan sampai berat umumnya apatis penurunan kesadaran. Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). ( Kapita selekta kedokteran edisi 3 ). Typus abdominalis adalah Penyakit infeksi akut usus halus yang di sebabkan oleh Salmonella Typosa O, Salmonella H, Salmonella paratypi A , dan salmonella paratypi B (Soeparman 1997).

22

Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngartiyah, 1955). 2.10.2 Etiologi 1. Salmonella typhi Batang gram negative yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu: - antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida) - antigen H(flagella) - antigen V1 dan protein membrane hialin. 3. Salmonella parathypi A 4. Salmonella parathypi B 5. Salmonella parathypi C 6. Feses, urin dan muntahan penderita

2.10.3 Klasifikasi 1. Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran

pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna , gangguan kesadaran. 2. Paratypus adalah jenis typus yang lebih ringan , mungkin sesekali penderita mengalami buang - buang air. Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu, bagian tepinya merah terang. Bibir kering , dan kondisi fisik tampak lemah , serta nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut , mungkin muncul gejala kunin,sebab pada tipus oragan limfa dan hati bias membengkak seperti gejala hepatitis.

2.10.4 Manifestasi Klinis Tanda dan gejala - Demam Pada minggu pertama demam berangsur naik berlangsung pada 3 minggu pertama . pada minggu ke 3 suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal. Demam tidak hilangdengan pemberian antiseptic, tidak menggigil dan tidak berkeringat. Kadang pasien disertai epitaksis.

23

Gangguan pada saluran pencernaan a. Halitosis b. Bibir kering c. Lidah kotor berselaput putih dan pinggirannya hiperemesis d. Perut agak kembung e. Mual f. Splenomegali disertai nyeri pada perabaan g. Pada permulaan umumnya terjadi diare h. Kemudian menjadi obstipasi

Gangguan kesadaran a. Kesadaran menurun ringan sampai berat b. Umumnya apatis c. Bradikardi relative d. Umumnya tiap kenaikan 1celcius di ikuti penambahan denyut nadi 10-15 kali permenit.

Penderita mulai cepat lelah, malas, sakit kepala, rasa tidak enak di perut, nyeri seluruh tubuh, hal tersebut dirasakan antara 10-14 hari.

2.10.5 Infeksi Typus Abdominalis pada Kehamilan Typus abdominalis dalam kehamilan, dan nifas menunjukan angka kematian yang lebih tinggi dari pada di luar kehamilan. Penyakit ini mempunyai pengaruh buruk terhadap kehamilan. Dalam 60-80 % hasil konsepsi keluar secara spontan : lebih dini terjadinya infeksi dalam kehamilan, lebih besar kemungkinan berakhirnya kehamilan. Pengobatan dengan kloramfenikol atau tiamfenikol (Urfamycin) biasanya cukup manjur. Waktu ada wabah, semua wanita hamil perlu diberi vaksinasi. Walaupun kumankuman tufus abdominalis tidak di keluarkan melalui air susu, namun sebaiknya penderita tidak menyusui bayinya karena keadaan umum ibu biasanya tidak mengizinkan, dan karena kemungkinan penuluaran oleh ibu melalui jalan lain tetap ada. Tifus abdominalis tidak merupakan indikasi bagi abortus buatan.

24

2.10.6 Penanganan Pengobatan 1. Pengobatan a. Kloramfenikol b. Kotrimoksasol c. Bila terjadi ikterus dan hepatomegali: selain kloramfenikkol, diterapi dengan Ampisilin 100 mg/kgBB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis. 2. Perawatan a. Penderita dirawat dengan tujuan untuk isolasi, observasi, dan pengobatan. Klien harus tetap berbaring sampai minimal 7 hari bebas demam atau 14 hari untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. b. Pada klien dengan kesadaran menurun, diperlukan perubahan2 posisi berbaring untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.

25

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun tapi masih merupakan penyakit yang berabahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk system peredaran darah, saraf dan dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang di kandungnya Virus CMV (Citomegalovirus ) termasuk dalam keluarga virus herpes yang biasa di sebut herpes viridae. CMV sering di sebut sebagai virus paradok karena bila menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal, atau dapat juga hanya diam di dalam dan remaja yang sedang aktif dalam kegiatan seksual aktif. Infeksi virus rubella merupakan penyakit ringan pada anak dan dewasa tapi apabila terjadi pada ibu hamil yang sedang mengandung virus ini dapat menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin. Herpes genitalis adalah infeksi yang menyerang vagina dan labia (bibir kemaluan). Herpes ini paling sering ditularkan selama aktivitas seksual seseorang yang mempunyai luka herpes aktif. Toxoplasmosis adalah nama penyakit pada hewan dan manusia yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Toxoplasma atau Toxoplasma gondii adalah sejenis hewan bersel satu yang sering juga disebut protozoa. Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disiebut hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis. Varicella disebut sebagai cacar air, dalam bahasa inggris disebut sebagai chickenpox, atau dalam bahasa kedokteran disebut sebagai varicella. Penyakit yang menular ini di sebabkan oleh virus bernama varicella zoster virus ( VZV ) Infeksi saluran kencing merupakan komplikasi medik utama pada wanita hamil. Sekitar 15 % wanita mengalami satu kali serangan akut infeksi saluran kencing selama hidup nya. HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut dengan gejala demam lebih dari 1 minggu. Gangguan pencernaan yang terjadi adalah bibir kering, lidah kotor, selaput putih, ada perut kembung nyeri tekan. 26

3.2 Saran

27

DAFTAR PUSTAKA

http://adiet-blogspotcom.blogspot.com/2012/01/laporan-pendahuluan-typus-abdominalis.html http://id.shvoong.com/medicine-and-health/gynecology/2062360-infeksi-yang-menyertaikehamilan-dan/#ixzz1pdePUFcM http://www.g-excess.com/4630/infeksi-yang-menyertai-kehamilan-dan-persalinan-pada-ibuhamil/ www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=1263

28

You might also like