You are on page 1of 8

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan nikmat kesehatan dan kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini . Sesuai dengan sifat keterbatasan manusia, penulis menyadari bahwa Makalah yang disusun ini masih banyak kekurangan, walaupun penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan ini dan untuk itu pula penulis mengharapkan saran serta kritikan dari semua pihak baik dari Bapak/Ibu dosen atau pembaca dari Makalah ini. Dan harapan penulis mudah-mudahan Makalah yang disusun ini akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dan sebagai

Padang, Januari 2009

Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu ekonomi pembanguna mengacu pada masalah-masalah perkembangan ekonomi di negara-negara terbelakang. Meskipun studi perkembangan ekonomi telah menarik perhatian para ahli ekonomi sejak kaum Merkantilis dan Adam Smith sampai pada marx dan Keynes, namun meeka hanya tertarik pada masalah yang hakikatnya bersifat statis dan umumnya lebih dikaitkan dengan kerangka acuan lembaga budaya atau sosial Eropa Barat. Hingga pada tahun empat puluhan dan khususnya sesudah perang dunia II, para ahli ekonomi mulai mencurahkan perhatian pada masalah ekonomi negara terbelakang (sedang berkembang). Keinginan ini untuk melancarkan pembanguna ekonomi yang cepat dibarengi dengan kesadaran bangsa-bangsa di negara maju bahwa kwmiskinan di suatu tempat marupakan bahaya bagi kemakmuran dimana pun telah membangkitkan minat pada subjek ini. Berdasarkan hal di atas, secara khusus penulis mengangkatnya dalam bentuk Proyek Akhir yang berjudul Penerapan Teori Ekonomi Keynes pada Negara Sedang Berkembang. B. Rumusan Masalah Dalam paper ini penulis membatasi pada masalah sebagai berikut: 1.Bagaimana Penerapan teori Keynes di negara sedang berkembang? 2.Apa saja instrument yang digunakan dalam teori ekonomi Keynes tersebut? C. Tujuan Tujuan yang diinginkan penulis dari tulisan ini antara lain untuk mengetahui bagaimana penerapan teori-teori ekonomi di negara terbelakang (sedang berkembang), khususnya mengenai penerapan teori Keynes.

BAB II PEMBAHASAN A. Teori Keynes John Maynard Keynes adalah Godfather intelektual kapitalisme kesejahteraan pasca perangDalam depresi, Keynes menawarkan serangkaian kritik terhadap kebijakan pemerintah tentang laissez-faire, yang memuncak pada The General Theory of Employment, Interest, and Money (1936). Membidik konsepsi ekonomi sebagai entitas regulasi dini, yang merupakan warisan Smith, Keynes menginterpretasikan depresi sebagai satu produk asumsi yang salah bahwa pasar akan menghasilkan lapangan pekerjaan yang memadai pada dirinya sendiri. Dia menawarkan sebuah rasionalisasi ekonomi bagi pemerintah untuk berusaha secara aktif melawan pengangguran dengan meningkatkan level pengeluaran pemerintah. Pada tingkat ketika investasi dan konsumsi pribadi sangat lemah, pemerintah akan menstimulasi aktivitas ekonomi. Pengeluaran pemerintah, menurut Keynes, akan membuat masyarakat bekerja, pengeluaran mereka akan menambah permintaan barang-barang, untuk selanjutnya menciptakan keuntungan yang tinggi yang akan mendorong para pemilik uang untuk berinvestasi dengan mudah. Pengangguran akan lenyap, dan ekonomi akan meningkat. Keynes menjadi ekonom yang sangat berpengaruh di Barat dari tahun 1930-an sampai tahun 1970-an. Terutama karena ia memberikan rasionalisasi saintifik bagi apa yang politisi ingin lakukan, terutama karena ia memberikan kepada para ekonom sebuah anganangan yang mengkombinasikan antara otoritas tehnik dan tujuan moral yang mulai, dan terutama karena ia menciptakan sebuah gudang senjata bagi konsep ekonomi untuk membuktikan urgensinya, kendatipun banyak juga orang yang tidak sepakat dengan apa yang ia tawarkan. Dalam General Theory, dia menuntut kebijakan pemerintah yang akan sangat menambah ketersediaan kapital, bahwa hal itu hanya akan mendatangkan keuntungan minimal, bahkan akan menciptakan the euthanasia of rentier.Keynes mempertahankan perluasan peran pemerintah hanya sebagai alat praktis untuk

menghalangi destruksi bentuk-bentuk ekonomi yang hadir dalam keseluruhannya dan sebagai prasyarat keberhasilan fungsi inisiatif individual. General Theory adalah sebuah serangantidak sebanyak dengan apa yang Smith tulis tentang reduksinya terhadap dogma laissez faire. Keynes bermaksud membebaskan pikiran-pikiran pengambil kebijakan ekonomi dari ketaatan buta kepada kepercayaan bahwa the invisible hand of the market adalah solusi bagi setiap problem ekonomisebuah kepercayaan yang tidak pernah dianut oleh Smith sendiri. Pendapatan nasional merupakan fungsi dari pekerjaan total dalam suatu negara. Semakin besar pendapatan nasional, semakin besar volume pekerjaan yang dihasilkan, demikian sebaliknya. Volume pekerjaan tergantung pada permintaan efektif. Permintaan efektif menentukan tingkat keseimbangan pekerjaan dan pendapatan. Permintaan efektif terdiri dari permintaan konsumsi dan permintaan investasi. Sekarang investasi dapat dinaikkan melalui peningkatan efisiensi marginal dari modal atau penurunan suku bunga. Walaupun kenaikan investasi biasanya menyebabkan kenaikan pekerjaan, ini isa tidak terjadi jika pada waktu yang sama kecenderungan untuk mengkonsumsi turun dan sebaliknya. Kenaikan investasi menyebabkan naiknya pendapatan, dan karena pendapatan meningkat, muncul permintaan yang lebih banyak atas barang konsumsi, yang pada gilirannya menyebabkan kenaikan berikutnya pada pendapatan dan pekerjaan. Proses ini cenderung kumulatif. Akibatnya kenaikan tertentu pada investasi menyebabkan kenaikan yang berlipat pada pendapatan melalui kecenderungan konsumsi. Hubungan antara kenaikan investasi dan pendapatan ini oleh Keynes disebut multiplier k. B. Penerapan Teori Keynes di Negara Sedang Berkembang Teori Keynes tidak dapat diterapkan pada setiap tatanan sosio-ekonomi. Ia hanya berlaku pada ekonomi kapitalis demokratis yang telah maju. Asumsi Keynes dan Negara Sedang Berkembang Ilmu ekonomi Keynes yang diterapkan pada negara yang sedang berkembang bersifat terbatas yang didasarkan pada asumsi berikut:

Pengangguran siklis Teori Keynes didasarkan pada adanya pengangguran siklis yang terjadi selama

depresi. Pengangguran ini dapat dihilangkan dengan menaikkan permintaan efektif. Tetapi sifat pengangguran di negara sedang berkembang sangat berbeda dengan negara maju. Keynes memusatkan perhatian pada masalah pemecahan pengangguran terpaksa dan masalah ketidakmantapan ekonomi dan tidak mengacu pada masalah pengangguran tersembunyi dan pemecahannya. Jadi asumsi Keynes yang berkenaan dengan pengangguran siklis dan ketidakmantapan ekonomi hampir tidak dapat dipertahankan pada ekonomi terbelakang. Analisa periode jangka pendek Keynes menganggap bahwa faktor keterampilan dan kuantitas tenaga kerja yang tersedia; kuantitas dan kualitas peralatan yang tersedia; teknologi yang ada; derajat persaingan; selera dan kebiasaan konsumen; tidak termanfaatkannya berbagai intensitas tenaga kerja; aktivitas pengawasan dan organisasi serta struktur sosial sebagai faktor tetap. Padahal pembangunan ekonomi merupakan analisa periode jangka panjang. Ekonomi tertutup Teori Keynes didasarkan pada asumsi ekonomi tertutup, sedangkan negara yang sedang berkembang bukanlah perekonomian tertutup. Mereka adalah ekonomi terbuka dengan perdagangan luar negeri memainkan peranan dominan dalam pembangunan dan tergantung pada ekspor hasil pertanian dan bahan baku industri serta impor barang-barang modal. Penawaran lebih faktor komplementer dan faktor tenaga kerja Analisanya mengacu pada depresi ekonomi dengan menganggap industri, mesin,manajer, semuanya tinggal menunggu waktu untuk memainkan peranan dan fungsi mereka. Namun di dalam perekonomian di negara yang sedang berkembang hal demikian tidak ada. Kegiatan ekonomi statis, modal, keterampilan, dan prasarana sangat kurang.

Tenaga kerja dan modal secara serempak menganggur

Berdasarkan asumsi diatas dapat disimpulkan apabila tenaga kerja menganggur, modal dan peralatan juga tidak sepenuhnya terpakai. Tetapi di negara sedang berkembang tidak ada persoalan mengenai tidak termanfaatkannya modal, karena peralatan dan modal itu sendiri yang sangat langka. C. Instrument Ekonomi Keynes dan Negara Sedang Berkembang Beberapa instrument dasar teori Keynes bagi negara sedang berkembang adalah sebagai berikut: Permintaan efektif Di negara yang sedang berkembang pengangguran bukan disebabkan oleh kurangnya permintaan efektif, tetapi oleh kurangnya sumber komplementer. Konsep permintaan efektif tersebut dapar diterapkan pada perekonomian dimana pengangguran disebabkan oleh tabungan lebih, dan pada situasi seperti itu pemecahannya terletak pada peningkatan tingkat konsumsi dan investasi melalui berbagai langkah moneter dan fiskal. Tetapi di dalam suatu perekonomian terbelakang tingkat pendapatan sangat rendah dan kecenderungan mengkonsumsi sangat tinggi. Semua usaha untuk meningkatkan pendapatan uang melalui langkah moneter dan fiskal dengan tidak adanya sumber komplementer akan mengakibatkan inflasi harga. Disini masalahnya bukanlah peningkatan permintaan efektif, namun peningkatan tingkat pekerjaan dan pendapatan perkapita dalam konteks pembangunan ekonomi. Kecenderungan mengkonsumsi Di negara yang sedang berkembang hubungan antara pendapatan, konsumsi dan tabungan tidak ada. Rakyat sangat miskin dan jika pendapatan meningkat, mereka menggunakannya lebih banyak pada barang konsumsi karena mereka cenderung ingin memenuhi kebutuhan. Kecenderungan menabung Pada sisi tabungan, Keynes mengaggap tabungan sebagai sifat sosial yang buruk karena kelebihan tabungan menyebabkan berkurangnya permintaan agregat. Berbeda dengan pandangan Keynes, negara sedang berkembang dapat berkembang dengan cara membatasi konsumsi dan meningkatkan tabungan. Bagi mereka tabungan bukan merupakan hal yang buruk, tetapi merupakan sesuatu yang baik.

Kecenderungan marginal modal

Ada hubungan terbalik antara investasi dan kecenderungan marginal dari modal. Bila investasi meningkat, kecenderungan marginal modal turun dan bila investasi berkurang, kecenderungan marginal modal juga rendah. Akan tetapi di negara sedang berkembang dalam perekonomian seperti itu investasi berada pada tingkat yang rendah dan kecenderungan marginal modal juga rendah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya modal dan sumber lainnya seperti kecilnya pasar, rendahnya pendapatan dan lain-lain. Suku bunga Di negara sedang berkembang preferensi likuiditas berdasarkan motif transaksi dan motif jaga-jaga tinggi dan motif spekulatif rendah. Karenanya preferensi likuiditas tidak dapat mempengaruhi suku bunga. Penentu suku bunga yang lain ialah penawaran uang. Menurut Keynes, kenaikan penawaran uang menurunkan suku bunga dan mendorong investasi, pendapatan dan tingkat pekerjaan. Tetapi di negara sedang berkembang, kenaikan tersebut justru menaikkan harga dan tidak menurunkan suku bunga. Multiplier Konsep multiplier Keynes didasarkan pada asumsi-asumsi berikut: (a) Pengangguran terpaksa, (b) Suatu ekonomi industri dengan kurva penawaran output miring ke kanan atas dan baru menjadi vertikal setelah melewati interval yang panjang, (c) Kapasitas lebih pada industri barang konsumsi, (d) Penawaran modal kerja yang diperlukan bagi output bersifat elastis. Dengan asumsi ini, jika kita menerapkan teori multiplier itu pada negara sedang berkembang, nilai multiplier itu akan tampak jauh lebih tinggi dari negara maju sekalipun. Karena di negara sedang berkembang kecenderungan mengkonsumsi tinggi, maka kenaikan investasi sedikit saja mungkin menghasilkan pekerjaan penuh jauh lebih awal dibandingkan pada negara kaya dimana kecenderungan marginal mengkonsumsinya rendah. Ini merupakan sesuatu yang paradoksal dan bertentangan dengan kenyataan. Langkah-langkah kebijaksanaan

Prof. Dasgupta menyarankan penerapan kebijaksanaan Keynes mengenai investasi negara ini untuk mencapai standar kehidupan yang lebih tinggi dan untuk memberikan kesempatan kerja yang meningkat di negara sedang berkembang. Tetapi dalam hal tabungan negara dan arus modal asing tidak cukup, ia mendukung penerapan keuangan defisit, asal disertai dengan sistem pengendalian harga dan pengeluaran modal, pada tahap-tahap peralihan. Kalau tidak kebijaksanaan itu akan menyebabkan peningkatan inflasioner di bidang harga.

You might also like