Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu persyaratan menjadi Sarjana Teknik Program Studi Teknik Industri
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI (S-I) FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA 2011
ANALISA PENGGUNAAN KACAMATA LAS TERHADAP KETAJAMAN PENGLIHATAN PARA PEKERJA LAS KARBIT
Telah diprasidangkan pada tanggal 9 April 2011 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.
Pembimbing
Jakarta,.. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Ketua Program studi
ANALISA PENGGUNAAN KACAMATA LAS TERHADAP KETAJAMAN PENGLIHATAN PARA PEKERJA LAS KARBIT
Telah dipertahankan dihadapan komisi penguji Program Studi Teknik Industri UPN Veteran Jakarta pada tanggal 27 Mei 2011 dan dinyatakan LULUS.
No
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
1.
Ketua
2.
Anggota
..
3.
Anggota
..
Jakarta,.. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Ketua Program studi
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsidengan judul : ANALISA PENGGUNAAN KACAMATA LAS TERHADAP KETAJAMAN PENGLIHATAN PARA PEKERJA LAS KARBIT
Yang dibuat untuk melengkapi persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapat gelar Sarjana dilingkungan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta maupun diperguruan tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan mestinya
Jakarta,
Mei 2011
Tabroni 206.415.023
KATA PENGANTAR
Puji
serta syukur
penulis panjatkan ke
hadirat
Allah
menganugerahkan
limpahan
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW dan para sahabatnya sehingga skripsi dengan judul Analisa Penggunaan Kacamata Las terhadap Ketajaman
Penglihatan pada Pekerja Las Karbit dapat diselesaikan. Begitu banyak rentang waktu yang penulis lewati dalam menyelesaikan skripsi ini, halangan dan rintangan tersebut membuat batin dan jiwa penulis lebih dewasa dalam bersikap. Penulis begitu banyak menerima masukan dan bantuan baik itu berupa moril maupun materil dari teman dan semua pihak yang telah rela meluangkan waktu dan tenaga dalam membantu penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan dimasa yang akan datang . Dengan penuh penghargaan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Bapak Ir. Sulistiono, MSc Selaku Dekan Fakultas Teknik. 2. Bapak Ir. Sugeng Prayitno sebagai Ketua Program Studi Teknik Industri sekaligus sebagai dosen pembimbing. 3. Bapak dan Ibu dosen Teknik Industri yang telah mengajar dari semester I sampai semester akhir untuk memberikan ilmunya kepada penulis. 4. Istriku tersayang Nurhayati dan kedua anakku tercinta Adib dan Ishel yang telah memberikan dukungan untuk melanjutkan kuliah sambil bekerja. 5. Ayah dan ibu serta adik-adikku tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil.
6. Kepala Departemen Biologi FK. UPN Veteran Jakarta dan Staf. 7. Kepala Program Studi Profesi Dokter FK. UPN Veteran Jakarta dan Staf.. 8. Rekan-rekan mahasiswa regular S-I Teknik Industri kelas karyawan yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan dari semua pihak tersebut dapat diterima Allah SWT dan mendapatkan pahala yang berlipat ganda, Amin.
Jakarta,
Mei 2011
Penulis
Tabroni
ii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR..i DAFTAR ISI...................iii DAFTAR TABEL....v DAFTAR GAMBAR...vi DAFTAR LAMPIRAN...vii ABSTRAK.viii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.......1 2. Ruang Lingkup/Batasan Masalahan......2 3. Tujuan Penelitian...2 4. Sistematika Penulisan Tugas Akhir...3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Las Karbit.. 5 2.2 Proses Pengelasan pada Las Karbit....9 2.3 Cedera Radiasi. 11 2.4 Jenis Alat Pelindung Diri Pada Bengkel Las........... 15 2.5 Ketajaman Penglihatan 21 2.6 Pengaruh Pemakaian Kacamata Las Terhadap Ketajaman Penglihatan... 23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian... 26 3.2 Variabel Penelitian... 26 3.3 Teknik Pengambilan Data 27 3.4 Teknik Analisis Data Statistik .. 32
iii
BAB IV
BAB V
DAFTAR PUSTAKA...45
iv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Waktu Pemajanan Radiasi Sinar Ultra Violet yang Diperkenankan... 15 2.2 Kerangka Berpikir............25 3.1 Kuesioner Pemakaian Kacamata las Variabel X ..28 3.2 Kuesioner Ketajaman penglihatan Variabel Y ....... 29 3.3 Kategori Penilaian Jawaban Kuesioner ... 29 4.1 Skor Hasil Penilaian......35 4.2 Hasil pemeriksaaan ketajaman penglihatan pekerja las karbit..39
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Tabung gas .......................................5 2.2. Regulator ..7 2.3. Brander .........7 2.4. Peralatan las karbit . ... .8 2.5 Posisi mengelas ......11 2.6. Kacamata las karbit.18 4.1 Hubungan pemakaian kacamata las dan ketajaman
penglihatan 36
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman lampiran 1. Hasil skor kuesioner pemakaian kacamata las ( Variabel X ).............................................................................46 2. Hasil skor kuesioner ketajaman penglihatan ( Variabel Y ).....47 3. Analisa Regresi............48
vii
ABSTRAK
Pengaruh Pemakaian Kacamata Las terhadap Ketajaman Penglihatan para Pekerja Las Karbit Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pemakaian kacamata las terhadap ketajaman penglihatan para pekerja las karbit Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian kacamata las terhadap ketajaman penglihatan pada pekerja las karbit. Desain penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian berjumlah 30 orang. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah non random sampling dengan teknik total sampling sehingga sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu 30 orang pekerja las karbit . Teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan koesioner dan pemeriksaan ketajaman penglihatan menggunakan Optotype Snellen. Dari uji statistik, didapatkan t hitung adalah 20,21 dan t tabel untuk tingkat signifikansi 5% adalah 1,073. Oleh karena t hitung > t tabel (20,21 > 1,073) maka Ho ditolak. Hal ini berarti koefisien regresi signifikan, atau pemakaian kacamata las berpengaruh secara signifikan terhadap ketajaman penglihatan, model regresi dapat dipakai untuk memprediksi ketajaman penglihatan. Hal ini berarti bahwa naik turunnya ketajaman penglihatan karena pemakaian kacamata las dapat diprediksikan melalui persamaan regresi. Adapun persamaan regresi pemakaian kacamata las terhadap ketajaman penglihatan adalah Y = 13,23 + 0,087 X. Angka R Square yang didapat dalam perhitungan adalah sebesar 0,77 yang berarti 77 % ketajaman penglihatan dipengaruhi oleh variabel pemakaian kacamata las. Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan yaitu ada pengaruh yang signifikan antara pemakaian kacamata las terhadap ketajaman penglihatan. Saran yang diberikan oleh peneliti yaitu pemeriksaan ketajaman penglihatan sebaiknya dilakukan sebelum pekerja las karbit beraktivitas atau sebelum bekerja karena kondisi mata dalam keadaan beristirahat atau tidak berakomodasi saat melihat suatu obyek. Selain itu, untuk peneliti berikutnya yang menggunakan variabel yang berbeda, hendaknya sampel diperbanyak.
viii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan yang semakin maju dewasa ini berdampak pada semakin majunya industri las karbit. Industri las karbit termasuk industri sektor informal. Industri sektor informal adalah sektor kegiatan ekonomi marginal atau kecil-kecilan. Ciri-ciri kegiatan ekonomi marginal yang dikategorikan ke dalam sektor informal antara lain sebagai berikut: 1) Pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti waktu, permodalan, maupun penerimaan. 2) Pada umumnya tidak tersentuh oleh peraturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah. 3) Modal, peralatan, dan perlengkapan maupun omzetnya biasanya kecil dan diusahakan atas dasar hitungan harian. 4) Pada umumnya tidak mempunyai tempat usaha yang permanen dan terpisah dari tempat tinggal. 5) Tidak mempunyai keterikatan dengan usaha lain yang besar. 6) Pada umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang berpendapatan rendah. 7) Tidak membutuhkan keahlian dan ketrampilan khusus, sehingga secara luwes dapat menyerap tenaga kerja dengan bermacam-macam tingkat pendidikan. 8) Umumnya tiap-tiap satuan usaha memperkerjakan tenaga dari lingkungan keluarga, kenalan, atau berasal dari daerah yang sama (5). Timbulnya sektor informal ini adalah akibat dari meluapnya atau
kerja di pihak yang lain. Peranan sektor informal di negara Indonesia cukup besar, karena mampu menyerap tenaga kerja yang tidak tertampung pada sektor formal. Akan tetapi, kelompok masyarakat pekerja sektor informal masih belum
memperoleh perhatian dalam hal kesehatan kerjanya. Selama ini mereka hanya memperoleh pelayanan kesehatan secara umum, namun belum dikaitkan dengan pekerjaannya. Pada umumnya fasilitas pelayanan keselamatan dan kesehatan kerja lebih banyak dinikmati oleh tenaga kerja yang bekerja pada industri berskala besar (jumlah pekerja lebih dari 500 orang). Pada industri berskala kecil dan menengah, fasilitas pelayanan keselamatan dan kesehatan kerja masih bersifat parsial dan mungkin tidak ada sama sekali.
2. Ruang Lingkup/ Batasan Masalah Jenis pelindung mata yang digunakan sebagai alat pelindung diri oleh pekerja las karbit adalah kacamata las (gogel). Gogel tersebut harus dapat menyerap atau melindungi mata dari pancaran sinar ultra violet dan inframerah. Lensa
kacamata tidak boleh terlalu gelap dan terlalu terang. Akibat dari pemajanan secara langsung penyakit yang ditimbulkan pada mata, seolah-olah mata terisi oleh pasir, penglihatan kabur dan mata terasa sakit yang dirasakan pekerja menunjukkan bahwa pada proses pengelasan terdapat sinar yang membahayakan mata.
3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penggunaan pemakaian kacamata las terhadap ketajaman penglihatan pada pekerja las karbit. Ketajaman
penglihatan (visus) adalah nilai kebalikan sudut (dalam menit) terkecil di mana
sebuah benda masih kelihatan dan dapat dibedakan, yang dimaksud dengan kacamata las dalam penelitian ini adalah pelindung mata berupa gogel yang digunakan pada saat mengelas, untuk melindungi mata dari radiasi sinar ultra violet, mampu sinar tampak dan sinar inframerah. Gogel cahaya tampak tersebut dan harus harus dapat
menurunkan kekuatan
pancaran
menyerap atau melindungi mata dari pancaran sinar ultra violet dan sinar inframerah.
4. Sistematika Penulisan Tugas Akhir Untuk memberikan gambaran umum mengenai sistematika penulisan tugas akhir ini, penulis membagi kedalam beberapa bab pembahasan yaitu:
Bab I :
Pendahuluan Bab ini berisikan uraian pendahuluan dari masalah yang akan diteliti dan dibahas pada bab-bab selanjutnya, yang berisi tentang latar belakang masalah, ruang lingkup/batasan masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II :
Landasan Teori Bab ini menjelaskan secara teoritis yang didapat dari hasil riset kepustakaan meliputi pengertian las karbit, alat-alat las karbit , teknik pengunaan las karbit.
Bab III :
Metodologi Penelitian Bab ini memuat tentang metodologi yang digunakan dalam menyusun laporan tugas akhir ini . 3
Bab IV:
Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini tentang data hasil penelitian yang berhasil dikumpulkan yang meliputi tempat penelitian, waktu penelitian, populasi dan sample, metode pengumpulan data, teknik analisa data dan keterbatasan penelitian.
Bab V:
Kesimpulan dan Saran Bab ini menguraikan tentang kesimpulan hasil penelitian yang dibahas dalam bab-bab sebelumnya.
teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan tanpa tekanan dan tanpa logam tambahan yang
las
asetilin (las
karbit)
adalah
cara pengelasan
dengan
menggunakan nyala api yang didapat dari pembakaran gas asetilin dan oksigen (zat asam).
2.1.2 Perlengkapan dan Alat-Alat yang Digunakan 2.1.2.1 Botol Gas Asetilin Botol asetilin terbuat dari baja berisi gas asetilin yang telah dimanfaatkan dengan volume 40 liter dan tekanan hingga 15 bar. Dalam botol ini terdapat bahan berpori seperti kapas, sutra tiruan atau asbes yang berfungsi sebagai penyerap asetor.
tabung gas
(9) Hery Sonawan dan Rochim Suratman, 2004:1). (10) Maman Suratman (2001:12)
2.1.2.2 Generator Asetilin Gas asetilin dapat dibuat secara sederhana dengan cara mencampur karbit (calcium carbite) ditambah air, dengan rumus kimia CaC2 + 2H2O C2H2 +
Ca(OH)2 + kalor. Pencampuran ini dilakukan dalam sebuah tabung yang disebut generator asetilin. Bagian-bagian dari generator asetilin ini adalah ruang karbit dan dapur gas (retor), ruang air, ruang gas asetilin, kunci (katup) air, alat pembersih (penyaring), gas, dan alat pengaman bila kelebihan tekanan gas (10).
2.1.2.3 Botol Oksigen (Zat Asam) Dalam botol oksigen yang terbuat dari baja dimanfaatkan gas oksigen dengan tekanan gas sampai 151 bar. Di atas botol dipasang sebuah kran. Pada kran ini terdapat sumbat pengaman. Bila tekanan gas di dalam botol naik karena pengaruh panas, maka sumbat akan pecah dan gas kelebihan akan keluar. Gas oksigen yang dapat diisikan pada botol tersebut sebanyak 74,5 m dengan kadar gas oksigen murni 99,5%. Kadar oksigen pada nyala api las asetilin sangat berperan sebagai bahan penunjang untuk penghematan, kecepatan, dan efisiensi kerja pada waktu pengelasan.
2
2.1.2.4 Regulator Regulator berfungsi mengatur tekanan isi menjadi tekanan kerja yang tetap besarnya. Pada regulator terdapat manometer yaitu manometer tekanan isi dan manometer tekanan kerja. Yang dimaksud dengan gas yang berada tekanan isi adalah tekanan
manometer isi
2.1.2.5 Pembakar (Torch) Fungsi pembakar pada las asetilin adalah untuk mencampur oksigen dan gas asetilin yang jumlah isinya hampir sama. Nyala api terjadi pada ujung pembakar. Pada pembakar dapat dipasang berbagai ukuran ujung pembakar, untuk memperoleh nyala api yang sesuai dengan tebal benda kerja yang akan dilas atau dipotong. Pembakar berhubungan dengan dua buah selang untuk gas oksigen. Ruang pencampur dan kran berfungsi mengatur banyaknya oksigen dan asitilin yang digunakan pembakar (torch)
2.1.2.6 Pembakar Pemotong (Cutting Torch) Pembakar untuk pemotong bentuknya serupa dengan pembakar untuk mengelas biasa, perbedaannya adalah pada pembakar pemotong terdapat pipa ketiga untuk saluran gas oksigen, selain itu ujung pembakarnya berbeda dengan
ujung pembakar untuk mengelas. Setiap pembakar pemotong mempunyai alat pemegang pipa penghubung dan kepala pemotong. Pada kepala pemotong dipasang mulut pemotong. Pada mulut pemotong ini terdapat sebuah lubang kecil untuk pemanasan pendahuluan. Panjang mulut pemotong untuk pekerjaan tertentu berbeda dan terdapat juga ujung pemotong dengan bentuk lengkung.
2.1.2.7 Selang Las Selang las berfungsi untuk menyalurkan gas dari botol gas atau generator ke pembakar. Selang ini harus tahan tekanan tinggi tetapi lemas atau tidak kaku. Selang las oksigen biasanya berwarna hitam atau hijau. Pada ujung-ujung selang oksigen ini terdapat mur penguat ulir kanan. Selang gas asetilin biasanya berwarna merah yang pada ujung-ujungnya terdapat pula mur pengatur dengan ulir kiri. Fungsi mur pengatur pada kedua ujung selang tersebut adalah untuk mengikat regulator dan mengikat pada pembakar. Untuk menjaga kekeliruan saat pengikatan dengan regulator dan pembakar, maka baut dan mur pengikat dibedakan satu sama lain, begitu juga bentuk nipelnya dibuat berbeda
(10)
tabung oksigen
selang pembakar
2.1.2.8 Korek Api Korek api biasa tidak diperkenankan untuk menyalakan gas, karena tangan kita posisinya terlalu dekat dengan ujung pembakar, sehingga sangat mudah terjilat nyala api. Untuk menyalakan gas ini biasanya digunakan korek api las. Korek api las yang menggunakan logam gesek ini lebih aman dipakai dan bila logam habis dapat diganti dengan mudah.
2.1.2.9 Kawat Las Kawat las digunakan sebagai bahan pengisi untuk kekuatan las. Jenis bahan kawat las yang dipakai harus sesuai dengan logam yang dilas.
2.1.2.10 Fluks (Flux) Fluks adalah bahan kimia berbentuk serbuk atom pasta dan ada juga yang dibalutkan pada kawat las. Fluks sangat diperlukan untuk mengelas bahan-bahan seperti paduan perak, paduan tembaga, baja, dan bahan non ferro lainnya.
2.2 Proses Pengelasan pada Las Karbit Las karbit disebut juga las asetilin. Las karbit sebagaimana juga las yang lain berfungsi sebagai alat untuk menyambung, memotong, atau mengerjakan logam dengan panas dengan cara mencairkan logam tersebut. Panas untuk mencairkan logam diperoleh dari pembakaran gas karbit/asetilin. Agar gas karbit mudah terbakar maka diberi oksigen melalui selang ke pembakar
(3).
Teknik mengelas
meliputi tiga tahapan yaitu teknik menyalakan api las, teknik posisi dan teknik mematikan api.
2.2.1 Teknik Menyalakan Api Las Menyalakan api las dilakukan dengan menggunakan brander. Apabila pekerja las karbit belum terampil, sebaiknya menggunakan batang bara api yang cukup panjang. Jika menggunakan korek api, sebaiknya memakai korek api khusus untuk mengelas. Sebelum ujung brander disulut, kran-kran dan tekanan kerja harus sudah disetel sesuai dengan brander yang digunakan.
2.2.2 Teknik Posisi Mengelas Posisi brander terhadap benda yang dilas sangat mempengaruhi hasil pengelasan. Bermacam-macam posisi benda kerja antara lain yaitu tegak misalnya rangka bangunan, miring misalnya rangka atap bangunan dan sebagainya. Tidak semua benda kerja tersebut dapat diangkat dan dirubah posisinya dengan mudah. Banyak benda kerja yang besar dan berat seperti rangka mobil, pintu gerbang yang sulit dirubah posisinya. Dalam hal ini pengelasan harus
menyesuaikan dengan letak benda kerja tersebut. Teknik posisi harus diikuti dengan gerakan pembakar dan kawat las yang benar. Ada arah gerakan yang dianjurkan untuk masing-masing benda kerja agar hasil pengelasan baik. Arah gerakan maju atau ke kiri dianjurkan ketika mengelas baja yang tebalnya sampai 4,5 mm atau mengelas besi tuang dan bahan-bahan non ferro. Arah gerakan brander ke kanan atau mundur dianjurkan untuk mengelas baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas.
10
2.2.3 Teknik Mematikan Api Las Mematikan nyala api las tidak sama dengan mematikan api kompor atau obor. Mematikan nyala las dilakukan dengan menutup kran gas asetilin agar nyala api mati (3).
2.3 Cedera Radiasi Selama proses pengelasan akan timbul sinar-sinar yang bersifat radiasi yang dapat membahayakan pekerja las. Sinar-sinar tersebut meliputi sinar tampak, sinar ultra violet, dan sinar inframerah. Radiasi adalah transmisi energi melalui
11
emisi berkas cahaya atau gelombang. Energi radiasi bisa terletak di rentang sinar tampak, tetapi dapat pula lebih besar atau lebih kecil dibandingkan sinar tampak. Radiasi energi tinggi (termasuk radiasi ultra violet) disebut radiasi ionisasi karena memiliki kapasitas melepaskan elektron dari atom atau molekul yang menyebabkan terjadinya ionisasi. Radiasi energi rendah disebut radiasi non ionisasi karena tidak dapat melepaskan elektron dari atom atau molekul (4).
2.3.1 Efek Radiasi Pengion Radiasi pengion dapat menyebabkan kematian sel baik secara langsung dengan merusak membran sel dan menyebakan pembengkakan intrasel sehingga terjadi lisis sel, atau secara tidak langsung dengan merusak ikatan antara pasangan-pasangan basa molekul DNA. pada Rusaknya atau ikatan transkripsi tersebut DNA.
replikasi
Kesalahan-kesalahan tersebut sebagian dapat diperbaiki, apabila tidak maka kerusakan yang terjadi dapat menyebabkan kematian sel atau timbulnya kanker akibat hilangnya kontrol genetik atas pembelahan sel molekul. Radiasi juga pengion
suatu atom atau molekul dengan elektron yang tidak memiliki pasangan. Radikal bebas mencari reaksi-reaksi dimana ia dapat memperoleh kembali elektron pasangannya. Selama menjalankan proses tersebut, radikal bebas dapat merusak membran sel, retikulum endoplasma, atau DNA sel-sel yang rentan molekul.
2.3.2 Efek Radiasi Non-ionisasi Radiasi non-ionisasi mencakup radiasi gelombang mikro dan ultrasonografik. Radiasi ini memiliki energi yang terlalu kecil untuk dapat memutuskan ikatan
12
DNA atau merusak membran sel, tetapi radiasi ini dapat meningkatkan suhu suatu sistem, dan menyebabkan perubahan dalam fungsi-fungsi transportasi. Efek radiasi non-ionisasi pada kesehatan, sedang dalam penelitian molekul.
2.3.3
Efek
Radiasi
Sinar
Las
Terhadap
Ketajaman
Penglihatan
Sinar yang dihasilkan selama proses pengelasan termasuk dalam radiasi energi tinggi atau sering disebut radiasi ionisasi. Sinar tersebut antara lain:
2.3.3.1 Sinar Tampak Benda kerja dan bahan tambah yang mencair pada las mengeluarkan sinar tampak. Sinar tampak yaitu merupakan sinar ionisasi yang ditimbulkan dari radiasi. Sinar tampak memiliki panjang gelombang 400-760 nm. Semua sinar tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa dan kornea mata ke retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat maka akan segera menjadi kelelahan pada mata
(1).
mata. Hal ini menyebabkan pekerja dalam melihat mencoba mendekatkan matanya terhadap obyek untuk memperbesar ukuran benda, maka akomodasi lebih dipaksa. Keadaan ini menimbulkan penglihatan rangkap dan kabur. Selain itu, pemaksaan daya akomodasi oleh mata juga menimbulkan sakit kepala di daerah atas mata.
2.3.3.2 Sinar Infra Merah Sinar infra merah dan ultra violet berasal dari busur listrik. Sinar infra merah adalah sinar yang merupakan sumber panas yang memancarkan gelombanggelombang elektromagnetis. Jika gelombang ini mengenai benda, maka pada
13
benda tersebut dilepaskan energi yang berubah menjadi panas. Adanya sinar infra merah tidak segera terasa oleh mata, karena itu sinar ini lebih berbahaya, sebab tidak diketahui, tidak terlihat dan tidak terasa. Pengaruh sinar infra merah terhadap mata sama dengan pengaruh panas, yaitu akan terjadi
pembengkakan pada kelopak mata, terjadinya penyakit cornea, presbiovia yang terlalu dini dan kerabunan. Lensa mata mempunyai radiosensitivitas lebih tinggi dibandingkan retina mata. Radiasi dapat menimbulkan kerusakan sel pada lensa mata sehingga sel-sel itu tidak mampu melakukan peremajaan. Sebagai
akibatnya, lensa mata dapat mengalami kerusakan permanen. Lensa mata yang terpapar transparasi radiasi lensa dalam waktu cukup lama akan berakibat pada fungsi menjadi terganggu sehingga penglihatan menjadi kabur.
Penyinaran yang mengenai mata dengan dosis 2-5 Sv dapat mengakibatkan terjadinya katarak pada lensa mata. Radiasi lebih mudah menimbulkan katarak pada usia muda dibandingkan dengan usia tua (11).
2.3.3.3 Sinar Ultra Violet Sinar ultra violet mempunyai panjang gelombang antara 240 nm-320 nm. Sumber sinar ultra violet selain sinar matahari, juga dihasilkan pada kegiatan pengelasan, lampu-lampu pijar, pengerjaan laser, dan lain-lain
(2).
Sinar ultra
violet sebenarnya adalah pancaran yang mudah terserap, tetapi sinar ini mempunyai pengaruh besar terhadap reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Sinar ultra violet akan segera merusak epitel kornea. Pasien yang telah terkena sinar ultra violet akan memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma. Pasien akan merasa mata sangat sakit, mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir, fotofobia, blefarospasme, konjungtiva kemotik. Pada mata, sinar ultra violet juga
14
dapat mengakibatkan fotoelektrika. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menghindari kemungkinan mata terpapar sinar ultra violet dan menggunakan kacamata yang tidak tembus sinar tersebut. Untuk melindungi pekerja dari pengaruh sinar ultra violet, pemerintah telah menetapkan Nilai Ambang Batas yang dikeluarkan melalui surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep51/MEN/1999, sebagai berikut: Tabel 2.1Waktu Pemajanan Radiasi Sinar Ultra Violet yang Diperkenankan Masa pemajanan per hari 8 Jam 4 Jam 2 Jam 1 Jam 30 Menit 15 Menit 8 Menit 5 Menit 1 Menit 30 Detik 10 Detik 1 Detik 0,5 Detik 0,1 Detik
(2)
Iradiasi Efektif (E eff) W/cm 0,1 0,2 0,4 0,8 1,7 3,3 5 10 50 100 300 3000 6000 30000
2. 4 Jenis Alat Pelindung Diri Pada Bengkel Las 2.4.1 Helm Pengaman Helm pengaman sangat penting penggunaannya, yaitu untuk menghindari: 1) Tumbukan langsung benda keras dengan kepala. 2) Kejatuhan langsung benda keras terhadap kepala. 3) Cipratan ledakan-ledakan kecil dari cairan las yang mengakibatkan terbakarnya bagian kepala
(2) A. M. Sugeng Budiono, ( 2003:4)
15
Syarat-syarat dari helm pengaman yaitu: 1) Nyaman dipakai. 2) Kuat dan tahan dari benturan, panas dan goresan benda tajam. 3) Daya kalor panasnya relatif kecil. 4) Terbuat dari fibre glass.
2.4.2 Kacamata Las (Gogel) Pelindung mata digunakan untuk menghindari pengaruh radiasi energi seperti sinar ultra violet, inframerah dan lain-lain yang dapat merusak mata.
Pemaparan sinar ultra violet dengan intensitas tinggi dalam waktu singkat atau pemaparan sinar ultra violet intensitas rendah dalam waktu cukup lama akan merusak kornea mata. Para pekerja yang kemungkinan dapat terkena bahaya dari sinar yang menyilaukan, seperti sinar dari las potong dengan menggunakan gas dan percikan dari las sinar yang memijar harus menggunakan pelindung mata khusus. Pekerjaan pengelasan juga menghasilkan radiasi inframerah tergantung pada
temperatur lelah mental (6). Jenis pelindung mata yang digunakan sebagai alat pelindung diri oleh pekerja las karbit adalah kacamata las (gogel). Kacamata las (gogel) sangat penting digunakan pada saat mengelas, untuk melindungi mata dari radiasi sinar ultra violet, sinar tampak dan sinar inframerah. Gogel tersebut harus mampu
menurunkan kekuatan pancaran sinar tampak dan harus dapat melindungi mata dari pancaran sinar ultra violet dan inframerah. Untuk mendapatkan kacamata las dengan kaca gelap yang memiliki sifat tidak tembus sinar-sinar berbahaya sulit didapatkan. Namun, biasanya kacamata las hanya dapat menahan sekian persen dari sinar-sinar yang berbahaya, sehingga dapat dicegah bahayanya bagi mata.
16
Lebih banyak sinar dari suatu panjang gelombang yang dipancarkan oleh suatu sumber bahaya, maka lebih besar pula daya absorbsi untuk sinar itu yang harus dipunyai kacamata las. Untuk keperluan ini maka kacamata las harus mempunyai warna tranmisi tertentu, misalnya abu-abu, coklat atau hijau. Lensa kacamata tidak boleh terlalu gelap, karena tidak dapat melihat benda kerja dengan jelas, tetapi juga tidak boleh terlalu terang, sebab akan menyilaukan. Bahan dari kacamata las (gogel) dapat terbuat dari plastik yang transparan dengan lensa yang dilapisi kobalt untuk melindungi bahaya radiasi gelombang
elektromagnetik non ionisasi dan kesilauan atau lensa yang terbuat dari kaca yang dilapisi timah hitam untuk melindungi dari radiasi gelombang elektromagnetik dan mengion. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih gogel adalah: 1) Harus mempunyai daya penerus yang tepat terhadap cahaya tampak. 2) Harus mampu menahan cahaya dan sinar yang berbahaya. 3) Harus mempunyai sifat-sifat yang tidak melelahkan mata. 4) Harus tahan lama dan mempunyai sifat yang tidak mudah berubah. 5) Harus memberikan rasa nyaman kepada pemakai.
Dalam tahun-tahun terakhir ini pembuatan kacamata las telah mengalami kemajuan, karena menggunakan bahan buatan. Gagang kacamata las terbuat dari bahan yang tidak begitu keras, sehingga pada saat kacamata dipakai sepanjang hari dan berkeringat, tidak membuat sakit pada kulit muka. Karena lubang
hawa yang kecil pada gagangnya dan karena kaca mukanya bukan penghantar panas yang baik, maka kacamata itu tidak akan menjadi buram karena
17
baja, yang berfungsi untuk mengikat kaca. Karena sifat lengkung dari kawat baja tersebut, maka kacamata nyaman dipakai. Selain itu, pada bagian dalam kaca yang sudah kuat tersebut masih bisa dilapisi dengan sebuah pelat bening dari mika atau celon. Mika dan celon ini mencegah kaca menjadi buram.
2.4.3 Pelindung Muka Pelindung muka dipakai untuk melindungi seluruh muka terhadap kebakaran kulit sebagai akibat dari cahaya busur, percikan dan lain-lain, yang tidak dapat dilindungi dengan hanya memakai pelindung mata saja. Bentuk dari pelindung muka bermacam-macam, dapat berbentuk helm las (helmet welding) dan kedok las ( handshield welding ). Kedok las yang dipegang dengan tangan, digunakan pada
18
waktu mengelas di bawah tangan, vertikal maupun horizontal. Helm las dipakai pada kepala sehingga kedua tangan bisa bebas. Alat ini digunakan terutama pada waktu mengelas posisi di atas kepala. Kedok las dan helm las dilengkapi dengan kaca penyaring (filter) yang harus dipakai selama proses pengelasan. Tujuan dari filter ini adalah untuk menghilangkan dan menyaring sinar infra merah dan ultra violet. Filter dilapisi oleh kaca bening atau kaca plastik yang ditempatkan di sebelah luar dan dalam, fungsinya untuk melindungi filter dari percikanpercikan las.
2.4.4 Kacamata Bening (Safety Spectacles) Kacamata bening dipakai pada waktu membersihkan terak, karena terak sangat rapuh dan keras pada waktu dingin.
2.4.5 Pelindung Telinga (Hearing Protection) Alat pelindung telinga digunakan untuk melindungi telinga dari kebisingan pada waktu menggerinda, meluruskan benda kerja, persiapan pengelasan dan lain sebagainya.
2.4.6 Alat Pelindung Hidung (Respirator) Alat pelindung hidung digunakan untuk menjaga asap dan debu agar tidak langsung masuk ke hidung.
2.4.7 Pakaian Kerja Pakaian kerja pada waktu mengelas berfungsi untuk melindungi anggota badan dari bahaya-bahaya waktu mengelas. Syarat-syarat pakaian kerja yaitu: 1) Bahan pakaian kerja harus terbuat dari kain katun atau kulit, karena katun dan kulit akan tidak cepat bereaksi bila bersentuhan dengan panas. 19
2) Menghindari pakaian kerja yang terbuat dari bahan polyester atau bahan yang mengandung sintetis, karena bahan tersebut akan cepat bereaksi dan mudah menempel pada kulit badan apabila kena loncatan bunga api. 3) Pakaian kerja tidak terlalu longgar dan tidak terlalu sempit, karena kalau terlalu longgar akan menambah ruang gerak anggota badan, terlalu sempit akan mengurangi gerak anggota badan. 4) Hindarkan celana dari lipatan bagian bawah, hal ini dapat menimbulkan tersangkut dengan benda lain atau kemasukan bunga api.
2.4.8 Pelindung Dada (Apron) Bagian dalam dada merupakan bagian yang sangat peka terhadap pengaruh panas dan sinar yang tajam. Sinar dari las listrik termasuk sinar yang sangat tajam. Untuk melindungi bagian dalam dada tersebut digunakan pelindung dada yang dipakai setelah baju las.
2.4.9 Sarung Tangan Pekerjaan mengelas selalu berhadapan dengan benda-benda panas dan arus listrik. Untuk melindungi jari-jari tangan dari benda panas dan sengatan listrik, maka tukang las harus memakai sarung tangan yang tahan panas dan bersifat isolasi. Sarung tangan harus lemas sehingga tidak mengganggu pekerjaan jari-jari tangan. Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memegang memudahkan
2.4.10 Sepatu Kerja Fungsi dari sepatu kerja yaitu untuk melindungi kaki dari beram-beram 20
tajam, kejatuhan benda-benda tajam dan percikan cairan logam serta goresangoresan benda-benda tajam. Syarat-syarat dari sepatu kerja yaitu kuat dan tahan api, tinggi dengan penutup ujung sepatu dari baja, dan bahan dari kulit.
2.5 Ketajaman Penglihatan 2.5.1 Definisi Ketajaman Penglihatan Ketajaman penglihatan (visus) adalah nilai kebalikan sudut ( dalam menit ) terkecil Menurut di mana
(7)
sebuah
benda masih
kelihatan
(8).
titik yang berbeda pada jarak tertentu. Pada mata normal dimungkinkan untuk melihat objek sedekat 25 cm.
2.5.2 Faktor Penyebab Gangguan Ketajaman Penglihatan Ketajaman penglihatan seseorang dapat berkurang. Hal ini disebabkan antara lain oleh faktor-faktor sebagai berikut:
2.5.2.1 Kuat Penerangan atau Pencahayaan Mata manusia sensitif terhadap kekuatan pencahayaan, mulai dari beberapa lux di dalam ruangan gelap hingga 100.000 lux di tengah terik matahari. Kekuatan pencahayaan ini aneka ragam yaitu berkisar 2000-100.000 di tempat terbuka sepanjang siang dan 50-500 lux pada malam hari dengan pencahayaan buatan. Sedangkan kelelahan mata dapat menyebabkan: 1) iritasi, mata berair dan kelopak mata berwarna merah (konjungtivitis) 2) Penglihatan rangkap 3) Sakit kepala
21
4) Ketajaman penglihatan merosot, begitu pula kepekaan terhadap perbedaan (contrast sensitivity) dan kecepatan pandangan. 5) Kekuatan menyesuaikan (accomodation) dan konvergensi menurun.
2.5.2.2 Waktu Papar Pemaparan terus menerus misalnya pada pekerja sektor perindustrian yang jam kerjanya melebihi 40 jam/minggu dapat menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja. Yang dimaksud dengan jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk waktu istirahat
(5).
Meskipun
terjadi keanekaragaman
jam
kerja,
umumnya
pekerja informal bekerja lebih dari 7 jam/hari. Hal ini menimbulkan adannya beban tambahan pada pekerja yang pada akhirnya menyebabkan kelelahan.mental dan kelelahan mata.
2.5.2.3 Umur Ketajaman penglihatan berkurang menurut bertambahnya usia. Pada tenaga kerja berusia lebih dari 40 tahun, visus jarang ditemukan 6/6, melainkan berkurang. Maka dari itu, kontras dan ukuran benda perlu lebih besar untuk melihat dengan ketajaman yang sama
(14).
besar dan lebih pipih, berwarna kekuningan dan menjadi lebih keras.
2.5.3.4 Riwayat Penyakit Ketajaman penglihatan berkurang karena faktor riwayat penyakit yang diderita baik faktor keturunan atau bawaan dari lahir yang disebabkan ia menderita kurang tajam penglihatannya. Riwayat penyakit ini berpengaruh sangat besar terhadap
(5) Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat, ( 1990:101). (14) Sumamur P. K., (1996:95)
22
2.5.3.5 Makanan Ketajaman penglihatan berkurang juga disebabkan oleh faktor makanan yang di konsumsi seseorang. Apabila seseorang jarang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan banyak mengandung vitamin C yang ada pada buah-buahan akan berpengaruh sangat besar terhadap penglihatan seseorang.
2.5.3.6 Lingkungan / Kualitas udara Lingkungan dimana seseorang tinggal sangat berpengaruh sangat besar terhadap ketajaman penglihatan. Bila seseorang tinggal di tempat yang kualitas udaranya kurang baik misalnya dekat dengan pabrik, pertambangan kapur dan lain-lain maka secara tidak langsung mata seseorang akan terkena debu dari tempat tersebut dan lambat laun berpengaruh terhadap penglihatannya.
2.6 Pengaruh Pemakaian Kacamata Las Terhadap Ketajaman Penglihatan Sinar yang ditimbulkan pada waktu mengelas bila langsung mengenai mata tanpa menggunakan kacamata las sangat berbahaya.Sinar-sinar yang membahayakan tersebut adalah sinar tampak, sinar inframerah dan sinar ultra violet. Semua sinar tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa dan kornea mata ke retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat maka akan segera menjadi kelelahan pada mata. Kelelahan pada mata berdampak pada berkurangnya daya akomodasi mata. Hal ini menyebabkan pekerja dalam melihat mencoba
mendekatkan matanya terhadap obyek untuk memperbesar ukuran benda, maka akomodasi lebih dipaksa. Keadaan ini menimbulkan penglihatan rangkap dan kabur. Pengaruh sinar infra merah terhadap mata sama dengan pengaruh panas, yaitu akan terjadi pembengkakan pada kelopak mata, terjadinya peyakit cornea, presbiovia yang terlalu dini dan kerabunan kerusakan sel pada
(1).
Radiasi
dapat
menimbulkan
23
peremajaan.
Sebagai
akibatnya,
lensa
mata
dapat
mengalami kerusakan
permanen. Lensa mata yang terpapari radiasi dalam waktu cukup lama akan berakibat pada fungsi transparasi lensa menjadi terganggu sehingga penglihatan menjadi kabur. Penyinaran yang mengenai mata dengan dosis 2-5 Sv dapat mengakibatkan terjadinya katarak pada lensa mata. Radiasi lebih mudah menimbulkan katarak pada usia muda dibandingkan dengan usia tua
(11).
Sinar ultra violet akan segera merusak epitel kornea. Pasien yang telah terkena sinar ultra violet akan memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma. Pasien akan merasa mata sangat sakit, mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir, fotofobia, blefarospasme, dan konjungtiva kemotik. Kornea akan menunjukkan adanya infiltrat pada permukaannya, kadang-kadang disertai dengan kornea yang
keruh dan uji fluorensin positif. Keratitis terutama terdapat pada fisura palpebra. Pupil akan terlihat miosis. Tajam penglihatan akan terganggu. Keratitis ini dapat sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan lama kerusakan dapat permanen sehingga akan memberikan kekeruhan pada kornea
(12).
Akibat dari
sinar-sinar tersebut tidak akan lama apabila pekerja las telah memenuhi persyaratan bekerja, yaitu dengan menggunakan kacamata pelindung yang
ditentukan. Oleh karena itu, kacamata las sangat penting digunakan pada saat mengelas karena dapat melindungi mata dari radiasi ultra violet, sinar tampak dan sinar inframerah. Dengan menggunakan kacamata las, maka mata pekerja las akan terhindar dari paparan langsung sinar tampak, sinar inframerah serta sinar ultra violet yang berbahaya bagi mata karena pemaparan langsung sinar-sinar tersebut dapat mengakibatkan gangguan ketajaman penglihatan.
24
Tabel 2.2
Kerangka Berpikir
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Proses Pengelasan
25
3.2 Variabel Penelitian Pengertian dari variabel bebas adalah merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen. Jadi variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi, sedangkan pengertian dari variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel bebas adalah pemakaian kacamata las sedangkan variabel terikat adalah ketajaman penglihatan. Terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keselamatan yaitu terhindar dari kecelakaan yang mungkin terjadi akibat melakukan aktifitas kerja seperti tertimpa besi, terpecik api dan terkena sinar.
Sedangkan kesehatan adalah terhindar dari berbagai penyakit yang mungkin terjadi seperti penyakit ISPA (Insfeksi Saluran Pernapasan Akut), paru-paru, kanker kulit, kanker paru-paru dan lain-lain. Pengaruh ketajaman penglihatan selain disebabkan oleh pemakaian kacamata juga ada variabel intervensi lain yang mempengaruhi yaitu faktor usia, lama bekerja, riwayat penyakit, pola makan, dan faktor lingkungan atau kualitas udara seperti debu
26
dan asap. Tetapi semua faktor-faktor tersebut di atas dalam penelitian ini tidak diteliti dan hanya pemakaian kacamata saja yang menjadi obyek penelitian.
3.3 Teknik Pengambilan Data 3.3.1 Kuesioner Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas atau resiko dan variabel terikat atau variabel akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu bersamaan. Penelitian kuesioner dengan menggunakan skala likert yang dipakai untuk mengukur tingkat kesepakatan seseorang terhadap sejumlah
pertanyaan berkaitan dengan suatu konsep tertentu dengan membuat rentangan jawaban skor 1 sampai 4. untuk tiap pertanyaan dengan kategori tertentu. Kuesioner ini dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban dan sebagainya. Data yang
dikumpulkan berdasarkan persepsi yang diperoleh dari jawaban responden. Dalam penelitian ini koesioner diberikan secara langsung kepada responden yang menjadi subyek penelitian. Alasan dalam menggunakan koesioner karena mempunyai beberapa kelebihan yaitu: 1) Dalam waktu singkat dapat diperoleh data yang banyak. 2) Menghemat tenaga dan biaya. 3) Responden dapat memilih waktu senggang untuk mengisinya, sehingga tidak terlalu terganggu bila dibandingkan dengan wawancara. 4) Secara psikhologis responden tidak merasa terpaksa, dan dapat menjawab lebih terbuka
27
Kuesioner Petunjuk: 1. Isilah point data pribadi anda. 2. Beri tanda ( X ) pada jawaban yang anda pilih.
3. Alamat :
Tabel 3.1 No 1 2 3 4 5
Kacamata las yang anda pakai sudah memenuhi standar kacamata las Manfaat kacamata las yang anda pakai terhadap pekerjaan Pengaruh menggunakan kacamata las terhadap pekerjaan Rutin menggunakan kacamata las ketika mengelas Kenyamanan menggunakan kacamata las ketika mengelas
28
Tabel 3.2 No 1 2 3 4 5
Efek pemakaian kacamata las terhadap penglihatan Sinar yang di hasilkan dari proses pengelasan menganggu penglihatan Pengaruh sinar ultra violet yang dihasilkan ketika mengelas terhadap mata Pengaruh sinar infra merah yang dihasilkan ketika mengelas terhadap mata Pengaruh sinar tampak yang dihasilkan ketika mengelas terhadap mata
Keterangan: SS S TS STS : Sangat Setuju : Setuju : Tidak Setuju : Sangat Tidak Setuju
Berdasarkan aturan Skala Likert yang dikemukakan di atas, maka kategori jawaban dapat disusun sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kategori Penilaian Jawaban Kuesioner Alternatif jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Nilai 4 3 2 1
29
3.3.2 Optotype Snellen Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan menggunakan Optotype Snellen yaitu dengan cara pemeriksaan ketajaman penglihatan dilakukan pada sore hari setelah melakukan aktivitas pekerjaannya sehari-hari dimana sebelumnya diberikan
penjelasan kepada pekerja las mengenai tujuan dilakukannya pemeriksaan penglihatan tersebut. Pemeriksaan ketajaman penglihatan dilakukan pada tempat kerja dengan cara sebagai berikut: 1) Pemeriksaan dilakukan dalam jarak 6 meter. 2) Pemeriksaan dilakukan pada kedua mata secara bergantian. 3) Mata yang tidak diperiksa ditutup. 4) Responden diminta untuk membaca sampai baris terkecil yang masih dapat dibaca. 5) Mencatat hasil dalam lembar data.
Dengan Optotype
Snellen
dapat
ditentukan
tajam
penglihatan
atau
kemampuan melihat seseorang, seperti: 1) Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter. 2) Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30. 3) Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50. 4) Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter. 5) Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka
30
dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter. 6) Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter. 7) Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatannya adalah 1/300. 8) Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga. 9) Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta total.
Tajam penglihatan dan penglihatan kurang dibagi dalam tujuh Adapun penggolongannya adalah sebagai berikut: 1) Penglihatan normal. Pada keadaan ini penglihatan mata adalah normal dan sehat. 2) Penglihatan hampir normal Tidak menimbulkan masalah yang gawat, akan tetapi perlu
kategori.
diketahui
penyebabnya. Mungkin suatu penyakit masih dapat diperbaiki. 3) Low vision sedang Dengan kacamata kuat atau kaca pembesar masih dapat membaca dengan cepat. 4) Low vision berat Masih mungkin orientasi dan mobilitas umum akan tetapi mendapat kesukaran 31
pada lalu lintas dan melihat nomor mobil. Untuk membaca diperlukan lensa pembesar kuat. Membaca menjadi lambat. 5) Low vision nyata Bertambahnya masalah orientasi dan mobilisasi. Diperlukan tongkat putih untuk mengenal lingkungan. Hanya minat yang kuat masih mungkin membaca dengan kaca pembesar; umumnya memerlukan Braille, radio, pustaka kaset. 6) Hampir buta Penglihatan kurang dari 4 kaki untuk menghitung jari. Penglihatan tidak bermanfaat, kecuali pada keadaan tertentu. Harus mempergunakan alat nonvisual. 7) Buta total Tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali. Seluruhnya tergantung pada alat indera lainnya atau tidak mata Pemeriksaan menggunakan Optotype Snellen penilaian persentase efesiensi
penglihatan dua mata dapat dihitung dengan rumus: (3 X % tajam penglihatan mata terbalik) + % efesiensi mata terburuk : 4 = % efesiensi penglihatan binokuler
3.4 Teknik Analisis Data Statistik Sedangkan analisis data yang digunakan untuk menilai penggunaan kacamata las (X) dengan ketajaman penglihatan (Y) menggunakan : 1). Analisa Koefisien Korelasi Yaitu untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kacamata las dengan ketajaman penglihatan. Rumus yang digunakan adalah
32
r = koefisien korelasi n = jumlah responden X = variabel bebas yaitu penggunaan kacamata las Y = variabel terikat yaitu ketajaman penglihatan Keterangan : a) Apabila r = 0, maka hubungan antara kedua variabel yaitu penggunaan kacamata las dengan ketajaman penglihatan tidak terdapat hubungan sama sekali. b) Apabila r = +1 atau mendekati 1, maka korelasi hubungan antara kedua variabel dikatakan positif dan sangat kuat sekali.
2) Analisa Regresi Untuk mengetahui sampai seberapa besar pengaruh untuk kedua variabel, maka digunakan analisa regresi linier sederhana. Dikatakan regresi linier sederhana bila variabel bebas atau variabel independen sebagai prediktor jumlahnya hanya satu. Persamaan umum regresi linier sederhana adalah = a + bX = subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan. a = harga bila X = 0 (harga konstan) b = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. X = subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
Ho
terhadap
Ha
3) Hipotesis Statistik Digunakan untuk menguji signifikan atau tidak dari analisis korelasi maka digunakan rumus :
4) Koefisien Determinasi Digunakan untuk menguji signifikan atau tidak dari analisis korelasi maka digunakan rumus : kd = 100
34
(X) 15 15 18 15 17 14 16 16 17 15 17 16 15 17 15 16 15 16 16 15 18 16 14 15 18 16 15 14 15 15 472
XY 210 225 288 225 272 224 208 240 238 225 221 240 225 255 240 256 195 256 240 240 252 224 182 210 288 224 195 182 225 195 6900
35
Gambar grafik 4.1 Hubungan pemakaian kacamata las dan ketajaman penglihatan
8000 7000 6000 5000 K etajamanP englihatan(Y ) 4000 3000 2000 1000 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 X Y XY P emakaianK ac amata(X)
1). Analisa Koefisien Korelasi Yaitu untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kacamata las ketajaman penglihatan. Rumus yang digunakan adalah dengan
36
2) Analisa Regresi Analisa regresi adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh untuk kedua variabel adapun rumusnya adalah: y = a + bx
b = 0,087
3) Hipotesis Statistik Pengujian koefisien korelasi melalui statistik digunakan untuk menguji apakah antara variabel X dan Y berhubungan satu sama lain. Adapun persamaannya :
37
Kriteria pengisian a) Ho ditolak jika t hitung < t tabel b) H1 diterima jika t hitung > t table c) Tingkat signifikan = 5 % (0,05) d) t table = 0,05/2, n-2= 0,025: 30 2 = 0,025 : 28 = 1,703 Maka :
4) Koefisien Determinasi Digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel x terhadap variabel Y, maka digunakan rumus :
kd = kd = kd =
kd = 77
38
4.1.2 Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan Dengan Optotype Snellen Berdasarkan hasil pemeriksaan dengan menggunakan Optotype Snellen yang dilakukan terhadap 30 pekerja las karbit didapatkan bahwa 8 orang (26,67%) pekerja las karbit yang memiliki ketajaman penglihatan normal, 16 orang pekerja las karbit (53,33%) yang memiliki tajam penglihatan hampir normal dan 6 orang pekerja las karbit (20%) yang memiliki ketajaman penglihatan low vision sedang. Adapun dari seluruh pekerja las karbit tidak ada (0%) yang memiliki tajam penglihatan low vision berat. Data ini adalah hasil dari pemeriksaan menggunakan Optotype Snellen yang dilakukan oleh dokter terhadap 30 pekerja las karbit dimana hasil tersebut sudah diolah oleh dokter pemeriksa sehingga penulis hanya mendapatkan hasil perhitungannya saja ( data sekunder ). Tabel. 4.2 No 1 2 3 4 Hasil pemeriksaaan ketajaman penglihatan pekerja las karbit Frekuensi 8 16 6 0 30 Prosentase ( % ) 26,67 % 53,33 % 20 % 0% 100 %
Ketajaman penglihatan Normal Hampir normal Low vision sedang Low vision berat Jumlah
4.2 Uji Analisa 4.2.1 Analisis Perhitungan Koefisien korelasi Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi diperoleh r = 0,88 yang berarti memenuhi syarat dimana r = mendekati 1 ( satu ), maka dapat diartikan bahwa hubungan antara variabel X dan variabel Y terdapat hubungan positif dan kuat antara pemakaian kacamata las dengan ketajaman penglihatan. 39
4.2.2 Analisis Perhitungan Regresi Berdasarkan analisis regresi tersebut diketahui = 13,23 + 0,087 X dengan demikian pengaruh antara pemakaian kacamata las (X) dengan ketajaman penglihatan (Y) berpengaruh sehingga bila terdapat kenaikan satu skor penilaian pemakaian kacamata las dapat menaikan satu nilai ketajaman penglihatan. Adapun tabel perhitungannya ada dalam lampiran.
4.2.3 Analisis Perhitungan Hipotesis Statistik Ho = tidak ada pengaruh antara pemakaian kacamata las ketajaman penglihatan Ha = ada pengaruh antara pemakaian kacamata las terhadap penglihatan ketajaman terhadap
Jika statistik t hitung< statistik t tabel, maka Ho diterima. Jika statistik t hitung> statistik t tabel, maka Ho ditolak H0 ditolak karena t hitung 20,21 > t table 1,703 hal ini membuktikan adanya hubungan antara variabel X dan variabel Y.
4.2.4 Uji Analisis Perhitungan Koefisien Determinasi Dari hasi perhitungan diatas maka diperoleh hasil koefisien determinasi sebesar 77 % artinya bahwa variabel Y yang menggambarkan tentang ketajaman penglihatan dapat ditentukan oleh variabel X yang menggambarkan tentang pemakaian kacamata las sebesar 77 % sedangkan sisanya 23 % merupakan kontribusi dari faktor-faktor lain yang tidak diteliti yaitu faktor usia, lama bekerja (waktu papar), riwayat penyakit, kualitas makanan, dan lingkungan / kualitas udara.
40
4.3 Pembahasan Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pemakaian kacamata las terhadap ketajaman penglihatan para pekerja las karbit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh pemakaian kacamata las terhadap ketajaman penglihatan para pekerja las karbit. Desain penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah non random sampling dengan teknik total sampling sehingga sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu 30 orang pekerja las karbit Teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan dan pemeriksaan ketajaman penglihatan menggunakan Optotype kuesioner Snellen.
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pemakaian kacamata las terhadap ketajaman penglihatan para pekerja las karbit. Adanya pengaruh yang signifikan ini didapatkan dari hasil penelitian berupa kuesioner dan pemeriksaan ketajaman penglihatan para pekerja las karbit melalui data sekunder yaitu dengan Optotype Snellen yang dilakukan oleh tim kesehatan. Dari uiji statistik didapatkan t hitung adalah 20,21 dan t tabel untuk tingkat signifikasi 5 % adalah 1,073. Oleh karena t hitung > t tabel ( 20,21 > 1,703) maka Ho ditolak, hal ini berarti koefisien regresi signifikan atau pemakaian kacamata las (X) benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap ketajaman penglihatan. Hal ini berarti bahwa naik turunnya ketajaman penglihatan karena kacamata las dapat diprediksikan melalui persamaan regresi. Proses pengelasan dalam las karbit menghasilkan sinar-sinar yang bersifat radiasi dan berbahaya bagi pekerja khususnya pada indera penglihatan yaitu mata. Sinarsinar tersebut antara lain yaitu sinar tampak, sinar inframerah, dan sinar ultra violet. Semua sinar tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa dan kornea mata ke retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat maka akan segera menjadi kelelahan 41 pemakaian
pada mata. Kelelahan pada mata berdampak berkurangnya daya akomodasi mata, hal ini menyebabkan pekerja dalam melihat terhadap obyek mencoba mendekatkan matanya
dan keadaan ini menimbulkan penglihatan rangkap dan kabur. Pengaruh sinar inframerah terhadap mata terhadap mata sama dengan pengaruh panas yaitu akan terjadi pembengkakan pada kelopak mata, terjadinya penyakit kornea, presbiovia yang terlalu dini dan kerabunan. Radiasi dapat menimbulkan kerusakan sel pada lensa mata sehingga sel-sel itu tidak mampu melakukan peremajaan dan akibatnya lensa mata dapat mengalami kerusakan permanen. Pasien yang telah terkena sinar ultra violet akan memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma. Pasien akan merasa mata sangat sakit, mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir dan bila radiasi berjalan lama akan menyebabkan kerusakan permanen serta kekeruhan pada kornea. Ketiga sinar yang dihasilkan selama proses pengelasan las karbit tersebut menyebabkan kelainan pada mata yang merupakan faktor-faktor penyebab gangguan pada ketajaman penglihatan. Pemakaian kacamata las (gogel) adalah alternatif
terakhir untuk melindungi pekerja las kabit dari paparan sinar tampak, sinar inframerah dan sinar ultra violet sehingga pekerja las karbit dapat terhindar dari gangguan ketajaman penglihatan yang disebabkan oleh sinar-sinar yang bersifat radiasi tersebut.
42
5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pekerja las karbit ada
pengaruh yang signifikan antara pemakaian kacamata las terhadap ketajaman penglihatan. Hasil pengujian regresi dimana y = 13,23+0,087x artinya satu skor penilaian pemakaian kacamata las akan menaikan ketajaman penglihatan. Dari hasil perhitungan koefisien determinan sebesar 77% artinya ketajaman penglihatan (Y) dapat dipengaruhi oleh pemakaian kacamata las (X) sedangkan sisanya 23% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti yaitu faktor usia, lama bekerja (waktu papar), riwayat penyakit, kualitas makanan, dan lingkungan / kualitas udara.
5.2 Saran Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian ini adalah : 1) Bagi pekerja las karbit, agar tidak mengalami gangguan ketajaman penglihatan sebaiknya rutin memakai kacamata las dalam melakukan pekerjaannya sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah. 2) Banyak pekerja las karbit yang tidak mengerti tentang manfaat pemakaian kacamata las terhadap kesehatannya terutama mata, untuk itu perlu adanya penyuluhan yang harus dilakukan oleh pemerintah atau dinas terkait khususnya Departemen Tenaga Kerja untuk memberikan pengarahan akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. 3) Bagi penelitian selanjutnya agar menggunakan variabel bebas yang berbeda, supaya mendapatkan hasil penelitian yang valid sebaiknya
43
dalam pemeriksaan ketajaman penglihatan dilakukan pada pagi hari sebelum pekerja las karbit melakukan aktivitas atau sebelum memulai pekerjaan, karena pada saat itu kondisi mata pekerja las karbit dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi saat melihat suatu obyek. 4) Bagi peneliti berikut yang akan melakukan penelitian yang sama dengan variabel bebas yang berbeda, sebaiknya sampel diperbanyak agar mendapatkan hasil yang lebih sempurna.
44
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Nurdin, Peralatan Las Busur Manual. Bandung, Angkasa,1999 A.M. Sugeng Budiono, Bunga Rampai Hiperkes dan KK, Semarang Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2003 Boentarto, Mengelas Karbit, Solo, Aneka, 1997 Corwin, Elizabeth J, Buku Saku Patofisiologi, Terjemahan Brahm U. Pendit. Jakarta, EGC, 2000 Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat, Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 1990 Direktorat Hilir Bidang Pemasaran dan Niaga, Buku Panduan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kerja, Jakarta, Pertamina, 2002 Edi S. Affandi, Sindrom Penglihatan Komputer, Majalah Kedokteran Indonesia, No. 03/Vol. 55/Februari 2005. Gabriel, J. F, Fisika Kedokteran, Jakarta, EGC, 1995 Herry Sonawan dan Rochim Suratman, Pengantar untuk Memahami Proses Pengelasan Logam, Bandung, ALFA BETA, 2004 Maman Suratman, Teknik Mengelas Asetilin, Brazing, dan Las Busur Listrik, Bandung, Pustaka Grafika, 2001 Mukhlis Akadi,Dasar-Dasar Proteksi Radiasi, Jakarta, Rineka Cipta, 2000 Sidarta Ilyas, Katarak ( Lensa Mata Keruh ), Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 1997 Soekidjo Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, RINEKA CIPTA, 2002 Sumamur P. K, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta, Gunung Agung, 1996
45
Lampiran 1
Jumlah
46
Lampiran 2
Jumlah
47
y = a + bx y = 13,23 + 0,087 X
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah
Pemakaian kacamata Ketajaman Penglihatan Variabel ( X ) Variabel ( Y ) 15 26.28 15 26.28 18 28.89 15 26.28 17 28.08 14 25.41 16 27.15 16 27.15 17 28.08 15 26.28 17 28.08 16 27.15 15 26.28 17 28.08 15 26.28 16 27.15 15 26.28 16 27.15 16 27.15 15 26.28 18 28.89 16 27.15 14 25.14 15 26.28 18 28.89 16 27.15 15 26.28 14 25.41 15 26.28 15 26.28 472 807.51
48