You are on page 1of 100

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

Oleh : KELOMPOK 83

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

Oleh :
SUYONO M.FAJAR PUSPO N. RANDY DWI ANGGRIAWAN PANY RUDIANYO NUR HALIM ELY MARATU SHOLIHAH SITI SUFIYAH ADAWIYAH LISTY FUJI LESTARI (115080300111142) (115080300111136) (115080300111130) (115080300111144) (115080300111146) (115080300111140) (115080300111132) (115080300111138)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

Oleh : KELOMPOK 83

Mengetaui, Dosen Pengampu Biologi Dasar Koordinator Asisten Praktikum Biologi Dasar

Asus Maizar Suryanto H.,S.Pi NIP: 19720529 200312 1 001

Fajar Dita Pranata NIM: 0910810028

Praktikum 1 : PENGENALAN MIKROSKOP

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Mikroskop (bahasa Yunani, Mikros : Kecil, Scopien : Melihat) adalah alat

untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat oleh mata kasar. Ilmu yang mempelajari benda kecil yang menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopi berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata. Jenis paling umum dari mikroskop, dan yang pertama diciptakan adalah mikroskop optis ( Wikipedia, 2011 ) Mikroskop merupakan alat bantu utama dalam melakukan pengamatan dan penelitian dalam bidang biologi, karena dapat digunakan untuk mempelajari struktur benda-benda kecil. Mikroskop pertama kali ditemukan oleh seorang berkebangsaan Belanda. Antony Van Leuwonhuk. Mikroskop yang ditemukan yaitu mikroskop sederhana (berlensa tunggal), pada tahun 1600 Hans dan Zakarias Jansen menemukan mikroskop yang lebih canggih yaitu mikroskop majemuk (berlensa ganda). Mikroskop sederhana dan mikroskop majemuk merupakan mikroskop cahaya, dimana keduanya memanfaatkan pancaran cahaya untuk membentuk bayangan benda. Seiring berjalannya waktu pada tahun 1932 klorofil dan raksa menemukan mikroskop elektron. Mikroskop elektron menggunakan berkas elektron sebagai pengganti cahaya untuk membentuk bayangan benda (Wildan, 2003) Dari berbagai mikroskop itu ada yang bernama mikroskop elektron yang memiliki perbesaran paling tinggi, dapat memperbesar benda sampai 500.000 kali. Mikroskop ini menggunakan elektron sebagai ganti cahaya pada mikroskop cahaya (Guru Ngeblog, 2008). 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud melakukan praktikum ini adalah mengetahui mikroskop binokuler. Cara penggunaan, pemeliharaan, dan cara penggunaan preparat serta mengetahui sel dan benda-benda kecil lainnya yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Tujuan dilakukan praktikum adalah untuk praktikan dapat mengetahui bagian-bagian mikroskop binokuler beserta fungsinya masing-masing, serta bagaimana membuat preparat dan meneliti benda-benda kecil yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. 1.3 Waktu dan Tempat Kami melakukan Praktikum Biologi Dasar ini tentang Pengenalan Mikroskop yang dilaksanakan hari Kamis tanggal 29 September 2011 pukul 18.00-20.00 WIB, bertempat di Gedung C lantai 1, Laboratorium IIP (Ilmu-Ilmu Perairan) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian Mikroskop Mikroskop adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk

dilihat dengan mata telanjang. Kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah dilihat dengan mata (Wikipedia, 2007). Antony Van Leunwenhoek orang pertama yang menggunakan mikroskop walaupun dalam bentuk sederhana pada bidang mikrobiologi. Kemudian pada tahun 1600 Hans dan Z Jansen telah menemukan mikroskop yang lebih maju dengan nama mikroskop ganda. Mikroskop berasal dari kata mikro yang berarti kecil dan scopium (penglihatan). Mikroskop adalah suatu benda yang berguna untuk memberikan bayangan yang diperbesar dari benda-benda yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Mikroskop terdiri dari dua lensa cembung yaitu lensa objektif dan lensa okuler. Baik objektif maupun okuler dirancang untuk perbesaran yang berbeda (Purba, 1999). Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati objek yang berukuran sangat kecil. Mikroskop yang dirakit dari lensa optik memiliki kemampuan terbatas dalam memperbesar ukuran objek. Hal ini karena batas difraksi cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang cahaya. Mikroskop elektron mempunyai kemampuan perbesaran objek atau resolusi yang lebih tinggi dibanding mikroskop optik (Mawar putri, 2009). 2.2 Sejarah Ditemukannya Mikroskop Untuk yang pertama kalinya, mikroskop ditemukan oleh seorang berkebangsaan Belanda Antony Van Leuwenhoek. Mikroskop yang ditemukan yaitu mikroskop sederhana (berlensa tunggal). Kemudian pada tahun 1600 Hans dan Zaccharias Jansen telah menemukan mikroskop yang lebih maju dengan nama mikroskop majemuk (berlensa ganda). Mikroskop sederhana dan mikroskop majemuk merupakan mikroskop cahaya, dimana keduanya

memanfaatkan pancaran cahaya (matahari) untuk membentuk suatu bayangan benda . Seiring berjalannya waktu pada tahun 1932 Knall dan Ruska menemukan mikroskop elektron menggunakan berkas elektron, mikroskop elektron sebagai pengganti cahaya untuk membentuk bayangan benda (Wildan, 2003). Dalam perkembangannya mikroskop mampu mempelajari organisme

hidup yang berukuran kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata kasar. Sehingga mikroskop memberikan kontribusi penting dalam penemuan

mikroorgnisme dan perkembangan sejarah mikrobiologi. Salah satu penemu sejarah mikrobiologi dengan mikroskop adalah Antonie Van Leuwenhoek (16321723) tahun 1675 Antonie membuat mikroskop dengan kualitas lensa yang cukup baik, dengan menumpuk lebih banyak lensa sehingga dia bisa mengamati mikroorganisme yang terdapat pada air hujan yang mengggenang dan air jambangan bunga, juga dari air laut dann banhan pengorekan gigi. Ia menyebut benda-benda bergerak tadi dengan `animaloule (Kaskus, 2010). Sejarah ditemukannya mikroskop sejalan dengan penelitian terhadap mikrobiologi, yang memasuki masa keemasan saat berhasil mengamati jasad renik. Pada tahun 1664 Robert Hooke, menggambarkan struktur reproduksi dari moulds, tetapi orang pertama yang dapat melihat mikroorganisme adalah seorang pembuat mikroskop dengan kontruksi sederhana. Dengan mikroskop tersebut, yaitu Antony Van Leuwenhoek (1632-1723) yang berkebngsaan Jerman dapat melihat organime kecil mikroorganisme (Kusnadi, 2003). 2.3 Macam macam Mikroskop Mikroskop Cahaya Mikroskop cahaya memiliki perbesaran 1000 kali. Mikroskop cahaya memiliki tiga dimensi lensa yaitu lensa objektif, lensa okuler, dan lensa kondensor. Lensa objektif dan lensa okuler teletak pada kedua ujung tabung mikroskop. Pada ujung bawah mikroskop terdapat dudukan lensa objektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih ( Wildan, 2003).

Mikroskop Stereo Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda yang berukuran relatif besar. Mikroskop stereo memiliki per besaran 7 sehingga 30 kali. Benda yang diamati dengan mikroskop ini dilihat secara 3 dimensi. Lensa terdiri dari Lensa Okuler dan Lensa Objektif. Pada bagian bawah mikroskop terdapat meja preparat. Pada daerah dekat lensa objektif terdapat lampu yang dihubungkan dengan transformator (Kaskus, 2007).

Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda berukuran relatif besar. Mikroskop stereo memiliki perbesaran 7 hingga 30 kali. Benda yang dilihat dengan mikroskop ini dapat dilihat dengan 3 dimensi. Komponen utama mikroskop stereo hampir sama dengan mikroskop cahaya (Wikipedia, 2011).

Mikroskop Elektron Mikroskop yang mampu melakukan pembesaran objek sampai dua juta kali, menggunakan elektron statik dan elektro maknetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya. Mikroskop eektron menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi elektro megnetik yang lebih pendek dibanding mikroskop cahaya (Wildan, 2003).

Mikroskop elektron adalah mikroskop mampu untuk melakukan perbesaran objek sampai 2 juta kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro maknetik. Untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya. Mikroskop elektron menggunakan lensa kaca dan terlalu rumit serta mahal dalam pekerjaan sehari-hari (valk,Wheeler, 1998).

Mikroskop Ultraviolet Suatu variasi dari mikroskop cahaya biasa adalah mikroskop ultraviolet. Karena cahaya ultraviolet memiliki panjang gelombang yang lebih pendek dari cahaya yang dapat dilihat. Penggunaan cahaya ultraviolet untuk pencahayaan dapat meningkatkan daya pisah menjadi 2 kali lipat daripada mikroskop biasa. Batas daya pisah menjadi medium. Karena cahaya ultraviolet tak dapat dilihat oleh mata manusia, bayangan benda harus direkan pada prirngan peka cahaya photografi plate (wikipedia, 2007)

Mikroskop Pender (Flourenscene Microscope) Mikroskop pender dapat digunakan untuk menndeteksi benda asing atau Antigen (bakteri, ricketsa, atau virus) dalam jaringan (Wikipedia, 2001).

Mikroskop Medan Gelap Mikroskop medan-gelap digunakan untuk mengamati bakteri hidup khususnya bakteri yang begitu tipis yang hampir mendekati batas daya mikroskop majemuk. Perbedaanya dari mikrroskop majemuk biasa adalah dalam hal kondensor khusus yang dapat membentuk kerucut hampa berkas cahaya yang dapat dilihat (Fanny, 2008).

Mikroskop Fase Kontras Cara ideal untuk mengamati benda hidup adalah dalam keadaan alamiahnya : tidak diberi warna dalam keadaan hidup, nmun pada galibnya fragma benda hidup yang mikroskopik tembus cahaya sehingga pada masing-masing tincram tak teramati, kesulitan ini dapat diatasi dengan menggunakan mikroskop fase kontras (Wikipedia, 2004).

Mikroskop Konkas Fase Mikroskop konkas fase mempunyai sistem benda yang

menghasilkan bayanagan yang terlihat dari objek transparan, prinsip mikroskop konkas fase adalah berdasarkan kenyataan

bahwa kecepatan cahaya akan berubah ketiak menerobos struktur sel dan ekstra sel dengan indek repraksi yang berbeda-beda (Voh, 1988). 2.4 Bagian-bagian Mikroskop dan Fungsinya Lensa okuler dan perbesarannya 10x. Lensa ojektif :untuk mengamati benda tetapi lebih dekat

: untuk memperbesar benda yang diamati

dengan benda yang diamati dan memiliki perbesaran 4, 10, 40, dan 100.. Tabung mikroskop Meja Preparat Penjepit Pemutar kasar Pemutar halus : alat untuk transportasi penglihatan. : untuk meletakkan objek/benda. : untuk menjepit objek glass. : untuk menaik turunkan meja preparat. : untuk lebih memfokuskan dengan

kecepatan yang lebih rendah. Lampu Diafragma Tombol on/off mikroskop. Lengan mikroskop Kaki mikroskop 2010) Lensa okuler pada mikroskop berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop terdapat tempat dudukan lensa objektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Dibawah tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. (Yonn, 2008). Bagian-bagian mikroskop dan fungsinya Bagian optik yang terdiri dari kondensor, lensa objektif dan lensa okuler. Bagian nonoptik yang terdiri dari kaki dan lengan mikroskop, diafragma, meja objek, pemutar halus dan pemutar kasar, penjepit kaca objek dan sumber cahaya (wikipedia, 2008). : sebagai pegangan : sebagai penyangga mikroskop.(wikipedia, : untuk memberi cahaya. : untuk mengatur banyaknya sedikit cahaya. : untuk menghidupkan dan mematikan

BAB III METODOLOGI

3.1

Alat dan Fungsi Alat alat yang digunakan dalam praktikum : Mikroskop Objek glass Cover glass Gunting Pinset Pipet tetes Tissue yang kotor. : Untuk mengamati objek dan pergerakan yang

halus pada objek yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. : Untuk menempatkan objek yang akan diamati. : Untuk menutup objek yang akan diamati. : Untuk memotong objek yang akan diamati. : Untuk mengambil potongan koran. : Untuk mengambil cairan yang akan diteteskan,

pada objek glass. : Untuk membersihkan objek glass dan cover glass

3.2

Bahan dan Fungsi Bahan-bahan yang digunakan dalam Praktikum : Potongan kertas koran fungsinya Ketela pohon fungsinya Aquadest fungsinya yang diamati. Paramecium fungsinya Larutan Y-KY fungsinya yang diamati. Daun hydrilla fungsinya Ephitelium squamosum pipi fungsinya Larutan biru methilene fungsinya yang diamati. Lugol fungsinya diamati. : Penjelas paramecium yang : Sebagai objek yang diamati. : Sebagai objek yang diamati. : Untuk memperjelas objek : Sebagai objek yang diamati. : Untuk memperjelas objek : Sebagai objek pengamatan. : Sebagai objek pengamatan. : Untuk memperjelas objek

3.3 3.3.1

Skema Kerja Pembuatan Preparat Disiapkan kertas koran

Dipotong / digunting huruf a

Diletakkan diatas objek glass

Ditetesi aquadest

Ditutup dengan coverglass dengan sudut 45

hasil 3.3.2 Pengamatan Mikroskop

Disiapkan mikroskop

Dihubungkan kabel mikroskop ke listrik

Dinyalakan saklar mikroskop

Diletakkan preparat dimeja preparat

Diatur fokusnya

Diamati

Hasil

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 4.1.1

Analisa Prosedur Pembuatan Preparat Langkah awal dalam pengamatan preparat adalah persiapkan terlebih

dahulu mikroskop fungsinya untuk memperbesar bayangan suatu benda yang kecil. Kemudian praktikan menyediakan alat dan bahan. Alat-alat yang dibutuhkan diantaranya : Objek glass fungsinya untuk meletakkan benda yang akan diamati, cover glass fungsinya sebagai penutup objek yang akan diamati, pinset fungsiya mengambil sampel kecil yang akan diamati, gunting fungsinya untuk menggunting potongan koran, dan pipet tetes fungsinya untuk mengambil larutan dalam skala kecil. Sedangkan untuk bahannya ialah : potongan kertas koran/ huruf a. Langkah selanjutnya adalah siapkan kertas koran, kemudian gunting huruf a, lalu letakkan diatas objek glass, setelah itu tetesi huruf a tersebut dengan aquades, tutup dengan cover glass dengan sudut 45. Langkah terakhir, letakkan objek glass pada mikroskop, pastikan objek glass tidak bergerak, atur fokus lensa objektif dan lensa okuler, sehingga terlihat objeknya dan diamati. Lalu catat dibuku sebagai bahan laporan. 4.1.2. Pengamatan Mikroskop Pada pengamatan mikroskop, pertama-tama praktikan harus

mempersiapkan mikroskopnya, kemudian hubungkan kabel mikroskop ke listrik yang telah tersedia. Setelah itu, nyalakan saklar mikroskopnya. Letakkan preparat dimeja preparat secara perlahan, atur fokus lensa objektif dan lensa okuler, dan terakhir adalah amati, kemudian catat dibuku sebagai bahan laporan.

4.2

Analisa Hasil Setelah melakukan berbagai pengamatan dengan menggunakan

mikroskop, kita dapat mengetahui sebenarnya mikroskop itu apa? Seperti apa bentuknya? Fungsinya apa? Dan penerapannya bagaimana dalam kehidupan? Disini kita dapati bagian-bagian penting dalam mikroskop, cara

pengoperasiannya dan sifat bayangan yang dihasilkan. Seperti yang telah kita amati bahwa bayangan yang dihasilkan pada lensa okuler adalah maya, terbalik, diperbesar. 4.2.1 Gambar sebelum dimikroskop

4.2.2

Gambar sesudah dimikroskop

4.3 4.3.1

Data Hasil Pengamatan dan Gambar Gambar diambil dari literatur

(googleimage, 2011)

Keterangan 1.

: berfungsi untuk meneruskan bayangan dari lensa

Lensa okuler

objektif. Lensa okuler menggunakan lensa cembung dengan perbesaran 10x. 2. Lensa mikroskop berfungsi sebagai penyangga dan pegangan saat memindahkan mikroskop. 3. Pemutar halus berfungsi untuk memperoleh fokus objek secara

perlahan agar dapat memperoleh fokus objek yang tepat. 4. Pemutar kasar berfungsi untuk memperoleh fokus objek dengan cepat. 5. 6. Kaki mikroskop berfungsi untuk menyangga tubuh mikroskop. Pengatur cahaya berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya. 7. 8. Sumber cahaya berfungsi untuk memperjelas objek yang diamati. Pengatur meja preparat bawah berfungsi untuk menggerakkan meja preparat kekiri dan kekanan. 9. Pengatur meja preparat atas berfungsi untuk menggerakkan meja preparat keatas dan kebawah. 10. Meja preparat berfungsi untuk tempat meletakkan objek glass. 11. Lensa kondensor berfungsi untuk mengumpulkan cahaya. 12. Lensa objektif berfungsi untuk menangkap dan memperbesar bayangan dari objek dengan pembesaran bervariasi 4x, 10x, 40x, dan 100x. 13. Penjepit preparat berfungsi untuk menjepit objek glass agar tidak bergerak saat diamati. 14. Revolver berfungsi sebagai memutar lensa objektif yang diinginkan.

BAB V PENUTUP

5.1

Kesimpulan Dari praktikum mengenai mikroskop dapat disimpulkan bahwa : Mikroskop mempunyai sifat bayangan maya, terbalik, diperbesar. Praktikan dapat megetahui bagian0bagian mikroskop dan

fungsinya masing-masing. 5.2 Saran Dalam penggunaan mikroskop hendaknya dilakukan dengan hati-hati karena mikroskop memiliki beberapa lensa utama sebagai fungsi utama mikroskop. Praktikan perlu memahami bagian-bagian mikroskop beserta fungsinya agar mempermudah melakukan praktikum/ pengamatan terhadap benda-benda kecil. Praktikan menyadari bahwa penulisan laporan ini jaauh dari smpurna, maka kritik dan saran sangat membantu untuk perbaikan laporan ini. Praktikan mengetahui pengrtian dan sejarah terciptanya

mikroskop. Praktikan mengetahui macam-macam mikroskop.

DAFTAR PUSTAKA

Johia, mawar putri. Pengeertian mikroskop. http :// www.google.com Diakses pada tanggal 1 Oktober 2011 pukul 08.45 WIB. Kusnadi. 2003. Sejarah mikroskop. http:// www. google.com Diakses pada tanggal 1 Oktober 2011 pukul 19.30 WIB. Wikipedia. 2003. Macam-macam mikroskop. http: // www. wikipedia.com Diakses pada tanggal 1 Ok tober 2011 pukul 09.00 WIB. Wikipedia. 2004. Macam-macam mikroskop. http:// www. wikipedia.com Diakses pada tanggal 1 Oktober 2011 pukul 19.15 WIB. Wikipedia. 2007. Pengertian mikroskop. http:// www. wikipedia.com Diakses pada tanggal 1 Oktober 2011 pukul 19.00 WIB. Wildan. 2003. Sejarah mikroskop. http:// www.google.com Diakses pada tanggal 1 Oktober 2011 pukul 08.30 WIB.

Praktikum 2 : CIRI-CIRI SEL TUMBUHAN DAN SEL HEWAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Seluruh makhluk hidup tersusun atas sel. Sel adalah unit dasar kehidupan, Dalam kingdom monera dan protista, keseluruhan ogranisme tersusun atas sel tunggal. Pada abad ke-19, sel dideskripsikan sebagai sesuatu yang Sekedar memiliki membrane pembatas di bagian luar, nucleus yang terletak di dalam dan suatu massa besar sitoplasma yang mengelilingi nucleus. Hanya sedikit, yang telah mengetahui mengenai sel selain kenyataan bahwa sel ada. Akan tetapi, metode-metode yang semakin maju untuk menyelidiki sel lamakelamaan membuat para peneliti dapat mengetahui struktur - stuktur internal sel (George, 2005).

Teori sel tidak langsung membawa periode baru dalam ilmu pengetahuan walaupun mikroskop sudah dimanfaatkan, penelitian menarik tentang selmasih menunggu perkembangan lain dalam teknologi yaitu zat warna yang

menyebabkan struktur sel dapat terlihat lebih jelas. Hal ini terjadi dengan pesatnya berkat perkembangan pengetahuan kimia disekitar tahun 1850 dan 1860an. Tidak lama kemudian setiap proses hidup dituangkan dengan suatu tipe sebagai satuan struktur, tetapi juga sebagai satuan fungsi (George John, 1993).

Setiap sel bergantung pada sel-sel lain untuk melakukan fungsi-fungsi yang tidak dapat dilakukan sendiri. Selain itu, walaupun tipe sel itu bermacammacamterdapat persamaan tertentu. Pada sifat-sifat bentuk dan fungsional,yang lazim bagi kebanyakan sel (Soetarmi, 1993). 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari kegiatan praktikum biologi dasar tentang ciri-ciri sel tumbuhan dan sel hewan serta agar menerapkan penggunaan mikroskop dapat sekaligu binokuler dengan baik dan benar.

Tujuan diadakan praktikum biologi ini adalah melalui praktikum ini adalah melalui praktikum ini, kita dapat memahami ciri-ciri sekaligus dapat membedakan sel tumbuhan dan sei hewan serta dapat menerapkannyapenggunaaan mikroskop dengan baik dan tepat.

1.3

Waktu dan Tempat

Praktikum biologi dasar ini tentang sel tumbuhan, sel hewan dan bendabendakecil lainnya, yang dilaksanakan pada hari kamis tanggal 29 september 2011 pukul 18.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB dan bertempat di gedung C lantai 1 Laboratorium. IIP (Ilmu-Ilmu Perairan) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.

BAB II TINJAUN PUSTAKA

2.1

Pengertian sel

Sel merupakan satuan srtuktural yang fundamental dan fungsional bagi kehidupan makhluk hidup (Tungueira, 1980}.

Sel adalah unit dasar kehidupan. Dalam kingdom monera dan protista, keseluruhan organism tersusun atas sel tunggal. Pada kebanyakan fungsi dan dalam kingdom hewan dan tumbuhan. Organisme adalah susunan yang luar biasa kompleks dari sel-sel yang triliun banyaknya (Leon, 1989).

Menurut penelitian yang tengah berkembang dari abad ke abad, telah disimpulkan bhwa sel adalah kesatuan fungsional makhluk hidup. Sebagai penyusun makhluk hidup/unit (Harmanto, 2003). 2.2 Sejarah Penemuan Sel structural makhluk hidup dan unit reproduksi

Sel pertama kali dikenal oleh Robert Hooke pada tahun 1665, dengan menggunakan mikroskop sederhana mengamati sayatan gabus. Dari hasil

pengamatan tampak ruang-ruang kecil yang disebut sel. Ilmuan-ilmuan yang turut melakukan penelitian adalah : Felix Durjadin, Prancis : bahwa sel tersusun oleh substansi atau cairan yang disebut protoplasma. Johanes Purkinya menyatakan istilah protoplasma pertama kali pada cairan sel. Thoeder Schwan, sel merupkan komponen dasar dari semua makhluk hidup. Rudolf Virchow : setiap sel berasal dari sebelumnya. Max Schultze : Bahwa protoplasma merupakan substansi hidup bagi sel hewan dan tumbuhan (Herman, 1988)

Theoder Schwan melakukan penelitian dengan cara sama yaitu dengan menggunakan mikroskop. Dan dia menyatakan bahwasel merupakan komponen dasar dari semua makhluk hidup (Relf, 1978) Sel pertama kali ditemukan oleh Robert Hooke (yang hidup pada tahun 1635-1703) yang mengamati sel gabus dengan menggunakan mikroskop sederhana. Ternyata sel gabus tersebut tampak seperti ruangan-ruangan kecil. Maka dipilihlah kata dari bahasa latin yait cellula yang berarti kamar kecil untuk menamai objek yang telah ditemukan itu (Schaums, 2000). 2.3 Bentuk-bentuk sel dan contohnya

Dinding Sel, berfungsi untuk memberi bentuk tubuh pada sel. Plastida, burfungsi untuk melangsungkan fotosintesis pada reaksi terang dan gelap sehingga terbentuk glukosa yangtertentu yaitu kromoplas. Vakuola, sebagai penyimpan cadngan maknn. Membran sel, untuk melindungi sel Retiklum Endoplasma, sebagai tempat sintesis protein, transpor protein dan lipit ke organ lain dan sebagai tempat sintesis lemak. Ribosom, sebagai tempat sintesis protein. Lisosom, menerima zat makanan hasil fotosintesis dan pinosintesis, menghancrkan benda dari luar sel. Badan Golgi, berfungsi dalam sekresi dan sekresi. Mitokondria, sebagai sumber energi sel. Nukleus, berfungsi mengatur seluruh aktivitas sel (Wikipedia, 2005)

Diantara bentuk sel adalah pipih, bentuknya tipis dan trnsparan contohnya ephitellium, memanjang yaitu bentuknya sangat panjang bersambungsambungseperti mmbentuk rantai yang panjang. Contohnya adalah sel saraf (Eka, 2004).

Bentuk-bentuk sel itu bemacam-macam, ada yang pipih, memanjang, beraturan (bentuknya teratur dan bias mmbentuk suatu pola trtentu). SEagai contohnya adalah baktei dan ada pula yang bentuknya tidak beraturan seperti amoea (Wikipedia, 2004).

2.4

Bagain-Bagian Sel dan Fungsinya

Bagian hidup Komponen protoplasma) terdiri atas inti dan sitoplasma termasuk cairan struktur sel sepeti mitokondria, adan golgi dan lain-lain. Bagian mati (inklusio)terdiri atas dinding sel dan isi vakuola (Gurublog, 2010).

Macam-macam bentuk sel antara lain adalah ikonkaf yang sebagai contohnya adalah sel darah merah, spiral, bentuknya seperti par sepeda motor sebagai contohnya jaringan xylem dan flom, ulat contohnya nucleus (Haryo, 1996). 2.5 Perbedaan Sel Hewan dan Sel Tumbuhan Menurut Loope(2000), tabel perbedaan antara sel hewan dan sel tumbuhan.

Sel Hewan Tidak memiliki dinding sel Tidak memiliki plastida Bentuk tidak tetap Jumlah mitokondria relatif banyak Vakuola banyak dengan ukuran relatif kecil Sentrosom dn sentriol jelas

Sel Tumbuhan Memiliki dinding sel Memiliki plstida Bentuk tetp Jumlah mitokondria relatif sedikit Vakuola sedikit dengan kuran relatif besar Sentrosom dan sentriol tidak jelas

Diantara perbedaan sel hewan dan sel tumbuhan antara lain sel hewan tidak memiliki dinding sel, tidak memiliki plastida, memiliki lisosom, sentrosom, timbunan, zat berupa lemak dan glikogen, bentuk tidak tetap, pada hewan tertentu memiliki vakuola (kecil) (Siswanto, 2001).

Yang membedakan dengan sel tumbuhan memiliki dinding sel, umumnya memiliki plastida, tidak memiliki lisosom, sentrosom, timbunan zat berupa pati, memiliki bentuk tetap, vakuola besar-besar dan banyak (Wikipedia, 2005)

III. METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan Dalam Praktikum sel Hewan dan sel Tumbuhan alat yang digunan, kop : Untuk mengamati objek dan pergerakan yang halus pada objek yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang Objek glass Cover glass Gunting Pinset Pinset tetes Tissue : Untuk menempatkan objek yang akan diamati : Untuk menutup objek yang akan diamati : Untuk memotong objek(Koran yang akan diamati) : Untukmengambil potongan Koran : Untuk mengambil aquades yang diteteskan pada objek yang diamati : Unyuk membersihkan objek glass dan cover glass yang kotor Batang korek api : Untuk mengambil ephitelium squamasum pipi Jarum pentul : Untuk mengambil batang ketela pohon

3.2

Bahan dan Fungsi Dalam Praktikum sel Hewan dan Tumbuhan bahan yang digunakan adalah Potongan kertas Koran Aquades Paramacium Larutan Y-KY Daun Hidrilla Larutan Biru Methilen Lugol : Sebagai objel pangamatan : Untuk memperjelas objek yang diamati : Sebagai objek yang diamati : Untuk memperjelas objek : Sebagai objek yang diamati

Ephitelium Squamasum Pipi : Sebagai objek yang diamati : Untuk memperjelas objek yang diamati : Untuk memperjelas objek yang diamati

3.3

Skema Kerja 3.3.2 Paramecium

3.3.1 Ketela pohon

Diambil ketela pohon dengan jarum pentul

Diambil paramecium dengan pipet tetes

Diletakkan diatas objek glass

Diletakkan di atas objek glass

Ditetesi dengan larutan Y-KY

Ditetesi dengan larutan lugol

Ditutup dengan cover glass dengan sudut 45o

Ditutup dengan cover dengan sudut 450

Diamati dengan menggunakan mikroskop HASIL

Diamati menggunakan Mikroskop

HASIL

3.3.3

Hidrilla

3.3.4 Ephitelium Squamosum pipi Dikorek bagian dalam pipi dengan batan korek api

Diambil atau disayat

Diletakkan di atas objek glass

Ditutup dengan cover glass dengan sudut 450

Di oleskan di atas diatas objek glass diatas objek glass diatas objek glass Ditetesi dengan larutan Methilene

Diamati menggunakan Mikroskop

Di tutup dengan cover glass dengan sudut 450

HASIL Diamati menggunakan Mikroskop

HASIL

BAB IV PEMBAHASAN

4.1

Analisa Prosedur Sebelum melakukan praktikum, praktikan diwajibkan untuk memahami

apa maksud dan tujuan praktikum dan bagaimana prosedur pelaksanaannya. Untuk praktikum biologi dasar tentang sel tumbuhan dan sel hewan, alat-alat yang digunakan diantaranya sebagai berikut : mikroskop digunakan untuk melihat benda-benda kecil yang tak terlihat oleh mata telanjang, objek glass untuk tempat media yang akan diamati, cover glass untuk menutup media diatas objek glass, washing bottle untuk tempat larutan, pipet tetes untuk mengambil cairan dalam skala kecil, jarum pentul untuk mengambil media yang sangat tipis, silet untuk mengiris media, lalu pinset untuk mengambil benda kecil. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan yaitu, ketela pohon, hydrilla, paramecium,

ephitelium squamosum pipi, aquades, larutan biru methylene, lugol dan larutan Y-KY. Setelah siap semua maka praktikum bisa dimulai.

4.1.1 Ketela pohon Pada pengamatan ketela pohon, pertama pastikan semua alat telah siapdan dalam keadaan bersih.Kemudian disayat ketela pohon dengan menggunakan silet.Gunakan jarum pentul untuk mengambil irisan ketela pohon.Kemudian letakkan di atas objek glass dan ditetesi dengan larutan Y-KY, lalu ditutup dengan cover glass.Letakkan objek glass di atas meja preparat.Amati menggunakan mikroskop.Dicatat hasilnya.

4.1.2 Hydrilla Pada pengamatan hydrilla, pastikan semua alat yang akan digunakan telah siap dan dalam keadaan bersih. Kemudian diambil daun satu lembar hydrilla dengan menggunakan pin set letakkan di atas objek glass, lalu ditetesi dengan aquades. Ditutup dengan cover glass.Kemudian diletakkan di atas meja preparat.Amati menggunakan mikroskop.Dicatat hasilnya.

4.1.3 Paramecium Pada pengamatan paramecium, pertama pastikan semua alat yang akan digunakan telah siap dan dalam keadaan bersih. Kemudian diambil paramecium dalam rendaman jerami dengan menggunakan pipet tetes.Kemudian diletakkan di atas objek glass, ditetesi dengan lugol.Lalu ditutup dengan cover glass.Kemudian diletakkan di meja preparat.Amati menggunakan

mikroskop.Dicatat hasilnya.

4.1.4 Ephitelium squamosum pipi Pada pengamatan ephitelium squamosum pipi, pertama pastikan semua alat telah siap dan dalam keadaan bersih. Kemudian diambil ephitellium squamosum pipi dengan menggunakan batang korek api pada bagian dalam pipi. Lalu diletakkan di atas objek glass, ditetesi dengan larutan biru methylene.Lalu ditutup dengan cover glass.Kemudian diletakkan di meja preparat.Amati menggunakan mikroskop.Dicatat hasilnya. 4.2 Analisa Hasil Sel merupakan segumpal protoplasma berinti sebagai individu yang berfungsi menyelenggarakan seluruh aktifitas untuk kebutuhan hidupnya. Atau dengan kata lain sel adalah unit struktural kehidupan dan merupakan unit fungsional dari kehidupan (Kertosapoetra,2004).

Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan, adapun data yang dihasilkan dari Praktikum Biologi Dasar tentang Sel Tumbuhan dan Sel Hewan adalah sebagai berikut :

No.

Bahan

Pengamatan

Keterangan Pengamatan pada gambar menggunakan perbesaran sampai 400 x. Pada gambar terlihat sel ketela pohon seperti titik-titik buram tidak jelas. Pengamatan pada gambar menggunakan perbesaran sampai 400 x. Pada gambar terlihat sel daun hydrilla berupa persegi panjang yang tersusun rapid an terdapat garis panjang di tengah Pengamatan pada gambar meggunakan perbesaran sampai 400 x. Pada gambar terlihat sel paramecium seperti bintikbintik merah. Pengamatan pada gambar menggunakan perbesaran sampai 400 x. Pada gambar terlihat sel ephitelium squamosum pipi bentuknya ada yang panjang dan ada yang tidak berbentuk.

1.

Ketela pohon

2.

Hydrilla

3.

Paramecium

4.

Ephitelium squamosum pipi

Dari gambar-gambar hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa bentubentuk sel bermacam-macam.

4.3 Gambar dan Hasil Pengamatan Berdasarkan analisa prosedur dan analisa hasil pengamatan tentang sel tumbuhan dan sel hewan, dapat diambil perbandingan gambar dan data hasil pengamatan sebagai berikut: No. Bahan Gambar Pengamatan Gambar Literatur Keterangan

1.

Ketela pohon

Perbesaran pengamatan sampai 400 x. Dapat dilihat dari literatur bentuk sel ketela pohon berbentuk persegi dan terdapat titiktitik di sekelilingnya. Perbesaran pengamatan sampai 400 x. Dari gambar literatur dapat disimpulkan bahwa sel daun hydrilla berbentuk persegi panjang dan tersusun rapi. Perbesaran pengamatan sampai 400 x. Dari gambar literatur dapat diketahui bahwa paramecium memiliki bulu atau rambut dan terdapat inti sel ditengahnya. Perbesaran pengamatan sampai 400 x. Dari gambar literatur dapat diketahui bahwa sel ephitelium squamosum pipi berbentuk panjang dan lonjong.

2.

Hydrilla

3.

Paramecium

4.

Ephitelium squamosum pipi

5. PENUTUP

5.1

Kesimpulan Setelah melakukan praktikum sel hewan dan buhan dapat disimpulkan

bahwa: Sel merupakan penyusun struktur kehidop[an yang paling kecil atau paling sederhana Pada selhewan bentuk sel tidak tetap karena tidak memiliki dinding sel ,sehingga membran sel dapat bergerak bebas Pada sel tumbuhan memiliki bentuk yang tetap karena memiliki dinding sel,sehingga membran sel tidak dapat bertgerak bebas Pada paraktikum mengenai sel hewan dan tumbuhan alat alat yang digunakan diantaranya :mikroskop binokuler,objek glass,tissue,silet,batang korek api,jarum pentul,dan cover glass 5.2 Saran

Setiap pangamatan dilakukan dengan teliti untuk mendapatkan hasil yang maksimal ,dan dalam menggunakan mikroskop cara mencari cahaya di putar pelan- pelan.

DAFTAR PUSTAKA

Harmantono, 2003. Pengertian sel dan macamnya. Http://www.google.com diakses pada 31 september 2011 pukl 09.00 WIB. Haryo, 1996. Pengertian sel dan bagiannya. Http://www.google.com diakses pada 31 september 2011 pukul 09.20 WIB. Leon, 1989. Pengertian sel. Http://www.google.com diakses tanggal 31 september 2011 pukul 08.40 WIB. Looper, 2000. Perbedaan sel hewan dan sel tumbuhan. \Http://www.google.com diakses pada tangga 31 september 2011 pukul 19.50 WIB. Rahma, 2001. Gambar sel. Http://www.google.com diakses pada 31 september 2011 pukul 20.30 WIB. Schoum, 2000. Sejarah penemuan sel. Http://www.google.com diakses tanggal 31 september 2011 pukul 18.30 WIB. Wikipedia, 2005. Bagian-bagian sel dan fungsinya. Http://www.google.com diakses tanggal 31 september 2011 pukl 18.45 WIB.

Praktikum 3 : Sistematika, Anatomi, Fisiologi, dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)

1. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Ikan Nila adalah ikan omnivora yang cenderung herbivore sehingga lebih

mudah beradaptasi dengan jenis pakan yang dicampur dengan sumber bahan nabati seperti bungkil kedelai,tepung jagung,tepung enceng gondok (Sayad,1999). Ikan Nila yang memiliki nama latin Oreochromis niloticus merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih memanjang serta warnanya putih kehitaman.Ikan Nila berasal dari sungai Nill dan danau sekitarnya ,ikan Nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal,seperti daging ikan kakap merah (Sugiarto,1988). Ikan Nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang ,ramping dan sisik berukuran besar.Panjang Ikan Nila dapat mencapai 30 cm dengan berat 2003). 300 gram untuk Ikan Nila dewasa (Rahmantiah,

1.2 1.2.1

Maksud dan Tujuan Maksud dilaksanakan Praktikum Biologi Dasar tentang

Sistematika,Anatomi,Fisiologi,dan Morfologi Ikan Nila adalah agar Praktikan mengetahui mikroskop binokuler,cara penggunaan,pemeliharaan dan cara penggunaan preparat serta untuk mengetahui bagian-bagian dari ikan nila dan bagian sisik ikan nila yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. 1.2.2 Tujuan dilaksanakan Praktikum Biologi Dasar tentang

Sistematika,Anatomi,Fisiologi,dan Morfologi Ikan Nila adalah untuk mengetahui bagian-bagian mikroskop binokuler serta fungsinya masing-masing serta bagaimana manggunakan preparat dan meneliti benda-benda kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang,sekaligus dapat mengetahui Sistematika,Anatomi,Fisiologi,dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis Niloticus).

1.3 1.3.1

Waktu dan Tempat Waktu dilaksanakan Praktikum Biologi Dasar tentang

Sistematika,Anatomi,Fisiologi,dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) dilaksanakan pada hari Kamis,tanggal 6 Oktober 2011 pukul 18.00 20.00 WIB. 1.3.2 Tempat dilaksanakan Praktikum Biologi Dasar tentang

Sistematika,Anatomi,Fisiologi,dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) dilaksanakan di Gedung C lantai 1 Laboraturium IIP (Ilmu-ilmu Perairan) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang.

2.TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Deskripsi Ikan Nila Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) merupakan spesies yang berasal dari

kawasan sungai Nill dan danau-danau sekitarnya di Afrika.Bentuk tubuh memanjang ,pipih kesamping dan warna putih kehitaman.Jenis ini merupakan ikan konsumsi air tawar yang banyak dibudidayakan dilebih dari 85 negara.Saat ini telah tersebar kenegara beriklim tropis dan subtropics,sedangkan diwilayah diiklim dingin tidak dapat hidup dengan baik (Sugiarto,1988). Bibit ikan didatangkan di Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air tawar pada tahun 1969.Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi,barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di Indonesia.Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan (BAPPENAS RI,2000). Nila mempunyai sifat omnivore (pemakan nabati maupun hewani) yang dapat memanfaatkan plankton dan perifiton,serta dapat mencerna Blue Green Algae sebagai makanan alami.Nila merupakan jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara luas di Indonesia (Direktorat Usaha,2010). 2.2 Klasifikasi Klasifikasi Ikan Nila sebagai berikut : Kelas Sub kelas Ordo Sub ordo Genus Species : Osterchthyes : Acanthopthrigil : Percomorphi : Pecordeae : Oreochromis : Oreochromis Niloticus (Tamhudi,2009).

Klasifikasi Ikan Nila sebagai berikut : Phyllum : Cordata

Sub Phyllum : Vertebrata Class Sub class Family Genus Species : Pisces : Acanthopterigri : Cichidae : Oreochromis : Oreochromis SP (Usniari,2008).

Klasifikasi Ikan Nila sebagai berikut : Kelas Sub kelas Ordo Sub ordo Family Genus Species : Osterchthyes : Acanthopterigri : Percomorphi : Percordea : Cichlidae : Oreochromis : Oreochromis Niloticus (Sugiarto,1988).

2.3

Morfologi Ikan Nila mempunyai ciri ciri sebagai berikut : Bentuk badan pipih kesamping memanjang Mempunyai garis vertikal sepanjang tubuh 9 11 buah Garis garis pada sirip ekor berwarna merah sejumlah 6 12 buah Pada sirip punggung terdapat garis garis miring Mata tampak menonjol dan besar (Direktorat Usaha,2010).

Berdasarkan Morfologinya,kelompok ikan Oreochromis ini memang berbeda dengan kelompok Tilapia.Secara umum,bentuk tubuh ikan Nila panjang dan ramping,dengan sisik berukuran besar,matanya besar (menonjol),bagian tepinya berwarna putih,guratsisi (linea lateralis) terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut tetapi letaknya lebih kebawah dari pada letak garis yang memanjang diatas sirip dada.Jumlah sisik pada guratsisi jumlahnya 34 buah,sirip punggung,sirip perut,dan sirip dubur mempunyai jari jari lemah tetapi keras dan tajam seperti duri.Sirip punggungnya berwarna hitam,bagian pinggir sirip berwarna abu abu atau hitam (Khairul dan Khoiruman,2008).

2.4

Anatomi Ada 10 sistem anatomi pada tubuh ikan Nila diantaranya adalah : Sistem penutup tubuh (kulit) ; sisik , kelenjar , racun , lendir , dan sumber perwarnaan Sistem otot (urat daging) ; penggerak tubuh , sirip sirip , insang , organ listrik Sistem rangka (tulang) ; tempat melekatnya otot otot pelindung organ dalam dan penegak tubuh (Ainun,2009). Sistem pernafasan ; organya terutama insang Sistem peredaran darah (sirkulasi) ; organya jantung dan sel sel darah yang mengedarkan , nutrisi dsb.

Sistem pencernaan ; organnya saluran pencernaan dari mulut ke anus Sistem saraf ; organnya otak dan saraf saraf tepi Sistem hormon ; kelenjar kelenjar hormon Sistem ekskresi dan osmoregulasi ; organnya ginjal Sistem reproduksi dan embriologi ; gonad jantan dan betina (Metanisyah,2009).

2.5

Sistem Pencernaan Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melalui cara fisik

dan kimia sehingga menjadi sari sari makanan yang mudah di serap di dalam usus , kemudian diedarkan keseluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah.Sistem pencernaan ikan Nila terdiri dari 2 bagian yaitu saluran pencernaan (mulut , rongga mulut , dan anus ),dan kelenjar pencernaan (hati dan pancreas). Untuk manghasilkan enzim pencernaan yang nantinya akan bertugas mambantu proses penghancuran makanan (Zaldi,2010). Pertumbuhan ikan Nila sangat tergantung pada kualitas ransum dan system pencernaan. Ikan Nila termasuk ikan omnivora dengan organ pencernaan yang lengakap sebagai tempat hidupnya ekosistem abiotik berupa mikroflora yang hidup disekelilingnya.Kinerja mikroflora dapat ditingkatkan melalui

penambahan mikroflora eksogen sebagai tambahan pakan untuk membantu meningkatkan daya cerna dan efisiensi pakan (Mulyani,2008). Rongga Peutorial terdiri dari lambung , hati , dan organ

pencernaan.Rongga Peukardial terletak pada anteriol ruangg peutorial.Pada bagian Peritorium yang dipotong , dapat dilihat hati bagian bawahnya terdapat esophagus , lambung , usus halus.Dibagian anterior usus bwahnya terdapat usus besar dan bagian akhir terdapat anus (Tyte dan Meyer,2005).

2.6

Sistem Ekskresi dan Reproduksi Ikan Nila memiliki system ekskresi berupa ginjal dan suatu lubang

pengeluaran yang disebut lubang urogenital , ialah lubang tempat bermuaranya saluran ginjal dan yang berada tepat dibelakang anus.Ginjal pada ikan yang hidup di air laut memiliki glomelurus sehingga perisa hasil metabolisme berjalan lambat dibandingkan ikan air lainnya (Ka.462,2008). Tubuh ikan air tawar lebih hypertonic dari lingkungannya sehingga air banyak yang masuk lewat permukaan tubuhnya,akibatnya ikan inni disebut minum air.Dan urin yang dihasilkan banyak dan encer.Untuk mendapatkan air dan garam dari makanan ,air masuk secara osmosis lewat permukaan

tubuhnya.Konsentrasi larutan dalam tubuh lebih besar dengan yang ada pada lingkungan supaya mencegah masuknya air dan kehilangan garam.Agar tidak minum ,kulit diliputi mucus,osmosis melalui insang,produksi urin encer dipompa garam melalui sel sel khusus pada insang (Lutfi,2009). Pada ikan betina mempunyai indung telur,sedangkan pada ikan jantan mempunyai testis.Baik indung telur maupun testis pada ikan semuanya terletak pada rongga perut disebelah kandung kemih dan kanal alimentasi.Keadaan gonad ikan sangat menentukan kedewasaan ikan,kedewasaan ikan meningkat dengan meningkatnya fungsi gonad.Ikan Nila umumnya memiliki sepasang gonad,terletak pada bagian parterior rongga perut disebelah bawah ginjal.Pada saat ikan Nila bertelur dan sperma dikeluarkan oleh ikan jantan ,pada saat itulah terjadi fertiliisasi diluar tubuh induknya (eksternal) yaitu didalam air tempat ikan itu berada,kemudian mengerami telur didalam mulutnya antara 4 5 hari dan telur tersebut menetas 3 4 hari.Telur ikan yang dibuahi dan setelah itu

menetas dinamakan larva.Larva tersebut mempunyai kuning telur yang masih menempel pada tubuhnya digunakan sebagai cadangan makanan untuk awal kehidupanya (Pratama,2009).

2.7

Jenis dan Bagian Fungsi Sisik Jenis dan bagian fungsi sisik ikan adalah : Sisik koloid ; hanya dijumpai pada ikan bangsa Crossopterygi yang telah punah,sisik ini berlapis lapis dimana lapisan terdalam terbangun dari tulang yang memipih. Sisik genoid ; ditemukan pada ikan yang suhu lepirosterdane dan poolyteride ,sisik ini serupa dengan sebuah lapisan gemoin terletak diantara lapisan kasmin dan onamed. Sisik plakoid ; dimiliki oleh ikan hiu dan ikan bertulang belakang rawan lainnya Sisik leptoid ; didapati pada ikan yang bertulang belakang keras dan memiliki 2 bentuk ; sisik sikolod dan sisik klenoid (The University Of Fisheris,1997).

2.8 Jenis dan Bagian Fungsi Sirip Ekor Bentuk sirip pada ikan ; baik sirip punggung ,sirip dada ,sirip perut,sirip ekor(dubur),maupun sirip ekor beraneka ragam.Pada dasarnya ada sepuluh macam bentuk sirip ekor : Sirip ekor bercagak,seperti pada ikan mas,ikan tawes,dan ikan bawal Sirip ekor berpinggiran tegak,seperti pada ikan buntal Sirip ekor berpinggiran tegak,seperti pada ikan tambakan Sirip ekor berlekuk kembar,seperti pada ikan Scatophagus argus Sirip ekor berbentuk membundar,seperti pada ikan gurame Sirip ekor berbentuk bajir,seperti pada ikan blaso Sirip ekor berbentuk meruncing,seperti pada ikan belat Sirip ekor berbentuk sabit,seperti pada ikan tongkol Sirip ekor berbentuk episerkal,seperti pada ikan atlantik sturgeon Sirip ekor berbentuk episerkal,seperti pada ikan caracus (Rahma,2011).

3.METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi Dalam Praktikum Biologi Dasar ,alat yang digunakan untuk mengamati Sistematika,Anatomi,Fisiologi,dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) adalah : Mikroskop berfungsi untuk mangamati obyek dan pergerakan yang sangat halus pada obyek yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang Obyek glass berfungsi untuk menempatkan obyek yang akan diamati Alat bedah (sectioset) terdiri dari : Gunting Untuk menggunting bagian ikan Nila yang akan diamati Pisau Pinset Untuk mengiris tubuh ikan Untuk mengambil bagian ikan Nila seperti sisik

Penusuk Untuk membunuh ikan yang akan diamati yakni dengan cara ditusuk pada Medulla Oblegatetnya Baki plastik Sebagai tempat ikan Nila Lap basah hidup Untuk mengkondisikan ikan agar tetap

3.2

Bahan dan Fungsi Dalam Praktikum Biologi Dasar ,bahan yang digunakan untuk mengamati

Sistematika,Anatomi,Fisiologi,dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) adalah : Ikan Nila Sebagai obyek yang diamati Aquades Sebagai penjelas obyek yang diamati Tissue Untuk membersihkan obyek glass yang kotor

3.3 Skema Kerja 3.3.1 Pengamatan alat pencernaan dan skresi

Diambil Ikan Nila dengan lap basah dan jaring Diletakkan ikan Nila pada nampan Ditusuk ikan Nila dengan penusuk pada medulla oblegatanya Diamati dan digambar bagian tubuh ikan Nila Dibuka bagian ikan Nila mulai anus hingga rongga perut secara melintang dengan sectioset Diamati dan digambar bagian pencernaan dan skresi ikan Nila Hasil

3.3.2 Pengamatan Sisik Diambil sisik dengan pinset Diletakkan pada obyek glass Ditutup dengan cover glass dengan sudut Diamati bagian sisik dengan mikroskop Hasil

3.3.3 Pengamatan Insang

Diambil insang dengan pinset Diamati dan di gambar bagian bagian insang Hasil

4. PEMBAHASAN

4.1

Data dan Gambar Hasil Pengamatan Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dalam Praktikum Biologi Dasar

dengan metri Sistematika, Anatomi, Fisiologi, dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus).

A.

Gambar Ikan Sebelum Dibedah (Morfologi)

Keterangan Gambar : 1. Sirip punggung (dorsal) 2. Sirip bawah (ventral) 3. Sirip dada (pectoral) 4. Sirip dubur (anal) 5. Mulut 6. Mata 7. Tutup insang (opercullum) 8. Sisik 9. Sirip ekor (caudal) 10. Pangkal ekor

B.

Gambar Ikan Nila Setelah Dibedah

Keterangan Gambar : 1. Mulut 2. Mata 3. Tutup insang (opercullum) 4. Sirip bawah (ventral) 5. Sirip dubur (anal) 6. Pangkal ekor 7. Sirip ekor (ekor) 8. Sisik 9. Anus 10. Ginjal 11. Hati 12. Kulit dalam ikan

(Google Image, 2011)

C.

Gambar Insang Keterangan Gambar : 1. Gill filament 2. Gill rakers 3. Gill arch

D.

Gambar Sisik

4.2

Analisa Prosedur Pada Praktikum Biologi Dasar tentang Sistematika, Anatomi, Fisiologi,

dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus), pertama-tama disiapkan alat dan bahan. Alat-alat yang digunakan diantaranya adalah satu set sectio set yang terdiri dari pisau yang berfungsi untuk membedah ikan nila, penusuk yang berfungsi untuk menusuk medula oblongata ikan nila yang merupakan pusat syaraf ikan sehingga ikan dapat cepat mati, dan gunting yang berfungsi untuk mempermudah pembedah. Selain itu juga ada baki yang berfungsi sebagai tempat ikan, lap basah yang digunakan untuk memindahkan ikan dari ember ke baki agar ikan tetap dalam keadaan hidup saat dibawa ke meja pengamatan. Alat terakhir adalah mikroskop binokuler yang berfungsi untuk mengamati bentuk sisik pada ikan nila. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah ikan nila sebagai obyek pengamatan, serta tissue yang berfungsi untuk membersihkan alat-alat praktikum. Setelah alat dan bahan disiapkan, praktikan mengambil ikan dan memindahkannnya ke meja praktikum dengan menggunakan lap basah agar ikan tidak mati, setelah itu diletakkan ke baki plastik.

4.2.1

Pengamatan Alat Pencernaan dan Sekresi Pada pengamatan Alat Pencernaan dan Sekresi, alat dan bahan yang

digunakan adalah sectio set, baki, dan ikan nila. Setelah alat dan bahan disiapkan, diambil alat penusuk dari sectio set untuk ditusukkan di bagian medula oblongata ikan nila. Medula oblongata adalah pusat syaraf pada ikan sehingga ikan dapat cepat mati jika medula oblongatanya rusak. Membedah bagian perut ikan dengan menggunakan pisau atau gunting mulai anus hingga rongga perut secara melintang dengan hati-hati agar tidak merusak organ dalamnya. Mengamati serta mencatat dan menggambar hasilnya.

4.2.2

Pengamatan Sisik Pada pengamatan sisik, alat dan bahan yang digunakan adalah sectio

set, baki, mikroskor binokuler, object glass, cover glass, serta ikan nila. Setelah alat dan bahan disisapkan, praktikan memindahkan mikroskop sevara perlahan hingga posisi lengan mikroskop menghadap ke arah pengamat, mengatur perbesaran, diafragma, dll. Setelah mikroskop binokuler siap, preparat mulai disiapkan. Diambil sisik ikan dengan menggunakan pinset yang ada pada sectio set dan diletakkan pada object glass. Ditutup object glass dengan cover glass kemudian diletakkan diletakkan di meja object mikroskop. Diamati dengan mikroskop dan dicatat serta digambar hasilnya.

4.2.3 Pengamatan Insang Pada pengamatan insang, alat dan bahan yang digunakan adalah sectio set, baki, dan ikan nila. Setelah alat dan bahan disiapkan, praktikan mengambil insang pada ikan nila dengan cara mengguntingnya dengan gunting yang ada di dalam sectio set kemudian diambil dengan menggunakan pinset yang ada di dalam sectio set pula. Mengamati dan mencatat hasilnya. 4.3 Analisa Hasil Dari Praktikum Biologi Dasar mengenai Sistematika, Anatomi, Fisiologi, dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan mengamati ikan nila yang telah dibedah, maka dapat diperoleh hasil bagian-bagian ikan nila secara mendetail.

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dalam Praktikum Biologi Dasar tentang sistematika, Anatomi, Fisiologi dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) adalah : 1. Ikan nila (Oreochromis niloticus) yang mempunyai nama internasional Nile tilapia adalah ikan budidaya air tawar. 2. Ikan nila awalnya diintroduksi dari Afrika, tepatnya Afrika bagian timur. 3. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh ikan nila yaitu, mudah berkembang biak, cepat pertumbuhannya, anakannya banyak, tahan terhadap penyakit, dan mudah beradaptasi. 4. Sistem pernapasan pada ikan nila menggunakan insang. 5. Sistem pencernaan ada dua bagian, yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. 6. Saluran pencernaan dimulai dari mulut, rongga mulut, faring, esophagus, lambung, pylorus, usus, rectum dan berakhir pada anus. 5.2 Saran Pada kegiatan Praktikum Biologi Dasar mengenai Sistematika, Anatomi, Fisiologi dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) terdapat proses awal pre test. Saran kami, waktu menjawab soal-soalnya janganlah terlalu cepat. Sebenarnya soal-soal dapat dijawab, namun waktu yang terlalu cepat membuat jawaban tidak dapat ditulis dengan tuntas.

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Koirudin Kairuman, 2008.Agromedia pustaka. Jakarta Ensiklopedia, 2005. Ekor pada ikan. Ttp: // ensiklofauna.net 46.net/?q=note/17. Diakses pada tanggal 9 oktober 2011 pukul 08.00 WIB. Fowcett. 2010. The Fish Tails Function. New York : Mc Grawhill, inc Google image. 2011. http://google.co.id/image Diakses tanggal 06 Oktober 2011, pukul 15.00 WIB. Ika Sgiarto, 1988. Morfologi ikan nila. http ://wordpress.com/index.cfm? Diakses pada tanggal 9 oktober 2011 pukul 08.30 WIB. Lufti, 2009. Sistem ekresi pada ikan. http: // Luufti.com/sistem-ekresi-pada-ikan/. Diakses pada tanggal 9 oktober 2011 pukul 08.45 WIB. Mahendra, 2005. Sisik pada ikan. http://mahendra.wordpress.com/ Diakses pada tanggal 9 oktober 2011 pukul 09.00 WIB. Meitanisyah, 2009. Anatomi dan Fisiologi Ikan.

http://www.allgaul/com/meitanisyah/gaul/99696/anatomi-n.fisiologi ikan. Diakses pada tanggal 9 oktober 2011 pukul 13.00 WIB. Mulyani, 2008. Sistem pencernaan pada ikan. http://mulyani.com/sistempencernaan-pada ikn/. Diakses pada tanggal 9 oktober 2011 pukul 13.15 WIB. Pratama, 2009. Sistem ekresi pada ikan. http://pratama.com/sistem-ekresi-padaikan/. Diakses pada tanggal 9 oktober 2011 pukul 13.20 WIB. Suriyana.2010. Fungsi Sisik. http:// id.Answer yahoo.com/question/

index?qid=2080414232 707 agkirn Diakses tanggal 09 Oktober 2011, pukul 15.00 WIB

Praktikum 4 : JARINGAN TUMBUHAN DAN HEWAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Tumbuhan mempunyai organ-organ penting bagi kelangsungan hidup tumbuhan. Organ-organ tersusun atas jaringan dan jaringan tersusun atas sel. Adanya jaringan mengakibatkan tumbuhan dapat melakukan proses transportasi, fotosintesisi, respirasi, dan reproduksi (Ensiklopedia, 2009). Seperti halnya tumbuhan, hewan juga tersusun atas sel-sel. Sel-sel tersebut membentuk jaringan yang terdapat pada organ. Pada hewan tingkat tinggi (mamalia) dibedakan mejadi jaringan embrional, jaringan epitel, jaringan otot, jaringan syaraf, dan jaringan ikat (Suwondo, 2001). Jaringan merupakan sekumpulan sel yang mempunyai fungsi yang sama. Pada tumbuhan terdapat macam-macam jaringan , yaitu jaringan ephidermis, meristem, parenchim, penguat, pengangkut, sedangkan pada hewan terdapat jaringan ephitellium, syaraf, otot, dan jaringan tulang (Luarfan, 2004). 1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1

Maksud

diadakannya Praktikum Biologi Dasar mengenai Jaringan

Tumbuhan dan Hewan adalah agar praktikan bisa memahami struktur sel penyusun jaringan tubuh hewan dan tumbuhan serta perbedaannya.

1.2.2

Tujuan diadakannya Praktikum Biologi Dasar tentang Jaringan Tumbuhan

dan Hewan adalah untuk mengetahui struktur sel yang menyusun jaringan tubuh hewan dan tumbuhan serta mengetahui perbedaan jaringan hewan dan tumbuhan.

1.3

Waktu dan Tempat

1.3.1

Praktikum Biologi Dasar mengenai Jringan Tumbuhan dan Hewan ini

dilaksanakan pada Hari Kamis, 6 Oktober 2011 pada pukul 18.00-20.00 WIB.

1.3.2

Praktikum Biologi Dasar mengenai Jaringan Tumbuhan Hewan ini

dilaksanakan di gedung C lantai 1, Laboratorium IIP (Ilmu-Ilmu Perairan) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Jaringan Jaringan adalah sekumpulan sel-sel yang mempunyai struktur dan fungsi

yang sama. Jaringan dibedakan menjadi dua, yaitu jaringan hewan yang menyusun organ/fungsi tertentu dan jaringan tumbuhan yang menyusun organorgan tertentu pada tumbuhan. Jaringan hewan terdiri dari jaringan ephitellium, syaraf, otot dan tulang. Jaringan tumbuhan terdiri dari meristem, ephidermis, parenchim, penguat (kolenchim dan sklerenchym), dan jaringan pengangkut terdiri dari xylem dan floem (indra cahyana, 2004). Jaringan merupakan kesatuan dari sel yang mempunyai bermacammacam organel yang mempunyai tugas untuk melaksanakan fungsi hidup tertentu. Sistem organ merupakan kesatuan dari berbagai macam organ yang terkoosdinasi mendukung tugas atau fungsi yang sama (Supardji, 2003). 2.2 Deferensiasi Jaringan Menurut Theodor Schwann (1804-1881) jaringan dibedakan menjadi dua yaitu jaringan hewan dan tumbuhan. Jaringan hewan terdiri atas jaringan ephitellium, jaringan otot, jaringan syaraf dan jaringan tulang. Sedang pada tumbuhan ada jaringan ephidermis, jaringan meristem, jaringan penguat, jaringan parenchim, dan jaringan pengangkut (Ahelo, 2004). Jaringan hewan adalah sekumpulan sel yang mempunyai fungsi sama sebagai penyusun tubuh hewan. Jaringan di tubuh hewan mempunyai sifat yang khusus dalam melakukan fungsinya, seperti jaringan otot, jaringan ikat, jaringan syaraf, dan jaringan ephitel. Berdasarkan fungsinya jaringan ephitel dibedakan menjadi 4; ephitel proteksi, kelenjar, absorp dan ephitel sensori (Laila, 2004). Jaringan tumbuhan adalah sekumpulan sel yang membentuk tubuh tumbuhan. Diantara macamnya adalah jaringan ephidermis, meristem,

pengangkut, penguat, parenkim yang semuanya mempunyai tugas masingmasing dalam menjalankan proses kegiatan dalam tubuh tumbuhan (Laila, 2004).

2.3

Jaringan Hewan (Macam-Macam dan Gambar) Jaringan hewan adalah sekumpulan sel-sel yang mempunyai struktur dan

fungsi yang sama. Diantara macam-macam jaringan hewan adalah : Jaringan ephitellium yaitu jaringan yang letaknya paling luar yang berfungsi melindungi jaringan yang ada di

dalamnya. Gambar disamping adalah jaringan ephitellium. (Gooleimage,2011) Jaringan ikat biasa yaitu jaringan yang berfungsi untuk melindungi jaringan dan organ dan mengikat sel-sel untuk

membentuk jaringan dan mengikat jaringan untuk membentuk organ. Jaringan ikat tersusun atas matriks dan sel-sel penyusun jaringan ikat. Gambar disamping (Googleimage, 2011)

merupakan gambar dari jaringan ikat. Osteon (Jaringan Tulang Sejati), berdasarkan kepadatan matriks ada/tidak ada rongga didalamnya tulang dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Tulang kompak (keras) tersusun atas matriks yang rapat. 2. Tulang spons (bunga karang) matriksnya tersusun longgar. Jaringan Otot, tersusun atas sel-sel otot. Mempunyai kontraktibilitas dan relaksibilitas. Berdasarkan struktur penyusunnya jaringan otot dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Otot polos: bekerja lamban, tidak dibawah pengaruh otak. 2. Otot jantung: merupakan otot

khusus penyusun organ jantung, keistimewaannya tidak dibawah adalah bekerja otak

pengaruh

namun dapat berkontraksi secara ritmis dan terus menerus. 3. Otot lurik: bekerja cepat tetapi tidak (Googleimage, 2011)

mampu bekerja dalam waktu yang lama. Otot lurik bekerja dibawah pengaruh otak dan melekat pada rangka tubuh sehingga sering disebut sebagai otot rangka (Suwanti, 2005).

Jaringan syaraf, tersusun atas sel-sel syaraf (neuron). Jaringan syaraf merupakan lapisan perkembangan dari

embrional

ektoderm.

Jaringan syaraf sangat penting untuk mengatur kerja organ-organ tubuh bersama sistem hormon (Mochammad Indrawan, 2003). 2.4 Googleimage, 2011

Jaringan Tumbuhan (Macam-macam dan Gambar) Adalah jaringan yang menyusun tubuh tumbuhan. Berdasarkan sifatnya

ada 2 macam jaringan yang menyusun tubuh tumbuhan, yaitu jaringan muda/meristem dan jaringan dewasa. Jaringan muda mempunyai sifat selalu membelah sehingga mempunyai fungsi menambah panjang akar maupun batang. Jaringan meristem, adalah jaringanyang sel-selnya selalu aktif

membelah. Sel hasil pembelahan jaringan ini akan mengalami pendewasaan dan deferensiasi membentuk jaringan lain yang mempunyai fungsi tertentu. Ciri-ciri dari jaringan meristem adalah memiliki dinding sel yang tipis, bentuk selnya isodiametris, kaya akan protoplasma, tidak mengandung cadangan makanan dan vakuolanya kecil. Jaringan meristem dibedakan menjadi 2, yaitu meristem primer, pembelahan yang terjadi pada akar sehingga membuat pohon/tumbuhan bertambah panjang/tinggi, dan meristem sekunder, pembelahan pada kambium menyebabkan tumbuhan bertambah besar (George, 2007). Menurut posisi, meristem dalam tubuh tumbuhan jaringan ini dapat dibagi menjadi tipe berikut: untuk meristem apikal yang terdapat diujung pucukutama dan lateral serta akar, meristem interkalar yang terdapat diantara jaringan dewasa. Seperti misalnya di pangkal ruas batang rumput-rumputan, meristem lateral yang terletak sejajar dengan lingkaran organ tempat ditemukannya, seperti kambium pembuluh dan felogen (A.Fahn, 1982).

(Gooleimage,2011) (Googleimage,2011)

Jaringan dewasa Jaringan epidermis adalah jaringan terluar sebagai penutup seluruh permukaan tubuh tumbuhan. Fungsinya adalah untuk melindungi tubuh tumbuhan dari serangan hewan atau manusia. Sel-sel epidermis mengalami beberapa modifikasi menjadi beberapa bentuk yaitu stomata (sebagai glandular), lentisel (fungsinya sebagai tempat pertukaran gas O2 dan CO2), bulu-bulu akar (berfungsi memperluas bidang penyerapan airdan garam mineral dari dalam tanah agar berlangsung dengan cepat), trikoma, spina dan velamen (Indra L, 2000).

(Googleimage,2011) Jaringan parenkim (dasar) merupakan jaringan penyusun sebagian besar organ tumbuhan, baik pada akar, batang, daun, maupun biji. Berdasarkan fungsinya jaringan parenkim dikelompokkan menjadi 4; p. asimilasi (untuk fotosintesis), p. Udara (untuk menyimpan udara), p. Penyimpan cadangan makanan (untuk menyimpan cadangan makanan), p. Pengangkut (untuk mengangkut air dan unsur hara serta parenkim yang mengedarkan zatzat hasil fotosintesis) (Luna, 2004).

(googleimage,2011) Jaringan pengangkut merupakan jaringan pada tumbuhan yang berfungsi untuk proses transportasi yang terdiri dari xylem yaitu jaringan yang berguna untuk mengangkut air dan garam-garam mineral dari tanah meuju daun dan floem yang bertugas mengedarkan sari-sari makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan (Cartico, 2005).

(googleimage,2011) Jaringan penguat pada tumbuhan ada dua macam, yaitu kolenkim dan sklerenkim. Jaringan kolenkim merupakan jaringan penguat yang berasal dari jaringan parenkim yang mengalami penebalan selulosa pada bagian sudut-sudutnya sehingga sifat selnya merupakan sel hidup. Fungsinya sebagai penguat pada tumbuhan (Wiratman, 2007).

(googleimage,2011)

BAB III METODOLOGI

3.1

Alat dan Fungsi Alat-alat yang digunakan dalam Praktikum Biologi Dasar mengenai

Jaringan Tumbuhan dan Hewan antara lain: Mikroskop : fungsinya untuk mengamati benda-benda kecil yang tidak

bisa dilihat dengan mata telanjang. Objek Glass Cover Glass : fungsinya untuk meletakkan obyek yang akan diamati. : fungsinya untuk menutup Objek Glass dengan sudut

kemiringan 45. 3.2 Bahan dan Fungsi Bahan-bahan yang digunakan dalam Praktikum Biologi Dasar mengenai Jaringan Tumbuhan dan Hewan antara lain: - Irisan melintang umbi batang : fungsinya sebagai objek pengamatan - Irisan melintang paku-pakuan: fungsinya sebagai objek pengamatan - Irisan melintang gabus : fungsinya sebagai objek pengamatan - Irisan melintang akar bawang : fungsinya sebagai objek pengamatan - Irisan melintang daun bawang : fungsinya sebagai objek pengamatan - Irisan melintang hati 3.3 Skema Kerja 3.3.1 Pengamatan Batang Melintang Umbi Batang Diambil preparat umbi batang : fungsinya sebagai objek pengamatan

Diamati bagian preparat dengan mikroskop

hasil

3.3.2 Pengamatan Batang Melintang Akar Bawang

Diambil preparat irisan akar bawang

Diamati bagian preparat dengan mikroskop

Hasil

3.3.3 Pengamatan Irisan Melintang Akar Paku-Pakuan

Diambil preparat irisan melintang akar paku-pakuan

Diamati bagian preparat dengan mikroskop

Hasil

3.3.4 Pengamatan Irisan Melintang Gabus Diambil preparat irisan melintang gabus

Diamati bagian preparat dengan mikroskop

hasil

3.3.5 Pengamatan Irisan Melintang Daun Bawang Diambil preparat irisan melintang daun bawang

Diamati bagian preparat dengan mikroskop

hasil

3.3.6 Pengamatan Irisan Melintang Hati Diambil preparat irisan melintang hati

Diamati bagian preparat dengan mikroskop

hasil

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 4.1.1

Analisa Prosedur Pengamatan Batang Melintang Umbi Batang Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan alat dan

bahan untuk pengamatan, diantara alat-alat yang digunakan antara lain: - Mikroskop - Objek Glass - Cover Glass : fungsinya untuk mengamati benda-benda kecil yang

ukurannya mikroskopis : fungsinya untuk meletakkan objek yang akan diamati : fungsinya untuk menutup Objek Glass

Bahan yang digunakan adalah: - Batang melintang umbi batang :fungsinya sebagai objek pengamatan Langkah selanjutnya adalah mengamati preparat dengan menggunakan mikroskop, digambar dan diberi keterangan serta hasilnya dicatat dalam buku laporan praktikum. 4.1.2 Pengamatan Irisan Melintang Akar Batang Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan untuk pengamatan, diantara alat-alat yang digunakan antara lain: Mikroskop : fungsinya untuk mengamati benda-benda kecil yang ukurannya mikroskopis Objek Glass : fungsinya untuk meletakkan objek yang akan diamati Cover Glass : fungsinya untuk menutup Objek Glass Bahan yang digunakan adalah batang melintang akar bawang sebagai objek pengamatan. Langkah selanjutnya adalah menyiapkan mikroskop, meletakkan preparat pada mikroskop dan hasilnya dicatat dalam buku laporan praktikum. 4.1.3 Pengamatan Irisan Melintang Akar Paku-Pakuan Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan untuk pengamatan, diantara alat-alat yang digunakan antara lain: Mikroskop : fungsinya untuk mengamati benda-benda kecil yang ukurannya mikroskopis

Objek Glass diamati Cover Glass

: fungsinya untuk meletakkan objek yang akan

: fungsinya untuk menutup Objek Glass

Bahan yang dipersiapkan adalh irisan melintang akar paku-pakuan dan preparatnya. Langkah selanjutnya adalah diambil preparat irisan melintang akar paku-pakuan lalu diamati dengan mikroskop dan hasilnya dicatat dalam buku laporan praktikum. 4.1.4 Pengamatn Irisan Melintang Gabus Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan untuk pengamatan, diantara alat-alat yang digunakan antara lain: Mikroskop : fungsinya untuk mengamati benda-benda kecil

yang ukurannya mikroskopis Objek Glass diamati Cover Glass : fungsinya untuk menutup Objek Glass : fungsinya untuk meletakkan objek yang akan

Bahan yang disiapkan adalah irisan melintang gabus dan preparatnya. Langkah selanjutnya adalah diambil preparat irisan melintang jaringan gabus. Lalu diamati dengan mikroskop dan hasilnya dicatat dalam buku laporan praktikum. 4.1.5 Pengamatan Irisan Melintang Daun Bawang Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan untuk pengamatan, diantara alat-alat yang digunakan antara lain: - Mikroskop - Objek Glass - Cover Glass : fungsinya untuk mengamati benda-benda kecil

yang ukurannya mikroskopis : fungsinya untuk meletakkan objek yang akan diamati : fungsinya untuk menutup Objek Glass

Bahan yang disiapkan adalah irisan melintang daun bawang dan preparatnya. Langkah selanjutnya adalah diambil preparat irisan melintang jaringan daun bawang. Lalu diamati dengan mikroskop dan hasilnya dicatat dalam buku laporan praktikum. 4.1.6 Pengamatan Irisan Melintang Hati Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan untuk pengamatan, diantara alat-alat yang digunakan antara lain:

Mikroskop

: fungsinya untuk mengamati benda-benda kecil

yang ukurannya mikroskopis Objek Glass diamati Cover Glass : fungsinya untuk menutup Objek Glass : fungsinya untuk meletakkan objek yang akan

Bahan yang disiapkan adalah irisan melintang hati dan preparatnya. Langkah selanjutnya adalah diambil praparat irisan melintang hati. Lalu diamati dengan mikroskop dan hasilnya dicatat dalam buku laporan praktikum. 4.2 Analisa Hasil Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat diperoleh hasil berupa gambar sebagai berikut: 4.2.1 Pengamatan Preparat Akar bawang

Gambar tangan

Gambar literatur (Google image,2011)

4.2.2 Pengamatan Preparat Ketela Pohon

Gambar tangan

Gambar literatur (Google image,2011)

4.2.3 Pengamatan Preparat Umbi Bawang

Gambar tangan

Gambar literatur (Google image,2011)

4.2.4 Pengamatan Preparat Akar Paku-Pakuan

Gambar tangan

Gambar literatur (Google image,2011)

4.2.5 Pengamatan Preparat Irisan Hati

Gambar tangan

Gambar literatur (Google image,2011)

4.2.6 Pengamatan Preparat Daun Bawang

Gambar tangan 4.3 Data dan Gambar Hasil Pengamatan -

Gambar literatur (Google image,2011)

Irisan Umbi Batang Diamati dibawah mikroskop, bagian-

bagian/jaringan penyusun umbi batang dapat terlihat dengan Disini jelas kita dibandingkan dapati tanpa

mikroskop.

bagian-bagian

jaringan penyusun umbi batang yang antara lain adalah xylem, floem, dll. Irisan Melintang Akar Bawang Irisan akar bawang tampak sangat jelas dengan menggunakan mikroskop. Tampak

terdapat jaringan-jaringan penyusun akar bawang seperti xylem, jaringan penguat, jaringan

meristem, dll. -

Irisan Melintang Akar Paku-Pakuan Diamati dibawah mikroskop, penampang

melintang terdapat

akar

paku-pakuan

terlihat

jelas,

berkas-berkas

jaringan

pengangkut

xylem yang mengangkut air dan garam-garam mineral dari tanah menuju daun. Juga terdapat jaringan meristem, epidermis, dll.

Dalam

Irisan Melintang Gabus (ketela pohon) pengamatan, tampak dengan jelas

jaringan-jaringan penyusun gabus. Diantaranya terdapat epidermis, meristem, xyle, floem, dll.

Irisan Melintang Daun Bawang

Dalam pengamatan dibawah mikroskop, terdapat jaringan penyusun, yaitu xylem yang mengangkut air dan garam-garam mineral dari tanah menuju daun. Serta floem yang mengedarkan sari-sari makanan dan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan. Irisan Melintang Hati

Dalam pengamatan dibawah mikroskop, terdapat jaringan penyusun hati diantaranya jaringan otot yang berfungsi sebagai penggerak, jaringan syaraf untuk penyampaian rangsang dan

mengatur sistem kerja organ.

BAB V PENUTUP

5.1

Kesimpulan Berdasrkan praktikum Biologi Dasar mengenai Jaringan Tumbuhan dan

Hewan dapat disimpulkan bahwa jaringan hewan terdiri atas: 5.2 Jaringan ephitellium Jaringan otot Jaringan syaraf Jaringan tulang

Jaringan tumbuhan terdiri atas: Jaringan meristem Jaringan ephidermis Jaringan parenchim Jaringan pengangkut (xylem dan floem) Jaringan penguat Saran Dalam menjelaskan materi praktikum, hendaknya asisten praktikum tidak terburu-buru dan kurangi ketegangan dalam praktikum, karena harusnya praktikum berjalan dengan santai namu serius. Agar praktikan dapat memahami materi yang sedang dibahas.

DAFTAR PUSTAKA Agrawal NK, Mahajan Cl. 1980. Comparative Tissue Ascorbic.oc.id. studies in fishes. J Fish Biol:17:135-141 Ahmad MM, Nasim KM, Mahmood, MJ Javaid, 1990.

http://www.damandiri.or.id/file/hengkyjuliussinjalipbdfepustaka.pdf Ardiansyah. 1989. Jaringan hewan. http://www.google.com diakses pada 8 Oktober 2011 pukul 13.05 WIB Britania, F. 1990. Jaringan hewan dan gambar.

http://www.jurnaljaringanhewandangambar/google.com. Diakses pada 9 Oktober 2011 pukul 08.20 WIB Bima, Astawan. 2001. Jaringan tumbuhan. http://www.google.com. Diakses pada 9 Oktober 2011 pukul 09.10 WIB Cirzan, C. 2004. Jaringan tumbuhan dan gambar. http://www.google.com. Diakses pada 8 Oktober 2011 pukul 14.00 WIB Crayonpedia. 2008. Jaringan otot dan gambar. http://www.google.com. Diakses pada 9 Oktober 2011 pukul 15.00 WIB Ensiklopedia. 2009. Jaringan kolenkim tumbuhan. http://www.google.com

Diakses pada 9 Oktober 2011 pukul07.50 WIB Fahn, A. 1982. Anatomi tumbuhan. Pergamon press LTD. Jerussalem. John, W. Kimball, 2003. Biology. Erlangga: Jakarta

Praktikum 5 : MIKROORGANISME PERAIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang Dalam ilmu biologi, ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme

disebut dengan mikrobiologi yang merupakan salah satu ilmu tentang makhluk hidup. Mikroorganisme terdapat di degala lingkungan sebagai bagian dari ekosistem alam. Sebagian besar mikroorganisme itu adalah produsen, sebagian konsumen pertama sebagian lagi konsumen ke dua dan ke tiga. Berdasarkan jenis makanannya maluk hidup di bedakan dalam tiga dunia yakni hewan, tumbuhan dan protista. Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan sosok dan susunan dari tiap-tiao mahluk hidup. Mikroorganisme dibagi menjadi dua, yaitu mikroorganisme autotrof yang mampu menghasilkan makanannya sendiri dan mikroorganisme heterotrof yang memanfaatkan hasil dari

mikroorganisme autotrof. 1.2 Maksud dan tujuan Maksud diadakannya praktikum Biologi Dasar materi Mikroorganisme Perairan adalah agar praktikan mengetahui tentang mikroorganisme perairan dan macamnya. Tujuan diadakannya praktikum Biologi Dasar materi Mikroorganisme Perairan adalah untuk meneliti jumlah nisbi mikroorganisme yang penyebarannya di lingkungan perairan. 1.3 Waktu dan tempat Praktikum Biologi Dasar materi Mikroorganisme Perairan ini dilaksanakan pada hari kamis, 27 oktober 2011 pukul 18.00wib sampai 20.00 wib, bertempat di gedung C lantai 1, laboratorium IIP (Ilmu-ilmu Perairan) Universitas Brawijaya, Malang.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian Mikroorganisme

Menurut Iqbal Ali (2008), Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme sering kali bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang.

Mikroorganisme adalah segala organisme kecil yang dapat dibiakkan dan dikembangkan dalam cawan petri atauinkubator di dalam laboratorium dan mampu memperbanyak diri secara mitosis. Namunada yang berpendapat bahwa semua mikroorganisme mencakup semua prokariota, protista dn alga

renik.(Anboinas, 2009). 2.2 Macam-macam organisme di lingkungan Menurut Pelczar (1996), macam-macam mikroorganisme di lingungan antara lain:

kelompok bakteri

Ukuran Khas: um um. 0,2 um.

Ciri penting 0,5-1,5 Prokariotik,

Kepentingn praktis Penyebab penyakit,

kali

1-3 uniseluler, 100 sederhana.

Kisaran struktur internal menambah kali kesuburan tanah, merusak tanaman dll.

sianobkteri

Kisaran um

5-15 Prokariota, uniseluler, struktur internal sederhana

Sumber makanan hewan aquatik

Virus

Kisaran 0,015- Semua 0,2 um. parasit

obligat

Penyebab penyakit pada manusia dan makluk hidup lain

protozoa

Kisaran 2-200 Eukariotik, um uniseluler.

Makanan aquatik

hewan dan

sumber penyakit Algae Eukariotik, uniseluler multi seluler Sumber makanan dan bagi aquatik lingkungan

2.3

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuha mikroorganisme Menurut Zubaidah (2006), kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh

dan tetap hidup merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi mikroba sangat penting dlam pemgendalian mikroba. Ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, akni faktor intrinsik antara lain: p, aktivitas air, kemampuan mengoksidasi reduksi, kndungan nutrien, bahan anti mikroba dan struktur bahan makanan. Faktor ekstrinsik antara lain : suhu, ketersediaan dan konsentrasi gas di lingkungan, RH. Faktor-faktor biotik ang terdapat dalam air terdiri dari bakteria, fungi, mikroalgae, protozoa, virus serta sekumpulan hewan dan tumbuhan air lainnya yang tidak termasuk mikroba. Kehadiran mikroba di dalam air akan mendatangkan keuntungan tetapi juga kerugian. (Ni luh, 1990) 2.4 Pengertian sterilasi Menurut Diana Arisanti (2004), Sterilisasi adalah oerlakuan terhadap bahan atau barang dimana pada akir proses tidak terdapat mikroorganisme pada bahan atau barang tersebut.

Sterilasi media merupakan suatu proses sang sangat penting dalam pembudidaaan jamur tiram. Karena mikroba yang sudah dibuat masih mengandung banak mikroba, kususnya jamur-jamur liar. Kegagalan panen banyak disebabkan oleh proses sterilisasi media yang kurang sempurna. (Desna, 2010). Perbanakan tanaman secara in-vitro bertujuan untuk memperole bahan tanaman steril yang akan digunakan untuk perbanyakan benih. Oleh karena itu diperlkan proses sterilisasi ang tepat untuk mematikan mikroorganisme yang terdapat pada eksplan sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Ada tiga kategori sterilisasi yakni sterilisasi ringan, sedang dan berat(siti, 2011) 2.5 Pengertian media dan PCA Menurut Rahmat(2008), mikroba memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda-beda di dalam persaratan pertumbuhanna. Ada mikroba yang biasa hanya bisa idup pada media yang mengandng sulfur dan ada pula yang tidak mampu hidup dan seterusnya. Karakteristik persaratan pertumbuhan mikroba inilah yang menyebabkan bermacam-macam media sepanjang pertumbuhan karbon. Pada praktisnya semua media secara komdersial dalam bentuk bubuk, seperti PCA (Plate Count Agar), NA (Natrium Agar) dll. 2.6 Cara perhitungan bakteri Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatur atau menghitung jumlah jasad renik, aitu: perhitungan jumlah sel melalui perhitungan mikroskopik, perhitungan cawan, MPN (Most Probable Number) perhitungan massa sel secara langsungmeliputi cara volumetrik, cara grafimetrik, tumbidimetri (kekeruhan) perhitungan massa sel secara tidak langsung melipti analisis komponen sel, produk katabolisme, analisa konsumsi nutrien, dll (Dedi, 2009)

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Alat dan Fungsi Diantara alar-alat yang digunakan antara lain: 3.2 cawan petri : wadah pembiakan mikroorganisme autoklaf : alat untuk sterilisasi basah oven : alat untuk sterilisasi kering labu erlenmeyer 250 mL : wadah larutan benang : mengikat koran koran : membungkus alat PCA : media pertumbuhan dan pembiakan mikroorganisme hotplate : sebagai sumber panas coloni counter : menghitung jumlah koloni bakteri bunsen : fiksasi mikroba.

Bahan dan Fungsi Diantara bahan ang digunakan antara lain: kertas permanen:membungus cawam peri benang : mengikat cawan petri yang telah dibungkus dengan kertas permanen spirtus : unuk bahan baka

3.3 Skema kerja 3.3.1 Sterilisasi

Cawan peri Dicuci Dikeringkan Dibungkus Diikat tali Dimasukkan autoklaf Autoklaf

Disesuaikan ketinggian air hingga batas ketinggian Dimasukkan saringan Dinyalakan kompor Ditutup klop secara horizontal Ditunggu suhunya 121 C tekanan 1 atm (o,15 MPA) Diaterilisasi selama 15-20 menit Dimatikan konpor Dibuka tutup uap agar uap panas keluar Dibuka tutupnya Dikeluarkan alat Didinginkan dengan incase hasil

3.3.2 Pembuatan media

PCA 17,5

Aquades

Dimaskkan erlenmeyer Diaduk dengan spatula Ditutup panas pada erlenmeyer Dibungkus koran Dihomogenkan Disterilisasi basa Hasil

PCA hangat Dituangkan ke dalam cawan peri Didinginkan Dibalik Disimpan dalam incase Hasil

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 4.1.1

Analisa Prosedur Sterilisasi Pada langkah pertama sipkan cawan petri kemudian dicuci, dikeringkan,

dibungkus dengan koran, diikat tali serta dimasukkan kedalam autoklaf. Kemudin disesuaikan ketinggian, dimasukkn saringn, dinyalakan kompor, ditutup klop secr diagonal, ditunggu suhunya + 121 C, tekanan 1 atm (0,15 MPA) serta disterilisasi selama kira-kira 15-20 menit, dimatikan kompor, dibuka ttup upagar uap panas keluar,dibk tutupnya, dikeluarkan alat, didinginkan dengan incase dan diamati hasilnya.

4.1.2

Pembuatan Media Langkah pertama disiapkan PCA seberat 17.5 gram dan aquades, lalu

dimasukkan ke enlenmeyer, kemudian diaduk dengn spatula dan ditutup kapas pada enlenmeyer, dibungks koran dan dihomogenkan, disterilisasi basah dan hasilnya dicatat dalambuku laporan. Langkah kedua, PCA hangat dituang ke dalam cawan petri + 20 ml kemudian didinginkan dan dibalik sert disimpan di dalam incase dan dicatat hasilnya dalam buku laporan.

4.1.3

Penanaman Langkah pertama disiapkan media PCA beku, kemudian dibuka + 10

menit lal ditutup dan dibalik,dibungkus serta diinkubasi + 3 hari dan hasilnya dicatat dalam buku laporan.

4.1.4

Perhitungan Koloni Langkah pertama, cawan petri yang berisi medium dikeluarkan dari

incase dan dihitung koloni yang tumbuh, kemudian diperoleh hasil dan dicatat dalam bk laporan.

4.1.5

Perhitungan PCA Total Plate Count didapatkan dengan cara total komponen PCA dikali

dengan volume larutan dikali dengan jumlah cawan dan dibagi 1000. Adapun komponen PCA terdiri dari agar 9 gram, ekstrak yeast 2,5 gram, pepton 5 gram dan glukosa 1 gram sehingga seluruh jumlahnya 17,5 gram.

BAB 5 PENUTUP

5.1

Kesimpulan Pada praktikum Biologi Dasar materi Mikroorganisme Periran, didapatkan

kesimpulan: Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sngat kecil (biasanya kurang dari 1 mm) Berdasarkan pengamatan dan perhitungan selama 3 hari pada cawn petri yang berada didalam incase, telah terdapat mikroorganisme pada cawan petri. Pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu waktu generalisasi, faktor interistik, fktor ekstrintik, faktor proses dan lainlain. Sterilisasi merupakan proses pemusnaan mikroorganisme yang

diperlukan pada suatu bahan atau barang.

5.2

Saran Setiap kali praktikum, hendaknya alat dan bahan yang digunakan,

dipersiapkan terlebih dahulu, agar praktikum dapat berjalan dengan baik dan lancar. Dan dapat mengikuti praktikum ini dengan seksama sehingga dapat lebih memahami tentang materi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arisanti, Diana, 2004. Skripsi Amboinas, 2009. Mikroorgnisme. http://www.google.com/ Diakses pada 1 november 2011 pukul 06.30 WIB. Dedi, 2009. Konsep perhitungan bakteri. http://www.google.com. Diakses pada 1 november 2011 pukul 06.30 WIB. Desna, 2010. Kajian proses sterilisasi jamur tiram putih terhadap mutu bibit yang dihasilkan. Vol. 13, no. 2, april 2010. Hal. 45-48. Departemen Fisika, FMIPA Institut Pertanian Bogor. Iqbal, Ali, 2008. Pengertian mikroorgnisme. http://www.google.com Diakses pada 1 november 2011 pukul 06.30 WIB. Ni luh, 1990. Analisis kualitatif baktero koliform pada depo air minum isi di kota singaraja, Bali. Rahmat, 2008. Media dan PCA. http://www.google.com Diakses pada 1 november 2011 pukul 06.30 WIB. Siti, 2011. Teknik sterilisasi rimpang jahe sebagai bahan perbanyakan tanaman jahe sehat secara in vitro. Vol. 16, no 1, 2011: hal 34-36. Balai Penelitian tanaman obat dan aromatik, Bogor. Zubaidah, 2006. Faktor ang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. http://www.google.com/ Diakses pada 1 november 2011pukul 06.30 WIB.

Praktikum 6 : PRODUSEN DAN KONSUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang

Sumber energi bagi segala kehidupan adalah energi matahari yang hanya organisme autotrof yang dapat menangkap dan memanfaatkan energi matahari tersebut melalui fotosintesis. Organisme autotrof mengubah energi matahari menjadi gula dan oksigen. Itulah sebabnya organisme autotrof disebut dengan produsen yang menyediakan makanan ( energi dalam bentuk makanan) bagi konsumen. Selain energi dalam bentuk makanan, tubuh organisme juga memerlukan air, oksigen dan mineral. Munculnya jaring-jaring makanan diawali terjadinya proses perputaran zat dari tubuh organisme menuju tanah dan reaksi-reaksi kimia lainnya. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud diadakannya Praktikum Biologi Dasar materi Produsen dan Konsumen adalah agar praktikan bisa mengetahui produsen dan konsumen yangerat kaitannya dengan siklus karbon. Tujuan diadakannya Praktikum Biologi Dasar materi Produsen dan Konsumen adalah untuk memahami peran produsen dan konsumen dalam siklus karbon. 1.3 Waktu dan Tempat Praktikum Biologi Dasar materi Produsen dan Konsumen ini dilaksanakan pada hari kamis, 27 oktober 2011 pukul 18.00 sampai 20.00 wib. Yang bertempat di gedung C, lantai 1, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Siklus Karbon Siklus karbon merupakan yang hasil akhirnya adlah akumulasi atau stok

karbon ditegakan atau hutan. Neraca karbon akan menggambarkan perubahan stok karbon dari waktu ke waktu di dalam ekosistem hutan tersebut dengan satuan ruang (Bahruni, 2010). Model siklus karbon dapat digabungkan ke dalam model iklim global, sehingga reaksi interaktif dari lautan dan biosfer terhadap nilai CO2 dimana dapat dimodelkan. Ada ketidakpastian yang besar dalam model ini. Baik dalam sub model fisika maupun biokimia. Model-model sepert Itu biasanya

menunjukkan bahwa ada timbal balik positif antara temperatur dan CO2.( Appenzeller, 2004 ). Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer dan atmosfer bumi (obyek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir sama meskipun hingga kini belum duketahui).(Janzen, 2004 ). 2.2 Gambar Siklus Karbon dan Penjelasannya

(googleimage, 2011)

Diatmosfer terdapat kandungan CO2 sebanak 0,03%. Sumber-sumber CO2 di udara berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembakaran batu bara dan asap pabrik. Karbon dioksida di udara dimanfaatkan untuk berfotosintesis dan mengasilkan oksigen yang nantinya akan digunakan ole manusia dan ewan untuk respirsai. Hewan dan tumbuhan yang mati dalam waktu yang lama akan membentk batubara di dalam tanah. Batu bara akan dimanfaatkan lafi sebagai bahan bakar yang juga menambah kadar CO2 di udara. Di ekosistem air, pertukaran CO2 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat ang akan terurai manjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain. Sebalikna saat organisme air berespirasi, CO2 yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah CO2 di air( Rahdi, 2000). 2.3 Siklus karbon dalam hubungan produsen dan konsumen Siklus karbon dioksida (CO2) dilakukan oleh tanaman selama proses fotosintesis untuk membentuk organik (glukisa sebagai makanan). Ini berasal dari pemberi makanan untuk semua organisme autotrof. Binatang melakukan hal sebaliknya yaitu mengeluarkan karbon dioksida ke udara sebagai hasil dari proses respirasi. Penguri dimana mereka mengola baan organik, juga mengeluarkan karbon dioksida ke udara.(Janzen, 2004) Karbon dioksida di udara dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk

berfotosintesis dan menghasilkan oksigen yang nantinya akan digunakan oleh manusia dan hewan untuk berespirasi. Hewan dan tumbuhan yang mati dalam waktu yang lama akan membentuk batu bara di dalam tanah. Batu bara di dalam tanah akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga menambah kadar CO2 di udara. (Darmadi, 2010). 2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus karbon Siklus karbon pada ekosistem hutan menyangkut proses penyerapan dan emisi karbon ke atmosfer. Proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor atau kondisi, yaitu 1). Kondisi vegetasi yang meliputi jenis atau vegetasi atau hutan. 2). Kondisi tempat tumbuh dan lingkungan yang meliputi faktor edafis, klimatis dan faktor hayati lainnya. 3). Kondisi pengelolaan yang meliputi pengaturan

ruang (tata ruang), penentuan peruntukan / penggunaan lahan dan hutan, 4). Kondisi gangguan seperti perubahan lingkungan, kemarau, ledakan, gangguan hama dan penyakit, gangguan perbuatan manusia seperti pembakaran, eksploitasi tidak terkelola dengan baik dan lain-lain. (bahruni, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus karbon di perairan adalah: 1). Kadar pH di Lut 2). Penguapan air, 3). Pelapukan batuan. 4). Gunung berapi bawah laut 5). Difusi CO2 di udara, 6). Pelapukan batuan karbonat.(Appenzeller, 2004).

BAB 3 METODOLOGI

3.1

Alat dan Fungsi Diantara alat-alat yang digunakan antara lain; Pipet tetes : mengambil dan memindah larutan dalam skala kecil Beaker glass : sebagai wadah larutan sementara Hot plate : sebagai sumber panas Cool box : wadah inkubasi Tabung reaksi : untuk mereaksikan zat Rak tabung reaksi : sebagai tempat tabung reaksi Bahan dan Fungsi Diantara bahan-bahan alat yang digunakan antara lain: Sifut air : sebagai konsumen Hidrilla : sebagai produsenurang lebih 2 tetes Larutan bromtimol biru : sebagai indikator oksigen Air kolam : untuk media hidup Parafin cair : menutup tabung reaksi agar udara tidak masuk.

3.2

3.3 3.1

Skema kerja Skema kerja sifut air

Tabung reaksi Diisi dengan air kran Ditetesi larutan bromtimol biru kurang lebih 2 tetes Diisi sifut air Ditutup dengan kapas pada mulut tabung Diceluokan ke parafin cair Diletakkan di tempat terang Diamati kurang lebih 3 hari Hasil

3.2

Skema kerja Hydrilla

Tabung reaksi Diisi dengan air kran Ditetesi larutan bromtimol biru kurang lebih 2 tetes Diisi Hydrilla Ditutup dengan kapas pada mulut tabung Diceluokan ke parafin cair Diletakkan di tempat terang Diamati kurang lebih 3 hari Hasil

3.3

Skema kerja sifut air dan Hydrilla

Tabung reaksi Diisi dengan air kran Ditetesi larutan bromtimol biru kurang lebih 2 tetes Diisi sifut air dan Hydrilla Ditutup dengan kapas pada mulut tabung Diceluokan ke parafin cair Diletakkan di tempat terang Diamati kurang lebih 3 hari Hasil

3.4

Skema kerja kosong

Tabung reaksi Diisi dengan air kran Ditetesi larutan bromtimol biru kurang lebih 2 tetes Dibiarkan kosong Ditutup dengan kapas pada mulut tabung Diceluokan ke parafin cair Diletakkan di tempat terang Diamati kurang lebih 3 hari Hasil

3.5

Skema kerja sifut air ( reaksi gelap )

Tabung reaksi Diisi dengan air kran Ditetesi larutan bromtimol biru kurang lebih 2 tetes Diisi sifut air Ditutup dengan kapas pada mulut tabung Diceluokan ke parafin cair Diletakkan di tempat gelap Diamati kurang lebih 3 hari Hasil

3.6

Skema kerja Hydrilla

Tabung reaksi Diisi dengan air kran Ditetesi larutan bromtimol biru kurang lebih 2 tetes Diisi Hydrilla Ditutup dengan kapas pada mulut tabung Diceluokan ke parafin cair Diletakkan di tempat gelap Diamati kurang lebih 3 hari Hasil

3.7

Skema kerja sifut air dan Hydrilla

Tabung reaksi Diisi dengan air kran Ditetesi larutan bromtimol biru kurang lebih 2 tetes Diisi sifut air dan Hydrilla Ditutup dengan kapas pada mulut tabung Diceluokan ke parafin cair Diletakkan di tempat gelap Diamati kurang lebih 3 hari Hasil

3.8

Skema kerja kosong

Tabung reaksi Diisi dengan air kran Ditetesi larutan bromtimol biru kurang lebih 2 tetes Dibiarkan kosong Ditutup dengan kapas pada mulut tabung Diceluokan ke parafin cair Diletakkan di tempat gelap Diamati kurang lebih 3 hari Hasil

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1

Analisa prosedur

4.1.1 Analisa Prosedur Sifut air pada reaksi terang Langkah pertama adalah menyiapkan tabung reaksi lalu diisi dengan air kran dan ditetesi larutan bromtimol biru kurang lebih 2 tetes, lalu diisi sifut air dan di tutup dengan kapas pada mulut tabung agar tidak ada udara yang keluar. Setelah itu dicelupkan ke parafin cair, lalu diletakkan di tempat yang terang, diamati kurang lebih 3 hari dan hasilnya dicatat dalam buku laporan. 4.1.2 Analisa prosedur hydrilla Langkah pertama adalah menyiapkan tabung reaksi lalu diisi dengan air kran dan ditetesi larutan bromtimol biru kurang lebih 2 tetes, lalu diisi hydrilla dan di tutup dengan kapas pada mulut tabung agar tidak ada udara yang keluar. Setelah itu dicelupkan ke parafin cair, lalu diletakkan di tempat yang terang, diamati kurang lebih 3 hari dan hasilnya dicatat dalam buku laporan. 4.1.3 Analisa prosedur kosong Langkah pertama adalah menyiapkan tabung reaksi lalu diisi dengan air kran dan ditetesi larutan bromtimol biru kurang lebih 2 tetes, lalu dibiarkan kosong dan di tutup dengan kapas pada mulut tabung agar tidak ada udara yang keluar. Setelah itu dicelupkan ke parafin cair, lalu diletakkan di tempat yang terang, diamati kurang lebih 3 hari dan hasilnya dicatat dalam buku laporan. 4.1.4 Analisa prosedur sifut air dan hidrilla Langkah pertama adalah menyiapkan tabung reaksi lalu diisi dengan air kran dan ditetesi larutan bromtimol biru kurang lebih 2 tetes, lalu diisi sifut air dan hidrilla dan di tutup dengan kapas pada mulut tabung agar tidak ada udara yang keluar. Setelah itu dicelupkan ke parafin cair, lalu diletakkan di tempat yang terang, diamati kurang lebih 3 hari dan hasilnya dicatat dalam buku laporan.

4.1.5 Analisa prosedur sifut air pada reaksi gelap Langkah pertama adalah menyiapkan tabung reaksi lalu diisi dengan air kran dan ditetesi larutan bromtimol biru kurang lebih 2 tetes, lalu diisi sifut air dan di tutup dengan kapas pada mulut tabung agar tidak ada udara yang keluar. Setelah itu dicelupkan ke parafin cair, lalu diletakkan di tempat yang gelap, diamati kurang lebih 3 hari dan hasilnya dicatat dalam buku laporan. 4.1.6 Analisa prosedur hydrilla Langkah pertama adalah menyiapkan tabung reaksi lalu diisi dengan air kran dan ditetesi larutan bromtimol biru kurang lebih 2 tetes, lalu diisi hydrilla dan di tutup dengan kapas pada mulut tabung agar tidak ada udara yang keluar. Setelah itu dicelupkan ke parafin cair, lalu diletakkan di tempat yang gelap, diamati kurang lebih 3 hari dan hasilnya dicatat dalam buku laporan. 4.1.7 Analisa prosedur sifut air dan hydrilla Langkah pertama adalah menyiapkan tabung reaksi lalu diisi dengan air kran dan ditetesi larutan bromtimol biru kurang lebih 2 tetes, lalu diisi sifut air dan hydrilla dan di tutup dengan kapas pada mulut tabung agar tidak ada udara yang keluar. Setelah itu dicelupkan ke parafin cair, lalu diletakkan di tempat yang gelap, diamati kurang lebih 3 hari dan hasilnya dicatat dalam buku laporan. 4.1.8 Analisa prosedur kosong Langkah pertama adalah menyiapkan tabung reaksi lalu diisi dengan air kran dan ditetesi larutan bromtimol biru kurang lebih 2 tetes, lalu dibiarkan kosong dan di tutup dengan kapas pada mulut tabung agar tidak ada udara yang keluar. Setelah itu dicelupkan ke parafin cair, lalu diletakkan di tempat yang gelap, diamati kurang lebih 3 hari dan hasilnya dicatat dalam buku laporan. 4.2 Analisa Hasil Dari data hasil pengamatan reaksi terang, pada hari pertama, diperoleh pada tabung reaksi 1, warna air menjadi kekuningan, dan sifut berada di dasar dalam keadaan sekarat mau mati, pada tabung 2, air berwarna kebiruan, hydrilla sedikit rusak, pada tabung 3, air bening dan hydrilla berwarna hijau, pada tabung 4, air berwarna biru.

Pada pengamatan hari kedua, diperoleh pada tabung reaksi 1, warna air menjadi kekuningan, dan sifutnya mati, pada tabung 2, air berwarna bening, hydrilla pucat dan rusak, sedang sifut sedikit lebih besar, pada tabung 3, air bening dan hydrilla agak kekuningan, pada tabung 4, air berwarna biru. Pada pengamatan hari ketiga, diperoleh pada tabung reaksi 1, warna air menjadi kuning dan sifut membusuk, pada tabung 2, air berwarna bening kekuningan, hydrillakuning, layu dan rusak, sedang sifut masih hidup, pada tabung 3, air bening dan hydrilla kekuningan, pada tabung 4, air berwarna biru. Pada reaksi gelap, pada pengamatan hari pertama pada tabung 1, air berwarna biru, sifut mulai lemas, dan hdrilla mati. Pada tabung 2 warna air keruh sifut hidup sehat dan hidrilla masih sehat. Pada tabung 3, warna air bening, sifut mati, hydrilla segar. Pada tabung 4, warna air biru jernih, sifut mati dan hidrilla ikut mati juga. Pada pengamatan hari kedua, pada tabung 1 air berwarna biru, sifutna lemas dan hidrilla mati, pada tabung 2, air berwarna kebiruan sifutna masih hidup, hidrilla sehat tapi mulai berkurang karena dimakan sifut, pada tabung 3, air berwarna bening, sifut dan hidrilla mati, pada tabung 4, warna air kebiruan, sifut dan hidrilla mati. Pada pengamatan hari ketiga, pada tabung ke 1, air berwarna biru muda, sifutnya masih hidup, tetapi hidrillanya mati, pada tabung ke 2, warna air keruh, sifut masih hidup dan hidrilla dimakan sifut, pada tabung ke 3, warna air bening, sifut mati, dan hidrilla pucat, pada tabung ke 4, warna air sedikit kebiruan, kondisi hidrilla mati dan sifutpun ikut mati juga karena tidak adanya pasokan oksigen.

4.3

Data hasil pengamatan Dari praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil sebagai berikut: 4.3.1 Pada reaksi terang

Pengamatan hari pertama A1 Air A2 kekuningan, Kebiruan Hidrilla rusak Sifut nempel di A3 Bening sedikit Hidrilla hijau berwarna A4 Biru

sift berada di dasar mau mati

dinding tabung

Pengamatan hari kedua A1 Air kekuningan Sifut mati A2 Bening, A3 A4

hidrilla Air bening, hidrilla Biru

pucat dan rusak, agak kekuningan sifut sedikit labi besar

Pengamatan hari ke tiga A1 Air kuning, A2 sifut Bening kekuningan, hidrilla kuning, A3 Bening, kekuningan hidrilla A4 Biru

membusuk

layu, rusak, sifut masih hidup

4.2.2

Pada reaksi gelap Pengamatan hari pertama

Tabung A1 A2 A3 A4

Perubahan warna Biru Biru keruh Bening Biru jernih

Kondisi sifut Hidup, milai lemas Hidup sehat -

Hidrilla Mati Masih sehat Tetap segar mati

Pengamatan hari kedua Tabung A1 A2 Perubahan warna Biru Kebiruan Kondisi sifut Hidup, lemas Masih Hidup Hidrilla Mati Mulai berkurang

dimakan sifut A3 A4 Bening Bening kebiruan Hidup Mati

Pengamatan hari ke tiga Tabung A1 A2 A3 A4 Perubahan warna Biru sedikit muda Keruh Bening Sedikit kebiruan Kondisi sifut Masih hidup Masih hidup Hidrilla Dimakan sifut Pucat -

BAB 5 PENUTUP

5.1

Kesimpulan Dari praktikum Biologi Dasar materi Produsen dan Konsumen , dapat

disimpulkan bawa: produsen merupakan timgkatan tertinggi dalam rantai makanan, dan penghasil makanan untuk konsumen siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara biosfer, idrosfer, geosfer dan atmosfer bumi. Karbon dapat kembali ke atmosfer dengan cara melalui pernafasan (respirasi) Oleh hewan, tumbuhan dan manusia, melalui pembakaran material organik, melalui pembusukan binatang oleh bakteri Laut mempunyai peranan penting dalam siklus karbon Faktor yang mempengaruhi siklus karbon di perairan adalah kadar pH laut, penguapan air laut, pelapukan batun, gunung berapi bawah laut, dll. 5.2 Saran Dalam melaksanakan praktikum, hendaknya para praktikan berhati-hati dan fokus pada praktikum, serta berhati-hati dalam menggunakan alat-alat laboratorium karena kerusakan akibat kellaian, ditanggung sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Appenzeller, 2004. The case of the missing carbon national Geographic Magazine- article about the missing Carbon Sink. Baruni, 2010. Pengaruh breakpoint Chlorination (BPC) terhadap jumlah bakteri Coliform Limbah cair ruma sakit umum daerah sidoarjo, pusat reaktor serbagunaBATAN. Tangerang selatan 15310, banten. Googleimage 2011. Ttp://www.google.com/siklus karbon/ diakses pada 15 november 2011 pukul20.05 wib. Janzen, 2004. Carbon Cycling ibn earth systems-a soll science perspectiv in agriculture, ecosystems and environment. 104, 399-417. . Carbon Cycling ibn earth systems-a soll science perspective. Mr Graw illbook Company: New York Parmadi, 2010. Hubungan siklus karbon dengan produsen dan konsumen. Ttp://www.google.com/ diakses pada 15 november 2011 pukul 19.05 wib Radi, 2000. Siklus karbon dn penjelasannya. Ttp://www.google.com. diakses pada 8 november 2011 pukul 15.00 wib.

You might also like