You are on page 1of 6

BACILLUS ANTHRACIS

PENGANTAR Bacillus anthracis meupakan bakteri pathogen penyebab penyakit anthraks. Penyakit ini biasanya menyerang hewan ternak maupun manusia yang kontak dengan hewan yang sudah terinfeksi. Bacillus anthracis merupakan bakteri berbentuk batang, berukuran 1,6 m, tidak mempunyai alat gerak atau motil, merupakan bakteri gram positif dan bersifat aerob. Bacillus anthracis memiliki dua tahap dalam siklus hidupnya yaitu fase vegetatif dan spora. Dalam mempertahankan siklus hidupnya Bacillus anthracis membentuk dua sistem pertahanan yaitu spora dan kapsul. Dalam menginfeksi sel inangnya spora anthrax mengeluarkan 2 racun yaitu, edema toxin dan lethal toxin. Penyebaran spora anthrax dapat melalui kontak langsung/melalui kulit, melalui saluran pernpasan, dan melalui per oral atau saluran pencernaan, hal ini dapat menyebabkan macam-macam penyakit anthrax,seperti anthrax kulit, anthrax saluran pernapasan, anthrax saluran pencernaan dan dapat sampai ke otak yang disebut anthrax otak/meningitis. Penyakit antharax yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis dapat dicegah dengan vaksin anthrax dan dapat diobati dengan berbagai macam antibiotika

ETIOLOGI, EKOLOGI, EPIDEMIOLOGI Penyebab penyakit anthrax adalah bakteri berbentuk batang, berukuran 1-1,5 mikron kali 3-8 mikron, bersifat aerobic, nonmotil, gram positif yang disebut Bacillus antrachis. Apabila spesimen ini diambil dari hewan sakit, bakteri berbentuk rantai pendek dikelilingi oleh kapsul yang terlihat jelas.

Anthrax disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang merupakan bakteri gram positif non motil dan berspora. Di bawah mikroskop tampak terlihat seperti barisan batang panjang dengan ujungujungnya siku, sementara di dalam tubuh inang, Bacillus anthracis tidak terlihat rantai panjang, biasanya tersusun secara tunggal atau pendek serta melindungi dirinya dalam kapsul, dan akan membentuk spora segera setelah berhubungan dengan udara bebas karena spora diketahui dapat bertahan hidup bertahuntahun di dalam tanah yang cocok dan bisa menjadi sumber penularan pada hewan dan manusia. Oleh karena itu, bangkai hewan yang positif terkena anthrax atau mati dengan gejala anthrax tidak diperbolehkan dibedah untuk menutup peluang bakteri anthrax bersinggungan dengan udara. Hewan yang mati akibat anthrax harus langsung dikubur atau dibakar. Semua peralatan kerja yang pernah bersentuhan dengan hewan sakit harus direbus dengan air mendidih minimal selama 20 menit. Bacillus anthracis tidak begitu tahan terhadap suhu tinggi dan berbagai desinfektan dalam bentuk vegetatif. KARAKTER dan SUMBER INFEKSI Ciri-ciri : Berbentuk batang lurus Ukuran 1,6m Merupakan bakteri gram positif dan bersifat aerob Bersifat Patogen Tidak tahan terhadap suhu tinggi Mempunyai kemampuan membentuk spora Tidak mempunyai alat gerak (motil) Berkapsul dan tahan asam Dinding sel bakteri merupakan polisakarida somatik yang terdiri dari N-asetilglukosamin dan Dgalaktosa eksotoksin kompleks yang terdiri atas Protective Ag (PA), Lethal Factor (LF), dan Edema Factor (EF) Penularan pada manusia bisa lewat kontak langsung spora yang ada di tanah, tanaman, maupun bahan dari hewan sakit (kulit, daging, tulang atau darah). Mengonsumsi produk hewan yang kena anthrax atau melalui udara yang mengandung spora, misalnya, pada pekerja di pabrik wool atau kulit binatang. Karenanya ada empat tipe anthrax, yaitu anthrax kulit, pencernaan/anthrax usus, pernapasan/anthrax paru dan anthrax otak. Anthrax otak terjadi jika bakteri terbawa darah masuk ke otak. Masa inkubasi anthrax kulit sekitar 2 - 5 hari, walaupun masa inkubasi dapat mencapai 60 hari. Tingkat kematian manusia akibat

Anthrax mencapai 18%. Penyakit Anthrax memang layak ditakuti karena sangat mematikan. Sapi, domba atau kambing yang terserang, akan mengalami kematian dalam hitungan jam. Kemampuan membunuh yang sangat cepat ini justru ada baiknya, karena penularan penyakit anthrak sangat lambat dan tak meluas (endemik, sporadik). FAKTOR VIRULENSI Bacillus anthracis penyebab penyakit anthrax memiliki dua faktor virulen yaitu kapsul polimer asam G d-glutamat dan eksotoksin yang membantu invasinya pada inang. Peranan biokimiawi eksotoksin (faktor virulen ekstraseluler) yang terdiri dari antigen protektif/ Protective Agent (PA), faktor edema/ Eudema Factor (EF) dan faktor letal/ Lethal Factor (LF) dalam patogenesis anthrax. Dapat disimpulkan bahwa : Molekul PA berperan sebagai kargo pembawa LF atau EF ke dalam sel inang. Faktor edema menyebabkan peningkatan kadar siklik adenosin mono fosfat (cAMP), sedangkan faktor letal menyebabkan pemutusan rantai molekul protein kinase dalam sel. Kedua mekanisme ini bertanggung jawab terhadap virulensi Bacillus. anthracis. PATOGENESIS Pada hewan, yang menjadi tempat masuknya kuman adalah mulut dan saluran cerna. Adapun pada manusia, masuknya spora lewat kulit yang luka (antraks kulit), membran mukosa (antraks gastrointestinal), atau lewat inhalasi ke paru-paru (antraks pernafasan). Spora tumbuh pada jaringan tempat masuknya mengakibatkan edema gelatinosa dan kongesti. Basil menyebar melalui saluran getah bening ke dalam aliran darah, kemudian menuju ke jaringan, terjadilah sepsis yang dapat berakibat kematian. SIMPTOMATOLOGI Hewan yang menderita antraks antara lain ditandai dengan demam tinggi, gelisah, sesak napas, kejang dan diikuti dengan kematian. Gejala lainnya ialah darah segar keluar dari mulut, telinga dan dubur atau alat kelamin. Gejala Klinik pada hewan Pada sapi, kerbau dan kuda umumnya anthrax bersifat akut atau perakut disertai septicemia. Oleh karena itu, kematian hewan secara mendadak, terutama jika terjadi didaerah endemic anthrax, tidak boleh langsung dilakukan autopsi, tetapi harus diyakinkan dahulu lewat pemeriksaan darah perifer( misalnya dari daun telinga) dan diberi pewarnaan cepat untuk memberikan gambaran sementara apakah anthrax

atau bukan. Bila ada dugaan anthrax, bangkai harus segera di temukan darah yang berwarna hitam pekat yang sulit menggumpal keluar dari lubang ( anus , hidung,telinga). Sesaat sebelum hewan mati. Bangkai ternak yang mati oleh anthrax cepat membusuk. Pada kuda, selain demam tinggi sering ditemukan pula oedema sub kutis di daerah pectoral, inguinal , scrotum dan bawah kepala. Beberapa kuda mengalami hiperhidrosis dan kolik. Gejala diare dapat ditemukan pada beberapa ekor hewan. Keparahan penyakit dipengaruhi status kekebalan hewan, jumlah spora yang menginfeksi dan virulensi bakteri yang menyerang. Apabila penularan terjadi per os, bakteri anthrax akan masuk sistem limfatik dan menimbulkan limfangitis dan lymphadenityis yang kemudian menimbulkan septicemia. Bila bakteri masuk ke saluran pencernaan bagian tengah dan bawah akan menimbulkan enteritis ulceratie et haemorrhagica. Perkembangan bakteri anthrax dalam sistem limfatik relatif lambat, tetapi begitu masuk ke dalam aliran darah,bakteri ini berkembang dengan sangat cepat yang berlangsung terus sampai kematian. Kematian umumnya disebabkan oleh pengaruh prototoksin yang menimbulkan gangguan susunan syaraf pusat berupa kelumpuhan pusat respirasi dan mengakibatkan hipoksia. DIAGNOSIS Diagnosis, baik pada hewan maupun manusia, dapat ditegakkan berdasarkan epidemiologi (sejarah kejadian anthrax masa lalu, jenis hewan terserang, ada atau tidak adanya penularan ke manusia) dan gejala klinik. Peneguhan diagnosis dilakukan secara laboratorik dengan isolasi agen penyakit dan uji serologi FAT. Pada manusia, spesimen untuk pemeriksaan laboratorik dapat diambil dari cairan vesikel, jaringan tubuh, darah (sewaktu septicemia) dan usapan langsung (direct smear) dari lesi kulit. Pewarnaan Giemza terhadap preparat usapan langsung perlu dilanjutkan dengan upaya isolasi bakteri karena dapat keliru dengan bakteri lain berbentuk batang, misalnya Bacillus subtilis. Pemeriksaan secara FAT yang mempunyai sensivitas dan ketetapan (sensivity and specifity) tinggi bisa dilakukan apabila menggunakan mikroskop fluorescence. Pada hewan, spesimen dapat berupa darah perifer dari daun telinga yang diambil dengan jarum, kemudian diisapkan pada kertas saring, kapur tulis, atau kapas jika hewan masih hidup. Apabila hewan sudah mati, spesimen dapat diambil dari potongan daun telinga, cairan oedema, tulang, kulit dan bahan lain yang tercemar. Deteksi antigen dapat dilakukan dengan uji Ascoli.

MEKANISME INFEKSI Sel masuk ke dalam tubuh dalam bentuk spora, spora kemudian diserang oleh sistem kekebalan tubuh, dalam sistem kekebalan tubuh, spora aktif dan mulai berkembang biak dan menghasilkan dua buah racun, yaitu : Edema Toxin meupakan racun yang menyebabkan makrofag tidak dapat melakukan fagositosis pada bakteri dan Lethal Toxin merupakan racun yang memaksa makrofag mensekresikan TNF-alpha dan interleukin-1-beta yang menyebabkan septic shock dan akhirnya kematian, selain itu racun ini dapat menyebabkan bocornya pembuluh darah. Racun yang dihasilkan oleh Bacillus anthracis mengandung 3 macam protein, yaitu : antigen pelindung, faktor edema, dan faktor mematikan. Racun memasuki sel tubuh saat antigen pelindung berikatan dengan faktor edema dan faktor mematikan membentuk kompleks, kompleks lalu berikatan dengan reseptor dan diendositosis. Di dalam sel faktor edema dan faktor mematikan lepas dari endositosis. PERUBAHAN PATOLOGI Perubahan patologi anatomi terhadap hewan yang terkena anthrak adalah keluar darah berwarna gelap (merah tua-hitam) dari lubang-lubang kumlah seperti dubur, hidung, mulut, terjadi pembengkakan di daerah leher, dada dan sisi lambung, pinggang dan alat kelamin luar. Selain itu jika hewan yang menderita anthrak dilakukan nekropsi maka akan terlihat peradangan/pembengkakan pada limpa. Hewan yang dicurigai anthrax sebaiknya tidak dilakukan nekropsi PENGENDALIAN Pengendalian penyakit dilakukan apabila terjadi kejadian penyakit dengan tujuan melokalisasi penyebaran. Penutupan daerah daerah dari lalu lintas ternak peka anthrax untuk sementara dan melakukan tindakan pengobatan terhadap ternak yang terserang. Penutupan daerah dilakukan oleh pemerintah Daerah setempat atas rekomendasi dari Dinas Peternakan. Pemberantasan anthrax di daerah endemic sulit dilaksanakan karena sifat Bacillus anthracis amat tahan terhadap lingkungan. Pemberantasan sangat mungkin dilaksanakan apabila kejadian tersebut di daerah baru dan bersifat lokal. Pengobatan anthrax dapat dilakukan dengan antibiotika seperti penisilin dan oksitetrasiklin apabila penyakit masih dalam tahap awal. Pada masa lalu, pengobatan antrax pada hewan disamping diberi antibiotika juga diberi antiserum. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pencegahan antraks adalah sebagai berikut:

1. Penyembelihan hewan hanya dilakukan di rumah potong, diluar tempat itu harus ada izin dinas peternakan setempat. 2. Hewan yang dicurigai sakit antraks tidak boleh disembelih. 3. Daging hewan yang dicurigai sakit antraks tidak boleh dikonsumsi. 4. Tidak boleh sembarangan memandikan orang yang meninggal karena sakit antraks 5. Dilarang memproduksi barang yang berasal dari kulit, tanduk, bulu, atau tulang hewan yang sakit atau mati karena antraks. 6. melapor ke puskesmas atau dinas peternakan setempat apabila menemukan ada hewan yang diduga menderita antraks. 7. melakukan vaksinasi antraks pada hewan ternak TERAPI Jenis Obat Untuk mencegah penyakit anthrax dapt digunakan vaksin anthrax. Anthrax dapat diobati dengan menggunakan antibiotik, seperti : amoxicillin, Vanomycin, Ciprofloxacin, Doxicyline, Eritromycin, Penicillin, Tetracycline, Streptomycine,Chloramphenicol Cara Penggunaan o o o Anthrax kulit : Procaine penicilline 2 x 1,2 juta IU diberikan secara intramuskuler (im) selama 5-7 hari. Atau dengan Benzyl penicilline 250.000 IU secara im setiap 6 jam. Anthrax Saluran Pencernaan : Tetracycline 1 gram per hari Anthrax Saluran Pernapasan : Penicilline G 18-24 juta IU per hari IVFD, ditambah dengan Streptomycine 1-2 gram. Selain antibiotika perlu diberikan juga obat-obat symtomatis lain. Perlu diperhatikan mengingat pilihan obat untuk Antraks adalah penicilline, sehingga sebelum diberikan harus dilakukan skin test terlebih dahulu. Bila penderita/tersangka hypersensitif terhadap penicilline dapat diberikan tetracycline, chloramphenicol atau erytromycine.

You might also like