You are on page 1of 16

Menghitung Zakat Perdagangan

21 MAY 2011

hide
Google Search Results
Anda sampai ke halaman ini setelah melakukan pencarian dengan kata kunci berikut ini:
- zakat
- penghasilan
- dagang
27Share
Pertanyaan:
Apakah zakat penghasilan (berdagang) itu diambil dari keuntungan bersih setelah dikurangi biaya-biaya
pengeluaran (seperti: telepon, listrik, dan untuk makan sehari-hari) atau sebelum dikurangi?

Jawaban:
Menurut jumhur (mayoritas) ulama, zakat perdagangan itu disyariatkan dalam Islam. Caranya, yaitu dengan
menghitung nilai jumlah barang dagangan, kemudian digabung dengan keuntungan bersih setelah dipotong utang
dan biaya operasional dagangnya. Setelah itu, 2,5% diambil dari jumlah tersebut untuk dikeluarkan sebagai zakat.
Nilai barang tersebut dilihat berdasarkan harga ketika jatuh tempo diwajibkannyazakat, bukan berdasarkan
harga belinya.
Al-Lajnah Ad-Daimah lil Buhuts Al-Islamiyah wa Al Ifta` ditanya tentang seorang pedagang bahan pakaian dan
minyak wangi, yang menghitung barangdagangannya setiap tahun pada bulan Muharram dan
mengeluarkan zakatnya dengan hitungan harga dagangan yang ia beli (bukan harga waktu tersebut). Apakah itu
diperbolehkan?
Menjawab pertanyaan tersebut, Lajnah menjelaskan cara syari: Dengan menghitung barang dagangan yang
dimilikinya ketika sempurna setahun, dengan nilai yang setara ketika diwajibkannya (zakat), tanpa melihat harga
pembelian barang tersebut.
Dengan demikian, bisa kita contohkan: Bila seorang pedagang, pada akhir tahun, memiliki total nilai barang
dagangan sebesar Rp 200.000.000,00 dan laba bersihnya sebesar Rp 50.000.000,00. Sementara itu, ia memiliki
utang dagangsebesar Rp 100.000.000,00. Zakat yang wajib dia keluarkan ialah:
(200 juta 100 juta + 50 juta) x 2,5% = Rp 3.750.000,00
Demikian, mudah-mudahan bermanfaat.
Sumber: Majalah As-Sunnah, edisi 5, tahun IX, 1426 H/2005 M. Disertai penyuntingan bahasa oleh redaksi
www.KonsultasiSyariah.com.
Artikel www.KonsultasiSyariah.com

Bingung di Antara Dua jenis Zakat

Pertanyaan :
Saya memiliki usaha dagang. Kalau saya sudah membayar zakat perdagangan, haruskah membayar zakat
penghasilan yang diambil dari laba bersih usaha?

Jawaban :
Saya memiliki usaha dagang. Kalau saya sudah membayar zakat perdagangan, haruskah membayar zakat
penghasilan yaZakat perdagangan untuk keberkahan usaha Anda, sedangkan zakat penghasilan untuk
keberkahan diri dan keluarga Anda. Perdagangan lebih bersifat kolektif sedang penghasilan lebih bersifat
pribadi. Tetapi jika kedua hal tersebut sulit dipisahkan karena usaha Anda adalah penghasilan Anda sendiri,
maka tunaikanlah zakat salah satunya saja. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kemampuannya. ng diambil dari laba bersih usaha?

+6281311427xxx
redaksimedia@gmail.com
Bandung

Perbedaan Pendapat Tentang Zakat Profesi, Wajib atau
Tidak?
11:05 | Label: Ilmu Hukum Fiqh
Perbedaan pendapat tentang zakat profesi
Oleh:
Mohamad Solihin
NIM: 20 09.04.007.0001.1.00097
Di pesantren Mahasiswa Al hikam, Malang

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STAI MAHAD ALY AL-HIKAM MALANG
Agustus 2010

Nama:Mohamad Solihin
Nim :2009.04.007.0001.1.00097
A.PENDAHULUAN
Sebelum penulis menguraikan tentang wajibnya zakat di dalam
islam, terlebih dahulu penulis akan menerangkan keadaan
orang-orang miskin dan golongan orang tidak punya dalam
masyarakat sebelum islam, serta seberapa jauh ajaran-ajaran
agama sebelum islam itu memperhatikan nasib dan
memperbaiki keadaan mereka.Hal itu supaya kita mengetahui
setelah mempelajari dengan membandingkannya,bahwa islam
telah lebih sukses menanggulangi persoalan penting ini secara
sistematis dan mendasar daripada agama-agama dan isme-
isme lain, serta telah mendirikan dengan kokoh bangunan
keadilan dan solidaritas social diatas landasan yang kokoh dan
kuat,yang dipersembahkan oleh al-quran dan diperjelas oleh
sunnah Rasulillah saw.
Disini pemateri akan menguraikan tentang masalah zakat yang
belum pernah dibahas pada zaman nabi Muhammad saw.yang
baru dibahas pada masa sekarang, dan masih menimbulkan
kontroversial di dalam pembahasannya,yang kita sebut dengan
istilah zakat profesi,mungkin dengan pembahasan yang
sedikit ini pembaca dapat mengambil sedikit pengatahuan
tentang zakat profesi ini.



B.PENGERTIAN ZAKAT PROFESI
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata
dasar(masdar) dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih,
dan baik, sesuatu itu zaka, berarti tumbuh dan berkembang,
dan seseorang itu zaka berarti orang itu baik,namun menurut
lisan al-arab kata zakat artinya adalah suci, tumbuh, berkah,
dan terpuji dalam artian bahasa : semuanya digunakan dalam
quran dan hadis.
Zakat dalam istilah fiqh adalah sejumlah harta yang tertentu
yang diwjjibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang
berhakdisamping berartimengeluarkan jumlah tertentu itu
sendiri. Jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut
zakat karena yang dikeluarkan itu menambah banyak,
membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu dari
kebinasaan.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dikerjakannya secara
tetap dengan setiap hari,jam, bulan, maupun tahun, dan
profesi merupakan pekerjaan yang wajib karena dengan
hasilnya dapat bertahan hidup,membeli barang yang baru
seperti mobil, dan lain sebagainnya,secara otomatis zakat
profesi adalah zakat harta penghasilan yang dihasilkan oleh
seseorang karena telah melakukan suatu profesinya.
Zakat profesi menurut penggagasnya didefinisikan sebagai
zakat yang dikenakan pada tiap pekerjaan atau keahlian
profesional tertentu, baik yang dilakukan sendiri maupun
bersama orang/lembaga lain, yang mendatangkan
penghasilan(uang) yang memenuhi nishab. Misal profesi
dokter, konsultan, advokat, dosen, arsitek, dan sebagainya.
Menurut Yusuf Qaradhawi zakat profesi adalah salah perbuatan
sahabat yang mengeluarkan zakat untuk al-maal al-mustafaad
(harta perolehan). Al-maal al-mustafaad adalah setiap harta
baru yang diperoleh seorang muslim melalui salah satu cara
kepemilikan yang disyariatkan, seperti waris, hibah, upah
pekerjaan, dan yang semisalnya. Al-Qaradhawi mengambil
pendapat sebagian sahabat (seperti Ibnu Abbas dan Ibnu
Masud) dan sebagianTabi`in (seperti Az-Zuhri, Hasan Bashri,
dan Makhul) yang mengeluarkan zakat dari al-maal al-
mustafaad pada saatmenerimanya, tanpa mensyaratkan haul
(dimiliki selama satu tahun qamariyah).
Zakat profesi atau zakat penghasilan sebenarnya telah dikenal
sejak lama. Beberapa riwayat menjelaskan hal tersebut,
diantaranya adalah riwayat dari Ibnu Mas'ud, Mu'awiyah dan
Umar bin Abdul Aziz yang menjelaskan bahwa beliau
mengambil zakat dari a'thoyat, jawaiz (hadiah) dab al-
madholim (barang ghasab yang dikembalikan). Abu Ubaid
meriwayatkan, "Adalah Umar bin Abdul Aziz memberi upah
kepada pekerjaannya dan mengambil zakatnya, dan apabila
mengembalikan al-madholim (barang ghasab yang
dikembalikan) diambil zakatnya, dan beliau juga mengambil
zakat dari a'thoyat (gaji rutin) yang diberikan kepada yang
menerimanya.
Dasar pengenaan zakat profesi diantaranya adalah QS Al-
Baqarah, ayat 267: " Hai orang yang beriman, nafkahkanlah
sebagian dari (hasil) usaha kamu yang baik.
Allah berfirman dalam al-quran al-karim:
Artinyapungutlah zakat dari kekayaan mereka, engkau
bersihkan dan sucikan mereka dengannya.
Azhari berkata bahwa zakat juga menciptakan pertumbuhan
buat orang-orang miskin,zakat adalah cambuk ampuh yang
tidak hanya membuat atau menciptakan material danspritual
bagi orang-orang miskin,tetapi juga mengen ombangkan jiwa
dan kekayaan orang-orang kaya.Nawawi juga mengutip dari
pengarang al-hawi zakat adalah kata arab yang sudah dikenal
sebelum islam dan lebih banyak dipakai dalam syair-syair
daripada diterangkan.Daud Zahiri berkata kata itu tidak
mempunyai asal-usul kebahasaan hanya dikenal melalui
agama.
Kata zakat didalam al-quran dalam bentuk ma`rifat(definisi )
disebut tiga puluh kali,diantara orang-orang dua puluh tujuh
kali disebutkan dalam satu ayat bersama salat, dan hanya satu
kali disebutkan dalam kontek yang sama dengan salat tetapi
tidak dalam satu ayat , yaitu firmannya: dan orang orang
yang giat menunaikan zakat,setelah ayat: orang-orang yang
khusu` didalam bersalat, bila diperiksa dari ketiga puluh kali
disebutkan itu, delapan terdap.at didalam surat-surat yang
turun di makkah dan selebihnya turun di Madinah al-
Munawwarah.
C.MACAM-MACAM PROFESI YANG WAJIB DIZAKATI
Perlu diingat pekerjaan yang dapat menghasilkan uang ada dua
macam,pertama adalah pekerjaan yang dikerjakan sendiri
tanpa tergantung orang lain,berkat kecekatan tangan maupun
otak, penghasilan yang diperoleh dengan cara begini disebut
dengan penghasialan prefesional, seperti penghasilan seorang
doctor, insinyur, advokkat, seniman, penjahit, tukang kayu, an
lain-lain.
Kedua adalah pekerjaan yang dilakukan seseorang buat pihak
lain baik pemerintah, perusahaan, maupun peurorangan
dengan memproleh upah, yang diberikan, dengan tangan,
otak, atupun kedua-duanya,penghasilan pekerjaan seperti ini
berupa gaji, upah , ataupun honorarium.
Kaum prefesional menjadi sangat penting disini, sebab dunia
dengan liberalisasinya adalah dunianya kaum professional,
sementara pemberdayaan kaum yang lemah dalam konsep
islam adalah dengan penunaian zakat, infaq, dan
shodaqoh,disamping mendorong etos kerja dikalangan kaum
lemah itu dendiri, oleh karenanya mengadapi dunia globalisasi
itu, jika ingin mempunyai kekuatan yang handal secara
bersama dan kompak, maka penunaian zakat profesi adalah
keniscayaan, sebagai tugas kaegamaan, kebangsaan, serta
kemanusiaan.
Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 267:
-+~t tev!-# (#)uZtB#u' (#u^)eP& eB
eM~t6_qo -tB (Ou|;,T2
Artinya: Hai orang-orang yang beriman keluarkanlah zakat dari
sebaik-baik usahammu
Muhammad Abduh menafsirkan ayat ini : adapun macam
macam barang yang disuruh mengeluarkan zakatnya itu ialah
sebagian dari apa yang dihasilkannya oleh seseorang dari
usahanya, seperti usaha para pekerja, saudagar,tukang, dan
sebagian hasil bumi, tambang dan rikaz.
Bila kita kaji dengan cermat dan lebih mendalam lagi tentang
ayat-ayat diatas, penulis akan dapat menafsirkan tentang
profsi yang dapat digolongkan dalam macam profesi yang wajib
di zakati, asalkan profesinya baik menurut syari`at islam, yang
tentunya hasilnya dijamin akan kehalalannya, yang disebut
dengan maalan toyyiban, sehingga boleh dapat di salurkan
kepada orang lain baik dalm berupa infaq, zakat, dan
shodaqah.
Secara otomatis, profesi yang perlu dizakati adalah segala
profesi yang baik dalam syari`at islam dan dengan syarat hasil
profesinya dapat memenenuhi syarat yang lain, artinya harta
hasil profesinya dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, dan
keluarganya, dan masaih dalam keadaan mempunyai laba
maupun untung yang besar sehingga di wajibkannya zakat
profesi.
Secara garis besar maupun keumuman tentang profesi yang
ada pada zaman sekarang yang dapat memenuhi syaratnya
dan nishobnya , sehingga mewajibkannya zakat profesi,
diantaranya: Profesi sebagai ,pegawai negeri sipil, advokat,
dokter,dan lain- lain.
Zakat Profesi dalam islam dikenal dengan istilah al- kassab,
yaitu harta yang diperoleh melalui berbagai usaha, baik melalu
kekuatan fisik, pikiran,maupun jasa. semisal indrustrawan
,usahawan, honorarium, dokter, kontraktor, percetakan,
penerbitan dan lain-lain .
Akhirnya tidak satupun profesi sekarang ini yang dapat lolos
dari kewajiban menyantuni kaum musthad`afin, dan bagi para
konsultan, penjual jasa, konglomerat, keluarkanlah 20 persen
dari penghasilan lebihmu, semoga Allah akan memberkati
hartamu keluargamu.
D.PANDANGAN INTELEKTUAL TENTANG ZAKAT PROFESI
Kita sudah mengetahui, bahwa islam tidak mewajibkan zakat
atas seluruh harta benda, sedikit atau banyak, tetapi
mewajibkan atas harta benda yang mencapai nisab, bersih dari
hutang, serta lebih dari kebutuhan pokok miliknya, hal itu
untuk menetapkan siapa yang kaya yang wajib zakat.
Dan perlu di catat bahwa Dr.Yusuf Qardawi dalam
karangannya Hukum Hukum Zakat beliau
mengatakanterdapat hal penting yang perlu di
perhatikan,yaitu bahwa hasil pencarian, profesi dan kekayaan
non dagang dapat digolongkan kepada harta penghasilan
tersebut.
Di pembahasan ini yang menjadi perbedaan pendapat (khilaf
ulama`) adalah kebanyakan tentang menentukan waktu
pengambilan zakatnya baik dari ulama` klasik, karena zakat
profesi merupakan bagian dari harta penghasilan ,sehingga
banyak yang khilaf diantara para imam madzhab empat
berbeda pendapat yang cukup kisruh tentang harta
penghasilan, sebagaimana yang di katakan Ibnu Hazm dalam
al Muhalla.
Adapun diantara perkataan beliau adalah, bahwa iamam Abu
Hanifah berpendapat bahwa harta penghasilan itu dikeluarkan
pendapatannya bila mencapai masa setahun penuh pada
pemliknya, kecuali jika pemiliknya mempunyai harta sejenis
yang harus dikeluarkan zakatnya yang untuk itu zakat harta
penghasilan itu dikeluarkan pada permulaan tahun dengan
syarat sudah mencapai nisab. Dengan demikian bila ia
memperoleh penghasilan sedikit ataupun banyak, maski satu
jam menjelang setahun dari harta sejenis riba, ia wajib
mengeluarkan zakat penghasilannya itu bersamaan dengan
pokok harta yang sejenis tersebut maskipun berupa
mas,perak,binatang peliharaan atau lainnya.
Iamam Syafii, mengatakan bawa harta penghasilan itu di
keluarkan zakatnya bila mencapai waaktu setahun maskipun ia
memiliki harta sejenis yang sudah cukup nisab tetapi zakat
anak-anak binatang peliharaan di keluarkan bersamaan dengan
zakat induknya yang sudah mencapai nisab, dan bila tidak
mencapai nisab maka tidak wajib zakatnya.
Diantara perbedaan yang terjadi tentng zakat profesi, ada
juaga yang membedai dari segi penolakannya dan
penerimaanya, sebagai mana yang telah penulis bahas di atas
bahwa Dr. Yusuf qardawi mewajibkannya zakat profesi karena
beliau menggolongkan hasil profesi dalam harta penghasilan,
dilain pihak intelektual ulama Indonesia M.Quraisy Shihab
dalam karyanya Fatwa-Fatwa Seputar Ibadah Mahdhoh beliau
menyatakan wajib mengeluarkan zakat profesi dengan
ketentuan-ketentuan, berikut pernyataanya; rasa keadilan dan
hikama adanya kewajiban zakat mengantarkan banyak ulama
memasukkan profesi itu kedalam pengertian hasil usaha yang
baik-baik, dengan demikian mereka menyamakannya dengan
zakat penghasilan atau perdagangan dan menetapkan
persentase zakatnya sama dengan zakat perdagangan yakni
dari dua setengah persen dari hasil yang diterima setelah
dikeluarkan segala biaya kebutuhan hidup yang wajar, dan sisa
itu telah mencapai batas minimal dalam masa setahun, yakni
senilai 85 gr mas murni.
Perlu diketahui para ulama hukum islam (Ilmu Fiqh) secara
sederhana dapat dikatakan bahwa ada orang yang beroleh
penghasilan namun tidak cukup memenuhi kebutuhannya,
ketidak cukupannya itu boleh jadi melebihi setengah
kebutuhannya dan boleh kurang setengahnya, salah satu daru
mereka disebut faqir dan miskin , secara otomatis zakat profesi
tidak wajib pada mereka mengingat kebutuhan mereka belum
tercukupi.
Dalam bahasan ini penulis juga akan mengungkapkan tentang
salah satu ulama` kontemporer yang menolak adanya zakat
prfesi, bilau adalah salah satu intelekktual muslim yang pandai,
dan dapat dipercaya tentang pendapatnya, diantara karangan
beliau yang terkenal adalah kitab tafsir munir dan fiqh al-
islami, yaitu Dr. wahbah Zuhaili, beliau menolak dengan alasan
bahwa pada zaman Nabi tidak dibahas tentang kewajiban
menunaikan zakat profesi, meskipun pada waktu itu sudah
banyak profesi, secara otomatis sekarang profesi tidak wajib
dizakati.
Disini juga, penulis akan memberikan pendapat pendapat
tentang zakat profesi yang penulis kutip dari sebuah artikel
yang diambil dari internet, yang akan membahas tentang
ulama` yang menolak adanya zakat profesi dan ulama` yang
mewajibkan zakat profesi.
D.1. Pendapat Dan Dalil Penentang Zakat Profesi
Mereka mendasarkan pandangan bahwa masalah zakat
sepenuhnya masalah 'ubudiyah. Sehingga segala macam
bentuk aturan dan ketentuannya hanya boleh dilakukan kalau
ada petunjuk yang jelas dan tegas atau contoh langsung dari
Rosulullah SAW. Bila tidak ada, maka tidak perlu membuat-
buat aturan baru.
Di zaman Rosulullah SAW dan Salafus Sholeh sudah ada
profesi-profesi tertentu yang mendapatkan nafkah dalam
bentuk gaji atau honor. Namun tidak ada keterangan sama
sekali tentang adanya ketentuan zakat gaji atau profesi.
Bagaimana mungkin sekarang ini ada dibuat-buat zakat
profesi.
Rosulullah SAW bersabda Barang siapa mengerjakan suatu
perbuatan yang belum pernah kami perintahkan, maka ia
tertolak (HR. Muslim).Rosulullah SAW juga bersabda Jauhilah
bidah, karena bidah sesat dan kesesatan ada di neraka (HR.
Turmudzi).
Diantara mereka yang berada dalam pandangan seperti ini
adalah Fuqaha kalangan Zahiri seperti Ibnu Hazm dan lainnya
dan juga Jumhur Ulama, kecuali Mazhab Hanafiyah yang
memberikan keluasaan dalam kriteria harta yang wajib
dizakati.
Umumnnya Ulama Hijaz seperti Syaikh Abdullah bin Baz,
Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin, dan lainnya tidak
menyetujui zakat profesi. Bahkan Syaikh Dr. Wahbah Az-
Zuhaily pun menolak keberadaan zakat profesi sebab zakat itu
tidak pernah dibahas oleh para ulama salaf sebelum ini.
Umumnya Kitab Fiqih Klasik memang tidak mencantumkan
adanya zakat profesi.
D.2. Pendapat dan Dalil Pendukung Zakat Profesi
Pendapat ini dikemukakan oleh Syaikh Abdur Rahman Hasan,
Syaikh Muhammad Abu Zahrah, Syaikh Abdul Wahab Khalaf
dan Syaikh Yusuf Qaradhawi. Mereka berpendapat bahwa
semua penghasilan melalui kegiatan profesi dokter, konsultan,
seniman, akunting, notaries, dan sebagainya, apabila telah
mencapai nishab, maka wajib dikenakan zakatnya. Para
Peserta Muktamar Internasional Pertama tentang zakat di
Kuwait pada 29 Rajab 1404 H / 30 April 1984 M juga sepakat
tentang wajibnya zakat profesi bila mencapai nishab, meskipun
mereka berbeda pendapat dalam cara mengeluarkannya.
Pendapat ini dibangun berdasarkan :
Pertama : Ayat-ayat Al-Quran yang bersifat umum yang
mewajibkan semua jenis harta untuk dikeluarkan zakatnya,
seperti dalam QS. At-Taubah (9) :103, QS. Al-Baqarah (2) :
267, dan QS. Adz-Zaariyat (51) : 19. Firman Allah SWT Hai
orang-orang yang beriman, keluarkanlah/nafkahkanlah (dijalan
Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan
sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu
(QS. Al-Baqarah (2) : 267).
Dalam ayat tersebut, Allah menegaskan bahwa segala hasil
usaha yang baik-baik wajib dikeluarkan zakatnya. Dalam hal ini
termasuk juga penghasilan (gaji) dari profesi sebagai dokter,
konsultan, seniman, akunting, notaries, dan sebagainya. Imam
Ar-Razi berpendapat bahwa apa yang dimaksud dengan hasil
usaha tersebut meliputi semua harta dalam konsep
menyeluruh, yang dihasilkan oleh kegiatan atau aktivitas
manusia. Karena itu nash ini mencakup semua harta, baik yang
terdapat di zaman Rasulullah SAW, baik yang sudah diketahui
secara langsung, maupun yang dikiaskan kepadanya.
Muhammad bin Sirin dan Qathadaah sebagaimana dikutip
dalam Tafsier Al-Jaami Li Ahkaam Al-Quran menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan kata-kata Amwaal (harta)
pada QS. Adz-Zaariyaat (51) : 19, adalah zakat yang
diwajibkan, artinya semua harta yang dimiliki dan semua
penghasilan yang didapatkan, jika telah memenuhi persyaratan
kewajiban zakat, maka harus dikeluarkan zakatnya. (Tafsir Al-
Jaami Li Ahkaam Al-Quran Juz I : hal. 310-311).
Sabda Rosulullah SAW Menjadi suatu kewajiban bagi setiap
orang muslim berzakat (bersedekah). Mereka bertanya, Hai
Nabi Allah, bagaimana yang tidak mempunyai harta ?.
Rosulullah menjawab Bekerjalah untuk mendapatkan sesuatu
untuk dirinya, lalu bersedekah. Mereka bertanya kalau tidak
mempunyai pekerjaan ? Rosul bersabda Tolonglah orang
yang meminta pertolongan. Mereka bertanya lagi Bagaimana
bila tak kuasa ? Rosulullah menjawab kerjakanlah kebaikan
dan tinggalkanlah kejahatan, hal itu merupakan sedekah.
Kedua : Berbagai pendapat para Ulama terdahulu maupun
sekarang, meskipun dengan menggunakan istilah yang
berbeda. Sebagian dengan menggunakan istilah yang bersifat
umum yaitu al-Amwaal, sementara sebagian lagi secara
khusus memberikan istilah dengan istilah al-maal al-
mustafad seperti terdapat dalam fiqh zakat dan al-fiqh
alislamy wa Adillatuhu.
Sekelompok sahabat berpendapat bahwa kewajiban zakat
kekayaan tersebut langsung, tanpa menunggu batas waktu
setahun. Diantara mereka adalah Ibnu Abbas, Ibnu Masud,
Muawiyah, Shadiq, Baqir, Nashir, Daud, dan diriwayatkan juga
Umar bin Abdul Aziz, Hasan, Zuhri, serta Auzai.
Pendapat-pendapat dan sanggahan-sanggahan terhadap
pendapat-pendapat itu telah ditulis dalam kitab-kitab, misalnya
al-Muhalla oleh Ibnu Hazm, jilid 4 : 83 dan seterusnya al-
Mughni oleh Ibnu Qudamah jilid 2 : 6, Nail-Authar jilid 4 : 148,
Rudz an-Nadzir jilid 2 : 41, dan Subul as-Salam jilid 2 : 129.
Ketiga : Dari sudut keadilan yang merupakan cirri utama
ajaran Islam penetapan kewajiban zakat pada setiap harta
yang dimiliki akan terasa sangat jelas, dibandingkan dengan
hanya menetapkan kewajiban zakat pada komoditi-komoditi
tertentu saja yang konvensional. Petani yang saat ini
kondisinya secara umum kurang beruntung, tetap harus
berzakat, apabila hasil pertaniannya telah mencapai nishab.
Karena itu sangat adil pula, apabila zakat inipun bersifat wajib
pada penghasilan yang didapatkan para dokter, konsultan,
seniman, akunting, notaries, dan profesi lainnya.
Keempat : Sejalan dngan perkembangan kehidupan
ataumanusia, khususnya dalam bidang ekonomi, kegiatan
penghasilan melalui keahlian dan profesi ini akan semakin
berkembang dari waktu ke waktu. Bahkan akan menjadi
kegiatan ekonomi yang utama, seperti terjadi di Negara-negara
industry sekarang ini. Penetapan kewajiban zakat kepadanya,
menunjukkan betapa hukum Islam sangat aspiratif dan
responsive terhadap perkembangan zaman. Afif Abdul Fatah
Thabari menyatakan bahwa aturan dalam Islam itu bukan saja
sekedar berdasarkan pada keadilan bagi seluruh umat
manusia, akan tetapi sejalan dengan kemaslahatan dan
kebutuhan hidup manusia, sepanjang zaman dan keadaan,
walaupun zaman itu berbeda dan berkembang dari waktu ke
waktu (Ruuh al-Dien al-Islamy, hal. 300)
G.KENDALA MENGAMBIL ZAKAT PROFESI
Dalam hal ini, penulis tidak menemukan daftar rujukan yang
pas mengenai kendala mengambil zakat profesi, namun
menurut penulis kendala mengambil zakat profesi tentu ada,
diantaranya: dapat mengurangi uang simpanan pemberi zakat,
sulitnya rasa ihlas si pemberi sehingga akan sia-sia belaka
amal baiknya, dan mungkin tidak menyukai kepada orang yang
diberi karena tiada keihlasan dalam memberi zakat.


H.PENUTUP
Istilah Zakat Profesi belum dikenal di zaman Rosulullah SAW
bahkan hingga masa berikutnya selama ratusan tahun. Bahkan
kitab-kitab Fiqih yang menjadi rujukan umat ini pun tidak
mencantumkan pembahasan bab zakat profesi
dadalamnya.Harus diingat bahwa meski di zaman Rosulullah
SAW telah ada beragam profesi, namun kondisinya berbeda
dengan zaman sekarang dari segi penghasilan. Dizaman itu
pemghasilan yang cukup besar dan dapat membuat seseorang
menjadi kaya berbeda dengan zaman sekarang. Diantaranya
adalah berdagang, bertani, dan berternak. Sebaliknya, di
zaman sekarang ini berdagang tidak otomatis membuat
pelakunya menjadi kaya, sebagaimana juga bertani dan
berternak. Nahkan umumnya petani dan peternak di negeri kita
ini termasuk kelompok orang miskin yang hidupnya masih
kekurangan.
Sebaliknya, profesi-profesi tertentu yang dahulu sudah ada,
tapi dari sisi pendapatan saat itu tidaklah merupakan kerja
yang mendatangkan materi besar. Di zaman sekarang ini justru
profesi-profesi inilah yang mendatangkan sejumlah besar harta
dalam waktu yang singkat. Seperti Dokter Spesialis, Arsitek,
Komputer Programer, Pengacara, dan sebagainya. Nilainya bisa
ratusan kali lipat dari petani dan peternak miskin di desa-desa.
Perubahan Sosial inilah yang mendasari ijtihad para ulama hari
ini untuk melihat kembali cara pandang kita dalam menentukan
: siapakah orang kaya dan siapakah orang miskin ? intinya
zakat itu adalah mengumpulkan harta orang kaya untuk
diberikan pada orang miskin. Dizaman dahulu, orang kaya
identik dengan Pedagang, Petani, dan Peternak. Tapi di zaman
sekarang ini, orang kaya adalah para profesional yang bergaji
besar. Zaman berubah namun prinsip zakat tidak berubah.
Yang berubah adalah realitas di masyarakat. Tapi intinya orang
kaya menyisihkan uangnya untuk orang miskin. Dan itu adalah
intisari Zakat.
Dengan demikian, zakat profesi merupakan ijtihad pada ulama
di masa kini yang nampaknya berangkat dari ijtihad yang
cukup memiliki alasan dan dasar yang juga cukup kuat. Akan
tetapi tidak semua ulama sepakat dengan hal tersebut.Namun
dalam hal ini penulis lebih mewajibkannya zakat profesi,
karena gaji seorang profesi kebanyakan lebih besar, dan
hasilnya wajib dizakati.
Daftar Pustaka:
Qardawi, Yusuf, 1879, Figh al-Zakat.Muassasat Al-Risalah,
Libanon: Beirut.
Harahap, Syahrin, 1999, Islam,Konsep, Dan, Elementasi
Pemberdayaan, Jogja: PT.Tiara Wacana.
Rakhmat, Jalaluddin, 1999,Islam Aktual, Bandung: Mizan.
Sihab, Quraisy, 1999, Fatwa-Fatwa Quraisy Sihab Seputar
Ibadah Mahdhoh, Bandung: Mizan.

Www.Badan Amil Zakat Daerah, Kab. Cianjur, Artikel, Zakat
Profesi, Wajib Atau Tidak?, Tgl-23, 08, 2010.
===== shawli al-faraby ========

You might also like