You are on page 1of 3

3. Peraturan kekuasaan militer pusat No.

1 taun 1951 Peraturan ini mengatur tentang tata cara penyelesaian perselisihan perburuhan dengan jalan membentuk panitia penyelesaian pertikaian perburuhan. Dan terdiri dari beberapa instansi terkait yaitu, menteri perburuhan sebagai ketua, mentri perhubungan, perdagangan, perindustrian, keuangan dan menteri pekerjaan umum sebagai anggota. Penyelesaian oleh industri teknis bersifat perantaran dan hanya dapat memberikan anjuran tidak mengikat terhadap pihak yang berselisih. Instansi tidak dapat mengeluarkan suatau keputusan dalam menyelesaikan suatu perselisihan perburuhan. Apabila perundingan-perundingan yang dipimpinya tidak membawa hasil, instansi harus mengajukan persoalan perselisihan tersebut pada panitia penyelesaian. Panitia penyelesaian hanya ada di ibu kota negara, di provinsi dan daerah kotapraja dibentuk instansi. 4. Undang-undang darurat N0. 16 tahun 1951 Dikeluarkan dengan maksud mengatasi keadaan perburuhan pada waktu itu yang dianggap sangat rawan serta membahayakan keamanan dan ketertiban umum. Pemerintah terus berusaha menyempurnakan tata cara penyelesaian perselisihan agar dapat menciptakan hubungan perburuhan yang tenang dan harmonis guna mempercepat pembangunan bangsa dan negara. Materi undang-undang ini lebih lengkap jika dibandingkan dengan undang-undang No.1 tahun 1951. Ada tiga lembaga penyelesaian perselisihan perburuhan, pegawai, juru/dewan pemisah, dan panitia pusat/daerah. Yang dimaksud pegawai adalah pegawai kementrian perburuhan yang dittunjuk oleh menteri perburuhan untuk memberikan perantaran dalam menyelesaikan perselisihan perburuhan yang di mintakan oleh pekerja atau pengusaha. Pegawai tidak berwenamg dalam membuat surat keputusan, karena kewenanganya hanaya sebatas memberikan perantara berupa anjuran yang tidak mengikat, baik terhadap pekerja ataupun pengusaha. Apabila perselisihan perburuhan tidak dapat diselesaikan secara perantara, perselisihan tersebut harus diteruskan pada panitia daerah. Dewan pemisah adalah seseorang atau beberapa orang yang ditunjuk pihak pihak pekerja dan pengusaha yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihan denagan jalan arbitase. Apabila pihak yang berselisih menyerahkanpenyelesaian penyelesaian perburuhan pada dewan pemisah, terlebih dahulu membuat surat perjanjian di depan pegawai atau panitia daerah, sedang penunjukan atau menyelesaianya diserahkan sepenuhnya pada kemauan kedua beah pihak. Panitia daerah adalah panitia penyelesaian perselisihan perburuhan yang dibentuk di kota-kota yang ditetapkan oleh menteri perbururuhan. Panitia pusat adalah panitia perselisihan perburuhan di ibu kota negara. Ada beberapa hal dalam menyelesaikan perselisihan perburuhan yang diatur dalam undang-undang ini, tentang diakuinya pernanan pegawai dan juru/dewan pemisah. Panitia penyelesaian perselisihan perburuhan pusat berhak menyerahkan suatu perkara perselisihan perburuhan kepada menteri perburuhan untuk diselesaikan dengan jalan : a. Memberi perantaran, b. Memberi putusan yang berupa anjuran pada pihak yang berselisih. Apabila usaha-usaha tersebut

tidak membawa hasil maka akan dikembalikan lagi pada panitia penyelesaian perselisihan perburuhan pusat. Intruksi kementrian perburuhan tanggal 12 oktober 1950 No. PP.3-8-14/U.3994 pemutusan hubungan kerja seara besar-besaran semula harus dirundingkan dengan kepala kantor penempatan tenaga kerja setempat, cara penyelesaian seperti itu tidak efisien dan memakan waktu lama. Disebabkan jawatan penempatan tenaga kerja tidak mempunyai hak berdasarkan undang-undang untuk mengizinkan atau melarang pemutusan hubungan kerja besar-besaran. Dalam praktik serikat buruh selalu tentang maksud pengusaha yang akan mengadakan pemutusah hubungn kerja dan hal tersebut menjadi perselisihan perburuhan. Penyelesaian perselisihan perburuhan merupakan wewenang panitia penyelesaian perselisihan perburuhan pusat. Waktu itu belum ada undangundang yang mengatur pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran, sehingga masalah tidak diselesaikan menurut saluran hukum, tetapi hakikatnya pencegahan PHK merupakan suatu kebijaksanaan pemerintah. Dapat dikatakan kebijakan dilakukan oleh panitia penyelesaian perselisihan perburuhan pusat yang terdiri ata wakil menteri yang duduk di dalam panitia itu. Hubungan antara panitia penyelesaian perselisihan perburuhan pusat dengan jawatan penempatan tenaga kerja tidak ada sama sekali, panitia penyelesaian perselisihan perburuhan pusat dengan kantor penyuluh perburuhan sudah di atur dalam undang-undangdarurat. Mengingat alasan praktis secara kecepatan penyelesaian, untuk menyederhanakan jalanaya penyelesaian PHK secara besar-besaran dikeluarkan intruksi menteri perburuhan No. 7632/52, yang menginstruksikan mulai tanggal 1 September 1952 urusan penyelesain PHK secara besar-besaran, penangananya sejak dari awal ditugaskan pada kantor penyuluh perburuhan dan tidak lagi dibebankan pada jawatan penempatan tenaga kerja. Intruksi kementrian perburuhan No. PP.3-814/U.3994 tahun 1950 masih tetap berlaku sampai perubahan terhadap panitia penyelesaian pemberhentian pekerja/buruh serentak. Dalam menangani masalah PHK besar-besaran yang menyangkut sosial ekonomis dan sosial teknis agar meminta bantuan jawatan penempatan tenaga kerja dan jawatan pengawas perburuhan agar mengadakan pendekatan dengan sekertariat pekerja/buruh yang bersangkutan. 5. undang-undang No. 22 tahun 1957 Menggantikan undang-undang darurat No. 1 tahun 1951. Berdasar pasal 1 ayat (e) uu no 22 tahun 1957, secara tegas yang pertama kali dikenal sebutan pegawai yang diberi tugas untuk memberikan perantaran ( pasal 2 ayat (2)). Pegawai adalah pegawai departemen tenaga kerja yang ditunjuk oleh menteri tenaga kerja untuk memberikan perantaran dalam perselisihan perburuhan. Pegawai perantara dapat bertindak sebagai juru penengah, pemindai, atau juru pemisah. Bertindak sebagai juru penengah, membantu pihak yang berselisih mengatasi kesulitan pada setiap tingkat perundingan sebelum pihak yang bersangkutan mengajukan secara resmi kepada pegawai perantara mengenai kegagalanya untuk berunding sendiri dan tidak mencapai kesepakatan. Bertindak sebagai juru pendamai, atas permintaan salah satu pihak atau pihak yang berselisih untuk memberikan perantaran dengan jalam mempertemukan pihak yang bersangkutan serta mengupayakan agar mereka beredia mengadakan permusyawaratan untuk mencapai mufakat. Hasil musyawarah dituangkan dalam persetujuan bersama yang ditandatangani oleh keduabelah pihak yang berselisih sebagai pernyataan selesainya perselisihan atau PHK. Bertindak sebagai juru pemisah (arbiter) pihak

yang berselisih sepakat menunjuk pegawai perantara untuk menyelesaikan perselisihan dengan sarat keputusan bersifat mengikat setelah memperoleh pengesahan dari P-4 pusat.

You might also like