You are on page 1of 53

PERANCANGAN PRODUK BIOBRIKET TERHADAP EFEKTIVITAS PEMANASAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Disusun oleh Nama : Purwanto NRP : 206415009

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAKARTA

2011

ABSTRAK

Salah satu masalah yang dihadapi bangsa indonesia saat ini adalah krisis sumber energi, dimana kebutuhan BBM dan gas elpiji masyarakat dan industri tiap tahunnya meningkat dan harganyapun terus naik. Oleh karena itu perlu adanya alternatif lain yang dapat menggantikan kebutuhan itu. Salah satu alternatif lain yaitu briket, penelitian ini bertujuan menghasilkan produk biobriket yang bermanfaat bagi industri kecil dan rumah tangga yang harganya murah juga dapat dibuat sendiri dan ramah lingkungan serta untuk mengetahui nilai kalori pembakarannya. Bahan yang digunakan disini adalah berasal dari biomassa, sekam padi dan sampah daun-daunan. Penelitian diawali dengan pegumpulan bahan dasar yang berupa sekam padi dan sampah daun-daunan dimana bahan terlebih dahulu mengalami proses pirolisis. Penelitian dilakukan dengan pengujian nilai kalori pembakaran dari biobriket sekam padi dan sampah daun-daunan dengan komposisi 50% : 50%, 75% : 25%, dan 25% : 75%, menggunakan bomb calorimeter. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai kalori cukup besar adalah dengan komposisi 50% sekam padi dan 50% sampah daun-daunan yaitu 3.875,99 kkal/kg. Sedang dalam perhitungan optimalnya didapatkan komposisi antara 54% sampah daun-daunan dan 46% sekam padi. Adapun nilai break even pont akan tercapai pada Rp 3.000.000 unit, atau selama 3,9 tahun dengan 300 hari kerja setiap tahun. Nilai ekonomis untuk penggunaan 9000 kkal/0,8 kg minyak tanah setara dengan penggunaan 6,96 kg biobriket dengan penghematan biaya Rp 13.080 dengan ekivalen 2,32 kg biobriket dan 0,8 kg miyak tanah. Untuk itu dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan biobriket ini mempunyai nilai ekonomis bagi masyarakat dan memiliki prospek kedepan yang baik apabila dapat dikembangkan dengan aspek-aspek kelayakan proyek yang lebih matang. Kata kunci: biobriket, nilai ekonomi, sekam padi, sampah daun-daunan.

viii

DAFTAR ISI

Halaman Kata pengantar...................................................................................................i Daftar Isi............................................................................................................iii Daftar Tabel.......................................................................................................vi Daftar Gambar ...................................................................................................vii Abstrak ..............................................................................................................viii

BAB. I.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................1 B. Rumusan Masalah ..................................................................3 C. Batasan Masalah.....................................................................3 D. Tujuan Penelitian....................................................................3 E. Manfaat Penelitian..................................................................3 F. Sistematika Penulisan .............................................................4

BAB. II.

LANDASAN TEORI A. Perancangan Produk ...............................................................5 B. Biobriket ................................................................................6 1. 2. 3. 4. Biobriket Campuran.........................................................6 Sekam Padi......................................................................9 Arang Sekam Padi ...........................................................11 Sampah............................................................................13

iii

a. b.

Komposisi Fisik ........................................................14 Komposisi Kimia ......................................................15

C. Proses Pembuatan Biobriket ...................................................19 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tahap Persiapan Bahan Baku Briket ................................19 Tahap Persiapan Alat-Alat ...............................................20 Tahap Penghalusan Bahan ...............................................21 Tahap Pencampuran.........................................................21 Tahap Pencetakan ............................................................21 Tahap Pengeringan ..........................................................21 Tahap Pengujian Nilai Kalor............................................22

D. Energi.....................................................................................22 1. Energi Alternatif ..............................................................24 a. b. c. Proyek Pembangkit Tenaga Listrik............................24 Pengembangan Produksi Minyak hayati....................25 Pengembangan Proyek Briket ...................................25

E. Kalor ......................................................................................25 1. 2 Nilai Kalor Atas...............................................................26 Nilai Kalor Bawah ...........................................................26

iv

BAB. III.

METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian ....................................................................28 B. Teknik Pengumpulan Data......................................................28 1. Studi Kepustakaan .............................................................28 2. Studi Lapangan ..................................................................28 C. Kerangka Proses Penelitian....................................................29

BAB. IV.

HASIL PEMBAHASAN A. Tahap Perancangan Produk Briket ..........................................30 1. Tahap Persiapan.................................................................30 2. Tahap Penghalusan Bahan..................................................30 B. Tahap Pembuatan Briket.........................................................31 C. Diagram Alur Pembuatan Briket.............................................32 D. Tahap Pengujian Briket ..........................................................33 E. Kombinasi Produk Optimal ....................................................33 F. Nilai Ekonomis.......................................................................37 G. Perhitungan Biaya Pembuatan Biobriket.................................40 H. Perhitungan Break-Event Point...............................................42

BAB. V.

PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................45 B. Saran ......................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................47

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Salah satu masalah terpenting yang dihadapi bangsa Indonesia adalah

krisis energi, bahan bakar minyak (BBM), dan juga gas elpiji (LPG), karena energi sangat dibutuhkan oleh manusia dalam menopang kehidupannya. Pasokan bahan bakar minyak dan gas elpiji mulai mengalami kendala akibat pasokan yang cenderung lebih rendah dibandingkan tingkat konsumsinya. Kebutuhan bahan bakar minyak dan gas elpiji masyarakat dan industri tiap tahunnya meningkat. Kondisi ini harus diakumulasi oleh pemerintah, dalam jumlah yang mencukupi dan harga harus terjangkau oleh masyarakat. Tapi kenyataannya, sering kita jumpai permasalan kelangkaan dan harga bahan bakar minyak dan gas elpiji, apabila hal ini terus menerus terjadi maka masyarakat akan resah dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu perlu mencari alternatif bahan energi lain yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, salah satu energi alternatif pengganti bahan bakar minyak dan gas elpiji adalah briket. Briket, selain murah harganya dibandingkan dengan harga bahan bakar minyak maupun gas elpiji, juga terbukti memiliki sifat ramah lingkungan. Bahan bakar briket merupakan salah satu alternatif yang dapat diambil, dikarenakan pemakain kompor yang berbahan briket ini akan lebih murah dari pada penggunaan kompor yang berbahan bakar minyak atau gas (Sinar Harapan : Rabu 5 Maret 2008). Bahan yang digunakan untuk membuat briket diharapkan mudah didapat,

memiliki nilai kalor yang cukup, tidak menimbulkan gas-gas beracun, dan murah harganya serta mudah cara pengolahannya. Sekam padi atau yang lebih dikenal dengan sebutan ampas padi, selama ini hanya dianggap sebagai limbah, namun dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan, pemanfaatan sekam padi dapat menurunkan

pemakaian bahan bakar minyak solar hingga 80 persen. Tidak hanya itu, produk limbah pertanian ini dapat menjadi energi alternatif yang ramah lingkungan. Selama ini, banyak petani hanya memanfaatkannya untuk bahan baku makanan ternak. Penggunaan sekam padi sebagai sumber energi alternatif juga telah banyak digunakan. Di Indonesia PLTD Haurgeulis telah menggunakan sekam padi sebagai bahan bakar pembangkit listriknya. Penggunaan sekam padi pada pembuatan briket juga sudah banya dilakukan di daerah lain. Sampah juga ternyata bukan hanya didapat diolah menjadi pupuk kompos atau semacamnya, tetapi juga dapat digunakan sebagai penghasil energi. Konsep sampah untuk energi ini dapat menjadi pertimbangan penting dalam memilih teknologi yang akan digunakan dalam mengolah sampah menjadi produk yang memiliki nilai jual, sehingga penumpukan sampah dapat teratasi. Untuk itu, dalam penelitian ini kami berkonsentrasi pada bahan sekam padi dan sampah dedaunan yang berasal dari sampah rumah tangga, dan mempertimbangkan latar belakang diatas, kami melakukan penelitian mengenai pembuatan bahan bakar briket sebagai perwujudan pemanfaatan energi alternatif bagi masyarakat umumnya.

B.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami merumuskan bagaimana

merancang briket campuran antara sekam padi dan sampah daun-daunan yang mempunyai nilai kalor tinggi dibandingkan dengan minyak tanah.

C.

Batasan Masalah Agar dalam penulisan tugas akhir ini tidak melebar, maka perlu dilakukan

batasan-batasan masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut: 1. Penelitian hanya dilakukan pada produk briket sekam padi dan sampah daun-daunan yang dihasilkan. 2. Arang sekam padi dan sampah daun-daunan dicampur dengan komposisi 50% : 50%; 75% : 25%; dan 25% : 75%. 3. Menentukan jumlah kalor yang dihasilkan berkombinasi optimal.

D.

Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menghasilkan produk briket yang bermanfaat bagi industri kecil dan rumah tangga. 2. Mengetahui nilai kalor pembakaran biobriket campuran arang sekam padi dan sampah daun-daunan.

E.

Manfaat Penelitian Setelah dilakukan beberapa tahapan-tahapan penelitian maka diharapkan

dapat menemukan manfaat, adapun manfaat dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah dapat meminimalkan pengeluaran masyarakat melalui pemanfaatan

biobriket, menghitung biaya (pengeluaran) menggunakan biobriket.

F.

Sistematika Penulisan Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis membagi dalam beberapa bab

yaitu sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Memuat tentang latar belakang masalah yang terjadi, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II. LANDASAN TEORI Meliputi pembakaran-pembakaran biobriket, tahap pekerjaan

pembuatan arang, dasar teori, analisis ekonomi. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Meliputi diagram alir penelitian, pengumpulan, dan pengolahan bahan baku, dan pembuatan briket campuran arang sekam padi dan sampah daun-daunan, pengujian nilai kalor. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Meliputi hasil data pengujian, sekaligus pembahasan data pengujian tersebut, perhitungan nilai optimal, nilai break even point, serta nilai ekonomisnya. BAB V. PENUTUP Memuat kesimpulan dan saran-saran yang mengacu pada penulisan tugas akhir ini.

BAB II LANDASAN TEORI

A.

Perancangan Produk Salah satu karakteristik manusia adalah mereka selalu berusaha

menciptakan sesuatu, baik alat atau benda lainnya untuk membantu kehidupan mereka. Untuk mewujudkan benda tersebut diperlukan suatu rancangan atau desain. Hal itu tidak dilakukan oleh masyarakat tradisional, pada masa lalu, dapat dikatakan tidak ada kegiatan penggambaran ataupun pemodelan sebelum kegiatan suatu benda dilakukan. Pada saat sekarang, pada masyarakat industri khususnya, kegiatan merancang dan pembuatan benda merupakan kegiatan yang terpisah. Proses pembuatan tidak akan berjalan baik sebelum kegiatan perancangan diselesaikan. Dari hasil perancangan akan diketahui deskripsi dari benda yang akan dibuat. Hal ini akan sangat memudahkan proses pembuatannya, Maka dari itu, kegiatan perancangan adalah hal yang penting dan mutlak dilakukan sebelum proses produksi suatu benda. Menghasilkan produk sesuai dengan yang dibutuhkan manusia adalah hal yang ingin dicapai dari proses perancangan. Salah satu caranya adalah dengan merancang dengan berorientasi terhadap keinginan dan kebutuhan pelanggan. Keinginan setiap manusia tersebut dibuat dalam perancangan produk melalui pengembangan secara komputer dan analisa teknik, yang dapat diproses secara teratur, penentuan waktu untuk mengkomsumsikannya, dan termasuk dalam memasarkannya. Perancangan produk berarti sudah termasuk didalamnya setiap aspek teknikal dari produk, mulai dari pertukaran atau penggantian komponen

dalam pembuatan, perakitan, pelayanan sampai pada kekurangannya. Sebuah produk seharusnya dikerjakan lebih dari operasi biasa untuk meningkatkan market place nya, yaitu mempertimbangkan seluruh hargaharga, seluruh kelengkapan dan target segmen pasar yang terdiri dari dua elemen yaitu visualisasi dan fungsionalnya. Disain produk baru merupakan hal yang sangat penting sekali bagi kelangsungan hidup sebagian besar perusahaan. Sementara beberapa perusahaan mengalami sedikit perubahan produk, sebagian besar perusahaan harus secara kontinu memperbaiki produk mereka. Keputusan tentang produk mempengaruhi keempat bidang pengambilan keputusan operasi, sehingga keputusan produk harus dikoordinasikan secara teliti dengan operasi untuk memastikan bahwa operasi diintegrasikan dengan desain produk. Melalui kerjasama yang teliti antara operasi dan pemasaran, strategi pasar dan produk dapat diintegrasikan dengan keputusan tentang proses, kapasitas, persediaan dan kualitas. Definisi produk adalah hasil dari pengembangan suatu strategi bisnis. Desain produk merupakan prasyarat untuk produksi bersama dengan prakiraan volume produksi. Hasil keputusan desain produk ditransmisikan ke operasi spesifikasi produk. Spesifikasi ini merumusan karakteristik produk dan memungkinkan pelaksanaan produksi.

B.

Biobriket : Sumber energi alternatif pengganti minyak tanah dan elpiji dari bahan bekas atau bahan yang sudah tidak terpakai 1. Biobriket Campuran Bioarang merupakan arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat

dari aneka macam bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, daun-daunan, rumput, jerami, kertas, ataupun limbah pertanian lainnya yang dapat dikarbonisasi. Biorang ini dapat digunakan melalui proses pengolahan, salah satunya adalah menjadi briket biorang. Suatu bahan bakar akan murah jika bahan baku yang digunakan murah, banyak tersedia, dan cara atau teknologi yang dipakai untuk mengolahnya sederhana. Itulah sebabnya diperkenalkan bioarang. Briket bioarang adalah gumpalan-gumpalan atau batangan-batangan arang yang terbuat dari bioarang (bahan lunak). Bioarang yang sebenarnya termasuk bahan lunak yang dengan proses tertentu diolah menjadi bahan arang keras dengan bentuk tertentu. Kualitas dari bioarang ini tidak kalah dengan batubara atau bahan bakar jenis arang lainnya. Briket terhadap sesuatu material merupakan cara mendapatkan bentuk, dan ukuran yang dikehendaki agar dipergunakan untuk keperluan tertentu. Biasanya briket ini lazim dilakukan terhadap peat, garam, arang, dan bahan mineral lainnya Pembuatan briket arang dari limbah pertanian dapat dilakukan dengan menambah bahan perekat, dimana bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan system hidrolik maupun manual, dan selanjutnya dikeringkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartoyo menyimpulkan bahwa briket arang yang dihasilkan setara dengan briket arang buatan Inggris, dan memenuhi persyaratan yang berlaku di Jepang karena menghasilkan kadar abu, dan zat yang mudah menguap yang rendah serta kadar karbon terikat (fixed carbon), dan nilai kalor yang tinggi. Kualitas briket bioarang juga

ditentukan oleh bahan pembuat/penyusunnya, sehingga mempengaruhi kualitas nilai kalor, kadar air, kadar abu, kadar bahan menguap, dan kadar karbon terikat pada briket tersebut . Menurut Schuchart, dkk, 1996, pembuatan briket dengan

menggunakan bahan perekat akan lebih baik hasilnya jika dibandingkan tanpa menggunakan bahan perekat. Disamping meningkatkan nilai bakar dari bioarang, kekuatan briket arang dari tekanan luar juga lebih baik, dan tidak mudah pecah. Kualitas briket yang dihasilkan menurut standar mutu Inggris, dan Jepang dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1. Kualitas Mutu Briket Bioarang BRIKET ARANG INGGRIS 3,59 8,26 7289,00 BRIKET ARANG JEPANG 6 3-6 6000-7000

SIFAT Kadar Air Kadar Abu Nilai Kalor

Sumber : Ringkuangan, 1993 Briket bioarang merupakan bahan bakar alternatif yang cukup berkualitas. Bahan bakar ini dapat dimanfaatkan dengan teknologi yang sederhana, tetapi panas (nyala api) yang dihasilkan cukup besar, cukup lama, dan aman. Bahan bakar ini cocok digunakan oleh para pedagang atau pengusaha yang memerlukan pembakaran yang terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan briket bioarang antara

lain adalah biayanya amat murah. Alat yang digunakan untuk pembuatan briket bioarang cukup sederhana, dan bahan bakunya pun sangat murah, bahkan tidak perlu membeli karena berasal dari sampah, daun-daun kering, limbah pertanian yang sudah tidak berguna lagi. Bahan baku untuk pembuatan arang umumnya telah tersedia disekitar kita. Briket bioarang dalam penggunaannya menggunakan tungku yang relatif kecil

dibandingkan dengan tungku yang lainnya.

2. Sekam Padi Padi (Oriza Sativa) adalah salah satu hasil pertanian yang penting di negara kita dan terdapat hampir diseluruh tanah air. Makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia adalah beras. Menurut FAO United Nations Industrial Development Organization (FAO-UNIDO, 1973) hasil penelitian dalam satu tingkat padi menghasilkan 52 % beras, 20 % sekam padi, 15 % jerami, 10 % ketul dan 3 % hilang pada saat penggilingan. (Bor. S. Luh., 1980). Sekam padi merupakan lapisan keras yang membungkus kariopsis butir gabah, terdiri atas dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan gabah, sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Dari proses penggilingan gabah akan dihasilkan 16,3-28 % sekam. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak, dan energi. Oleh karena jumlah sekam padi yang dihasilkan cukup banyak maka

memerlukan penanganan lebih lanjut agar tidak menjadi masalah bagi lingkungan. Kondisi ini menjadi tantangan bagi negara-negara penghasil padi untuk memanfaatkan sekam padi baik secara langsung maupun tidak langsung. Saat ini sekam padi telah dimanfaatkan sebagi abu gosok, bahan pencampur makanan ternak juga sebagai penghangat suhu di dalam kandang ternak. Sekam padi merupakan salah satu limbah padat yang mempunyai nilai rendah sebagai hasil samping dari penggilingan padi. Nilai rendah ini diakibatkan oleh sifat dari sekam padi tersebut yaitu kaku, bersifat seperti kayu, abrasif, memiliki nilai gizi rendah, tahan terhadap pelapukan, volume (bulk) yang besar, kandungan abu yang tinggi serta membutuhkan tempat yang luas untuk peletakkannya. (Seleng dkk, 1994). Sekam padi sebagi limbah masih memungkinkan untuk dimanfaatkan dengan bentuk lain misalnya sebagai briket arang karena komposisi kimia yang terkandung pada sekam padi memperlihatkan hal yang positif. Adapun komposisi dari sekam padi (Bor. S. Luh., 1980) adalah sebagai berikut : a. Lignin b. Sellulosa c. Pentosan : 32,88 % : 41,22 % : 21,95 %

d. Crude protein : 2,00 % e. Lemak f. Air : 1,20 % : 10,00 %

Pembriketan adalah salah satu teknologi pemadatan (compaction) dalam kategori pemekatan (densification). Sebelum dilakukan pemadatan, terlebih dahulu bahan mengalami proses karbonisasi. Proses karbonisasi

dapat dilakukan dengan cara sederhana dan sinambung. Pada dasarnya dapat dijalankan dengan alat yang bisa dibagi dalam dua golongan, yaitu : 1). Klin adalah panas untuk proses karbonisasi yang sebagian berasal dari bahan baku sendiri. Contohnya, dalam pembuatan arang kayu dengan timbunan tanah. 2). Retort adalah panas untuk proses karbonisasi yang berasal dari luar, misalnya dengan menggunakan panas dari nyala api elpiji atau aliran tenaga listrik. Retort umumnya terbuat dari besi, dengan cara ini dapat diperoleh arang dengan cepat. Pada setiap penggilingan padi di pedesaan selalu kita lihat tumpukan sekam padi yang menggunung. Pemanfaatan sekam padi masih sangat sedikit sehingga sekam tetap menjadi limbah yang mengganggu lingkungan. Dari proses penggilingan padi dihasilkan sekitar 20-30% sekam dari bobot padi. Sekam padi merupakan salah satu limbah padi yang dapat digunakan untuk bahan bakar alternatif. Penggunaan bahan bakar sekam dapat menekan pengeluaran untuk energi pada keluarga petani di pedesaan.

3.

Arang Sekam Padi Sekam padi dapat digunakan sebagai bahan bakar melalui proses

pembakaran dengan keadaan udara berlebih, dan dalam atmosfer yang terkendali, antara lain dengan cara destilasi kering, pirolisis, gasifikasi, dan kimiawi serta proses biokimia. Proses pirolisis sekam padi yang dilakukan pada suhu 500oC 900oC menghasilkan minyak, bahan bakar, dan arang.

Sekam memiliki kerapatan jenis (bulk density) 125 Kg/m3, dengan nilai kalor 3300 kkal/Kg sekam padi. Melihat potensi sekam padi yang begitu besar sebagai sumber energi maka pemasyarakatan penggunaan sekam padi sebagai bahan bakar alternatif pada rumah tangga, sebagai energi pengganti kayu atau bahan bakar minyak, sangat memungkinkan. Panas yang dihasilkan dari pembakaran sekam padi adalah 13,9 MJ/Kg sekam padi. Pirolisis sekam padi pada suhu 420oC menghasilkan 45 % arang dengan nilai energi 15,9 MJ/Kg, 18,6 % minyak dengan nilai energi 22,6 MJ/Kg, dan 11 % gas dengan nilai energi 6,5 MJ/Kg. (Nugraha, dan Setiawati, 2001). Arang dapat diubah menjadi briket arang dengan cara dimasak, dan menggunakan tepung kanji sebagai perekat dengan perbandingan (arang : tepung kanji : air; 20 : 1 : 20). Briket sekam padi dapat dibuat dari sekam padi dengan kadar air 12 %, dan dibakar pada suhu 260oC 280oC tanpa perekat. Briket sekam padi mempunyai berat jenis 1,32-1,34 g/ml. Hasil arang dari briket adalah 40-50 %. Efisiensi pemakaian bahan bakar diperkirakan 3,5 Kg/Kw-hr (Pitakarnnop, 1983). Senyawa-senyawa yang terkandung dalam sekam padi dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini.

Tabel 2.2. Komposisi Sekam Padi KOMPONEN Kadar air Protein Lemak Serat Karbohidrat Abu Silika (SiO2) Kalsium Posfor Lignin Sellulosa Sumber: Juliano, 1985 Dari penelitian yang dilakukan Nugraha dan Setiawati diketahui bahwa mutu arang sekam yang baik adalah seperti terlihat pada tebel 2.3 Tabel 2.3. Mutu Arang Sekam KOMPONEN Kadar air sekam (%) Rendemen arang (%) Kadar air arang sekam (%) Kadar abu sekam (%) Waktu pembuatan (jam) Kapasitas pembakaran (Kg/jam) Sumber: Nugraha, dan Setiawati, 2001 MUTU 10,05 75,45 7,35 1,00 2,00 15,00 JUMLAH 7,6-10,2 % 1,9-3,7 % 0,3-0,8 % 35,0-46,0 % 26,5-29,8 % 13,2-21,0 % 18,8-22,3 % 0,6-1,3 mg/g 0,3-0,7 mg/g 9,0-20,0 % 28,0-36,0 %

4.

Sampah Beberapa batasan tentang sampah memberikan pengertian bahwa

benda atau barang yang dibuang tersebut jelas mempunyai hubungan secara langsung atau tidak langsung dengan aktivitas manusia. Batasan tersebut diberikan oleh beberapa orang ahli, antara lain menurut George Tohobanoglous bahwa sampah adalah: Solid waste are all the wastesarising from human and animal activities that are normally solid and that are discarded as useless or unwanted. Artinya: Sampah adalah limbah yang berasal dari kegiatan manusia dan binatang yang dalam keadaan normal berbentuk padat, dan dibuang karena tidak digunakan atau diinginkan. Sedangkan menurut I Made Djaja bahwa: Sampah adalah suatu

bahan/benda padat yang terjadi karena berhubungan dengan aktivitas manusia yang tidak dipakai lagi, tidak disenangi, dan dibuang dengan caracara sanitasi, kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia. Berdasarkan penggolongan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik, dan sampah nonorganik. Sedangkan sampah

berdasarkan sifat terurainya, maka sampah dibedakan menjadi sampah yang secara alami mudah terurai (degradable), dan sampah yang sukar terurai (non-degradable). Selain itu, sampah juga dapat dibedakan berdasarkan sifatnya yang mudah terbakar, dan sulit terbakar. Susunan atau komposisi sampah dapat dibedakan menjadi komposisi fisik, dan komposisi kimia:

a).

Komposisi Fisik Informasi sampah secara fisik selain untuk pemilihan, dan

10

pengoperasian alat dalam pengolahan sampah, juga dapat digunakan sebagai penjagaan dalam usaha pemanfaatan sumber energi. Umumnya sampah untuk daerah perkotaan terdiri dari sisa makanan, kertas, karton, plastik, tekstil, karet, kulit, sampah pekarangan, kayu, kaca, kaleng, logam bukan besi, besi, debu, abu, dan sebagainya.

b).

Komposisi kimia Informasi mengenai komposisi kimia adalah penting di dalam

penilaian alternatif dalam memilih cara-cara pengolahan, dan pemanfaatan sampah. Misalnya untuk mempertimbangkan prosesproses inceneration. Sampah merupakan kombinasi dari bahan-bahan yang agak lembab yang dapat terbakar, dan yang tidak. Bila sampah digunakan sebagai bahan bakar, maka ada empat faktor sebagai berikut yang perlu diketahui, seperti analisis perkiraan (kelembaban, bahan volatile, abu, dan kadar karbon), titik bakar, analisa pokok (C, H, O, N, dan S), dan analisis pemanasan. Secara kimiawi, sampah domestik mengandung air (10-60 %), senyawa organik (25-35 %), Nitrogen (o,4-1,2 %), Fosfor (0,2-0,6 %), Kali atau K2O (0,8-1,5 %), kapur (4-7 %), dan karbon (12-17 %). Adapun komposisi yang terkandung dalam pada sampah di perkotaan, dapat dilihat pada tabel 2.4.

11

Tabel 2.4. Komposisi Sampah di Perkotaan KOMPOSISI Makanan Kertas Karton Plastik dan Karet Logam Kaca Tekstil Daun-daun Total Organik Total Non Organik Sumber: JICA, 2003 Masalah pengolahan sampah merupakan hal yang kompleks, antara lain karena adanya variasi kuantitas, dan aneka jenis sampah, serta adanya perkembangan kota. Di kota-kota besar di Indonesia pada umumnya, elemen-elemen fungsional tersebut, terdiri atas 4 (empat) unsur, yaitu: (1) timbulan sampah, (2) penyimpanan sementara, (3) pengumpulan / pengangkutan, dan (4) pembuangan akhir sampah. Sampah adalah permasalahan klasik yang ada di masyarakat baik tingkat pedesaan hingga di kota-kota besar. Untuk itu diperlukan adanya penanganan serius dan terkendali yang dilakukan oleh semua pihak. Penggunaan sampah sebagai sumber energi alternatif sebenarnya sudah cukup lama dilakukan di negara-negara maju, terutama untuk keperluan sebagai bahan bakar pembangkit energi listrik baik untuk keperluan rumah tangga maupun untuk industri kecil, dan menengah. PROSENTASE (%) 16,2 17,5 15,8 3,5 2,3 12,7 32,0 65,7 34,3

12

Nilai kalor sampah berkisar antara 754,412 kal/gr sampai 2002,252 kal/gr tergantung pada lama penimbunan. Pada umumnya jumlah timbulan sampah berbanding lurus dengan jumlah penduduk, yaitu timbulan sampah yang dihasilkan setiap orang per hari dikalikan dengan jumlah penduduk, berdasarkan hasil perumusan seminar tentang sampah yang dilaksanakan di Kota Bandung, timbulan sampah seluruh kota di Indonesia adalah 2-2,5 liter/orang/hari. (draft final report pengolahan sampah, 1987). Proyeksi debit timbulan sampah perkapita per hari pada tahuntahun mendatang dihitung menggunakan persamaan:

q r (n) q r (0) (1 Cs/ 100) n


dengan:
Cs 1 (Ci Cp Cg/ 3) 1 p

dimana: qr(n) = debit timbulan sampah pada n tahun mendatang (l/orang/hari) qr(0) = debit timbulan sampah pada nol tahun (l/orang/hari) Cs n Ci Cp Cg = persen peningkatan total = tahun ke-n = persen peningkatan industri konsumsi (rata-rata/tahun) = persen peningkatan hasil pertanian (rata-rata/tahun) = persen peningkatan Gross National Product (GNP) Kuantitas sampah yang dihasilkan suatu kota / daerah sangat

13

bergantung, dan jumlah penduduk, dan aktivitas masyarakat yang ada di daerah tersebut. Untuk menentukan kuantitas sampah umumnya dipakai ukuran volume yang dinyatakan dalam m3/hari atau ton/hari. Penelitian yang dilakukan oleh Puslitbang Permukiman yang bekerja sama dengan LPPM ITB pada tahun 1989, mendapatkan besaran laju timbulan sampah untuk kota kecil, dan sedang adalah sebesar 2,0-2,25 l/orang/hari, prosentase total sampah permukiman 65-80 %, dan prosentase total sampah non permukiman 20-35 %, sedangkan laju timbulan sampah rumah tangga di beberapa negara berkembang adalah berkisar antara 0,3-0,6 Kg/orang/hari. Diagram sistem pengelolaan sampah yang dilakukan, dapat dilihat pada gambar 2.1

Timbulan Sampah

Penyimpanan di Sumber

Pengumpulan

Pengolahan dari Daur Ulang

Pengangkutan

Pembuangan Akhir

Gambar 2.1. Sistem Pengolahan Sampah

14

Sumber : Sarudji, 1989 Sampah perkotaan dapat menghasilkan 6-8 Megawatt listrik, ini didapat dari kurang lebih 2 juta pendudukan , dimana produksi sampah kira-kira 0,6 Kg/jiwa. Dari 1000 ton sampah per hari yang dihasilkan penduduk perkotaan sebesar 70,69 % organik, dan 29,31 % non organik.

C.

Proses Pembuatan Biobriket Dalam membuat bahan bakar briket arang ada beberapa tahapan yang perlu

diperhatikan yaitu:

1.

Tahap Persiapan Bahan Baku Briket Melakukan pengambilan bahan berupa sekam padi dan sampah daun-

daunan, untuk membuat bahan bakar briket arang, terlebih dahulu kita mempersiapkan bahan baku berupa sekam padi dan sampah daun-daunan, dimana bahan tersebut dijadikan arang terlebih dahulu. Tahap pembuatan arang adalah sebagai berikut: a. b. c. Melakukan identifikasi jenis bahan baku yang tersedia. Menentukan jenis dapur / alat pembakaran untuk produksi arang. Menentukan lokasi produksi yang tepat dengan

mempertimbangkan sumber bahan baku dan transportasi. d. Mengkonstruksi dan menyediakan perlengkapan pembuatan arang. e. Mengumpulkan bahan baku.

15

f. g.

Menyediakan perlengkapan kerja yang diperlukan. Memasukkan bahan baku ke dalam dapur pembakaran.

2.

Tahap Persiapan Alat Alat-alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan yang

berfungsi untuk mengukur berat bahan baku yang akan dibuat briket sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan, alat pengepres yang berfungsi untuk menekan bahan baku arang sekam padi, dan sampah daun daun-daunan yang telah dicampur dengan perekat (tepung kanji) sesuai dengan tekanan h yang telah ditentukan, cetakan yang berfungsi untuk membentuk briket, dalam penelitian ini digunakan bentuk silinder dengan diameter 2,8 cm dengan panjang 7 cm, dongkrak hidrolik yang berfungsi untuk menekan dies bahan baku briket dan membentuk briket.

Gambar 2.2. Biobriket

16

3.

Tahap Penghalusan Bahan Proses pengolahan bahan baku ini dilakukan dengan pengeringan bahan

baku yang telah didapat. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kadar air yang masih terkandung dalam biomassa dan untuk lebih memudahkan dalam proses penghalusan. Penghalusan arang sekam padi dan sampah daun menjadi pertikel-partikel yang lebih kecil dilakukan untuk mempermudah pengepresan dalam pembuatan biobriket. Dan untuk perekatnya yaitu menggunakan tepung kanji.

4. Tahap Pencampuran Tahap pencampuran dilakukan dengan pencampuran bahan baku briket pada komposisi tertentu untuk mendapatkan adonan yang homogen. Tahap pencampuran dilakukan dengan perbandingan 1 kg arang dengan 100 gram tepung kanji, dan 1 liter air.

5.Tahap Pencetakan Untuk pencetakan menggunakan cetakan sistem knock Down yaitu cetakan yang dapat dibongkar pasang/ dipindah-pindah dengan

pertimbangan biaya yang relatif murah.

6. Tahap Pengeringan Tahap pengeringan dilakukan dengan menjemur briket yang telah dicetak dengan panas sinar matahari sampai dirasa sudah kering.

17

7. Tahap Pengujian Nilai Kalor Penentuan nilai kalor briket dilakukan dengan menggunakan Oksigen Bom Kalorimeter. Dengan perbandingan komposisi briket sekam padi dan sampah daun yaitu : 50% : 50%, 75% : 25%, dan 25% : 75%.

D.

Energi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), energi adalah tenaga

atau gaya untuk berbuat sesuatu. Definisi ini merupakan perumusan yang lebih luas daripada pengertian-pengertian mengenai energi pada umumnya dianut di dunia ilmu pengetahuan. Dalam pengertian sehari-hari energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan. Energi merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia dewasa ini dan akan mengambil peranan yang lebih besar pada waktu yang datang baik dalam rangka penyediaan devisa, penyerapan tenaga kerja, pelestarian sumber daya energi, pembangunan nasional serta pembangunan daerah. Situasi energi di Indonesia tidak terlepas dari situasi energi dunia. Konsumsi energi dunia yang makin meningkat menimbulkan kesempatan bagi Indonesia untuk mencari sumber energi alternatif untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Untuk itu perlu untuk mengidentifikasi sektor mana yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya energi alternatif. Seperti diketahui Indonesia sangat berkepentingan untuk menggantikan sumber daya energi minyak dengan sumber daya energi lainnya karena minyak merupakan sumber daya energi yang menghasilkan devisa selain gas alam. Oleh karena itu, sektor-sektor perekonomian yang dimanfaatkan minyak sedapat

18

mungkin menggantikanya dengan sumber daya lain seperti gas alam, batubara, panas bumi, listrik tenaga air, dan biomassa yang tersedia dalam jumlah besar. Biomassa didefinisikan sebagai material tanaman, tumbuh-tumbuhan, atau sisa hasil pertanian yang digunakan sebagai bahan bakar atau sumber bahan bakar. Secara umum sumber-sumber biomassa antara lain tongkol jagung, jerami, dan lain sebagainya; material kayu seperti kayu atau kulit kayu, potongan kayu, dan lain sebagainya; sampah kota misalkan sampah kertas dan tanaman sumber energi seperti minyak kedelai, alfalfa, poplars, dan lain sebagainya. Biomassa merupakan produk fotosintesis, yakni butir-butir hijau daun yang bekerja sebagai sel surya, menyerap energi matahari yang mengkonversi dioksida karbon dengan air menjadi sautu senyawa karbon, hydrogen, dan oksigen. Senyawa ini dapat dipandang sebagai suatu penyerapan energi yang dapat dikonversi menjadi suatu produk lain. Hasil konversi dari senyawa itu dapat berbentuk arang atau karbon, alkohol kayu, ter, dan lain sebagainya. Energi yang disimpan itu dapat dimanfaatkan dengan langsung membakar kayu itu, panas yang dihasilkan digunakan untuk memasak atau untuk keperluan lainnya. Potensi biomassa di Indonesia adalah cukup tinggi, dengan hutan tropis Indonesia yang sangat luas, setiap tahun diperkirakan terdapat limbah kayu sebanyak 25 ton yang terbuang dan belum dimanfaatkan. Jumlah energi yang terkandung dalam kayu itu besar, yaitu 100 milyar kkal setahun. Demikian juga sekam padi, tongkol jagung, dan tempurung kelapa yang merupakan limbah pertanian, dan perkebunan, memiliki potensi yang besar sekali. Tabel 2.5 memberikan suatu ikhtiar dari potensi energi biomassa yang terdapat di Indonesia.

19

Tabel 2.5. Potensi Energi Biomassa di Indonesia PRODUKSI SUMBER ENERGI Kayu Sekam Padi Tongkol Jagung Tempurung Kelapa Potensi Total (106 kkal/tahun 25,00 7,55 1,52 1,25 35,32 ENERGI (109 kkal/tahun) 100,0 27,0 6,8 5,1 138,9 PANGSA PASAR (%) 72,0 19,4 4,9 3,4 100

1.

Energi Alternatif Pengembangan kegiatan-kegiatan proyek biomassa di Indonesia

guna mencari sumber energi alternatif, dapat dilakukan dengan cara: a. Proyek Pembangkit Tenaga Listrik Pada tahap awal pengembangan, salah satu program yang diprioritaskan adalah asistensi investasi di bidang pengembangan proyek-proyek pembangkit listrik dengan teknologi pemanfaatan bahan baku terbarukan (renewable) seperti air (hydro power) atau biomassa (padat, cair, atau gas). Municiple Solid Waste (MSW) to energy plant adalah pemanfaatan / pemusnahan municiple / metropolitan sampah perkotaan (solid waste) dengan refuse-derived fuel technology (tanpa additional fuel seperti solar, gas, dan lainnya) untuk dijadikan energi. Teknologi ini hanya memanfaatkan nilai bakar yang ada atau dengan cara mencampur berbagai macam sampah perkotaan dengan sampah hasil kegiatan pertanian lainnya yang dapat menaikkan nilai bakar mereka

20

untuk kemudian dibakar menghasilkan uap bertekanan tinggi yang sanggup untuk menggerakkan turbin, dan generator penghasil energi listrik.

b.

Pengembangan Produksi Minyak Hayati Minyak hayati adalah minyak yang dihasilkan dari material

residu perkebunan kelapa sawit, minyak hayati ini adalah bahan bakar pengganti diesel, dan batubara untuk pembangkit listrik di beberapa negara maju. Minyak hayati juga dapat dihasilkan dari industri serbuk gergaji, limbah pabrik tebu, dan pepohonan yang nilai ekonomisnya rendah tetapi memiliki serat/sellulosa yang tinggi diatas 40 %.

c.

Pengembangan Proyek Briket Briket mempunyai peluang yang besar di Indonesia untuk

mengganti bahan bakar baik kayu, batubara, maupun diesel yang dipakai sebagian besar industri di Indonesia dari industri kecil hingga industri besar. Potensi bahan dasar yang bisa diolah menjadi briket ini adalah jerami.

E.

Nilai Kalor (Heating Value) Kalor pembakaran adalah kalor yang dihasilkan dari pembakaran

sempurna 1 satuan berat bahan bakar padat atau bahan bakar cair atau 1 satuan volume bahan bakar gas pada kondisi baku (kondisi baku : tekanan 1 atm, suhu

21

250C atau 600C atau 00C) atau nilai banyaknya energi panas yang diperoleh (dilepaskan) pada waktu terjadinya oksidasi unsur-unsur kimia yang terdapat dalam bahan bakar pada proses pembakaran 1(satu) kilogram. Nilai kalor bahan bakar terbagi atas dua bagian yaitu : 1. Nilai Kalor Atas (High Heating Value) Kalor yang dihasilkan pembakaran sempurna atau satu satuan berat bahan bakar padat atau cair, atau satu satuan volume bahan bakar gas, pada tekanan tetap, suhu 250C apabila semua air yang mula-mula berwujud cair setelah pembakaran mengembun menjadi cair kembali. 2. Nilai Kalor Bawah (Low Heating Value) Merupakan nilai kalor bahan bakar tanpa panas laten yang bersasal dari pengembunan uap atau air yang besarnya sama dengan nilai kalor atas dikurangi kalor yang diperlukan oleh air yang terkandung dalam bahan bakar dan air yang terbentuk dari pembakaran. Umumnya kandungan hydrogen dalam bahan bakar berkisar 15%, yang berarti bahwa setiap satu satuan bahan bakar 0,15 bagian merupakan air.

Gas Oksigen Pengaduk air

arus listrik

Gambar 2.3. Alat Penguji Nilai Kalor (Bomb Kalorimeter)

22

Pengujian

dengan

menggunakan

bomb

kalirometer

dapat

menentukan nilai kalor suatu bahan yang akan diuji. Data temperatur air pendingin sebelum dan sesudah penyalaan (T1 dan T2) yang telah diperoleh diperoleh pada pengujian Bomb Kalorimeter selanjutnya digunakan untuk menghitung nilai kalor atas bahan (HHV) dengan persamaan berikut :

HHV = (T2 T1 Tkp) x CV x 1000

dimana : T1 : Temperatur kalor atas (High Heating Value) T2 : Temperatur air pendingin sesudah penyalaan CV : Panas jenis bomb kalorimeter (73529,6 J/g.0C) Tkp : Kenaikan tempetarur akibat kawat penyala (0,040C) Selanjutnya untuk memperoleh harga nilai kalor rata-rata bahan bakar digunakan persamaan berikut ini :

5 HHV i i 1 (kj / kg ) HHV rata - rata 5

23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.

Objek Penelitian Objek penelitian yang dilakukan disini adalah pembuatan briket arang

dengan bahan dasar sekam padi dan sampah daun-daunan, dimana produk tersebut nantinya akan diuji melalui uji pembakaran. Dimana uji pembakaran disini adalah untuk mengetahui laju pengurangan massa dengan kecepatan udara konstan.

B.

Teknik Pengumpulan Data Untuk menunjang penelitian diatas, maka dilakukan beberapa teknik

dalam pengumpulan data, yaitu:

1. Studi Kepustakaan Pengumpulan data yang diperoleh dari teori-teori yang berhubungan dengan penelitian baik teori perancangan maupun teori yang mendukung penelitian ini.

2. Studi Lapangan Pengumpulan data yang dilakukan dengan dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan menggunakan gambar mengenai produk yang diteliti.

C.

Kerangka Proses Penelitian

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah

Studi Literatur

Tahap Perencanaan : - Tahap Persiapan

Tahap Pembuatan Biobriket : - Tahap Pencampuran - Tahap Pencetakan

Uji Kalor Briket

Pengumpulan Data

Analisis Data

Kesimpulan Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Tahap Perancangan Produk Briket Sebelum melakukan perancangan produk briket perlu dilakukan persiapan-

persiapan baik dari segi teknis maupun bahan baku itu sendiri. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari tempat pembuangan sampah dan tempat penggilingan padi, tepung kanji dan air sebagai perekat atau lem dalam pembuatan briket.

1. Tahap Persiapan Tahap persiapan dilakukan dengan menyiapkan sampah daun-daunan dan sekam padi. Bahan baku briket yang telah disiapkan yaitu sampah daun-daunan dan sekam padi dinyalakan dengan membakarnya untuk memulai proses pengarangan dan karbonisasi dengan waktu antara 8 sampai 12 jam. Dalam proses karbonisasi dua jenis bahan tersebut dilakukan secara terpisah, hal ini dilakukan untuk mempermudah kombinasi produk yang akan dibuat. Disamping bahan baku tersebut kita juga harus mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk membuat bahan bakar briket.

2. Tahap Penghalusan Bahan Tahap penghalusan bahan dilakukan dengan tujuan agar

mempermudah dalam pengepresan pembuatan briket. Penghalusan

dilakukan dengan menumbuk arang sampah daun-daunan dan sekam padi dengan menggunakan martil dan selanjutnya akan diayak.

B.

Tahap Pembuatan Briket Sebelum melakukan tahap pengepresan pembuatan briket, pertama kali

dilakukan dengan pencampuran bahan baku dengan komposisi yang telah ditentukan, lihat tabel 4.1. Setelah dilakukan pencampuran sampah daun-daunan dan sekam padi seterusnya adalah dengan mencampurkan bahan tersebut kedalam adonan tepung kanji yang telah siap dengan perbandingan kg air ( liter) : kg tepung kanji serta 1 kg campuran sampah daun-daunan dan sekam padi.

Tabel 4.1. Perbandingan Bahan SAMPEL KODE Sampah (kg) 0,25 0,5 0,75 Sekam Padi (kg) 0,75 0,5 0,25 PEREKAT Air (kg) 0,5 0,5 0,5 Kanji (kg) 0,25 0,25 0,25

1 2 3

Selanjutnya siap untuk dicetak dengan cetakan pipa besi berdiameter 2,8 cm dengan panjang 7 cm, pengepresan dilakukan selama kurang lebih 3-4 menit dan selanjutnya bisa dikeluarkan untuk kemudian dikeringkan atau dijemur, proses pengeringan memerlukan waktu kurang lebih 1-3 hari (tergantung cuaca). Pada tahap ini terdapat kendala untuk mengeluarkan briket dari cetakan, sehingga

perlu adanya alat untuk mendorong briket keluar. Pada pembuatan briket ini dalam sehari menghasilkan kurang lebih 160 unit briket dengan bahan baku 1 kg sampah daun-daunan dan sekam padi.

C.

Diagram Alur Proses Pembuatan Briket Sekam Padi Dan Sampah Daun

SEKAM PADI

SAMPAH DAUN

PENGHANCURAN

PENCAMPURAN

TEPUNG KANJI

PENCETAKAN

PENGERINGAN

BRIKET SIAP DIGUNAKAN

Gambar 4.1. Alur Proses Pembuatan Briket

D.

Tahap Pengujian Briket Tahap pengujian briket dilakukan untuk mengetahui nilai kalori yang

terdapat dalam produk briket. Pengujian dilakukan dengan alat Bomb Calorimeter. Dari pengujian briket yang telah dilakukan diperoleh data nilai kalori untuk tiga sampel dengan dua kali pengujian adalah sebagai berikut: Tabel 4.2. Hasil Pengujian Briket Sampel Dalam % 25 : 75 Hasil Analisa Pengujian Kalori (kkal/kg) 1 2 1 2 1 2 3.683,43 3.565,98 3.800,25 3.951,74 3.810,61 3.894,93 Rata-rata ( kkal/kg) 3.624,70

50 : 50

3.875,99

75 : 25

3.852,77

Dari hasil pengujian diatas, terlihat bahwa pengujian dari ketiga biobriekt mempunyai nilai kalori yang cukup tinggi. Nilai kalori yang menonjol cukup besar diperlihatkan pada campuran bahan dengan perbandingan 50 : 50 dengan rata-rata 0,011 kkal/kg dengan dimensi 2,8 cm x 7 cm memiliki nilai kalori 3.875,99 kkal/kg.

E.

Kombinasi Produk Optimal Penentuan nilai kalor bertujuan untuk mengetahui sejauh mana nilai panas

pembakaran yang dihasilkan briket arang. Semakin tinggi nilai kalor maka

semakin baik kualitas briket arang yang dihasilkan. Dari hasil pengujian kalori briket didapat nilai rata-rata kalori dari setiap sampel. Pada pembakaran briket 25% sampah daun dan 75% sekam padi dihasilkan nilai kalor 3.624,70 kkal/kg, sedangkan untuk perbandingan 50% sampah daun dan 50% sekam padi dihasilkan nilai kalor 3.875,99 kkal/kg, dan untuk perbandingan 75% sampah daun dan 25% sekam padi mempunyai nilai kalor 3.852,77 kkal/kg. Dari ketiga perbandingan komposisi briket tersebut dapat dilihat nilai kalori yang paling tinggi adalah perbandingan antara 50% sampah daun dan 50% sekam padi yang mempunyai nilai kalori 3.875,99 kkal/kg. Nilai kalor yang dihasilkan berkisar antara 3.624,70 3.875,99 kkal/kg. Nilai kalor hasil pengujian jauh dari standar briket arang buatan Jepang (6.000-7.000 kkal/kg), Amerika (6.230 kkal/kg), Inggris (7.289 kkal/kg), dan Indonesia (6.914,11 kkal/kg).

Tabel 4.3. Sifat Fisik dan Kimia Briket Arang Jepang, Amerika, Inggris, dan Indonesia
SIFAT Kadar Air (%) Kadar Abu (%) Kadar Zat Menguap/Terbang (%) Kadar Karbon Terikat (%) Kerapatan (g/cm2) Keteguhan Tekan (kg/cm2) Nilai Kalor (kkal/kg) JEPANG 6-8 3-6 15-30 60-80 1.0 1.2 60 - 65 6000 - 7000 AMERIKA 6.2 8.3 19-28 60 1 62 6.230 INGGRIS 3.6 5.9 16.4 75,3 0,48 12,7 7.289 INDONESIA 7.57 5.51 16.14 78.35 0,4407 6.914.11

Sumber : Hendra, 1999

Dilihat dari nilai kalor yang telah diuji didapat nilai optimal kalori yang dicapai yaitu 3.875,99 kkal/kg, apabila dibandingkan memang masih dibawah standar. Hal ini bisa dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu berat jenis bahan atau berat jenis serbuk arang, suhu karbonisasi, dan kuat tekan. Atas dasar tabel 4.2 diatas, dapat disusun suatu model matematis yang digunakan untuk mengemukakan suatu permasalahan linier programming. Untuk mengetahui nilai optimum dari kedua bahan baku yaitu sampah daun (x1), dan sekam padi (x2), maka dapat dihitung dengan menggunakan linier programming. Fungsi tujuan min Z = Rp. 500 X1 + Rp. 500 X2 Fungsi batasan: 25 X1 + 75 X2 = 3.624,70 50 X1 + 50 X2 = 3.875,99 75 X1 + 25 X2 = 3.852,77 X1 0 ; X2 0

Tabel 4.4. Hasil Pengujian Nilai Kalor Rata-rata


Bahan Sampah Sekam daun(%) padi (%) Rata-rata nilai kalor kkal/kg

Kode

1 2 3 Harga Bahan / 20 Kg

25 50 75 500

75 50 25 500

3.624,70 3.875,99 3.852,77

25 X1 + 75 X2 = 3.624,70 X1 50 X1 + 150 X2 = 7.249,40 50 X1 + 50 X2 = 3.875,99 X2 50 X1 + 50 X2 = 3.875,99 100 X2 = 3.373,41 X2 = 33,73 Kg

75 X1 + 25 X2 = 3.852,77 75 X1 + 25 (33,73) = 3.852,77 75 X1 + 843,35 = 3.852,77 75 X1 = 3.852,77 834,35 75 X1 = 3.018,42 X1 = 40,25 Kg

Sehingga untuk mencari nilai minimum dapat dengan cara memasukkan nilai X1 dan X2 kedalam fungsi tujuan: Min Z = 500 X1 + 500 X2 = 500/20 Kg (40,25) + 500/20 Kg (33,73) = 1.006,25 + 843,25 = 1.849,50 X1 = 40,25/74 x 100 % = 54 % X2 = 33,73/74 x 100 % = 46 %

Dari perhitungan diatas diperoleh bahwa banyaknya sampah daun dan sekam padi untuk dibeli dan dicampur agar diperoleh biaya minimum dengan memperhatikan komposisi yang ditentukan adalah untuk sampah daun (X1) yang

harus dibeli adalah 40,25 Kg dan untuk sekam padi (X2) sebanyak 33,73 Kg. Total biaya yang dikeluarkan paling minimum adalah Rp. 1.849,50. Dengan demikian jika melakukan pembelian sampah daun dan sekam padi agar mendapatkan biaya minimal adalah dengan perbandingan 54% sampah daun : 46% sekam padi.

F.

Nilai Ekonomis Dengan data ini memperlihatkan bahwa briket secara harga akan mampu

bersaing dengan briket batu bara dan minyak tanah. Bau yang dikeluarkan dari pembakaran biobriket juga tidak begitu menyengat sebagaimana selama pembakaran biobriket. Memang kandungan kalor dari biomassa yang lebih rendah menyebabkan jumlah briket yang diperlukan untuk keperluan yang sama relatif lebih banyak dibanding briket batu bara dan minyak tanah, namun dengan teknik karbonisasi nilai kalor dari briket dapat ditingkatkan lagi.

Gambar 4.2. Pembakaran Biobriket

Tabel 4.5. Penghematan yang terjadi dengan menggunakan biobriket


Kebutuhan Biaya Minyak Tanah
(2)

Penggunaan
(1)

Kebutuhan Biaya Biobriket


(3)

Penghematan Pengunaan Biobriket


(2) (3)

Rumah Tangga 2,4 kg/hari Warung Makan 8 kg/hari Industri Kecil 20 kg /hari Industri Menengah 800 kg/hari

Rp. Rp. Rp. Rp.

27.000 Rp. 90.000 Rp. 225.000 Rp. 9.000.000 Rp.

13.920 26.440 116.100 4.643.960

Rp. Rp. Rp. Rp.

13.080 43.560 108.900 4.356.040

Keterangan : 1 liter minyak tanah setara dengan 0,8 kg

Nilai kalor minyak tanah adalah 9000 kkal/liter = 9000 kkal/0,8 kg dengan harga Rp 11.250/kg, sedangkan nilai kalor biobriket hasil pengujian adalah

3.875,99 kkal/kg, dengan asumsi harga Rp 2000/kg. Perhitungan penghematan dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Untuk rumah tangga 2,4 kg/hari = 9000 kkal/0,8 kg x 2,4 kg = 27.000 kkal/hari dengan harga per kg Rp 11.250, dengan biaya 2,4 kg/hari x Rp. 11.250/kg = Rp. 27.000, sedangkan nilai kalor biobriket adalah 3.875,99 kkal/kg, maka jika dibandingkan dengan minyak tanah penggunaan biobriket per hari.

27.000 kkal / hari Rp. 6,96 kg / hari 3.875,99 kkal / kg

dengan biaya Rp. 6,96 kg/hari x Rp. 2.000/kg = Rp. 13.920/hari, sehingga penghematan penggunaan biobriket per hari sebesar Rp. 27.000 Rp 13.920 = Rp 13.080.

2.

Untuk warung makan 8 kg/hari = 9000 kkal/0,8 kg x 8 kg = Rp. 90.000kkal/hari dengan harga per kg Rp 11.250, dengan biaya 8 kg/hari x Rp. 11.250/kg = Rp. 90.000, sedangkan nilai kalor biobriket adalah 3.875,99 kkal/kg, maka jika dibandingkan dengan minyak tanah penggunaan biobriket per hari.

90 .000kkal / hari Rp. 23,22 kg / hari 3.875,99 kkal / kg

dengan biaya Rp. 23,22 kg/hari x Rp 2.000/kg = Rp 46.440/hari, sehingga penghematan penggunaan biobriket per hari sebesar Rp 90.000 Rp 46.440 = Rp 43.560.

3.

Untuk industri kecil 20 kg/hari = 9000 kkal/0,8 kg x 20 kg = 225.000 kkal /hari dengan harga per kg Rp 11.250, dengan biaya 20 kg/hari x Rp. 11.250 /kg = Rp. 225.000, sedangkan nilai kalor biobriket adalah 3.875,99 kkal/kg, maka jika dibandingkan dengan minyak tanah penggunaan biobriket per hari.

225.000.kkal / hari Rp. 58,05 kg / hari 3.875,99 kkal / kg

dengan biaya Rp. 58,05 kg/hari x Rp 2.000/kg = Rp 116.100/hari, sehingga penghematan penggunaan biobriket per hari sebesar Rp 225.000 Rp 116.100 = Rp 108.900.

10

4.

Untuk industri menengah 800 kg/hari = 9000 kkal/0,8 kg x 800 kg/hari = 9.000.000 kkal/hari dengan harga per kg Rp. 11.250, dengan biaya 800 kg/hari x Rp. 11.250 /kg = Rp. 9.000.000, sedangkan nilai kalor biobriket adalah 3.875,99 kkal/kg, maka jika dibandingkan dengan minyak tanah penggunaan biobriket per hari.

9.000.000 kkal / hari Rp. 2321,98 kg / hari 3.875,99 kkal / kg

dengan biaya Rp. 2321,98 kg/hari x Rp 2.000/kg = Rp 4.643.960/hari, sehingga penghematan penggunaan biobriket per hari sebesar Rp 9.000.000 Rp 4.643.960 = Rp 4.356.040.

G.

Perhitungan Biaya Pembuatan Briket Faktor ekonomis merupakan faktor terpenting dalam suatu perancangan

produk, dan diharapkan dalam suatu proses perancangan produk biaya yang dikeluarkan dapat seminimal mungkin. Elemen biaya yang harus diperhatikan sebagai berikut: 1. Biaya Tetap Biaya Peralatan (alat press) 2. Biaya Variabel a. Biaya Bahan Baku Sekam padi / 20 Kg Sampah daun / 20 Kg Rp. 500 Rp. 500 Rp. 15.000.000

11

Tepung Kanji / Kg Bahan bakar / Kg Total

Rp. 5.000 Rp. 3.700 Rp. 9.700

b. Biaya Tenaga Kerja (Jam kerja dari 08.00 s/d 16.00) Upah tenaga kerja per hari (8 jam kerja) Rp. 17.000 Upah tenaga kerja per jam Waktu pembuatan produk : 3 menit Dari data tersebut dapat diketahui biaya produksi untuk 1 (satu) kali produksi dengan kapasitas mesin produksi 16 unit / 3 menit dengan berat 0,011 kg maka dalam satu kali proses akan menghasilkan 0,176 kg biobriket sehingga bahan baku yang diperlukan adalah sebagai berikut: Sekam padi = 46/100 x 23 Kg = 10,58 Kg Sampah daun = 54/100 x 23 Kg = 12,42 Kg Biaya sekam padi = 10,58 Kg/20 Kg x Rp. 500 = Rp. 264,50 Biaya sampah daun 12,42 Kg/20 Kg x Rp. 500 = Rp. 310,50 Bahan pembantu 5,16 Kg (kanji/tapioca) dengan harga Rp. 5.000,/Kg, sehingga total menjadi Rp. 25.800, Total bahan baku per hari Total biaya produksi perhari = Rp. 26.375 = Rp. 17.000 + Rp. 26.375 = Rp. 43.375 Dimana harga 1 Kg sampah daun adalah Rp. 25 dan harga 1 Kg sekam padi adalah Rp. 25. Maka untuk 1 kali produksi bisa menghasilkan 2560 unit atau Rp. 2.125

12

setara dengan 28,16 Kg bahan dengan berat 1 unit produk kering 0,011 kg.

Harga Pokok Produksi Per Unit

Total biaya produksi Unit diproduksi Rp. 43.375 2.560 unit

Rp 17 /unit

Harga Pokok Produksi

1 kg x Rp . 17 0 .0 11 kg

Rp. 1.545

Dalam proses pembuatan biobriket campuran menghabiskan biaya total untuk biaya tetap dan biaya variable yaitu sebesar Rp. 15.043.375 dengan biaya satu kali produksi Rp. 43.375/hari ini akan menghasilkan produk 2.560 unit/hari atau setara dengan 28,16 Kg briket dengan menggunakan 1 unit peralatan press dengan kapasitas 16 unit per 3 menit seharga Rp. 15.000.000,00 dan daya tekan 20 ton dengan sistem kerja semi manual. Dengan harga pokok produksi Rp. 17 per unit yaitu setara dengan pokok produksi Rp. 1.545 briket.

H.

Perhitungan Break-even point Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa briket biomassa secara harga akan

mampu bersaing dengan briket batubara maupun minyak tanah, bau yang dikeluarkan dari pembakaran biobriket juga tidak begitu menyengat selama

13

berlangsungnya proses pembakaran biobriket. Memang kandungan kalor dari biomassa yang lebih rendah menyebabkan jumlah briket yang diperlukan untuk keperluan yang sama relatif lebih banyak dibanding briket batubara dan minyak tanah, namun dengan teknik karbonisasi nilai kalor dari briket biomassa dapat ditingkatkan lagi. Biaya tetap sebesar Rp. 15.000.000 biaya variable per unit Rp. 17 dan harga jual per unit Rp. 22. Break-even point tercapai pada saat perusahaan belum untung dan tidak rugi (laba = 0 atau impas).

1. BEP (dalam unit)

BEP (Q)

FC P V 15.000.000 3.000.000 unit 22 17

Karena biaya tetap yang harus ditutup adalah Rp. 15.000.000 sedangkan sumbangan dana setiap unit produk untuk menutup biaya tetap sebesar Rp. 22 maka diperlukan jumlah produk yang harus terjual sebanyak 3.000.000 unit. Maka BEP akan tercapai dengan 3.000.000 unit / 2560 unit = 1.171 unit, dengan hari kerja pertahun yaitu 25 x 12 = 300 hari sehingga BEP akan tercapai selama periode produksi 1.171 unit / 300 hari / tahun = 3,9 tahun.

14

2. BEP (dalam rupiah)

BEP(RP)

(FC).P PV 15.000.000 .22 22 - 17

Rp. 66.000.000

Revenue = P.Q

Rp (juta) 75 jt
66 jt

Total Cost

60 jt 45 jt 30 jt 15 jt

BEP

FC
Q (juta unit) 0 1 3 6 9 12

Gambar. 4.3. Grafik Break Even Point

15

BAB V PENUTUP

A.

KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan di bab

sebelumnya dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut ini : 1. Dari tahap pengujian biobriket didapatkan hasil rata-rata kalor yang

terkandung pada komposisi 25%:75%, 50%:50%, dan 75%:25% sekam padi dan sampah daun-daunan adalah 3.624,70 kkal/kg, 3.875,99 kkal/kg, dan 3.852,77 kkal/kg. 2. Untuk perhitungan nilai optimal didapatkan komposisi perbandingan 54%

sampah daun dan 46% sekam padi. 3. BEP akan tercapai pada saat jumlah produksi 3.000.000 unit, dengan harga

jual per kilo gram Rp 2.000. Dan BEP akan tercapai selama 3,9 tahun dengan 300 hari kerja per tahun. 4. Dilihat dari perhitungan didapat penghematan penggunaan briket dengan

minyak tanah sebesar : untuk rumah tangga Rp. 13.080/hari, warung makan Rp. 43.560/hari, industri kecil Rp. 108.900/hari dan industri menengah Rp. 4.356.040/hari.

B.

SARAN Dari hasil penelitian ini, penulis menyarankan agar penelitian dapat

dikembangkan lagi ketahap yang lebih berorientasi pada pengembangan bisnis yang lebih baik, karena penelitian ini memiliki prospek kedepan yang baik dan

masih kurang dalam membahas nilai keekonomiannya secara global, oleh karena itu diharapkan penelitian berikutnya untuk lebih ditinjau kearah aspek-aspek studi kelayakan proyek seperti; aspek pasar, aspek pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek finansial, aspek ekonomi, dan berbagai aspek lain yang mendukung, serta untuk ditinjau lagi aspek teknis dalam pembuatan biobriket ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1996, Pengembangan Pembuatan Briket Abu Sabut Kelapa Untuk Ekspor, Majalah Komunikasi Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, Manado. Abdullah, 2006, Sampah Kota Medan dapat Menghasilkan Listrik 6-8 Megawatt, Link: http://www.endonesia.com/mod.php?mod=publisher&op=viewaeticle&cid =5&artid=742., diakses 14/10/2006.

Bor. S. Luh, 1980, Rice : Production and Utilization, Food Technologist, Departement of Foot Science and Technology, University of California, Avi Publishing Company Inc., Westport, Connecticut. Grist, D.,H., 1975, Rice, 5th Edition, Longmans, London. Hendra, 1999, Bahan Baku Pembuatan Arang dan Briket Arang, Litbang Hasil Hutan. Gunung Batu. Bogor. Juliano, B.O., 1985, Rice Hull and Rice Straw, AVI Publishing Co., Wesport Connecticaut. Ladjiman Damanik, 1994, Pemilihan Konsep Teknologi Briket Batubara, Yogyakarta. Mahfuz, 1995, Pemanfaatan Serbuk Gergajian Untuk Briket Kayu, Warta Balai Industri, Banjarbaru. Nugraha, S., dan J. Setiawati, 2001, Peluang Agribisnis Arang Sekam, Balai Penelitian Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian Republik

Indonesia, Jakarta.

Pitakarnnop, N., 1983, Production and Evaluation of Rice Husk Briquettes in Thailand, In Proceedings of the FAO/FHI Regional Technical

Consultation on Agricultural Wastes and Solar Technologies for Energy Needs in Farms, Bangkok. Seleng, T., Lembang, J.T., 1995, Pemanfaatan Sekam Padi Dalam Industri, Majalah Kimia Balai Industri, Ujung Pandang. Sudradjat, R., 2001, The Potensial of Biomass Energy Resources in Indonesia for the Possible Development of Clean Technology Process (CPT), Jakarta. Sugihartono, 1988, Penelitian Pengaruh Kadar Air Kayu, Tekanan Kempa dan Perekat Pada Pembuatan Papan Blok, Balai Penelitian dan

Pengembangan Industri, Banjarbaru.

You might also like