You are on page 1of 15

Pemeriksaan Hormon Pemeriksaan hormone berguna untuk menetukan fungsi organ seksual dan reproduksi.

Pemeriksaan hormone dipengaruhi oleh berbagai factor dan harus dilakukan pada saat yang tepat. Pemeriksaan hormon reproduksi diperlukan sekali dalam menilai kelainan semenjak lahir, prepubertas, pubertas, dewasa sampai menopause, dan dari saat tidak mempunyai keturunan sampai telah hamil, serta setelah melahirkan pun perlu pemeriksaan hormonal ini (Anwar, 2005). I. Hormon Gonad 1. Estrogen a. Definisi Estrogen dan progesterone disekresi oleh ovarium. Hormone ini berperan untuk perkembangan cirri seksual sekunder perempuan dan untuk menstruasi normal. Ada 3 tipe hormone estrogen yaitu : Estradiol : Estrogen yang ditemukan pada wanita yang tidak hamil yang berselang selingan dengan siklus menstruasi Estriol : Estrogen yang diproduksi oleh plasenta dan diukur pada wanita hamil paling tidak selama kehamilan 9 minggu. Estron : Estrogen yang diukur pada wanita yang telah mengalami menopause dan pria serta wanita yang dicurigai menderita kanker testis, kanker ovary, atau tumor kelenjar adrenal (Keogh, 2010). b. Tujuan Menentukan kematangan seksual dan fertilitas Membantu diagnosis disfungsi gonad seperti pubertas prekoks atau terlambat, aminore, dan infertilitas Menentukan kesejahteraan janin Membantu diagnosis tumor yang diketahui mensekresi estrogen (Kowalah, 2010)

c. Penatalaksanaan Persiapan Pasien 1. Jelaskan kepada pasien bahwa uji ini membantu menetukan apakah sekresi hormone perempuannya normal dan uji ini dapat diulang selama berbagai fase daur haid 2. Beri tahukan bahwa pasien tidak perlu membatas makanan atau minuman

3. Beritahukan pasien bahwa uji ini memerlukan sampel darah, jelaskan kapan dan siapa yang melakukan pungsi vena. 4. Jelaskan kepada pasien bahwa ia dapat merasa tidak nyaman akibat tusukan jarum dan turniket 5. Hentikan semua steroid dan hormone-hormon yang berdasarkan steroid, sebagaimana diminta. Bila obat-obat ini harus diteruskan, catat pada lembar formulir laboratorium (Kowalah, 2010). Prosedur dan perawatan pasca uji 1. Prosedur dan perawatan pasca uji dapat sedikit berbeda bergantung apakah yang diukur plasma atau serum 2. Lakukan pungsi vena, dan kumpulkan sampel dalam tabung activator bekuan 10 ml 3. Bila pasien dalam fase pramenopause, catat daur haidnya pada lembar formulir laboratorium 4. Tekan tempat pungsi vena sampai perdarahan berhenti 5. Bila timbul hematom pada tempat pungsi vena, berikan kompres hangat 6. Beritahukan kepada pasien bahwa ia dapat minum kembali obat-obatan yang dihentikan sebelum uji (Kowalah, 2010). Perhatian 1. Tangani sampel dengan hati-hati untuk mencegah hemodialisis 2. Kirim sampel ke laboratorium segera (Kowalah 2010). d. Pemahaman hasil Nilai rujukan Kadar serum normal normal untuk perempuan pramenopause sangat beragam selama daur haidnya berkisar antara 26-149 pg/ml (SI, 90 550 pmol/L). kisaran untuk wanita pascamenopause adalah 0-34 pg/ml (SI, 0-125 pmol/L). Kadar estrogen serum pada laki-laki berkisar antara 12 34 pg/ml (SI, 40-125 pmol/L). pada anak usia dibawah 6 thn, kadar estrogen serum normal adalah 3-10 pg/ml (SI, 10 36 pmol/L ). Estriol disekresi dalam jumlah besar oleh plasenta selama kehamilan. Kadarnya berkisar antara 2 ng/ml (SI, 7 nmol/L) pada kehamilan 30 minggu sampai 30 ng/ml (SI, 105 nmol/L) pada 40 minggu. Temuan abnormal

Penurunan kadar estrogen dapat menunjukkan hipogonadisme primer atau kegagalan ovarium, seperti pada sindrom turner atau agenesis ovarium maupun hipogonadisme sekunder. Kadar estrogen yang abnormal tinggi juga dapat disebabkan oleh hyperplasia adrenal congenital (bertambah banyaknya androgen yang berubah menjadi estrogen) Faktor yang mempengaruhi Hemolisis akibat penanganan sampel yang kasar, kehamilan dan penggunaan estrogen seperti konsumsi oral (meningkatkan), klomifen, suatu antagonis estrogen

(menurunkan), steroid dan hormone-hormon yang berdasarkan hipofisis seperti dexametason. (Kowalah,2010). 2. Progesteron plasma a. Definisi Progesterone adalah suatu hormone steroid ovarium yang disekresikan oleh korpus luteum, menyebabkan penebalan dan perkembangan sekresi endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Dengan demikian, kadar progesterone memuncak selama fase midluteal daur haid. Bila tidak terjadi implantasi, progesterone (dan estrogen) turun secara tajam dan mulai terjadi haid 2 hari kemudian. Radioimmunoassay ini merupakan analisis kuantitatif kadar progesterone plasma dan menyediakan informasi, yang handal tentang fungsi korpus luteum dalam pemeriksaan fertilitas serta fungsi plasenta pada kehamilan. Dianjurkan pemeriksaan serial (Kowalaha, 2010). b. Tujuan Menilai fungsi korpus luteum sebagai bagian pemeriksaan infertilitas Mengevaluasi fungsi plasenta selama kehamilan Membantu memastikan ovulasi. Hasal uji mendukung pembacaan suhu tubuh basal (Kowalah, 2010). c. Pentalaksanaan Persiapan pasien 1. Jelaskan pasien bahwa uji ini membantu menentukan sekresi hormone seks perempuan normal 2. Beritahukan pasien bahwa ia tidak perlu membatasi makanan atau minuman 3. Beritahukan pasien bahwa uji ini memerlukan sampel darah, jelaskan kapan dan siapa yang melakukan pungsi vena.

4. Jelaskan kepada pasien bahwa ia dapat merasa tidak nyaman akibat tusukan jarum dan turniket 5. Berutahu bahwa uji ini dapat diulangi pada waktu tertentu yang bertepatan dengan fase daur haidnya atau dengan setiap kunjungan prenatal 6. Periksa riwayat pasien apakah ia sedang minum obat yang dapat mengganggu hasil uji, termasuk estrogen dan progesterone. Catat temuan ini pada lembar formulir laboratorium (Kowalah,2010). Prosedur dan perawatan pasca uji 1. Lakukan pungsi vena, dan kumpulkan sampel dalam tabung heparin 7 ml 2. Tekan tempat pungsi vena sampai perdarahan berhenti 3. Bila timbul hematom pada tempat pungsi vena, berikan kompres hangat (Kowalah, 2010). Perhatian 1. Tangani sampel dengan hati-hati untuk mencegah hemolisis 2. Penuhi tabung pengumpul. Lalu balikkan perlahan-lahan paling sedikit 10 kali untuk mencampur sampel dan antikoagulan dengan benar 3. Tuliskan tanggal daur haid terakhir dan fase daur haidnya pada lembar formulir laboratorium. Bila pasien sedang hamil, tuliskan bulan kehamilannya 4. Kirim sampel ke laboratorium segera (Kowalah, 2010). Nilai Rujukan Selama haid, nilai progesterone normal adalah : 1. Fase folikular : < 150 ng/dl (SI,<5 nmol/L) 2. Fase luteal : 300 1.200 ng/dl (SI, 10-40 nmol/L) Selama kehamilan, nilai progesterone normal adalah 1. Trimester pertama : 1.500-5.000 ng/dL (SI, 50 160 nmol/L) 2. Trimester kedua dan ketiga : 8.000- 20.000 ng/dl (SI,250 650 nmolL ) 3. Nilai normal pada perempuan menopause adalah menopause adalah 10-22 ng/dl (SI, <2 nmol/ L) (Kowalah, 2010). Temuan abnormal Peninggian kadar progesterone dapat menunjukkan ovulasi, tumor luteinisasi, kista ovarium yang menghasilkan progesterone, atau hyperplasia adrenokorteks serta tumor yang menghasilkan progesterone bersama dengan hormone steroid lain. Kadar

progesterone yang rendah dapat diakibatkan amenore akibat beberapa penyebab (seperti panhipopituitarisme dan disfungsi gonad), eklampsia, abortus insipiens, serta kematian janin (Kowalah, 2010). Faktor yang mempengaruhi Hemolisis akibat penanganan sampel yang kasar, terapi progesterone atau estrogen, pencitraan radioaktif yang dilakukan dalam 1 minggu sebelum uji (Kowalah, 2010). 3. Testosterone a. Definisi Kelenjar pituitary melepaskan LH yang menstimulasi pelepasan testosterone oleh kelenjar adrenal, testis, dan ovarium. Tes pengukuran testosterone mengukur tingkat testosterone dalam darah (Keogh, 2010). Testosterone menginduksi pubertas pada laki-laki dan memelihara cirri seksual sekunder laki-laki. Kadar testosterone prapubertas rendah. Pembentukan testosterone mulai meningkat saat permulaan pubertas dan terus meningkat selama masa dewasa. Pembentukannya mulai menurun pada usia kira-kira 40 tahun dan perlahan-lahan turun sampai kira-kira seperlima kadar puncak pada usia 80 tahun. Pada perempuan, kelenjar adrenal dan ovarium mensekresi sejumlah kecil testosteron (Kowalah, 2010). b. Tujuan Mempermudah diagnosis banding prekoksitos seksual lelaki pada anak laki-laki di bawah usia 10 tahun (pubertas prekoks sejati harus dibedakan dengan pubertas prekoks palsu) Membantu diagnosis banding hipogonadisme (hiponadisme primer harus dibedakan dengan hipogonadisme sekunder) Mengevaluasi invertilitas lelaki atau disfungsi seksual lain. Mengevaluasi hirsutisme dan virilisasi pada perempuan (Kowalah, 2010).

c. Penatalaksanaan Persiapan pasien 1. Jelaskan pada pasien bahwa uji ini membantu menentukan apakah sekresi hormone seks lelakinya mencukupi 2. Beritahukan pasien bahwa ia tidak perlu membatasi makanan atau minuman 3. Beritahukan pasien bahwa uji ini memerlukan sampel darah, jelaskan kapan dan siapa yang melakukan pungsi vena.

4. Jelaskan kepada pasien bahwa ia dapat merasa tidak nyaman akibat tusukan jarum dan turniket, tetapi pengumpulan sampel hanya memakan waktu beberapa menit (Kowalah, 2010). Prosedur dan perawatan pasca uji 1. Lakukan pungsi vena. Kumpulkan sampel serum dalam tabung activator bekuan 7 ml 2. Bila akan mengumpulkan plasma, gunakan tabung berheparin 3. Catat usia, jenis kelamin pasien, dan riwayat terapi hormone pada formulir laboratorium 4. Tekan tempat pungsi vena sampai perdarahan berhenti 5. Bila timbul hematom pada tempat pungsi vena, berikan kompres hangat (Kowalah, 2010). Perhatian 1. Tangani sampel dengan hati-hati untuk mencegah hemolisis. Kemudian kirimkan sampel ke laboratorium segera 2. Sampel ersifat stabil dan tidak memerlukan pendinginan atau pengawet selama 1 minggu. Sampel yang beku stabil selama paling sedikit 6 bulan (Kowalah, 2010). d. Pemahaman hasil Nilai rujukan Kadar testosterone normal adalah: Laki-laki: 300-1200 ng/dl (SI, 10,4 41,6 nmol/L) Perempuan : 20-80 ng/dl (SI, 0,7-2,8 nmol/L) Anak prapubertas : nilai lebih rendah daripada dewasa Temuan abnormal Peninggian kadar testosterone pada anak laki-laki prapubertas dapat menunjukkan prekoksitas seksual sejati akibat sekresi gonadotropin yang berlebihan atau pubertas prekoks palsu dari pembentukan hormone lelaki akibat tumor testis. Peningkatan ini juga menunjukkan hyperplasia adrenal congenital yang menyebabkan pubertas prekoks pada anak laki-laki (sejak usia 2-3 tahun) dan pseudohermafroditisme serta virilisasi yang lebih ringan pada anak perempuan. Peninggian kadar testosterone dapat terjadi pada tumor atau kanker adrenal jinak, hipertiroidisme, dan pubertas insipien. Pada perempuan dengan tumor ovarium atau

sindrom ovarium polikistik, kadar testosterone dapat meningkat, yang menyebabkan hirsutisme. Kadar testosterone yang rendah dapat menunjukkan hipogonadisme primer (seperti sindrom klinefelter) atau hipogonadisme sekunder (eunukoidisme hipogonadotropik). Kadar yang rendah juga dapat menyertai orkiektomi, kanker testis atau prostat, keterlambatan pubertas pada lelaki, terapi estrogen dan sirosis hati. Faktor yang mempengaruhi 1. Hemolisis akibat penanganan sampel yang kasar 2. Estrogen dan androgen yang bersumber eksogen, hormone tiroid dan pertumbuhan serta hormone lain yang berdasarkan hipofisis 3. Estrogen (menurunkan kadar testosterone bebas dengan meningkatkan globulin pengikat hormone seks yang mengikat testosteron) 4. Androgen (meningkatkan) (Kowalah, 2010). II. Hormon Plasenta 1. Gonadotropin korion manusia a. Definisi Gonadotropin korion manusia (hCG [Human Chorionic Gonadotropin]) merupakan hormon glikoprotein yang dihasilkan di dalam plasenta. Bila terjadi pembuahan, hormon ini dapat dideteksi dengan pemeriksaan khusus untuk hCG. Yang sering disebut Assay subunitbeta dalam darah 9 hari setelah ovulasi. Interval ini bersamaan dengan implantasi telur yang telah dibuahi ke dalam dinding uterus. Meskipun fungsi pasi hCG tetap tidak jelas, tetapi akan tampak jika hCG bersama dengan progesteron memelihara korpus luteum selama kehamilan dini. Pembentukan hCG meningkat dengan tetap selama trisemester pertama dan akan memuncak kira-kira pada minggu ke-10 kehamilan. Kadarnya kemudian turun sampai kurang dari 10% dari kadar puncak trisemester pertama selama minggu-minggu selanjutnya. Kira-kira 2 minggu setelah kelahiran hormon tidak dapat dideteksi lagi. Immunoassay serum ini, suatu analisis kuantitatif kadar subunit-beta hCG, lebih sensitif (dan lebih mahal) dibanding dengan uji kehamilan rutin yang menggunakan sampel urin.

b. Tujuan Untuk mendeteksi kehamilan dini.

Untuk menentukan kecukupan pembentukan hormon pada kehamilan risiko-tinggi (misalnya, abortus habitualis)

Untuk membantu diagnosis tumor rofoblastik, seperti mola hidatidosa dan koriokarsinoma, serta tumor yang mensekresi hCG secara ektopik.

Untuk memantau pengobatan induksi ovulasi dan pembuahan.

c. Penatalaksanaan Persiapan pasien 1. Jelaskan kepada pasien bahwa uji ini menentukan kehamilannya. Bila deteksi kehamilan bukan merupakan tujuan diagnostik, berikan penjelasan yang tepat. 2. Beri tahukan bahwa ia tidak perlu membatasi makanan atau minuman. 3. Beri tahukan kepada pasien bahwa uji ini memerlukan sampel darah. Jelaskan kapan dan siapa yang akan melakukan fungsi vena. 4. Jelaskan kepada pasien bahwa ia dapat merasa tidak nyaman akibat tusukan jarum dan turniket. Prosedur dan perawatan pascauji 1. Lakukan pungsi vena dan kumpulkan sampel dalam tabung aktivator-bekuan 7ml. 2. Tekan tempat pungsi vena sampai pendarahan berhenti. 3. Bila timbul hematom pada tempat pungsi vena, berikan kempres hangat. Perhatian 1. Tangani sampel dengan hati-hati untuk mencegah hemolisis. 2. Kirimkan sampel ke laboratorium segera. d. Pemahaman Hasil Nilai rujukan Biasanya kadar hCG kurang dari 4 IU/L. selama hamil, kadar hCG sangat berbeda-beda, sebagian bergantung pada jumlah hari setelah daur haid normal terakhir. Temuan abnormal Peninggian kadar subunit-beta hCG menunjukkan kehamilan. Kadar yang tinggi secara bermakna terdapat pada kehamilan multipel. Peningkatan kadar juga dapat menunjukkan mola hidatidosa, neoplasma trofoblastik yang mensekresikan hCG (termasuk adenokarsinoma lambung, pankreas, dan ovarium). Kadar subunit-beta hCG yang rendah dapat terjadi pada kehamilan ektopik atau kehamilan yang kurang dari 9

hari. Kadar subunit-beta tidak dapat membedakan antara kehamilan dan tumor rekuren karena pada kedua ini kadarnya tinggi. Faktor yang mempengaruhi. 1. Hemolisis akibat penanganan sampel yang kasar. 2. Antikoagulan heparin dan EDTA (menurunkan; tanyakan kepada petugas laboratorium apakah uji akan dilakukan pada plasma atau serum).

2. Laktogen plasenta manusia a. Definisi Suatu hormone polipeptida, laktogen plasenta manusia (hPL) yang juga dikenal sebagai somatotropin korion manusia, memperlihatkan sifat laktogenik dan somatotropik (GH) pada perempuan hamil. Bersama dengan prolaktin, hPL mempersiapkan payudara untuk menyusui HPL untuk mempersipkan payudara untuk menyusui. Hormone ini mempermudah sintesis dan mobilisasi protein yang sangat penting untuk pertumbuhan janin/ seres bersifau otonom, mulai pada kira-kira kehamlina 5 minggu dan menurun cepat b. Tujuan Menilai fungsi plasenta dan kesejahteraan janin (digabung dengan pengukuran kadar estriol )membantu dg mola hidatidosa koriokarsinoma Membantu diagnose dan memantau pengobatan tumor non- fotoblAstik yang secara ektopik mensekresi hPL. c. Penatalaksanaan Persiapan pasien 1. Jelaskan kepada pasien bahwa ini membantu menilai fungsi plasenta dan kesejahteraan janin bukan merupakan tujuan diagnostic, berikan penjelasan yang tepat 2. Beritahukan kepada pasien bahwa uji ini memerlukan sampel darah. Jelaskan kapan dan siapa yang akan melakukan pungsi vena. 3. Jelaskan kepada pasien bahwa ia dapat merasa tidak aman dari tusukan jarum dan tournicet

4. Beritahukan kepada pasien yang hamil bahwa uji ini dapat diulangi selama kehamilannya Prosedur dan perawatan 1. Lakukan pungsi vena, dan kumpulkan sampel dalam tabung activator bekuan 7 ml 2. Tekan tempat pungsi vena hingga air tidak keluar lagi 3. Bila timbul hematom pada tempat pungsi vena, berikan compress hangat 1. PerhatianTangani sampel dengan hati-hati 2. Kirimkan sampel kelaboratorium segera d. Pemahaman hasil Nilai rujukan Untuk perempuan hamil, kadar hPL normal berbeda-beda sesuai fase kehamilan. Kemudian, meningkat perlahan di sepanjang kehamilan mencapai 8,6 g/ml saat aterm. Saat aterm, pasein diabetes memiliki kadar rata-rata 9-11 g/ml. kadar normal untuk lelaki dan perempuan tidak hamil kurang dari 0,5 g/ml. Temuan abnormal Kadar hPL yang rendah juga khas terkait dengan sindrom pascamatur, retardasi pertumbuhan intrauterine, preeclampsia, dan eklampsia. Penurunan kadar dapat membantu membedakan abortus inkomplet dengan abortus imipens. Kadar hPL yang rendah tidak memastikan gawat janin. Sebaliknya, kadar diatas 4 g/ml setelah kehamilan 30 minggu juga tdak menjamin kesejahteraan janin karena peninggian kadar pernah dilaporkan setelah kematian janin. Nilai hPL diatas 6g/ml setelah kehamilan 30 minggu dapat menunjukkan plasenta yang luar biasa besar, yang sering terjdi pada pasien dengan DM, kehamilan multiple, dan isoimunisasi Rh. Kadar hPL yang di bawah normal dapat disebabkan oleh penyakit neoplastik trofoblastik seperti mola hidatidosa dan koriokarsinom. Kadar hPL digunakan sebagai penanda tumor untuk mengevaluasi kemoterapi. Kadar hPL memantau pertumbuhan dan kekambuhan tumor serta mendeteksi jaringan sisa setelah eksisi. Fakta yang memengaruhi Hemolisis akibat penanganan sampel yang kasar Selain tes hormone yang disebutkan di atas, adapun pemeriksaan hormone untk tes kehamilan dan genetic yaitu : 1. Follicle Stimulating Hormone (FSH)

a. Definisi FSH diproduksi oleh kelenjar pituitary dan mengontrol produksi sperma oleh testis dan sel telur oleh ovarium. Kadar FSH adalah constant pada laki-laki dan berubah pada siklus menstruasi wanita, dengan kadar tertinggi selama terjadi ovulasi. Tes FSH dapat mengukur kadar FSJ dalam darah (Keogh, 2010). b. Tujuan Mengetahui factor penyebab infetilitas Mengetahui periode menstruasi yang abnormal Mengetahui adanya pubertas prekoks Mengetahui fungsi dari kelenjar pituitary Mengetahui keabnormalan perkembangna organ seksual (Keogh, 2010)

c. Implikasi Perawat Pengkajian 1. Usia pasien. Hasil tes tergantung pada usia pasien 2. Apakah pasien menggunakan bahan herbal atau natural 3. Hari pertama dari periode menstruasi terakhir. Hasil tes tergantung pada siklus menstruasi pasien 4. Pada hari yang mana pasien mengalami perdarahan yang sangat hebat selama periode menstruasi 5. Apakah pasien pasien terpapar zat radioaktif dalam 7 hari sebelum tes 6. Apakah pasien mengkonsumsi digitalis (untuk penyakit jantung), cimetidine, ledopa, clomiphene, estrogen atau progesterone 4 minggu sebelum tes, karena obat-obat tersebut berefek pada hasil tes (Keogh,2010). Pendidikan pasien 1. Jelaskan mengapa sampel darah diambil 2. Jelaskan beberapa darah sangat dibuthkan, sekali setiap peride, permintaan dari petugas kesehatan jika pasien mengalami siklus menstruasi yang bermasalah atau belum bisa hamil 3. Jelaskan kepada pasien bahwa pasien harus menghentikan konsumsi digitalis, cimetidin, levodopa, clomiphene, pil pengontrol kehamilan, estrogen atau progesterone selama 4 minggu sebelum tes (Keogh, 2010). d. Pemahaman Hasil Tes (Keogh, 2010)

Hasil tes FSH bisa diketahui dalam 1 hari. Hasil tes dilaporkan sebagai hasil tes yang tinggi, normal, atau rendah pada control tes laboratorium

Rentang normal FSH 1. Ketika menstruasi: fase folikel / luteal adalah 5 sampai 20 IU/L, puncak pertengahan siklus adalah 30 sampai 50 IU/L 2. Setelah menopause : > 49 IU/L 3. Pria : 5 sampai 15 IU/L 4. Anak-anak sebelum pubertas : < 7 IU/L

Kadar FSH yang tinggi menandakan : 1. Pada wanita : adanya polycystic Ovary syndrome (PCOS), kegagalan ovarium sebelum usia 40 tahun, menopause 2. Pada pria : kebanormalan fungsi testis, syndrome klinefelter 3. Anak-anak : permulaan pubertas

Kadar FSH yang rendah menandakan : 1. Pada wanita : kehilangan ovulasi, 2. Pada pria : testis tidak memproduksi sperma 3. Malnutrisi 4. Gangguan hipotalamus 5. Gangguan kelenjar pituitary 6. Stress

2.

Luteinizing Hormone (LH) a. Definisi LH diproduksi oleh kelenjar pituitary yang menstimulasi produksi testosterone, ovulasi dan regulasi siklus menstruasi. Yang di ukur adalah kadar LH dalam darah (Keogh, 2010) b. Tujuan Mengetahui penyebab infertilitas Untuk mengetahui treatment infertilitas Mengetahui penyebab periode menstruasi yang tidak teratur atau amenore Mengetahui Menopause Mengetahu adanya Pubertas prekoks dan keterlambatan pubertas Mengetahu disfungsi erectile (Keogh, 2010)

c. Implikasi Perawat

1. pengkajian hari pertama dari periode menstruasi terakhir pasien apakah pasien mengalami perdarahan hebat pada hari pertama periode menstruasi apakah pasien hipertiroid apakah pasien terpapar zat radioaltif 1 minggu sebelum tes apakah pasien mengkonsumsi phenothiazide, cimetidine, clomiphene, spironolactone, digitalis, naloxone, anticonvulsants, levodopa, atau pil pengontrol kehamilan 1 bulan sebelum tes apakah pasien mempunyai penyakit liver

2. pendidikan pasien jelaskan mengapa sampel diambil Jelaskan beberapa darah sangat dibuthkan, sekali setiap peride, permintaan dari petugas kesehatan jika pasien mengalami siklus menstruasi yang bermasalah atau belum bisa hamil Jelaskan kepada pasien bahwa pasien harus menghentikan konsumsi digitalis, cimetidin, levodopa, clomiphene, pil pengontrol kehamilan, estrogen atau progesterone selama 4 minggu sebelum tes (Keogh, 2010). d. Pemahaman hasil tes (Keogh, 2010) Hasil tes LH dapat diketahui dengan cepat. Hasilnya tinggi, normal, dan rendah tergantung dari control tes laboratorium Hasil tes LH yang normal 1. Selama menstruasi : fase folikel : 1 sampai 18 IU/L, fase pertengahan siklus : 8,7 sampai 80 IU/L, fase luteal : 0,5 sampai 18 IU/L, Setelah menopause : 12 sampai 55 IU/L 2. Pria : 1 sampai 9 IU/L 3. Sebelum pubertas : 0 sampai 1 IU/L 4. Pubertas pria : 0,4 sampai 7 IU/L 5. Pubertas wanita : 0,4 sampai 12 IU/L Kadar LH tinggi mengindikasikan : 1. Perempuan : PCOS, pubertas dini, tidak punya ovarium 2. Pria : sindrom klinefelter, tidak ada testis, malfungsi dari testis Kadar LH rendah mengindikasikan

1. Malfungsi kelenjar pituitary 2. Malfungsi hipotalamus 3. Anorexia 4. Underweight 5. stress 3. Prolactin a. Definisi Prolaktin adalah hormone yang diproduksi oleh kelenjar pituitary yang meningkat ketika kehamilan, akibatnya meningkatkan produksi susu perluasan kelenjar susu. Kadar progesterone tinggi ketika kehamilan untuk mencegah susu keluar. Kadar progesterone turun setelah melahirkan. Penghisapan pada putting oleh bayi baru lahir menyebabkan ejeksi susu dari payudara, yang menstimulasi pelepasan prolaktin yang menyebabkan laktogenesis, sebagai hasil dari meningkatnya produksi susu. Kadar prolaktin akan turun menjadi normal setelah melahirkan dan jika ibu tidak menyusui anaknya. Tes hormone prolaktin diukur dari kadar prolaktin dalam darah (Keogh, 2010). b. Tujuan Untuk mengkaji prolactinoma (tumor kelenjar pituitari) Penyebab amenore Penyebab infertilitas Penyebab berhentinya ASI yang mengalir pada putting Disfungsi erektil (Keogh, 2010).

c. Implikasi perawat 1. Pengkajian Apakah pasien melakukan exercise 12 jam sebelum tes Apakah pasien dalam kondisi stress Apakah pasien mengalam kesulitan tidur Apakah pasien terpapar zat radioaktif 1 minggu sebelum tes Apakah pasien mengkonsumsi antidepressant, pill pengontrol kehamilan,

phenothiazines, obat hipertensi atau kokain Apakah pasien sudah menstimulasi putting sehari sebelum tes.

2. Pendidikan pasien Jelaskan mengapa ada pengambilan darah

Sampel darah harus diambil 3 jam setelah pasien bangun tidur Pasien harus mencegah stimulasi putting selama 1 hari sebelum tes Pasien akan diperintah untuk tidur selama 30 menit sebelum sampel darah diambil Petugas kesehatan mengintruksikan ke pasien untuk mencegah mengkonsumsi trisiklik antidepresan, pil pengontrol kehamilan, phenothiazines, obat hipertensi, atau kokain selama 12 jam sebelum tes.

Mencegah makan dan minum selama 12 jam sebelum tes (Keogh, 2010).

d. Pemahaman hasil tes Hasil tes prolaktin dapat diketahui dengan cepat Normal 1. Wanita hamil : 20 400 ng/ml 2. Wanita yang tidak hamil : < 25 ng/ml 3. Pria : < 20 ng/ml Kadar prolaktin tinggi mengindikasikan : Prolactinoma, idipatik hiperprolaktinoma, hipotiroidisme, sirosis, penyakit ginjal (Keogh, 2010).

DAFTAR PUSTAKA Anwar, Ruswana. 2005. Sintesis, Fungsi dan Interpretasi Pemeriksaan Hormon Reproduksi. Disampaikan pada pertemuan Fertilitas Endokrinologi Reproduksi bagian Obsgin RSHS/FKUP Bandung tanggal 7 Maret 2005 Kowalah, Jennifer P. 2010. Buku Pegangan Uji Diagnostik Edisi 3. Jakarta : EGC Keogh, Jim. 2010. Nursing Laboratory & Diagnostic Test Demystified A Self-Teaching Guide. United States : The McGraw-Hill Companies

You might also like