You are on page 1of 19

MAKALAH KELOMPOK PENDEKATAN TRAIT AND FACTOR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah teori dan tehnik

konseling Dosen pengampu : Dini Rahmawati S. Pd

Disusun oleh : RUSDARYANTO AJI w ( 09110085 ) SHOFIYATUR RIDLWAH( 09110189 ) TOBIIN ARI SUTOPO ( 09110190 )

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP PGRI SEMARANG 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori ini tergolong pada pandangan kognigtif atau pendekatan rasional. Pendekatan ini mencoba secara intelektual logis dan rasional menerangkan kesulitan kesulitan yang dihadapi klien, cara pemecahan kesulitan kesulitan serta proses konselingnya didekati secara logis rasional. Istilah Trait-Factor Counseling sulit diganti dengan istilah bahasa Indonesia yang cocok, melainkan dideskripsikan dengan istilah: corak konseling yang menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program studi dan bidang pekerjaan. Corak konseling ini dikenal dengan nama direktive counseling atau Counselor-centered counseling, karena konselor secara sadar mengadakan strukturalisasi dalam proses konseling dan berusaha mempengaruhi arah perkembangan konseli demi kebaikan konseli sendiri. Corak konseling ini menilai tinggi kemampuan manusia untuk berfikir rasiunal dan memandang masalah konseli yang harus dipecahkan dengan menggunakan kemmpuan itu (problem solving approach). Dalam segi teoritis dan dalam segi pendekatannya, corak konseling ini bersumber pada gerakan bimbingan jabatan. Yang dimaksudkan dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berfikir, berperasaan dan berperilaku seperti intelegensi (berfikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berperilaku). Ciri-ciri itu dianggap sebagai dimensi kepribadian yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau skala yang terentang dari sangat tinggi sampai sangat rendah. Teori Trait-Factor adalah pandangan yang mengatakan kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengindentifikasikan sejumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian.

B. Rumusan Masalah 1. Siapakah pendiri / penemu pendekatan TRAIT AND FACTOR ? 2. Bagaimana Orientasi model / ide pokok pendekatan TRAIT And FACTOR ? 3. Seperti apakah Hakikat dan Tujuan pendekatan ini ? 4. Pribadi sehat dan mala suai dalam pendekatan TRAIT AND FACTOR ? 5. Hubungan Konselor dan Klien dalam pendekatan TRAIT AND FACTOR ? 6. Karakteristik konselor dan Klien dalam pendekatan TRAIT AND FACTOR ? 7. Peran Dan Fungsi Konselor dalam pendekatan TRAIT AND FACTOR ? 8. Tahap tahap Konseling dalam pendekatan TRAIT AND FACTOR ? 9. Tehnik tehnik konseling dalam pendekatan TRAIT AND FACTOR ? 10. Kelemahan dan kelebihan dalam pendekatan TRAIT AND FACTOR ? 11. Contoh aplikasi di sekolah dalam pendekatan TRAIT AND FACTOR ? C. Tujuan 1. Unutk memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Teori Dan Tekhnik Konseling. 2. Mengetahui sejarah tentang pendiri / penemu pendekatan, Bagaimana Orientasi model / ide pokok, Hakikat dan Tujuan, Pribadi sehat dan malasuai Hubungan Konselor dan Klien,

Karakteristik konselor dan Klien, Peran Dan Fungsi Konselor, Tahap tahap, Tehnik tehnik konseling, Kelemahan dan kelebihan serta Mengetahui Contoh aplikasi di sekolah dalam pendekatan TRAIT AND FACTOR.

BAB II PEMBAHASAN A. Pendiri / penemu pendekatan TRAIT AND FACTOR

Konseling dengan pendekatan trait dan factor adalah corak konseling yang menekankan pemahaman diri melalui tes psikologi dalam memecahkan beraneka problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut piihan program sudi / bidang pekerjaan. Pelopor pengembangan pendekatan ini yang paling terkenal adalah E. G. Williamson, yang lama bertugas sebagai pembantu Rektor urusan akademik dan kemahasiswaan pada Universitas di Minnesota, disebut juga konseling yang mengarahkan (directive counseling), karena konselor secara aktif membantu klien mengarahkan perilakunya kepada pemecahan kesulitannya. Maka

konseling yang directive ini disebut juga counselor centered atau konseling yang berpusat pada konselor. Dan konseling semacam inilah yang banyak dilakukan di sekolah sekolah baik di luar negeri maupun di negara kita. Berbicara tentang teori trait dan factor, senantiasa dihubungkan dengan Universitas Minnesota yang termasuk di dalamnya Walter Bingham, John Darley, Paterson, dan E. G. Williamson. Dalam bekerjanya tokoh tokoh pendekatan ini banyak menggunakan alat pengukur terhadap atribut klien seperti: bakat, kemampuan, minat, tingkah laku dan kepribadiannya. Dari hasil pengukuran tersebut dapat diramalkan dan diarahkan pendidikan dan jabatan apa yang cocok bagi klien, sehingga dapat membahagiakan hidupnya. Walaupun teori trait dan faktor didalam pendekatannya baik terhadap proses konseling maupun pemecahan kesulitannya secara rasional tetapi dasar filsafatnya bukan rasionalisme. Akan tetapi lebih dekat kepada empirisme , walaupun manusia telah dibekali pembawaan tetapi pembawaan itu tidak menentukan. Disamping kedua sudut pandang di atas, William dalam Theories of counseling and Psicotherapy menyebutkan filsafatnya personalisme atau mempunyai perhatian besar

terhadap keseluruhan individu, bahwa manusia merupakan seorang indvidu yang unik dan dapat mempengaruhi serta menguasai baik pembawaan dan lingkungannya. Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa: 1. Pengukuran trait dengan menggunakan tes psikologis dan alat pengukur lainnya 2. Merumuskan atau menggambarkan tentang keadaan individu 3. Membantu individu mengetahui dan memahami diri dan

lingkungannya 4. Meramalkan kemungkinan sukses dalam pendidikan dalam pekerjaan tertentu

Teori ini berpendapat bahwa perkembangan kepribadian manusia ditentukan oleh faktor pembawaan maupun lingkungannya. Pada tiap orang ada sifat-sifat yang umum dan sifat-sifat yang khusus yang terdapat pada seseorang yang merupakan sifat yang unik. Hal ini terjadi karena pembawaan dan lingkungan tiap orang tidak sama.

B. Orientasi model / ide pokok pendekatan TRAIT AND FACTOR

Williamson mempunyai pandangan tentang manusia sebagai berikut : 1. Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik atau buruk. Makna hidup adalah mencari kebenaran dan berbuat baik serta menolak kejahatan. Menjadi manusia seutuhnya tergantung pada hubungan denga orang lain. 2. Diri manusia hanya berkembang didalam masyarakat dan pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup sepenuhnya diluar masyarakat. 3. Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik, sebenarnya usaha kearah itupun sudah menunjukan dan merupakan kehidupan yang baik.

Menurut Lutfi (1994 : 79-82), ada 8 hal pokok yang bisa disimpulkan dari pendapat Williamson mengenai manusia, yaitu sebagai berikut : 1. Manusia dilahirkan dengan membawa potensi baik dan buruk. Williamson berbeda dengan Rousseau yang menganggap manusia pada dasrnya baik dan masyarakat atau lingkunganlah yang membentuknya menjadi orang jahat. Menurut Williamson, kedua potensi itu, baik dan buruk, ada pada setiap manusia. Tidak ada individu yang lahir membawa potensi baik semata, dan sebaliknya juga tidak ada individu yang lahir semata-mat penuh dengan muatan sifat yang buruk. Kedua sifat itu dimiliki oleh manusia, tetapi sifat mana yang akan berkembang tergantung pada interaksinya dengan manusia lain atau lingkungannya. 2. Manusia bergantung dan hanya akan berkembang secara optimal ditengah - tengah masyarakat. Manusia memerlukan orang lain dalam mengembangkan potensi dirinya. Aktualisasi diri hanya akan dapat dicapai dalam hubungannya dan atau dengan bantuan orang lain, manusia tidaka dapat hidup sepenuhnya dengan melepaskan diri dengan masyarakat. 3. Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik (good life).

Memeperoleh kehidupan yang baik, dan lebih baik lagi merupakan kepedulian setiap orang. Salah stu dimensi kebaikan adalah arete. Manusia berjuang mencapai arete yang menghasilkan kekayaan atau kebesaran diri. Konsep arete diambil dari bahasa Yunani, yang dapat diartikan kecemerlangan (excellence), mengacu pada macam-macam aspek perkembangan yang perlu diperjuangkan individu untuk mencapainya. Dengan demikian usaha manusia itu bukan hanya berkembang secara vertikal saja tetapi juga secara horisontal. 4. Manusia banyak berhadapan dengan pengintroduksi konsep hidup yang baik, yang menghadapkannya pada pilihan-pilihan. Dalam keluarga, individu berkenalan dengan konsep hidup yang baik dari

orang tuanya. Di sekolah, dia memperolehnya dari guru. Selain itu dari teman dan anggota masyarakat yang lain. 5. Hubungan manusia berkait dengan konsep alam semesta (the universe). Williamson menyatakan bahwa konsep alam semesta dan hubungan manusia terhadapnya sering terjadi salah satu dari : a. Manusia menyendiri dalam ketidakramahan alam semesta. b. Alam semesta bersahabat dan menyenangkan atau menguntungkan bagi manusia dan perkembangannya. 6. Manusia merupakan individu yang unik. 7. Manusia memiliki sifat-sifat yang umum. Dengan keumuman sifat tersebut, manusia dapat dikelompokkan menjadi tipe-tie. Dengan demikian tipolog dalam kepribadian tetap mendapat tempat pada konseling trait and factor. 8. Manusia bukan penerima pasif bawaan dan lingkungannya. Pendekatan trait and factor berpendapat bahwa manusia dlam perkembangnnya dipengaruhi oleh pembawaan atu aspek hereditas dan lingkungan. Namun begitu, dijelaskan lebih lanjut, bahwa untuk sebagian besar manusia mnegndalikan dan menguasai pembawaan dan lingkungannya. Selain itu manusia mempunyai kemampuan untuk menyeleksi sebagian pengaruh lingkungan yang mengenainya.

Jelaslah bahwa manusia aktif, bukan pasif dalam menerima pengaruh pembawaan dan lingkungan, meskipun tidak bisa dilepaskan dari peranan dan bantuan orang lain.

C. Hakikat dan Tujuan pendekatan TRAIT AND FACTOR

Yang dimaksudkan dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berfikir, berperasaan dan berperilaku seperti intelegensi (berfikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berperilaku). Ciri-ciri itu dianggap sebagai dimensi kepribadian yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau skala yang terentang dari sangat tinggi sampai sangat

rendah.

Teori

Trait-Factor

adalah

pandangan

yang

mengatakan

kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengindentifikasikan sejumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian. Ciri ciri itu dapat diandalkan diketahui melalui berbagaites psikologis. Ciri ciri dasar yang mereka temukan disebut factors. Teori ini berpendapat bahwa perkembangan kepribadian manusia ditentukan oleh faktor pembawaan maupun lingkungannya. Pada tiap orang ada sifat sifat yang umum dan sifat yang khusus terdapat pada seseorang yang merupakan sifat yang unik. Hal ini terjadi karena pembawaan dan lingkupan tip orang tidak sama. Pendirian ini memandang bahwa kepribadian adalah suatu sistem ketergantungan dengan trait atau factor sepereti kecakapan, minat, sikap, temperamen, dan lain lain. Tujuan konseling trait and factor sebagai berikut 1. Membantu individu merasa lebih baik dengan menerima pangdangan dirinya dan membantu berfikir lebih jernih dalam memecahkan masalah serta mengontrol perkembangannya secara rasional 2. Memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifatsifat, sehingga dapat bereaksi dengan stabil 3. Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam penilaian diri dengan menggunakan metode secara ilmiah.

Menurut Lutfi (1994 : 91), tujuan koseling menurut pendekatan trait and factor, dapat disebutkan yaitu : a. Self-clarification (kejelasan diri) b. Self-understanding (pemahaman diri) c. Self-acceptance (penerimaan diri) d. Self-direction (pengarahan diri) e. Self-actualization (perwujudan diri)

D. Pribadi Sehat Dan Mala Suai Dalam Pendekatan TRAIT AND FACTOR

Pribadi yang sehat menuut trait and factor dapat dirumuskan sebagai berikut : Pribadi yang ideal adalah apabila pribadi tersebut mampu menggunakan kemampuan berpikir rasionalnya untuk memecahkan masalah masalah kehidupan secara bijaksana. Selain itu pribadi yang bersangkutan dapat memahami kekuatan dan kelmahan dirinya serta mampu dan mau mengembangkan segala potensinya secara penuh potensi baiknya., memiliki motivasi untuk meningkatkan atau menyempurnakan diri, memiliki control diri untuk menyeleksi pengaruh yang baik dan buruk, dan dapat menyesuaikan diri untuk ditengah tengah masyarakatnya sehingga ia dapat digolongkan sebagai warganegara yang baik.

E.

Hubungan Konselor Dan Klien Dalam Pendekatan TRAIT AND FACTOR Konseling trait and factor ditandai dengan ciri ciri situasi hubungan sebagai berikut: a. Konseling merupakan suatu thinking relationship yang lebih mementingkan peranan brpikir rasional, tetapi tidak meninggalkan samasekali aspek emosional seseorang. b. Konseling berlangsung dalam situasi hubungan yang bersifat pribadi, c. bersahabat, akrab, dan empatik. Setiap pihak ( konselor klien ) melakukan perannya secara proporsional.

F.

Peran Dan Fungsi Konselor dalam pendekatan TRAIT AND FACTOR

Dalam hubungan ini peranan konselor : 1. Memberitahu klien tentang berbagai kemampuan yang diperoleh konselor dari hasil testing, angket dan alat pengukur yang lain. Berdasarkan hasil testing dan lain-lain tersebut konselor mengetahui kelemahan dan kekuatan klien, sehingga dapat meramalkan jurusan, pendidikan atau jabatan apa yang cocok bagi klien 2. 3. Konselor secara aktif mempengaruhi perkembngan klien Konselor membantu mencari sebab individu tidak memiliki sumber personal untuk menentukan individualitasnya, karena ia tidak dapat memahami dirinya secara penuh . 4. Konselor aktif dalam situasi belajar melakukan diagnosis, menyajikan informasi, mengumpulkan dan menilai data untuk membantu individu. Tahap tahap kondeling dalam pendekatan TRAIT AND FACTOR

G.

Konseling trait and factor memiliki 6 tahap dalam prosesnya, yaitu: analisis, sintesis, diagnosis, prognosis, konseling (treatment), dan follow up. Selama mengikuti tahap-tahap konseling, klien bertanggung jawab penuh untuk belajar dalam proses memahami dirinya, sedang konselor berperan sebagai orang kedua atau mengambil peran pembantu sebagai layaknya seorang guru yang bertugas agar proses belajar dapat berlangsung sebaikbaiknya. Dari antara enam tahap yang dikemukakan konseling trait and factor, tahap pertama sampai keempat dapat dilakukan diluar segi konseling, dilakukan tanpa bertatap muka dengan klien. Dengan demikian untuk melaksanakan empat tahapan awal dalam konseling ala Williamson, yang dikenal sebagai tahap-tahap persiapan

bagi wawancara konseling, dapat dilakukan dalam 3 cara : Pertama, dilaksanakan sekalisus bersama tahap konseling , pada suatu sesi tatap muka dengan klien. Kedua, dilaksanakan diluar atau sebelum bertatap muka dengan klien dalam suatu sesi konseling. Ketiga, cara kombinasi, yaitu dilakukan sebelum bertemu dengan klien sejauh bisa, kemusian kekurangan kekuranganya dilengkapi pada saat wawancara konseling berlangsung. 1. Analisis Analisi merupakan langkah mengumpulkan informasi tentang diri klien beserta latar belakangnya. Informasi atau data yang dikumpulkan mencakup segala aspek kepribadian klien, seperti kemampuan, minat, motif, kesehatan fisik, dan karakterisktik lainnya yang dapat mempermudah atau mempersulit bagi pemerolehan penyesuaian diri yang memuaskan baik untuk kehidupannya di sekolah maupun dalam dunia kerja serta penyesuaian diri pada umumnya. Untuk membuat analisis tentang diri klien ini, konselor dapat menggunakan alat tertentu. Enam alat yang dikemukakan Williamson (Patterson, 1980) adalah: a. Catatan komulatif b. Wawancara c. Formal distribusi waktu d. Otobiografi e. Catatan aknedot f. Tes psikologis 2. Sintesis Sintesis adalah usaha merangkum, menggolong golongkan dan menghubung hubungkan data yang telah terkumpul pada tahap analisis, yang disusun sedemikian sehingga dapat menunjukan keseluruhan gambaran tentang diri klien. Rumusan diri klien dalam sintesis ini bersifat ringkas dan padat. Dalam sintesis juga harus

tercermin tentang kekurangan atau kelebihan dan kelemahan klien, kemampuan penyesuaian dirinya. Ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam merangkum data pada tahap sintesis tersebut. Cara pertama, dibuat oleh konselor, ke dua, dilakukan klien, ke tiga adalah cara kolaborasi atau kerja sama klien konselor. Dalam praktek, disarankan untuk menggunakan cara kolaborasi. Cara ini didahului dengan konselor meminta kepada klien untuk membuat rangkuman, setelah itu, konselor menyempurnakan rangkuman yang telah dibuat klien. Atau kalau konselor ingin lebih mempermudah dapat pula didahului dengan memberikan kerangka bagi membuat rangkuman oleh klien. 3. Diagnosis Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data dalam bentuk (dari sudut) problema yang ditunjukan. Rumusan diagnosis dilakukan melalui proses pengambilan atau penarikan simpulan yang logis. Berikut adalah langkah langkah melakukan diagnosis: a. Identifikasi masalah Identifikasi masalah ini merupakan langkah penentuan hakekat masalah yang sebenarnya, bukan gejala gejalanya. b. Menemukan sebab sebab (etiologi) Langkah ini merupakan langkah mencari sumber bagi timbulnya suatu masalah yang mencakup pencarian hubungan antara masa lalu, sekarang, dan masa depan yang mungkin menuntun kita untuk memahami sebab sebab dari gejala (symtoms) c. Prognosis Menurut Williamson, pronosis merupakan bagian dari diagnosis. Prognosis ini bersangkutan dengan upaya memprediksikan kemungkinan kemungkinan yang akan

terjadi berdasarkan data yang ada sekarang. Pada tahap ini, klien diajak untuk menyadari kemungkinan yang akan terjadi jika keadaan seperti sekarang ini tetap berlanjut. 4. Treatment Dalam konseling, konselor membantu klien untuk menemukan sumber-sumber pada dirinya sendiri, sumber sumber lembaga dan masyarakat guna membantu klien mencapai penyesuaian yang optimum sejauh dia bisa. Bantuan dalam konseling ini mencakup lima jenis bantuan, yaitu: a. Hubungan konseling yang mengacu pada belajar yang terbimbing kearah pemahaman diri. b. Konseling jenis reedukasi atau belajar kembali yang individu butuhkan sebagai alat untuk mencapai penyesuaian hidup dan tujuan personalnya. c. Konseling dalam bentuk bantuan yang dipersonalisasikan untuk klien dalam memahami dan untuk terampil mengaplikasikan prinsip dan teknik dalam kehidupan sehari hari. d. Konseling yang mencakup bimbingan dan teknik yang

mempunyai pengaruh terapiutik atau kuratif. e. Konseling bentuk reedukasi bagi diperolehnya katarsis secara terapiutik. 5. Follow-up Tindak lanjut merujuk pada segala kegiatan membantu siswa setelah mereka memperoleh layanan konseling, tetapi, kemudian, menemui masalah masalah baru atau munculnya kembali masalah yang lampau. Tindak lanjut ini juga mencakup penentuan keefektifan konseling yang telah dilaksanakan.

H.

Tehnik tehnik konseling dalam pendekatan TRAIT AND FACTOR

Berpegang pada prinsip adanya individual differences, maka dalam konseling tidak ada tehnik-tehnik tertentu yang cocok untuk setiap siswa. Tehnik-tehnik tertentu hanya cocok untuk siswa tertentu dengan masalah tertentu pula. Oleh karena itu, dalam membentuk siswa, dituntut adanya fleksilbelitas dan kecanggihan konselor dalam membuat variasi tehnik, bahkan terbuka bagi konselor membuat modifikasi-modifikasi. Tehnik-tehnik konseling yang dikemukakan oleh Williamson ada 5 macam : 1. Establishing rapport (menciptakan hubungan baru) Untuk cepat menciptakan hubungan yang baik, konselor perlu menciptakan suasana hangat, bersifat ramah, dan akrab (tetapi tidak perlu merendah, cukup pada posisi sejajar antara konselor dengan klien), dan menghilangkan kemungkinan situasi yang bersifat mengancam. Ada beberapa hal yang terpenting dan terkait dengan keperluan penciptaan rapport tersebut : a. Reputasi konselor, khususnya reputasi dalam kompetensi

(competency repulation), konselor harus memiliki nama baik dimata siswa. b. Penghargaan dan perhatian konselor pada individu. c. Kemampuan koselor dalam menyimpan rahasia (confidentiality) termasuk kerahasiaan hasil-hasil konseling atas siswa-siswa terdahulu. Untuk memenuhi maksud diatas, maka dalam prosesnya konselor dapat melakukan tindakan-tindakan yang membuat siswa merasa amandan sihargai sejak penyambutan. 2. Cultivaltingself-understanding (mempertajam pemahaman diri)

Konselor perlu berusaha agar klien/siswa lebih mampu memahami dirinya yang mencakup segala kelebihan atau kekurangannya. Untuk itulah dapat dimengerti kalau misalnya konselor dituntut

menginterprestasikan data klien,termasuk data hasil testing. Sudah barang tentu cara menerangkannya dengan kata-kata yang sederhana yang jelas dan mudah dipahami klien, tidak menggunakan kata-kata tehnis. 3. Advising or planning a program of action (memberi nasihat atau membantu merencanakan program tindakan) Dalam melaksanakan hal ini, konselor memulai dari apa yang menjadi pilihan klien, tujuannya, pandangannya, dan sikapnya: kemudian mengemukakan alternasi-alternasi untuk dibahas segi positif dan negatifnya, manfaat dan kerugiaannya. Dalam pada itu, konselor menyampaikan nasihat-nasihat secukupnya dengan pensikapan bahwa hal itu bersifat sementara karena fakta dan data yang diketahui konselor, betapapun tetap terbatas. Ada 3 cara dalam memberikan nasihat, yaitu : a. Dirrect advice (nasehat langsung), secara jelas dan tebuka konselor mengemukakan pendapatnya. Cara ini dilakukan bila klien memang tidak mengetahui betul apa yang harus diperbuat atau diinginkan. b. Persuasive, dilakukan bila klien telah mampu menunjukan alasan yang logis atas pilihan-pilihannya tetapi belum mampu

menentukan pilihan. c. Explanatory (penjelasan), dilakukan apabila klien telah dapat mengajukan pilihan termasuk pertimbangan baik-buruknya.

Konselor memberikan nasehat dengan menjelaskan implikasiimplikasi putusan klien. 4. Carrying out the plan (melaksanakan rencana) Mengikuti keputusan tau pilihan klien, konselor dapat memberikan bantuan langsung bagi implementasi atau pelaksanaannya.

Bantuannya, antara lain, berupa rencana atau program pendidikan dan pelatihan atu usaha-usaha perbaikan lainnya atau lebih dapat menyempurnakan keberhasilan tindakan. 5. Refferal (pengiriman pada ahli lain) Pada kenyataanya tidak ada konselor yang ahli dalam memecahkan segala permaslahan siswa, yang karena itu konselor perlu menyadari keterbatasan dirinya. Apabila konselor tidak mampu, janganlah memaksakan diri atau berbuat mencoba-coba. Konselor perlu mengirimkan kliennya pada ahli lain yang lebih mampu.

I.

Kelemahan dan kelebihan dalam pendekatan TRAIT AND FACTOR

Kelemahan: 1. Pandangannya dikembangkan dalam situasi pendidikan dan kliennya dibatasi terutama kepada siswa-siswa yang memiliki keragaman derajat kemantapan dan tanggung jawab sendiri. 2. Pandangannya terlalu menekankan kepada pengendalian konselor dan hasil yang dicapai pada diri klien lebih banyak tergantung kepada keunggulan konselor dalam mengarahkan dan membatasi klien. 3. Banyak meminimalkan atau mengabaikan aspek afektif klien yang justru seharusnya menjadi kepedulian konselor. 4. Terlalu banyak pertimbangan yang ditekankan pada data obyektif. Penggunaan dan keyakinan yang berlebihan terhdap data ini kurang tepat karena keterbatasan reliabilitas, validitas, dan kelengkapan alat dan datanya. 5. Suatu dilema bagi konselor karena ia harus mendorong dan meyakinkan klien mewujudkan kemampuannya, tetapi ia harus melakukannya tanpa persuasi. Adapun kelebihan yang diberikan teori ini adalah:

1.

Teori ciri dan sifat menerapkan pendekatan ilmiah pada konseling

2.

Penekanan pada penggunaan data tes objektif, membawa kepada upaya perbaikan dalam pengembangan tes dan penggunanya, serta perbaikan dalam pengumpulan data lingkungan.

3.

Penekanan yang diberikan pada diagnose mengandung makna sebagai suatu perhatian terhadap masalah dan sumbernya mengarahkan kepada upaya pengkreasian teknik-teknik untuk mengatasinya.

4.

Penekanan

pada

aspek

kognitif

merupakan

upaya

menyeimbangkan pandangan lain yang lebih menekankan afektif atau emosional J. Contoh aplikasi di sekolah dalam pendekatan TRAIT AND FACTOR Oscar adalah seorang siswa SMA kelas XII program studi IPA, Pada bulan November ia menghadap konselor disekolah untuk membicarakan masalah kelanjurtan studi setelah tamat sekolah pada bulan April berikutnya. Dalam wawancara menjadi jelas bahwa Oscar merasa bingung sekali karena tidak mengetahui bagaimana caranya mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Ia ingin melanjutkan ke fakultas teknik dan bekerja sebagai insinyur sipil. Dia yakin mampu menyelesaikan studi di fakultas teknik karena hasil belajar di SMA dalam seluruh bidang studi yang menunjang tergolong baik. Sudah sejak lama Osacar senang membaca buku buku tentang tehnik yang dipinjam di perpustakaan sekolah, Atas pertanyaan konselor Oscar menjelaskan bahwa keluarganya mendukung cita citanya , namun tidak, namun tidak mampu untuk membiayai Oscar diharapkan akan segera bekewrja dapat membantu membiayai pendidikan adik- adiknya . Nah, keadaan ekonomi keluarga dan harapan orang tu inilah yang menimbulkan kesulitan besar,sehingga Oscar menghadapi suatu masalah, Dia semakin merasa sulit untuk

berkonsentrasi dalam belajar, Dia bahkan minder sebab teman teman sekelasn semuanya berkata akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi .

BAB III PENUTUP

Kesimpulan Kosep dasar pendekatan trait and factor Teori Trait-Factor adalah pandangan yang mengatakan kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengindentifikasikan sejumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian. Tujuan konseling Self-clarification (kejelasan diri), Self-understanding (pemahaman diri), Self-acceptance (penerimaan diri), Self-direction (pengarahan diri), Self-actualization (perwujudan diri). Deskripsi proses konseling 1. Analisis, Sintesis, Diagnosis, Treatment, Follow-up

Tehnik konseling yang digunakan Tehnik-tehnik konseling yang dikemukakan oleh Williamson ada 5 macam : 1. 2. 3. Establishing rapport (menciptakan hubungan baru) Cultivaltingself-understanding (mempertajam pemahaman diri) Advising or planning a program of action (memberi nasihat atau membantu merencanakan program tindakan) a. b. c. Dirrect advice (nasehat langsung) Persuasive Explanatory (penjelasan)

DAFTAR PUSTAKA

Fauzan L. 2004. Pendekatan-Pendekatan Konseling Individual. Elang Mas: Malang. Pujosuwarno S. 1993. Berbagai Pendekatan dalam Konseling. Menara Mas Offset: Yogyakarta. Winkle dan Sri Hastuti. 2007. Bimbingan Dan Konseling di Institusi Pendidikan. Abadi: Yogyakarta. http://abangjo-sevenzero.blogspot.com/2009/10/trait-factorcounseling.htmlhttp://eko13.wordpress.com/2008/03/18/ciri-ciri-teori konseling/http://jamroh.wordpress.com/http://kejarmimpi.blogspot.com/2009/05/p engertian-konseling-rational-emotive.html http://khairiwardi.multiply.com/journal/item/4

You might also like