You are on page 1of 2

3. Pihak rumah sakit bertindak tanpa persetujuan sebelumnya.

a) Inform consent Inform consent adalah persetujuan pasien atau yang sah mewakilinya atas rencana tindakan kedokteran yang diajukan oleh dokter, setelah menerima informasi yang cukup untuk dapat membuat persetujuan. Pernyataan IDI tentang inform Consent (Lampiran SKB IDI no. 319/P/BA./88) 10. untuk orang dewasa yang berada di bawah pengampunan, informed consent diberikan oleh orang tua/kurator/wali. Untuk yang dibawah umur dan tidak mempunyai orang tua/ wali, informed consent diberikan oleh keluarga-keluarga terdekat. 11. Dalam hal pasien tidak sadar/pingsan, serta tidak didampingi oleh yang tersebut dalam butir 10, dan yang dinyatakan secara medis berada dalam keadaan gawat dan/ atau darurat yang memerlukan tindakan medik segera untuk kepentingan sosial, tidak diperlukan informed consent dari siapapun dan ini menjadi tanggung jawab dokter.

b) Hak Pasien Dalam KODEKI pasal 7c seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien. Sementara hak pasien dalam profesi kedokteran antaralain: hak atas informasi medik, dan hak memberi persetujuan atas tidakan medik. c) Prosedur Standar Merujuk Pasien Prosedur administratif: 1. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan 2. Membuat catatan Rekam Medis pasien. 3. Memberikan informed consent (persetujuan atau penolakan). 4. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2. Lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang bersangkutan. Lembar kedua disimpan sebagai arsip. 5. Mencatat idenditas pasien pada buku register rujukan pasien. 6. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi dengan tempat tujuan rujukan. 7. Pengiriman pasien ini dilaksanakan setelah diselesaikan administrasi yang bersangkutan. Pembahasan: Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pihak rumah sakit dan dokter lalai dalam dua hal yaitu tidak melakukan prosedur administrasi merujuk pasien sebagaimana mestinya. Kedua, dokter atau pihak rumah sakit melakukan tindakan tanpa persetujuan pasien atau walinya.

Menurut prosedur administrasi merujuk pasien poin 3 dokter atau pihak rumah sakit harus memberikan inform consent. Sementara dokter atau pihak rumah Bersalin Yuliana baru memberikan informasi kepada suami pasien bahwa pasien telah dibawa ke RS Islam Bogor setelah pasien berada di rumah sakit rujukan. Menurut KODEKI pasal Dari pernyataan IDI tentang inform Consent pada poin 11 jika pasien dalam keadaan gawat darurat sementara tidak didampingi oleh wali (seperti pada poin 10) doker boleh menjadi penanggung jawabnya. Pada kasus ini suami pasien memang tidak berada di RS Islam Bogor, namun pihak rumah sakit sempat menelepon suaminya untuk memberitahu bahwa pasien telah dipindahkan ke RS tersebut, tanpa memberitahu tindakan yang akan diberikan.

You might also like