You are on page 1of 53

LAPORAN PENELITIAN GAMBARAN POLA KONSUMSI MAKANAN YANG MENGANDUNG ZAT GOITROGENIK PADA KELOMPOK WANITA USIA SUBUR

(WUS) DI DUSUN BIAS, DESA KUSAMBA, KECAMATAN DAWAN, KABUPATEN KLUNGKUNG

Oleh : Winda Arista Haeriyoko I Made Ngurah Agus Surya Negara S. (0702005034) (0702005141)

Pembimbing : Dr. Luh Seri Ani, SKM, M. Kes

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012
ii

LAPORAN PENELITIAN GAMBARAN POLA KONSUMSI MAKANAN YANG MENGANDUNG ZAT GOITROGENIK PADA KELOMPOK WANITA USIA SUBUR (WUS) DI DUSUN BIAS, DESA KUSAMBA, KECAMATAN DAWAN, KABUPATEN KLUNGKUNG

Laporan penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian IKK/IKP

Oleh : Winda Arista Haeriyoko I Made Ngurah Agus Surya Negara S. (0702005034) (0702005141)

Pembimbing : Dr. Luh Seri Ani, SKM, M. Kes

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012
iii

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PENELITIAN GAMBARAN POLA KONSUMSI MAKANAN YANG MENGANDUNG ZAT GOITROGENIK PADA KELOMPOK WANITA USIA SUBUR (WUS) DI DUSUN BIAS, DESA KUSAMBA, KECAMATAN DAWAN, KABUPATEN KLUNGKUNG

Peneliti : Winda Arista Haeriyoko I Made Ngurah Agus Surya Negara S. (0702005034) (0702005141)

Telah diajukan di hadapan panitia ujian laporan penelitian pada tanggal 3 April 2012

Menyetujui

Pembimbing Dr. Luh Seri Ani, SKM, M. Kes

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012
iv

KATA PENGANTAR Gizi merupakan faktor penting yang memegang peranan dalam siklus kehidupan manusia terutama bayi dan anak yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa. Salah satu permasalahan gizi yang tergolong klasik di Indonesia, yang sampai saat ini belum dapat ditanggulangi dengan tuntas adalah masalah gangguan Akibat Kurang Yodium atau yang dikenal dengan GAKY. Berdasarkan hasil pemantauan Kadarsi dan garam beryodium di Kecamatan Dawan pada tahun 2010 dari 7 desa didapatkan desa yang paling rendah kepemilikan garam beryodiumnya adalah Desa Kusamba, hanya 2 keluarga yang mengkonsumsi garam beryodium dari 1.762 KK yang ada setara dengan 0,11%. Dari hasil survey awal yang dilakukan oleh tim kami terhadap 5 responden di desa Kusamba, didapatkan 1 orang penderita gondok grade II (20%). Dari survey tersebut juga didapatkan kebiasaan mengkonsumsi zat goitrogenik yang terdapat pada sayur bayam, kangkung, dan kol, yang menjadi makanan sehari hari penduduk setempat. Hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang gambaran pola konsumsi zat goitrogenik pada kelompok wanita usia subur (WUS) di Dusun Bias, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Terlaksananya penelitian ini mulai perencanaan hingga penulisan laporan hasil penelitian adalah berkat dukungan berbagai pihak. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Dr. Luh Seri Ani, SKM, M. Kes serta dosen-dosen yang turut serta memberikan masukan dan kritik yang sangat berguna bagi kami, dr. I Nyoman Adiputra, selaku Kepala Puskesmas Dawan I serta seluruh staf Puskesmas Dawan I yang telah membantu penulis selama bertugas di Puskesmas Dawan I sehingga pelaksanaan penelitian ini berjalan baik.

Denpasar, Maret 2012 Penulis

ABSTRAK GAMBARAN POLA KONSUMSI ZAT GOITROGENIK PADA KELOMPOK WANITA USIA SUBUR (WUS) DI DUSUN BIAS, DESA KUSAMBA, KECAMATAN DAWAN, KABUPATEN KLUNGKUNG Winda Arista Haeriyoko dan I Made Ngurah Agus Surya Negara S. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) terjadi akibat kurangnya konsumsi zat beryodium dalam pangan, faktor lain penyebab Gangguan Akibat kekurangan Yodium (GAKY) adalah kelompok pangan goitrogenik, golongan tiosianat atau senyawa mirip tiosianat yang dapat menghambat metabolisme yodium di dalam tubuh. %. Dari hasil survey awal yang dilakukan oleh tim kami terhadap 5 responden di desa Kusamba, didapatkan 1 orang penderita gondok grade II (20%). Dari survey mini tersebut juga didapatkan kebiasaan mengkonsumsi zat goitrogenik yang terdapat pada sayur bayam, kangkung, dan kol, yang menjadi makanan sehari hari penduduk setempat.Tingkat pengetahuan mengenai garam beryodium juga masih tergolong juga masih tergolong rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola konsumsi zat goitrogenik oleh kelompok wanita usia subur (WUS) di Dusun Bias, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung tahun 2012. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross-sectional deskriptif. Besar sampel yang digunakan sebanyak 60 responden, dengan teknik cluster. Subyek penelitian berasal dari Dusun Bias, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan instrument berupa kuesioner. Hasil dan simpulan penelitian ini menunjukkan karakteristik responden dengan frekuensi zat goitrogenik menunjukkan bahwa responden berusia > 34 tahun cenderung mengkonsumsi zat goitrogenik lebih sering daripada responden yang berusia 34 tahun yaitu sebanyak 11 orang (37.39%).Responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih sering mengkonsumsi zat goitrogenik sebanyak 11 orang (45.84%). Berdasarkan pekerjaan, responden yang bekerja cenderung mengkonsumsi zat goitrogenik lebih sering dibandingkan responden yang tidak bekerja sebanyak 15 orang (42.85%). Kata kunci : GAKY, zat goitrogenik, pola konsumsi

vi

ABSTRACT CONSUMPTION PATTERN OF GOITROGENIC SUBSTANCE IN FERTILE AGE WOMAN (FAW) AT DUSUN BIAS, KUSAMBA VILLAGE, DAWAN DISTRIC, KLUNGKUNG REGENCY Winda Arista Haeriyoko and I Made Ngurah Agus Surya Negara S.

Iodine deficiencies disorder (IDD) caused by less intake of iodine substance in food, another factor that can cause IDD is goitrogenic food, tiosianic group or substances similar to tiosianic which can hamper the iodine metabolism in our body. Mini survey was held before the primary survey. From 5 renpondences in Kusamba village we found one goiter case II grade (20%). We also found people in Kusamba village mostly consume spinach, kangkung, and cauliflower for their dialy meal. The knowledge level of iodine salt is still remain low among them. This research aims to know the consumpton pattern of goitrogenic substance in fertile age woman at dusun Bias, Kusamba village, Dawan district, Klungkung regency 2012. The research method is descriptive cross sectional. Samples needed are 60 samples, chosen by cluster method. Research subject originally from dusun Bias, Kusamba village, Dawan district, Klungkung regency. Data collected by structural interview using quesionere as the instrument. The result and conclusion of this research shows that respondents age > 34 yo more frequent to consume goitrogenic substances than 34 yo. Renspondents with high education tends to consume goitrogenic agent about 11 women (45.84%). According to occupation characteristic, employed respondents tends to consume goitrogenic substance more frequent than those whos unemployed around 15 women (42.85%). Keywords: IDD, goitrogenic substances, food pattern

vii

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................... LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ KATA PENGANTAR ....................................................................................... ABSTRAK .......................................................................................................... ABSTRACT.......................................................................................................... DAFTAR ISI....................................................................................................... DAFTAR TABEL DAN GAMBAR .................................................................. BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................... 1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 1.4.1 Bagi Instansi Pemerintah ....................................................... 1.4.2 Bagi Puskesmas ...................................................................... 1.4.3 Bagi Peneliti ............................................................................ 1.4.4 Bagi Responden ...................................................................... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 2.1 Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) ................................... 2.2 GAKY pada Wanita Usia Subur (WUS).......................................... 2.3 Faktor yang mempengaruhi GAKY .................................................. 2.3.1 Pola Konsumsi Goitrogenik .................................................. 2.3.2 Pengaruh Zat Goitrogenik terhadap GAKY............................ 2.3.3 Klasifikasi Zat Goitrogenik .................................................... 2.3.4 Makanan Makanan yang Mengandung Zat Goitrogenik
viii

ii iii iv vi vii viii xi 1 1 3 3 3 4 4 4 4 4 5 6 6 9 9 9 10 11 15

2.4 Kekurangan Yodium ....................................................................... BAB 3 KERANGKA KONSEP.......................................................................... 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................. BAB 4 METODE PENELITIAN........................................................................ 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 4.2 Rancangan Penelitian ....................................................................... 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 4.3.1 Populasi Penelitian ................................................................. 4.3.2 Subjek Penelitian .................................................................... 4.3.3 Besar Sampel .......................................................................... 4.3.4 Cara Pengambilan Sampel ...................................................... 4.3.5 Responden ........................................................................... 4.4 Variabel dan Definisi Operasional Variabel .................................... 4.5 Alat dan Cara Pengumpulan Data .................................................... 4.5.1 Data Primer ........................................................................... 4.5.2 Data Sekunder ........................................................................ 4.6 Pengolahan dan Analisis Data......................................................... BAB 5 HASIL PENELITIAN ........................................................................... 5.1 Frekuensi Konsumsi Zat Goitrogenik .............................................. 5.2 Karakteristik Responden .................................................................. 5.3 Jenis Zat Goitrogenik yang Dikonsumsi .......................................... 5.4 Frekuensi konsumsi Zat Goitrogenik berdasarkan Karakteristik Wanita Usia Subur ........................................................................... BAB 6 PEMBAHASAN .....................................................................................

18 19 19 21 21 21 21 21 21 21 22 22 23 25 25 25 25 26 26 26 28

29 31

6.1 Prevalensi WUS Yang Mengkonsumsi Makanan yang Mengandung Zat Goitrogenik............................................................................. 31 6.2 Makanan Goitrogenik yang Dikonsumsi ........................................ 33 6.3 Kelemahan Studi ........................................................................... 34 BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 7.1 Simpulan.................................................................................. ........
ix

35 35

7.2 Saran................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

36

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 2.1. Rangkain Spektrum GAKY ............................................................... Tabel 2.2.Kriteria Tingkat Pembesaran Kelenjar Gondok.................................. Tabel 2.3. Kadar Sianida pada Bahan Makanan ................................................ Tabel 2.4. Jenis Pangan yang Mengandung Goitrogen Alami ........................... Tabel 5.1Tabel Distribusi Frekuensi Konsumsi Zat Goitrogenik ....................... Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan, dan Jenis Pekerjaan ................................................................................... Tabel 5.3 Tabel Distribusi Jenis Zat Goitrogenik yang Dikonsumsi .................. Tabel 5.4 Tabulasi Silang Karakteristik Responden dengan Frekuensi Konsumsi Zat Goitrogenik .................................................................

7 8 16 17 26

27 28

29

Gambar 2.1 Spektrum GAKY..................................................................... Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian....................................................

7 19

xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), merupakan masalah yang serius di Indonesia. Pada saat ini di Indonesia diperkirakan sekitar 42 juta penduduk tinggal di daerah yang lingkungannya kurang yodium, dari jumlah ini 10 juta menderita gondok, 790.000 900.000 menderita kretin endemic dan 3.5 juta menderita GAKY lainnya. Semua penduduk ini tersebar di seluruh propinsi di Indonesia. (Dit BGM Depkes RI, 1999) Dampak negatif dari GAKY berpengaruh langsung terhadap kualitas sumber daya manusia, khususnya menyangkut kecerdasan dan produktivitas kerja. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan yodium juga merupakan penyebab utama keterbelakangan mental anak anak di dunia. Anak anak yang menderita kekurangan yodium mempunyai IQ rata rata 13.5 point lebih rendah dibandingkan mereka yang cukup mendapat yodium. (Dit BGM Depkes RI, 1999) GAKY dapat terjadi pada manusia baik pria maupun wanita. Kelompok pria yang tergolong rentan GAKY adalah sampai dengan usia 20 tahun, sedangkan kelompok wanita sampai dengan usia 49 tahun. Timbulnya gangguan dapat terjadi pada manusia sejak masih janin dalam kandungan. Dampak yang ditimbulkan sudah tentu sangat besar dan luas. Apalagi kelompok yang beresiko paling tinggi adalah wanita. Ibu hamil yang ada di daerah endemik GAKY beresiko melahirkan bayi kretin dan melahirkan generasi penerus dengan tingkat intelejensi rendah. Dampak selanjutnya adalah kualitas sumber daya manusia yang juga rendah. Dengan kata lain, kelompok wanita usia subur (usia 15 45 tahun) yang berisiko tinggi terkena GAKY. Kandungan yodium dalam tanah dan air di pegunungan disebabkan banjir sehingga yodium terbawa ke dataran rendah atau daerah pantai. Faktor lain penyebab Gangguan Akibat kekurangan Yodium (GAKY) adalah kelompok pangan goitrogenik, golongan tiosianat atau senyawa mirip tiosianat yang dapat menghambat metabolisme yodium di

xii

dalam tubuh. Selain faktor-faktor di atas ada beberapa faktor yang secara tidak langsung dapat menyebabkan terhambatnya metabolisme yodium di dalam tubuh yaitu pola konsumsi rendah protein dan status gizi. Asupan yang rendah protein dan adanya zat goitrogenik dalam makanan akan menyebabkan gangguan pengambilan yodium oleh kelenjar tiroid. Lingkungan goitrogenik merupakan faktor penyebab tidak langsung berkembangnya gondok endemik di suatu wilayah.Zat Goitrogenik adalah senyawa yang dapat mengganggu struktur dan fungsi tiroid secara langsung dan tidak langsung (Gaitan E & Cooksey, 1989). Tiosianat dan isotiosianat yang terdapat dalam sayuran kol, sawi, lobak, brokoli, secara langsung menghambat uptake yodida organik oleh kelenjar tiroid, flavanoids yang terdapat dalam kacang tanah menghambat oksidasi yodida organik dan inkorporasi yodium yang sudah teroksidasi dengan asam amino tirosin untuk membentuk monoiodotirosin (MIT) dan diodotirosin (DIT) serta menghambat proses coupling yang dimediasi oleh enzim tiroid peroksidase (TPO). Dinitropenol yang banyak dipakai sebagai insektisida, herbisida dan fungisida senyawa ini secara tidak langsung menghambat mekanisme Thyroid Stimulating Hormone (TSH), mengganggu T4 binding dan menurunkan konsentrasi T4 dalam darah. Puskesmas Dawan I merupakan Puskesmas yang terletak paling timur dari kabupaten Klungkung. Lokasinya bertempat di desa Pikat, Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung dengan luas wilayah 25,38 km2 yang terdiri dari 7 desa, 27 dusun dengan jarak tempuh dari desa ke Puskesmas 0 3,5 km. Jumlah penduduk 20833 jiwa, terdiri dari 10277 jiwa laki laki dan 10606 jiwa perempuan. Topografi daerah Dawan ada yang berbukit bukit dan terletak pada daerah pinggir pantai. Desa Kusamba merupakan bagian dari wilayah kerja Puskesmas Dawan I memiliki luas wilayah 2,01 km2 terdiri dari 5 dusun dengan jumlah penduduk 6290 orang (30,19%) dengan jumlah penduduk laki laki 3060 orang (48,65%) dan perempuan 3255 orang (51,75%) dengan jumlah wanita usia subur sebanyak 1841 orang (56,56%). Topografi desa Kusamba merupakan area pinggir pantai dan dekat dengan bypass I. B. Mantra, namun didaerah ini justru distribusi kepemilikan garam yodium dalam rumah tangga paling rendah di banding desa lain di Kecamatan Dawan yaitu sebesar 0,11%.

xiii

Selain itu, prevalensi gondok di desa Kusamba sebesar 50% dari keseluruhan pasien gondok di kecamatan Dawan. (Laporan Tahunan Puskesmas Dawan I, 2010) Berdasarkan hasil pemantauan Kadarsi dan garam beryodium di Kecamatan Dawan pada tahun 2010 dari 7 desa didapatkan data 49 orang (33,33%)sudah mengkonsumsi garam beryodium, sedangkan target pemakaian garam yodium 90%. Desa yang peling rendah kepemilikan garam beryodiumnya adalah desa Kusamba, hanya 2 keluarga yang mengkonsumsi garam beryodium dari 1.762 KK yang ada setara dengan 0,11%. Dari hasil survey awal yang dilakukan oleh tim kami terhadap 5 responden di desa Kusamba, didapatkan 1 orang penderita gondok grade II (20%). Dari survey mini tersebut juga didapatkan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik yang terdapat pada sayur bayam, kangkung, dan kol, yang menjadi makanan sehari hari penduduk setempat.Tingkat pengetahuan mengenai garam beryodium juga masih tergolong juga masih tergolong rendah. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian Gambaran Pola konsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik pada Kelompok Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung

1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah gambaran pola konsumsi zat pada kelompok wanita usia subur (WUS) di dusun Bias, desa Kusamba, kecamatan Dawan, kabupaten Klungkung?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pola konsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik pada kelompok wanita usia subur (WUS) di dusun Bias, desa Kusamba, kecamatan Dawan, kabupaten Klungkung tahun 2012

xiv

1.3.2

Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui prevalensi konsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik pada kelompok wanita usia subur (WUS) di desa Kusamba, kecamatan Dawan, kabupaten Klungkung 1.3.2.2 Untuk mengetahui karekteristik WUS yang mengkonsumsi konsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik di desa Kusamba, kecamatan Dawan, kabupaten Klungkung 1.3.2.3 Untuk mengidentifikasi jenis makanan yang mengandung zat goitrogenik yang dikonsumsi oleh kelompok wanita usia subur (WUS) di desa Kusamba, kecamatan Dawan, kabupaten Klungkung 1.3.2.4 Untuk mengetahui konsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik berdasarkan karakteristik respondrn pada kelompok wanita usia subur (WUS) di desa Kusamba, kecamatan Dawan, kabupaten Klungkung

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Instansi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khusus bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung sebagai masukan dan informasi dasar pikiran dalam upaya memperbaiki dan menangani masalah gizi terutama yang berkaitan dengan gangguan kekurangan yodium. 1.4.2 Bagi Puskesmas Dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi mengenai gambaran pola konsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik pada kelompok wanita usia subur (WUS) di desa Kusamba, kecamatan Dawan, kabupaten Klungkung. 1.4.3 Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan sebagai pengalaman dalam merealisasikan teori yang telah didapat dibangku kuliah, khususnya mengenai mengenai gambaran pola konsumsi makanan yang

xv

mengandung zat goitrogenik pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) di Dusun Bias, desa Kusamba, Kecamatan dawan, Kabupatn Klungkung. 1.4.4 Bagi Responden Sebagai masukan dan informasi tentang pentingnya pengetahuan gizi di dalam kehidupan sehari-hari. 1.4.5 Dapat dipergunakan sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

xvi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) Kekurangan yodium yang mengakibatkan gondok telah diketahui sejak lama (Djokomoeljanto, 1974).Pada awalnya gondok endemik disama artikan dengan GAKY.Namun saat ini telah dibedakan, sebab gondok hanya merupakan sebagian kecil saja dari spektrum GAKY.Iodine defisiensi disorder (IDD) atau gangguan akibat kurang yodium adalah istilah yang lebih tepat untuk menggambarkan akibat defisiensi yodium. Istilah ini mencerminkan pemahaman baru akanspektrum yang luas dari defisiensi yodium pada seluruh populasi mulai dari fetus, neonatus, anak hingga usia dewasa (Hetzel, 1989). Ion yodida dioksidasi oleh sinar matahari menjadi yodium elemental yang mudah menguap, sehingga setiap tahun kurang lebih 400.000 ton yodium berpindah dari laut ke daratan.Konsentrasi yodida di air laut lebih kurang 50 g per liter.Masalah berkurangnya yodium pada tanah menimbulkan berkurangnya semua bentuk yodium dalam tanaman yang tumbuh. Jadi kerusakan lingkungan akan membuat lingkungan yang kaya yodium menjadi berkurang (Hetzel, 2004). Masalah GAKY timbul disebabkan penduduk yang tinggal di wilayah dengan lapisan tanah berkadar yodium rendah yang disebabkan banjir, hujan dan proses glasiasi.Gangguan akibat kurang yodium (GAKY) disebabkan kekurangan yodium pada saat tumbuh kembang manusia.Spektrum seluruhnya terdiri dari gondok dalam berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai terutama oleh gangguan mental, gangguan pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa. Ibu hamil dengan kadar tiroksin rendah mempunyai risiko abortus dan kematian bayi (Supariasa, dkk, 2002).

xvii

Tabel 2.1 Rangkaian Spektrum GAKY

Tahap perkembangan Fetus

Bentuk gangguan

Aborsi, lahir mati, gangguan kongenital, kretin neurologik, defisiensi mental, bisu tuli, diplegia spartika, mata juling, kretin

hipotiroidisme, def. mental, hipotiroidism, defek psikomotorik Neonatus Kenaikan mortalitas perinatal, hipotiroid neonatus, retardasi mental, dan perkembangan fisik Anak dan dewasa Dewasa Segala umur Kenaikan mortalitas bayi, retardasi mental, dan perkembangan fisik Gondok dengan komplikasi iodine-induced hyperthiroidism Goiter, hipotiroidism, fungsi mental terganggu, suseptibilitas meningkat akibat radiasi nuklir Sumber: WHO/UNICEF/ICC IDD 2001

Jika digambarkan dalam piramid, spektrum GAKY akan menunjukkan kretin hanya 10% saja, dampak dari kekurangan yodium 90% tidak nampak secara kasat mata.

Gambar 2.1 Spektrum GAKY Defisiensi yodium dapat menyebabkan terjadinya penyakit gondok. Gondok adalah cara adaptasi manusia terhadap kekurangan unsur yodium dalam makanan dan
xviii

minumannya (Zulkarnaen, 2003). Untuk menentukan apakah seseorang menderita gondok (mengalami pembesaran kelenjar gondok) dapat dilakukan dengan palpasi (meraba dengan jari-jari tangan).

Tabel 2.2 Kriteria tingkat pembesaran kelenjar gondok: Grade (tingkat) Normal (0) IA Hasil palpasi Tidak ada pembesaran Pembesaran kelenjar tidak nampak walaupun leher pada posisi tengadah maksimum IB Pembesaran kelenjar gondok terlihat jika leher pada posisi tengadah maksimum Pembesaran kelenjar teraba ketika dipalpasi II Pembesaran kelenjar gondok terlihat pada posisi kepala normal dan terlihat dari jarak 1 meter III Pembesara kelenjar gondok tampak nyata dari jarak 5 6 meter Sumber: proyek intensifikasi penanggulangan GAKY IBRD-LOAN 1998

Pengurangan tingkat kecerdasan yang diakibatkan oleh GAKY dapat diperinci sebagai berikut: 1. Setiap penderita gondok akan mengalami pengurangan IQ poin sebesar 5 poin dibawah normal. 2. Setiap penderita kretin akan mengalami pengurangan IQ poin sebesar 5 poin dibawah normal. 3. Setiap penderita GAKY lain yang bukan gondok maupun kretin akan mengalami pengurangan IQ poin sebesar 5 poin dibawah normal. 4. Setiap kelahiran bayi yang terdapat di daerah yang kurang yodium akan mengalami pengurangan IQ poin sebesar 5 poin dibawah normal (Dirjen Pemda RI, 1999).
xix

2.2. Gaky pada WUS Menurut Depkes RI (1993), wanita usia produktif adalah wanita usia 15 49 tahun dan masih berpotensi untuk memiliki keturunan. Sedangkan menurut BKKBN (2001) wanita usia produktif adalah wanita usia 18 49 tahun yang berstatus belum kawin, kawin, ataupun janda. Masalah GAKY dari tahun ke tahun semakin meningkat maka dari itu dibutuhkan yodium yang cukup terutama bagi wanita usia subur (WUS) agar bayi atau janin yang dikandung tidak akan mengalami gangguan perkembangan otak (berat otak berkurang), gangguan perkembangan fetus dan pasca lahir, kematian perinatal (abortus) meningkat, tidak mengalami berat badan lahir rendah (BBLR) dan tidak terdapat gangguan pertumbuhan tengkorak (Djokomoeldjanto, 1993 dalam Picauly 2002). Masih banyak WUS yang masih merencanakan kehamilan. Kekurangan yodium pada wanita dapat terjadi gangguan kesuburan, menstruasi tidak teratur, keguguran dan sebagainya. Jika kekurangan yodium berat dapat terjadi bayi lahir kretin, yaitu bayi lahir terdapat dua atau lebih jenis kelainan (Depkes RI,2001).

2.3 Faktor yang mempengaruhi GAKY 2.3.1 Pola Konsumsi Goitrogenik Pola konsumsi pangan merupakan gambaran mengenai jumlah, jenis, dan frekuensi bahan makanan yang dikonsumsi seseorang sehari-hari dan merupakan ciri khas pada suatu kelompok masyarakat tertentu.Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang.Dengan demikian diharapkan konsumsi pangan yang beraneka ragam dapat memperbaiki mutu gizi makanan seseorang. Tiap tiap jenis pangan atau makanan mempunyai cita rasa, tekstur, bau, campuran zat gizi dan daya cerna masing-masing.Oleh sebab itu tiap-tiap jenis komoditi dapat memberikan sumbangan zat gizi yang unik.

xx

2.3.2 Pengaruh Zat Goitrogenik Terhadap GAKY Goitrogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan yodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi yodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu goitrogenik dapat menghambat perubahan yodium dari bentuk anorganik ke bentuk organic sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Linder, 1992). Keberadaan zat goitrogenik akan menjadi nyata jika terjadi kekurangan iodium (Kartono, 2004). Goitrogenik pada umumnya berperan sebagai penghambat transpor aktif ion iodida (I) ke dalam kelenjar tiroid sehingga menghambat fungsi tiroid. Salah satu jenis goitrogenik ini adalah golongan tiosianat (SCN). Tiosianat ini akan berkompetisi dengan iodida ketika memasuki sel tiroid karena volume molekul dan muatannya sama. Tiosianat masuk ke dalam darah dan membentuk ion-ion goitrogen dan akan mengikat ion-ion iodium. Akibatnya iodida yang akan digunakan untuk pembentukan hormon-hormon mono (T1) dan diiodothyronine (T2 ) sebagai prekursor hormon triiodothyronine (T3) dan tyroksin (T4) berkurang, sehingga pembentukan hormon T3 dan T4 akan menurun. Karena iodium kurang atau tidak sesuai dengan kebutuhan, untuk memenuhi kebutuhan hormon maka kelenjar tiroid akan bekerja keras, mengakibatkan sel-sel akan membesar dan secara visual leher akan membesar yang disebut dengan GAKI. Penelitianpenelitian yang berhubungan dengan goitrogenik yaitu di Nigeria Timur dan Ubangi Zaire Barat yang makanan pokoknya adalah singkong diperoleh hasil terjadi peningkatan kadar tiosianat serum dan urine. Hasil percobaan pada tikus dan kelinci yang diberi singkong dan kol, terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan penurunan kadar monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT) dalam darah.(Setiadi, 1980). Van der Laan menemukan efek tiosianat terhadap kelenjar tiroid bahwa tiosianat menghambat uptake iodium oleh kelenjar tiroid dan mempercepat pengeluaran iodida dari kelenjar tiroid. Jika kadar tiosianat darah melebihi 1 mg %, maka akan terjadi hambatan pompa iodium (iodine pump) pada intake iodium yang normal,

xxi

sedangkan pada kadar tiosianat darah yang lebih tinggi lagi akan terjadi pula penghambatan pembentukan MIT, DIT, T 3 dan T 4 . Aritonang (2000) melakukan penelitian di Kabupaten Dairi yang TGR nya tinggi diperoleh hasil bahwa bahan makanan yang sering dikonsumsi adalah ubi kayu, daun singkong, kol. Beberapa penelitian bahan makanan ini bisa menyebabkan pembesaran kelenjar gondok. Bourdouk, dkk (1980) melakukan penelitian di Ubangi Zaire Barat Laut yang makanan pokoknya adalah singkong, terjadi peningkatan kadar tiosianat serum dan urine tetapi bila singkong diganti beras maka akan terjadi penurunan kadar tiosianat serum dan urine (Setiadi, 1980). Zaleha, et al. (1996) cit Ali (1999) melakukan penelitian di Malaysia dengan pemberian pucuk ubi kayu rebus selama dua minggu, terjadi perubahan fungsi hormon tiroksin dan triiodotironin. Chesney menemukan bahwa kelinci yang diberi kol selama beberapa bulan menunjukkan pembesaran kelenjar tiroid ( Setiadi, 1980).

2.3.3 Klasifikasi Zat Goitrogenik Berdasarkan sumbernya goitrogenik terdiri dari goitrogenik alami dan goitrogenik non alami. Goitrogenik alami seperti pada singkong, rebung, kol, ubi jalar, buncis besar, kacang-kacangan, bawang merah dan bawang putih. Sedangkan yang non alami seperti bahan polutan akibat kelebihan pupuk urea, pestisida dan bakteri coli (Thaha, 2002). Berdasarkan mekanisme kerjanya zat goitrogenik alami dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu: a. Kelompok tiosianat atau senyawa mirip tiosianat bekerja menghambat mekanisme transport aktif iodium ke dalam kelenjar tiroid. Bahan makanan yang kaya sumber tiosianat antara lain ubi kayu, hasil olah ubi kayu, lobak, kol, rebung, ubi jalar dan buncis besar, b. Kelompok tioure bekerja menghambat proses organifikasi iodium dan penggabungan iodotirosin dalam pembentukan hormon tiroid aktif. Bahan

xxii

makanan yang mengandung tiourea seperti sorgum, kacang-kacangan, kacang tanah, bawang merah, dan bawang putih. Berdasarkan kandungannya dalam pangan, dibagi menjadi enam jenis zat goitrogenik, yaitu: a. Tiosianat Biasanya terdapat dalam sayuran kobis, kembang kol, sawi, rebung, ketela rambat dan jewawut, singkong. Tiosiant dikenal sebagai zat goitrogenik yaitu zat yang dapat menghambat transport aktif yodium dalam kelenjar tiroid dan yang paling potential dari zat goitrogenik yang lain. Menurut Bourdoux (1993) dalam Thaha (2001), thyocianat adalah komponen yang utama pada kelompok zat goitrogenik yang dapat mewakili asupan kelompok goitrogenik melalui makanan. Delanggu dalam Thaha (2001) melaporkan bahwa disuatu populasi bila perbandingan antara eksresi yodium dan tiosianat dalam urin (ug/g) kurang dari 3, maka daerah tempat populasi itu berada mempunyai resiko yang potensial untuk terjadinya gondok endemik.Makin kecil perbandingan antara eksresi yodium dan thyiosinat dalam urin maka semakin tinggi tingkat endemisitasnya.Namun demikian, menurut Larsen dan Ingbar dalam Thaha (2001), hambatan oleh pengaruh tiosinat hanya efektif bila konsentrasi yodium plasma normal atau rendah. Penelitian di Pulau Seram Barat, Seram Utara dan pulau Banda menunjukkan adanya perbedaan ekresi thyocianat yang bermakna antara daerah endemik GAKY dan daerah non-endemik GAKY yang mana kandungan thyosianat tinggi pada daerah kontrol dibandingkan daerah kasus. Hal ini bertentangan dengan dugaan bahwa kandungan thiosinat yang tinggi akan dijumpai pada daerah gondok endemik. Data dari P. Buru menujukkan nilai eksresi tiosianat yang paling tinggi dibanding dengan tiga daerah lain sehingga menyebabkan tingginya nilai tiosinanat di urin pada kelompok kontrol. Akan tetapi rasio eksresi yodium dan eksresi tiosinat pada urin daerah yang endemik menunjukkan lebih kecil dari pada daerah yang non endemik (Thaha,

xxiii

2001) yang menandakan bahwa ratio yang semakin kecil menghasilkan resiko yang semakin besar terhadap gondok endemik. b. Isotiosianat Biasanya terdapat pada kobis. c. Cheiroline Dari daun dan biji Rapistrum nigosum (turnip liar) dan Brassica campescris (crucifere di Tasmania dan Queensland) glikosida telah diisolasi dan disebut gliko-cheiroline yang telah diperoleh dari hasil hidrolisis 3-metil-sulfonil-propilisothiosianat atau cheiroline (CH3-SO2-(CH2)3-NCS). Senyawa ini dapat dipersiapkan dalam keadaan murni, dan dalam pengujian bentuk pendek, itu menunjukkan aktifitas antitiroid yang serupa dengan yang dikeluarkan tiosianat. Setelah pemberian 5-110 mg pada tikus, penggabungan radioisotop dikurangi sampai 9-15%, yang terbukti menjadi lebih aktif daripada n-propil-isotiosianat. Cheiroline mengandung produk-produk yang telah dipelajari yang bervariasi antara 1-2 g per kg tanaman kering atau kira-kira 0.4 g ker kg tanaman segar. d. Progoitrin dan Goitrin (Thio-oxazolidone) Dalam jaringan tubuh, goitrin tidak terdapat dalam keadaan bebas, tetapi dalam bentuk tioglukosida, glukopiraferin disebut progoitrin yang telah dipersiapkan dalam bentuk kristal. Tanaman: turnip kuning atau rutabaga (brassica oleracea rapefera), famili cruciferae, biji rape (brassica conpetris dan brassica napus). Biji rape terutama kaya akan tiooxazolidone dan isotiosianat. Kebanyakan brassica mengandung goitrin, dan tidak hanya dalam biji tetapi juga dalam bagian yang dikonsumsi manusia. Tiooxazolidone pada dasarnya berbeda dengan tiosianat, senyawa-senyawa ini beraksi sampai dengan tiourea dan tiourasil dan tidak mengganggu cukup banyak terhadap pengambilan iodine oleh tiroid seperti dalam biosintesis tiroksin.

xxiv

e. Polifenol Karena polifenol sanggup membentuk senyawa dengan iodine oleh penggantian, mereka bersaing dengan tirosin dan oleh pengambilan beberapa iodine, mereka melemahkan biosintesis tiroksin. In vitro, penambahan zat warna alami polifenolik (seperti antosianin, flavone, katecol, dsb.), pada kultur medium, dari potongan-potongan tiroid, menurunkan jumlah radio-iodine dalam fraksi organik sebanyak 50-60% . pengaruh ini tidak lagi tampak jika substansi polifenolik lebih dahulu di-iodat-kan. In vivo, penambahan ferrol murni, yaitu: resonsinol dan phlorogensinol, sangat mengurangi penggabungan radio-iodine ke dalam kalenjar tiroid tikus dan seperti penghambatan ini adalah hasil dari persaingan yang dapat dikontrol dengan kenaikan supply iodine. f. Haemoglutinin (phytotoxins) Dari biji-bijian Leguminoceae (kacang-kacangan), telah diisolasi senyawa toksis yang mengandung nitrogen, yang mampu menggumpalkan eritrosit yang didapatkan dari berbagai jenis hewan. Karena senyawa ini mempunyai afinitas terhadap membran, mereka menyerang sel-sel dari membran mukosa usus sehingga sangat mengurangi kapasitas absorpsi. Pada beberapa spesies hewan (misalnya tikus), entero-hepatik sirkulasi dari hormon tiroid adalah sangat aktif, dalam waktu 1 jam hampir semua tiroksin yang tersirkulasi dikeluarkan ke dalam usus, mengusulkan gagasan bahwa gondok yang disebabkan oleh kedelai dilengkapi dengan gangguan absorpsi kembali (resorption). Studi dengan L. titoksin
131

I pada athyroid cretin yang

diberi pakan formula biji kedelai menunjukkan bahwa diet ini menurunkan absorpsi usus dari hormon eksogenous. Hasilnya dipertimbangkan untuk mendukung teori bahwa gondok yang sebelumnya telah dilaporkan terjadi pada bayi dengan diet biji kedelai disebabkan oleh kehilangan hormon tiroid endogenous ke dalam feces. Pengeluaran hormon ini (ke dalam feces) mempengaruhi stimulasi kalenjar dan kenaikan kebutuhan iodine, untuk mengganti kehilangan.

xxv

2.3.4 Makanan Makanan yang Mengandung Zat Goitrogenik Bahan makanan goitrogen yang populer dan banyak dikonsumsi di banyak negara berkembang adalah singkong. Kadar sianida dalam singkong bervariasi sekitar 70 mg 400 mg/kg. Bila kadar sianida singkong sekitar 400 mg/kg, singkong itudisebut singkong pahit, sedang bila 70 mg/kg disebut singkong manis. Menurut FAO/WHO batas aman sianida adalah 10 mg/kg berat kering (Murdiana,2001). Bahan makanan lain yang mengandung goitrogenik adalah kol, kedelai mentah (Setiadi,1980). Salah satu jenis goitrogenik ini adalah golongan tiosianat (SCN) Goitrogenik tiosianat berasal dari prekusor tiosianat yaitu sianogenik glikosida, sianohidrin dan asam sianida (sianida bebas). Perubahan sianida menjadi tiosianat terjadi ketika bahan makanan goitrogen dicerna dengan bantuan enzim glikosidase serta enzim sulfur transferase. Tiosianat merupakan hasil detoksifikasi sianida makanan di dalam tubuh yang diekskresikan dalam urin. Murdiana, dkk (2001) melakukan penelitian untuk mengurangi kadar goitrogenik jenis tiosianat di daerah gondok endemik yaitu Pundong Yogyakarta dan Srumbung Magelang. Rata-rata kadar sianida bahan makanan mentah bekisar 2 18 mg/100 gram bahan mentah. Setelah dilakukan pengolahan pada jenis sayuran dengan cara rebus dan tumis kadar sianida masih berkisar 50 %. Sedangkan pada umbi umbian setelah direbus berkisar 2 38 % dan bila ditumis masih berkisar 40 70 %. Selain cara diatas penurunan kadar sianida juga bisa dilakukan dengan fermentasi dan perendaman.

xxvi

Tabel 2.3. Kadar sianida pada bahan makanan. Kadar sianida (CN) dalam sayuran dan umbi-umbian dengan berbagai cara pengolahan (mg/100 gr bahan)

xxvii

Sedangkan menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan yang terdapat pada Tabel 4 berikut: Tabel 2.4. Jenis Pangan yang Mengandung Goitrogen Alami Nama bahan pangan Singkong Gaplek Gadung Daun singkong Kol dan sawi Petai cina/lamtoro Daun pepaya Rebung Daun ketela Kecipir Terung Petai Jengkol Bawang Asam Jeruk nipis Belimbing wuluh Cuka Zat goitrogenik Skor Sianida Sianida Sianida Sianida Sianida Mimosin Isotiosianat Sianida Sianida Sianida Sianida 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Belum diketahui 15 Belum diketahui 15 Disulv. alipatik Zat asam Zat asam Asam Zat asam 10 10 10 10 10

xxviii

Skor yang tertera pada tabel menandakan tingkat keberadaan dari zat goitrogenik yang bersifat membahayakan seperti misalnya skor 15 berbahaya dan skor 10 berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan.

2.4 Kekurangan Yodium Kekurangan lodium sebagai intake disebabkan karena faktor lingkungan seperti air dan tanah dengan kandungan iodium rendah akibat iodium terkikis dari tanah, sehingga seluruh hewan dan tumbuhan yang digunakan sebagai sumber bahan makanan bagi manusia akan kekurangan yodium. Apabila hasil produksi tersebut sebagian besar atau satu-satunya sebagai bahan sumber makanan terus menerus dapat menyebabkan masalah GAKY. Diketahui dari hasil penelitian bahwa beberapa cara pengolahan bahan makanan akan mengakibatkan kerusakan iodoum dalam bahan makanan tersebut. Besarnya kerusakan yodium tergantung dari tipe dan jenis masakan serta waktu pengolahan dari variasi bumbu (Dahro A. Muhdiah dkk, 1996).

xxix

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


xxx

Zat goitrogenik adalah senyawa yang dapat mengganggu struktur dan fungsi hormon tiroid secara langsung dan tidak langsung.Secara langsung zat goitrogenik menghambat up take yodida anorganik oleh kelenjar tiroid. Seperti tiosianat dan isotiosianat menghambat proses tersebut karena berkompetisi dengan yodium. Menghambat oksidasi yodida anorganik dan inkorporasi yodium yang sudah teroksidasi dengan asam amino tirosin untuk membentuk monoiodotyrosine (MIT) dan diodotyrosine (DIT) serta menghambat proses coupling yang dimediasi oleh enzim thyroid peroxidase (TPO). Menghambat pelepasan hormon tiroid (T3 dan T4) ke dalam sirkulasi darah.Secara tidak langsung hormon thyrotropin dapat menurunkan sintesis dan pelepasan T4 dan T3 serta involusi kelenjat tiroid (Ganong, 2000).

xxxi

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Dusun Bias, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung pada Bulan Maret 2012.

4.2 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui pola konsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik pada kelompok wanita usia subur (WUS) di dusun Bias, desa Kusamba, kecamatan Dawan, kabupaten Klungkung.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia subur (WUS) di Dusun Bias, desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung pada tahun 2012. 4.3.2 Subjek Penelitian 1. Kriteria Inklusi: Wanita yang berusia 15 49 tahun pada bulan Maret tahun 2012 yang tinggal di dusun Bias, desa Kusamba, kecamatan Dawan, kabupaten Klungkung, dipilih secara simple random sampling dari data Buku Induk Penduduk Desa Kusamba tahun 2012 2. Kriteria Eksklusi : a. Wanita yang menolak berpartisipasi. b. Wanita yang tidak bisa diketahui tempat tinggalnya 4.3.3 Besar Sampel Sampel penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus (Sastroasmoro, 1995):

xxxii

Pada penghitungan sampel ini dikehendaki tingkat kepercayaan 95% dan yang dilakukan oleh peneliti didapatkan 1 dari 5 responden menderita gondok, Z = 1,96, d= 10% Jadi berdasarkan rumus diatas dapat dihitung n = (1,962) x 0,2 x (1-0,2) = 96,04, dimana Q= (1-P) (0,1)2 = 61,5 = 62 Karena jumlah populasi di tempat penelitian kurang dari 10.000 orang, maka sampel untuk penelitian ini dikoreksi dengan cara sebagai berikut:

= 59,98 = 60 n1= jumlah sampel koreksi N=perkiraan jumlah populasi (1841) Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah sebanyak 59.98. Peneliti menetapkan besar sampel dalam penelitian ini adalah 60 orang. 4.3.4 Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara cluster. Desa Kusamba terdiri atas 5 dusun, salah satu dusun dipilih secara acak dan 60 WUS yang ada di dusun tersebut akan dipilih sebagai sampel. Sehingga mencerminkan populasi dari Desa Kusamba. 4.3.5 Responden
xxxiii

Sampel wanita usia subur (WUS) yang berusia 15 49 tahun yang terpilih selanjutnya ditetapkan sebagai responden untuk memperoleh informasi tentang pola konsumsi zat goitrogenik dusun Bias, desa Kusamba, kecamatan Dawan, kabupaten Klungkung.

4.4 Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Karakteristik responden adalah a. Umur - Umur adalah rentang waktu sejak lahir hingga saat diwawancara. Umur dikategorikan berdasarkan umur sehingga diperoleh 2 kategori yaitu: 1. 2. 34 tahun > 34 tahun rata-rata di populasi,

- Skala ukur : ordinal b. Pendidikan Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang ditamatkan. Pendidikan dikategorikan menjadi 2 berdasarkan program wajib belajar 9 tahun yaitu pendidikan rendah (tidak sekolah, SD, dan SMP), pendidikan tinggi (SMA dan jenjang diatasnya). Skala ukur : ordinal

c. Pekerjaan - Pekerjaan adalah suatu mata pencaharian yang dilakukan setiap hari dan mendatangkan hasil. - Hasil ukur: Tidak bekerja : ibu rumah tangga, pelajar/mahasiswa, tidak bekerja. Bekerja: penenun, pembuat mote, PNS, pegawai swasta, pedagang, buruh bangunan, buruh tani.
xxxiv

- Skala ukur : nominal

2. Pola konsumsi zat goitrogenik, meliputi : a. Jenis makanan goitrogenik yang dikonsumsi Jenis makanan goitrogenik adalah makanan yang mengandung zat goitrogenik yang dikonsumsi oleh kelompok wanita usia subur (WUS), baik sebagai menu utama atau bumbu pelengkap. Jenis makanan goitrogenik yang dikonsumsi oleh responden dinilai dengan menjawab pertanyaan berdasarkan Food Frequencies Questionner (FFQ).Nilai maksimum adalah 2 dan nilai minimum adalah 1. Hasil ukur: Jika tidak pernah makan makanan zat goitrogenik : skor 1 Jika pernah makan makanan zat goitrogenik : skor 2

Skala ukur: nominal

b. Frekuensi mengkonsumsi makanan goitrogenik Frekuensi mengkonsumsi zat goitrogenik adalah banyaknya makanan yang mengandung zat goitrogenik yang dikonsumsi oleh kelompok wanita usia subur (WUS) dalam sehari jangka waktu 3 bulan terakhir. frekuensi mengkonsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik oleh responden dinilai dengan menjawab pertanyaan berdasarkan Food Frequencies Questionner (FFQ). Hasil ukur: Jika frekuensi konsumsi zat goitrogenik 1x/bln dan 12x/minggu: jarang Jika frekuensi konsumsi zat goitrogenik 3-6x/minggu: cukup Jika frekuensi konsumsi zat goitrogenik 2x/hari dan 1x/hari: sering Skala ukur: nominal

xxxv

4.5 Alat dan Cara Pengumpulan data 4.5.1 Data Primer Data primer diperoleh melalui wawancara terstruktur secara langsung oleh peneliti kepada reponden dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan. Wawancara dilakukan saat melakukan kunjungan rumah. 2.5.2 Data Sekunder Data sekunder diperoleh melalui data Buku Induk Penduduk Desa Kusamba Tahun 2012.

4.6 Pengolahan dan Analisa Data Setelah data terkumpul, lebih dahulu dilakukan pemeriksaan data. Data yang tidak lengkap, dicoba dilengkapi dengan menghubungi kembali responden. Selanjutnya analisis data dilakukan secara deskriptif, dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.Penyajian data berupa tabulasi data dan dijabarkan menggunakan tabel kemudian dijelaskan secara naratif.

xxxvi

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan yang Mengandung Zat Goitrogenik

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Konsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik

Zat Goitrogenik 1. Tidak pernah 2. Pernah Total Jarang Cukup Sering

Frekuensi 0

Persentase (0%)

23 16 21 60

(38.3%) (26.7%) (35%) (100%)

Dari tabel didapatkan kebanyakan wanita usia subur di dusun Bias sebanyak 23 (38.3%) orang jarang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik.

5.2 Karakteristik Responden Responden penelitian ini adalah wanita yang berusia 15 47 tahun yang telah memberikan persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian.Seluruh responden berasal dari Dusun Bias dan dipilih secara simple random sampling yaitu sebanyak 60 responden.Semua sampel diwawancarai pada saat peneliti melakukan kunjungan rumah pada minggu Maret 2012. Karakteristik sampel penelitian meliputi usia, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah, dan jenis pekerjaan.

xxxvii

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan, dan Jenis Pekerjaan.

No 1.

Karakteristik WUS Umur Total 34 tahun > 34 tahun

Frekuensi

Persentase

31 29 60

(51.7%) (48.3%) (100%)

2.

Pendidikan Total Pendidikan rendah Pendidikan tinggi 36 24 60 (60%) (40%) (100%)

3.

Pekerjaan Total Bekerja Tidak bekerja 31 29 60 (51.7%) (48.3%) (100%)

Dari tabel di atas didapatkan sebagian besar responden berusia 34 tahun. Dari aspek tingkat pendidikan sebagian besar responden hanya menamatkan sekolah hingga jenjang SMP. Dan kurang dari setengah responden yang menamatkan jenjang SMA. Sedangkan yang menamatkan jenjang akademi/sarjana hanya beberapa dari responden. Sebagian dari mereka tidak bekerja dan menjadi ibu rumah tangga. Diantara para responden yang bekerja mayoritas adalah pegawai swasta.

xxxviii

5.3 Jenis Zat Goitrogenik yang Dikonsumsi

Tabel 5.3 Distribusi Jenis Zat Goitrogenik yang Dikonsumsi

Jenis Makanan Goitrogenik 1. Sayur Kol 2. Asam 3. Sayur Kangkung 4. Sayur Bayam 5. Sayur Pare 6. Sayur Sawi 7. Daun Singkong 8. Kacang Tanah 9. Kedelai 10. Ubi Jalar Frekuensi 40 23 49 26 25 34 24 27 23 18

Ya Persentase (66.67%) (38.33%) (81.67%) (43.33%) (41.67%) (56.7%) (40%) (45%) (38.33%) (30%) Frekuensi 20 37 11 34 35 26 36 33 37 42

Tidak Persentase (33.33%) (61.7%) (18.3%) (56.7%) (58.3%) (43.33%) (60%) (55%) (61.7%) (70%)

Jenis zat goitrogenik yang digunakan dalam penelitian sejumlah 10 zat, antara lain sayur kol, asam, sayur kangkung, sayur bayam, sayur pare, sayur sawi, daun singkong, kacang tanah, kedelai, dan ubi jalar. Dari tabel diatas didapatkan jenis zat goitrogenik yang paling banyak dikonsumsi adalah sayur kangkung sebanyak 49 (81.67%) kali, sedangkan jenis zat goitrogenik yang tidak dikonsumsi adalah ubi jalar sebanyak 42 (70%) kali.

xxxix

5.4

Frekuensi

Konsumsi

Makanan

yang

Mengandung

Zat

Goitrogenik

berdasarkan Karakteristik Wanita Usia Subur

Tabel 5.4 Tabel Silang Karakteristik Responden dengan Frekuensi Konsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik

Zat Goitrogenik Variabel F 1. Umur 34 >34 2. Tingkat Pendidikan Pendidikan Rendah Pendidikan Tinggi 3. Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja 15 8 (42.85%) 5 (32%) 11 (14.30%) (44%) 15 6 (42.85%) 35 (24%) 25 (100%) (100%) 8 (33.33%) 5 (20.83%) 11 (45.84%) 24 (100%) 15 (41.67%) 11 (30.56%) 10 (27.77%) 36 (100%) 10 13 (32.26%) 11 (44.83%) 5 (35.48%) (17.24%) 10 11 (32.26%) 31 (37.93%) 29 (100%) (100%) Jarang % F Cukup % F Sering % F Total %

Dari hasil tabulasi silang antara karakteristik responden dengan frekuensi zat goitrogenik menunjukkan bahwa responden berusia > 34 tahun cenderung mengkonsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik lebih sering daripada responden yang berusia 34 tahun yaitu sebanyak 11 orang (37.39%). Responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih sering mengkonsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik sebanyak 11 orang (45.84%).Berdasarkan pekerjaan,
xl

responden yang bekerja cenderung mengkonsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik lebih sering dibandingkan responden yang tidak bekerja sebanyak 15 orang (42.85%).

xli

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Prevalensi WUS Yang Mengkonsumsi Makanan yang Mengandung Zat Goitrogenik Sebanyak 60 responden berpartisipasi dalam penelitian ini, meliputi wanita yang berusia 15 47 tahun pada bulan Maret tahun 2012 yang tinggal di Dusun Bias, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Usia responden paling banyak adalah usia 40 44 tahun (23.3%) dan usia rata rata responden adalah 34 tahun. Responden sebagian besar memiliki pendidikan rendah yaitu tamatan SD. Lebih banyak responden yang bekerja daripada tidak bekerja.Pekerjaan responden mayoritas adalah pegawai swasta (15%). Jenis zat goitrogenik yang digunakan dalam penelitian sejumlah 10 zat, antara lain sayur kol, asam, sayur kangkung, sayur bayam, sayur pare, sayur sawi, daun singkong, kacang tanah, kedelai, dan ubi jalar. Dari tabel diatas didapatkan jenis zat goitrogenik yang paling banyak dikonsumsi adalah sayur kangkung sebanyak 49 (81.67%) kali, sedangkan jenis zat goitrogenik yang tidak dikonsumsi adalah ubi jalar sebanyak 42 (70%) kali. Hal ini disebabkan sayur kangkung banyak tersedia di daerah Dusun Bias dan memiliki harga yang murah. Ubi jalar merupakan jenis makanan goitrogenik yang paling jarang dikonsumsi mungkin karena makanan ini sulit didapatkan, jenis makanan ini jarang dijual di daerah dusun Bias dan berdasarkan data penduduk dusun Bias tahun 2012 tidak ada penduduk yang bekerja sebagai petani ubi. Untuk mengetahui pengaruh sayur kangkung terhadap kejadian GAKY pada penelitian ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan data yang lebih akurat.

xlii

Teori menyatakan bahwa, pangan goitrogenik baru akan berpengaruh terhadap kejadian GAKY di suatu wilayah apabila dikonsumsi dalam jumlah besar. Contohnya tiosianat dan isotiosianat yang terdapat pada sayuran kol dan sawi baru akan memberikan efek jika dikonsumsi sebanyak 10 kg/hari (Kartasurya, 2006). Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) selain disebabkan kekurangan yodium, lingkungan goitrogenik merupakan faktor penyebab tidak langsung berkembangnya gondok endemik di suatu wilayah. Zat Goitrogenik adalah senyawa yang dapat mengganggu struktur dan fungsi tiroid secara langsung dan tidak langsung (Gaitan E & Cooksey,1989). Tiosianat dan isotiosianat yang terdapat dalam sayuran kol, sawi, lobak, brokoli, secara langsung menghambat uptake yodida organik oleh kelenjar tiroid, flavanoids yang terdapat dalam kacang tanah menghambat oksidasi yodida organik dan inkorporasi yodium yang sudah teroksidasi dengan asam amino tirosin untuk membentuk monoiodotirosin (MIT) dan diodotirosin (DIT) serta menghambat proses coupling yang dimediasi oleh enzim tiroid peroksidase (TPO). Dinitropenol yang banyak dipakai sebagai insektisida, herbisida dan fungisida senyawa ini secara tidak langsung menghambat mekanisme Thyroid Stimulating Hormone (TSH), mengganggu T4 binding dan menurunkan konsentrasi T4 dalam darah (Kartasurya, 2006). Dua Negara yang menjadi daerah endemik GAKY meskipun asupan yodium penduduknya cukup adalah Tasmania dan Finlandia, faktor yang diduga menjadi penyebabnya adalah zat goitrogenik isotiosianat dan cheilorine, goitrin yang terkandung dalam susu yang berasal dari daerah endemik GAKY. Zat goitrogenik di dalam singkong juga berimplikasi sebagai etiologi pada daerah endemik GAKY di Nigeria dan di Pulau Idjwi. Peningkatan asupan singkong di daerah goitrus menghasilkan penurunan penyerapan tiroidal radioiodine, berlawanan dengan tumbuhan di daerah non-goitrus yang tidak berefek pada penyerapan yodium. Observasi secara bersama di daerah goitrogenik dan nongoitrogenik menemukan bahwa kadar zat goitrogenik yang terkandung di dalam

xliii

urin orang yang bertempat tinggal di wilayah goitrogenik lebih tinggi di bandingkan dengan orang yang tinggal di daerah nongoitrogenik (Gaitan, 1989). Hasil recall dan food frekuensi di wilayah penelitian, menunjukkan konsumsi pangan goitrogenik responden cenderung jarang yaitu sebanyak 1x/bulan oleh 23 orang (38.3%). Pada uji statistik di dataran rendah menunjukkan pangan goitrogenik berpengaruh signifikan terhadap kadar yodium urin (p=0,007). Teori menyatakan bahwa, pangan goitrogenik baru akan berpengaruh terhadap kejadian GAKY di suatu wilayah apabila dikonsumsi dalam jumlah besar. Contohnya tiosianat dan isotiosianat yang terdapat pada sayuran kol dan sawi baru akan memberikan efek jika dikonsumsi sebanyak 10 kg/hari (Kartasurya, 2006). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sjamsul Bahri pada marmut menunjukkan bahwa pemberian tiosianat secara terus menerus selama satu bulan belum mempengaruhi bentuk dan besar dari kelenjar tiroid, tetapi secara mikroskopik terdapat sedikit perubahan (hiperplasia) yang ringan pada struktur jaringannya.Hal ini kemungkinan disebabkan karena dalam ransum marmut tersebut terdapat iodium dalam jumlah yang cukup. Delange dkk pernah melaporkan bahwa tikus yang diberi "goitrogen" dengan pakan yang berdefisiensi iodium, akan menyebabkan perubahan pada kelenjar tiroidnya, sedangkan pada keadaan pakan yang cukup iodium, perubahan tersebut dapat dikurangi atau tidak dijumpai. Dengan kata lain dapat diterangkan bahwa pemberian/penambahan iodium ke dalam ransum dapat mengurangi efek goitrogenik dari "goitrogen" yang terdapat dalam tubuh hewan. Hal demikian kemungkinan disebabkan oleh adanya kompetisi antara iodium dengan tiosianat. Perubahan yang ringan dari struktur jaringan tiroid memperlihatkan masih adanya efek goitrogenik dari tiosianat tersebut. Responden di dusun Bias cenderung mengkonsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik sebanyak 1x/bulan, sedangkan zat goitrogenik harus dikonsumsi sebanyak 10kg/hari secara satu bulan baru menunjukkan perubahan

xliv

kelenjar tiroid. Jika dinilai dari frekuensi konsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik, maka belum dapat disimpulkan zat goitrogenik yang menyebabkan prevalensi gondok tinggi di dusun Bias dibanding dusun lainnya.

6.2 Makanan Goitrogenik yang Dikonsumsi Responden berusia > 34 tahun memiliki pola konsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik yang hampir sama dengan responden yang berusia 34 tahun. Pada usia > 34 tahun, sebanyak 11 responden (37.93%) yang sering mengkonsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik, sedangkan pada usia 34 tahun, sebanyak 10 responden (32.26%) yang sering mengkonsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik. Hal ini mungkin disebabkan karena makanan yang mengandung zat goitrogenik merupakan jenis makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat umum. Selain hal tersebut, mungkin pola konsumsi masih sama dalam rentang umur responden. Menurut Hidayat dalam Dasmita (2004) tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pola konsumsi makanan melalui cara pemilihan bahan makanan. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan memilih makanan yang lebih baik dalam hal kualitas dan kuantitasnya bila dibandingkan dengan seseeorang yang berpendidikan lebih rendah. Dari hasil penelitian didapatkan responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih sering mengkonsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya pengetahuan responden mengenai jenis makanan apa saja yang mengandung zat goitrogenik. Kondisi ini sesuai dengan teori yang dilontarkan oleh Hidayat bahwa seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung mengkonsumsi makanan yang lebih variatif. Sehingga, peluang untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik tinggi.

xlv

Berdasarkan pekerjaan, responden yang bekerja cenderung mengkonsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik lebih sering dibandingkan responden yang bekerja. Hal ini sesuai dengan teori Samuelson (2002) mengenai hubungan status ekonomi keluarga dengan perilaku konsumsi. Pada keluarga dengan status ekonomi yang lebih tinggi cenderung mengkonsumsi lebih banyak jenis makanan dengan frekuensi yang lebih tinggi. Mereka cenderung makan lebih banyak dengan menu yang lebih baik. Makanan yang lebih mahal, termasuk buah buahan dan berbagai sayuran.

6.3 Kelemahan Studi Dalam penelitian ini ditemukan beberapa kelemahan, antara lain: Adanya responden yang tinggal serumah (sebanyak dua responden) sehingga pola konsumsi responden tersebut sama

xlvi

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan beberapa simpulan, antara lain : 1. Prevalensi konsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik pada kelompok wanita usia subur (WUS) di desa Kusamba, kecamatan Dawan, kabupaten Klungkung cenderung jarang sebanyak 23 orang (38.3%) 2. Karakterisktik WUS yang mengkonsumsi konsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik di desa Kusamba, kecamatan Dawan, kabupaten Klungkung adalah responden dominan berusia 34 tahun sebanyak 31 orang (51.7%), responden berpendidikan rendah sebanyak 36 orang (60%), dan responden yang bekerja sebanyak 31 orang (51.7%) 3. Jenis makanan yang mengandung zat goitrogenik yang dikonsumsi oleh kelompok wanita usia subur (WUS) di desa Kusamba, kecamatan Dawan, kabupaten Klungkung terbanyak dikonsumsi oleh responden adalah sayur kangkung sebanyak 49 (81.67%), sedangkan yang terbanyak tidak dikonsumsi adalah ubi jalar sebanyak 42 (70%). 4. Konsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik berdasarkan karakteristik responden pada kelompok wanita usia subur (WUS) di desa Kusamba, kecamatan Dawan, kabupaten Klungkung tersering oleh kelompok usia > 34 tahun sebanyak 11 orang (37.93%), responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 11 orang (45.84%), dan oleh responden yang bekerja sebanyak 15 orang (42.85%)

7.2 Saran Melihat hasil dalam penelitian ini serta keadaan di lapangan saat ini, maka rekomendasi yang dapat diberikan yaitu:

xlvii

1.

Perlu tersedia akses informasi mengenai makanan yang mengandung zat goitrogenik Hal ini dapat dilakukan melalui konseling di posyandu dan puskesmas.

2.

Pada tingkat komunitas dapat dipilih kader-kader kesehatan yang memiliki pola konsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik dan makanan beryodium yang berimbang sehingga masyarakat lebih percaya karena terdapat contoh yang nyata.

3.

Program gizi di puskesmas diharapkan mengintensifkan penyuluhan tentang pangan yang mengandung zat goitrogenik

4.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih representatif dan metode yang lebih tepat untuk mendapatkan hasil yang optimal pola konsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik

xlviii

Daftar Pustaka
Anonim. (2007, 23 Agustus Update Terakhir). Kenali Zat Anti Gizi (1): Senyawa Anti Tyroid Alami. Http://Geasy.Wordpress.Com/2007/06/15/Kenali-Zat-Anti-Gizi-1Senyawa-Anti-Tyroid-Alami/. (Akses: 24 Maret 2012)

Aritonang, E, 2003, Dampak Defisiensi Yodium Pada Berbagai Perkembangan Kehidupan Manusia Dan Paya Penanggulangannya, Makalah Pengantar Falsafahsains (Pps, 702), Ipb, Bogor.

Bachri, Syamsul. Evaluasi Efek Goitrogenik Tiosianat Pada Marmut. Ipb, Bogor. Hal. 1 12 Basuki, Budiman. (2007). Hubungan Antara Konsumsi Iodium Dan Gondok Pada Siswi Berusia 15-17 Tahun. Universa Medicina.April 2007. Vol.26 - No.2

Chandra, Amar. (2004). Goitrogenic Content Of Indian Cyanogenic Plant Foods & Their In Vitro Anti-Thyroidal Activity. Indian J Med Res 119, May 2004, Pp 180-185

Depkes R.I. 1996. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium Dan Garam Beryodium. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Departemen Kesehatan Ri.2003. Pedoman Umum Gizi Seimbang (Panduan Untuk Petugas), Jakarta: Bakti Husada I Dewa Nyoman Supariasa, Dkk., 2002, Penilaian Status Gizi, Jakarta: Egc.

Djayusmantoko, Dkk. (2005), Konsumsi Zat Yodium Dan Zat Goitrogenik Sebagai Faktor Risiko Gaky Pada Anak Sekolah Dasar Di Kecamatan Di Tabir Ulu, Kabupaten Maringin, Provinsi Jambi. Sains Kesehatan 18 (1). Januari 2005. Hal 139- 148
xlix

Djunaedi Md Dan Razak At., 2000, Analisa Konsumsi Zat Goitrogenik Dan Yodium Terhadap Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (Gaky) Di Propinsi Maluku, J.Med.Nus. Jan-Maret 2000; 21(1): 1-7.

Hariyanti. (2010).Hubungan Antara Sikap Terhadap Penggunaan Garam Beryodium Dengan Kejadian Gondok Pada Wanita Usia Subur. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Vol.I No.1 Januari 2010

Mukhopadhyay, S. (2005). Evaluation Of Possible Goitrogenic And Antithyroidal Ffect Of Nitrate, A Potential Environmental Pollutant. I2n8d4ianm Ju Kphhoypsaidohl Ypayh A Rmeta C Oall 2005; 49 (3) : 284288

Rusnelly. (2006). Determinan Kejadian Gaky Pada Anak Sekolah Dasar Di Dataran Rendah Dan Dataran Tinggi Kota Pagar Alam Propinsi Sumatera Selatan. Tesis Hal. 5 15

Supariasa, I Dewa Nyoman, 2002. Gangguan Akibat Kurang Yodium (Gaky). Penilaian Status Gizi Penerbit Buku Kedokteran Ecg Jakarta. Hal. 94 169

Syahbudin, S. 2002. Gaky Dan Usia. Jurnal Gaky Indonesia Vol. 1, No. 1, Hal. 13

Windyastuti, Dkk. 2004. Penentu Konsumsi Pangan Dan Kebiasaan Makan Keluarga Pada Rumah Tangga Dengan Dan Tanpa Keberadaan Ibu (Studi Kasus Di Desa Kepatihan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri). Media Gizi Keluarga, No. 2 Vol. 28, Hal. 1 10

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Kuesioner penelitian tentang

GAMBARAN POLA KONSUMSI ZAT GOITROGENIK PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI DUSUN BIAS, DESA KUSAMBA, KECAMATAN DAWAN, KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2012
Tanggal 2012 Pukul WITA No Urut PERKENALAN Selamat pagi/siang/sore Bu/Mbak (nama responden). Perkenalkan nama saya (nama pewawancara), Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, akan mengadakan penelitian mengenai Gambaran Pola Konsumsi Zat Goitrogenik Pada Wanita Usia Subur (Wus) Di Dusun Bias, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung Tahun 2012. Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan pada ibu berkaitan dengan penelitian saya. Keterangan-keterangan yang diberikan akan sangat bermanfaat dalam perbaikan program kesehatan gizi di puskesmas. Identitas yang ibu berikan akan dirahasiakan, tidak akan dipublikasikan hanya peneliti yang akan mengetahui informasi yang terdapat di dalam kuesioner ini. Wawancara akan berlangsung kurang lebih tiga puluh menit. Kami sangat mengharapkan bantuan dari ibu untuk memberikan keterangan yang cermat dan jujur, namun tentu saja ibu berhak untuk menolak berpartisipasi dalam penelitian ini serta menghentikan wawancara. Apakah ibu bersedia? Ada pertanyaan sebelum kita mulai? Baiklah, terimakasih atas waktunya, sekarang akan saya mulai wawancaranya. : : s/d :

li

Nb: satu WUS satu fromulir, bila dalam satu keluarga ada lebih dari satu WUS gunakan formulir baru dan dijepret jadi satu dengan formulir WUS yang satunya

A. IDENTITAS RESPONDEN 1. No. Responden 2. Nama 3. Alamat B. KARAKTERISTIK WUS : : :

1. Pada bulan dan tahun berapa anda lahir? Bulan............................. Tahun................ 2. Berapa umur anda sekarang? ...............tahun 3. Apakah anda pernah sekolah? 1. Ya 2. Tidak 4. Jika YA apa pendidikan terakhir yang anda tamatkan? 1. SD 2. SMP 3. SMA/SMK 4. Akademi/ universitas 5. Apakah anda bekerja? 1. Ya 2. Tidak 6. Jika ya, apa pekerjaan anda? 1. Petani 2. PNS 3. Pegawai Swasta 4. Penenun 5. Penjahit 6. Pedagang 7. Buruh bangunan

lii

8. Lainnya sebutkan.

liii

Konsumsi Zat Goitrogenik Jenis makanan Goitrogenik >2x/hr (5) 1 Sayur Kol 2 Sayur asam 3 Sayur kangkung 4 Sayur bayam 5 Pare 6 Sayur sawi 7 Daun singkong 8 Kacang tanah 9 Kedelai 10 Ubi Jalar 11 Lain lain 1x/hr (4) Frekuensi Pernah 3-6x/mg 1-2x/mg (3) (2)

1x/bln (1)

Tidak Pernah (0)

liv

You might also like