You are on page 1of 15

Peran Umat Islam Dalam Perkembangan Pemikiran Barat Modern

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Dosen Pembimbing : Ruma Mubarok

Oleh kelompok 5 :
Laili Indah Arifah ( 09630001) Yani Triastutik ( 0963005 ) Siti Suwaibatul Aslamiah ( 09630022 ) Ali Abraham ( 09630025 )

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI JURUSAN KIMIA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2009

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT karena atas berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah, dan innayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul Peran Umat Islam Dalam Perkembangan Pemikiran Barat Modern. Tidak lupa sholawat serta salam juga kami haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan ajaran Islam kepada kita semua. Dalam kesempatan ini, kami dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam penulisan makalah ini . Tiada gading yang tak retak, kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kerkurangan sehingga jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami mohon maaf apabila ada hal yang kurang berkenan di hati para pembaca sekalian semoga karya tulis ini dapat dimanfaatkan bagi para pembaca sekalian. Terima Kasih Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, 4 oktober 2009

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan 1.4 Manfaat BAB II PEMBAHASAN 2.1 Peran umat islam dalam perkembangan pemikiran barat modern 2.2 Tanggung Jawab Ilmuwan Muslim Dalam Menggali dan Mengembangkan Ilmu Pengetahuan. 2.3 Peran dan Tanggung Jawab Umat Islam Dalam Mengenali dan Mengembangkan Ilmu Pengetahuan BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk mukallaf, yang dibebani kewajiban dan tanggung jawab dengan akal pikirannya. Ia mampu menciptakan kreasi spectakuler berupa sains dan teknologi. Sehingga manusia mempunyai kewajiban untuk belajar seperti disebutkan dalah hadis, nabi, bahwa mencari ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap orang Islam. Bagi seorang Muslim pengetahuan merupakan bagian yang paling dasar dari kemajuan dan pandangan dunianya. Dalam batas-batasnya, ilmu berlaku sebagai garis petunjuk bagi operasionalisasi tindakan ( amal ) dan kebijakan ( fadhail ). Ilmu dan agama tidak bisa dipisahkan, karena agama tidak lain bertujuan untuk mesejahterakan manusia di dunia maupun di akhirat, sedangkan ilmu bertujuan untuk memperoleh kehidupan yang layak, sejahtera dan mulia bagi manusia. Islam memiliki tradisi yang kuat di bidang ilmu pengetahuaan di masa lampau, kesaksian sejarah membuktikan itu, dengan munculnya begitu banyak ilmuwan yang berasal dari Islam antara barat dan timur (Islam) dari segi keilmuaan terjadi kontak dan saling tukar pikiran. Keduanya memiliki jasa masing-masing, sebab ketika barat mengalami kondisi rapuh pada abad pertengahan, atau sering diistilahkan dengan The Dark Age, Islam kemudian yang mengisi kegelapan itu.

1.2 Rumusan Masalah Untuk memperjelas dan mempermudah penulisan kami maka perlu adanya rumusan masalah dalam prioritas dari penulisan kami. Adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pemikiran barat modern 2. Bagaimana tanggung jawab ilmuwan Muslim dalam menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan 3. Bagaimana peran umat Islam dalam menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan peran umat Islam dalam perkembangan

1.3 Tujuan 1. Mengetahui peran umat Islam dalam perkembangan pemikiran barat modern 2. Mengetahui tanggung jawab ilmuwan Muslim dalam

menggembangkan ilmu pengetahuan 3. Mengetahui apa saja peran umat Islam dalam menggembangkan ilmu pengetahuan

1.4 Manfaat 1. Dapat menggali dan menggembangkan ilmu pengetahuan

2. Dapat bertanggungjawab atas ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan 3. Dapat berperan dalam penggembangan ilmu-ilmu pengetahuaan yang ada baik itu ilmu sosial maupun teknologi

BAB II PEMBAHASAN MASALAH

2.1

Peran Umat Islam Dalam Perkembangan Pemikiran Barat Modern Jaman Yunani kuno berlangsung kira-kira dari abad ke 6 SM hingga awal

abad pertengahan, atau antara kurang lebih 600 tahun SM hingga tahun 200 SM. Jaman ini dianggap cikal bakal filsafat yang ada sekarang. Pada jaman ini mitosmitos yang berkembang dalam masyarakat digantikan dengan logos setelah mitosmitos tersebut tidak dapat lagi menjawab dan memecahkan problema-problema kosmologis. Pada tahap ini bangsa Yunani mulai berpikir sedalam-dalamnya tentang berbagai fenomena alam yang begitu beragam, meninggalkan mitos-mitos untuk kemudian terus meneliti berdasatkan resoning power. Contoh yang paling populer dalam hal ini adalah mengenai persepsi orang-orang Yunani terhadap pelangi. Jaman ini melahirkan pakar-pakar filsafat yang berjasa besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya. Aristoteles misalnya, dalam hal berpikir logika deduktif, nama Aristoteles ( 384-322sm ) tidak bisa dilupakan. Dasar-dasar berpikirnya tetap mendominasi para ilmuan di Eropa hingga dewasa ini. Aristoteles adalah murid Plato ( 47-347 SM ) dan Plato adalah murid Sokrates mesik dengan gurunya, sepeti Plato dengan Aristoteles, juga filsuf-filsuf lainnya. Pasca Aristoteles, kira-kira lima abad kemudian, muncul lagi pemikirpemikir jenius seperti Plotinus ( 284 - 269 SM ). Jaman ini adalah jaman filsafat hellenisme di bawah pemerintah Alexander Agung. Hanya jaman ini berbeda sekali dengan jaman Aristoteles, dimana perkembangan ilmu tidak mengalami kemajuan yang pesat hingga abad pertengahan. Pada masa ini pemikran filsafat yang teoritis menjadi praktis dan hanya menjadi kiat hidup saja. Muncul pula aliran yang

bercorak religius, misalnya : filsafat Neo-Phytagoras, Platonis tengah, Yahudi dan Platonisme, termasuk aliran yang bersifat Etis, Epikuros dan Stoa ( Hharun Hadiwijono, 1989 : 14 ) Pasca Yunani, bangsa yang berbudaya tinggi adalah Romawi. Dapat

dikatakan, dalam kegiatan keilmuan bangsa Romawi pada umumnya hanya berpegang pada karya-karya tokoh yunani, terutama Aristotels yang tanpa banyak mengadakan perubahan ( Cony, et,al., 1988 :14 ) Sangat beruntung selama kurun waktu ini di Timur Tengah, kerajaankerajaan bangsa Arab yang diwarnai oleh Islam berkembang sangat pesat dalam kegiatan keilmuan. Dengan didudukinya daerah-daerah Yunani dan Romawi secara berangsur-angsur oleh bangsa Arab, maka para ilmuan mereka dapat memiliki khazanah pengetahuan yang sudah maju pesat saat itu. Kemudian mereka mengembangkan lebih lanjut denga memberikan ciri-ciri khas penalaran dan penemuan mereka sendiri. Jadi, merekalah yang sesungguhnya mengisi kesenjangan perkembangan ilmu dan pengetahuan saat Eropa dilanda kegelapan ( Cony, et,al., 1988:15 )

2.2 Tanggung Jawab Ilmuwan Muslim Dalam Menggali dan Mengembangkan Ilmu Pengetahuan. Amat wajar jika kita bertanya, mengapa peradaban Muslim yang menunjukan penghargaan terhadap ilmu pengetahuan dan penyebarannya? Apa yang memotivasi mereka untuk menuntut pengetahuaan itui dengan cermat dan teliti sampai pada tingkat memberikan sumbangan pelopor? Sebagaimana kata Ahma Aness ( 1991:80 ), bahwa hanya ada satu kekuatan di balik itu semua, yaitu konsep tentang ilmu dan opersionalisasinya. Dengan demikian, tiga atau empat abad pertama kehidupan beradaban Muslim, kita menyaksikan suatu intelek yang berkembang dengan dahsyat dan tampak hasil

suatu opersionalisasi ilmu yang universal. Dengan pertanda yang sama, kita boleh berdalih bahwa peradaban Muslim memperhatikan dirinya sendiri pada jalan kemerosotan dan degenerasi dengan menurunkan konsep ilmu yang sempit dan kotrakdiktif dengan dirinya sendiri. Alasan mengapa umat Islam mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuaan dalam zaman keemasan anatara abad 811 M tak sulit untuk dilacak. Al-Qur'an dan Al-Hadist tak habis-habisnya menyeru umat Islam untuk selalu meneliti, mengkaji dan memelihara alam yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Pesan-pesan wahyu Tuhan itulah yang seharusnya menjadikan umat islam memiliki kesadaran ini ( Drs. M. Zainuddin, MA, Filsafat Ilmu; 147 ). Oleh sebab itu jika umat Islam tidak ingin tertinggal maju dengan dunia barat, maka sudah saatnya untuk menghidupkan kembali warisan intelktual Islam yang selama ini terabaikan, dan jika perlu mendefinisakn kembali ilmu dengan dasar epistemo-logi yang diderivasi oleh wahyu itu Masalah sentral yang perlu segera digarap, menyangkut angakatan muda di dunia Islam menurut Hussein Nasr (1989:6) adalah, pertama; bagaimana memberikan yang cukup untuk mereka, bagaiman memahami pesan-pesan Islam secara tepat dan benar, kedua ; jangan samapi menumbuhkan angkatan muda kita seolah-olah dalam suatu kondisi vakum, jangan sampai mereka hanya tau masalah ritual saja dan membiarkan mereka terperangkap kedalam nilai-nilai sekuler barat. Mereka harus disadarkan, betapa kekayaan khazanah intelektual dan tradisi spiritual Islam. Kita harus menumbuhkan kembali tradisi spiritual dan intelektual Islam yang cukup panjang dalam sejarah itu. Kita tidak boleh membiarkan mereka terjebak oleh selogan dan gelombang peradaban barat yang sekuler. Dengan kata lain, kita berharap untuk bisa mencetak genaerasi pemikir Islam yang handal, yang memiliki wawasan luat dan jauh kedepan, bukan generasi yang jumud dan fanatik. Kita telah memiliki tradisi keilmuaan yang sudah berusia 14 abad, yang berisi ajaran-ajaran tentang bagaimana kita harus berhubungan dengan Allah dengan sesama makhluk

dan juga dengan alam semesta ini. Tradisi keilmuan dengan bimbingan wahyu dihidupkan kembali untuk menjawab tantangan modernitas. Karena ilmuwan muslim sebagai pewaris para nabi, maka ia memiliki tugas dan tanggung jawab sebagi saksi terhadap perbuatan dirinya maupun orang lain, yang sudah tentu sebagai saksi Tuhan ini harus adil dan jujur, penyeru yang petunjuk ke jalan yang benar, amar ma'ruf nahyi mungkar dan wakil Allah di bumi. Karena sebagai hamba yang dipercayai oleh Allah maka harus bertanggung jawab atas amanat yang dipikulkan itu. Tugas dan tanggung jawab ilmuwan muslim menurut Syah Idris adalah : 1. Menunjukkan eksistensi Allah bukan semata-mata sebagai masalah keimanan yang taken for granted, tetapi juga fakta yang kebenaranya dapat dibuktikan secara rasional. Hal yang sama dapat diterapkan terhadap kerasulan Muhammad, dan keaslian Al-Qur'an. Tentu saja bukan bermaksud untuk menyatakan bahwa setiap orang dari kita harus menyadari kenyataan bahwa masalah tersebut bukan semata-mata masalah religius murni, sehingga sebagai seorang ilmuwan seolah-olah tidak ada lagi yang dapat dilakuakannya. Bahkan masih ada keuntungan psikologis, terutama yang disebabkan oleh pemakaian atasa sains yang didasari oleh sikap yang mengabaikan pada kemuliaan keyakinan kita. 2. Apabila kita berhasil dalam melaksanakan hal tersebut, kita akan dapat membuktikan bahwa sains kita memiliki landasan yang cukup kokoh yakni pada kebenaran yang dapat dibuktikan secara rasioanal, bukan seperti sains barat tegak di atas anggapan-anggapan yang bukan saja keliru, bahkan rasionalitasnya pun masih perlu dibicarakan. Tugas kita selanjutnya adalah memikirkan konsekuensi praktis dari pandangan tentang sains yang lebih menyeluruh dan lebih luas. Setiap orang dibebani kewajiban utntuk melakukan revisi atas sains berdasar spesialisasi masing-masing, dengan titik pandang yang lebih Islami lewat cara-cara peniadaan terhadap hal-hal yang tidak sesuai dengan fondasi baru tersebut, serta memasukkan unsur-

unsur baru yang sesuai baik dari yang berasal dari Al-Qur'an maupun AsSunnah. Hingga akhirnya sains baru yang berhasil disusun tersebut dapat dipergunakan untuk menjelaskan dan memecahkan masalah-masalah praktis, serta untuk menarik kesimpulan-kesimpulan baru. 3. Apabila kita telah berhasil dalam bidang tersebut, maka kita psikologi dan sistem pendidikan kita akan tegak di atas dasar kebenaran asasi tentang manusia yaitu kebenaran yang benar-benar menjelaskan esensi kepribadiannya sebagai hamba Allah. Dan sebelum dirinya mengetahui kebenaran ini, ia tak akan sampai pada ketenangan pikir yang sejati. Penjelasan kita atas sejarah manusia dan kenyataan sosial tentu tidak akan memandang fakta-fakta sejarah semata-mata sebagai rangakain peristiwa yang kebetulan dan tak bertujuaan, melainkan sebagai bentuk pelaksanaan kehendak dzat Allah SWT ( Dr. M.Zainuddin, MA, filsafat ilmu; 152).

2.3

Peran dan Tanggung Jawab Umat Islam Dalam Mengenali dan

Mengembangkan Ilmu Pengetahuan Dalam sebuah hadits telah disebutkan bahwa menuntut ilmu-ilmu diwajibkan bagi orang Muslim laki-laki dan perempuan begitu juga dalam AlQuran surat yusuf : 76 Barang siapa yang pergi untuk mencari ilmu maka alloh memudahkan baginya jalan ke Syurga. An Nahl : 70 orang yang paling berharga adalah orang yang paling banyak ilmunya. Dalam Islam batasan untuk mencintai ilmu adalah bahwa orang-orang harus menuntut ilmu yang bahayanya lebih besar daripada manfaatnya. Contohnya ilmu sihir, farkas, dsb. Sebagimana bahwa nabi telah bersabda dalam hadistnya sebaikbaik ilmu adalah ilmu yang bermanfaat .

Peranan Islam dalam menggali dan mengembangakn ilmu pengetahuan sangatlah besra salah satu contohnya pada abad 8-13 M. Islam memiliki ilmuanilmuan besar seperti Ibnu Sina di bidang kedokteran, Jabir Ibnu Hayyan di bidang kimia, Al-Khawarizmi di bidang matematika dan deretan nama lainya. Catatan kecil mengenai tokoh-tokoh di atas, bahwa kesemuanya tidak hanya diakui di dunia Islam tetapi juga diakui di seluruh dunia dan karya-karya Islam tetap juga diakui bahkan menjadi tuntunan para ilmuan lainya di seluruh dunia. Tanggung jawab umat Islam dalam menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan juga sangat besar, karena ajaran Islam selalu memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu bahkan wahyu pertama yang diterima nabi Muhammad SAW dari Allah SWT adalah perintah untuk menuntut ilmu ( Q.S Al-Alaq : 7 ) Hal itu menandakan bahwa membaca adalah kunci untuk memperoleh ilmu tanpa ilmu segalnnya yang diperbuat manusia akan sia-sia. Selain menuntun ilmu, umat Islam mempunyai tanggung jawab yang besar yakni mengamalkan ilmu-ilmu yang dimilikinya, karena ilmu yang kita punya tidak diamalkan itu juga akan tidak menjadi bermanfaat.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan Tak bisa dipungkiri, bahwa Islam memiliki kontibusi besar dalam menyebarkan ilmu pengetahuaan dan peradaban ke dunia barat pada abad pertengahan, dimana saat itu barat dalam masa kegelapan. Alasan mengapa umat Islam mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuaan adalah karena ruh Islam (Al-Qur'an dan As-Sunnah) itu sendiri menandakan pentingnya bahkan wajib mencari ilmu. Oleh sebab itu jika umat Islam tidak ingin ketinggalan dengan dunia barat, maka sudah saatnya untuk mengidupkan kembali warisan intelektual Islam yang terabaikan selama ini, dan jika perlu mendifinisikan kembali ilmu dengan tetap berdasar pada wahyu dan nilai-nilai Islam dengan prindsip Al-Muhafazhatu 'ala-'l-Qadim as-Shalih wal-Akhdzu bi-'l-Jadid al-Ashlah, tetap memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik. Umat Islam memiliki tanggung jawab terhadap dirinya sendiri untuk membuat dan menghasilkan dasar epistemologi, yang merupakan sebuah sistem untuk menghasilkan pengetahuan pribumi yang organik dan yang berorientasi pada kesejahteraan umat. Karena ilmuwan sebagai pewaris nabi, maka ia memiliki tanggung jawab sebagai penegak amar ma'ruf nahi munkar dan sebagai khalifah Allah di bumi. Ilmu-ilmu modern barat pun masih bisa dipakai sepanjang relevan dengan nilai Islam. Oleh sebab itu yang harus selalu ditinjau kembali adalah landasan falsafahnya, yang menyangkut tujuan dan kegunaanya. Di sinilah tugas ilmuwan Muslim untuk meluruskan dan mengarahkan sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai Islam. Baik konsep Sardar maupun Al-Fauqi sama-sama memiliki tujuan yang tak berbeda, yaitu : tauhid, khilafah, amana, adalah dan istishlah.

3.2

Saran

Kami sadar,bahwa didalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna,maka dari itu diharapkan kritik dan saran dari teman-teman serta pihak lain untuk memperbaiki serta menambahkan kekurangan yang ada,guna meningkatkan dan menambah ilmu pengetahuan kita.

DAFTAR PUSTAKA

ZAINUDDIN, M. 2006. Filsafat Ilmu Prespektif Pemikiran Islam. Malang : Lintas Pustaka. Drs. Mudjahid Abdul Manaf, 1996. Sejarah Agama-Agama. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada H. Endang saifuddin Ansahari M.A, 1982. Agama dan Kebudayaan. Surabaya : PT. Bina Ilmu

You might also like