You are on page 1of 5

Layanan Pendidikan Khusus 1.

Satuan Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus jenjang : TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB, SMKLB, yang meliputi: SLB/A bagi peserta didik Tunanetra SLB/B bagi peserta didik Tunarungu SLB/C bagi peserta didik Tunagrahita Ringan SLB/C1 bagi peserta didik Tunagrahita Sedang SLB/D bagi peserta didik Tunadaksa SLB/E bagi peserta didik Kelainan Ganda SLB Gabungan terdiri beberapa jenis kelainan pada satu sekolah. Satuan Sekolah Luar Biasa disebut juga sistem Segregasi yaitu sekolah yang dikelola berdasarkan jenis ketunaan namun terdiri dari beberapa jenjang. Selain SLB, ada juga SDLB yang melayani berbagai jenis ketunaan pada jenjang SDLB. Tetapi sejak tahun 2003 dengan SK Kepala Dinas Pendidikan Prov. Jawa Barat, SDLB diubah status menjadi SLB. Tujuannya agar penyelenggaraan Sekolah lebih efektif, efisien dan menghindarkan Drop Out serta mempercepat penuntasan wajib belajar bagi anak berkebutuhan khusus. 2. Sekolah Terpadu/Integrasi Sekolah regular Penyelenggara Pendidikan terpadu adalah sekolah yang menerima anak luar biasa terutama anak berkelainan dengan persyaratan mengikuti segala aturan di sekolah yang bersangkutan mengakomodasi semua anak berkebutuhan khusus bagi : 1. Yang memiliki kelainan (Intelectual Challenge) bakat istimewa, kecerdasan istimewa 2. Yang memerlukan pendidikan layanan khusus 3. Peserta didik berkelainan bersama dengan peserta didik normal 3. Pendidikan Inklusif Sekolah Inklusif adalah sekolah regular yang memiliki kesiapan baik kepala sekolah, guru, orang tua, peserta didik, tenaga administrasi dan lingkungan sekolah/masyarakat dalam memberikan pelayanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang memberikan kesempatan bagi peserta didik berkelainan dan/atau peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama-sama dengan peserta didik pada satuan pendidikan umum dan/atau satuan pendidikan kejuruan dengan menggunakan kurikulum yang disesuaikan dengan kemajuan dan kebutuhan khusus peserta didik yang berkelainan. Manfaat Pendidikan Inklusif 1. Secara praktis pendidikan inklusif dapat mempercepat proses pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar. 2. Pendidian inklusif adalah pendekatan yang menghargai perbedaan daln melayani siswa sesuai dengan kebutuhannya. 3. Pendidian inklusif dapat meningkatkan kualitas pendidikan. 4. Secara ekonomis penyelenggaraan pendidikan inklusif "lebih murah" 5. Pendidian inklusif adalah pendidikan yang ramah dan bersahabat dengan lingkungan. Dasar Hukum Pendidian inklusif adalah: - Konfrensi Dakkar 2003 - UUD 1945 Pasal 3 - UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Pasal 32 ayat 1-3) - UU No. 22 tahun 199 - UU No. 4 tahun 1997 - PP No. 22 dan 25 - Kepmendikbud No. 0491/11/1992 4. Program Akselerasi (Aceleration Program) dan Keberbakatan A. Pengertian

Program Percepatan Belajar adalah salah satu program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang oleh guru telah diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan, dan oleh psikolog telah diidentifikasi memiliki kemampuan intelektual umum pada taraf cerdas, memiliki kreativitas dan keterikatan terhadap tugas di atas rata-rata, untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar mereka B. Dasar Hukum Landasan Hukum penyelenggaraan program percepatan belajar adalah: Undang-undang No. 20 tahun 2003 C. Tujuan Tujuan Umum a. Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektifnya. b. Memenuhi hak asasi peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan bagi dirinya sendiri. c. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik. d. Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri peserta didik. e. Menimbang peran peserta didik sebagai aset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran. f. Menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan. Tujuan Khusus a. Memberi penghargaan untuk dapat menyelesaikan program pendidikan secara lebih cepat sesuai dengan potensinya. b. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran peserta didik. c. Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal. d. Memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosionalnya secara berimbang. D. Bentuk Penyelenggaraan Program Program percepatan belajar dapat diselenggarakan dalam 3 (tiga) bentuk pilihan: 1. Kelas reguler 2. Kelas Khusus 3. Sekolah Khusus E. Lama belajar SD 6-5 tahun, SMP dan SMA 3 - 2 tahun. F. Persyaratan Peserta Didik Siswa yang diterima sebagai peserta program percepatan belajar adalah siswa yang memenuhi persyarata sebagai berikut: 1.Persyaratan Akademis 2. Pesyaratan Psikologis 3. Self Nomination 4. Kesehatan Fisik 5. Kesediaan Calon Siswa dan Persetujuan Orangtua. G. Kurikulum Kurikulum program percepatan belajar adalah: 1. Kurikulum nasional 2. Kurikulum muatan lokal 3. Kurikulum berdiferensiasi 4. Struktur program Sekolah penyelenggara Program Percepatan Belajar dapat dilihat dalam lampiran 5. Program Layanan Anak Autistik Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi, gejalanya mulai nampak sebelum anak berusia 3

tahun, bahkan pada autistik infantil, gejalanya sudah ada sejak lahir. Model layanan untuk anak penderita autis melalui: Program Intervensi dini Program terapi penunjang Layanan Pendidikan Lanjutan Program mainstreaming dan kelas khusus/inklusif Program sekolah di rumah (Homeschooling Program) Sementara ini layanan pendidikan untul anak autistik di Indonesia lebih cenderung dimasukkan ke pendidikan anak keterbelakangan mental/tunagrahita,walau sebenarnya anak autistik memerlukan pendidikan spesifik 6. Program Layanan Low Vision Penderita Low Vision berbeda dengan tunanetra, mereka masih punya sisi penglihatan walau terbatasa, sampai tahun 2004 layanan untuk anak-anak tersebut disamakan dengan anak tunanetra dikarenakan ketidaktahuan cara melayaninya. Maka dengan kerjasama Dinas Pendidikan melalui Subdis PLB dengan Yayasan Penyantun Wyata Guna maka dibentuklah MoU dan sebagai tindak lanjutnya diberangkatkan 2 orang guru dan 1 orang dokter untuk belajar di Hyderabat/India selama 6 bulan dan sekolah mereka ditugaskan bersama YPWG membuat klinik low vision untuk melayani penderita low vision melalui rehabilitasi dan pemberian alat CCTV untuk mereka sehingga memanfaatkan sisa penglihatan mereka untuk dapat membaca dengan baik dan benar. 7. Resource Center (Pusat Sumber) Pada tahun 2004 dengan dana Anggaran APBD dibentuk 4 Resource Center, yaitu Resource Center Autis di SLB Muhammadiyah, Resource Center Penjas adeptif di SLBAN Pajajaran, Resource Center Kesulitan belajar di SLBC Sukapura dan Resource Center bagi Program Akselerasi dan keberbakatan di SMP Taruna Bakti Kota Bandung. Fungi Resource Center adalah melakukan penyaringan, melaksanakan pelatihan vokasional, rehabilitasi, melakukan penelitian dan perubahan, memberikan informasi dan memberikan aksesibilitas atau kemudahan. 8. Shelterd Work Shop (Bengkel Kerja) Memberi layanan pengembangan life skill dan BBE untuk menyiapkan lulusan yang mandiri, mempunyai keterampilan dan kecakapan hidup serta memberikan pengembangan vacasional bagi ABK. Jenis-jenis keterampilan yang dikembangkan antara lain: Pertukangan bangunan, keramik, Tata Busana, Tata Boga, Perbengkelan- Otomotif, Sablon, dan Tata Rias (gunting rambut dan kecantikan). Perkembangan selanjutnya melalui program Direktorat PSLB. Fungsi SLB dikembangkan menjadi sentra Pk dan PLK. Prinsip Pendidikan Khusus Perubahan paradigma pembelajaran di kelas dengan menerapkan 4 pola (UNESCO) "Learning: The Treasure Within" yaitu: Learning How To Know Learning How To Learn Learning How To Do Learning How To Be Learning How To Live Together

Millennium Development Goals Eradicating Extreme Poverty and Hunger

Achieving Universal Basic Education Promoting Gender Equality and Empowering Women Reducing Child Mortality Improving material Health Combating HIV/AIDS, Malaria, and Other Diseases Ensuring Environmental Sustainability PAKEM (Pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan) yaitu pembelajaran yang ramah (Joyfull Learning bagi siswa) Pembelajaran pemenuhan kebutuhan individual, proses pembelajaran tuntas (Mastery Learning) Active Learning and Creative Teaching, berpusat pada anak. Perubahan paradigma pembelajaran di kelas dari Teaching ke Learning, dan dari Teacher Centris ke Student Centris. Menggunakan kurikulum yang fleksibel dan berdiferensiasi. Pengalaman belajar berdasarkan keterlibatan masyarakat sekelilingnya (Community based experiental learning). Kemampuan holistik, sistemik, dan imajinatif dapat dibentuk melalui kegiatan pembelajaran yang mengarahkan kepada pemecahan masalah atau problem solving, sedangkan untuk kemampuan elaborasi dapat dibentuk melalui kegiatan pembelajaran yang diarahkan kepada pemecahan masalah Perubahan paradigma pembelajaran dengan tujuan untuk melakukan upaya peningkatan mutu secara berkelanjutan (Continuous Improvement)

Garapan Pendidikan Khusus KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS A. Pendidikan Khusus (PK) Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memiliki kebutuhan baik permanent maupun temporer untuk mendapatkan penyesuaian pelayanan pendidikan. Kebutuhan permanen kebanyakan diakibatkan oleh kelainan yang disandang, antara lain: 1. Tunanetra Adalah mereka yang mengalami gangguan daya penglihatan berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, yang membutuhkan penyesuaian pelayanan pendidikan. (6/6 to 6/18 =Normal, 6/18 to 3/60=Low Vision/Limited vision, 3/60 to 1/60=Very limited vision/socially blind, less than 1/60=practically blind) Field of vision: 10 or less on the best eye, is usually characterized as blindness". 2. Tunarungu Adalah mereka yang mengalami kehilangan kemampuan pendengaran menyeluruh atau sebagian, Ada dua kelompok tunarungu yaitu: a) Kurang dengar, yaitu mereka yang kehilangan pendengaran kurang dari 90 dB. b) Tuli, yaitu mereka yang kehilangan pendengaran di atas 90 dB. 3. Tunagrahita Adalah mereka yang mengalami hambatan atau keterlambatan dalam perkembangan mental disertai ketidakmampuan untuk belajar dan menyesuaikan diri. C Tunagrahita Ringan (IQ = 50 - 70) C1 Tunagrahita Sedang (IQ = 25 - 50) C2 Tunagrahita Berat (IQ < 25) 4. Tunawicara Adalah mereka yang mengalami gangguan dalam berbicara diakibatkan oleh kelaianan/kerusakan pada organ bicara. 5. Tunadaksa Adalah mereka yang memiliki kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, otot,

sendi, dan pada sisstem saraf pusat) sehingga membutuhkan penyesuaian layanan Pendidikan 6. Tunalaras Adalah mereka yang mengalami gangguan emosi dan perilaku sehingga mengalami kesulitan dalam bertingkah laku dan membutuhkan penyesuaian layanan pendidikan. 7. Anak berbakat Adalah anak yang memiliki kecerdasan dan kemampuan luar biasa dan atau bakat istimewa, (giffted): potensi kecerdasan istimewa (IQ>125) talented: Potensi bakat istimewa (multiple Intelegensys language, Lagico, Mathematic, Visuo Spatial Bodly, Khineshtetic Intrapersonal, Musical, Natural, Spiritual. 8. Tunaganda Adalah mereka yang memiliki dua atau lebih kelainan, sehingga membutuhkan penyesuaian layanan Pendidikan. 9. Anak Berkesulitan Belajar Adalah anak yang mengalami berbagai kesulitan dalam melakukan pembelajaran seperti membaca, menulis dan berhitung (Hyperactive, ADD/ADHD, Dyslexia/ baca, Dysphxia/ bicara, Dyspraxia/ motorik). 10. Anak Autisme Adalah anak yang mengalami hambatan dalam proses interaksi sosial, komunikasi, perilaku, dan bahasa. 11. Anak dengan gangguan Konsentrasi dan Perhatian Adalah anak yang tidak mampu memusatkan perhatian pada objek tertentu 12. Lambat Belajar (IQ 70-90) 13. Korban Penyalahgunaan Narkoba/HIV/AIDS 14. INDIGO (Memiliki Indra Keenam) B. Pendidikan Layanan Khusus (PLK) 1. Kondisi Sosial-Emosi Anak yang secara sosial terpinggirkan membutuhkan kebutuhan khusus dalam memperoleh pelayanan pendidikan. Pelayanan pendidikan untuk mereka perlu ada penyesuaian. 2. Kondisi Ekonomi Mereka yang secara ekonomi kurang "beruntung", akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Terutama untuk mengikuti waktu belajar secara reguler. Saat teman sebaya mereka belajar, mereka sibuk membantu orang tua di ladang, sawah, atau bahkan di jalanan. Sehingga bagi mereka diperlukan pelayanan pendidikan yang disesuaikan dengan kondisinya 3. Kondisi Politik Anak-anak usia belajar yang berada di daerah konflik politik, misalnya di Aceh, Ambon, atau Poso, juga memiliki kebutuhan khusus dalam mendapat pelayanan pendidikan selain itu juga di daerah bencana alam. Semua yang disebut pada nomor 1, 2, dan 3 itu memiliki kebutuhan khusus yang mungkin sementara. Artinya, ketika semua kondisi tersebut sudah tidak ada, mungkin kebutuhan khusus mereka terhadap penyesuaian layanan pendidikan pun berkurang atau bahkan tidak ada.

You might also like