You are on page 1of 37

LAPORAN HASIL DISKUSI Blok CLINIC SKENARIO KNOW HIV AIDS Minggu ke-4 Tanggal 9 Maret s.

.d 15 Maret 2012

Penyusun / kelompok : A

Desi Silvia I Dheby Cinthia P Zainabul Kubro Putririma Nuraisyah Lina Dwi Mawarni Regina Ni Luh Ayu Megasari Agita Timora H

0910730005 0910730007 0910730019 0910730025 0910730060 0910730067 0910733008 0910733016

Jurusan Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 2012

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................................................................1 DAFTAR ISI..............................................................................................................................................................2 ISI............................................................................................................................................................................3 A. B. C. D. E. F. G. H. I. Kompetensi yang Akan Dicapai...............................................................................................................3 Skenario ..................................................................................................................................................3 Daftar Unclear Term ...............................................................................................................................3 Daftar Cues .............................................................................................................................................4 Daftar Problem Identification .................................................................................................................4 Hasil Brainstorming ................................................................................................................................4 Hipotesis ...............................................................................................................................................20 Learning Issues .....................................................................................................................................21 Pembahasan Learning Issues ................................................................................................................21

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .......................................................................................................................34 REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................35 TIM PENYUSUN ....................................................................................................................................................37

ISI

A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI CADE GO

CD. 33 Mahasiswa mampu merancang dan 33.A.3 Mampu melaksanakan perencanaan melakukan asuhan gizi pada pasien berdasarkan intervensi gizi. status gizi pasien. CD. 8 Mampu menyelenggarakan suatu 8.B Mampu mendesain suatu bahan / alat bantu yang akan digunakan untuk suatu pendidikan gizi.

pendidikan gizi dibawah supervise.

B. SKENARIO kNOw HIV AIDS RSUB dalam satu tahun terakhir banyak menangani pasien HIV/AIDS. Dari data RS diketahui pasien HIV/AIDS saat MRS sering dalam keadaan malnutrition. Dari situasi tersebut, ahli gizi RS perlu mengetahui segala hal terkait HIV/AIDS termasuk mekanisme perubahan system imunn sehingga dapat menyusun rencana intervensi gizi secara tepat dengan memperhatikan kebutuhan zat gizi serta mampu merekomendasikan diet yang tepat pada kondisi HIV positif maupun AIDS.

C. UNCLEAR TERM No. 1. ISTILAH Sistem Imun Kemampuan dari suatu PENGERTIAN organisme untuk melindungi atau

mengeliminasi organisme atau benda asing atau sel abnormal yang berpotensi membahayakan tubuh (Borchers, 2005). 2. HIV Human Immuno Deficiency Virus, yaitu suatu retrovirus yang menyerang dan merusak pertahanan alami tubuh terhadap penyakit dan infeksi. HIV merupakan slow acting virus yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menimbulkan gejala. (Food and Nutrition Technical Assistance Peroject, 2004). 3. Suatu sindrom / kumpulan gejala penyakit yang disebabkan retrovirus yang menyerang sistem kekebalan atau pertahanan tubuh (Siregar, 2004). AIDS Stase akhir dari infeksi HIV, di mana seseorang pada stase ini terusak imun sistemnya yang masuk ke dalam oportunistik infection (tanpa nama, 2011). 4. Malnutrition Keadaan gizi kurang atau lebih karena asupan diatas atau dibawah kisaran asupan yang dianjurkan dalam waktu yg lama (kamus gizi).

D. CUES

Ahli gizi mampu mengetahui segala hal terkait HIV/AIDS termasuk perubahan system imun, sehingga dapat menyusun rencana intervensi gizi dan merekomendasikan diet yang tepat pada kondisi HIV positif maupun AIDS.

E. PROBLEM INDENTIFICATION 1. 2. 3. Apa saja perbedaan antara HIV Positif dengan AIDS? Bagaimana mekanisme perubahan sistem imun pada HIV positif dan AIDS? Jelaskan gambaran umum dari masing-masing HIV positif dan AIDS (meliputi Pengertian, penyebab, tanda gejala, faktor resiko, Patofisiologi)! 4. 5. Apakah HIV positif dan AIDS bisa sembuh total? Apakah pasien HIV positif dan AIDS pasti malnutrition? Bila iya, bagaimana mekanisme / keterkaitannya? 6. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan intervensi? Intervensi yang cocok untuk pasien HIV positif dan AIDS ?Apakah ada perlakuan khusus dari masing-masing intervensi? 7. 8. Apa diet yang cocok untuk pasien HIV positif dan AIDS, beserta tatalaksananya? Sebutkan kegunaan zat gizi spesifik terhadap HIV positif dan AIDS, disesuaikan dengan kelompok umur! 9. Obat-obatapa saja yang bisa mempengaruhi penyerapan zat gizi untuk pasien HIV positif dan AIDS?

10. Apa saja kendala dan solusi pada intervensi pasien HIV positif dan AIDS? 11. Bagaimana monev untuk intervensi pasien HIV positif dan AIDS

F. HASIL BRAINSTORMING a. DK 1 1. Bagaimana mekanisme perubahan sistem imun pada HIV ? Limfosit T diserang HIV kerja aktivitas limfosit T berkurang - sistem imun tubuh menurun. 2. Jelaskan gambaran umum HIV/AIDS ( Penyebab, tanda gejala, Faktor Resiko, Patofisiologi)! a. Penyebab Sistem Imun yang menurun karena rusaknya limfosit T. b. Tanda & Gejala Seperti orang biasa / tidak sakit, bila tidak terobati bisa terkena kanker, antibodi makin turun, kakeksia, nafsu makan menurun. c. Faktor resiko Free sex tnpa pengaman, pemakaian jarum suntik bergantian, transfusi darah, cairan dalam tubuh (alat vital, darah), bila terjadi pada ibu hamil maka bayinya juga beresiko terkena HIV yakni melalui darah yang keluar dari proses kelahiran secara normal dan melalui ASI. d. Patofisiologi

Infeksi HIV mempengaruhi sistem imum sistem imun menurun tubuh lemah dan cepat sakit AIDS Butuh obat untuk limfosit T. 3. Apakah HIV/AIDS bisa sembuh ? HIV tdak bisa sembuh, karena obat yang digunakan untuk pasien dengan HIV bersifat hanya untuk menekan virus agar tidak berkembang biak semakin banyak. 4. Apakah pasien HIV pasti malnutrition? Bagaimana hubungan mekanisme HIV dengan malnutrition? Kebanyakan pasien HIV mengalami malnutrisi, karena sistem imun diserang sehingga membutuhkan obat-obatan untuk meningkatkan sistem pertahanan tubuh obat berefek mulut terasa pahit nafsu mankan pasien menurun dan paseien tidak berusaha memaksakan diri untuk makan, sehingga secara otomatis asupan makanan menurun drastis malnutrisi. Untuk mencapai kondisi malnutrisi, tidak secara langsung pasien HIV mengalami malnutrisi, melainkan ada step by step nya atau perlahan tapi pasti. 5. Apa saja intervensi yang cocok untuk pasien HIV/AIDS ? Adakah perlakuan khusus? Intervensi yang dapat diberikan untuk pasien dengan HIV yakni diet yang terencana seperti TKTP. Selain itu bisa juga diberikan edukasi yang mana sasarannya adalah ODHA, orang terdekat dari ODHA seperti keluarga, pendamping ODHA, dan masyarakat sekitar ODHA. Ada perlakuan dalam memberikan edukasi yakni konselor harus lebih sensitif ketika memberikan konseling yakni dengan berusaha menahan emosi ODHA. 6. Apa diet yang cocok untuk pasien HIV/AIDS dan tatalaksananya? Ada diet tersendiri untuk pasien HIV namun biasanya juga bisa diberikan diet TKTP, diet antioksidan. Prinsipnya tinggi energi, tinggi protein, dan kaya antioksidan. Tujuan diet HIV/TKTP yakni mempertahankan status gizi si pasien agar tidak terjadi malnutrisi. Hal-hal yang perlu diperhatikan seperti pemilihan bahan makanannya disesuaikan dengan penggunaan obatnya, agar zat gizi makanan tidak mempengaruhi penyerapan atau kerja obat, misalnya dalam memilih bahan makanan sumber lemak, lebih memilih BM yang kaya akan MUFA, PUFA, dll. 7. Bagaimana monev untuk intervensi pasien HIV/AIDS? Dapat dilihat dari perkembangan status gizinya yakni sudah mencapai status gizi normal, dari segi psikis dilihat tingkat emosinya sudah menurun, hasil laboratorium mengalami perkembangan yang baik, gaya hidupnya sudah berangsur-angsur baik, nafsu makan membaik dilihat dari plate waste, dll. 8. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan gizi yang tepat untuk pasien HIV/AIDS, media apa saja yang bisa digunakan dan yang tepat ? Hal-hal yang perlu diperhatikan, seperti : Mengerti tujuan dari pemberian edukasi.

Materi yang akan disampaikan disesuaikan dengan kondisi pasien, misalnya berisi tentang : gambaran umum penyakit HIV/AIDS, motivasi untuk hidup yang lebih baik, pentingnya asupan zat gizi untuk perkembangan kesehatan, dll.

Motivasi dari si pasien untuk mengikuti kegiatan edukasi. Lebih baik yang memberikan pendidikan adalah orang yang lebih berpengalaman atau mantan ODHA.

Media yang bisa digunakan : Leaflet, pamflet, poster, brosur, dll. 9. Sebutkan kegunaan suatu zat gizi spesifik terhadap HIV/AIDS! Vitamin A, C, E sumber antioksidan yang mana meningkatkan pertahanan tubuh, mengurangi radikal bebas. Protein Membangun sel-sel tubuh yang rusak akibat infeksi HIV. Tinggi kalori Menyediakan cadangan energi agar tidak lemas. PUFA Sebagai proteksi terhadap virus. 10. Apa saja obat-obatan yang dapat mempengaruhi penyerapan zat gizi pada pasien HIV/AIDS? -----(Skip)----12. Apa saja kendala dan solusi untuk intervensi pasien HIV/AIDS? Kendala : Emosi pasien yang tinggi, nafsu makan kurang, motivasi hidup kurang, sering dikucilkan, diri tertutup Solusi Berbaur dengan pasien, mengetahui makanan kesukaan pasien tapi tetap sesuai anjuran, Edukasi dalam bentuk konseling gizi agar lebih akrab dan timbul rasa empati, dan focus group discussion.

b. DK 3 1. Apa saja perbedaan antara HIV Positif dengan AIDS? a. Dillihat dari arti masing-masing huruf penyusun kata HIV dan AIDS

HIV adalah virus penyebab AIDS H : karena virus ini hanya

AIDS dapat A : karena itu kondisi seseorang harus terinfeksi, bukan sesuatu yang tularkan

menginfeksi manusia

I : karena efek dari virus ini adalah melalui gen membuat kegagalan dari system kekebalan I tubuh : karena mempengaruhi bagian system ini

kekebalan

tubuh,

tubuh

V : karena organism ini adalah virus yang biasanya bekerja untuk melawan kuman berarti salah satu karakteristiknya adalah seperti bakteri dan virus bahwa ia tidak mampu memproduksi D : karena membuat system kekebalan dengan sendirinya tubuh kurang S : karena seseorang dengan AIDS dapat mengalami berbagai penyakit yang

berbeda dan infeksi oportunistik (from Aids.org) b. Dilihat dari tahapan perkembangan HIV menjadi AIDS Fase 1 Pada fase ini individu sudah terpapar dan terinfeksi, tetapi ciri-ciri infeksi belum terlihat meskipun dilakukan tes darah, namun bisa juga mengalami gejala ringan, seperti flu (biasanya 2-3 hari dan sembuh sendiri). Umur infeksi 3 6 bulan. Fase 2 Umur infeksi 3 10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase ini individu sudah positif HIV, tapi belum menampakkan gejala sakit (atau bisa saja menampakkan gejala ringan, misalnya flu 2 3 hari dan sembuh sendiri) dan sudah dapat menularkan kepada orang lain. Fase 3 Gejala-gejala penyakit mulai muncul, antara lain keringat yang berlebihan di malam hari, diare terus-menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang tidak sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang dan badan menjadi lemah, serta berat badan terus berkurang, dan sistem kekebalan tubuh mulai berkurang. Pada fase ini belum disebut sebagai gejala AIDS. Fase 4 Sudah masuk pada fase AIDS, dan timbul infeksi-infeksi oportunistik. Ada gejala utama dan gejala minor. Jika seseorang memiliki minimal dua dari tiga gejala utama dan satu dari lima gejala minor, maka dapat disimpulkan menderita AIDS. Gejala utama yaitu : Demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan, Diare kronis lebih dari satu bulan (berulang maupun terus-menerus), penurunan berat badan lebih dari 10% dalam tiga bulan.

Gejala minor yaitu : 7

Batuk kronis lebih dari satu bulan Infeksi pada mulut dan tenggorokan yang disebabkan oleh Candida albicans Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh Munculnya Herpes Zoster yang berulang Adanya bercak-bercak gatal di seluruh tubuh

(Widiyanto, 2008) c. Dilihat dari mekanisme terjadinya AIDS Virus HIV masuk ke tubuh menyebar keseluruh tubuh menyerang CD4 sistem imun merespon HIV menang dan menyerang CNS dan GIT stage infeksi oleh virus HIVAcute HIV infection (Acute retroviral syndrome) (2-4 minggu setelah infeksi, periode replikasi cepat). Gejala: Fever, fatigue, rash, headache, generalized lympadenopathy, pharyngitis, myalgia, nausea,/vomiting, diarrhea, night sweats, adenopathy, oral ulcers, genital ulcers, neurological symptoms, malaise, anorexia, weight loss, wasting syndrome Seroconversion (pengembangan antibodi HfV) HIV Positive Test HIV rapid tests; ELISA test, Western blot; PCR test Asymptomatic HIV infection Gejala: Abnormal metabolism, change of body composition (body cell mass loss with/without weight loss, lipoatrophy, lipohypertrophy), vitamin B' susceptibility to pathogens Symptomatic HIV infection Gejala: Weight loss, thrush, fever, loss of LBM with/without weight loss, diarrhea, oral hairy leukoplakia, herpes zoster, peripheral neuropathy, idiopathic thrombocytopenic purpura, pelvic inflammatory disease Symptomatic AIDS (AIDS defined conditions) Gejala: CD4 cell count <200/mm3, opportunistic infectious disease (pneumocystitis deficiency,

jirovecii, pneumonia, others), Kaposi's sarcoma/ lymphoma, HIV associated dementia, HIV associated wasting, vitamins/minerals def icienci. (Krauses, 2008)

2.

Bagaimana mekanisme perubahan sistem imun pada HIV positif dan AIDS? Proses infeksi virus ke dalam sel limfosit T atau sel T4 atau sel CD4 adalah sebagai berikut :

3.

Jelaskan gambaran umum dari masing-masing HIV positif dan AIDS ( Meliputi Pengertian, penyebab, tanda gejala, faktor resiko, Patofisiologi)! Apakah HIV positif dan AIDS bisa sembuh total? a. Transmisi HIV/AIDS 1) Transmisi Seksual Terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Ada beberapa cara seks yang dapat meningkatkan resiko HIV : - Ano-genital : disebabkan karena tipisnya mukosa rektum sehingga mudah sekali

mengalami perlukaan saat berhubungan. - Oro-genital - Genito-genital : menelan semen dari mitra seksual pengidap HIV. : disebut juga hetero seksual, terjadi pada hubungan suami istri yang

salah seorang telah mengidap HIV. 2) Transmisi Non Seksual - Penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya seperti alat tindik yang terkontaminasi HIV. - Melalui donor/transfusi darah yang terjangkit HIV, resiko tertular melalui cara ini >90%. - Transmisi HIV dari ibu ke anak, dapat terjadi melalui rahim (in utero) selama masa perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. 9

- Melalui ASI dari Ibu ke Bayi. (USU ; aidsinfo, 2011) b. Tanda dan Gejala 1) Pada orang dewasa, 3 tanda utama AIDS adalah: a) Kehilangan berat badan 10% lebih dari satu bulan tanpa penyebab b) Diare lebih dari satu bulan c) Demam yang berlangsung selama lebih dari satu bulan baik konstan atau datang dan pergi 2) Pada orang dewasa, 5 tanda minor AIDS adalah: a) Batuk kering yang tidak sembuh-sembuh b) Kulit gatal di seluruh tubuh c) Herpes zoster (mirip cacar air, atau disebabkan virus yang juga mengakibatkan cacar air, virus herpes) yang tak kunjung sembuh d) Candidiasis, yang putih, mengangkat ruam pada mulut, lidah, atau tenggorokan e) Pembengkakan kelenjar (di leher, keriak, atau selangkangan) dengan atau tanpa infeksi aktif 3) Pada anak-anak, 3 tanda utama AIDS adalah: a) Kehilangan berat badan dan pertumbuhan terhambat b) Diare berat selama lebih dari 14 hari c) Demam yang berlangsung selama lebih dari satu bulan 4) Pada anak-anak, 5 tanda minor AIDS adalah: a) Kulit gatal seluruh tubuh b) Pembengkakan kelenjar c) Candidiasis (bintik putih) di dalam mulut, lidah, atau tenggorokan d) Infeksi pada telinga, tenggorokan, dan infeksi lainnya e) Batuk yang tidak sembuh-sembuh (Hana,2011; Ruanghati,2011) c. Manifestasi klinis AIDS 1) Manifestasi tumor: a) Sarkoma kaposi Kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Frekuensi kejadiannya 36-50%, biasanya terjadi pada kelompok homoseksual dan jarang terjadi pada pasangan heteroseksual serta jarang menjadi penyebab kematian primer. b) Limfoma ganas Terjadi setelah sarkoma kaposi dan menyerang saraf dan bertahan kurang lebih 1 tahun. 2) Manifestasi oportunistik 10

a) Manifestasi pada paru-paru - Pneumonia Pneumocytis (PCP) - Cytomelago Virus (CMV) - Mycobacterium Avilum - Mycobacterium Tuberculosis b) Manifestasi gastrointestinal Tidak ada nafsu makan, diare kronis, berat badan turun lebih dari 10% perbulan. 3) Manifestasi neurologis Sekitar 10% kasus AIDS menunjukkan manifestasi neurologis yang biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan saraf yang umum ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati, dan neuropati perifer. (Siregar, 2004)

4.

Apakah HIV/AIDS dapat disembuhkan? Peniliti Jerman melakukan stem sel CD4 mengalami kesembuhan tp transplantasi stem sel masih percobaan saja dalam lingkup studi kasus (Keith, 2010). Pasien dengan HIV Seorang pasien dengan HIV yang juga menderita leukimia akut dianggap sembuh dari HIV oleh dokter setelah memperoleh transplantasi sel punca pada tahun 2007 (Kompas,2011). HIV/AIDS tidak ada pengobatannya, akan tetapi hidup berdampingan dengan keduanya menjadi dapat diatur seperti pola makan (FHI). Seperti halnya penyakit diabetes miletus, asma dan hipertensi, AIDS/HIV belum dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan cara menekan jumlah virus serendah-rendahnya (Hana, 2011). Dari hasil diskusi di kelompok A didapat berbagai jawaban seperti di atas. Sehingga masih terjadi kerancuan mengenai kesembuhan dari HIV/AIDS, namun kami menyimpulkan bahwa AIDS bisa disembuhkan, namun HIV hanya bisa di minimalisasi tingkat keparahannya yaitu dengan menyeimbangkan pola makan dan memperbaiki pola hidup, serta konsumsi obat retroviral, sehingga pasien dengan HIV masih bisa hidup sehat walaupun di dalam tubuhnya ada HIV.

5.

Apakah

pasien

HIV

positif

dan

AIDS

pasti

malnutrition?

Bila

iya,

bagaimana

mekanisme/keterkaitannya? a. Mekanisme

11

(image from ECSA-HC, FANTA, adn LINKAGES;2008)

Gambar di atas dapat diibaratkan sebagai lingkaran setan yang berisi keterkaitan antara penurunan sistem imun dengan kebutuhan intake energi dan zat gizi. Dijelaskan bahwa bila sistem imun menurun, maka dapat memperbesar resiko tubuh untuk terkena infeksi, sehingga membutuhkan intake zat gizi yang bertambah pula. Bila intake zat gizi tidak dipenuhi secara cukup, maka keadaan status gizi buruk akan terjadi. Kondisi inilah yang mungkin terjadi pada tubuh seorang penderita HIV/AIDS yang mengalami malnutrition. b. Penyebab Malnutrition pada HIV/AIDS 1) Penurunan intake makanan 2) Gangguan absorpsi (WHO, 2002). 3) Perubahan metabolisme 4) Infeksi dan penyakit kronis (Food and Nutrition Technical Assistance, 2001).

6.

Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan intervensi? intervensi yang cocok untuk pasien HIV positif dan AIDS ? Apakah ada perlakuan khusus dari masing-masing ingtervensi? Tatalaksana Gizi Terapi pada Penderita HIV/AIDS Status gizi ODHA sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan asupan zat gizi. Asupan zat gizi yang tidak memenuhi kebutuhan dapat menyebabkan kekurangan gizi yang bersifat kronis dan pada stadium AIDS terjadi keadaan kurang gizi yang kronis dan drastis yang mengakibatkan penurunan resistensi terhadap infeksi lainnya. Adapun tujuan dari asuhan gizi bagi ODHA secara umum yaitu mempertahankan kesehatan dan status gizi serta meningkatkan kekebalan tubuh sehingga kualitas hidup akan lebih baik. Paket asuhan gizi bagi ODHA dilakukan dalam 3 rangkaian kegiatan, yaitu:

12

a. Pemantauan Asuhan Gizi Pemantauan dilakukan dengan assessment secara ABCD. b. Intervensi Gizi Dilakukan secara komprehensif meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, bekerjasama dengan profesi lain yang terkait dengan pelayanan ODHA. c. Konseling Gizi 1) Tujuan Agar ODHA mendapatkan jaminan kebutuhan gizi yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan kemampuan / daya beli keluarga, pendamping ODHA, dan masyarakat. 2) Sasaran Keluarga/pendamping ODHA, dan masyarakat lingkungannya, serta petugas kesehatan agar ODHA mendapat asuhan gizi yang cukup, aman, dan terjangkau. 3) Materi Penyuluhan tentang HIV/AIDS dan pengaruh infeksi HIV pada status gizi (Depkes, 2003). Rekomendasi diet Interaksi obat dan makanan yang dapat terjadi Manajemen masalah terkait oral dan saluran cerna dan gejal lain yang mempengaruhi kaonsumsi dan utilisasi makanan Llife style education: a) Hygiene (makanan, air, sanitasi, personal hygiene) b) Kebiasaan hidup (merokok, alkohol, penyalahgunaan obat) c) Pentingnya aktivitas fisik d) Pentingnya cukup tidur e) Pentingnya sex yang aman f) Psycological support dapat menurunkan depresi dan stress dari pasien (World Bank, 2007)

7.

Apa diet yang cocok untuk pasien HIV positif dan AIDS, beserta tatalaksananya? Secara umum, diet yang diberikan kepada pasien dengan HIV/AIDS adalah TETP dengan berbagai modifikasi dalam pemberian sumber vitamin dan mineralnya. Lebih baik jika kita juga mempertimbangkan antioksidan dalam pemberian diet, agar berfungsi untuk melawan radikal bebas serta meningkatkan sistem imun pada tubuh. a. Tujuan diet secara umum : 1) Meningkatkan status gizi dan daya tahan tubuh. 2) Mencapai dan mempertahankan beratbadan normal. 3) Memberi asupan zat gizi makro dan mikro sesuai dengan kebutuhan. 4) Meningkatkankualitas hidup. 13

5) Menjaga interaksi obat dan makanan agar penyerapan obat lebih optimal (Depkes,2003). b. Prinsip pemberian diet : 1) Makan makanan yang mudah dicerna 2) Konsumsi makanan dalam porsi kecil sepanjang hari 3) Makan secara perlahan 4) Tunggu setidaknya jam setelah makan sebelum minum 5) Konsumsi tepung yang mudah dicerna, seperti pasta, kentang, nasi, oatmeal, roti, buah dan jus buah c. Makanan yang dihindari : 1) Minum banyak air atau kola diet 2) Kopi, teh, atau air seltzer 3) Gorengan berlemak 4) Makanan berbumbu 5) Kafein (Williams, 2007). Adapun syarat, prinsip dan tujuan diet untuk beberapa kelompok : a. Dewasa Energi. - Fase asimtomatik : E + 10% - Fase simtomatik E + 20-30% Pada orang dewasa disertai dengan wasting bisa diberikan energy 40-50 kcal/kg BBA dan protein 1,6-1,8 kg/BBA. Protein - Menurut WHO, kebutuhan protein pada penderita HIV sama dengan kebutuhan orang normal sehat 0,8-1gr/kgBB. Lemak - Untuk asupan lemak, dipilih MCT karena dapat mengurangi lemak dan nitrogen feses dan mengurangi pergerakan saluran pembuangan. d. Bumil dan Buteki Energi bumil - Fase asimtomatik: E + 10% + 285 kal - Fase simtomatik: E + 20-30% + 285 kal Energi buteki - Fase asimtomatik: E + 10% + 500 kal - Fase simtomatik: E + 20-30% + 500 kal Protein - Menurut WHO, kebutuhan protein pada penderita HIV sama dengan kebutuhan orang normal sehat 0,8-1gr/kgBB, Untuk ibu hamil dan menyusui 1,1 gr/kgBB. 14

- 1-1,4 gr/kgBB (untuk pemeliharaan) dan 1,5-2 gr/kgBB (untuk repletion lean body mass) Lemak cukup 20-30% dari kebutuhan energy total. Bila terdapat malabsorpsi lemak gunakan MCT. Dapat pula diberikan omega 3 yang diberikan bersama MCT yang berfungsi meningkatkan fungsi kekebalan. Zat Besi. Wanita hamil beresiko mengalami anemia karena defisiensi besi. WHO merekomendasikan suplementasi besi dan asam folat harian (400 ug folat dan 60 mg besi) untuk minimal 6 bulan kehamilan untuk mencegah anemia, dan 2 kalisuplementasi harian untuk menanggulangi severe anemia (Hb < 70 g/l). Untuk meningkatkan intake dan absorpsi besi, tingkatkan makanan kaya besi yang bioavailibilitasnya tinggi seperti: daging, atau konsumsi makanan tinggi vitamin C bersamaan dengan konsumsi bahan makanan sumber besi non-daging Vitamin A. utamakan konsumsi makanan kaya vitamin A selama masa kehamilan, karena suplementasi vitamin A dapat meningkatkan resiko transmisi HIV Iodine. Direkomendasikan untuk mengkonsumsi garam terfortifikasi iodine Pada masa laktasi, penambahan 500 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan kedua. Jika dalam keadaan undernourished saat hamil, maka butuh penambahan 700 kal/hari. e. Infant dan Children Tujuan :

Mencegah malnutrisi, meningkatkan status gizi bayi dan anak, mengurangi transmisi HIV dari ibu ke anak setelah kelahiran, meningkatkan bayi-bayi HIV-free survival Energi anak Fase asimtomatik: E + 10% Fase simtomatik tanpa diare: E + 20-30% Fase simtomatik desertai diare: E + 50-100% Pada pasien anak yang menderita HIV, pemberian makan tube feeding melalui gastrostomy terbukti dapat meningkatkan berat badan dan fat mass pada anak (Mahan dan EscottStump, 2008). Total Energi + 50-100% (Total Energi) pada anak-anak yang mengalami weight loss (WHO, 2003).

8.

Bagaimana monev untuk intervensi pasien HIV positif dan AIDS? Monitoring a. Monitoring klinis Adalah suatu kegiatan, dimana ODHA diperiksa secara teratur dan diminta untuk memberitahukan setiap gejala klinis (anemia, gangguan pencernaan, dll) dan tanda yang ada hubungannya dengan penyakitnya atau pengobatannya, termasuk monitoring berat badan. Indikator keberhasilan :

15

Pada anak : kenaikan BB 5gr/ kg BB/ hari atau 50 gr/ kgBB/minggu. Pada dewasa : mempertahankan BB pada saat didiagnosa tidak turun > 5% b. Monitoring laboratorium Pemeriksaan laborotarium yang berkaitan dengan gizi adalah sebagai berikut : Hemoglobin Pemeriksaan ini penting sekali untuk memeriksa anemia. Anemi paling sering terjadi pada penggunaan zidovudine (ZDV), yang biasanya terjadi pada minggu pertama, akan tetapi dapat terjadi secara perlahan-lahan beberapa bulan kemudian. Jika Hb < 7 g/ dl, pertimbangkan untuk mengganti obat dan intervensi dan konseling gizi untuk meningkatkan kadar hemoglobin. Hematokrit Apabila hasil pemeriksaan hematokritnya tinggi meningkat 20%, berarti ada indikasi dehidrasi. Hiperglikemia dan resistensi insulin Kadar gula darah yang tinggi akibat resistensi insulin dapat menyebabkan diabetes, dengan prevalensi 3-17%. Rata-rata 5% kasus terjadi setelah pengobatan 5 tahun, walaupun pernah dilaporkan terjadi setelah 2 bulan pengobatan. Gangguan fungsi liver Peningkatan SGPT, SGOT dan keluhan hepatitis (ikterus, anorexia, kencing berwarna teh tua) dapat terjadi pada penggunaan semua ARV dan paling sering terjadi jika terdapat koinfeksi hepatitis B atau hepatitis C. Pemeriksaan tes fungsi hati ini untuk melihat tanda dini kerusakan hati, yaitu melalui adanya enzim dalam darah yang dilepaskan oleh hati. Dikatakan hepatotoksisitas jika terdapat : Peningkatan SGOT atau SGPT 3 X dari nilai normal tertinggi dan ada gejala atau peningkatan SGOT dan SGPT 5 X dari nilai normal tertinggi - Untuk mengetahui status nutrisi dapat dilakukan pemeriksaan albumin darah. - Gangguan fungsi ginjal Obat jenis protease inhibitor menyebabkan gangguan ginjal yang dalam beberapa keadaan dapat dicegah dengan minum air yang banyak sepanjang hari. Pemeriksaan fungsi ginjal yang dilakukan adalah ureum dan kreatinin. - Dislipidemia Protease inhibitor paling sering menyebabkan dislipidemia, yaitu peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah. Kelainan tersebut biasanya timbul setelah lebih dari 6 bulan penaan obat ARV. c. Monitoring Asupan Makanan Monitoring asupan makan mencakup: jumlah, jadual dan jenis makanan menggunakan anamnesa diet dan analisis diet. Anamnesa diet terdiri dari recall 24 jam dan catatan pola 16

makan untuk mengetahui jumlah dan komposisi makanan, pola makan sehingga dapat dilakukan analisis untuk peningkatan kualitas dan kuantitas diet ODHA. Asupan makanan, minimal 80% dari kebutuhan /orang/ hari. Asupan dikatakan baik bila dapat menghabiskan > 80 %, kurang 51-80% dan buruk bila < 51%. Pada ODHA dengan masalah asupan makanan monitoring dilakukan setiap hari, yang meliputi jumlah makanan yang dikonsumsi dan daya terima terhadapa makanan yang diberikan (Kemenkes, 2010). Evaluasi Hasil edukasi maupun konseling dapat dievaluasi melalui outcome atau hasil langsung dan impact atau hasil tidak langsung. Edukasi gizi diharapkan dapat menghasilkan outcome berupa peningkatan knowledge atau pengetahuan, sementara konseling diharapkan dapat meningkatkan motivasi untuk praktek hidup sehat. Dengan adanya improvement pada knowledge dan pactice, diharapkan akan terjadi peningkatan status gizi dan kesehatan, yang dapat dinilai melalui antropometri, perubahan klinis, dan perubahan fungsional. Berikut diagram keterkaitannya :

(Castleman, 2008)

9.

Sebutkan kegunaan zat gizi spesifik kelompok umur! --Lampiran 1--

terhadap HIV positif dan AIDS, disesuaikan dengan

10. Obat-obat apa saja yang bisa mempengaruhi penyerapan zat gizi untuk pasien HIV positif dan AIDS? a. Makanan / Zat Gizi yang dapat menghambat kerja Obat

17

1) Inhibitor protease Amprenavir makanan tinggi lemak menurunkan absorpsi obat Indinavirsemua makanan, terutama yang tinggi lemak, tinggi protein, sangat mengurangi penyerapan obat 2) Nucleoside reverse trancriptase inhibitor a) Didanosin semua makanan sangat menurunkan absorpsi obat b) Zalsitabin semua makanan sangat menurunkan absorpsi obat c) Zidovudinmakanan dapat memberikan berbagai efek terhadap absorpsi obat 3) Inhibitor fusi a) Enfuvirtiddiberikan secara parenteral 4) Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor a) Efavirenzmakanan tinggi lemak mengurangi absorpsi obat (Williams, 2007) b. Obat yang dapat mempengaruhi kerja makanan 1) Obat-obatan yang menghambat absorbs nutrient dan metabolism a) soniazid maka harus ditambahkan vitamin B6 b) Rifampin maka harus ditambahkan vitamin D 2) Efek samping obat yang menimbulkan efek pada asupan makanan a) perubahan dalam rasa, mual, dan anoreksia b) bloating, heartbun, dan konstipasi c) muntah dan diare 3) Efek samping obat yang menimbulkan efek pada penyerapan nutrient ODHA yang memakai obat untuk menghambat protease maka akan menyebabkan osteoporosis atau bone disorders maka konsumsi makanannya yang tinggi kalsium (Cogill, 2009). c. Beberapa interaksi obat dan makanan pada medikasi HIV/AIDS beserta penyakit atau infeksi penyertanya : --Lampiran 2--

11. Apa saja kendala dan solusi pada intervensi pasien HIV positif dan AIDS? a. Sakit pada mulut atau tenggorokan Solusi : makanan lunak, hindari pedas dan asam, makanan dalam suhu ruang, makanan pada energi. b. Xerostomia (mulut kering) Solusi : moist food, konsumsi cairan saat makan atau antar waktu makan, meningkatkan kebersihan mulut (mis. dengan sikat gigi), gunakan flouride gel atau mouthwash, kunyah permen karet rendah gula atau mints. 18

c. Diare Solusi : penggantian cairan dan elektrolit, meningkatkan konsumsi serat larut, ada gunanya jika laktosa dikurangi, penurunan konsumsi lemak (dapat diindikasikan), hindari makanan bergas dan kafein, minum obat setelah makan. d. Konstipasi Solusi: meningkatkan konsumsi cairan, meningkatkan konsumsi serat e. Fatigue/lelah Solusi : - tidur, relaksasi dan olah raga cukup, - makanan tinggi vitamin B12, A, C, folat, karoten, Zn - hindari kafein, alkohol, rokok, penyalahgunaan obat - hindari stress dan manajemen kecemasan dan depresi - identifikasi dan manajemen kemungkinan anemia karena pengobatan (AZT, bactrim, dapsone, granciclovir) atau lainnya (alkohol, perdarahan, tuberculosis, infeksi jamur) (Mahan, 2008). f. Kehilangan nafsu makan - makan sedikit dan sering - makan-makanan favorit dan makanan kaya energy - gunakan multivitamin jika mungkin (PLWHA, 2008).

19

G. HIPOTESIS

Pasien MRS

Infeksi HIV

F. Seroconversion
(Pasien sudah terinfeksi HIV, namun beum menyadarinya)

F. Asymptomatic
(Tidak ada gejala yang nampak, tetapi HIV dalam tubuh tetap aktif)

F. Symptomatic
(Seseorang mulai merasa kurang sehat dan mengalami infeksi-infeksi opportunistik yang bukan HIV)

AIDS
(stasa akhir dari HIV yang mana terusak imun sistemnya yang masuk ke dalam opportunistik infection)

HIV Positif

Assessment
(A, B, C, D)

Intervensi

Tatalaksana Diet

Pendidikan Gizi

IOM

Syarat & Prinsip Diet

Konseling Gizi

Penyuluhan Gizi

MONEV

20

H. LEARNING ISSUES 1. 2. 3. Gambaran umum HIV/AIDS secara keseluruhan Intervensi Gizi untuk pasien HIV / AIDS Monitoring dan Evaluasi dari Intervensi untuk pasien HIV / AIDS

I. PEMBAHASAN LEARNING ISSUES 1. Gambaran Umum HIV / AIDS a. Pengertian HIV merupakan singkatan dari Human Immuno Deficiency Virus, yaitu suatu retrovirus yang menyerang dan merusak pertahanan alami tubuh terhadap penyakit dan infeksi. HIV merupakan slow acting virus yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menimbulkan gejala. (Food and Nutrition Technical Assistance Peroject, 2004). AIDS yang memiliki kepanjangan Acquired Imuno Deficiency Syndrome, adalah suatu sindrom / kumpulan gejala penyakit yang disebabkan retrovirus yang menyerang sistem kekebalan atau pertahanan tubuh (Siregar, 2004). Selain itu, AIDS merupakan stase akhir dari infeksi HIV, di mana seseorang pada stase ini terusak imun sistemnya yang masuk ke dalam oportunistik infection (tanpa nama, 2011). Sehingga dapat disimpulkan bahwa HIV dan AIDS, merupakan suatu hal yang berbeda. Karena HIV adalah virus yang menyebabkan terjadinya AIDS itu sendiri. Namun, seseorang yang terinfeksi HIV belum tentu terkena AIDS. Dalam keadaan ini pasien disebut terjangkit HIV positif, yang berarti dalam darah / tubuh seseorang ditemukan adanya Hiv namun, masih dalam stase terinfeksi atau belum parah, karena HIV belum menimbulkan komplikasi penyakit. Hal ini bisa dicegah dengan terus mempertahankan sistem kekebalan tubuh seseorang dengan menjaga asupan zat gizi dan gaya / pola hidupnya, sehingga status gizinya tetap normal, sehingga tubuh masih bisa untuk terus memberikan terhadap virus HIV agar tidak cepat berkembang menjadi stase yang lebih parah / AIDS.

b. Tanda dan Gejala 1) HIV Fever, fatigue, rash, headache, generalized lympadenopathy, pharyngitis, myalgia,

nausea,/vomiting, diarrhea, night sweats, adenopathy, oral ulcers, genital ulcers, neurological symptoms, malaise, anorexia, weight loss, wasting syndrome (Krauses, 2008). 2) AIDS a) Pada orang dewasa, 3 tanda utama AIDS adalah: - Kehilangan berat badan 10% lebih dari satu bulan tanpa penyebab. - Diare lebih dari satu bulan. - Demam yang berlangsung selama lebih dari satu bulan baik konstan atau datang dan pergi. 21

b) Pada orang dewasa, 5 tanda minor AIDS adalah: - Batuk kering yang tidak sembuh-sembuh. - Kulit gatal di seluruh tubuh. - Herpes zoster (mirip cacar air, atau disebabkan virus yang juga mengakibatkan cacar air, virus herpes) yang tak kunjung sembuh - Candidiasis, yang putih, mengangkat ruam pada mulut, lidah, atau tenggorokan - Pembengkakan kelenjar (di leher, keriak, atau selangkangan) dengan atau tanpa infeksi aktif c) Pada anak-anak, 3 tanda utama AIDS adalah: - Kehilangan berat badan dan pertumbuhan terhambat - Diare berat selama lebih dari 14 hari - Demam yang berlangsung selama lebih dari satu bulan d) Pada anak-anak, 5 tanda minor AIDS adalah: - Kulit gatal seluruh tubuh - Pembengkakan kelenjar - Candidiasis (bintik putih) di dalam mulut, lidah, atau tenggorokan - Infeksi pada telinga, tenggorokan, dan infeksi lainnya - Batuk yang tidak sembuh-sembuh (Hana,2011; Ruanghati,2011)

c. Transmisi HIV /AIDS 1) Transmisi HIV/AIDS Transmisi HIV/AIDS terjadi melalui cairan tubuh yang mengandung virus HIV yaitu melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual, jarum suntik pada pengguna narkotika, transfusi komponen darah dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkannya. Oleh karena itu kelompok risiko tinggi terhadap HIV/AIDS dapat diketahui, misalnya pengguna narkotika, pekerja seks komersial dan pelanggannya, serta narapidana. a) Transmisi Seksual Terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Ada beberapa cara seks yang dapat meningkatkan resiko HIV : - Ano-genital: disebabkan karena tipisnya mukosa rektum sehingga mudah sekali mengalami perlukaan saat berhubungan. - Oro-genital : menelan semen dari mitra seksual pengidap HIV. - Genito-genital : disebut juga hetero seksual, terjadi pada hubungan suami istri yang

salah seorang telah mengidap HIV. b) Transmisi Non Seksual 22

- Penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya seperti alat tindik yang terkontaminasi HIV. - Melalui donor/transfusi darah yang terjangkit HIV, resiko tertular melalui cara ini >90%. - Transmisi HIV dari ibu ke anak, dapat terjadi melalui rahim (in utero) selama masa perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. - Melalui ASI dari Ibu ke Bayi. (USU ; aidsinfo, 2011) Transmisi HIV / AIDS melalui air liur, sekedar berjabat tangan, sentuhan kulit dengan penderita, dapat dinyatakan tidak benar. Karena belum ada penelitian yang mengatakan bahwa transmisi HIV / AIDS melalui cairan selain darah dan cairan intravaginal atau sperma dapat menularkan HIV / AIDS.

d. Patofisiologi Proses infeksi virus ke dalam sel limfosit T atau sel T4 atau sel CD4 adalah sebagai berikut :

1) Binding and Fusion Glikoprotein GP120 pada HIV berikatan dengan reseptor CD4 dan co-reseptor CCR5 atau CXCR4 pada sel limfosit T. HIV akan berfusi dengan sel host, kemudian melepaskan materi genetic (RNA) ke dalam sel host. 2) Reverse Transcription (Transkripsi terbalik) 23

Enzim reverse transcriptase mengubah single stranded RNA HIV menjadi double stranded DNA HIV. 3) Integration DNA HIV memasuki nucleus host. Enzim HIV bernama integrase akan mengintegrasikan (menyembunyikan) DNA HIV ke DNA sel host. DNA yang telah terintegrasi disebut sebagai provirus, yang dapat bertahan selama bertahun-tahun dalam inti sel host dalam bentuk inaktik, untuk memproduksi beberapa copy HIV, atau tidak memproduksi sama sekali. 4) Transcription Ketika sel host melakukan transkripsi DNAnya, maka provirus akan turut melakukan transkripsi dengan bantuan RNA polymerase untuk membentuk RNA (copy materi genomic) dan mRNA yang berfungsi sebagai blueprint untuk membentuk protein long chain HIV. 5) Assembly Enzim HIV yang bernama protease akan memotong protein HIV rantai panjang untuk membentuk protein individual yang lebih pendek, yang akan disatukan dengan RNA HIV yang baru, sehingga terbentuk partikel HIV baru. 6) Budding HIV baru akan keluar dari sel host dengan cara budding (seperti bertunas). Ketika budding, bagian amplop akan terbentuk, disertai dengan pembentukan tonjolan-tonjolan paku glikoprotein, sehingga virus yang baru juga dapat menginfeksi sel host lain, seperti halnya virus induknya.

Sedangkan pengaruhnya terhadap sistem imun adalah sebagai berikut; Pada awal infeksi, HIV bereplikasi secara cepat dan melepaskan jutaan partikel viral baru selama beberapa minggu. Populasi partikel viral pada darah dapat mencapai 10.000.000/mL. Pada awal infeksi inilah seorang penderita HIV berisiko tinggi menularkan HIV karena konsentrasi virus dalam darah yang sangat tinggi, serta tidak timbulnya awareness karena ketiadaan gejala yang berarti (asymptomatic infection stage). Pada stage ini, seiring dengan bertambahnya jumlah virus 24

dalam tubuh, jumlah sel TH akan berkurang dengan cepat. Penurunan sel TH tersebut diakibatkan oleh perusakan oleh virus, regenerasi yang menurun, dan usaha kelenjar limfe untuk menahan aktivitas limfosit tetap berada di pembuluh limfe sehingga tidak terus menyebar ke sirkulasi darah. Dengan adanya penurunan sel TH, tubuh akan membuat antibody terhadap HIV, sehingga jumlah HIV menurun, sementara tubuh akan memasuki pengaktifan sistem yang

bersifat exceptional (hanya terjadi pada kondisi tertentu, yang dalam hal ini adalah kondisi infeksi HIV), dimana sel TH baik dalam bentuk CD4 maupun CD8 akan meningkat untuk menekan pertumbuhan virus. Pada saat tersebut, DNA HIV pada sel TH yang telah terinfeksi akan menghentikan aktivitas selama beberapa saat. Ketika sistem imun tubuh mengalami kegagalan, jumlah virus akan meningkat. Kegagalan sistem imun tubuh biasanya dalam bentuk disfungsi limfosit T (terutama CD4), yang ditandai oleh perubahan TH1 mnjadi TH2, munculnya antigen yang menandakan disfungsi sel, penurunan produksi interleukin-2, dan hilangnya respon imun terhadap reaksi antigen. Kegagalan tersebut akan mengakibatkan tubuh host akan rentan terhadap infeksi. Tanpa adanya pengobatan, dalam sehari dapat diproduksi 100 miliar partikel HIV baru pada jaringan limpa, yang akan terus menerus diserang oleh makrofag dan antibody. Dalam sehari juga akan diproduksi 2 juta sel T sebagai bentuk respon pertumbuhan virus yang besar. Ketika sel T tidak dapat mengatasi serangan HIV, maka tubuh tidak akan dapat memproduksi sel T kembali untuk dapat menekan pertumbuhan virus. Jika CD4 count mencapai <200/mm3, maka host divonis mengalami AIDS. (Seiter, 2011; Li, 2005)

e. Manifestasi klinis AIDS 1) Manifestasi tumor: a) Sarkoma kaposi Kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Frekuensi kejadiannya 36-50%, biasanya terjadi pada kelompok homoseksual dan jarang terjadi pada pasangan heteroseksual serta jarang menjadi penyebab kematian primer. b) Limfoma ganas Terjadi setelah sarkoma kaposi dan menyerang saraf dan bertahan kurang lebih 1 tahun. 2) Manifestasi oportunistik a) Manifestasi pada paru-paru - Pneumonia Pneumocytis (PCP) - Cytomelago Virus (CMV) - Mycobacterium Avilum 25

- Mycobacterium Tuberculosis b) Manifestasi gastrointestinal Tidak ada nafsu makan, diare kronis, berat badan turun lebih dari 10% perbulan. c) Manifestasi neurologis Sekitar 10% kasus AIDS menunjukkan manifestasi neurologis yang biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan saraf yang umum ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati, dan neuropati perifer (Siregar, 2004).

2.

Intervensi untuk Pasien HIV / AIDS a. Status Gizi Pasien HIV / AIDS

(image from ECSA-HC, FANTA, adn LINKAGES;2008)

Gambar di atas dapat diibaratkan sebagai lingkaran setan yang berisi keterkaitan antara penurunan sistem imun dengan kebutuhan intake energi dan zat gizi. Dijelaskan bahwa bila sistem imun menurun, maka dapat memperbesar resiko tubuh untuk terkena infeksi, sehingga membutuhkan intake zat gizi yang bertambah pula. Bila intake zat gizi tidak dipenuhi secara cukup, maka keadaan status gizi buruk akan terjadi. Kondisi inilah yang mungkin terjadi pada tubuh seorang penderita HIV/AIDS yang mengalami malnutrition. Adapun beberapa penyebab kondisi tubuh / status gizi pasien HIV / AIDS mengalami malnutrition, diantaranya : 1) Penurunan intake makanan Adanya kehilangan nafsu makan (appetite loss) akibat anorexia, kesulitan makan (eating difficulty) akibat infeksi seperti nyeri mulut dan demam, adanya efek samping medikasi, serta adanya rasa depresi akibat social stigma dan ketidakmampuan psikologis dalam menghadapi kondisi sakit dapat menyebabkan penurunan intake makanan seorang penderita HIV. Penurunan

26

intake berakibat pada tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh, sehingga dapat timbul malnutrisi. 2) Gangguan absorpsi HIV dapat menyebabkan kerusakan sel intestinal sehingga penyerapan zat gizi terutama KH dan lemak akan terhambat, yang berakibat pada malabsorpsi vitamin-vitamin larut lemak. Adanya diare juga menyebabkan gangguan penyerapan dan banyaknya nutrient loss (WHO, 2002). 3) Perubahan metabolisme Dengan adanya gangguan absorpsi, maka terjadi perubahan pola metabolisme, dimana kekurangan intake dikompensasi dengan pembongkaran cadangan. Menipisnya cadangan akan menyebabkan muscle wasting. 4) Infeksi dan penyakit kronis Infeksi dan penyakit kronis menyebabkan peningkatan kebutuhan energi dan zat gizi. Tetapi infeksi cenderung menyebabkan penurunan nafsu makan yang berakibat pada rendahnya intake sehingga menyebabkan weight loss, penurunan muscle/lean mass, dan peningkatan kerusakan imun tubuh (Food and Nutrition Technical Assistance, 2001).

b. Tatalaksana Gizi Terapi pada Penderita HIV/AIDS Status gizi ODHA sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan asupan zat gizi. Asupan zat gizi yang tidak memenuhi kebutuhan dapat menyebabkan kekurangan gizi yang bersifat kronis dan pada stadium AIDS terjadi keadaan kurang gizi yang kronis dan drastis yang mengakibatkan penurunan resistensi terhadap infeksi lainnya. Adapun tujuan dari asuhan gizi bagi ODHA secara umum yaitu mempertahankan kesehatan dan status gizi serta meningkatkan kekebalan tubuh sehingga kualitas hidup akan lebih baik. Paket asuhan gizi bagi ODHA dilakukan dalam 3 rangkaian kegiatan, yaitu: 1) Pemantauan Asuhan Gizi Pemantauan dilakukan dengan assessment secara ABCD. 2) Intervensi Gizi Dilakukan secara komprehensif meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, bekerjasama dengan profesi lain yang terkait dengan pelayanan ODHA. 3) Konseling Gizi a) Tujuan Agar ODHA mendapatkan jaminan kebutuhan gizi yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan kemampuan / daya beli keluarga, pendamping ODHA, dan masyarakat. b) Sasaran Keluarga/pendamping ODHA, dan masyarakat lingkungannya, serta petugas kesehatan agar ODHA mendapat asuhan gizi yang cukup, aman, dan terjangkau. 27

c) Materi Penyuluhan tentang HIV/AIDS dan pengaruh infeksi HIV pada status gizi (Depkes, 2003). Rekomendasi diet Interaksi obat dan makanan yang dapat terjadi Manajemen masalah terkait oral dan saluran cerna dan gejal lain yang mempengaruhi kaonsumsi dan utilisasi makanan Llife style education: - Hygiene (makanan, air, sanitasi, personal hygiene) - Kebiasaan hidup (merokok, alkohol, penyalahgunaan obat) - Pentingnya aktivitas fisik - Pentingnya cukup tidur - Pentingnya sex yang aman - Psycological support dapat menurunkan depresi dan stress dari pasien (World Bank, 2007) c. Tatalaksana Diet Secara umum, diet yang diberikan kepada pasien dengan HIV/AIDS adalah TETP dengan berbagai modifikasi dalam pemberian sumber vitamin dan mineralnya. Lebih baik jika kita juga mempertimbangkan antioksidan dalam pemberian diet, agar berfungsi untuk melawan radikal bebas serta meningkatkan sistem imun pada tubuh. 1) Tujuan diet secara umum : a) Meningkatkan status gizi dan daya tahan tubuh. b) Mencapai dan mempertahankan beratbadan normal. c) Memberi asupan zat gizi makro dan mikro sesuai dengan kebutuhan. d) Meningkatkankualitas hidup. e) Menjaga interaksi obat dan makanan agar penyerapan obat lebih optimal (Depkes,2003). 2) Prinsip pemberian diet : a) Makan makanan yang mudah dicerna b) Konsumsi makanan dalam porsi kecil sepanjang hari c) Makan secara perlahan d) Tunggu setidaknya jam setelah makan sebelum minum e) Konsumsi tepung yang mudah dicerna, seperti pasta, kentang, nasi, oatmeal, roti, buah dan jus buah 3) Makanan yang dihindari : a) Minum banyak air atau kola diet b) Kopi, teh, atau air seltzer c) Gorengan berlemak d) Makanan berbumbu 28

e) Kafein (Williams, 2007). Adapun syarat, prinsip dan tujuan diet untuk beberapa kelompok : 1) Dewasa Energi. - Fase asimtomatik : E + 10% - Fase simtomatik E + 20-30% Pada orang dewasa disertai dengan wasting bisa diberikan energy 40-50 kcal/kg BBA dan protein 1,6-1,8 kg/BBA. Protein - Menurut WHO, kebutuhan protein pada penderita HIV sama dengan kebutuhan orang normal sehat 0,8-1gr/kgBB. Lemak - Untuk asupan lemak, dipilih MCT karena dapat mengurangi lemak dan nitrogen feses dan mengurangi pergerakan saluran pembuangan. 2) Bumil dan Buteki Energi bumil - Fase asimtomatik: E + 10% + 285 kal - Fase simtomatik: E + 20-30% + 285 kal Energi buteki - Fase asimtomatik: E + 10% + 500 kal - Fase simtomatik: E + 20-30% + 500 kal Protein - Menurut WHO, kebutuhan protein pada penderita HIV sama dengan kebutuhan orang normal sehat 0,8-1gr/kgBB, Untuk ibu hamil dan menyusui 1,1 gr/kgBB. - 1-1,4 gr/kgBB (untuk pemeliharaan) dan 1,5-2 gr/kgBB (untuk repletion lean body mass) Lemak cukup 20-30% dari kebutuhan energy total. Bila terdapat malabsorpsi lemak gunakan MCT. Dapat pula diberikan omega 3 yang diberikan bersama MCT yang berfungsi meningkatkan fungsi kekebalan. Zat Besi. Wanita hamil beresiko mengalami anemia karena defisiensi besi. WHO merekomendasikan suplementasi besi dan asam folat harian (400 ug folat dan 60 mg besi) untuk minimal 6 bulan kehamilan untuk mencegah anemia, dan 2 kalisuplementasi harian untuk menanggulangi severe anemia (Hb < 70 g/l). Untuk meningkatkan intake dan absorpsi besi, tingkatkan makanan kaya besi yang bioavailibilitasnya tinggi seperti: daging, atau konsumsi makanan tinggi vitamin C bersamaan dengan konsumsi bahan makanan sumber besi non-daging

29

Vitamin A. utamakan konsumsi makanan kaya vitamin A selama masa kehamilan, karena suplementasi vitamin A dapat meningkatkan resiko transmisi HIV Iodine. Direkomendasikan untuk mengkonsumsi garam terfortifikasi iodine Pada masa laktasi, penambahan 500 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan kedua. Jika dalam keadaan undernourished saat hamil, maka butuh penambahan 700 kal/hari. 3) Infant dan Children Tujuan :

Mencegah malnutrisi, meningkatkan status gizi bayi dan anak, mengurangi transmisi HIV dari ibu ke anak setelah kelahiran, meningkatkan bayi-bayi HIV-free survival Energi anak Fase asimtomatik: E + 10% Fase simtomatik tanpa diare: E + 20-30% Fase simtomatik desertai diare: E + 50-100% Pada pasien anak yang menderita HIV, pemberian makan tube feeding melalui gastrostomy terbukti dapat meningkatkan berat badan dan fat mass pada anak (Mahan dan EscottStump, 2008). Total Energi + 50-100% (Total Energi) pada anak-anak yang mengalami weight loss (WHO, 2003). d. Interaksi Obat dan Makanan 1) Makanan / Zat Gizi yang dapat menghambat kerja Obat a) Inhibitor protease Amprenavir makanan tinggi lemak menurunkan absorpsi obat Indinavirsemua makanan, terutama yang tinggi lemak, tinggi protein, sangat mengurangi penyerapan obat b) Nucleoside reverse trancriptase inhibitor Didanosin semua makanan sangat menurunkan absorpsi obat Zalsitabin semua makanan sangat menurunkan absorpsi obat Zidovudinmakanan dapat memberikan berbagai efek terhadap absorpsi obat c) Inhibitor fusi Enfuvirtiddiberikan secara parenteral d) Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor Efavirenzmakanan tinggi lemak mengurangi absorpsi obat (Williams, 2007) 2) Obat yang dapat mempengaruhi kerja makanan a) Obat-obatan yang menghambat absorbs nutrient dan metabolism soniazid maka harus ditambahkan vitamin B6 Rifampin maka harus ditambahkan vitamin D

30

b) Efek samping obat yang menimbulkan efek pada asupan makanan perubahan dalam rasa, mual, dan anoreksia bloating, heartbun, dan konstipasi muntah dan diare c) Efek samping obat yang menimbulkan efek pada penyerapan nutrient ODHA yang memakai obat untuk menghambat protease maka akan menyebabkan osteoporosis atau bone disorders maka konsumsi makanannya yang tinggi kalsium (Cogill, 2009). 3) Beberapa interaksi obat dan makanan pada medikasi HIV/AIDS beserta penyakit atau infeksi penyertanya : --Lampiran 2--

3.

Monitoring dan Evaluasi dari Intervensi HIV / AIDS Monitoring a. Monitoring klinis Adalah suatu kegiatan, dimana ODHA diperiksa secara teratur dan diminta untuk memberitahukan setiap gejala klinis (anemia, gangguan pencernaan, dll) dan tanda yang ada hubungannya dengan penyakitnya atau pengobatannya, termasuk monitoring berat badan. Indikator keberhasilan : Pada anak : kenaikan BB 5gr/ kg BB/ hari atau 50 gr/ kgBB/minggu. Pada dewasa : mempertahankan BB pada saat didiagnosa tidak turun > 5% b. Monitoring laboratorium Pemeriksaan laborotarium yang berkaitan dengan gizi adalah sebagai berikut : Hemoglobin Pemeriksaan ini penting sekali untuk memeriksa anemia. Anemi paling sering terjadi pada penggunaan zidovudine (ZDV), yang biasanya terjadi pada minggu pertama, akan tetapi dapat terjadi secara perlahan-lahan beberapa bulan kemudian. Jika Hb < 7 g/ dl, pertimbangkan untuk mengganti obat dan intervensi dan konseling gizi untuk meningkatkan kadar hemoglobin. Hematokrit Apabila hasil pemeriksaan hematokritnya tinggi meningkat 20%, berarti ada indikasi dehidrasi. Hiperglikemia dan resistensi insulin Kadar gula darah yang tinggi akibat resistensi insulin dapat menyebabkan diabetes, dengan prevalensi 3-17%. Rata-rata 5% kasus terjadi setelah pengobatan 5 tahun, walaupun pernah dilaporkan terjadi setelah 2 bulan pengobatan. Gangguan fungsi liver

31

Peningkatan SGPT, SGOT dan keluhan hepatitis (ikterus, anorexia, kencing berwarna teh tua) dapat terjadi pada penggunaan semua ARV dan paling sering terjadi jika terdapat koinfeksi hepatitis B atau hepatitis C. Pemeriksaan tes fungsi hati ini untuk melihat tanda dini kerusakan hati, yaitu melalui adanya enzim dalam darah yang dilepaskan oleh hati. Dikatakan hepatotoksisitas jika terdapat : Peningkatan SGOT atau SGPT 3 X dari nilai normal tertinggi dan ada gejala atau peningkatan SGOT dan SGPT 5 X dari nilai normal tertinggi - Untuk mengetahui status nutrisi dapat dilakukan pemeriksaan albumin darah. - Gangguan fungsi ginjal Obat jenis protease inhibitor menyebabkan gangguan ginjal yang dalam beberapa keadaan dapat dicegah dengan minum air yang banyak sepanjang hari. Pemeriksaan fungsi ginjal yang dilakukan adalah ureum dan kreatinin. - Dislipidemia Protease inhibitor paling sering menyebabkan dislipidemia, yaitu peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah. Kelainan tersebut biasanya timbul setelah lebih dari 6 bulan penaan obat ARV. c. Monitoring Asupan Makanan Monitoring asupan makan mencakup: jumlah, jadual dan jenis makanan menggunakan anamnesa diet dan analisis diet. Anamnesa diet terdiri dari recall 24 jam dan catatan pola makan untuk mengetahui jumlah dan komposisi makanan, pola makan sehingga dapat dilakukan analisis untuk peningkatan kualitas dan kuantitas diet ODHA. Asupan makanan, minimal 80% dari kebutuhan /orang/ hari. Asupan dikatakan baik bila dapat menghabiskan > 80 %, kurang 51-80% dan buruk bila < 51%. Pada ODHA dengan masalah asupan makanan monitoring dilakukan setiap hari, yang meliputi jumlah makanan yang dikonsumsi dan daya terima terhadapa makanan yang diberikan (Kemenkes, 2010). Evaluasi Hasil edukasi maupun konseling dapat dievaluasi melalui outcome atau hasil langsung dan impact atau hasil tidak langsung. Edukasi gizi diharapkan dapat menghasilkan outcome berupa peningkatan knowledge atau pengetahuan, sementara konseling diharapkan dapat meningkatkan motivasi untuk praktek hidup sehat. Dengan adanya improvement pada knowledge dan pactice, diharapkan akan terjadi peningkatan status gizi dan kesehatan, yang dapat dinilai melalui antropometri, perubahan klinis, dan perubahan fungsional. Berikut diagram keterkaitannya :

32

(Castleman, 2008)

33

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KESIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa HIV dan AIDS, merupakan suatu hal yang berbeda. Karena HIV adalah virus yang menyebabkan terjadinya AIDS itu sendiri. Namun, seseorang yang terinfeksi HIV belum tentu terkena AIDS. Dalam keadaan ini pasien disebut terjangkit HIV positif, yang berarti dalam darah / tubuh seseorang ditemukan adanya Hiv namun, masih dalam stase terinfeksi atau belum parah, karena HIV belum menimbulkan komplikasi penyakit. Hal ini bisa dicegah dengan terus mempertahankan sistem kekebalan tubuh seseorang dengan menjaga asupan zat gizi dan gaya / pola hidupnya, sehingga status gizinya tetap normal, sehingga tubuh masih bisa untuk terus memberikan terhadap virus HIV agar tidak cepat berkembang menjadi stase yang lebih parah / AIDS.

REKOMENDASI Sebaiknya mahasiswa dikasih keleluasaan lagi untuk mengetahui intervensi terhadap pasien HIV / AIDS secara keseluruhan, tidak hanya terbatas pasa intervensi gizi saja.

34

DAFTAR PUSTAKA

Alcorn, keith. 2010. Stem Cell Transplant Has Cured HIV Infection in Berlin Patient. *online+ http://www.aidsmap.com Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Anonim. 2011. HIV and Its Treatment.U.S. AIDS Info. Dalam

http://www.aidsinfo.nih.gov/ContentFiles/HIVandItsTreatment_cbrochure_en.pdf. Diakses pada Senin 12 Maret 2012 Pukul 15.35 WIB. Anonim. 2011. Whats is HIV/AIDS?. [online] http://aids.gov Anonim. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara. Dalam

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23458/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada Senin 12 Maret 2012 Pukul 14.05 WIB. Borchers, AT., Keen, C L., Gershwin, M E. 2005. Encyclopedia of Human Nutrition. Second Edition. Elsevier Academic Press Castleman, Tony, Megan Deitchler, dan Alison Tumilowicz. 2008. Monitoring and Evaluation of Nutrition Assessment, Education and Counseling of People Living with HIV. Washington DC: Food and Nutrition Technical Assistance Project. Cogill, bruce. 2009. Management of Food and Drug Interactions in HIV/AIDS Therapy Depkes RI. 2003. Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan dan Pengobatan bagiOdha: Buku pedoman untuk petugas kesehatan dan petugas lainnya. DirektoratJenderal Pemberantasa Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan. Dalam http://www.scribd.com/doc/51896899/TATA-LAKSANA-GIZI-THERAPIPADA-PENDERITA-HIV. Diakses pada Senin 12 Maret 2012 Pukul 17.41 WIB. Depkes Uganda. Comprehensive Nutrition Care for People Living with HIV/AIDS, Fik acility Based for Health Care Manual. www.health.go.ug/nutrition/.../hiv/Nutrition_HIV_Facilitators_Trainers_Manual.pdf Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan Ri. 2010. Pedoman Pelayanan Gizi Bagi ODHA. http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/01/bukuodha-rev5.pdf East Central and Southern African Health Community Secretariat (ECSA-HC), the Food and Nutrition Family Health International. Tanpa tahun. Apa Itu HIV/AIDS?. http://www.kswann.com/WhatisHIVAIDS.pdf FAO. 2006. Nutritional Care and Support for People Living With HIV/AIDS Food and Nutrition Technical Assistance Project. 2001. HIV/AIDS: A Guide for Nutrition, Care and Support. Washington DC: Food and Nutrition Technical Assistance Project. Food and Nutrition Technical Assistance Project. 2004. HIV/AIDS: A Guide For Nutritional Care and Support 2nd Edition. Washington DC: Food and Nutrition Technical Assistance Project. 35

Food and Nutrition Technical Assistance. 2004. HIV/AIDS : A Guide for Nutritional Care and Support Hana, abu. 2011. Dalam Tanya Jawab seputar HIV/AIDS bersama ODHA Info HIV & AIDS | Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. http://www.aidsindonesia.or.id/dasar-hiv-aids Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelayanan Gizi bagi ODHA. Li, Tai-sheng. 2005. Guidelines for diagnosis and treatment of HIV/AIDS in China. Chinese Medical Journal 2006; 119 (19):1589-1608 Makis, Nurkhalis. 2010. Gizi Bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).[online] http://pkvhi.org PLWHA. 2008. Nutritional Care for PLWHA. Training Manual for Community and Homebased Care Providers Pria Ini Sembuh Total dari HIV/AIDS. http://unik.kompasiana.com/2011/01/21/pria-ini-sembuh-total-darihivaids/. Seiter, Julie, Marion Fass, Ethel Stanley, and Margaret Waterman. (2011). HIV/AIDS: Biology and Treatment. Biology International Vol. 49 pp: 86-95. Siregar, Fazidah A. 2004. Pengenalan Dan Pencegahan AIDS. [online] http://respitory.usu.ac.id) Siregar, Fazidah A. 2004. Pengenalan dan Pencegahan AIDS. FKM Universitas Sumatera Utara Syafar, Nurpudji A. Taslim, Rusdi Razak. 2009. Pengaruh Konseling Gizi Pada Anak Penderita HIV/AIDS Untuk Perubahan Perilaku Makan dan Status Gizi di RSUP dr Wahidin Sudirohusodo Makassar. Technical Assistance (FANTA) ans LINKAGES. 2008. Nutrition and HIV/AIDS: A Training Manual for Nurses and Midwives. http://www.pronutrition.org/files/NHANM_Training_Manual_Complete.pdf The World Bank. 2007. HIV/AIDS, Nutrition, And Food Security : What We Can Do. A Synthesis of International Guidance WHO. 2002. Living Well with HIV/AIDS WHO. 2003. Nutrients Requirements for People Living With HIV/AIDS WHO. 2006. Palliative Care for People Living with HIV/AIDS; Clinical Protocol for the WHO European Region. Copenhagen: WHO Regional Office for Europe. Widiyanto, S. Gunawan. 2008. Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Wanita Pekerja Seksual (WPS) dalam VCT Ulang di Lokalisasi Sunan Kuning Semarang. Tesis. Universitas Diponegoro Williams, Lippicort. 2007. Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah Ed2. Jakarta: EGC

36

TIM PENYUSUN

Ketua
Sekretaris

: Regina
: Zainabul Kubro Putririma Nuraisyah

Anggota

: Lina Dwi Mawarni Dheby Cinthia P

Ni Luh Ayu Megasari


Agita Timora H Desi Silvia I Frila Dana Mitta Etriana Wijayanti Fasilitator : Kiswatul

Proses diskusi : Secara umum, proses diskusi berjalan lancar, karena jawaban-jawaban untuk tiap problem dapat terselesaikan dan pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan. Pada DK1, hampir semua PI terjawab secara brainstorming, hingga dapat dilakukan pembuatan hipotesis sementara. Pada DK3, semua PI terjawab dengan menggunakan literature. Fasilitator mampu mengarahkan diskusi agar tidak terlalu luas dan tidak fokus, sehingga PI yang diharapkan mampu tercapai dan terbahas. Fasilitator juga memberi masukan-masukan agar diskusi dapat berjalan menjadi lebih lancar dan mengalir.

37

You might also like