You are on page 1of 15

KASUS PENYIMPANGAN SOSIAL

Dimas Y, Nyalliska W, Priyo Imam, Hilmi A, Fandy A, Prillia N X-8

Latar belakang masalah

Semua manusia di bumi ini tentunya tidak menginginkan adanya masalah yang timbul disebabkan oleh orang lain maupun diri sendiri. Sebisa mungkin mereka menghindari adanya kejadian-kejadian dan tindakan-tindakan kriminalitas. Namun terkadang, walaupun mereka telah berusaha menghindarinya, dengan tingkat kriminalitas tinggi seperti sekarang ini, masalah selalu datang tanpa dapat terelakkan. Dalam sebuah masalah, tentu terdapat pihak yang benar dan yang salah. Namun terkadang masyarakat sering salah menilai pihak mana yang benar dan pihak mana yang salah. Begitu juga dalam sebuah kasus penyimpangan, orang sering salah menilai perbuatan mana yang menyimpang dan perbuatan mana yang tidak menyimpang. Perbuatan menyimpang tidak hanya dilakukan oleh kriminal, namun dilakukan oleh siapapun yang berperilaku tidak sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Yang terjadi karena orang tersebut mengabaikan norma atau tidak mematuhi patokan baku dalam masyarakat sehingga sering dikaitkan dengan istilah-istilah negatif (Muin, 2006:153). Apabila seseorang melakukan penyimpangan sosial, orang tersebut semestinya diberikan pengendalian sosial. Namun, bagaimana jika timbul suatu kebingungan apakah yang telah dilakukan merupakan sebuah penyimpangan atau bukan?

Mengambil sebuah situasi sebagai contoh. Seorang individu dirampok di rumahnya. Dia diancam dibunuh sampai akhirnya terjadi pergulatan yang mengakibatkan sang perampok tewas. Situasi ini tidak jarang didapati, pembelaan diri berakhir menjadi sebuah tindak kejahatan. Maka dari itu, penting bagi masyarakat dan orang-orang di sekitar untuk menelaah makna dan penyebab penyimpangan untuk mengetahui apakah perilaku tersebut termasuk menyimpang

Metode penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Studi pustaka, atau studi kepustakaan, adalah usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti (Rodhiah, 2010). Studi pustaka sangat penting untuk mengetahui perkembangan terbaru tentang masalah yang dibahas melalui data sekunder, dapat berupa internet maupun buku. Menurut Nazir (1998:112) studi kepustakaan adalah penting, dilakukan dengan cara menentukan topik, kemudian melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik yang dibahas.

Landasan Teori

Pengertian perilaku menyimpang dapat disederhanakan menjadi setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Perilaku seperti ini terjadi karena seseorang mengabaikan norma atau tidak mematuhi patokan baku dalam masyarakat sehingga sering dikaitkan dengan istilah-istilah negatif (Muin, 2006:153). Perilaku menyimpang disebut nonkonformitas, sementara yang tidak menyimpang disebut konformitas. (Hartanto, 2009:22). Konformitas yaitu sikap menerima tujuan budaya yang telah disepakati masyarakat dan berusaha mencapai tujuan tersebut juga dengan cara-cara yang legal dan disepakati masyarakat (Muin, 2006:157). Norma adalah petunjuk atau patokan perilaku yang dibenarkan dan pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosial dalam suatu kelompok masyarakat tertentu (Muin, 2006:54) Pembelaan diri atau Pertahanan diri adalah tindakan membela diri, membela harta atau kekayaan dari orang lain yang dapat membahayakan diri (Kopel, 2008).

Definisi

Menurut James Vander Zander, perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah orang. Bruce J. Cohen pernah mengemukakan bahwa perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Kesimpulan yang ditarik kemudian hari oleh Muin (2006:153) adalah pengetian perilaku menyimpang dapat disederhanakan menjadi setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Perilaku seperti ini terjadi karena seseorang mengabaikan norma atau tidak mematuhi patokan baku dalam masyarakat sehingga sering dikaitkan dengan istilah-istilah negatif. Intinya, orang yang berperilaku menyimpang telah melanggar norma yang berlaku dalam masyarakat tempat ia tinggal. Tindakan ini dikatakan tidak konformis dengan norma sosial.

Jenis-jenisnya

Dalam penyimpangan sosial, terdapat berbagai macam penyimpangan. Menurut Muin (2006:161) penyimpangan sosial dibagi berdasarkan kekerapannya, dan berdasarkan jumlah orang yang terlibat. Berdasarkan kekerapannya, penyimpangan sosial dibagi menjadi penyimpangan sosial primer dan penyimpangan sosial sekunder. Penyimpangan sosial primer bersifat sementara sedangkan penyimpangan sosial sekunder bersifat terus-menerus meskipun telah diberikan sanksi-sanksi. Perilaku penyimpangan sosial primer masih bisa diterima di dalam masyarakatnya sedangkan pelaku penyimpangan sosial sekunder tidak. Berdasarkan jumlah orang yang terlibat, penyimpangan sosial dibagi menjadi penyimpangan individu dan penyimpangan kelompok. Penyimpangan individu dilakukan sendiri tanpa orang lain. Sedangkan penyimpangan kelompok terjadi apabila penyimpangan tersebut dilakukan bersama-sama dalam suatu kelompok tertentu.

Faktor-faktor penyebabnya

Faktor penyimpangan adalah suatu sebab atau situasi yang mendesak seseorang untuk berbuat menyimpang, baik itu positif ataupun negatif. Salah satu faktornya adalah sikap mental seseorang yang tidak sehat atau menimpang dari pemikiran umum. Faktor lainnya adalah ketidakharmonisan keluarga atau yang biasa disebut Broken Home yang biasanya menyebabkan para remaja untuk berbuat menyimpang. Adapun faktor yang lain yaitu pelampiasan rasa kecewa seseorang misalnya bunuh diri selain itu juga karena dorongan kebutuhan ekonomi, pengaruh dari media massa, keinginan untuk dipuji, proses belajar yang menyimpang dan yang paling utama adalah kegagalan proses sosialisasi (Hartanto, 2009:26).

Teori Penyimpangan

Terdapat beberapa teori penyimpangan, yaitu teori biologi, teori psikologi, teori sosialisasi, teori anomie, teori labeling, teori konflik, dan teori pengendalian sosial (Hartanto, 2009:23). Dalam teori biologi, sejumlah ilmuwan seperti Lombroso, Kretschmer, Hooton, Von Hentig, dan Sheldon menyatakan bahwa orang yang memiliki tipe tubuh tertentu lebih cenderung melakukan perbuatan menyimpang. Teori psikologi menyatakan bahwa penyakit mental dan gangguan kepribadian berkaitan erat dengan beberapa bentuk perilaku menyimpang. Teori sosialisasi berpendapat bahwa perilaku menyimpang merupakan hasil dari proses sosialisasi tidak sempurna. Teori anomie, menurut Emile Durkheim dan Robert K. Merton, penyimpangan terjadi karena adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara formal untuk mencapai tujuan. Teori labeling menyatakan bahwa penyimpangan terjadi karena diberinya cap menyimpang oleh masyarakat sehingga pelaku penyimpangan didasari oleh keinginan untuk membenarkan peramalan diri. Teori konflik dibagi menjadi konflik budaya dan konflik sosial. Dalam teori pengendalian sosial, penyimpangan terjadi karena lemahnya pengendalian sosial.

Definisi Pembelaan diri

Pembelaan diri atau Pertahanan diri adalah tindakan membela diri, membela harta atau kekayaan dari orang lain yang dapat membahayakan diri (Kopel, 2008). Pembelaan diri dilakukan oleh seseorang apabila orang tersebut merasa terancam dan dalam bahaya. Pembelaan diri dapat berupa sikap menyerang, bersembunyi, atau bertahan.

Analisis Situasi

Seorang individu dirampok di rumahnya. Dia diancam dibunuh sampai akhirnya terjadi pergulatan yang mengakibatkan sang perampok tewas. Dalam kasus berikut, terlihat jelas bahwa sang perampok melakukan penyimpangan. Motif perampok tidak diketahui, namun kemungkinan besar faktor penyimpangan ini dikarenakan adanya dorongan kebutuhan ekonomi. Apakah orang yang diancam dan dirampok termasuk melakukan penyimpangan sosial karena telah membunuh perampok tersebut? Ataukah hanya merupakan satu bentuk pembelaan diri? Jika berdasarkan definisi yang telah dijabarkan, yang telah dilakukannya adalah bentuk pembelaan diri karena ia berusaha melindungi dirinya sendiri dan hartanya dari perampok dengan cara menyerang balik. Di dalam faktor-faktor penyimpangan juga tidak disebutkan bahwa

Individu itu mungkin tidak dibenarkan di mata hukum, namun di mata masyarakat hal tersebut tidak salah. Banyak orang mengatakan bahwa hal tersebut benar, dan tidak menyimpang. Begitu juga pendapat kami, bahwa hal tersebut tidak merupakan sebuah penyimpangan, namun sebuah pembelaan diri.

Kesimpulan

Dalam kasus perampokan yang diceritakan, seseorang yang dirampok tidak melakukan penyimpangan sosial, melainkan hanya membela dirinya. Karena tidak ada satupun faktor yang yang dimiliki oleh orang tersebut hingga ia harus melakukan penyimpangan. Ia juga tidak melakukan pelanggaran norma yang ada dalam masyarakat. Tentunya, orang lain juga akan melakukan pembelaan diri saat dalam bahaya. Tidak ada norma tertulis ataupun tidak tertulis dalam masyarakat yang menyatakan bahwa membela diri adalah perbuatan tidak baik. Apakah orang itu melakukan penyimpangan atau tidak, dilihat dari tindakan yang ia lakukan setelah ia mengetahui bahwa perampok itu telah terbunuh. Ia melakukan penyimpangan sosial apabila ia merasa bangga telah membunuh perampok, walaupun membunuh adalah perbuatan tercela. Ia juga melakukan penyimpangan apabila ia menyembunyikan mayat perampok tersebut, karena tidak begitu seharusnya ia menghadapi rasa

Daftar Pustaka

Muin, I (2006). Sosiologi SMA/MA Untuk Kelas X. Jakarta: Penerbit Erlangga. Kuning, Hartanto (2009). Sosiologi untuk SMA/MA. Sukoharjo: Fokus. Kopel, David B (2008). The Human Right of Self Defense. BYU Journal of Public Law (BYU Law School) 22:43-178. Diakses pada: 13 September 2009. Rhodhiah, 2010. Studi Pustaka. http://vandesayuz.blogspot.com/2010/02/studipustaka_27.html?zx=1fcb97f1c688105e (diakses tanggal 26 Maret 2012).

TERIMA KASIH

You might also like