You are on page 1of 21

Belajar dan Pembelajaran A. Pengertian belajar Perubahan perilaku karena interaksi antara individu dengan sumber belajar.

Perilaku yang dihasilkan bersifat permanen dan dapat berupa pola pikir (Psikis), tingkah laku (Fisik), dan verbal (bahasanya).

B. Pengertian pembelajaran Kegiatan yang dirancang baik tidak ada atau ada dan adanya kesempatan untuk belajar serta memungkinkan untuk terjadinya proses belajar. Berikut ini adalah pengertian dan definisi pembelajaran menurut beberapa ahli: # KNOWLES Pembelajaran adalah cara pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan # SLAVIN Pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalaman # WOOLFOLK Pembelajaran berlaku apabila sesuatu pengalaman secara relatifnya menghasilkan perubahan kekal dalam pengetahuan dan tingkah laku # CROW & CROW Pembelajaran adalah pemerolehan tabiat, pengetahuan dan sikap # RAHIL MAHYUDDIN Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang melibatkan ketrampilan kognitif yaitu penguasaan ilmu dan perkembangan kemahiran intelek

C. Komponen Pembelajaran 1. Kurikulum


UNDANGUNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Untuk membantu para guru menyusun kurikulum, ketika model KTSP ini diluncurkan pertama kali, Depdiknas menyediakan bantuan berupa kerangka acuan, seperti: standar isi dan standar kompetensi. Berpegang pada inilah kurikulum disusun.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2); Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Pasal 38 ayat (1), (2). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Ketentuan di dalam PP 19/2005 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); Pasal 5 ayat (1), (2); Pasal 6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8); Pasal 8 ayat (1), (2), (3); Pasal 10 ayat (1), (2), (3); Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); Pasal 16 ayat (1), (2), (3), (4), (5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat (1), (2), (3); Pasal 20.

Fungsikurikulum ialah sebagai pedoman bagi guru dalam nelaksanakan tugasnya. Selain itu kurikulum berfungsi sebagai: Preventif yaitu agar guru terhindar dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang ditetapkan kurikulum Korektif yaitu sebagai rambu-rambu yang menjadi pedoman dalam membetulkan pelaksanaan pendidikan yang menyimpng dari yang telah digariskan dalam kurikulum Konstruktif yaitu memberikan arah yang benar bagi pelaksanaan dan mengembangkan pelaksanaannya asalkan arah pngembangannya mengacu pada kurikulum yang berlaku

2. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Robert F. Mager mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp dan David E. Kapel menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

Ada beberapa macam tujuan pembelajaran. Dalam konteks pengajaran, tujuan-tujuan yang paling penting adalah tujuan keseluruhan pendidikan, tujuan suatu matakuliah, dan tujuan suatu tatapmuka. Tujuan keseluruhan pendidikan bersifat umum, sedangkan tujuan tatapmuka lebih khusus. Serangkaian tatapmuka membentuk satu matakuliah, maka tujuan tiap tatapmuka harus berperan dalam mencapai tujuan matakuliah. Demikian juga, serangkaian matakuliah membentuk keseluruhan pendidikan, maka tujuan tiap matakuliah harus berperan dalam mencapai tujuan keseluruhan pendidikan.

Walaupun menentukan tujuan pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dalam suatu perancangan pembelajaran, namun untuk merumuskannya terdapat kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru/instruktur. Salah satu kesulitan tersebut adalah tidak adanya suatu model yang mampu membimbing guru/instruktur dalam membuat tujuan pembelajaran tersebut (Dick, Carey, and Carey, 2005).

Menurut Dick, Carey, dan Carey; dengan berdasarkan pada Robert Mager; terdapat tiga komponen utama yang harus ada dalam menyatakan sebuah tujuan pembelajaran. Komponenkomponen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Komponen pertama adalah mengutarakan kemampuan (skill) atau perilaku (behaviorial) yang
akan dimiliki oleh pembelajar. Komponen ini mengandung aksi (dirumuskan dalam bentuk kata kerja operasional) dan isi atau konsepnya. Perumusan komponen pertama ini sama dengan perumusan indikator pencapaian kompetensi karena seperti telah dikemukakan sebelumnya indikator pencapaian kompetensi pada dasarnya adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu. 2. Komponen kedua adalah mengutarakan kondisi (condition) yang akan diberlakukan ketika pembelajar mengerjakan tugasnya. Apakah pembelajar akan diijinkan menggunakan komputer? Akankah pembelajar diberikan sebuah paragraf untuk dianalisis? Pada intinya kondisi-kondisi ini mengacu pada keadaan sekitar dan sumber-sumber belajar yang akan disediakan bagi pembelajar.

3. Komponen ketiga adalah mengutarakan kriteria yang akan digunakan untuk menilai tingkat prestasi pembelajar yang dapat diterima setelah mereka menyelesaikan suatu pembelajaran. Dalam hal pemilihan kriteria bisa menjadi sesuatu yang kompleks. Kriteria untuk sebuah kursi yang baik, misalnya, bisa berdasarkan pada kekuatannya; berdasarkan

kenyamanannya; dan berdasarkan aspek estetikanya (warna, keseimbangan, koordinasi dan sebagainya). 3. Metode pembelajaran
Metode adalah cara yang digunakan oleh guru/peserta didik dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data, dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi.

Macam macam metode pembelajaran 1. METODE CERAMAH Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal. Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. a. Kelebihan Metode Ceramah 1) Guru mudah menguasai kelas. 2) Mudah dilaksanakan. 3) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar. 4) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar. b. Kekurangan Metode Ceramah 1) Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata). 2) Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya. 3) Bila terlalu lama membosankan. 4) Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik. 5) Menyebabkan anak didik pasif. 2. METODE DISKUSI Diskusi adalah memberikan altematif jawaban untuk membantu memecahkan berbagai problem kehidupan. Dengan catatan persoalan yang akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam. a. Kelebihan Metode Diskusi 1) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja). 2) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik. 3) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran.

b. Kekurangan Metode Diskusi 1) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar; 2) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas; 3) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara; dan 4) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal. 3. METODE LATIHAN Metode latihan (driil) disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. a. Kelebihan Metode Latihan 1) Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat. 2) Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya. 3) Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. b. Kekurangan Metode Latihan 1) Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dan pengertian. 2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. 3) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan. 4) Dapat menimbulkan verbalisme. 4. JIGSAW (MODEL TIM AHLI) Langkah-langkah : 1. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim 2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda 3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan 4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka 5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh 6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi 7. Guru memberi evaluasi 8. Penutup

5. ARTIKULASI Langkah-langkah : 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa 3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang 4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya 5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya 6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa 7. Kesimpulan/penutup 6. MIND MAPPING Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban Langkah-langkah : 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban 3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang 4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi 5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru 6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru 7. THINK PAIR AND SHARE
Langkah-langkah : 1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai 2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru 3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing 4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya 5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa 6. Guru memberi kesimpulan

4. Evaluasi pembelajaran

Istilah evaluasi atau penilaian adalah sebagai terjemaban dari istilah asing evaluation. Dan sebagai panduan, menurat Benyamin S. Bloom (Handbook on Formative and Sumative Evaluation of Student Learning) dikemukakan, bahwa: Evaluasi adalah pengumpulan bukti-bukti yang cukup untuk kemudian dijadikan dasar penetapan ada tidaknya perubahan dan derajat perubahan yang terjadi pada diri siswa atau anak didik.
Sehubungan dengan 4 (empat) tujuan sebagaimana dituangkan di dalam sub bab yang terdahulu, selanjutnya kurikulum 1975 membedakan evaluasi prestasi belajar siswa di sekolah menjadi 4 (empat) jenis yaitu: Evaluasi Formatif Adalah evaluasi yang ditujukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Jenis evaluasi wajib dilaksanakan oleh guru bidang studi setelah selesai mengajarkan satu unit pengajaran tertentu.

Evaluasi Sumatif Adalah evaluasi yang ditujukan untuk keperluan penentuan angka kemajuan atau hasil belajar siswa. Jenis evaluasi ini dilaksanakan setelah guru menyelesaikan pengajaran yang diprogramkan untuk satu semester. Dan kawasan bahasanya sama dengan kawasan bahan yang terkandung di dalam satuan program semester Evaluasi Penempatan Adalah evaluasi yang ditujukan untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar atau program pendidikan yang sesuai dengan kemampuannya. Evaluasi Diagnostik Adalah evaluasi yang ditujukan guna membantu memecahkan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tertentu.

Jenis evaluasi formatif dan sumatif terutama menjadi tanggungjawab guru (guru bidang studi), evaluasi penempatan dan diagmostik lebih merupakan tanggungjawab petugas bimbingan penyuluhan. Oleh karena itu wajar apabila dalam tulisan ini hanya mengaksentuasi pada jenis penilaian yang pertama dan jenis yang kedua.
Guru adalah orang yang bertugas untuk mengevaluasi kegiatan belajar siswa selama di kelas..mulai dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

5. Guru

Guru adalah orang yang memberikan materi kepada anak-anak didiknya. Fungsi guru adalah membuat peserta didik belajar (sebagai pendidik, pembimbing, pengembang, dan pengelola kegiatan pembelajaran. Dalam arti umum Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.

6. Siswa Siswa adalah orang yang belajar dalam proses pembelajaran. Fungsi siswa adalah sebagai peserta didik dalam proses pembelajaran. HAK HAK SISWA 1. Siswa berhak mengikuti tiap-tiap mata pelajaran selama tidak melanggar tata tertib sekolah. 2. Siswa dapat memanfaatkan perpustakaan dengan mematuhi aturan yang berlaku di perpustakaan. 3. Semua siswa berhak mendapat perlakuan yang sama dengan siswa lainnya selama tidak melanggar tata tertib sekolah. 4. Semua siswa mendapat pelayanan BK yang sama. 5. Semua siswa dapat memilih mengikuti kegiatan Ekstrakulikuler yang dilaksanakan sekolah sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya. 6. Pada setiap semester semua siswa berhak mengikuti evaluasi dengan syarat yang telah ditentukan. 7. Pada setiap akhir semester tahun pelajaran untuk siswa kelas VII dan VIII berhak mengikuti ulangan semester untuk kenaikan kelas dan siswa kelas IX berhak mengikuti UAN, Ujian sekolah dengan standart kelulusan yang telah ditentukan. 8. Semua siswa adalah anggota OSIS dan berhak menjadi pengurus dengan syarat yang telah ditentukan. 9. Semua siswa berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dari sekolah. 10. Program perbaikan hanya diberikan kepada siswa sampai yang bersangkutan dapat mengejar ketinggalannya. KEWAJIBAN - KEWAJIBAN SISWA 1. Taat Kepada Kepala Sekolah, Guru,dan Staf Karyawan Sekolah.

2. Ikut bertanggung Jawab atas kebersihan, Keamanan, dan Ketertiban Kelas dan sekolah. 3. Ikut bertanggung jawab atas pemeliharaan gedung, halaman, dan peralatan sekolah. 4. Ikut menjaga nama baik sekolah, Guru dan siswa pada umumnya baik didalam maupun di luar sekolah. 5. Membantu kelancaran belajar baik di kelasnya maupun di sekolah pada umumnya. 6. Menghormati Guru dan saling menghargai antara sesama siswa. 7. Melengkapi diri akan keperluan sekolah. 8. Siswa yang membawa sepeda/ kendaraan supaya menempatkan ditempat yang telah ditentukan dalam keadaan terkunci. 9. Ikut membantu supaya tata tertib sekolah dapat berjalan lancer dan ditaati.

7. Materi Sesuatu (materi bahan ajar) yang akan diberikan kepada peserta didik pada proses pembelajaran. Materi yang diajarkan bersumber dari kurikulum yang berlaku.

Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.

Termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dsb. (Ibu kota Negara RI adalah Jakart; Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945). Termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek (Contoh kursi adalah tempat duduk berkaki empat, ada sandaran dan lengan-lengannya). Termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan jika..maka., misalnya Jika logam dipanasi maka akan memuai, rumus menghitung luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi. Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah mengoperasikan peralatan mikroskup, cara menyetel televisi. Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dsb. Ditinjau dari pihak guru, materi pembelajaran itu harus diajarkan atau disampaikan dalam kegiatan pembelajran. Ditinjau dari pihak siswa bahan ajar itu harus dipelajari siswa

dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian belajar. 8. Media dan alat Segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta-didik. Manfaat media Mendorong siswa untuk belajar Memberikan stimulus Metode menjadi bervariasi Mengatasi keterbatasan ruang Memperjelas penyajian materi

Fungsi media

Menarik perhatian siswa, sehingga menumbuhkan motivasi belajar Memberikan pengalaman nyata Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu Bahan ajar lebih bermakna dan dapat dipahami siswa Mengajar lebih bervariasi karena hanya verbal dan membosankan Siswa lebih banyak belajar, tidak hanya mendengarkan Mengembangkan, minat dan motivasi Menuntut berfikir konkrit Memberikan pengalaman yang tidak mudah didapat

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembelajaran

1. Internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Penginderaan (tuna rungu dan tuna netra)

Terbelakang mental IQ Social (komunikasi, interaksi antar siswa dan guru) Emosi (minat dari diri sendiri dan sabar)

2. Eksternal Lingkungan a) Keluarga Keluarga adalah pendidikan utama bagi peserta didik dan memiliki peran yang sangt penting dalam penanaman moral peserta didik. b) Masyarakat Lingkungan yang aman sangat mempengaruhi psikis dari orang yang tinggal dalam lingkungan tersebut. Sehingga apabila lingkungan yang tercipta adalah aman dan tentram, peserta didik akan dapat dengan nyaman pula dalam menjalankan proses pembelajaran dan tidak ada tekanan yang dirasaakan oleh peseta didik. c) Sekolah Lingkungan sekolah yang bersih dan sehat akan membuat peserta didik merasa aman saat menjalankan proses belajarnya. d) Teman Adanya permasalahan pada teman akan mempengaruhi kondisi psikis peserta didik yang nantinya akan menjadi tekanan dalam pikiran siswa sehingga siswa tidak merasa nyaman. Kondisi tersebut akan mengganggu proses belajar. e) Bangunan

Belajar di tempat yang aman dengan belajar di tempat yang kurang nyaman ( bangunan sekolah yang hampir roboh) juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa. f) Letak sekolah Letak sekolah yang strategis adalah jauh dari kebisingan. Hal ini dilakukan agar tidak ada suara bising ( pabrik, keramaian jalan dll) pada saat pembelajaran berlangsung.

System pendidikan System pendidkan yang carut-marut juga dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa. Hal ini terjadi karena Sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Jika sistemnya carut-marut maka tujuannya juga akan carut-marut.

E. Specific learning disabilities 1. Medical Gangguan psikis atau anatomis seperti, gila

2. Psychologist Gangguan disfungsi komunikasi seperti, kemiskinan

3. Education Kegagalaan dalam belajar seperti, tidak naik kelas

F. Pendekatan belajar Strategi belajar

Suatu kegiatan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien

Kelompok pembelajaran dilihat dari strateginya

Exposition learning Exposition Learning adalah suatu pembelajaran dimana seorang guru langsung memberikan materi pembelajaran pada murid murid mereka saat di kelas. Jadi murid murid tersebut langsung tahu tentang materi yang di ajarkan saat itu. Sehingga murid harus mempunyai kesadaran yang baik tentang apa yang harus dilakukan dan tidak di lakukan. Exposition Learning ini biasanya dilakukan pda even even tertentu seperti seminar, presentasi, face to face online menggunakan web dll. Exposition learning ini lebih mengacu pada segi kognitifnya saja dalam sebuah pembelajaran. Discovery Learning Discovery Learning adalah sebuah pembelajaran dimana seorang guru tidak secara langsung memberikan sebuah materi pembelajaran di kelas. Dalam hal ini, guru akan menuntut murid muridnya untuk menggali informasi dari stimulus yang diberikan oleh guru kepada muridnya. Penggalian informasi ini tentunya berdasarkan dengan kapasitas pengetahuan yang ada dalam pemikiran murid muridnya.

Group learning Group Learning adalah alah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model ini dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Model pembelajaran ini sangatlah baik bagi siswa karena dalam hal ini para siswa dilatih untuk memikirkan sesuatu dengan IQ mereka sendiri serta penyelesaiannya. Sehingga tingkat kepahaman siswa lebih dalam dan lebih kuat ingatnya. Individual Learning Individual learning adalah suatu metode pembelajaran yang menitik beratkan pada masing masing individu dalam kegiatan pembelajaran. Adanya pembelajaran secara individual ini di

karenakan oleh tingkat kecerdasan siswa yang berbedccca beda. Pembelajaran ini biasanya menggunakan modul. Jenis utama dari pembelajaran individual adalah : Distance learning (pembelajaran jarak jauh) Resource-based learning (pembelajaran langsung dari sumber) Computer-based training (pelatihan berbasis komputer) Directed private study (belajar secara privat langsung)

G. Perkembangan belajar orang dewasa Tahap-tahap perkembangan kedewasaan 1-5 tahun (balita)
6-10 tahun (kanak-kanak) 11-16 tahun (mengalami perkembangan karakteristik, jenis kelamin baik primer maupun

sekunder) 16-20 tahun (peralihan dari anak-anak ke dewasa) 20-25 tahun (dewasa awal) 25-40 tahun (transisi pertengahan masa kedewasaan) 40-60 tahun ( masa akhir dewasa) 60 tahun keatas (masa tua)

Cara belajar orang dewasa

Pertanyaan yang paling banyak menimbulkan kontroversi dalam studi tentang perkembangan rentang hidup manusia adalah apakah kemampuan kognitif orang dewasa paralel dengan penurunan kemampuan fisik. Pada umumnya, orang percaya bahwa proses kognitif -belajar, memori, dan inteligensi -- mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus berkembangnya usia. Bahkan, ada yang menyimpulkan bahwa usia terkait dengan penurunan proses kognitif ini juga tercermin dalam masyarakat ilmiah. Akan tetapi, belakangan ini sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan proses kognitif

bersamaan dengan penurunan kemampuan fisik, sebenarnya hanyalah salah satu stereotip budaya yang meresap dalam diri kita.

1. Perkembangan pemikiran postformal. Secara umum, orang dewasa lebih maju dalam penggunaan intelektualitas. Pada masa dewasa awal misalnya, orang biasanya berubah dari mencari pengetahuan menjadi menerapkan pengetahuan, yakni menerapkan apa yang diketahuinya untuk mencapai jenjang karier dan membentuk keluarga. Akan tetapi, tidak semua perubahan kognitif pada masa dewasa mengarah pada peningkatan potensi. Bahkan, kadang-kadang beberapa kemampuan kognitif mengalami kemerosotan seiring dengan pertambahan usia. Meskipun demikian, sejumlah ahli percaya bahwa kemunduran keterampilan kognitif yang terjadi, terutama pada masa dewasa akhir, dapat ditingkatkan kembali melalui serangkaian pelatihan. 2. Perkembangan memori. Salah satu karakteristik yang paling sering dihubungkan dengan orang dewasa dan usia tua adalah penurunan dalam daya ingat. Namun, sejumlah bukti menunjukkan bahwa perubahan memori bukanlah sesuatu yang pasti terjadi sebagai bagian dari proses penuaan, melainkan lebih merupakan stereotip budaya. 3. Perkembangan inteligensi. Suatu mitos yang bertahan hingga sekarang adalah bahwa menjadi tua berarti mengalami kemunduran intelektual. Mitos ini diperkuat oleh sejumlah peneliti awal yang berpendapat bahwa seiring dengan proses penuaan selama masa dewasa, terjadi kemunduran dalam inteligensi umum. Hampir semua studi menunjukkan bahwa setelah mencapai puncaknya pada usia 18 dan 25 tahun, kebanyakan kemampuan manusia terus-menerus mengalami kemunduran. Witherington dalam bukunya, "Educational Psychology", menyebutkan 3 faktor penyebab terjadinya kemunduran kemampuan belajar dewasa. 1. Ketiadaan kapasitas dasar. Orang dewasa tidak akan memiliki kemampuan belajar bila pada usia mudanya juga tidak memiliki kemampuan belajar yang memadai. 2. Terlampau lamanya tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat intelektual. Orang-orang yang sudah berhenti membaca bacaan-bacaan yang "berat" dan berhenti melakukan pekerjaan intelektual, akan terlihat bodoh dan tidak mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan semacam itu.

3. Faktor budaya. Faktor yang dimaksud terutama dengan cara-cara seseorang memberikan sambutan, seperti kebiasaan, cita-cita, sikap, dan prasangka-prasangka yang telah mengakar, sehingga setiap usaha untuk mempelajari cara sambutan yang baru akan mendapat tantangan yang kuat.

Sifat dewasa Punya kepribadian Stabilitas batin Pemikiran dan pengamalan sudah diarahkan ke realita Mampu menerima bagaimana wujudnya dia Menemukan bentuk kehidupan sesuai dengan gambaran mereka Bertindak secara objective

H. Perkembangan belajar remaja

Secra umum karakteristik pemikiran remaja pada tahap ini adalah diperolehnya kemampuan berfikir secara abstrak, menalar secara logis dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia 1. Berfikir secara abstrak Pada tahap ini anak yang menginjak usia remaja sudah dapat berfikir secara abstrak dan hipotesis, sehingga ia mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang bersifat abstrak. Pemikiran remaja sudah tidak lagi terbatas di sini dan sekarang, mereka sudah mampu memahami waktu historis dan ruang luar angkasa. Mereka dapat menggunakan symbol untuk menyimbol (misalnya, menjadikan huruf X sebagai angka yang tidak diketahui), dank arena itu, ia sudah dapat mempelajari aljabar dan kalkulus. Mereka dapat menghargai lebih baik metafora dan alegori, sehingga ia bias menemukan makna yang lebih kaya dan literature (Papalia, Old & Feldman, 2008). 2. Menalar secara logis

Remaja di tahap ini dapat mengintegrasikan apa yang telah mereka pelajari dengan tantangan dimasa mendatang dan membuat rencana untuk masa depan. Meraka juga sudah mampu berfikir secara sistematik, mampu berfikir dalam kerangka apa yang mungkin terjadi, bukan hanya apa yang terjadi. Mereka memikirkan kemungkinan secara sistematik untuk memecahkan permasalahan.

3. Menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia Pada masa ini seorang remaja sudah mampu menyimpulkan sesuatu dari kejadian kejadian yang dialaminya. Sebagai contoh, sebuah mobil yang tiba tiba mogok misalnya, bagi anak yang berada pada tahap konkret operasional seger a diambil kesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia hanya bias menghubungkan sebab akibat dalam satu rangkaian. Lain halnya dengan remaja, ia bia memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil tersebut mogok, seperti mungkin businya mati, mungkin platinanya atau kemungkinan kemungkinan lain yang memberikan dasar bagi pemikirannya.

Sifat remaja Merasa canggung dalam bergaul Ketidakstabilan emosi Sering mengalami perasaan kosong Sikap suka menentang Sering terjadi gejolak Sering gelisah Sering bereksperimen Sering bereksplorasi Punya banyak fantasi, berkhayal dan membual Cenderung membentuk kerja kelompok

I. Implikasi pembelajaran orang dewasa

Perlu ada lingkungan yang aman dan nyaman bagi pembelajaran orang dewasa Perlu adanya diagnosa tentang kebutuhan belajar orang dewasa dan tujuannya Perlu adanya interaksi dan partisipasi aktif dalam proses pembelajaran (murid dengan murid maupun guru dengan murid) Perlu adanya kepekaan (bagi guru) bagaimana caranya menyusun program pembelajaran yang efektif sesuai dengan kebutuhan belajar orang dewasa

J. Hal-hal penting dalam pendidikan orang dewasa

Situasi yang kooperatif antara pendidik dan peserta didik Proses belajar yang dilakukan bersifat informal Tujuan utamanya adalah untuk memaknai pengalaman peserta didik yaitu mengembangkan pengetahuan peserta didik berdasarkan pengalaman yang sudah dialami oleh peserta didik Suasana belajar yang hidup (petualangan dan bereksperimen)

K. Asumsi melalui adult learner Akan termotivasi jika kebutuhan belajarnya terpenuhi dan kebutuhan belajarnya harus sesuai dengan pengalaman peserta didik Orientasinya adalah (life-centered) yaitu berdasarkan kehidupan sehari-hari dari peserta didik Pengalaman dari peserta didik harus menjadi materi pembelajaran Orang dewasa memiliki kebutuhan yang dalam untuk self-directing Perbedaan individu berkorelasi dengan usia

L. Tipe-tipe pembelajaran orang dewasa Tipe goal-oriented maksudnya adalah peserta didik hanya belajar untuk mencapai tujuan tertentu saja

Activity-oriented maksudnya adalah peserta didik hanya sekedar belajar dan mendapatkan ilmu atau tidaknya tidak menjadi permasalahan The learning-oriented maksudnya adalah mencari pengetahuan untuk pengetahuan itu semata tanpa memikirkan apakah pengetahuan tersebut akan bermanfaat dimasa mendatang/ masa depan.

M. Yang perlu diperhatikan dalam proses belajar orang dewasa Apa yang menjadi kebutuhan peserta didik orang dewasa Konsep yang muncul harus berdasaarkan dari pribadi peserta didik Kesiapan untuk belajar Peranan dari pengalaman peserta didik Orientasi untuk belajar

TUGAS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN MEMBUAT RESUME

Oleh Afif Kurniawan 09360159

ENGLISH DEPARTMENT FACULTY OF TEACHER AND TRAINING EDUCATION

UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH MALANG

You might also like