You are on page 1of 6

MAHKUM ALAIH (SUBJEK HUKUM) Pengertian Mahkum Alaih Yang dimaksud dengan Mahkum Alaih adalah mukallaf yang

menjadi objek tuntunan hukum syara Menurut ulama ushul fiqh telah sepakat bahwa mahkum Alaih adalah seseorang yang perbuatannya dikenai kitab Allah, yang disebut mukallaf (SyafeI, 2007: 334). Sedangkan keterangan lain menyebutkan bahwa Mahkum Alaih ialah orang-orang yang dituntut oleh Allah untuk berbuat, dan segala tingkah lakunya telah diperhitungkan berdasakan tuntutan Allah itu (Sutrisno, 1999: 103). Jadi, secara singkat dapat disimpulkan bahwa Mahkum Alaih adalah orang mukallaf yang perbuatannya menjadinya tempat berlakunya hukum Allah. Syarat-syarat Mahkum Alaih Orang tersebut mampu memahami dalil-dalil taklif itu dengan sendirinya, atau dengan perantara orang lain Orang tersebut ahli bagi apa yang ditaklifkan kepadanya (Koto, 2006: 157-158) TAKLIF Menurut abdul wahab khallaf Hukum taklifi adalah hukum yang menghendaki dilakukannya suatu pekerjaan oleh mukallaf, atau melarang mengerjakannya, atau melakukan pilihan antara melakukan dan meninggalkannya. Dasar Taklif Dalam islam orang yang terkena taklif adalah mereka yang sudah dianggap mampu unuk mengerjakan tindakan hukum. Sebagian besar ulama ushul fiqh berpendapat bahwa dasar pembebanan hukum bagi seorang mukallaf adalah akal dan pemahaman. Sebagimana sabda Rasulullah Saw. Artinya: Diangkat pembebanan hukum dari tiga jenis orang: orang itu sampai ia bangun, anak kecil sampai baligh, dan orang gila sampai ia sembuh (HR. Bukhori, Turmudzi, Nasai, Ibn Majjah, dan Daru Quthni). Syarat-syarat Taklif Orang itu telah mampu memahami kitab syari yang terkandung dalam Al Quran dan sunnah, baik secara langsung atau melalui orang lain. Seseorang harus mampu dalam bertindak hukum, dalam ushul fiqh disebut ahliyah syafei, 2007: 336338).

AHLIYAH

Pengertian Secara harfiah (etimologi) ahliyah berarti kecakapan menangani suatu urusan, misalnya orang yang memiliki kemampuan dalam suatu bidang maka ia dianggap ahli untuk menangani bidang tersebut. Adapun secara terminologi menurut para ahli ushul fiqh ahliyah adalah suatu sifat yang dimiliki seseorang yang dijadikan ukuran oleh syara untuk menentukan seseorang telah cakap dikenai tuntutan syara. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa ahliyah adalah sifat yang menunjukkan bahwa seseorang telah sempurna jasmani dan akalnya, sehingga seluruh tindakannya dapat dinilai oleh syara (Syafei, 2007: 339). Pembagian Ahliyah Menurt para ulama ushul fiqh, ahliyah (kepantasan) itu ada dua macam yaitu: Ahliyatul Wujub (kecakapan untuk dikenai hukum) yaitu kepantasan seorang untuk menerima hak-hak dan dikenai kewajiban. Kecakapan dalam bentuk ini berlaku bagi setiap manusia, semenjak ia lahir sampai meninggal dalam segala sifat, kondisi, dan keadaannya. Ahliatul Ada (kecakapan untuk menjalankan hukum) yaitu kepantasan seseorang untuk diperhitungkan segala tindakannya menurut hukum. Hal ini berarti bahwa segala tindakannya, baik dalam bentuk ucapan atau perbuatan telah mempunyai akibat hukum (Sutrisno, 1999: 106-109) Halangan Ahliyah Ulama ushul fiqh menyatakan bahwa kecakapan bertindak hukum seseorang bias berubah berubah disebabkan hal-hal berikut: Awaridh as-samawiyah, yaitu halangan yang datangnya Allah disebabkan perbuatan manusia. Awaridh al-muktasabah, maksudnya halangan yang disebabkan perbuatan manusia. (Syafei, 2007: 340

2. MAHKUM ALAIH A.Pengertian mahkum alaih Menurut ushuliyyin yang di maksud mahkum alaih secara bahasa adalah seseorang yang perbuatannya dikenai khitob Alloh SWT yaitu yang di sebut mukallaf.dalam arti bahasa yaitu yang di bebani hukum,sedangkan dalam istilah ushul fiqih mukallaf sering di sebut subjek hukum. B.Dasar Taklif Orang yang dikenai taklif adalah mereka yang sudah di anggap mampu untuk mengerjakan tindakan hukum atau dalam kata lain seseorang bisa di bebani hukum apabila ia berakal dan dapat memahami

secara baik taklif. Maka orang yang belum berakal di anggap tidak bisa memahapi taklif dari syari(Allod dan Rosulnya) sebagai sabda nabi:

) (
Artinya:Di anggat pembebanan hukum dari 3(jenis orang) orang tidur sampai ia bangun,anak kecil sampai

baligh,dan orang gila sampai sembuh.(HR.Bukhori.Tirmdzi,nasai.ibnu majah dan darut Quthni dari Aisyah
dan Aly ibnu Abi Thalib) C.Syarat syarat taklif Syarat taklif ada 2 yaitu: 1. orang itu telah mampu memahami khitob syari(tuntutan syara) yang terkandung dalam Al quran

dan sunnah baik langsung maupun melalui orang lain.Kemampuan untuk memahami taklif ini melalui akal manusia,akan tetapi akan adalah sesuatu yang abstrak dan sulit di ukur ,indikasi yang kongkrit dalam menentukan seseorang berakal atau belun.indikasi ini kongkrit itu adalah balighnya seseorang yaitu dengan di tandai dengan keluarnya haid pertama kali bagi wanita dan keluarnya mani bagi pria melalui mimpi yang pertama kali atau sempurnanya umur lima belas tahun. 2. Seseorang harus mampu dalam bertindak hukum,atau dalam ushul fiqh di sebut Ahliyyah.maka

seseorang yang belum mampu bertindak hukum atau belum balighnya seseorang tidak dikenakan tuntutan syara.begitu pula orang gila,karena kecakapan bertindak hukumnya hilang. C.Pengertian Ahliyyah Secara harfiyyah ahliyyah adalah kecakapan menangani sesuatu urusan Adapun Ahliyyah secara terminologi adalah suatu sifat yang di miliki seseorang yang dijadikan ukuran oleh syariuntuk menentukan seseorang telah cakap dikenai tuntutan syara Pembagian ahliyyah 1. Ahliyyah ada

Yaitu kecakapan bertindak hukum bagi seseorang yang di anggap sempurna untuk mempertanggung jawabkan seluruh perbuatannya,baik yang bersifat positif maupun negatif.ukuran untuk menentukan seseorang telah memiliki ahliyyah adaadalah aqil baligh dan cerdas 2. Ahliyyah Al-wajib Yaitu sifat kecakapan seseorang untuk menerima hak hak yang menjadi haknya,tetapi belum mampu untuk di bebani seluruh kewajiban, Para usuliyyin membagi ahliyyah al wujub ada 2 bagian: 1 .Ahliyyah al wujub an-naqishoh.

Yaitu anak yang masih berada dalam kandungan ibunya(janin)janin inilah sudah dianggap mempunyai ahliyyah wujub akan tetapi belum sempurna. 2. Ahliyyah al wujub al kamilah

Yaitu kecakapan menerima hak bagi seseorang anak yang telah lahir ke dunia sampai dinyatakan baligh dan berakal,sekalipun akalnya masih kurang seperti orang gila -Halangan ahliyyah Dalam pembahasan awal bahwa seseorang dalam bertindak hukum di lihat dari segi akal,tetapi yang namanya akal kadang berubah atau hilang sehingga ia tidak mampu lagi dalam bertindak hukum.seseorang kecakapannya bisa berubah karena di sebabkan oleh hal hal berikut: 1. Awaridh samawiyyah yaitu halangan yang datangnya dari Alloh bukan di sebabkan oleh manusia seperti: gila, dungu, perbudakan, sakit yang berkelanjutan kemudian mati dan lupa 2. Al awaridh al muktasabah yaitu halangan yang disebabkan oleh perbuatan manusia seperti mabuk,terpaksa,bersalah,dibawah pengampunan dan bodoh.

1. Pengertian Mahkun Alaih Mahkum Alaih adalah seseorang yang tindakan atau perbuataannya dikenai hukum-hukum syariat. Mahkum alaih dapat juga dikatakan sebagai subyek dari hukum atau orang yang dibebani hukum, dalam kajian ushul fiqh ini juga disebut dengan Mukallaf. Perbuatan mukallaf adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang yang sudah dewasa (Balligh) meliputi seluruh gerak geriknya, pembicaraannya, maupun niatnya. Mahkum Alaih adalah subyek hukum yaitu mukallaf yang melakukan perbuatan-perbuatan Taklif (hukum yang menuntun manusia untuk melakukan, meninggalkan, atau memilih antara berbuat atau meninggalkan). Jika Mahkum Fih menjelaskan tentang perbuatan mukallaf, maka Mahkum Alaih adalah menjelaskan orang yang melakukan hukum. Ada beberapa bagian yang menjadikan seseorang atau mukallaf dikatan sebagai Mahkum Alaih. a. Dasar Taklif Yang dimaksud dengan dasar taklif adalah orang atau mukallaf yang sudah mampu mengerjakan tindakan hukum, dan ulama ushul fiqh sepakat dasar mukallaf dikenai hukum adalah berakal dan memiliki pemahaman terhadap hukum yang ditujukan kepadanya. 1. Syarat Taklif - orang yang telah mampu memahami tuntunan Syara yang terkandung dalam Alquran dan Sunnah baik secara langsung maupun melalui orang lain. - Mampu dalam bertindak hukum (Ahliyah). artinya orang yang belum mampu untuk melakukan suatu kewajiban hukum. Maka belum dipertanggung jawabkan tindakannya. b. Ahliyah Defenisi Ahliyyah adalah Kepatutan seseorang memiliki beberapa hak dan dan melakukan kewajiban. Dan juga Ahiyyah adalah sifat yang menunjukan seseorang telah sempurna jasmani dan akalnya, sehingga segala tindakannya dapat dinilai sebagai syara. Kemampuan untuk bertindak hukum tidak datang kepada seseorang sekaligus, tetapi melalui tahapan tahapan. Sesuai dengan perkembangan jasmani dan akalnya. Dengan demikian ulama membagai macammacam ahliya - Ahliyyah ada Dalam hal ahliyyah ada ini adalah mukallaf yang telah aqil baligh, yang telah sempurna akal dan pemahamannya dan segala tindakannya dikenai hukum, baik itu haram atau halal, daam arti berpahala jika ia melakukan kebaikan dan berdosa jika melakukan sebuah kesalahan. - Ahliyyah Al Wujub Ahliyyah wujub adalah orang yang cakap menerima hak-haknya namun belum mampu untuk dibebani seluruh kewajiban. Contoh orang yang memperoleh hak-hak waris dari keluarganya namun belum mampu menjalankan kewajiban syara seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lainnya. Dasar adanya kecakapan ini adalah adanya nyawa atau kehidupan. Ahliyyah menurut ulama Fiqh adalah seseorang yang secara hukum bertindak dan menerima hak tertentu berdasarkan sifat kemanusiaannya. Tanpa dibatasi umur, baligh, cerdas atau tidak. Semenjak dia dilahirkan hingga meninggal dunia. Ada dua bagian dalam ahliyyah alwujub Ahliyah Al wujub al naqishah (Janin yang masih berada dalam kandungan seorang ibu) Ada beberapa hak bagi janin 1. hak keturunan dari seorang ayah 2. hak waris 3. wasiat yang ditujukan kepadanya 4. harta wakaf yang ditujukan kepadanya. Ahliyyah Al Wujub Al Kamilah (Yaitu kecakapan bagi seorang anak menerima haknya bagi seorang yang telah lahir sampai ia dinyatakan berakal walaupun masih kurang sempurna.

Mengenai tindakan hukum kepada orang yang berstatus Ahliyyah Ada atau Ahliyyah Alwujub Alkamilah, jika mereka melakukan tindakan pengrusakan barang orang lain atau melakukan tindakan yang merugikan orang lain, maka ia wajib mengganti rugi dengan hartanya sendiri yang diperoleh dari waris atau hibbah, ketetapan ini adalah ketetapan ulama ushul fiqh. Namun apabila mereka melakukan perbuatan pembunuhan, maka menurut ulama ushul, bahwa status Ahliyyah Ada bertanggung jawab penuh terhadap untuk menerima hukuman dari tindakannya sesuai dengan hukum syara. Akan tetapi berbeda dengan Ahliyyah Al wujub Al kamilah, perbuatan mereka belum dapat dipertanggung jawabkan secara hukum, dan perbuatan mereka dianggap melukai atau hukumannya dikenakan dengan diyat bukan qishas.

Kesimpulan Mahkum Alaih adalah seseorang yang tindakan atau perbuataannya dikenai hukum-hukum syariat. Mukallaf ialah seorang manusia yang memiliki akal serta paham akan ketentuan Allah yangmana ketentuan perbuatannya ditentukan syariat dari segi hukumnya Hukum Taklif itu berarti pembebanan terhadap mukallaf dengan menuntut sebuah perbuatan darinya yang mana ia memiliki 5 jenis hukum yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh, haram. Defenisi Ahliyyah adalah Kepatutan seseorang memiliki beberapa hak dan dan melakukan kewajiban. Dan juga Ahiyyah adalah sifat yang menunjukan seseorang telah sempurna jasmani dan akalnya, sehingga segala tindakannya dapat dinilai sebagai syara

You might also like