Professional Documents
Culture Documents
- Setiap Rancangan Undang-Undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.
1. 2. 3. 4. Rancangan Undang-Undang (RUU) dapat berasal dari: DPR, Presiden, DPD, Masyarakat.
TINGKAT PEMBICARAAN
Ps. 120 Peraturan Tata Tertib DPR-RI Th. 2001-2002 (1) Pembahasan RUU dilakukan melalui dua tingkat pembicaraan. (2) Dua tingkat pembicaraan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah: a. Tingkat I dalam Rapat Komisi, Rapat Badan Legislasi, Rapat Panitia Anggaran, atau Rapat Panitia Khusus, bersama-sama Pemerintah; dan b. Tingkat Il dalam Rapat Paripurna. (3) Sebelum dilakukan pembicaraan Tingkat I dan Tingkat II, diadakan Rapat Fraksi.
RUU GANDA
Pasal 118 Peraturan Tata Tertib DPR-RI Th. 2001-2002 Apabila ada dua RUU yang diajukan mengenai hal yang sama dalam satu Masa Sidang, yang dibicarakan adalah RUU dari DPR, sedangkan RUU dari Pemerintah atau masyarakat, dipergunakan sebagai bahan sandingan.
PEMBICARAAN TINGKAT I
Pasal 121 (1) Peraturan Tata Tertib DPR-RI Th. 20012002, Pembicaraan Tingkat I meliputi : a. pemandangan umum Fraksi terhadap RUU yang berasal dari Pemerintah atau tanggapan Pemerintah terhadap RUU yang berasal dari DPR; b. jawaban Pemerintah atas pemandangan umum Fraksi atau jawaban pimpinan Komisi, pimpinan Badan Legislasi, pimpinan Panitia Anggaran, atau pimpinan Panitia Khusus atas tanggapan Pemerintah; dan c. pembahasan RUU oleh DPR dan Pemerintah dalam rapat kerja berdasarkan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM).
Dalam Pembicaraan Tingkat I dapat : a. diadakan Rapat Dengar Pendapat atau Rapat Dengar Pendapat Umum; b. diundang pimpinan lembaga tinggi negara atau lembaga-negara yang lain apabila ma'-eri RUU berkaitan dengan lembaga tinggi negara atau lembaganegara yang lain; dan/atau! c. diadakan rapat intern.
PEMBICARAAN TINGKAT II
Pasal 122 Peraturan Tata Tertib DPR-RI Th. 20012002 a. Pembicaraan Tingkat II meliputi pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna, yang didahului oleh: 1) laporan hasil pembicaraan Tingkat I; 2) pendapat akhir Fraksi yang disampaikan oleh anggotanya, apabiia dipandang perlu, dapat pula disertai dengan catatan tentang sikap fraksinya; dan b. penyampaian sambutan Pemerintah.
Pasal 125 Peraturan Tata Tertib DPR-RI Th. 2001-2002 RUU yang berasal dari Pemerintah dapat ditarik kembali sebelum pembicaraan Tingkat I berakhir.
(1) Dalam Rapat Paripurna berikutnya, setelah RUU diterima oleh Pimpinan DPR, ketua rapat memberitahukan kepada Anggota masuknya RUU tersebut, kemudian membagikannya kepada seluruh Anggota. (2) Pimpinan DPR menyampaikan RUU beserta penjelasan/keterangan, dan/atau naskah akademis dari pengusul kepada media massa dan Kantor Berita Nasional untuk disiarkan kepada masyarakat. (3) Terhadap pembahasan dan penyelesaian selanjutnya berlaku ketentuan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120, Pasal 121, dan Pasal 122.
DPD dapat mengajukan RUU kepada DPR yang berkaitan dengan: 1. otonomi daerah, 2. hubungan pusat dan daerah, 3. pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, 4. pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, serta 5. yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
4. Bamus selanjutnya menunjuk Komisi atau Baleg untuk membahas RUU tersebut, dan mengagendakan pembahasannya. 5. Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja, Komisi atau Badan Legislasi mengundang anggota alat kelengkapan DPD sebanyak banyaknya 1/3 (sepertiga) dari jumlah Anggota alat kelengkapan DPR, untuk membahas RUU Hasil pembahasannya dilaporkan dalam Rapat Paripurna. 6. RUU yang telah dibahas kemudian disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden dengan permintaan agar Presiden menunjuk Menteri yang akan mewakili Presiden dalam melakukan pembahasan RUU tersebut bersama DPR dan kepada Pimpinan DPD untuk ikut membahas RUU tersebut. 7. Dalam waktu 60 (enam puluh) hari sejak diterimanya surat tentang penyampaian RUU dari DPR,Presiden menunjuk Menteri yang ditugasi mewakili Presiden dalam pembahasan RUU bersama DPR. Kemudian RUU dibahas dalam dua tingkat pembicaraan di DPR.