You are on page 1of 14

PENDAHULUAN Hijauan pakan yang terbagi menjadi legum dan rumput merupakan sumber pakan penting bagi ternak

untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi ternak tersebut. Namun terkadang ketersediaan hijauan pakan tersebut tidak selamanya dapat terpenuhi. Untuk meningkatkan produksi hijauan pakan diperlukan suatu Ilmu Tanaman Pakan sebagai pengetahuan penunjang dalam budidaya tanaman pakan. Salah satu upaya yang ditempuh untuk mempercepat proses pertumbuhan tanaman ialah dengan scarifikasi biji dan pemupukan. Teknik scarifikasi merupakan usaha untuk mamatahkan benih dorman yang diakibatkan oleh kulit biji yang impermeable. Macam dan cara scarifikasi yaitu secara fisik dengan air panas, secara kimia dengan asam pekat dan secara mekanis dengan pengamplasan. Pemupukan dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman. Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui teknik penanaman hijauan pakan bagi ternak sehingga diperolah hasil yang optimal. Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui cara-cara yang dapat ditempuh untuk mempercepat produksi hijauan pakan, meningkatkan kualitas dan ketersediaan hijauan pakan bagi ternak.

ACARA I

SCARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH

BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Scarifikasi Scarifikasi adalah usaha mengubah kulit benih yang tidak permeabel menjadi permeabel yang bertujuan untuk menghilangkan sifat dormansi fisik benih terhadap gas dan air (Reksohadiprodjo, 1985). Scarifikasi dapat dilakukan dengan cara fisik, mekanik, dan kimia (Soetarno, 1994). Faktor yang mempengaruhi scarivikasi 1.1.1. Perlakuan fisik Scarifikasi dengan cara fisik yaitu dengan merendam benih dalam air panas (Reksohadiprodjo, 1985). Beberapa jenis benih kadang diberi perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Perlakuan perendaman dalam air panas dilakukan dengan cara merendam biji selama 10 menit. Hal ini ditujukan agar kulit benih menjadi lebih lunak sehingga memudahkan terjadinya perkecambahan (Soetarno, 1994). 1.1.2. Perlakuan mekanik Scarifikasi dapat dilakukan dengan cara mekanik (pengamplasan). Perlakuan mekanis umumnya digunakan untuk memecah dormansi benih akibat impermeabilitas kulit, baik terhadap air maupun gas, resistensi mekanis kulit perkecambahan yang terdapat pada kulit biji (Soetarno, 1994). Cara-cara mekanis yang dilakukan adalah mengikir atau menggosok kulit biji yaitu dengan pisau atau amplas, sedangkan perlakuan impaction (goncangan) untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus (Soetopo, 1988).

1.1.3. Perlakuan kimia Scarifikasi secara kimia menggunakan asam sulfat (H2SO4) pekat, yaitu dengan merendam biji ke dalamnya selama 5 menit (Kartasapoetra, 1989). Hal ini bertujuan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada saat proses imbibisi berlangsung (Ensminger, 1992). Selain itu dapat juga menggunakan KNO3 untuk mengganti peranan cahaya dan mempercepat penerimaan benih akan oksigen. Scarifikasi secara kimia juga dapat memberantas penyakit yang berada di dalam benih, sehingga persentase tumbuh akan baik. Hal ini dikarenakan biji-biji tersebut telah terbebas dari penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan dari biji tersebut (Kartasapoetra, 1989). 1.1.4. Uji muncul tanah Perkecambahan merupakan serangkaian peristiwa penting yang terjadi sejak benih dorman sampai bibit tumbuh. Perkecambahan biji tergantung kualitas benih, kondisi lingkungan dan usaha pemecahan dormansi (Setyati, 1996). Fungsi air pada perkecambahan adalah untuk melunakkan kulit benih yang menyebabkan pecahnya atau robeknya kulit benih, mengencerkan protoplasma sehingga dapat aktif, memberi fasilitas masuknya oksigen dan sebagai alat transport makanan dari endosperm ke titik tumbuh (Harjadi, 1996). Pengaruh suhu terhadap perkecambahan adalah mempengaruhi penyerapan air, hidrolisa makanan cadangan, mobilisasi makanan, asimilasi, respirasi dan pertumbuhan bibit (Kamil, 1974). Pengaruh cahaya adalah sebagai kontrol dalam perkecambahan biji (Harjadi, 1996).

1.1.5

Benih Benih adalah biji tanaman yang digunakan untuk tujuan penanaman atau

simbol dari suatu permulaan dan merupakan inti dari kehidupan di alam semesta dengan kegunaan terpentingnya sebagai penyambung dari kehidupan suatu tanaman (Sutopo, 1985). Pengertian benih secara botanis atau tepatnya secara embriologis adalah biji yang berasal dari ovule (Kamil, 1983). Menurut strukturnya biji adalah suatu ovule atau bakal biji yang masak dan mengandung suatu tanaman mini atau embrio yang biasanya terbentuk dari bersatunya sel-sel generatif (gamet) di dalam embrio serta cadangan makanan yang mengelilingi embrio (Sutopo, 1985). Perkembangan dengan biji merupakan cara umum dalam mengembangbiakkan tanaman baik penyerbukan sendiri maupun silang dan yang paling memuaskan dalam penyimpanan makanan dalam jangka waktu yang lama (Setyati, 1996).

BAB II MATERI DAN METODE Praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi Scarifikasi dan Uji Muncul Tanah dilaksanakan pada hari Senin, 2 November 2009 pukul 15.30 17.30 WIB bertempat di Laboratotium Ilmu Tanaman Pakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang.

2.1.

Materi Peralatan yang digunakan antara lain, bak perkecambahan, kapas, dan media

tanah sebagai media tanam, amplas untuk menghilangkan dan alat tulis. Bahan yang digunakan antara lain benih legume (sentro, calopo, puero), H2SO4 96%, dan air panas. 2.2. Metode

2.2.1. Scarifikasi Mengambil legume jenis calopo sebanyak 30 butir. Melakukan scarifikasi secara fisik dengan merendam semua jenis benih dalam air panas (600C) selama 10 menit, scarifikasi secara kimia dengan merendam jenis benih dalam H2SO4 96 % selama 5 menit untuk centro dan calopo dan 15 menit untuk puero, dan scarifikasi secara mekanik dengan mengamplas semua jenis benih hingga bagian bagian dormasi kulit pecah. 2.2.2. Perkecambahan dan uji muncul tanah Menyemai benih yang telah discarifikasi pada bak perkecambahan dan media tanah masing-masing sebanyak 15 butir. Mengamati dan menyiraminya setiap hari selama empat belas hari. Membuang benih yang busuk dan terkena jamur serta yang sudah dihitung.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Uji Perkecambahan Tabel 1. Hasil Penghitungan Vigor Index dan Coefisien Vigor Biji Calopo RataRata Kecambah Macam Scarifikasi IV CV (%) Fisik 0,46 9,09 33,33 Kimia 1,91 11,38 93,33 Mekanik 2,7 13,86 93,33 Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2009

Berdasarkan hasil praktikum scarifikasi pada tabel 1, menunjukan bahwa perlakuan mekanik memberikan hasil yang lebih baik terhadap perkecambahan biji calopo yang tumbuh. Karena dengan pengamplasan, kulit keras yang menyelimuti biji lebih cepat hilang sehingga biji menjadi lunak selain itu air dan gas mudah diserap. Hal ini sesuai dengan pendapat Soetarno et al., (1994) bahwa pengamplasan (mekanis) dapat mengikis kulit benih yang keras dan impermeabel terhadap air dan gas menjadi permeabel, sehingga syarat utama perkecambahan yaitu penyerapan air dan gas yang cukup dapat terpenuhi. Reksohadiprodjo (1985) menambahkan bahwa scarifikasi adalah usaha mengubah kulit benih yang tidak permeabel menjadi permeabel yang bertujuan untuk menghilangkan sifat dormansi fisik benih terhadap gas dan air. Perlakuan scarifikasi menggunakan asam sulfat atau H2SO4 96% memberikan hasil yang cukup baik pada perkecambahan biji calopo. Hal ini sesuai dengan pendapat Ensminger (1992) bahwa perendaman menggunakan asam sulfat pekat menyebabkan kulit biji mejadi permeabel terhadap air sehingga kulit biji mudah tumbuh dalam periode yang pendek. Kartasapoetra (1989) menambahkan bahwa scarifikasi kimia dapat memberantas penyakit yang berada di dalam benih, sehingga persentase tumbuh akan baik karena biji-biji tersebut telah terbebas dari penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan dari biji tersebut. Perlakuan scarifikasi dengan air panas pada suhu 60oC, menghasilkan persentase daya kecambah yang rendah diantara perlakuan scarifikasi dengan pengamplasan dan perendaman menggunakan H2SO4. Hal ini karena cepatnya biji berkecambah dipengaruhi oleh faktor suhu dan pengaruh cahaya, kecepatan

berkecambahan akan meningkat dengan meningkatnya temperatur. Biji legum mudah menurunkan daya kecambahnya terutama daya kecambahnya terutama bila kadar air dalam biji diatas 13% dan disimpan dalam ruangan yang suhunya 250C serta kelembaban diatas 80% (Suprapto, 1992). Faktor lain adalah dengan perendaman air panas yang waktunya kurang lama sehingga kulit biji yang keras belum begitu membuka (Sutopo, 1985).

3.2. Uji Muncul Tanah Tabel 2. Hasil Penghitung Vigor Index dan Coefisien Vigor Biji Calopo Ratarata Kecambah Macam Scarifikasi IV CV (%) Fisik 0,8 13,04 40 Kimia 1,32 11,49 66,67 Mekanik 2,3 16,3 100 Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2009 Bedasarkan persentase daya kecambah yang diperoleh dapat dilihat bahwa uji muncul tanah dengan menggunakan cara pengamplasan lebih cepat daripada dengan larutan H2SO4 96% dan air panas pada suhu 60oC. Hal ini disebabkan pengamplasan kulit keras yang menyelimuti biji lebih cepat hilang daripada larutan H2SO4 96% dan air panas bersuhu 60oC. Sesuai pendapat Setyati (1996) bahwa perkecambahan biji tergantung kualitas benih, kondisi lingkungan dan usaha

pemecahan dormansi. Selain itu Sutopo (1985) menambahkan bahwa uji muncul tanah juga dipengaruhi oleh faktor kedalaman biji. Kedalaman yang sesuai dangan kebutuhan maka tanaman akan mempunyai persentase tumbuh yang baik.

BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan hasil praktikum scarifikasi dan uji muncul tanah maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode scarifikasi secara mekanis memberikan dampak yang lebih baik terhadap perkecambahan dan uji muncul tanah daripada scarifikasi secara kimia dan secara fisik. Daya kecambah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tingkat kemasakan biji, tingkat dormansi biji, temperatur lingkungan dan penyakit. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemunculan kecambah ke permukaan tanah adalah ukuran biji dan kedalaman biji dalam tanah. Penyebab biji yang discarifikasi tidak dapat

berkecambah, antara lain biji yang kurang masak, biji yang sudah rusak dan cara scarifikasi yang salah.

DAFTAR PUSTAKA Ensminger. 1992. The Stocmammans, Handbook 4th Edition. Interstate Danville Inc, USA. Harjadi, S. 1996. Pengantar Agronomi. Multi Aksara, Jakarta. Kamil, Ph. D. 1974. Teknologi Benih. Departemen Agroekonomi Fakultas Pertanian Padang, Padang. Soetarno, S dan D. W. Widjajanto. 1994. Petunjuk Praktikum Landasan Agrostologi. Yayasan Dharma Agrika, Semarang. Soetopo, L. 1988. Teknologi Benih. CV Rajawali, Jakarta.

Kartasapoetra, A. 1989. Teknih Benih. PT Bina Angkasa, Jakarta. Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Hijauan Makanan Ternak Tropik. Balai Penerbitan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Setyati, S.H. 1996. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sutopo 1985 Kamil 1983

LAMPIRAN 1. Perkecambahan Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Kecambah Macam Scarifikasi Hari Fisik Kimia ke Sentro Puero Kalopo Sentro Puero Kalopo 1 2 3 2 4 5 6 7 8 5 9 1 2 10 1 11 2 3 12 1

Mekanik Sentro Puero Kalopo 1 3 1 2 4 1 2

13 14 1 1 Jml 5 14 Rata0,36 1 rata Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2009

14 1

2. Uji Muncul Tanah Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Muncul Tanah Macam Scarifikasi Hari Fisik Kimia ke Sentro Puero Kalopo Sentro Puero Kalopo 1 2 1 3 1 4 5 3 6 7 8 9 2 10 1 11 3 12 1 13 2 14 2 Jml 6 10

Mekanik Sentro Puero Kalopo 2 6 1 1 2 2 15

Rata0,42 0,7 rata Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2009

1,07

You might also like