You are on page 1of 8

TUGAS KEWARGANEGARAAN

OLEH: DWI RAHMAD SETIAWAN NIM: F1E110071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALUOLEO 2012

PANCASILA SEBAGAI ILMU FILSAFAT


Filsafat adalah ilmu yang mencari dan mempelajari tentang hakekat (metafisika). Oleh karena itu filsafat juga disebut Ilmu tentang hakekat atau ilmu hakekat (metafisika). Adapun cabang-cabang filsafat adalah sebagai berikut: 1. Metafisika: memepelajari hal-hal yang ada di balik alam fisik/alam indrawi (riil), yang meliputi bidang-bidang : ontologi, kosmologi, antropologi, dan theologi. 2. Epistimologi: yang mepelajari tentang hakekat pengetahuan. 3. Logika mempejari tentang kaidah-kaidah berpikir, yakni tentang axioma, dalil dan rumusan berpikir (thinking) dan bernalar (reasoning) 4. Etika: mempejari hal-hal yang berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia. 5. Estetika: mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan yang indah (estetik) dan yang mempunyai nilai seni (artistik). 6. Methodologi: mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan suatu metode, diantaranya, metode deduksi, induksi, analisa, dan sintesa. Berdasarkan cabang-cabang filsafat inilah, maka Pancasila dapat dikatakan sebagai Sistem Filsafat, karena di dalamnya terdapat nilai-nilai Ketuhanan (theologi), nilai manusia (antropologi), nilai kesatuan (metafisika, yang berhubungan dengan penger tian hakekat satu), kerakyatan (hakekat demokrasi) dan keadilan (hakekat keadilan). Secara ontologis sila-sila dalam Pancasila, yaitu: Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat dan Adil. Menurut Drs. Lasiyo dan Drs. Yuwono dalam bukunya Pancasila (Pendekatan Secara Kefilsafatan) menyebutkan bahwa: a) Hakekat Tuhan , antara lain adalah : Sebab pertama (causa prima) Maha Esa Asal mula dari segala sesuatu (jawa: sangkan paraning dumadi) Segala sesuatu yang ada tergantung kepada-Nya Sempurna dan Maha Kuasa, Maha rahim Tidak berubah, tidak terbatas, adanya mutlak Pencipta dan pengatur alam semesta b) Hakekat Manusia adalah berdasarkan konsep Manusia Monopluralis Notonegoro, yang terjelma dalam Susunan kodrat, terdiri dari makhluk berjiwa dan makhluk beraga, sifat kodrat, terdiri makhluk individu dan makhluk sosial, dan Kedudukan kodrat, yang terdiri dari makhluk yang berdiri sendiri dan makhluk Tuhan . c) Hakekat Satu Tak dapat dibagi dan terpisahkan dari segala sesuatu yang lain Merupakan diri pribadi dalam arti mempunyai sifat, bentuk, susunan dan keadaan diri sendiri. Terpisah dengan hal lain yang mempunyai tempat dan ruang sendiri. Contoh: - Ikrar Sumpah Pemuda (Satu bangsa, satu bahasa,satu tanah air.

d) Hakekat Rakyat Keseluruhan jumlah dari semua warga dalam Negara. Segala sesuatunya meliputi semua warga dan untuk seluruh warga. Adanya hak-hak serta kewajiban asasi, politis, ekonomi bagi setiap warga perseorangan dalam kaitannya dengan hakekat manusia dan negara. e) Hakekat Adil Adanya pemenuhan hak dan kewajiban dalam hidup kehidupan manusia. Wajib harus lebih diutamakan dari pada hak. Pemenuhan wajib dan hak itu meliputi: 1. Keadilan Distributif (Membagi), yakni keadilan yang diberikan pemerintah /negara kepada rakyat/warga negara. Misal: Bunyi alinea ke 4 Pembukaan UUD 1945, yakni Negara berkewajiban melidungi tumpah darah Indonesia, memajukan kesejah teraan umum, dan mencerdasakan kehidupan bangsa. 2. Keadilan Legal (Keadilan Taat), yakni keadilan yang diberikan warga negara kepada pemerintah. Misal: membayar pajak, bela negara. 3. Keadilan Komutatif (Keadilan Timbal Balik), yakni keadilan yang terjadi karena adanya hubungan antar sesama warga (individu) dengan warga (individu) yang lain. Misal: Hubungan perkawinan, hubungan /perjanjian utang, piutang antar individu. Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang merupakan kenyataan objektif yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Pancasila memberi petunjuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa membedakan suku atau ras. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan negara yang dimaksud adalah bahwa semua aturan kehidupan hukum kegiatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berpedoman pada pancasila. Karena pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum bangsa dan negara republik indonesia. Orang yang berfikir kefilsafatan ialah orang yang tidak meremehkan terhadap orang yang lebih rendah derajatnya dan tidak menyepelekan masalah yang kecil, dan selalu berfikiran positif, kritis, dan berdifat arif bijaksana, universal dan selalu optimis. CONTOH. Seorang ilmuan tidak puas mengenal ilmu hanya dari segi/sudut pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dari konstelasi lainnya. Sumber pengetahuan pancasila pada dasarnya adalah bangsa indonesia itu sendiri yang memiliki nilai adat istiadat serta kebudayaan dan nilai religius. Tentang kebenaran pengetahuan pancasila berdasarkan tingkatnya, maka pancasila mengakui kebenaran yang bersumber pada akal manusia. Potensi yang terdapat dalam diri manusia untuk mendapatkan kebenaran dalam kaitannya dengan pengetahuan positif. Pancasia juga mengakui kebenaran pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi/perasaan.

Manusia pada hakikatnya kedudukan kodratnya adalah sebagai makhluk tuhan yang maha esa, maka sesuai dengan sila pertama pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak sebagai tingkatan kebenaran yang tertinggi. Selain itu dalam sila ke 3, ke 2, ke 4, dan ke 5, maka epistimologis ( hakikat dan sistem pengetahuan ) pancasila juga mengakui kebenaran konsensus terutama dalam kaitannya dengan hakikat sifat kodrat manusia makhluk individu dan sosial. Dasar Axiologis ( Hakikat, Nilai, Kriteria ) Sila Sila Pancasila Bidang axiologis adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis & tingkatan nilai serta hakikat nilai seperti nilai alamiah & jasmaniah, tanah subur, udara bersih, air bersih, cahaya dan panas cahaya matahari Menurut tinggi rendahnya, nilai dapat digolongkan menjadi 4 tingkatan sebagai berikut : 1. Nilai kebenaran, yaitu nilai bersumber pada akal, rasio, budi atau cipta manusia 2. Nilai keindahan/nilai estetis yaitu yang bersumber pada perasaan manusia 3. Nilai kebaikan/nilai moral, yaitu nilai yang bersumber pada unsur kehendak manusia 4. Nilai religius yang merupakan nilai keharmonian tertinggi dan bersifat mutlak Nilai ini berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan manusia dan bersumber pada wahyu yang berasal dari tuhan yang maha esa.

PANCASILA SEBAGAI PENGETAHUAN ILMIAH

A. Pancasila Secara Ilmiah Pengetahuan ilmiah dapat disebut juga dengan istilah ilmu. Ilmu menurut The Liang Gie (1998:15) merupakan serangkaian kegiatan manusia dengan pemikiran dan menggunakan berbagai tata cara sehingga menghasilkan sekumpulan pengetahuan yang teratur mengenai gejala-gejala alami, kemasyarakatan, perorangan dan tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pengalaman dan memberikan penjelasan atau melakukan penerapan. Pengertian ilmu dapat dijelaskan dengan tiga segi yakni kegiatan, tata cara dan pengatahuan yang teratur sebagai hasil kegiatan. Pancasila termasuk Filsafat Pancasila sebagai suatu kajian ilmiah harus memenuhi syaratsyarat ilmiah, menurut Ir. Poedjowijatno dalam bukunya Tahu dan Pengetahuan mencatumkan syarat-syarat ilmiah sebagai berikut : - berobjek - bermetode - bersistem - bersifat universal

1. Berobjek Dalam filsafat, ilmu pengetahuan dibedakan antara obyek formal dan objek material. Objek Formal Pancasila adalah suatu sudut pandang tertentu dalam pembahasan Pancasila. Pancasila dapat dilihat dari berbagai sudut pandang misalnya : Moral (moral Pancasila), Ekonomi (ekonomi Pancasila), Pers (Pers Pancasila), Filsafat (filsafat Pancasila), etika (etika pancasila), dan sebagainya. Objek Material Pancasila adalah suatu obyek yang merupakan sasaran pembahasan dan pengkajian Pancasila baik yang bersifat empiris (dapat dipegang) maupun non empiris (tidak dapat dipegang). Bangsa Indonesia sebagai kausa material (asal mula nilai-nilai Pancasila), maka objek material pembahasan Pancasila adalah bangsa Indonesia dengan segala aspek budaya dalam bermayarakat, berbangsa dan bernegara. Objek material empiris berupa lembaran sejarah, bukti-bukti sejarah, benda-benda sejarah dan budaya, Lembaran Negara, naskah-naskah kenegaraan, dan sebagainya. Objek material non empiris meliputi nilai-nilai budaya, nilai-nilai moral, nilai-nilai religius yang tercermin dalam kepribadian, sifat, karakter dan pola-pola budaya.

2. Bermetode Bermetode atau mempunyai metode berarti memiliki seperangkat pendekatan sesuai dengan aturan-aturan yang logis. Metode merupakan cara bertindak menurut aturan tertentu. Metode adalah seperangkat cara/sistem pendekatan dalam rangka pembahasan Pancasila untuk mendapatkan suatu kebenaran yang bersifat objektif. Metode yang baik akan memudahkan seseorang mempelajari dan memahami ilmu pengetahuan tersebut. Metode keilmuan dapat debedakan menjadi metode keilmuan kuantitatif dan metode keilmuan kualitatif.

Metode keilmuan kuantitatif adalah cara berpikir ilmiah dengan prosedur kuantitatif, yang berarti bahwa segala sesuatunya dikuantifikasikan, orentasinya didasarkan matematika-statistika sebenarnya yang merupakan salah satu sarana. Metode keilmuan kualitatif merupakan metode yang berbeda dengan metode kuantitatif sebab metode ini cara telaah untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dan mengembang teori secara kualitatif, misalnya dengan intervensi, koprasi, hermeneutic dan sebagainya. Metode dalam pembahasan Pancasila sangat tergantung pada karakteristik objek formal dan material Pancasila. Salah satu metode adalah analitico syntetic yaitu suatu perpaduan metode analisis dan sintesa (sesuatu yg umum dikaji sec mendalam dan menghasilkan kesimpulan). Oleh karena objek Pancasila banyak berkaitan dengan hasil-hasil budaya dan objek sejarah maka sering digunakan metode hermeneutika yaitu suatu metode untuk menemukan makna dibalik obyek, demikian juga metode koherensi historis serta metode pemahaman penafsiran dan interpretasi. Metode-metode tersebut senantiasa didasarkan atas hukum-hukum logika dalam suatu penarikan kesimpulan.

3. Bersistem Suatu pengetahuan ilmiah harus merupakan sesuatu yang bulat dan utuh. Bagian-bagiannya harus merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan tidak berkontradisi sehingga membentuk kesatuan keseluruhan. Bagian-bagian dari pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu kesatuan antara bagian-bagian saling berkaitan baik hubungan interelasi (saling berhubungan) maupun interdependensi (saling ketergantungan). Pembahasan Pancasila secara ilmiah harus merupakan suatu kesatuan dan keutuhan (majemuk tunggal) yaitu ke lima sila baik rumusan, inti dan isi dari sila-sila Pancasila merupakan kesatuan dan kebulatan. Sila 5:: tuj. Negara. 4. Universal Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah harus bersifat universal atau dapat dikatakan bersifat objektif, dalam arti bahwa penelusuran kebenaran tidak didasarkan oleh alasan rasa senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, melainkan alasan karena yang dapat diterima oleh akal, dengan demikian kebenarannya relatif, tidak dapat dibatasi oleh waktu, ruang, keadaan, kondisi, maupun jumlah tertentu ( Sri Soeprapto, 1997:3). Nilai-nilai Pancasila bersifat universal atau dengan kata lain intisari, esensi atau makna yang terdalam dari sila-sila Pancasila pada hakekatnya bersifat universal. Berlaku tanpa batas. Tidak hanya berlaku di ina ttp jg berlaku di tempat lain/ negara lain. Bersifat umum kolektif: sila 3, sila 5 Bersifat umum universal: sila 1, sila 2, sila 4 B. Tingkatan Pengetahuan Ilmiah Sebelum kita memahami lebih jauh mengenai tingkat pengetahuan, terlebih dahulu saya akan mengemukakan pengertian pengetahuan. Pengetahuan adalah suatu keadaan yang hadir dikarenakan persentuhan kita dengan suatu perkara. Keluasan dan kedalaman kehadiran kondisikondisi ini dalam pikiran dan jiwa kita sangat bergantung pada sejauh mana reaksi, pertemuan,

persentuhan, dan hubungan kita dengan objek-objek eksternal sehingga makrifat dan pengetahuan ialah suatu keyakinan yang kita miliki yang hadir dalam syarat-syarat tertentu dan terwujud karena terbentuknya hubungan-hubungan khusus antara subjek (yang mengetahui) dan objek (yang diketahui) dimana hubungan ini sama sekali kita tidak ragukan. John Dewey menyamakan antara hakikat itu sendiri dan pengetahuan dan beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil dan capaian dari suatu penelitian dan observasi. Menurutnya, pengetahuan seseorang terbentuk dari hubungan dan jalinan ia dengan realitas-realitas yang tetap dan yang senantiasa berubah. Selanjutnya, tingkat pengetahuan ilmiah dalam masalah ini bukan berarti tingkatan dalam hal kebenarannya namun lebih menekankan pada karakteristik pengetahuan masing-masing. Tingkatan pengetahuan ilmiah sangat ditentukan oleh macam pertanyaan ilmiah sebagai berikut : Deskriptif suatu pertanyaan bagaimana Kausal suatu pertanyaan mengapa Normatif suatu pertanyaan kemana Esensial suatu pertanyaan apa

1. Pengetahuan Deskriptif Pengetahuan deskriptif yaitu suatu jenis pengetahuan yang memberikan suatu keterangan, penjelasan objektif. Kajian Pancasila secara deskriptif berkaitan dengan kajian sejarah perumusan Pancasila, nilai-nilai Pancasila serta kajian tentang kedudukan dan fungsinya.

2. Pengetahuan Kausal Pengetahuan kausal adalah suatu pengetahuan yang memberikan jawaban tentang sebab akibat. Kajian Pancasila secara kausal berkaitan dengan kajian proses kausalitas terjadinya Pancasila yang meliputi 4 kausa yaitu kausa materialis, kausa formalis, kausa efisien dan kausa finalis. Selain itu juga berkaitan dengan Pancasila sebagai sumber nilai, yaitu Pancasila sebagai sumber segala norma.

3. Pengetahuan Normatif Pengetahuan normatif adalah pengetahuan yang berkaitan dengan suatu ukuran, parameter serta norma-norma. Dengan kajian normatif dapat dibedakan secara normatif pengamalan Pancasila yang seharusnya dilakukan (das sollen) dan kenyataan faktual (das sein) dari Pancasila yang bersifat dinamis.

4. Pengetahuan Esensial Pengetahuan esensial adalah tingkatan pengetahuan untuk menjawab suatu pertanyaan yang terdalam yaitu pertanyaan tentang hakekat sesuatu. Kajian Pancasila secara esensial pada hakekatnya untuk mendapatkan suatu pengetahuan tentang intisari/makna yang terdalam dari silasila Pancasila (hakekat Pancasila).

You might also like