You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Dewasa ini telah banyak dikembangkan mdel-model pengembangan kurikulum. Setiap model pengembangan kurikulum tersebut memiliki karakteristik pada pola desain, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut dalam pembelajaran. Dalam pengembangan kurikulum dapat diidentifikasi berdasarkan basis apa yang akan dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti alternatif yang menekankan pada kebutuhan mata pelajaran, peserta didik, penguasaan kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakat atau permasalahan sosial. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum perlu dilakukan dengan berlandaskan pada teori yang tepat agar kurikulum yang dihasilkan bisa efektif. Dalam praktek pengembangan kurikulum sering terjadi cendrung hanya menekankan pada pemenuhan mata pelajaran. Artinya disiplin ilmu yang terstruktur, sistematis dan logis, sehingga mengabaikan pengetahuan dan kemampuan aktual yang dibutuhkan sejalan perkembangan masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH Adapun masalah masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu : 1. Jelaskan definisi model pengembangan kurikulum ? 2. Sebutkan jenis model pengembangan kurikulum ? 3. Jelaskan definisi organisasi kurikulum ? 4. Sebutkan bentuk-bentuk organisasi kurikulum ? C. TUJUAN Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah supaya para pendidik dan pesarta didik dapat memahami dan mengetahui bagaimana model dalam pengembangan kurikulum untuk mencapai keberhasilan dalam dunia pendidikan.

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Model Pengembangan Kurikulum Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (impelementation), dan mengevaluasi (evaliatoon) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan. Pengembangan kurikulum tidak dapat terlepas dari bberbagai aaspek yang memengaruhinya, seperti cara berfikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengmbangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Agar dapat mengembangkan kurikulum secara baik, pengembang kurikulum semestinya memahami berbagai jenis model pengembangan kurikulum. Yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum yaitu langkah atau prosedur sistematis dalam proses penyususnan suatu kurikulum. Dengan memahami esensi model pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif model pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum diharapkan akan bisa bekerja secara lebih sistematis, sistemik dan optimal. Sehingga haarpan ideal terwujudnya suatu kurikulum yang akomodatif dengan berbagai kepentingan, teori dan praktik, bisa diwujudkan. B. Model-model Pengembangan Kurikulum 1. Model Ralph Tyler Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Tyler (1949) diajukan berdasarkan pada beberapa pernyataan yang mengarah pada langkahlangkah dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, menurut Tyler ada

empat tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum, yang meliputi : a. Menentukan tujuan pendidikan Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan harus menggambarkan perilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program pendidikan. Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan tujuan pendidikan menurut Tyler, yaitu : a) hakikat pesarta didik b) kehidupan masyarakat masa kini dan c) pandangan para ahli bidang studi. Penentuan tujuan pendidikan dengan berdasarkan masukan dari ketiga aspek tersebut. Selain itu ada lima faktor yang menjadi arah penentu tujuan pendidikan, yaitu : pengembangan kemampuan berfikir, membantu

memperoleh informasi, pengembangan sikap kemasyarakatan, pengembangan minat peserta didik, dan pengembangan sikap sosial. b. Menentukan proses pembelajaran Menetukan proses pembelajaran apa yang paling cocok dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses pembelajaran adalah persepsi dan latar belakang kemampuan paserta didik. c. Menentukan organisasi pengalaman belajar Setelah proses pembelajaran ditentukan, selanjutnya menentukan organisasi pengalaman belajar. Pengalaman belajar di dalamnya mencakup tahapan-tahapan belajar dan isi atau materi belajar. Bahan yang harus dilakukan, diorganisasikan sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan dalam pencapaian tujuan. d. Menentukan evaluasi pembelajaran Menetukan jenis evaluasi apa yang cocok digunakan, merupakan kegiatan akhir dalam model Tyler. Jenis penilaian yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan pendidikan atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses belajar yang telah ditetapkan sebelumnya.

Agar penetapan jenis evaluasi bisa tepat, maka para pengembang kurikulum disamping harus memerhatikan komponen-komponen kurikulum lainnya, juga harus memerhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang ada.

2. Model Administratif Pengembangan kurikulum model ini disebut juga dengan istilah dari atas ke bawah (top down) atau staf lini (line-staff procedure), artinya pengembangan kurikulum ini ide awal dan pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Tim ini sekaligus sebagai tim pengarah dalam pengembangan kurikulum. Langkah kedua adalah membentuk suatu tim panitia pelaksana atau komisi untuk mengembangkan kurikulum yang didukung oleh beberapa anggota yang terdiri dari para ahli, yaitu: ahli pendidikan, kurikulum, disiplin ilmu, tokoh masyarakat, tim pelaksana pendidikan, dan pihak dunia kerja. Tim ini bertugas untuk mengembangkan konsep-konsep umum, landasan, rujukan, maupun strategi pengembangan kurikulum yang selanjutnya menyusun kurikulum secara operasional berkaitan dengan pengembangan atau perumusan tujuan pendidikan maupun pembelajaran, pemilihan dan penyusunan ramburambu dan substansi materi pelajar, menyusun alternatif proses pembelajaran, dan menentukan penilaian pembelajaran. 3. Model Grass Roots Pengembangan kurikulum model ini kebalikan dari model adaministratif. Model Grass Roots merupakan model pengembangan kurikulum yang dimulai dari arus bawah. Dalam prosesnya pengembangan ini diawali atau dimulai dari gagasan guru-guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah. Model Grass Roots lebih demokratis karena pengembangan dilakukan oleh para pelaksana di lapangan, sehingga perbaikan dan peningkatan dapat dimulai dari unit-unit terkecil dan spesifek menuju bagian-bagian yang lebih besar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum model Grass Roots, di antaranya : 1) guru harus memiliki kemampuan yang propesional; 2) guru harus

terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum, penyeselaian permasalahan kurikulum; 3) guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan, dan penentuan evaluasi; 4) seringnya pertemuan pemahaman guru dan akan menghasilkan konsensus tujuan, perinsip, maupun rencana-rancana. Ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam model ini, diantaranya adalah akan bervariasinya sistem kurikulum di sekolah karena menerapkan partisipasi sekolah dan masyarakat secara demokratis. Sehingga apabila tidak terkontrol (tidak ada kendali mutu), maka cendrung banyak mengabaikan kebijakan dari pusat. 4. Model Demonstrasi Model pengembangan kurikulum idenya datang dari bawah (Grass Roots). Semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya digunkan dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering mendapat tantangan atau keidaksetujuan dari pihak-pihak tertentu. Menurut Smith, Stanley, dan Shores, ada dua bentuk model pengembangan ini. Pertama; sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang diorganisasi dan ditunjuk untuk melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen suatu kurikulum. Kedua; dari bebrapa orang guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada, kemudian mereka mengadakan eksperimen, uji coba, dan mengadakan pengembangan secara mandiri. Ada beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini, di antaranya adalah : 1) kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui proses yang telah diuji dan diteliti secara ilmiah; 2) perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek yang lebih khusus kemungkinan kecil akan ditolak oleh pihak administrator, akan berbeda dengan perubahn kurikulum yang sangat luas dan kompleks; 3) hakikat model demonstrasi cerskala kecil akan terhindar dari kesenjangan dokumen dan pelaksanaan di lapangan; 4) model ini akan menggerakkan inisiatif, kreativitas guru-guru serta memberdayakan sumber-sumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan program yang baru.

5. Model Meller-Seller Model pengembangan kurikulum Miller-Seller merupakan pengembangan kurikulum kombinasi dari model transmisi (Gagne) dan model transaksi (Tabas & Robinson), dengan tahapan pengembangan sebagai berikut : a. Klarifikasi Orientasi Kurikulum b. Pengembangan Tujuan c. Identifikasi Model Mengajar d. Implementasi 6. Model Taba (inverted Model) Model Taba merupakan modifikasi dari model Tyler. Modifikasi tersebut penekanannya terutama pada pemusatan perhatian guru. Taba memrcayai bahwa guru merupakan faktor uatama dalam usaha pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan memosisikan guru sebagai inovator dalam pengembangan kurikulum merupakan karakteristik dalam model pengembangan Taba, model ini lebih bersifat induktif, berbeda dengan model tradisional yang deduktif. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : a. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru b. Menguji unit eksperimen c. Mengadakan revisi dan konsolidasi d. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum (developing a frame work) e. Implementasi dan desiminasi 7. Model Beuachamp Model ini dikembangkan oleh George A. Beuachanp, seorang ahli kurikulum. Menurut Beauchamp (1931), proses pengembangan kurikulum meliputi lima tahap, yaitu : a. Menentukan area atau wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum b. Menetapkan personalia c. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum

d. Impelementasi kurikulum e. Evaluasi kurikulum C. Organisai Kurikulum Kurikulum lebih luas daripada sekedar rencana pelajaran, kurikulum meliputi segala pengalaman atau proses belajar siswa yang direncanakan dan dilaksankan di bawah bimbingan lembaga pendidikan. Artinya, kurikulum baukan hanya berupa dokumen bahan cetak melainkan rangkaian aktivitas siswa yang dilakukan di dalam kelas, di laboratorium, di lapangan, maupun di lingkungan masyarakat yang dierncanakan serta dibimbing oleh sekolah. Kurikulum merupakan suatu bahan pelajaran atau mata pelajaran yang akan dipelajari siswa, program pembelajaran, tugas dan konsep yang mempunyai ciri-ciri tersendiri, agenda untuk rekontruksi sosial, serta memberikan bekal untuk kecakapan hidup (Schubert, 1986). Salah satu aspek yang perlu dipahami dalam pengembangan kurikulum adalah aspek yang berkaitan dengan organisasi kurikulum. Organisasi kurikulum berkaitan dengan pengaturan bahn pelajaran, yang selanjutnya memiliki dampak terhadap masalah administratif pelaksanaan proses pembelajaran, team ceaching misalnya (Olivia, 1992:285). Selain itu organisasi kurikulum juga merupakan pola atau desain bahan/isi kurikulum yang tujuannya untuk mempermudahkan siswa dalm mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajran dicapai secara efektif. Ada beberapa prinsip yang harus dipertimbangkan dalam organisasi kurikulum, diantaranya berkaitan dengan ruang lingkup (scope), urutan bahan (sequence), kontinuitas, keseimbangan, dan keterpaduan (integrated). D. Bentuk-bentuk Organisasi Kurikulum a. Organisasi Kurikulum berdasarkan mata pelajaran (subject curiculum) dibedakan atas empat pola, yaitu : 1) Mata Pelajaran Terpisah (Separated Subject Curiculum) Bentuk kurikulum ini sudah lama digunakan, karena organisasi kurikulum bentuk ini sederhana dan mudah dilaksankan. Tetapi tidak selamanya yang daianggap mudah dan sederhana tersebut akan mendukung

terhadap

efektivitas

dan

efisiensi

pendidikan

yang

sesuai

dengan

perkembangan sosial. Mata pelajaran yang terpisah-pisah bertujuan agar generasi muda mengenal hasil-hasil kebudayaan dan pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan secara berabad-abad, agar mereka tak perlu mencari dan menemuka kembali dengan apa yang telah diperoleh dari generasi terdahulu (Nasution, 1986). Dalam proses pembelajarannya bentuk kurikulum ini cenderung kurang memerhatikan aktivitas siswa, karena yang dianggap penting adalah penyampaian sejumlah informasi sebagai bahan pelajaran dapat diterima dan dihafal oleh siswa. 2) Mata Pelajaran Terhubung ( Correlated Curiculum ) Pola kurikulum korelasi, yaitu pola organisasi isi kurikulum yang menghubungkan pembahasan suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, atau saru pokok bahsan dengan pokok bahasan lainnya. Materi kurikulum yang terlepas-lepas diupayakan ddihubungkan dengan materi kurikulum atau mata pelajaran yang sejenis atau relevan dengan tujuan pembelajaran, sehingga dapat memperkaya wawasan siswa. Bahan pelajaran dalam organisasi kurikulum ini memungkinkan substansi pembelajaran bisa lebih bermakna dan mendalam dibandingkan dengan mata pelajaran yang terpisah-pisah. 3) Fusi Mata Pelajaran ( Broadfields curiculum ) Fusi mata pelajaran atau dikenal juga dengan istilah broadfields curiculum adalah jenis organisasi kurikulum yang memiliki hubunngan erat dalm satu kesatuan. Tipe organisasi ini pertama kali dikemukakan oleh phenik, tujuannya adalah agar para pendidik mengerti jenis-jenis arti perkembangan kebudayaan yang efektif, mamfaat yang didapat dari berbagai ragam disiplin ilmu, dan upaya mendidik anak agar menghasilkan anak yang civilized (Idi, 1999:29). Model organisasi ini memiliki keunggulan di antaranya adalah mata pelajaran akan semakin dirasakan kegunaanya, sehingga memungkinkan pengadaan mayta pelajaran yang kaya akan pengertian dan mementingkan

prinsip dasar generalisasi. Ada pun kelemahannya adalah hanya memberikan pengetahuan secara sketsa, abstrak, kurang logis dari suatu mata pelajaran (Soetopo dan Soemanto dalam Idi 1999: 29-30) b. Kurikulm Terpadu ( Integrated Curiculum ) Kurikulum ini memandang bahwa dalam suatu pokok bahasan harus terpasu secara menyeluruh. Keterpaduan ini dapat dicapai melalui pemusatan pelajaran pada satu masalah tertentu dengan alternatif pecahan melalui berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran yang diperlukan, sehingga batas-batas antar mata pelajaran dapat ditiadakan. Kurikulum ini memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara kelompok maupun secara individu, lebih memberdayakan masyarakat sebagi sumber balajar, memungkinkan pembelajaran bersifat individu terpenuhi, serta dapat melibatkan siswa dalam mengembangkan program pembelajaran. Harapan ideal dari kurikulum ini, yaitu dapat membentuk kemanpuan siswa yang terintegrasi, yang menggambarkan manusia yang harmonis sesuai dengan kebutuhan masyarakat maupun sesuai dengan tuntutan potensi siswa sebagai individu. Kemampuan dalam memecahkan masalah secara ilmiah merupakan bagian dari karakteristik pembelajaran dalam kurikulum ini. Penilaian yang dikembangkan dalam kurikulum ini cenderung lebih konfrehensif dan terpadu, yaitu penilaina dilakukan secara utuh terhadap kemampuan siswa selama proses dan setelah pembelajaran. Beberapa bentuk organisasi kurikulum dalam kategori ini di antaranya : kurikulum Inti (Core Curiculum), Sosial Functions dan Persistent Situations serta Experience atau Activity Curiculum. 1) Kurikulum Inti (Core Curikulum) Kurikulm ini merupakan bagian dari kurikulum terpadu (integrated

curiculum). Beberapa karakteristik yang dapat dikaji dalam kurikulum ini adalah : 1) kurikulum ini direncanakan secara berkelanjutan (continue), selalu berkaitan, dan direncanakan secara terus-menerus; 2) isi kurikulum yang dikembangkan merupakan rangkaian dari pengealaman yang saling berkaitan;

3) isi kurkulum selalu mengambil atasa dasar masalah maupun problem yang dihadapi secara aktual; 4) isi kurikulum mengambil atau mengangkat substansi yang bersifat pribadi maupun sosial; 5) isi kurikulum ini

difokusakan berlaku untuk semua siswa, sehingga kurikulum ini sebagai kurikulum umum, tetapi substansinya bersifat problem, pribadi, sosial dan pengalaman yang terpadu. 2) Social Functions dan Persistens Situations Social functions merupak bagian dari kurikulum terpadu. Kurikulum ini didasarkan atas analisis kegiata-kegiatan manusia dalalm masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan manusia sebagai individu dan sebagi anggota msayarakat diantaranya: 1) memelihara dan menjaga keamanan masyarakat; 2) perlinduangan dan pelestarian hidup, kekayaan, dan sumber alam; 3) komunikasi dan teransportasi; 4) kegiatan rekrasi; 5) produksi dan distribusi batrang dan jasa; 6) ekspresi rasa keindahan; 7) kegiatan pendidikan; 8) integrasi kepribadian; 9) konsumsi benda dan jasa. 3) Experience atau Activity Curiculum Experience curiculum sering juga disebut dengan activity curiculum. Kurikulum ini cenderung mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalaman pengalaman siswa dalm rangka membentuk kemampuan yang terintegrasi dengan lingkuanganmaupun dengan potens siswa. Kurikulum ini pada hakikatnya menekankan pada pentingnya siswa berbuat dan melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya vokasional, tetapi tidak meniadakan aspek intelektual atau akademik siswa. Salah satu karakteristik dari kurikulum ini adalah untuk memberikan pendidikan keterampilan a taru kejuruan, tetapi di dalamnya tercakup pengembangan kemampuan intelektual an akademik yang berkaitan dengan aspek keterampilan atau kejuruan tersebut. Ada empat tipe pembelajaran proyek yang dapat dikembangkan dalam activity curiculum, di antaranya:

10

1) Construction on creative project. Pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan ide-ide atau merealisasikan suatu ide dalam suatu bentuk tertentu. 2) Appreciation on enjoyment project. Pembelajaran ini bertujuan menikmati pengalaman-pengalama dalam bentuk apreasi atau estetis (estetika). 3) The problem project. Pembelajaran ini bertujuan untuk memcahkan masalah yang bersifat intelektual, tetapi ada substansi keterampilannya (vokalisonal). 4) The drill or specific project. Pembelajaran ini bertujuan untuk memperoleh beberapa item atau tingkat keterampilan.

11

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (impelementation), dan mengevaluasi (evaliatoon) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan. Yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum yaitu langkah atau prosedur sistematis dalam proses penyususnan suatu kurikulum. Kurikulum lebih luas daripada sekedar rencana pelajaran, kurikulum meliputi segala pengalaman atau proses belajar siswa yang dierencanakan dan dilaksankan di bawah bimbingan lembaga pendidikan. Artinya, kurikulum bukan hanya berupa dokumen bahan cetak melainkan rangkaian aktivitas siswa yang dilakukan di dalam kelas, di laboratorium, di lapangan, maupun di lingkungan masyarakat yang direncanakan serta dibimbing oleh sekolah. Kurikulum merupakan suatu bahan pelajaran atau mata pelajaran yang akan dipelajari siswa, program pembelajaran, tugas dan konsep yang mempunyai ciri-ciri tersendiri, agenda untuk rekontruksi sosial, serta memberikan bekal untuk kecakapan hidup (Schubert, 1986). Organisasi kurikulum merupakan pola susunan kajian isi kurikulum, yang bertujuan untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajara, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara aktif. Ada bebrapa prinsip yang harus dipertimbangkan dalm organisasi kurikulum, diantaranya berkaitan dengan ruang lingkup (scope), uruta bahan (sequence), kontinuitas, keseimbangan, dan keterpaduan (integrated).

12

Secara umum terdapat dua bentuk organisasi kurikulum, yaitu : 1) Kurikulum berdasarkan mata pelajaran (subject curiculum) dibedakan ats empat pola, yaitu : a. Mata Pelajaran Terpisah (Separated Subject Curiculum) b. Mata Pelajaran Terhubung ( Correlated Curiculum ) c. Fusi Mata Pelajaran (Broadfields curiculum) 2) Kurikulum Terpadu ( Integrated Curiculum ) a. Kurikulum Inti b. Social Functions dan Persistenst Situations c. Experience atau aktivity Curiculum B. SARAN Dengan adanya pembuatan makalah ini penulis mengharapkan agar dapat dimanfaatkan dan sebagai literatur bahkan sebagai rujukan bagi mahasiswa dalam memahami pengembangan kurikulum, model pengembangan, serta organisasi kurikulum.

13

DAFTAR PUSTAKA Sukiman Danang. 2006. Telaah Kurikulum. Jakarta : Pustaka, Jakarta

14

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... DAFTAR ISI ..................................................................................................................... BAB I. PENDAHULUAN A. B. C. Latar Belakang .............................................................................................. Rumusan Masalah ........................................................................................ Tujuan ...........................................................................................................

i ii

1 1 2

BAB II. PEMBAHASAN A. B. C. D. Definisi Model Pengembangan Kurikulum .................................................. Bentuk-bentuk Model Pengembanga Kurikulum ......................................... Definisi Organisasi Kurikulum...................................................................... Bentuk-bentuk Organisasi Kurikulum ........................................................... 3 3 4 9

BAB III. PENUTUP A. B. Kesimpulan ................................................................................................... Saran ............................................................................................................. 17 18

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................

12

15

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN ORGANISASI KURIKULUM Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum

Oleh :

Sri Wahyuni Jumianti Asmaul Husna Johan Purnomo Rita Sudiarti


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) PENDIDIKAN EKONOMI DAN KOPERASI UNIVERSITAS SAMAWA SUMBAWA BESAR TAHUN AKADEMIK 2011 / 2012

16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kami hadirkan atas segala kasih yang telah kami terima, sehingga Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tanpa hambatan dan rintangan yang berarti. Makalah yang berjudul Model Pengembangan Kurikulum dan Organisasi Kurikulum ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Telaah Kurikulum. Atas tersusunnya Makalah ini, tidak lupa kami sampaikan terima kasih yang tiada terhingga kepada dosen pemimbing kami, yang telah dengan baik dan sabar dalam memberikan bimbingannya kepada kami. Serta semua pihak-pihak yang bersangkutan yang telah ikut serta membantu kami dalam penyusunan Makalah ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Atas jasa baik tersebut, penulis hanya mampu berdoa, semoga Allah SWT berkenan menerimanya sebagai amal kebaikan. Dalam menyelesaikan Makalah ini, penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk menghindari kesalahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca sangat kami butuhkan, demi perbaikan penulisan lebih lanjut. Semoga tulisan ini dapat membawa manfaat.

Sumbawa besar, April 2012

Penyusun

17

18

You might also like