You are on page 1of 15

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengenali sejarah tasawuf sama saja dengan memahami potongan-potongan
sejarah Islam dan para pemeluknya, terutama pada masa Nabi s.a.w. Sebab, secara
faktual, tasawuf mempunyai kaitan yang erat dengan prosesi ritual ibadah yang
dilaksanakan oleh para Sahabat di bawah bimbingan Nabi. Kenapa gerakan tasawuf
baru muncul paska era Shahabat dan Tabiin? Kenapa tidak muncul pada masa
Rasulullah s.a.w? Jawabannya, saat itu kondisinya tidak membutuhkan tasawuf.
Perilaku umat masih sangat stabil. Sisi akal, jasmani dan ruhani yang menjadi
garapan Islam masih dijalankan secara seimbang. Cara pandang hidupnya jauh dari
budaya pragmatisme, materialisme dan hedonisme.
Tasawuf sebagai sebuah perlawanan terhadap budaya materialisme belum
ada, bahkan tidak dibutuhkan. Karena Nabi, para Sahabat dan para Tabiin pada
hakikatnya sudah sufi. Sebuah perilaku yang tidak pernah mengagungkan kehidupan
dunia, tapi juga tidak meremehkannya. Selalu ingat pada Allah SWT sebagai sang
Khaliq Ketika kekuasaan Islam makin meluas. Ketika kehidupan ekonomi dan sosial
makin mapan, mulailah orang-orang lalai pada sisi ruhani. Budaya hedonisme pun
menjadi fenomena umum. Saat itulah timbul gerakan tasawuf (sekitar pertengahan
abad 2 Hijriah). Gerakan yang bertujuan untuk mengingatkan tentang hakikat hidup.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Tasawuf dari Abad ke Abad?
2. Siapakah tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan tasawuf?

C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah perkembangan tasawuf dari abad ke abad
2. Mengetahui tokoh-tokoh yang terlibat dalam perkembangan tasawuf



2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Tasawuf Salafi (Akhlaqi)
Dalam sejarah perkembangannya, para ahli membagi tasawuf menjadi dua
perkembangan, yaitu : Pertama, perkembangan yang mengarah pada teori-teori
perilaku atau disebut dengan tasawuf salafi (akhlaqi,sunni) yang dikembangkan oleh
para ahli salaf. Kedua, perkembangan yang mengarah pada teori-teori yang rumit dan
memerlukan pemahaman yang lebih mendalam atau disebut dengan tasawuf falsafi
yang dikembangkan oleh para sufi yang berlatar belakang sebagai filosof.
1

1. Perkembangan Tasawuf pada Abad Pertama dan Kedua Hijriyah
Tasawuf pada tahun pertama dan kedua hijriyah lebih mengarah pada
kezuhudan. Adapun contoh dari kezuhudan berasal dari kehidupan Rasululloh s.a.w.
Masa ini dibagi kedalam dua fase, yaitu fase sebelum terbunuhnya sahabat
Ustman dan fase setelah pembunuhan Ustman.
Fase sebelum terbunuhnya sahabat Ustman
Ciri utamanya adalah amal untuk merealisasikan dua kebahagiaan dunia dan
akhirat. Sebagian besar sahabat Rasul s.a.w. tidak mengalahkan akhirat untuk dunia
atau sebaliknya.
Pada masa ini, terdapat fenomena kezuhudan yang cukup menonjol yang
dilakukan oleh sekelompok sahabat Rasul s.a.w yang di sebut dengan ahl al- Shuffah.
Mereka tinggal di emperan masjid Nabawi di Madinah. Pekerjaan mereka hanya
jihad dan tekun beribadah di masjid, seperti belajar, memahami dan membaca Al-
Qur`an, berdzikir, berdoa dan lain sebagainya (Mazguru Imron. 2009). Perbuatan
zuhud mereka didasarkan pada Q.S Al-Anam ayat 52 :
4 g1NO;C> 4g~-.- 4pONN;4C _+4O
jE_E4^) +]/E^-4 4pC@ONC
+OE_;_4 W 4` C^OU4N ;}g` )_)=OgO
}g)` 7/E* 4`4 ;}g` El)=OgO )_^1U4

1
Solihin, M dan Anwar Rosihon. 2008. Ilmu Tasawuf. Bandung, hlm. 61
3

}g)` 7/E* -E1NO;C4- 4pO74 =}g`
--g)U-- ^)g
Artinya : Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhan-nya di
pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya. Kamu
tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan
merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap
perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka,
(sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim). (QS : Al-Anam : 52)
Fase setelah pembunuhan Ustman
Setelah kepemimpinan Khulafaur-Rasyidin selesai, kekhalifahan berganti ke
tangan Bani Umayyah. Meskipun tidak semua, kebanyakan dari khalifah dinasti
umayyah, terutama khalifah yang terakhir memimpin, adalah pejabat yang senang
akan harta dan gemar foya-foya. Keadaan Sosial politik seperti ini menyebabkan
adanya tangapan di kalangan masyarakat, salah satunya adalah dengan
berkembangnya sikap zuhud sebagai bentuk protes terhadap kekuasaan yang ada.
Tema sentral zuhud pada fase ini adalah tawakal dan ridha. Konsep tawakal
dan ridha yang terdapat dalam Al-Qur`an itu yang oleh para asketis sebelumnya
dalam arti etis berubah menjadi madzhab yang sangat ektrim. Pada fase ini banyak
kalangan asketis ( zahid ) melakukan perjalanan masuk ke hutan dengan bertawakal
tanpa bekal apapun dan mereka rela terhadap karunia apa saja yang mereka terima
(Mazguru Imron. 2009).
Pada masa ini pula, khauf menjadi sebuah pendekatan untuk mengajak
orang lain pada kebenaran dan kebaikan. Pendekatan indzar (menakut-nakuti) lebih
dominan dari pada pendekatan tabsyir atau memberi kabar gembira (Mazguru Imron.
2009).
Kehidupan spiritual pada fase akhir abad kedua mempunyai ciri tersendiri.
Konsep zuhud yang semula berpaling dari kesenangan dan kemewahan dunia
berubah menjadi pembersihan jiwa, pensucian hati dan pemurnian kepada Allah.
Latihan-latihan diri (al-riyadlah) sangat menonjol pada fase ini seperti menyepi
4

(khalwah), bepergian (siyahah ), puasa (al-shwm) dan menyedikitkan makan (qillah
al-thaam) bahkan sebagian mereka tinggal di gua-gua. Menurut Ibn Khaldun, orang
yang mengkonsentrasikan beribadah pada fase ini mendapatkan julukan al-Shufiyah
atau al-Mutashawwifah. (Mazguru Imron. 2009).
Perkembangan tasawuf : kontak kebudayaan Hindu, dan Yunani. Menurut
pendapat beberapa orientalis, tasawuf islam berasal atau terpengaruh dari beberapa
agama lain seperti Nasrani, Yunani dan Budha, berikut adalah uraiannya :
a. Unsur Nasrani (Kristen)
Argumentasi mengenai adanya persamaan ajaran tasawuf dengan Nasrani
dinyatakan sebagai berikut (Anwar dan Solihin.2008:30) :
Adanya interaksi antara orang Islam dengan orang Nasrani pada zaman
jahiliyah maupun pada zaman islam.
Adanya kesamaan antara kehidupan para sufi dalam berriyadhoh (melatih
jiwa) dan khalawat (mengasingkan diri) Al-Masih dan para rahib ketika
bersembahyang dan berpakaian (kain wol).
b. Adanya kontak antara bangsa Arab dan Yunani yang dimulai sejak zaman Bani
Umayah dan Abasiyah dimana banyak dilakukan penerjemahan buku atau kitab
asing sehingga memungkinkan ajaran Neo-platonisme tersebar di kalangan
bangsa arab dan mempengaruhi para pemikir Islam. Ajaran Neoplatonisme
misalnya konsep emanasi (pancaran) yang beranggapan bahwa roh berasal dari
tuhan, namun dalam perjalanannya roh menjadi kotor dan untuk
membersihkannya dilakukan dengan menjauhi hal-hal keduniawian dan
mendekati bahkan bersatu dengan tuhan, hal ini dianggap sebagai cikal-bakal
zuhud dalam tasawuf (Anwar dan Solihin.2008)
c. Ajaran Budha pun dianggap mempengaruhi tasawuf. Misalnya konsep fana
dalam tasawuf yang mirip dengan konsep Nirwana (mengajarkan untuk
meninggalkan dunia dan memasuki kekehidupan kontemplatif) pada ajaran
Budha (Nurulhaq, 2009 : 57).

Namun, pendapat-pendapat tadi dianggap hanya berdasarkan hasil
pemikiran logika yang dipengaruhi oleh situasi sosial saja, bukan berdasarkan
penelitian yang komprehensif. Abdul Halim Mahmoud menyangkal pendapat para
5

orientalis diatas, menurutnya Tasawuf Islam hanya bersumber dari Al-Quran dan As-
Sunah (Anwar dan Solihin.2008:39). Begitu pula dengan Harun Nasution, beliau
berpendapat bahwa teori para orientalis diatas sulit untuk dibuktikan karena dalam
ajaran Islam sendiri terdapat ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan hubungan yang
dekat antara Allah dan hamba-Nya, misalnya dalam Q.S. Al-Baqaroh ayat 186
-O)4 ElEc Og14:gN /j_4N O)E+)
RUC@O~ W CUO_q E4O;NE1 ;v-O.-
-O) p4NE1 W W-O+:O4-O41U Oj
W-ONLg`uNO^4 O). _^UE
]7-O4C ^gg
Artinya : Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
jawablah bahwasanya Aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan
orang-orang yang berdoa kepada-Ku.

2. Perkembangan Tasawuf pada Abad Ketiga
Pada abad ketiga hijriyah para sufi mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan
jiwa dan tingkah laku. Perkembangan doktrin-doktrin dan tingkah laku sudi ditandai
dengan upaya menegakkan moral ditengah terjadinya dekadensi moral yang
berkembang saat itu. Ilmu tasawuf berkembang menjadi ilmu moral keagamaan atau
ilmu akhlak keagamaan.
Ilmu tasawuf yang mengkaji akhlak ini terlihat sebagai amalan yang sangat
sederhana. Masyarakat melaksanakan amalan-amalan tasawuf dengan menampilkan
akhlak-akhlak atau moral yang terpuji. Pada abad ketiga ini tasawuf lebih identik
dengan akhlak. Beberapa perkembangan tasawuf pada abad ketiga yang ditandai
dengan adanya segolongan ahli tasawuf yang memcoba menyelidiki inti ajaran
tasawuf yang berkembang pada masa itu. Para ahli membaginya menjadi tiga
macam, yaitu :
Tasawuf yang berintikan ilmu jiwa. Isi ajarannya tentang metode lengkap
mengenai pengobatan jiwa dengan mengkonsentrasikan kejiwaan
manusia pada sang pencipta, sehingga ketegangan dapat teratasi dengan
baik.
6

Tasawuf yang berintikan ilmu akhlak. Isi ajarannya tentang petunjuk-
petunjuk mengenai cara berbuat baik serta cara menghindari keburukan.
Tasawuf yang berintikan metafisika. Isi ajarannya tentang hakikat
melukiskan Illahi, melukiskan sifat-sifat Tuhan.
2.2 Sejarah Perkembangan Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi merupakan tasawuf yang dalam ajaran-ajarannya memadukan
antara visi mistis dan visi rasional sebagai fondasi pengajarannya. Tasawuf Falsafi
mulai muncul pada abad keempat. Akan tetapi, berbeda dengan tasawuf salafi
(Akhlaqi) pada tasawuf falsafi menggunakan terminologi filosofis dalam
pengungkapannya. Terminologi tersebut berasal dari bermacam-macam ajaran
filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya. Pemaduan antara tasawuf dan
filsafat telah membuat ajaran-ajaran tasawuf filosofis telah bercampur dengan
sejumlah ajaran filsafat diluar islam, seperti : Yunani, Persia. India. Akan tetapi ,
orientasinya sebagai tasawuf tetap tidak hilang karena para tokoh-tokohnya tetap
berusaha menjaga kemandirian aliran mereka terutama jika dikaitkan dengan
kedudukan mereka sebagai umat islam. Beberapa abad perkembangan tasawuf, yaitu:
1. Perkembangan Tasawuf pada Abad Keempat Hijriyah
Pada abad ini ditandai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat
dibandingkan dengan kemajuannya diabad ketiga hijriyah, karena usaha maksimal
para ulama tasawuf untuk mengembangkan ajaran tasawufnya masing-masing.
Tokoh-tokoh sufinya antara lain :
Musa Al-Anshary, yang mengajarkan tasawuf di Khurasan (Persia atau Iran).
Abu Hamid bin Muhammad Al-Rubazy, yang mengajarkan tasawuf di kota
Mesir.
Abu Zaid Al-Adamy, mengajarkan tasawuf di Semenanjung Arabiyah.
Abu Ali Muhammad bin Abdil lsafi Wahhab, yang mengajarkan tasawuf di
Naisabur dan kota Syaraz.
2

Dalam mengajarkan tasawuf para sufi menggunakan sistem tarekat. Sistem
tersebut berupa pengajaran dari guru terhadap murid-muridnya yang bersifat teoritis

2
Ibid., hlm. 64
7

serta bimbingan langsung menggunakan cara pelaksanaannya yang disebut suluk
dalam ajaran tasawuf. Ciri lain yang menandai perkembangan tasawuf di abad ini,
yaitu semakin kuatnya unsur filsafat yang mempengaruhi corak tasawuf di berbagai
kota. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya buku filsafat yang tersebar dikalangan
umat islam dari hasil terjemahan orang-orang muslim.
2. Perkembangan Tasawuf pada Abad Kelima Hijriyah
Pada abad ini muncul Imam Al-Ghazali yang sepenuhnya hanya menerima
tasawuf berdasarkan pada Al-Quran dan As-Sunnah serta bertujuan arketisme,
kehidupan sederhana, pelurusan jiwa dan pembinaan moral. Adanya pertentangan
yang turun temurun antara ulama Sufi dengan ulama Fiqih menyebabkan keadaan
semakin rawan ketika berkembangnya mahzab Syiah Ismaailiyah; yaitu suatu
mahzab yang hendak mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keturunan Ali
bin Abi Thalib. Mereka menganggap bahwa dunia ini harus diatur oleh imam, karena
dialah yang langsung menerima petunjuk dari Rasulullah saw. Menurut mereka ada
12 imam mahdi yang berhak mengatur dunia ini. Mereka akan menjelma ke dunia
dengan membawa keadilan dan memurnikan agama islam. Kedua belas imam mahdi
tersebut adalah :
- Ali bin Abi Thalib
- Hasan bin Ali
- Husein bin Ali
- Ali bin Husein
- Muhammad Al-Baakir bin Ali bin Husein
- Jafar shadiq bin Muhammad Al Baakir
- Musa Al-Kazhim bin Jafar Shadiq
- Ali Ridhaa bin Kazhim
- Muhammad Jawwad bin Ali Ridha
- Ali Al-Haadi bin Jawwaad
- Hasan Askary bin Al-Haadi
- Muhammad bin Hasan Al-Mahdi
Selama abad kelima hijriah, aliran tasawuf Sunni terus tumbuh dan
berkembang. Sebaliknya, aliran tasawuf filosofis mulai tenggelam dan muncul
8

kembali dalam bentuk lain pada pribadi-pribadi sufi yang juga filosof pada abad
keenam hijriah dan seterusnya. Kejayaan taswuf Sunni diakibatkan oleh kepiawaian
Abu Hasan Al-Asyari (wafat 324 H) dalam menggagas pemikiran sunninya di
bidang ilmu kalam.
Pada abad kelima hijriyah cenderung mengalami pembaharuan, yakni dengan
mengembalikannya pada landasan Al-Quran dan As-Sunnah. Al-Qusyairi dan Al-
Harrawi dipandang sebagai tokoh sufi yang paling menonjol pada abad ini. Kitab Ar-
Risalah Al-Qusyairiah memperlihatkan dengan jelas bagaiman Al-Qusyairi
mengembalikan landasan tasawuf pada doktrin ahlu sunnah. Dalam penilaiannya, ia
menegaskan bahwa para tokoh sufi aliran ini membina prinsip-prinsip tasawuf atas
landasan tauhid yang benar sehingga doktrin mereka terpelihara dari penyimpangan.
Selain itu, mereka lebih dekat dengan tauhid kaum salaf maupun ahlu sunnah yang
menakjubkan.
Dengan demikian, abad kelima hijriyah merupakan tonggak yang
menentukan kejayaan tasawuf salafi (akhlaki). Pada abad ini tersebar tasawuf salafi
secara luas didunia Islam. Fondasi ajarannya terpatri dalam diri masyarakat islam
dalam jangka waktu panjang.
3. Perkembangan Tasawuf pada Abad Keenam Hijriyah
Sejak abad keenam Hijriyah, akibat dari pengaruh kepribadian Al-Ghazali
yang begitu besar mengakibatkan pengaruh tasawuf sunni semakin meluas ke seluruh
pelosok dunia islam. Sehingga memberi peluang bagi para tokoh sufi untuk
mengembangkan tarekat-tarekat dalam mendidik murid-muridnya.
Al-Ghazali dipandang sebagai pembela terbesar tasawuf salafi (akhlaqi),
karena pandangannya terhadap tasawuf sejalan dengan para sufi aliran pertama dan
para sufi di abad ketiga dan keempat Hijriyah. Selain itu, Imam Al-Ghazali bila
dilihat dari segi kepribadian, keluasan pengetahuan dan kedalaman tasawuf lebih
besar dibandingkan dengan tokoh-tokoh sufi lainnya.
4. Perkembangan Tasawuf pada Abad Ketujuh Hijriyah
9

Pada abad ini, tercatat dalam sejarah bahwa masa menurunnya gairah
masyarakat Islam untuk mempelajari Tasawuf karena berbagai faktor, antara lain:
1. Semakin gencarnya serangan Ulama Syari'at memerangi ahli Tasawuf, yang
diiringi dengan serangan golongan Syi'ah yang menekuni Ilmu Kalam dan
Ilmu Fiqh.
2. Adanya tekad penguasa (pemerintah) pada masa itu, untuk melenyapkan
ajaran Tasawuf didunia Islam, karena dianggapnya bahwa kegiatan itulah
yang menjadi sumber perpecahan umat Islam.
Beberapa Ulama Tasawuf yang berpangaruh diabad ini antara lain:
a. Umar Ibnul Faridh
Lahir di Homat (Siria) tahun 576 H/1181 M, dan wafat di Mesir tahun 632
H/1233 M. Ia adalah pelanjut dari ajaran Wihdatul Wujud yang telah diajarkan oleh
Muhyyidin Ibnu Arabi pada abad sebelumnya. Dalam kitab yang dikarangnya, yang
terdiri atas gubahan-gubahan syair yang berjudul Ath-Thaiyatul Kubra, terdapat
kesamaan tekanan uraiannya dengan kitab karangan Ibnu Arabi yang berjudul Ath-
Thaiyatul Kubra. Ia menguraikan bahwa cintalah yang membakar jiwanya sehingga
ia selalu ingin ittisyal (berhubungan) dan ittihad (bersatu) dengan Tuhannya untuk
mencapai tujuan dalam tasawuf.
b. Ibnu Sabi'in
Lahir di Mercial (Spanyol) tahun 613 H/1215 M dan wafat di Mekkah tahun
667 H/1215 M. Semula ia dikenal sebagai ulama fiqh, kemudian ia mengalihkan
perhatinnya untuk mendalami ilmu tasawuf, sampai ia berhasil menduduki posisi
imam (syekh taswuf) pada masa itu. Ia sering mengeluarkan pemikiran yang terlalu
bebas dan dianggap ganjil oleh ulama syariat.
Disamping terdapatnya ajaran tasawuf yang menyimpang dari kemurniannya,
terdapat pula beberapa ulama syariat yang menentangnya, agar tidak tersebar luas di
masyarakat. Dikabarkan bahwa tuduhan terhada Ibnu Sabiin yang dinilainya sangat
membahayakan agama islam, tersebar di mana-mana sehingga bunuh diri ksrens
10

tidak dapat menghindarkan dan membela dirinya dari tuduhan dan penghinaan yang
menimpanya.
c. Jalaludin Ar-Rumy
Lahir di kota Balkh tahun 604 H/1217 M, dan wafat tahun 672 H/1273 M.
Pandangannya dalam tasawuf berbeda dengan pandangan kebanyakan ahli tasawuf
yang lain, terutama yang bermadzhab Jabariyah. Dalam masalah ikhtiar, ia
mengatakan bahwa manusia dilahirkan di dunia untuk berjuang dan bekerja keras
dalam mencari kebahagiaan hidup. Kalau ahli tasawuf yang lain terpengaruh dari
teologi jabariyah, Jalaludin Ar-Rumy terpengaruh dari teologi Mutazilah, disertai
dengan teori evolusi yang didapatkannya dari filsafat.
Untuk menyebarluaskan paham tasawuf dari tiap-tiap penganutnya, berdiri
lembaga pendidikan tasawuf yang ditempati oleh murid-murid belajar tasawuf dan
latihan rohaniah. Kegiatan tersebut dinamakan tarekat oleh penganutnya, yang
sering dinisbatkan namanya kepada syekhnya (gurunya). Adapun tarekat yang berdiri
pada abad ini, antara lain:
1. Tarekat Maulawiyah, yang dinisbatkan kepada Maulana Jalaluddin Ar-
Rumi (w. 672 H/1273 M);
2. Tarekat Syadziliyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syekh Abul Hasan Ali
bin Abdil Jabbar Asy-Syazaly (w. 655 H/1256 M);
3. Tarekat Badawiyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syekh Ahmad Al-
Badawy (w. 675 H/1277 M);
4. Tarekat As-Suhrawardy (w. 638 H/1240 M).
Perlu diketahui bahwa ahli tasawuf bergerak dalam kegiatan yang
dirahasiakan, hal itu sangat dikhawatirkan oleh pemerintah. Untuk menjamin
keamanan dan ketertiban masyarakat, pemerintah harus menerima usul-usul yang
diajukan oleh qadi yang membantu pemerintah menjalankan kewenangannya.
Akibatnya, banyak ahli tasawuf yang lari meninggalkan negerinya beserta murid-
muridnya, untuk mencari tempat perlindungan di negeri lain. Akan tetapi, banyak
juga yang sempat tertangkap, lalu menjalani hukuman, sehingga boleh dikatakan
bahwa negeri Arab dan Persia ketika itu, sunyi dari kegiatan ahli tasawuf.
11

5. Perkembangan Tasawuf pada Abad Kedelapan Hijriyah
Dengan terlampauinya abad ketujuh hijriyah, hingga dimasukinya abad
kedelapan hijriyah, tidak terdengar lagi perkembangan dan pemikiran baru dalam
Tasawuf, meskipun banyak pengarang kaum Sufi yang mengemukakan
pemikirannya tentang Ilmu Tasawuf, namun kurang mendapatkan perhatian yang
sungguh-sungguh dari umat Islam. Sehingga boleh dikatakan bahwa nasib ajaran
Tasawuf ketika itu, hampir sama dengan nasibnya pada abad ketujuh hijriyah.
Pengarang-pengarang kitab Tasawuf pada abad ini antara lain:
a) Al-Kisany; wafat tahun 739 H/1321 M
b) Abdul Karim Al-Jily; pengarng kitab "Al-Insanul Kamil".
Kalau abad kelima hijriyah, Imam Al-Ghazali dikenal sebagai tokoh muslim
yang pernah memurnikan ajaran tasawuf dari unsur-unsur filsafat, pada abad ini Ibnu
Taimiyyah yang berfungsi seperti Imam Ghazali.
Ajaran tasawuf yang dominan ketika itu adalah ajaran tasawuf Ibnu Arabi,
antara lain pemikiran Wihdatul Wujud. Karena Ibnu Taimiyyah memandang bahwa
ajaran tersebut banyak menyesatkan masyarakat islam, Ia berupaya untuk
memberantasnya, melalui kegiatan belajar mengajar serta berbagai karyanya, antara
lain kitabnya yang berjudul Ar-Raddu Ala Ibnu Aray.
Usaha-usaha seperti ini dilanjutkan lagi oleh murid-muridnya, antara lain
Ibnul Qayyim Al-Jauzy. Hingga abad-abad sesudahnya, selau ada ulama yang
berupaya seperti itu sampai sekarang.
6. Pada Abad Kesembilan, Kesepuluh dan Sesudahnya
Dalam beberapa abad ini, betul-betul ajaran Tasawuf sangat sunyi didunia
Islam. Berarti nasibnya lebih buruk lagi dari keadaannya pada abad keenam, ketujuh
dan kedelapan hijriyah. Peneliti Muslim menarik kesimpulan bahwa ada dua faktor
yang menyebabkan runtuhnya pengaruh ajaran Tasawuf didunia Islam, yaitu:
12

1. Ahli Tasawuf sudah kehilangan kepercayaan dikalangan masyarakat Islam,
sebab banyak dari mereka yang menyimpang dari ajaran Islam yang
sebenarnya.
2. Penjajah bangsa Eropa yang beragama nasrani sudah menguasai seluruh
negeri Islam. Meskipun nasib ajaran Tasawuf sangat menyedihkan dalam
empat abad tersebut diatas, tetapi tidaklah berarti bahwa ajaran Tasawuf sama
sekali hilang diatas bumi ditelan masa. Akan tetapi sampai saat inipun ajaran
tersebut tetap hidup, karena merupakan suatu unsur dari ajaran Islam. Hanya
saja kadang-kadang disalahgunakan oleh orang-orang tertetu untuk mencapai
tujuaannya. Sehingga citra Tasawuf dimata masyarakat Muslim menjadi
rusak, karena dikotori oleh motif-motif tertentu yang mengakibatkan ajaran
Tasawuf mengalami kemunduran hingga sekarang ini.
Meskipun nasib ajaran tasawuf sangat menyedihkan dalam empat abad di
atas, tidak berarti ajaran tasawuf sama sekali hilang di atas bumi islam ditelan masa.
Ini terlihat masih ada ahli tasawuf yang memunculkan ajarannya, dengan mengarang
kitab-kitab yang memuat tasawuf antara lain :
1. Abdul Wahhab Asy-Syarany; hidup tahun 898-973 H/1493-1565 M. Di
antara karangannya yang memuat ajaran tasawuf berjudul Al-Lathaif Al-
Minan (Kehalusan Hati);
2. Abdul Abbas Ahmad bin Muhammad bin Mukhtar At-Tijany; lahir di Ain
Mahdi tahun 1150 H/1737 M, lalu wafat tahun 1230 H/1815 M. Ia sebagai
pendiri tarekat Tijaniyah;
3. Sidi Muhammad bin Ali As-Sanusy; lahir di Tursy tahun 1206 H/ 1791 M. Ia
sebagai pendiri tarekat Sanusiyah;
As- Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi yang wafat pada tahun 1332 H/ 1914 M. Ia sebagai
pengarang kitab Tanwirul Qulub fi Muamalah Allam Al-Ghuyub; serta termasuk pengikut
tarek
Selama abad kelima Hijriyah, aliran tasawuf salafi (akhlaqi) terus tumbuh dan
berkembang. Sedangkan pada tasawuf falsafi mulai tenggelam dan muncul kembali
13

dalam bentuk lain pada pribadi para sufinya. Tenggelamnya tasawuf falsafi ini akibat
dari kejayaan aliran teologi Ahlussunnah wal Jamaah.
Tokoh pertama dari ajaran tasawuf falsafi adalah Ibn Masarrah [dari Cordova,
Andalusia,1931]. Ia adalah filosof sufi pertama di dunia Islam. Ia menganut paham
emanasi, yaitu ajaran tentang tingkatan-tingkatan wujud yang memancar dari Tuhan
seperti (sifat rohaniah). Menurut Ibn Masarrah tasawuf merupakan jalan manusia
untuk dapat melepaskan jiwanya dari belenggu penjara badan dan memperoleh
karunia Tuhan yang berupa penyinaran hati dari Tuhan. Beliau juga menganut
paham bahwa kehidupan ukhrawi itu bersifat rohaniah spiritual. Tokoh kedua yang
juga berpengetahuan luas dalam bidang filsafat yaitu Suhrawardi Al-Maqtul.
Tasawuf falsafi mencapai puncak kesempurnaanya pada pengajaran Ibn Arabi.
Pokok ajaran Ibnu Arabi adalah tentang kesatuan wujud (wahdah al-wujud).
Menurutnya, wujud hanyalah satu, yang hanya berdiri sendiri itulah yang Maha
Benar (Al-Haqq) atau Tuhan.
2.3 Perkembangan Tasawuf di Indonesia
Tersebarnya ajaran tasawuf di Indonesia tercatat sejak masuknya agama islam
di Negara ini. Ketika pedagang-pedagang muslim mengislamkan orang-orang
Indonesia, tidak hanya menggunakan pendekatan bisnis, tetapi juga menggunakan
pendekatan tasawuf. Tokoh tasawuf yang terkenal di Indonesia adalah Syeh Siti
Jenar, Buya Hamka dan Nurcholish Majid . Beberapa pemikiran Neo-Sufisme di
Indonesia yang dikembangkan oleh :
a. Hamka (1981 M), dalam buku Tasawuf Modern diajarkan dasar-dasar
sufisme baru.
b. Nurcholis Madjid (1939 M), cenderung menghidupkan kembali aktifitas
salafi dengan menanamkan kembali sikap positif kepada dunia,
penghayatan keagamaan yang lebih dalam, menyingkirkan diri,
meluruskan pandangan yang dijadikan titik tolak untuk penobatan diri dan
aktifitas yang lebih segar.

14





BAB III
SIMPULAN
Untuk melihat sejarah tasawuf perlu dilihat perkembangan peradaban islam
sejak zaman Rasulullah s.a.w. sebab, pada hakikatnya kehidupan rohani itu telah ada
pada dirinya sebagai panutan umat islam diseluruh dunia. Kesederhanaan hidup dan
upaya menghindari bentuk-bentuk kemewahan sudah tumbuh sejak Islam datang,
masa Rasulullah s.a.w dan para sahabatnya hidup dalam suasana kesederhanaan.
Dalam sejarah perkembangannya tasawuf dibedakan menjadi 3 macam,
diantaranya: Tasawuf Salafi, yaitu perkembangan yang mengarah pada teori-teori
perilaku Tasawuf Filsafi, yaitu perkembangan yang mengarah pada teori-teori yang
rumit dan memerlukan pemahaman yang lebih mendalam. Selain itu, terdiri dari
beberapa periode dan setiap periode mempunyai karakteristik dan tokohnya masing-
masing. Periode tersebut adalah :
1. Abad pertama dan kedua hijriyah, yaitu periode sahabat dan tabiin
2. Abad ketiga dan keempat hijriyah, yaitu periode tabi dan tabiin
3. Abad kelima hijriyah, yaitu masa kejayaan tasawuf
4. Abad keenam, ketujuh dan kedelapan hijriyah, yaitu masa menyedihkan
tasawuf
5. Abad Sembilan, sepuluh hijriyah dan sesudahnya.


15





DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung : CV. Pustaka Setia

Mazguru Imron. 2009. Sejarah Perkembangan Tasawuf. Terdapat pada
http://kcpkiainws.wordpress.com (media online). Diakses pada 3 April 2012.

Nurulhaq, Dadan. 2009. Bahan Ajar Mata Kuliah Akhlak Tasawuf. Bandung : UIN
SGD Bandung

Solihin, M dan Anwar Rosihon. 2008. Ilmu Tasawuf untuk Mata Kuliah Ilmu Tasawuf di
Seluruh Jurusan PTAIN dan PTAIS. Bandung : CV. Pustaka Setia

You might also like