You are on page 1of 20

PEREKONOMIAN INDONESIA

BANTUAN LANGSUNG TUNAI

Disusun Oleh: 1. Asmi Nuqayah 2. Evi Lawati 3. Fanny Setia Anjani 4. Ruth Juan Dierdra 27211775 22211533 29211083 26211503

1EB25

AKUNTANSI EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012

KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah kami kali ini membahas tentang Bantuan Langsung Tunai atau biasa disebut BLT, juga tentang program-program bantuan lainnya. Penulisan makalah kami ini adalah merupakan salah satu tugas untuk mata kuliah Perekonomian Indonesia. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam kelancaran penyusunan makalah kami ini. Makalah yang penulis susun ini memang masih jauh dari kata sempurna baik dari bentuk penyusunannya maupun materinya. Kritik dari pembaca yang membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 27 April 2012

Penulis

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR................................................................................................. ii DAFTAR ISI...................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1 1.1 Latar Belakang.................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2 1.4 Metode Penulisan.............................................................................................2 1.5 Sistematika Penulisan......................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................4 2.1 Bantuan Langsung Tunai dan Dampaknya.....................................................4 2.2 Program Bantuan Langsung Tunai..................................................................5 2.3 Pencairan dan Pemanfaatan BLT....................................................................5 2.4 Program Keluarga Harapan.............................................................................6 2.5 Program Beras Untuk Masyarakat Miskin (RASKIN)...................................7 2.6 Program Bantuan Pembiayaan Kesehatan.......................................................8 2.7 Program-Program Lain....................................................................................9 2.8 Gambar-Gambar yang Terkait dengan BLT.................................................13 BAB III PENUTUP........................................................................................................14 3.1 Kesimpulan....................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BLT adalah suatu program bantuan yang dicanangkan pemerintah untuh rakyat miskin. Kenaikan harga-harga bahan pokok di Indonesia membuat rakyat-rakyat miskin mengalami krisis makanan karena mereka tidak bisa membeli bahan makanan dikarenakan harganya yang mahal. Hal ini lah yang membuat pemerintah memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada rakyat miskin. Namun, seperti halnya bantuan-bantuan yang lainnya. BLT pun tidak luput dari ketidakadilan. Karena masih banyak rakyat miskin yang belum pernah merasakan bantuan terssebut. Menurut data penelitian SMERU (suatu lembaga kebijakan independent terhadap kebijakan-kebijakan public di Indonesia) yang berkedudukan di Jakarta, jumlah orang miskin di Indonesia sampai dengan tahun 2005 adalah 22% dari total penduduk Indonesia, berarti ada sekitar 45 juta orang miskin. Dengan demikian dapat dikatakan alas an utama program BLT adalah alasan yang prioritas dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dimana jumalh orang miskin mencapai lebih dari seluruh total penduduk Indonesia. Secara operasional perundang-undangan sebagai dasar pelaksanaan program BLT adalah sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dalam kurun waktu 2004-2009, yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat, yang diantaranya memuat target penurunan angka kemiskinan.

1.2 RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah untuk mengetahui tentang dampak dari bantuan langsung tunai dan juga tentang manfaat dan bagaimana mencairkan dana BLT tersebut. Dan juga dalam makalah ini kami akan membahan beberapa program lainnya, seperti program keluarga harapan, program beras miskin (raskin), program pembiayaan kesehatan, dan program-program lainnya. 1.3 TUJUAN PENULISAN Tujuan penulisan makalah ini adalah agar para pembaca makalah ini dapat lebih mengetahui dan lebih mengerti tentang program-program bantuan yang selama ini dicanangkan oleh pemerintah khususnya tentang Bantua Langsung Tunai (BLT). 1.4 METODE PENULISAN Dalam melakukan penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan. 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Makalah ini dirangkai menjadi tiga bab. Secara umum bab-bab tersebut membicarakan pokok-pokok penelitian bahasan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang dibuatnya makalah, rumusan makalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
5

BAB II: PEMBAHASAN Berisi tentang pembahasan mengenai Bantuan Langsung Tunai. BAB III : PENUTUP Pada bab terakhir ini penulis ingin menyampaikan beberapa kesimpulan dan hasil penelitian. DAFTAR PUSTAKA

BAB II PEMBAHASAN 2.1 BANTUAN LANGSUNG TUNAI DAN DAMPAKNYA Bersamaan dengan rencana naiknya BBM pda tanggal 1 April pemerintah juga merencanakan memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada rakyat miskin. Bantuan ini dimaksudkan sebagai kompensasi terhadap kenaikan harga yang timbul sebagai akibat lebih lanjut dari kenaikan harga BBM. Efek dari BLT dipandang oleh pihal lawan plotik sebagai tindakan yang bersifat politis demi menghadapi pemilu tahun 2014. Secara ekonomis BLT merupakan tindakan positif untuk mencegah rakyat miskin menjadi semakin miskin. Kebijakan tersebut menimbulkan tantangan dan kritik dalam masuarakat, yang mengakibatkan pemerintah terdesak dalam memilih 3 alternatif, yaitu: melanjutkan, menunda, dan merevisi kebijakan tersebut. Jika pemerintah tetap pada pendirian untuk menaikkan BBM,

pengaruh psikologis dari keriuhan yang sekarang timbul, akan mendorong gejolak harga yang cukup tinggi. Dalam keadaan demikian, kompensasi berupa BLT tidak akan banyak menolong. Kebiasaan baru di Indonesia adalah setelah menaikkan harga BBM ,kemudian menyalurkan BLT. Bantuin ini mempunya 2 efek positif, yang pertama adalah menambah daya beli rakyat miskin yang pendapatannya makin turun dibawah kebutuhan rata-rata normal. Kedua, menyuntikkan dana ke wilayah miskin untuk menghidupkan daya beli yang relatif sudah sangat rendah.

2.2 PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI Bila program ini dilanjutkan makan harus ada penyempurnaan dalam proses pendataan. Pendataan dilakukan dengan memasukan data baru yang belum tercakup, bukan hanya verfikasi dari data sebelumnya sehingga jika Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang dulu sudah mengalami kesejahteraan yang meningkat maka dapat digantikan kepada yang lebih miskin. Kriteria penerimaan juga harus disosialisasikan agar tidak menimbulkan konflik serta penjelasan mengenai larangan pemotongan harus ditekankan. Dan pendataan harus dilakukan oleh BPS yang dibantu oleh kelurahan, RW dan RT setempat. Uang BLT disalurkan memalu kantor pos. Walaupun kartu BLT dibagikan melalui kelurahan, RW dan RT administrasi ditingkat kelurahan kebawah agak sedikit lemah. Data jumlah penerimaan BLT menjadi agak berbeda dengan data dari BPS dan kantor pos. 2.3 PENCAIRAN DAN PEMANFAATAN BLT

Walaupun ada Kepala Keluarga (KK) yang tidak menerima BLT, umumnya tidak ada pemotongan uang BLT untuk retristribusi ke KK lainnya. Dan kebanyakan kepala keluarga dan keluarga RTS mengambil dana BLT langsung ke kantor pos yang telah ditentukan. Informasi adanya prmbagian BLT kebanyak diperoleh dari RT yang membagikan kartu BLT sebelum pembagian BLT. Pada tahun 2005, beberapa warga yang merasa dirinya sama miskinnya dengan yang menerima BLT mengajukan protes. Tetapi tidak sampai menimbulkan konflik karena warga yang mempertanyakan kriteria penerima BLT dapat menerima penjelasan yang diberikan. Sehingga protes tidak berkepanjangan karena dianggap uang yang diberikan tidak begitu besar. Dari pihak penerima menganggap BLT sangat bermanfaat karena diberikan dalam bentuk uang yang sangan membantu KK miskin. Sebagian besar RTS menerima BLT untuk memenuhi kebutuhan konsumsi mereka seperti: beras dan lauk pauk. Pada umunya RTS sangat mengharapkan BLT dilanjutkan karena dianggap sangat membantu dan bermanfaat untuk sedikit meringankan beban KK miskin, baik dalam peningkatan gizi keluarga maupun biaya pendidikan, biaya kontrakan rumah, biaya listrik, dan juga biaya air minum. Dan ada juga beberapa usulan agar sistem antrian di kantor pos dapat diperbaiki dan tidak perlu berdesak-desakan

2.4 PROGRAM KELUARGA HARAPAN

Hal yang perlu ditingkat adalah mentrasparansi jumlah dan yang diberikan kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Perlu diberikan penekanan mengenai pemotongan dana kepada pendampingan atau aparat ditingkat apapun. Tidak hanya jumlah dana saja yang harus ditingkat tetapi sosialisasi mengenai kewajiban RTSM penerima PKH juga harus ditingkatkan.Waktu pembagian dan juga harus disesuaikan pada kalender pendidik agar dana yang diberikan dapat lebih menunjang kepada pendidikan anak. Pencairan dana dilakukan melalui kanto pos dengan didampingi oleh pendamping PKH. Semua RTSM mengambil dana PKH sendiri dengan membawa KTP dan kartu PKH, lalu mereka hanya meninggalkan fotocopy KTP saja. Dana yang harusnya diterima RTSM berkisar Rp 600.000 dan Rp 2.200.000 per tahunnya tergantung berapa anak yang masih ada dalam tanggungan. Tetapi sangat disayangkan banyak RTSM yang tidak mengetahui berapa jumlah dan yang seharusnya mereka terima. Yang mereka tau hanya mengenai perhitungan jumlah anak yang ditanggung. Dan terkadang ada kecurangan yang dilakukan pendamping PKH pada saat penandatangan penerimaan di kantor pos dengan menutupi jumlah dana yang harus diterima RTSM. Tetapi para RTSM tidak ada yang mempunyai keberanian untuk bertanya jumalah dana yang seharusnya mereka terima karena takut dan merasa seharusnya bersyukur dengan dana PKH yang mereka terima berapa pun jumlahnya. Dalam pelaksanaan PKH, terdapat 2 pendamping. Seorang pendamping rata-rata mendampingin 275-300 RTSM. Peranan para pendamping lebih kepada memberi penekanan kepada para peserta untuk berkomitmen kepada persyaratan yang ada. Dalam pengawasan RTSM, pendamping kadang-kadang datang ke sekolahan untuk memeriksa absensi murid. Pengawasan dilakukan dengan memeriksa fotocopy rapor setelah ujian semester. Banyak

10

RTSM merasa sangat terbantu dengan adanya progam PKH ini . Dana PKH ini sangat membantu menopang biaya hidup dan pendidikan bagi anak-anak mereka.
2.5 PROGRAM BERAS UNTUK MASYARAKAT MISKIN (RASKIN)

Raskin adalah program bantuan pangan dari pemerintah berupa penjualan beras dibawah harga pasar kepada penerima tertentu. Program ini sudah dimulai sejak tahun 2003, tetapi pada tahun 2010 jatah raskin dikurangin menjadi 13kg per rumah tangga, sedangkan tahun 2009 jatah ditetapkan 15kg. Tujuan diadakan program Raskin adalah memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tangga miskin. Seiring dengan berjalan program ini Raskin diperluas fungsinya sebagai bagian dari program perlindungan sosial masyarakat. Sampai tahun 2006, data penerimaan manfaat Raskin masih menggunakan data BKKBN yaitu data keluarga pra sejahtera alasan ekonomi dan keluarga sejahtera I alasan ekonomi. Tetapi belum semua KK miskin menerima Raskin, dan inilah yang dianggap bahwa kebijakan Raskin tidak tepat sasaran, karena rumah tangga sasaran berbagi dengan KK Miskin lain yang belum terdaftar sebagai sasaran. Mulai tahun 2007, data Rumah Tangga Miskin BPS sebagai data dasar pelaksanaan Raskin. Realisasi Raskin berkisar antara 1,6 juta ton - 3,2 juta ton ada tahun 2005-2009. Dengan harta tebus Rp 1000/kg sampai dengan tahun 2007, naik menjadi Rp 1600/kg sejak tahun 2008. Raskin tidak hanya membantu dalam memperkuat ketahanan pangan namun juga menjaga stabilitas harga.

11

Dampak Raskin pada stabilitas harga terlihat pada Raskin yang diberikan kurangi dari 12 bulan. Harga beras dari akhir 2006 sampai dengan akhir 2008 meningkat tajam. Dan pada saat itulah pemerintah mengadakan Operasi Pasar Murni (OPM) dan Operasi Pasar Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Beberapa kendala dalam pelaksaan Raskin adalah dalam pencapaian ketetapan indikator maupun ketersediaan anggaran. Sampai saat ini, jumlah beras yang akan disalurkan ditetapkan setelah anggarannya tersedia. Peningkatan ketepatan sasaran juga terus ditingkatkan melalui pendampingan pola distribusi melalui kelompok masyarakat. Distribusi RASKIN dilakukan oleh kelompok masyarakat yang umumnya berbasis keagamaan maupun oleh kelompok masyarakat miskin penerima manfaat RASKIN.

2.6 PROGRAM BANTUAN PEMBIAYAAN KESEHATAN Kebijakan Bantuan pembiayaan kesehatan pada tahun 2010 ini ditandai dengan adanya beberapa perkembangan menarik. Salah satunya dengan target Universal Coverage 2014. Ini merupakan sebuah tantangan karena sekarang ini baru 50% penduduk yang terjamin asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan lainnya. Ada satu langkah menarik untuk membuka jalan demi tercapainya Universal Coverage yaitu: Jampersal (Jaminan kesehatan persalinan) yang berbeda dengan Jamkesmas. Isu lain pada saat ini adalah masalah adekuasi dan sustainabilitas dari pembiayaan kesehatan Indonesia khususnya pembiayaan pemerintah. Isu sustainabilitasyang muncul adalah masalah Bantuan Operasi Kesehatan (BOK) yang menjadi input sistem kesehatan sebgai dana bantuan

12

program. Isu lainnya adalah mengenai ekuitas pelayanan kesehatan antara daerah miskin dan kaya. Selain masalah mengenai pembiayaan kesehatan, juga terdapat masalah pembiayaan kesehatan diaspek promotif dan preventif. Banyak ahli kesehatan masyarakat saat ini juga memandang seolah ada dikotomi antara kuratif dan preventif/promotif dengan menyebutkan bahwa pemerintah sekarang terlalu cenderung membiayai kuratif dan mengabaikan pembiayaan preventif dan promotif. Berbagai perkembangan dan isu ini perlu diantisipasi oleh semua pihak karena akan menentukan kebijakan yang akan diambil.

2.7 PROGRAM-PROGRAM LAIN A. Pembiayaan Pendidikan Pembiayaan pendidikan bersifat budgetair yaitu biaya pendidikan yang diperoleh dan dibelanjakan oleh sekolah sebagai suatu lembaga. Artinya biaya-biaya sekolah yang bersifat budgertair dan non budgetair yang ikut masuk didalam pengertian biayan pendidikan dalam arti luas. Pendapatan yang diperoleh setiap tahun oleh sekolah dari berbagai sumber resmi diterima secara teratur .Pada sekolah dasar negeri, memiliki sumber dasar penerimaan yaitu dari ,pemerintahaan pusat, daerah, masyarakat, dan orang tua. Sedangkan anggaran pengeluaran dasar adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahunnya.

13

Belanja sekolah sangat ditentukan oelh komponen-komponen proposinya bervariasi antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Pengeluaran sekolah dapat dikategorikan dalam beberapa item yaitu : 1. Pengeluaran untuk pengajaran sekolah 2. Pengeluaran untuk tata usaha sekolah 3. Pemeliharaan saran dan prasarana sekolah 4. Kesejahteraan pegawai 5. Administrasi 6. Pendataan Penganggaran merupakan kegiatan atau proses penyusunan anggaran (budget). Budget merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksankan kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu. (Menurut Nanag Fattah (2006:47)) Budget mempunyai 3 kegunaan pokok yaitu : 1. Sebagai Pedoman Kerja Berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah dan target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan yang akan datang. 2. Sebagai alat pengawasan kerja

14

Berfungsi sebagai pengkoordinasiaan kerja agar setiap bagian yang ada dapat saling menunjang, bekerja sama untuk mecapai sasaran yang tepat. 3. Sebagai alat evaluasi kerja Berfungsi sebagai tolak ukur dan pembanding untuk menilai realisasi kegiatan perusahaan.

Lingkungan pendidikan dapat digolongkan menjadi lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal sekolah mencakup tenaga pendidikan ,sarana dsan prasarana, fasilitas dan biaya yang ada disetiap sekolah. Sedangkan lingkungan eksternal mencakup kondisi sosial ekonomi dan aspirasi masyarakat, keadaan ekonomi, orang tua, globalisasi, perkembangan teknologi, dan informasi yang sangat cepat perkembangannya. Menurut Nanag Fattah (2006:49) melihat perkembangannya, anggaran memiliki manfaat yang dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu : 1. Sebagai alat penaksir 2. Sebagai alat otoritas pengeluaran dana 3. Sebagai alat efisiansi Anggaran sebagai alat efisiensi merupakan fungsi paling esensial dalam pengendalian. Segi pengendalian jumlah anggaran didasarkan dengan angka-angka yang standar, dapat dianalisis ada tidaknya pemborosan atau penghematan. 1. Budget sebagai alat efisiensi pendidikan
15

Anggaran pendidikan merupakan pola organisasi yang dirincikan dari rencanarencana terpadu. Efisiensi pendidikan menggambarkan antara masukan dan keluaran. Sistem yang efisien ditunjukan dengan keluaran yang lebih untuk masukan. 2. Budget dengan sistem kombinasi Penyusunan anggran merupakan hal yang positif untuk merealisasikan rencana yang telah ditetapkan. Dalam menyusunan anggaran dapat menggunakan sistem kombinasi. Sistem kombinasi ini merupakan proses yang lebih baik karena proses penganggaran ini sudah melewati proses pemilihan kebutuhan prioritas.

Metode penetapan biaya dengan memperkirakan pemgeluaran berdasarkan laporan lembaga pendidikan, menggunakan SP4 (Sistem Penyusunan Pembuataan Program dan Pengajaran). Dalam penggunaannya harus memenuhi kriteria yaitu : 1. Harus ada laporan biaya 2. Laporan harus dibuat secara Uniform 3. Laporan harus memperlihatkan keseluruhan biaya operasi lembaga itu Biaya yang harus dikeluarkan dalam penyelenggaraan pendidikan meliputi : a. Biaya langsung

16

b. Biaya tidak langsung Perhitungan biaya pendidikan ditentukan oleh kegiatan yang dilakukan dan biaya satuan, meliputi gaji guru, sarana dan prasarana pembelajaran dan dukungan PBM mencakup pemeliharan.

2.8 GAMBAR-GAMBAR YANG TERKAIT DENGAN BLT

Warga yang sudah mendapatkan bantuan.

Kupon untuk mengambil BLT

17

Suasana saat mengantri BLT

Bagan penyaluran BLT

18

Ilustrasi BLT

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, beberapa hal yang dapat penulis simpulkan adalah sebagai berikut: 1. Kebijakan pemerintah dalam memberikan bantuan kepada rakyat miskin berupa BLT nampaknya masih menimbulkan dampak negative. Karena pembagian BLT itu sendiri masih belum tepat sasaran dan belum merata kesemua rakyat miskin di Indonesia.

19

2. BLT sendiri belum memunculkan manfaat yang signifikan, karena dengan adanya BLT belum bisa membantu rakyat miskin untuk dapat hidup dengan lebih layak. 3. Program bantuan pembiayaan kesehatan sendiri masih jauh dari kata sempurna, karena pada kenyataannya sendiri masih banyak rakyat miskin yang tidak dapat berobat kerumah sakit dikarenakan masalah biaya. 4. Program RASKIN yang dicanangkan pemerintah pun kurang tepat sasaran dan malah cenderung merugikan. Karena kebanyakan beras yang dibagikan oleh BULOG tidak layak makan.

DAFTAR PUSTAKA http://news.detik.com/read/2012/03/26/124625/1876334/103/bantuan-langsung-tunai-dandampaknya http://www.smeru.or.id/report/research/dki/rtsdki_ind.pdf http://www.bulog.co.id/sekilasraskin_v2.php http://id.wikipedia.org/wiki/Raskin http://kebijakankesehatanindonesia.net/component/content/article/337-kebijakan-pembiayaankesehatan.html http://adesuherman.blogspot.com/2011/10/pembiayaan-pendidikan.html

20

You might also like