You are on page 1of 21

PENGKAJIANBUDAYA KOTA PALU "SUKU KAILI"

Oleh: Julvainda Eka P.U. 102310101032 Rahma Yunita 102310101034 Santi Dwi P. 102310101047

Kota Palu
Palu adalah ibu kota provinsi Sulawesi Tengah. Provinsi Sulawesi Tengah terletak di antara 2 22 LU

dan 4 48 LS serta 119 22 dan 124 22 BT.


Penduduknya berjumlah 282.500 jiwa (2005). Komoditi unggulan Kota Palu yaitu :

- sektor Kehutanan : Rotan - sektor Pertanian : Jagung dan Ubi kayu - sektor Perkebunan : Kopi, jambu mete, Kelapa dan kakao - sektor Jasa : wisata alam, wisata adat dan budaya.

Suku di Palu
Kaili

- Moro Tomini - Poso Kulawi - Bungku Lore - Saluan Pamona - Balantak Banggai - Toli-toli Buol
Di Kota Palu, mayoritas penduduknya

merupakan suku Kaili

SUKU KAILI
Suku Kaili adalah suku bangsa di Indonesia yang secara

turun-temurun tersebar di Provinsi Sulawesi Tengah, khususnya wilayah Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kota Palu, di seluruh daerah di lembah antara Gunung Gawalise, Gunung Nokilalaki, dan Gunung Raranggonau. nama suku Kaili ini berasal dari nama pohon dan buah Kaili yang umumnya tumbuh di hutan-hutan dikawasan tepi Sungai Palu dan Teluk Palu. Menurut cerita, dahulu kala, di tepi pantai dekat Kampung Bangga tumbuh sebatang pohon kaili yang tumbuh menjulang tinggi. Pohon ini menjadi arah atau panduan bagi pelaut atau nelayan yang memasuki Teluk Palu untuk menuju pelabuhan pada saat itu.

Pola perkampungan suku Kaili dikenal dengan pola

perkampungan mengelompok padat (Ngapa), pola perkampungan menyebar (Boya), dan pola perkampungan gabungan dari mengelompok padat dan menyebar. Suku Kaili memiliki bangunan adat bernama souraja. digunakan sebagai tempat upacara adat dan letaknya selalu berdampingan dengan rumah raja. Bangunan ini terbuat dari kayu yang dibangun secara gotong royong.

Budaya Suku Kaili


Suku Kaili memiliki berbagai macam upacara

adat: - perkawinan (no-Rano/no-Raego) - kematian (no-Vain) - panen (no-Vunja) - penyembuhan penyakit (no-Balia) Instrumen musik : - Kakula : sejenis gamelan pentatonis. - Lalove : serunai - nggeso-nggeso : rebab berdawai dua - gimba : gendang

Lanjut..
- gamba-gamba : gamelan datar/kecil

- goo : gong
- suli : suling Salah satu kerajinan masyarakat suku Kaili

adalah menenun sarung (Buya Sabe ). pembuatan bahan pakaian yang diproses dari kulit kayu yang disebut Katevu.

Agama Islam di Kaili


Agama Islam masuk ke Tanah kaili, setelah

datangnya seorang Ulama Islam, keturunan Datuk/Raja yang berasal dari Minangkabau bernama Abdul Raqi. Abdul Raqi dikenal dengan nama Dato Karama (Datuk Keramat). Makam Dato Karama sekarang merupakan salah satu cagar budaya yang dibawah pengawasan Pemerinta Daerah.

PENGKAJIAN SUN RISE MODEL


Faktor Ekonomi Suku Kaili asli Sulawesi Tengah adalah penduduk

agraris, mereka memiliki mata pencaharian sebagai petani yang bercocok tanam di sawah, di ladang dan menanam kelapa. Masyarakat suku kaili yang tinggal di daerah dataran tinggi dapat mengambil hasil bumi di hutan. Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir, juga mencari ikan dan berdagang antar pulau ke Kalimantan. Makanan utama suku kaili adalah nasi.

Faktor Kebijakan dan Peraturan yang Berlaku

Suku Kaili memiliki hukum adat sebagai aturan

dan norma yang harus dipatuhi, serta mempunyai aturan sanksi dalam hukum adat. Adat sangat membatasi dan mengatur pergaulan muda-mudi. Mereka tidak dibenarkan bertemu berduaan tanpa didampingi oleh orang tua. Jika etika ini dilanggar, maka yang melanggar akan dikenakan denda (nigivu) dengan memberikan sejumlah hewan.

Faktor Teknologi

Mereka yang tinggal di daerah perkotaan sudah

terpapar dengan perkembangan teknologi. Suku Kaili yang hidup dipedalaman atau dikawasan hutan mereka tidak memilki akses teknologi selayaknya suku Kaili yang tinggal di daerah pinggir kota Pada daerah pedalaman terdapat perbukitan terjal dan sulitnya medan, transportasi untuk sampai ke desa ini terbilang sulit didapat.

Faktor Agama Sebagian besar dari masyarakat suku kaili sudah

memeluk agama Islam terutama yang menetap di daerah pantai. Setelah masuknya agama Islam, pesta perkawinan dan kematian sudah disesuaikan antara upacara adat setempat dengan upacara menurut agama penganutnya. Upacara yang mengikuti ajaran Islam seperti: Khitan (Posuna), Khatam (Popatama), Gunting rambut bayi usia 40 hari (Niore ritoya) Upacara adat yang masih sering dilakukan:
- Upacara nosuna - Upacara nobau - Upacara nokeso - Upacara balia tampilangi

Falsafah Hidup

Masyarakat Kaili memiliki suatu nilai yaitu nilai gotong royong (nolunu). Nilai ini merupakan gambaran kebersamaan masyarakat Kaili dalam aktivitas sehari-hari seperti saling bantu membantu dalam suatu pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga, menolong keluarga yang sedang terkena musibah.
Faktor sosial dan Keterikatan Keluarga System kekerabatan suku Kaili adalah bilateral,

leluhur mereka berasal dari keturunan pihak ibu dan ayah. Bentuk keluarga inti suku Kaili yaitu keluarga batih yang berdasarkan monogami yang disebut koyo puse : suami, isteri,dan anak yang belum menikah.

satu rumah dapat terdiri dari beberapa keluarga

inti karena suku Kaili memiliki ketentuan bilineal yaitu adat untuk tinggal di pihak isteri setelah menikah sehingga akan terbentuk keluarga besar (extended family). Struktur pemerintahan suku Kaili terdiri dari swapraja dan seorang kepala kampong. - Kepala kampong adalah seorang penggerak pemerintahan. - Swapraja merupakan pengawas jalannya pemerintahan. Kepala kampong dan swapraja dipilih melalui garis keturunan dari raja terdahulu.

Nilai Budaya dan Gaya Hidup Keadaan sakit menurut suku Kaili disebabkan oleh

nakaratea (gangguan roh nenek moyang) akibat kelalaian orang tua yang melupakan adat. Upacara nobalia merupakan ritual yang dilakukan suku Kaili untuk menyembuhkan orang sakit. saat ini warga suku Kaili sudah banyak yang datang ke pelayanan kesehatan saat sakit. Suku Kaili sangat memanfaatkan sungai sebagai sumber kehidupan sehari-hari, aktivitas mulai dari mandi, mencuci, mengobrol dengan warga lain, bahkan ritual berendam dalam upacara adat dilakukan di sungai.

Makanan khas suku Kaili adalah makanan yang

mengandung banyak lemak dan kolesterol seperti sop tulang sapi (kaledo), kuah asam dari tulang sapi (uvempoi). Konsumsi makanan bersantan yang terlalu banyak akan semakin meningkatnya risiko hipertensi pada warga suku Kaili. Suku Kaili memiliki 20 macam bahasa, tetapi Bahasa Ledo adalah bahasa pemersatu suku Kaili.

Factor Pendidikan Pendidikan di suku Kaili dilakukan oleh seorang

ibu yang mengajarkan nilai budaya, moral, adat istiadat yang berlaku di kehidupan sehari-hari, sehingga anak-anak suku Kaili lebih dekat dengan ibu daripada dengan ayah. Masyarakat Kaili yang memperoleh pendidikan formal masih sangat sedikit.

Strategi dalam Asuhan Keperawatan


1. Mempertahankan budaya a. Budaya suku kaili yang sangat mengutamakan kesopanan dan mengatur tata cara pergaulan, yakni muda-mudi tidak dibenarkan bertemu berduaan tanpa didampingi oleh orang tua. - Hal ini dapat menghindarkan para remaja suku kaili dari perbuatan yang mengarah pada kenakalan remaja, seperti free seks. Sehingga kesehatan reproduksi remaja kaili dapat terjaga.

b. kebudayaan suku kaili yang selalu bergotong royong dan menceerminkan kerukunan antar warganya. - Hal tersebut dapat mendukung kesehatan dalam hubungan bermasyarakat serta menjauhkan dari konflik dan pertentangan sehingga kebutuhan rasa aman, dapat terpenuhi. 2. Negosiasi budaya a. suka makan makanan bersantan dan berlemak seperti sop tulang sapi, uta dada dan nasi santan. - melakukan pendidikan kesehatan tentang gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat konsumsi makanan bersantan dan perlunya mengurangi konsumsi makanan bersantan dan berlemak serta memberikan makanan alternatif lain seperti ikan dan sayur mayur.

3. Restrukturisasi budaya - Pada dasarnya, budaya suku Kaili saat ini tidak ada yang merugikan status kesehatan. - Pada zaman dahulu, banyak budaya suku kaili yang menyimpang tetapi setelah masuknya agama islam budaya tersebut secara perlahan mulai dihilangkan

TERIMAKASIH

You might also like