You are on page 1of 18

ASKEP CA OVARIUM KONSEP DASAR 1.

Pengertian Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal,entodermal, danmesodermal dengan sifat-sifat histologis maupun bilogis yang beraneka ragam. Oleh sebab itu histiogenesis maupun klasifikasinya masih sering menjadi perdebatan 2. Epidemologi Tumor ganas ovarium merupakan 20% dari keganasan alat reproduksi wanita. Insidensi dari rata-ratadari semua jenis diperkirakan 15 kasus baru per 100.000 populasi wanita setahunnya. WHO pada tahun 1973 mengajukan klasifikasi sebagai berikut (1,2) : I. Neoplasma epitel 1) Jenis serosum 2) Jenis musinosum 3) Endometrioid 4) Mesonefroid 5) Tumor Brenner (transisional) 6) Kombinasi jenis epitelial 7) Kombinasi epitelial dengan unsur lain 8) Karsinorna tak terdiferensiasi II. Neoplasma stroma gonad 1) Tumor sel granulosa/tekofibroma 2) Tumor sel Sertoli-Leydig 3) Gonadoblastoma III. Tumor sel hpoid IV. Neoplasma germinal 1) Disgerminoma 2) Tumor sinus endodermal 3) Karsinoma embrional 4) Khoriokarsinoma 5) Teratoma V. Tumor jaringan lain yang tidak khas ovarium VI. Limfoma maligna VII. Tumor primer unclassified VIII. Tumor metastatik. ETIOLOGI Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: 1. Hipotesis incessant ovulation Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.

2. Hipotesis androgen Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium. FAKTOR RISIKO 1. Diet tinggi lemak 2. Merokok 3. Alkohol 4. Penggunaan bedak talk perineal 5. Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium 6. Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium 7. Nulipara 8. Infertilitas 9. Menstruasi dini 10.Tidak pernah melahirkan TANDA DAN GEJALA Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa : 1. Haid tidak teratur 2. Ketegangan menstrual yang terus meningkat 3. Menoragia 4. Nyeri tekan pada payudara 5. Menopause dini 6. Rasa tidak nyaman pada abdomen 7. Dispepsia 8. Tekanan pada pelvis 9. Sering berkemih 10. Flatulenes 11. Rasa begah setelah makan makanan kecil 12. Lingkar abdomen yang terus meningkat

3. Patologi Letak tumor tersembunyi dalam rongga perut dan sangat berbahaya itu dapat dapat menjadi besar tanpa disadari oleh penderita.

Pertumbuhan tumor primer diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang menyebabkan pelbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebah, makan sedikit terasa cepat menjadi kenyang, sering kembung, nafsu makan menurun. Kecenderungan untuk melakukan implantasi di rongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang mengahasilkan ascites. Kira-kira 60 % terdapat pada usia peri- menopausal, 30 % dalam masa reproduksi dan 10 % pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi tidak pasti juga ganas ( bordeline malignancy atau carcinoma of low- malignant potenstial) dan yang jelas ganas (true malignant) Tabel 14-16 Klasifikasi Tumor Ovarium Epitelial menurut WHO yang dimodifikasi. I Tumor Epitelial yang umum : A Serosa ;B Musinosa ; C Endometriod;D; Celearcell (mesonephroid) a. Benigna; b Bordeline malignancy; c, Karsinoma; E. Brenner; F. Epitelial campuran; G Karsionoma tak terdekteksi; H Tumor tak terklasifikasi. Sex- cord stromal tumours: A. Tumor Granulosa theca cell a. Benigna ; b Maligna; B II Androblastoma (Seretoli-Leydig); C Gynadroblastoma ; D Tidak terklasifikasi. Tumor-tumor Germ- cell ;A Disgerminoma; B Tumor Sinus Endodermal; C Tumor-tumor Lipid cell III IV Tumor-tumor Germ- cell ;A Disgerminoma; B Tumor Sinus Endodermal; C Karsinoma Embrional; D. Poli- embrioma ; E. Khoriokarsinoma; F Teratoma ; 1. immature; 2. matur (solid atau kistik) ; 3 monodermal (stroma ovarii dan/atau karsinoid atau lainnya).

Semua klasifikasi tumor ovarium mempunyai kelemahan oleh karena masih kurangnya pengetahuan tentang histiogenesis semua tumor ovarium oleh karena tumor ovarium yang tampaknya serupa mempunyai asal yang berbeda. Tumor tumor Epitelial Ovarium Merupakan 40 % dari semua tumor ovarium . Ada 2 jenis : serosa dan musinosa. Keduaduanya mempunyai kecenderungan untuk tumbuh bilateral dan berimplantasi di rongga peritoneum. Perubahan ke arah ganas terjadi pada yang berjenis serosa.Kistadenokarsinoma papiliferum pseudo-musinosa merupakan satu variasi dari tumor dengan kemungkinan penyebaran lokal yang tinggi. Tumor-tumor endometrioid, mesonephroid dan Brenner adalah jarang. Karsinoma Ovarium Metalistik: Karsinoma ini biasanya bilateral dan solid. Tumor primernya berasal dari korpus uterus, usususus, mamma tau kelenjar tiroid. Kurang lebih 6 % dari karsinoma ovarium yang ditemukan saat operasi adalah metastatik. Termasuk dalam golongan ini adalah Tumor Krukenberg, yang mempunyai gambaran mikroskopik khas, berupa sel-sel yang mempunyai cincin signet di tengah-tengah stroma. Sebagian besar dari Tumor Krukenberg adalah metastatis dari karsinoma ventrikuli (gaster).

Gejala-gejala karsinoma metastatik pada umumnya mempunyai hubungan dengan tumor primernya, akan tetapi kadang kala adanya tumor yang mengisi rongga panggul disertai ascites menutupi gejala tumor primernya. Karena tumor ovarium yang bilateral dan solid mungkin ganas dan mungkin metastatik, maka ada manfaatnya untuk dalam hal ini menyelidiki kemungkinan adanya tumor ganas primer di tempat lain. Karena gejala awal tidak ada, penderita sering datang terlambat. Hasil sitologi usapan serviks yang positif, harus mengingatkan kita akan adanya tumor ganas di tuba atau ovarium, bilaman proses ganas pada serviks uterus atau kavum uterus tidak dapat dibuktikan. Bilamana terdapat cairan ascites yang cukup banyak, sering menyulitkan pemeriksaan ginekologik dan pra bedah perlu dilakukan fungsi abdomen untuk mengeluarkan cairan ascites tersebut. Cairan ini setelah disentrifugasi, diperiksa mikroskopik akan ada atau tidaknya sel ganas. Dengan pengeluaran cairan ascites dalam jumlah yang cukup, dapatlah dilakukan pemeriksaan dalam alat-alat genital. Bila terdapat ascites yang tidak dapat diterangkan asalnya atau sebabnya ( misalnya akibat cirrhosis hepatis), laparotomi eksploratif harus dijalankan. 4. Penyebaran Tumor ganas ovarium menyebar secara limfogen ke kelenjar pada aorta, mediastinal dan supraklavikular untuk seterusnya menyebar ke alat-alat yang jauh, terutama paru-paru, hati dan otak. Obstruksi usus dan ureter merupakan maslah yang sering menyertai penderita tumor ganas ovarium. 5. Penetapan tingkat klinik keganasan Secara Internasional hingga saat ini di akui 2 sistim klasifikasi yang kedua-duanya umum digunakan, ialah sistim TNM dari UICC (Union Internationale Contra le Cancer ) dan sistim FIGO (Federasition Internationale de Gynecologie et d Obstetrigue) Tabel 14-17 Klasifikasi tingkat keganasan UICC T1 T1a T1b T1C T2 T2a T2b T2C T3 Kriteria Terbatas pada ovarium Satu ovarium, tanpa ascites Kedua ovarium, tanpa ascites Satu /dua ovarium, ada ascites Dengan perluasan ke panggul Uterus dan/ atau tuba, tanpa ascites Jaringan panggul lainnya, dengan ascites Jaringank panggul lainnya, dengan ascites Perluasan ke usus halus /omentum dalam panggul atau 0000M1 6. Diagnosis penyebaran intraperitoneal/kelenjar IV retyraperitoneal Penyebaran ker alat-alat jauh FIGO I Ia Ib 1c II II a II b II c III

Melihat topografi ovarium hampir tak memungkinkan kita melakukan dteksi dini tumor ganas ovarium karena letaknya sangat tersembunyi. Diagnosis didasarkan atas 3 gejala/tanda yang biasanya muncul dalam perjalanan penyakitnya yang sudah agak lanjut : a) b) c) Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhyan primer dan infiltrasi kejaringan sekitar Gejala diseminasi/penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi peritoneal dan bermanifestasi adanya ascites, Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminasi, maskulinisasi atau hiperestrogenisme; intensitas gejala ini sangat bervariasi dengan type histologik tumor dan usia penderita. Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan mendapatkan tumor atau masa, di dalam panggul dengan bermacam-macam konsistensi mulai dan yang kistik sampai yang solid (padat) Kondisi yang sebenarnya dari tumor jarang dapat ditegakkan hanya dengan pemeriksaan klinik. Pemakian USG (Ultra Sono Graphy) dan CTscan (Computerised Axial Tomography scanning) dapat memberi informasi yang berharga mengenai ukuran tumor dan perluasanya sebelum pembedahan. Laparotomi eksploratif disertai biopsy potong beku (frozen section) masih tetap merupakan prosedur diagnostik paling berguna untuk mendapat gambaran sebenarnya mengenai tumor dan perluasannya serta menentukan strategi penanganan selanjutnya. 7. Penatalaksanaan a) Radioterapi Sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik T1 dan T2 (FIGO; Tingkat I dan II), yang diberikan pada panggul saja atau seluruh rongga perut . Juga radioterapi dapat diberikan kepada penyakit yang tingkatannya agak lanjut, tetapi akhir-akhir ini banyak diberikan bersama khemoterapi, baik sebelum atau sesudahnya sebagai adjuvans, radio sensitizer maupun radioennhancer. Di banyak senter, radioterapi dianggap tidak lagi mempunyai tempat dalam penanganan tumor ganas ovarium. Pada tingkat klinik T3dan T4 (FIGO:tingkat III dan IV) dilakukan debulking dilanjutkan dengan khemoterapi. Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulose. b) Khemoterapi Sekarang telah mendapat tempat yang diakui dalam penanganan tumor ganas ovarium. Sejumlah obat sitostatika telah digunakan, termasuk agens alkylating (seperti cyclophosphamide,chlorambucil) antimetabolit, (sepertiAdriamisin) dan agens lain (seperti Cis Platinum) Pelbagai kombinasi dari agens telah digunakan yang ternyata dapat menunjukkan potensi yang berarti. Adanya sistes mungkin dapat dikendalikan dengan khemoterapi intraperitoneal.Isotop radioaktif sekarang jarang digunakan pada penanganan tumor ini, sedang teknik shunting cairan

ascites ke dalam vena jugularis melalui plastic tube yang berkatup searah, sekarang banyak dipakai. Penanganan paliatif tumor ganas ovarium sering menggunakan preparat hormon progestativa. c) Penanganan lanjut Untuk tumor ganas ovarium skema/bagan pengamatan lanjut (follow up control) adalah sebagai berikut : Sampai 1 tahun setelah penanganan , setiap 2 bulan, Kemudian sampai 3 tahun setelah penanganan, setiap 4 bulan, Kemudian sampai 5 tahun setelah penanganan, setiap 6 bulan, Seterusnya setiap tahun sekali. 8. Komplikasi Obstruksi usus merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kasus tingkatan lanjut yang dikelola dengan melakukan reseksi usus sekali atau beberapa kali untuk membuat by pass bila kondisi penderita mengizinkan 9. a. Pengkajian Aktifitas istirahat Gejala : Gangguan tidur/istirahat, lemah. Tanda : Takikardia dan takipneu pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas. b. c. Sirkulasi Eliminasi Gejala : Perubahan pola berkemih, nyeri tekan abdomen, konstipasi. Tanda : Abdomen keras (distensi abdomen). d. Integritas ego Gejala : Stress, masalah financial yang berhubungan dengan kondisi. Tanda : Ansietas. e. Makanan dan cairan Gejala : Penurunan berat badan. Tanda : Mulut kering, turgor jelek. f. Neorosensori Gejala : Sakit kepala Tanda : Menurunnya kekuatan otot. g. Nyeri/kenyamanan Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang/berat). Tanda : Wajah meringis. h. Pernafasan Gejala : Sesak pada dada, nafas pendek yang progresif. Tanda : Hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi maligna).

Tanda : Takipneu. i. Seksualitas Gejala : Keinginan untuk kembali seperti fungsi normal. Tanda : Menstruasi tidak teratur. j. k. Tanda : Keamanan Gejala : Adanya perasaan cemas. Interaksi social Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat. Gejala : Mempertanyakan kemampuan untuk mandiri, tidak mampu membuat rencana.

10. Diagnosa keperawatan a. b. c. d. e. f. Nyeri b/d pembesaran uterus ( tekanan pada jaringan sekitar, stimulasi ujung saraf parasimpatis dan simpatis. Gangguan dalam eliminasi BAB dan BAK b/d penekanan pada kandung kemih dan vecalis Gangguan pola tidur b/d nyeri Ansietas b/d ancaman yang dirasakan pada diri Kurangbpengetahuan b/d kurang imformasi dan mispersepsi tentang penyakitnya Resiko pola napas tidak efektif b/d pergeseran diagpragma karena pembesaran uterus.

11. Intervensi keperawatan 1. Nyeri b/d pembesaran uterus ( tekanan pada jaringan sekitar, stimulasi ujung saraf parasimpatis dan simpatis. Kriteria hasil; Mengindentifikasi atau menggunakan tekhnik untuk mengontrol nyeri a. Kaji derajat ketidak nyamanan melalui isyasarat verbal dan nonverbal, perhatikan pengaruh budaya terhadap pengaruh nyeri Rasional : Tindakan dan reaksi nyeri adalah individual dan berdasarkan pengalaman masa lalu, serta memahami perubahan fisiologis dan latar belakang budaya b. c. Bantu dalam penggunaan teknik pernapasan atau relaksasi yang tepat dan masase abdomen. Rasional : Dapat memblok imfuls nyeri dalam kortes serebri Bantu tindakan kenyamanan misalnya istirahat punggung perubahan posisi, pertikaran linen Rasional : Meningkatkan relaxsasi dan meningkatkan perasaan sejahtrah dan posisi miring kiri menurunkan tekanan uterus pada vena kava tetapi perubahan posisi secara ealisti mencegah iskimia jaringan atau kekakuan otot dan meningkatkan kenyamanan. d. e. Berikan informasi tentang ketersediaan ealistic serta ealistic efek samping Rasional : Memungkinkan klien membuat pilihan persetujuan tentang cara pengontrolan rasa nyeri Berikan ealistic seperti alfaprodin hidroklorida ( nisentil ) atau meperidin hidroklorida ( Demerol ) melalui IV atau IM

Rasional : Pemberian dengan cara IV disukai karena menjamin pemberian analgesic lebih cepat dan absorsinya seimbang. 2. Gangguan dalam eliminasi BAB dan BAK b/d penekanan pada kandung kemih dan rectum Kriteria hasil : Dapat mengosongkan kandung kemih pada setiap berkemih serta pola defikasi yang optimal a. Kaji fungsi urinarius, perhatikan frekuensi dan jumlah berkemih per hari dan perasaan kandung kemih penuh. Rasional : Berkemih harus dalam jumlah sedang untuk dapat dikatakan cukup. b. c. d. Diskusikan kebutuhan dan penggantian cairan normal. Rasional : 6-8 gelas cairan per hari membantu mencegah statis. Perhatikan riwayat trauma kandung kemih. Rasional : Faktor-faktor ini memperberat infeksi akibat perubahan pada pola eliminasi. Anjurkan klien untuk rendam duduk (dalam air hangat) atau menggunakan mandi pancuran hangat bila ia sulit berkemih. Rasional : Air hangat yang dialirkan di atas tubuh atau relaksasi perineum dan uretra memudahkan berkemih. e. f. Evaluasi sifat dan beratnya masalah yang berkenaan dengan defekasi. Rasional : Membantu menetukan kebutuhan-kebutuhan individu dan memilih intervensi yang tepat. Tentukan metode-metode yang digunakan untuk memperbaiki konstipasi. Rasional : Setiap upaya harus di buat untuk menggunakan diet dan latihan untuk meningkatkan fungsi usus. g. Tinjau ulang masukan diet dan cairan, anjurkan peningkatan masukan cairan, buah-buahan dan sayur-sayuran. Rasional : Merangsang peristaltic, menurunkan absorbsi air berlebihan dari bahan fecal, sehingga meningkatkan feses yang lebih lunak. h. Catat adanya hemoroid/perdarahan. Rasional : Perdarahan atau nyeri hemoroid dapat meningkatkan kemungkinan bahwa klien akan menunda defekasi yang akan memperberat konstipasi dan feses kering dan cairan lebih banyak di absorbsi dari feses. 3. Gangguan pola tidur b/d nyeri Kriteria hasil; Melaporkan rasa sejahtera dan istirahat. a. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat Rasional : b. Dengan mengetahui tingkat kelelahan klien dapat memberikan intervensi yang tepat sesuai kebutuhan Kaji factor-factor bila ada yang mempengaruhi istirahat. Organisasikan perawatan untuk meminimalkan gangguan dan memberi istirahat serta periode tidur yang ekstra

Rasional :

Dapat membantu meningkatkan istirahar, tidur dan relaksasi sehingga terpenuhi

kepenuhan tidurnya. c. Kaji lingkungan rumah, bantuan dirumah, dan anggota keluarga yang lain. Rasional : realistic. d. e. Berikan obat obatan misalnya analgesic Rasional : Mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi dan tidur sesuai kebutuhan. Anjurkan klien untuk menggunakan tablet vitamin dan besi setiap hari dan pilih diet dengan tepat Rasional : pemulihan. 4. Ansietas b/d ancaman yang dirasakan pada diri Kriteria hasil; Melaporkan ansietas berkurang serta dapat diatasi dan nampak rilex a. Jelaskan prosedur intervensi keperawatan dan pertahankan komunikasi terbuka Rasional : Pengetahuan untuk ealist aktivitas ini dapat menurunkan rasa takut dari ketidaktahuan b. Anjurkan pengguanaan tekhnik relaxsasi. Rasional : Memungkinkan klien mendapatkan keuntungan maximal dari priode isterahat, mencegah kelelahan otot dan memperbaiki aliran darah uterus. c. Anjurkan pengungkapan rasa takut Rasional : Dapat membantu menurunkan ansietas dan merangsang identifikasi perilaku koping. d. Tentukan tingkat ansietas klien dan sumber dari masalah Rasional : Pelaksanaan operasi mungkin dipandang sebagai suatu kegagalan dalam hidup klien. e. Bantu klien atau pasangan mengindentifikasi mekanisme koping yang lasim dan perkembangan strategi koping baru jika dibutuhkan. Rasional : Membantu memfasilitasi adaptasi yang positip serta mengurangi perasaan ansietas. f. Berikan imformasi yang akurat tentang keadaan klien Rasional : 5. Hayalan yang disebabkan oleh kurangnya imformasi atau kesalah pahaman dapat meningkatkan tingkat ansietas. Kurang pengetahuan b/d kurang imformasih dan mispersepsi tentang penyakitnya Kriteria hasil; Meningkat pemahaman tentang proses penyakitnya. a. Tinjau ulang tengtang imformasi yang diterima dan berikan informasi atau perjelas kesalahan konsep bila perlu. Rasional : Pengulangan imformasi membantu memberikan kesempatan untuk diskusi tentang ide ide dan masalah masalah. b. Diskusikan harapan klien mengenai pekerjaan, keluarga dan kebutuhan kebutuhannya sendiri Rasional : Keseimbangan kebutuhan-kebutuhan yang banyak dapat berlebihan khususnya bila harapan klien atau keluarga yang tidak ealistic. Membatu memperbaiki kadar Hb diperlukan untuk transport O2 dan meningkatkan Bantu klien dalam merencanakan periode tidur atau istirahat pada siang hari secara

c.

Bantu dalam mengembangkan rencana-rancana ealistic, Indentifikasi sumber sumber dan penyusunan tujuan. Rasional : Pembagian tugas dan tanggung jawab membantu menurunkan kelelahan individu, meningkatkan adaftasi dan meningkatkan kesejahteran umum.

6.

Resiko pola napas tidak efektif b/d pergeseran diagfragma karena pembesaran uterus. Kriteria hasil; Mendemonstrasikan prilaku yang mengoptimalkan fungsi pernapasan

a. Kaji status pernapasan klien. Rasional : Menentukan luas atau beratnya masalah yang terjadi meskipun kapasitas vital meningkat fungsi pernapasan diubah saat kemampuan diagfragma untuk turun pada saat inspirasi berkurang oleh pembesaran uterus. b. Kaji kadar hemoglobin dan hematokrit, tekankan pentingnya masukan vitamin. Rasional : Kurangnya kadar Hb mengakibatkan kemungkinan anemia dan menurunkan kapasitas pembawa O2. c. Berikan imformasi tentang rasional untuk kesulitan pernapasan dan program aktivitas atau latihan ealistic. Rasional Dapat menurunkan kemungkinan gejala gejala pernapasan yang berlebihan. d. Tinjau ulang tindakan yang dapat dilakukan klien untuk mengurangi masalah, misalnya : postur yang baik, makan sedikit tapi sering, dengan menggunakan posisi semi fowler untuk duduk atau tidur bila gejala berat Rasional : Postur yang baik dan makan sedikit membantu memaksimalkan penurunan diagfragma, meningkatkan kertersediaan ruang untuk ekspansi paru. Perubahan posisi tegak dapat meningkatkan ekspansi paru . 12. Implementasi Pada tahap implementasi atau pelaksanaan dari asuhan keperawatan meninjau kembali dari apa yang telah direncanakan / intervensi sebelumnya, dengan tujuan utama pada pasien dapat mencakup pola napas yang efektif, peredaan nyeri, mempertahankan pola eliminasi yang baik, pemenuhan istirahat tidur yang adekuat, pengurangan kecemasan, peningkatan pengetahuan. 13. Evaluasi Hasil yang diharapkan dari intervensi yang telah ditetapkan adalah: 1 2 3 4 5 6 Apakah klien dapat menunjukkan tanda peredaan nyeri Apakah klien dapat mempertahankan pola eliminasinya Apakah klien dapat mempertahankan istirahat yang adekuat Apakah klien mampu menunjukkan penurunan perasaan cemas. Apakah klien menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai penyakitnya. Apakah klien dapat mempertahankan pola napas yang efektif

DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta Derek, Liewellyn-Jones 2001 Dasar-dasar obstetri dan ginekologi. Alih bahasa: Hadyanto, Ed. 6. Hipokrates, Jakarta Donges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta Bagian Obstetri & ginekologi FK.Unpad,1993. Obstetri Fisiologi.Eleman Bandung NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA Wong, Dona L& Perry, Shanon W (1998) Maternal Child Nursing Care, Mosby Year Book Co., Philadelphia. Dibuat Oleh Trinoval Yanto Nugroho at Monday, May 17, 2010 Email This

ASKEP CANCER OVARIUM

A. PENDAHULUAN Cancer ovarium merupakan 20% dari semua keganasan alat reproduksi wanita. Insidensi ratarata dari semua jenis diperkirakan 15 kasus baru per 1.000.000 populasi wanita setahunnya. Cancer ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, entodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam. Oleh karena itu histiogenesis maupun klasifikasinya masih sering menjadi perdebatan. Kira-kira 60% terdapat pada usia perimenopausal, 30% dalam masa reproduksi, dan 10% pada usia jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of low malignant potential) dan yang jelas ganas (malignant). B. PENGERTIAN Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995) C. ETIOLOGI Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: 1. Hipotesis incessant ovulation Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor. 2. Hipotesis androgen Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium. D. FAKTOR RISIKO 1. Diet tinggi lemak 2. Merokok

3. Alkohol 4. Penggunaan bedak talk perineal 5. Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium 6. Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium 7. Nulipara 8. Infertilitas 9. Menstruasi dini 10.Tidak pernah melahirkan E. TANDA DAN GEJALA Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa : 1. Haid tidak teratur 2. Ketegangan menstrual yang terus meningkat 3. Menoragia 4. Nyeri tekan pada payudara 5. Menopause dini 6. Rasa tidak nyaman pada abdomen 7. Dispepsia 8. Tekanan pada pelvis 9. Sering berkemih 10. Flatulenes 11. Rasa begah setelah makan makanan kecil 12. Lingkar abdomen yang terus meningkat F. PATOFISIOLOGI

G. KLASIFIKASI Klasifikasi tumor epitelium menurut WHO yang dimodifikasi:

1. Tumor epitelial yang umum: a. Serosa b. Musinosa c. Endometrioid d. Clearcell: benigna, borderline malignancy, carsinoma. e. Brenner f. Epiteliel campuran g. Carsinoma tak terdeferensiasi h. Tumor tak terklasifikasi. Tumor epitelium ovarium merupakan 40% dari semua tumor ovarium. Ada 2 jenis: serosa dan musinosa. Kedua-duanya mempunyai kecenderungan untuk tumbuh bilateral dan berimplantasi di rongga peritoneum. Perubahan ke arah ganas terjadi pada yang berjenis serosa. Kistadenokarsinoma papiliferum pseudo musinosa merupakan satu variasi dari tumor dengan kemungkinan penyebaran lokal yang tinggi. Tumor-tumor endometrioid, mesonephroid, dan brenner adalah jarang. 2. Sex-cord stromal tumours: a. Tumor granulosa theca cell: benigna, maligna b. Androblastoma (Sertoli-Leidig) c. Gynandroblastoma d. Tidak terklasifikasi Diduga bahwa tumor jenis ini berasal dari mesenkhim gonad, yang potensial mampu mendeferensiasi ke dalam struktur gonad laki-laki dan wanita, hingga tumor dapat mengakibatkan munculnya tanda-tanda maskulinisasi atau feminisasi pada penderitanya. Androblastoma atau tumor yang berasal dari tumor mesenkhim akan mendiferensiasi ke dalam struktur gonadal lakilaki: 1) Arrhenoblastoma : mikroskopik terlihat gambaran tubuler dan berhubungan dengan gejala atau tanda defeminisasi atau maskulinisasi. 2) Tumor Sertoli cell: adalah bentuk feminisasi dari androblastoma. Sel-sel sertoli merupakan sumber dari estrogen pada gonad lelaki. 3) Tumor cell granulosa 4) Tumor sel theca Dalam banyak kejadian, elemen dari tumor sel granulosa dan theca terdapat pada tumor yang sama. Mereka bisa dikaitkan dengan gejala hiperestrogennisme. Hiperplasi endometrium dan karsinoma endometrium pernah dilaporkan berhubungan dengan tumor-tumor sel granulosa dan sel theca. 3. Tumor-tumor lipid cell 4. Tumor-tumor germ-cell:

Tumor ini berasal dari germinal dan derivatnya. a) Disgerminoma Paling umum dari kelompok tumor ini, merupakan homolog dari seminoma testis, biasa terdapat pada wanita muda dan sangat radiosensitif. Frekuensi tumor ini kurang dibandingkan dengan Tumor sel granulosa yang kebanyakan ditemukan pada wanita muda, dapat ditemukan dalam ukuran kecil sampai besar hingga mengisi rongga perut. Tumor dengan permukaan rata, konsistensi kenyal, kecuali di bagian-bagian yang mengalami degenerasi berwarna sawo matang sampai ke abu-abuan. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat gambaran sarang-sarang sel telur yang besar, bundar, ovoid atau poligonal, terpisah oleh septa jaringan ikat. Tumor ini keganasannya tak seberapa tinggi. Prognosis tumor yang masih unilateral dan terbatas dalam kapsul yang baik (88,6% dapat disembuhkan) hanya dengan USO (Unilateral Salpingo Ovarectomy) saja. Kalau perlu pasca bedah dapat dipertimbangkan radioterapi pada tumor bed karena tumor ini sangat radiosensitif dan radiocurable. b) Tumor sinus endodermal Berasal dari Jolk sac atau saccus vitellius, umumnya ditemukan pada gadis atau wanita muda (20 th) dan sangat ganas. Pada pemeriksaan mikroskopik didapatkan retikulum dengan ruangan berbentuk kistik (sinus endodermal) ditengahnya. Sinus tersebut terdiri dari pembuluh darah ditengahnya dikelilingi oleh sel-sel kuboid. c) Karsinoma embrional d) Poli embrioma e) Khoriokarsinoma f) Teratoma: immatur, matur (solid atau kistik), monodermal (stroma ovarii dan atau karsinoid atau lainnya). Diduga berkembang dari jaringan embrional yang pluripoten dan mampu membentuk elemen dari ketiga lapisan embrional. Bentuk kistik adalah tak ganas, sedang solid adalah ganas. Teratoma yang benigna banyak ditemukan pada golongan usia tua. Teratoma ganas biasanya ditemukan pada anak-anak dan pada masa pubertas. Tumor tumbuh capat dan prognosisnya buruk. H. PENYEBARAN Kanker ovarium menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta, mediastinal, dan supraklavikuler, untuk seterusnya menyebar ke alat-alat yang jauh, terutama paru-paru, hati, dan otak. Obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang sering menyertai penderita tumor ganas ovarium. Penetapan Tingkat Klinik Keganasan UICC T1 T1a T1b Terbatas pada ovarium Satu ovarium, tanpa ascites Kedua ovarium, tanpa ascites Kriteria I Ia Ib FIGO

T1c T2 T2a T2b T2c T3

Satu/dua ovarium, ada ascites Dengan perluasan ke panggul Uterus dan atau tuba, tanpa ascites Jaringan panggul lainnya, tanpa ascites Jaringan panggul lainnya, dengan ascites

Ic II Iia Iib Iic

Perluasan ke usus halus/omentum dalam panggul, atau III penyebaran intraperitoneal/kelenjar retraperitoneal.

M1 I. DIAGNOSIS

Penyebaran ke alat-alat jauh

IV

Diagnosis didasarkan atas 3 gejala/tanda yang biasanya muncul dalam perjalanan penyakitnya yang sudah agak lanjut: 1. Gejala desakan, yang dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan infiltrasi ke jaringan sekitar. 2. Gejala diseminasi/penyebaran, yang diakibatkan oleh implantasi peritoneal dan bermanifestasi adanya ascites. 3. Gejala hormonal, yang bermanifestasi sebagai defeminisasi, maskulinisasi atau hiperestrogenisme, intensitas gejala ini sangat bervariasi dengan tipe histologik tumor dan usia penderita. J. TERAPI TUMOR GANAS OVARIUM Untuk kanker ovarium, pembedahan merupakan pilihan utama. Pada tingkatan awal prosedur adalah TAH + BSO + OM + APP (optional). Luas pembedahan tergantung oleh insidensi dari seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral) dan kecenderungan untuk menginvasi badan rahim (korpus uterus). Biopsi dibeberapa tempat seperti: omentum, kelenjar getah bening para maupun pre orbital dan area sub diaprahmatika amatlah penting. Pembedahan juga amat penting sebagai tindakan primer pada penderita dengan penyakitnya yang ekstensif ialah dengan mengangkat sebanyak mungkin jaringan tumor, bila keadaan memungkinkan meskipun tidak semua jaringan tumordapat diangkat seluruhnya (debulking). Dengan debulking (bulk reductive surgery) memungkinkan kemo maupun radioterapi menjadi lebih efektif. Tindakan konservatif (hanya mengangkat tumor ovariumnya saja: oophorectomi atauoophoro kistektomi) masih dapat dibenarkan jika tingkat klinik penyakit T1a, wanita masih muda, belum mempunyai anak, derajat keganasan tumor rendah seperti disgerminoma, tumor sel granulosa,dan arrheoblastoma atau low potential malignancy = borderline malignancy, hal itu masih bisa dipertanggungjawabkan meskipun beberapa ahli berpendapat tindakan seperti itu tetap merupakan gambling. Pengawasan ketat pada penderita pasca bedah merupakan suatu keharusan. 1. Radioterapi Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa hanya efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa. 2. Kemoterapi

Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi. Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3 4 minggu sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efeh samping kemoterapi secara berkala terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler. Sejumlah obat sitostatika telah digunakan, termasuk agens alkylating (cyclophosphamide, chlorambucil), antimetabolit (MTX,5 FU), antibiotika (adriamisin) dan agen lain (ex: Cis-Platinum). Adanya ascites mungkin dapat dikendalikan dengankemoterapi intraperitoneal. Isotop radioaktif sekarang jarang digunakan pada penanganan tumor ini, sedang teknik shunting cairan ascites ke dalam vena jugularis melalui plastic tube yang berkatup searah sekarang banyak dipakai. Penanganan paliatif sering menggunakan preparat hormon progestativa. K. ASUHAN KEPERWATAN 1. Pengkajian a) Data diri klien b) Data biologis/fisiologis > keluhan utama, riwayat keluhan utama c) Riwayat kesehatan masa lalu d) Riwayat kesehatan keluarga e) Riwayat reproduksi > siklus haid, durasi haid f) Riwayat obstetric > kehamilan, persalinan, nifas, hamil g) Pemeriksaan fisik h) Data psikologis/sosiologis> reaksi emosional setelah penyakit diketahui 2. Diagnosa Keperawatan a) Nyeri akut b.d agen cidera biologi b) Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan peran c) Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh, perubahan kadar hormone 3. Tujuan dan Intervensi Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen cidera biologi Tujuan : Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan Intervensi : Kaji karakteristik nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, marah pasien Kolaborasi dengan tim medis dalam memberi obat analgesic Jelaskan kegunaan analgesic dan cara-cara untuk mengurangi efek samping Ajarkan klien strategi baru untuk meredakan nyeri dan ketidaknyamanan: imajinasi, relaksasi, stimulasi kutan

Diagnosa 2 : Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan peran Tujuan : KLien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya. Intervensi : Kaji perasaan klien tentang citra tubuh dan tingkat harga diri Berikan dorongan untuk keikutsertaan kontinyu dalam aktifitas dan pembuatan keputusan Berikan dorongan pada klien dan pasangannya untuk saling berbagi kekhawatiran tentang perubahan fungsi seksual dan menggali alternatif untuk ekspresi seksual yang lazim Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh, perubahan kadar hormone Tujuan : -KLien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual. - Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara mengekspresikan keinginan seksual Intervensi: Mendengarkan pernyataan klien dan pasangan Diskusikan pembedahan Identifikasi faktor budaya/nilai budaya Bantu klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka Dorong klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka Dorong klien untuk berbagi pikiran/masalah dengan orang terdekatnya Berikan solusi masalah terhadap masalah potensial. ex : menunda koitus seksual saat kelelahan DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta Derek, Liewellyn-Jones 2001 Dasar-dasar obstetri dan ginekologi. Alih bahasa: Hadyanto, Ed. 6. Hipokrates, Jakarta Donges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta Bagian Obstetri & ginekologi FK.Unpad,1993. Obstetri Fisiologi.Eleman Bandung NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA Wong, Dona L& Perry, Shanon W (1998) Maternal Child Nursing Care, Mosby Year Book Co., Philadelphia. Dibuat Oleh Trinoval Yanto Nugroho at Monday, May 17, 2010 Email This sensasi atau ketidaknyamanan fisik, perubahan pada respons individu Kaji informasi klien dan pasangan tentang anatomi/ fungsi seksual dan pengaruh prosedur

You might also like