You are on page 1of 22

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap orang yang dilahirkan memiliki potensi yang unik dan mereka lebih tertarik dengan dirinya sendiri hanya saja sebagai manusia terkadang dalam menjalani hidup sering tidak terpikirkan bahwa mereka terlahir dalam kepribadian dan potensi yang besar melebihi apa yang mereka pikirkan. Diantara potensi yang ada dalam diri setiap orang adalah potensi kepercayaan diri. Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Percaya diri merupakan aspek yang sangat penting karena mampu menjadi stimulus yang mendorong orang untuk mampu bertindak tanpa ragu. Namun kenyataannya tidak semua orang dapat tampil dengan sikap yang penuh dengan kepercayaan diri sehingganya membutuhkan trik ataupun cara dalam menumbuhkan rasa percaya diri. Berbicara tentang bagaimana cara meningkatkan rasa percaya diri tentunya sangat berkaitan dengan cara berpikir dan bagaimana mengenali diri dengan baik. Bagi orang yang memiliki self esteem dan rasa percaya diri yang baik mereka memiliki kecenderungan untuk selalu melihat hal-hal positip yang melekat pada dirinya dan tidak menjadikan kelemahan-kelemahan yang dimiliki sebagai penghalang dalam mencapai sebuah tujuan karena memiliki kepribadian yang tangguh dan mempunyai pandangan yang jelas mengenai tujuan hidup dan jati diri mereka. Rasa percaya diri inilah yang dimiliki orangorang sukses dan menjadi ciri khas mereka. Mereka sungguh-sungguh paham dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki ketika menghadapi sebuah masalah dapat dilaluinya dengan baik meskipun dalam prosesnya menenemui

berbagai kegagalan dan saat mengalami kegagalan selalu berhasil membangun rasa percaya diri untuk selalu bagkit. Realita membuktikan bahwa, tidak semua orang dapat berpikir logis dan memiliki rasa percaya diri yang utuh seperti yang dijabarkan di atas. Sikap tidak percaya diri ini muncul akibat kebiasaan-kebiasaan

mengembangkan sikap dan pendapat negatif tentang diri. Mungkin juga sikap tidak percaya diri ini muncul sebagai akibat pengaruh dari lingkungan. Pengaruh yang seperti apa? Antara lain sikap lingkungan yang membuat takut untuk mencoba. Takut untuk berbuat salah, semua harus seperti yang sudah ditentukan. Karena ada rasa takut sehingga menimbulkan perilaku malas untuk melakukan hal-hal yang berbeda dari orang kebanyakan. Sebelum terlalu jauh tentu kita tahu berapa kali Thomas Alfa Edison melakukan kesalahan sebelum akhirnya berhasil menemukan formula hebat untk menemukan lampu pijar. Dia tidak langsung berhasil ketika pertama kali mencoba. Karena itu, perlu yang namanya teknik atau cara dalam upaya meningkatkan rasa percaya diri, yakni dengan melirik teknik Cinema Therapy sebagai bentuk refleksi diri. Menurut Gary Solomon, Ph.D (dalam Allen & Krebs, 2007), Cinema Therapy merupakan metode penggunaan film untuk memberi efek positip pada pasien. Profesor Psikologi di Community College of Southern Nevada menambahkan, masalah yang bisa diterapi adalah motivasi, hubungan, depresi, percaya diri, dsb. Tapi tidak termasuk gangguan kejiwaan yang akut. Bagaimana nalar terapi ini? Ketika menonton film, kita merasa mengalami sendiri apa yang dirasakan tokoh-tokoh dalam cerita. Melalui simbol-simbol yang biasanya bertebaran di sana, alam bawah sadar lalu mencoba berkomunikasi dengan alam sadar. Jembatannya adalah imajinasi. Meskipun film yang digunakan untuk media terapi sebenarnya tidak memcahkan masalah secara langsung, paling tidak sebuah film membantu kita memahami masalah yang sebelumnya tidak kita sadari. Film dari sisi yang tidak terduga mampu memecahkan masalah yang kelihatannya sudah mentok, yang mungkin selama ini mempengaruhi cara pandang dan hidup kita.

1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam tulisan ini, yaitu: Bagaimana meningkatkan kepercayaan diri remaja melalui Cinema Teraphy?

1.3 Tujuan Menjelaskan alasan mengapa teknik Cinema Teraphy dapat meningkatkan percaya diri.

1.4 Manfaat Manfaat dari penulisan ini adalah: 1. Memberikan masukan kepada dosen terkait dengan tujuan meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa yang berimbas pada optimalnya kemampuan yang dimiliki Mahasiswa. 2. Memberitahukan kepada masyarakat luas terutama bagi lembaga pendidikan sebagai pelaksana pendidikan tentang manfaat penggunaan teknik cinema teraphy

BAB 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Dasar Percaya Diri 2.1.1 Definisi Operasional

Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, alias sakti. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri (http://www.e-psikologi.com). Menurut Hakim (2002), Percayaan diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap kemampuan pada dirinya sendiri dengan menerima secara apa adanya baik positif maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya. Melihat definisi percaya diri di atas, maka dapat dirumuskan bahwa percaya diri adalah sikap positip individu terhadap kemampuan yang dimilikinya, orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya.

2.1.2

Aspek Percaya Diri Menurut Lauster (1997) orang yang memiliki kepercayaan diri yang

positif adalah: a. Keyakinan akan kemampuan diri yaitu sikap positif seseorang tentang dirinya bahwa mengerti sungguh sungguh akan apa yang dilakukannya. b. Optimis yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik

dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuan. c. yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri. d. Bertanggung jawab yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. e. Rasional dan realistis yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, sesuatu kejadian dengan mengunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.

2.1.3

Faktor Kepercayaan Diri Kepercayaan diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:

a. Faktor internal, meliputi: 1) Konsep diri. Terbentuknya keperayaan diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok. Menurut Centi (1995), konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya sendiri. Seseorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya orang yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri positif. 2) Harga diri. Meadow (dalam Kusuma, 2005 ) Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Orang yang memiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan dengan individu lain. Orang yang mempunyai harga diri tinggi cenderung melihat dirinya sebagai individu yang berhasil percaya bahwa usahanya mudah menerima orang lain sebagaimana menerima dirinya sendiri. Akan tetapi orang yang mempuyai harga diri rendah bersifat tergantung, kurang percaya diri dan biasanya terbentur pada kesulitan sosial serta pesimis dalam pergaulan. 3) Kondisi fisik. Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada

kepercayaan diri. Anthony (1992) mengatakan penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dan percaya diri seseorang. Lauster (1997) juga berpendapat bahwa ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri yang kentara. 4) Pengalaman hidup. Lauster (1997) mengatakan bahwa kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman yang mengecewakan adalah paling sering menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri. Lebih-lebih jika pada dasarnya seseorang memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian. b. Faktor eksternal, meliputi: 1) Pendidikan. Pendidikan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Anthony (1992) lebih lanjut mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan. 2) Pekerjaan. Rogers (dalam Kusuma, 2005) mengemukakan bahwa bekerja dapat mengembangkan kreatifitas dan kemandirian serta rasa percaya diri. Lebih lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan melakukan pekerjaan, selain materi yang diperoleh. Kepuasan dan rasa bangga di dapat karena mampu mengembangkan kemampuan diri. 3) Lingkungan dan Pengalaman hidup. Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga dan masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota kelurga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, maka semakin lancar harga diri berkembang (Centi, 1995). Sedangkan pembentukan

kepercayaan diri juga bersumber dari pengalaman pribadi yang dialami seseorang dalam perjalanan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan psikologis merupakan pengalaman yang dialami seseorang selama perjalanan yang buruk pada masa kanak kanak akan menyebabkan individu kurang percaya diri (Drajat, 1995).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri pada individu, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi konsep diri, harga diri dan keadaan fisik. Faktor eksternal meliputi pendidikan, pekerjaan, lingkungan dan pengalaman hidup.

2.2 Konsep Dasar Cinema Teraphy 2.2.1 Definisi Cinema atau Movie Alfred Hitchock (dalam Wolz, 2004) mendefinisikan bahwa movie atau drama adalah ilusi kehidupan yang dilakukan dengan kadang menghilangkan bagian tertentu dalam kehidupan tersebut. Sedangkan Gilbert P. Mansergh (dalam sumber:

www.cinematherapy.com) mendefinikan bahwa Film atau cinema adalah media representasi, yang melalui gaya dan isi yang

melambangkan berbagai pola perilaku (melalui tindakan karakter, plot, tema, editing, dll) yang dapat dianalisis dari perbedaan teori psikologis dan modalitas mengajar." Menurut hemat penulis bahwa Film, Sinema, Movie atau Gambar Bergerak, (dalam bahasa inggris disebut motion picture) adalah serangkaian gambar-gambar yang diproyeksikan pada sebuah layar agar tercipta ilusi (tipuan) gerak yang hidup. Gambar bergerak, movie, film atau sinema adalah salah satu bentuk hiburan yang populer, yang menjadikan manusia melarutkan diri mereka dalam dunia imajinasi untuk waktu tertentu.

2.2.2

Hakekat Therapy Dalam kamus lengkap Psikologi tahun 2005, terapi (therapy) diartikan sebagai satu perlakuan dan pengobatan yang ditujukan kepada penyembuhan satu kondisi patologis. Therapy juga memiliki tujuan yang melibatkan target preventif dalam menentukan setting terapinya. Tujuan therapy ini (Triantoro, 2004) mempunyai tiga kemungkinan sasaran preventif, yaitu: a. Prevensi primer yaitu terapi yang secara langsung mencegah munculnya masalah pada masa depan. b. Prevensi sekunder yaitu terapi yang diarahkan langsung untuk mengobati masalah yang muncul dengan fokusnya untuk mencegah dampak buruk dibidang fungsi lain kehidupan individu. c. Prevensi tertier yaitu terapi yang diarahkan untuk menurunkan atau menghilangkan masalah yang muncul untuk mencegah risiko kemunculannya pada masa depan.

2.2.3

Definisi Cinema Teraphy Menurut Gary Solomon, Ph.D (dalam Allen & Krebs, 2007) Cinema Teraphy merupakan metode penggunaan film untuk memberi efek positip pada pasien. Profesor Psikologi di Community College of Southern Nevada menambahkan, masalah yang bisa diterapi adalah motivasi, hubungan, depresi, percaya diri, dsb. Tapi tidak termasuk gangguan kejiwaan yang akut. Dari definisi di atas dapat disimpulakan bahwa Cinema Teraphy merupakan suatu metode yang menggunakan film atau movie untuk memberi pengaruh positip dalam meningkatkan rasa percaya diri.

BAB 3 Metode Penulisan

3.1 Prosedur Pengumpulan Data A. Telaah Pustaka Penulisan karya tulis ini menggunakan metode studi pustaka berupa buku- buku, jurnal, artikel, kamus psikologi dan browsing data dari internet yang telah teruji kevalidannya, berhubungan satu sama lain, relevan dengan kajian tulisan serta mendukung uraian atau analisis pembahasan. B. Diskusi Diskusi dan konsultasi dengan Dosen Pembimbing jurusan Bimbingan dan Konseling terkait dengan efektifitas sinema terapi dalam meningkatkan rasa percaya diri.

3.2 Pengolahan Data Dalam penulisan karya tulis ini, analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Yang berarti bahwa data yang diperoleh akan dijalaskan sedetail mungkin untuk mendapatkan kesimpulan akhir dari uraian atau analisis pembahasan. Selain itu, dalam karya tulis ini juga dijelaskan bagaimana cara meningkatkan kepercayaan diri remaja dengan teknik cinema therapy.

BAB 4 Pembahasan

4.1 Kepercayaan diri 4.1.1 Pentingnya Rasa Percaya Diri percaya diri merupakan dasar dari motivasi diri untuk berhasil. Agar termotivasi seseorang harus percaya diri. Seseorang yang mendapatkan ketenangan dan kepercayaan diri haruslah menginginkan dan termotivasi dirinya. Banyak orang yang mengalami kekurangan tetapi bangkit melampaui kekurangan sehingga benar-benar mengalahkan kemalangan dengan

mempunyai kepercayaan diri dan motivasi untuk terus tumbuh serta mengubah masalah menjadi tantangan. Percaya diri adalah modal dasar seorang manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan sendiri. Seseorang mempunyai kebutuhan untuk kebebasan berfikir dan berperasaan sehingga seseorang yang mempunyai kebebasan berfikir dan berperasaan akan tumbuh menjadi manusia dengan rasa percaya diri. Salah satu langkah pertama dan utama dalam membangun rasa percaya diri dengan memahami dan meyakini bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan yang ada didalam diri seseorang harus dikembangkan dan dimanfaatkan agar menjadi produktif dan berguna bagi orang lain.

4.1.2 Indikator Percaya Diri dan Kurang Percaya Diri A. Beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional (Sumber : http://www.e-

psikologi.com/dewasa/161002.htm), diantaranya adalah : a. Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak

membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok

10

c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain berani menjadi diri sendiri d. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil) e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak

tergantung/mengharapkan bantuan orang lain) f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, ornag lain dan situasi di luar dirinya g. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.

B. Sedangkan indikator atau karakteristik kurangnya rasa percaya diri masih pada sumber yang sama (http://www.e-

psikologi.com/dewasa/161002.htm) diantaranya adalah: a. Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok b. Menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan c. Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan dir) dan memandang rendah kemampuan diri sendiri namun di lain pihak memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri d. Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif e. Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil f. Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena undervalue diri sendiri) g. Selalu menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu h. Mempunyai external locus of control (mudah menyerah pada

11

nasib, sangattergantung pada keadaan dan pengakuan/penerimaan serta bantuan orang lain).

4.2 Potret Remaja Masa Kini Remaja memiliki pemikiran tentang siapakah diri mereka dan apakah yang membuat mereka berbeda dari orang lain. Mereka memegang erat identitas dirinya dan berpikir bahwa identitasnya ini bisa menjadi lebih stabil. Pemahaman remaja bisa lebih introspektif tetapi tidak bersifat menyeluruh dalam diri remaja, namun lebih merupakan kontradiktif. Setelah kebutuhan untuk mendiferensiasikan diri ke dalam banyak peran dalam konteks yang berbeda-beda ada dalam diri remaja, muncullah kontradiksi dalam diri yang terdiferensiasi yang membutuhkan penelitian yang lebih terukur. Pada suatu penelitian Susan Harter tahun 1986 (dalam Santrock, 2003) bertanya kepada siswa-siswa kelas tujuh, sembilan dan sebelas untuk mengambarkan diri mereka. Harter menemukan bahwa terdapat sejumlah istilah yang kontradiktif yang digunakan remaja dalam mendeskripsikan dirinya (saya adalah remaja yang berubah-ubah perasaan hatinya dan mudah memahami, jelek dan menarik, mudah bosan dan penuh ingin tahu, peduli dan tidak peduli, tertutup dan suka bersenang-senang, dan sebagainya) bertambah jumlahnya secara nyata antara siswa di kelas tujuh hingga di kelas sembilan. Penelitian menunjukkan bahwa pada masa remaja pertengahan terjadi diskrepansi yang lebih besar antara diri yang nyata dengan diri yang ideal dibandingkan di masa remaja awal atau akhir, pendapat Strachen & Jones tahun 1982 (dalam Santrock, 2003). Seoramg ahli humanistik, Carl Rogers tahun 1950 (dalam Santrock, 2003) berpendapat bahwa diskrepansi yang besar antara diri yang nyata dengan yang ideal menunjukkan adanya gangguan. Berdasarkan pandangan ini, adanya sesuatu hal yang diharapkan dan ditakutkan merupakan fenomena yang sehat secara psikologis karena memberikan keseimbangan antara diri posistif yang diharapkan dengan diri negatif yang ditakuti. Diri positif dapat mengarahkan remaja ke dalam hal yang positif sedangkan diri negatif dapat diidentifikasikan sebagai hal-hal yang harus dihindari.

12

Dari penjabaran di atas dapat disimpulakn bahwa remaja pada hakikatnya adalah individu yang unik yang memiliki dinamika dalam perspektif diri baik positif maupun negatifnya, sehingganya harus ditanamkan rasa optimisme yang kuat untuk dapat menjadi remaja yang berkualitas, percaya akan kemampuannya sendiri tanpa harus merasa terkucilkan yang dapat menimbulkan rasa kurang percaya diri.

4.3 Meningkatkan Rasa Percaya Diri Remaja Melalui Teknik Cinema Therapy 4.3.1 Strategi Pembentukan Kepercayaan Diri Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Untuk sebagian besar remaja, rendahnya rasa percaya diri hanya menyebabkan rasa tidak nyaman secara emosional yang bersifat sementara, ungkap Damon tahun 1991 (dalam Santrock, 2003). Tetapi bagi beberapa remaja rendahnya rasa percaya diri dapat menimbulkan masalah. rendahnya rasa percaya diri bisa menyebabkan depresi, bunuh diri dan anoreksia nervosa, delinkuensi dan masalah penyesuaian diri lainnya (Damon & Hart, 1988; Fenzel, 1994; Harter & Marold, 1992; Markus & Nurius, 1986; Pfeffer, 1986 dalam Santrock, 2003). Karena itu ada beberapa saran berikut mungkin layak menjadi pertimbangan jika sedang mengalami krisis kepercayaan diri. a. Menilai diri secara objektif Belajar menilai diri secara objektifdan jujur. Susunlah daftar kekayaan pribadi, seperti prestasi yang pernah diraih, sifat-sifat positif, potensi diri baik yang sudah diaktualisasikan maupun yang belum, keahlian yang dimiliki, serta kesempatan atau pun sarana yang mendukung kemajuan diri. Sadari semua aset-aset berharga Anda dan temukan aset yang belum dikembangkan. Pelajari kendala yang selama
13

ini menghalangi perkembangan diri Anda, seperti: pola pikir yang keliru, niat dan motivasi yang lemah, kurangnya disiplin diri, kurangnya ketekunan dan kesabaran, tergantung pada bantuan orang lain, ataupun sebab-sebab eksternal lainnya. b. Beri penghargaan yang jujur terhadap diri Sadari dan hargailah sekecil apa pun keberhasilan dan potensi yang dimiliki. Ingatlah bahwa semua itu didapat melalui proses belajar, berevolusi dan bertransformasi diri sejak dahulu hingga kini. Megabaikan atau meremehkan satu saja prestasi yang pernah diraih, berarti mengabaikan atau menghilangkan satu jejak yang membantu menemukan jalan yang tepat menuju masa depan. Ketidakmampuan menghargai diri sendiri, mendorong munclnya keinginan yang tidak realistik dan berlebihan; contoh: ingin cepat kaya, ingin cantik, populer, mendapat jabatan penting dengan segala cara. Jika ditelaah lebih lanjut semua itu sebenarnya bersumber dari rasa rendah diri yang kronis, penolakan terhadap diri sendiri, ketidakmampuan menghargai diri sendiri hingga berusaha mati-matian menutupi keaslian diri. c. Positive Thinking Cobalah memerangi setiap asumsi, prasangka persepsi negatif yang muncul dalam benak diri. Anda bisa katakan pada diri sendiri, bahwa no bodyis perfect dan its okay if i made a mistake. Jangan biarkan pikiran negatif berlarut-larut karena tanpa sadar pikiran itu akan terus berakar, dan menyebar. Semakin besar dan menyebar, semakin sulit dikendalikan d. Gunakan Self-Affirmation Untuk memerangai negative thinking, gunakan self-affirmation yaitu berupa kata-kata yang membangkitkan rasa percaya diri. Contohnya: Saya pasti bisa ! Saya adalah penentu dari hidup saya sendiri. Tidak ada orang yang

14

boleh menentukan hidup saya ! Saya bisa belajar dari kesalahan ini. Kesalahan ini sungguh menjadi pelajaran yang sangat berharga karena membantu saya memahami tantangan. Sayalah yang memegang kendali hidup ini

e. Berani mengambil resiko Berdasarkan pemahaman diri yang objektif, Anda bisa memprediksi resiko setiap tantangan yang dihadapi. Dengan demikian, Anda tidak perlu meghindari setiap resiko, melainkan lebih menggunakan strategistrategi untuk menghindari, mencegah ataupun mengatasi resikonya. f. Belajar mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan Ada pepatah mengatakan orang yang paling menderita hidupnya adalah orang tidak bisa bersyukur pada Tuhan atas apa yang telah diterimanya dalam hidup. Artinya, individu tersebut tidak pernah berusaha melihat segala sesuatu dari kaca mata positif. Bahkan kehidupan yang dijalaninya selama ini pun tidak dilihat sebagai pemberian dari Tuhan. Akibatnya, individu tidak bisa bersyukur atas semua berkat, kekayaan, kelimpahan, prestasi, pekerjaan, kemampuan, keahlian, uang, keberhasilan, kegagalan, kesulitan, serta berbagai pengalaman hidupnya. Ia adalah ibarat orang yang selalu melihat matahari tenggelam, tidak pernah meliahat matari terbit. Hidup yang dipenuhi dengan keluhan, ras marah, iri hati dan dengki, kecemburuan, kekcewaan, kekesalan, kepahitan dan keputusasaan.denagn beban seperti itu, bagaimana remaja itu bisa menikmati hidup dan melihat hal-hal yang baik dalam hidupnya? Tidak heran jika diri dihinggapi rasa kurang percaya diri yang kronis, karena selalu membandingkan diri dengan orang-orang yang membuat cemburu hatinya. Oleh sebab itu, belajarlah bersyukur atas apapun yang dialami dan percaya bahwa Tuhan pasti menginginkan yang terbaik bagi hidup Anda.

15

g. Menetapkan tujuan yang realistis Perlu yang namanya mengevaluasi tujuan-tujuan yang ditetapkan, dalam arti tujuan tersebut apakah sudah realistik atau tidak. Dengan menetapkan tujuan yang lebih realistik maka akan memudahkan Anda dalam mencapai tujuan. Dengan demikian akan lebih percaya diri dalam mengambil langkah tindakan dan keputusan dalam mencapai masa depan.

4.3.2

Teknik Cinema Therapy Sebagai Alternatif dalam Pembentukan Kepercayaan Diri Remaja Percaya diri memegang peranan sangat penting dalam keberhasilan

seseorang. Kita bisa melewatkan kesempatan bagus jika kita tidak percaya diri. Krisis percaya diri adalah salah satu penghambat terbesar dalam bertindak. Bukan hanya ragu bertindak, bahkan tidak bertindak sama sekali. Pertanyaannya adalah, mengapa teknik cinema therapy membawa pengaruh terhadap upaya meningkatkan rasa percaya diri? Berikut akan dijabarkan hal apa saja yang termasuk dalam sebuah film (sumber: www.cinematherapy.com) .

Bagan 1.

16

Film menandakan cerita, kiasan, mitos, mimpi, lelucon dan dongeng. Hal itu semua yang menjadi warna dalam sebuah film yang semuanya dapat digunakan sebagai terapi. A. Proses kerja Sinema Therapy Bagaimana teknik atau metode dalam meningkatkan rasa percaya diri? Cinema Therapy bisa menjadi alternatifnya. Karena cinema therapy menjadi alternatif dalam meningkatkan rasa percaya diri, berikut akan dijelaskan bagaimna langkah atau proses Group Cinema Therapy,(sumber: www.cinematherapy.com) yaitu: Eksplorasi metafora, alur cerita dan karakter tokoh dalam sebuah film atau

Memahami isu-isu

Membangkitkan semangat diri Bagan 2.

Menemukan makna

Bagimana memahami alur cerita dan karakter tokoh dalam sebuah film, ada proses yang terjadi yakni: a. Dengan melihat film, itu menandakan bahwa terjadi kerja aktif dalam otak yang menunjukkan diri memahami isu-isu emosi yang ditandai dengan tibulnya kepahaman dengan sebuah alur cerita dalam film. b. Terapi dengan menggunakan film atau sinema ternyata dapat membangkitkan semangat di alam bawah sadar kita. Dengan menonton film luapan ekspresi emosi terjadi. Penonton seperti terkena sihir, seolah berada di dalam alur cerita film. c. Titik akhir dari cinema therapy adalah menemukan makna atau

17

maksud dari alur cerita film. Penemuan makna ini yang kemudian dapat mendorong untuk tampil seperti apa yang semestinya, bisa berupa motivasi, hubungan depresi, percaya diri dsb.

Di dalam proses aktif rasionalisasi film atau sinema, ada alur kerja sampai ia menemukan titik penemuan makna, yang dapat dijabarkan sebagai berikut (sumber: www.cinematherapy.com) :

mindlesn ess

NONTON FILM
Proses Aktif

Logika (alur cerita) Bahasa (dialog) Visual spacial (gambar, warna,simbol) Musik (suara & musik) Interpersonal Kinestetik Intra-psychic
Makna

Bagan 3. Bagan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: Dalam proses aktif nonton sebuah alur cerita film maka hal yang perlu untuk diperhatikan ketika mengharapkan adanya menemukan titik makna, maka yang semestinya terjadi adalah proses sadar dan mindlesness dalam

sadar 18

memberikan sugesti dari terapi yang menggunakan film. Sadar artinya orang yang menonton film harus benar-benar tahu dan fokus bahwa dirinya berada untuk menonton tayangan film, sedangkan mindlesness dapat diartikan sebagai kemampuan diri untuk menghilangkan hal yang merasa diri lebih tahu atau bahkan sudah tahu. Karena hal itu tentu akan memberi dampak atau pengaruh dalam diri karena tidak akan efektif penggunaan teknik cinema therapy. Hal yang terdapat dalam proses aktif pemberian informasi dalam cinema terapi, yaitu: a. Logika (alur cerita): menandakan adanya bagaimana kita dapat memahami setting alur cerita dalam film atau cinema. b. Bahasa (dialog): adanya memahami dialog atau isi cerita dalam film. c. Visual spacial (gambar, warna,simbol): dalam proses aktif nonton film pasti ada unsur gambar yang hal itu menjadi dasar sugesti dengan adanya indera yang berperan untuk melihat yang kemudian membawa informasi melihat ke dalam proses kerja otak dalam memaknai arti simbol atau gambar. d. Musik (suara & musik): efek musik juga berpengaruh untuk memberikan sugesti ke dalam alam bawah sadar penonton. Penggunaan musik dalam film adalah hal yang mendukung dalam proses pemberian sugesti. e. Interpersonal: berkaitan dengan bagaimana diri dapat memahami keadaan personal dari tokoh yang diceritakan dalam film atau cinema. f. Kinestetik: atau kata lainnya adalah seni atau keindahan. Merupakan unsur film yang memiliki unsur kinestetik dalam memberikan pengaruh kepada penonton. Kinestetik berkaitan pula dengan gambar bergerak yang memberikan efek visual yang mendorong penonton untuk dapat memahami arti alur film yang diceritakan. g. Intra-psychic: merupakan keadaan jiwa personal, yang dapat

membimbing dalam penemuan makna dari film yang dijadikan metode dalam cinema therapy. Jadi, teknik cinema therapy dapat menjadi salah satu alternatif dalam

19

upaya meningkatkan rasa percaya diri remaja karena dengan cinema therapy dapat membangkitkan semangat diri bereksplorasi. Banyak hal yang dapat dipelajari dengan menggunakan cinema theapy atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai terapi film. Hasil akhir dalam teknik cinema therapy adalah menemukan makna tersirat maupun tersurat dari tayangan film. Misalnya, terapi film dengan menumbuhkan rasa percaya diri ataupun motivasi adalah film atau movie yang juga berkaitan untuk meningkatkan rasa percaya diri. Penemuan makna dalam film ini tidak terjadi begitu saja, namun didalamnya terdapat proses yang pajang seperti yang telah dijabarkan di atas. Makna dalam film tentunya membawa inspirasi bagi penonton dalam hal ini adalah remaja yang menjadi objek dalam peningkatan rasa percaya diri mereka. Rasa percaya diri itu tumbuh dari panggilan alam bawah sadar yang menjadikan film untuk menginspirasi remaja dalam mengeksplorasi ide-ide dan dapat mempengaruhi atau bahkan mengubah pola mindset menjadi motivasi diri. Hal ini di dukung oleh Murty Lefkoe (dalam Wolzt, 2004) yang menyebutkan bahwa drama atau movie bisa meningkatkan kepercayaan diri karena dalam menghayati drama, penonton seperti mempercayai sepenuhnya pada drama. Ketika kepercayaan terbangun dalam diri orang tersebut maka dengan mudah tingkah laku dan emosi dapat dapat terpengaruhi. Bukan hanya itu, (Birgit Wolz, 2004) menyatakan hal yang serupa bahwa menonton film dapat membangkitkan emosi dan menambah optimis hidup serta mencerahkan pikiran. Optimisme dan semangat hidup dibutuhkan dalam meningkatkan rasa percaya diri remaja, sehingga tak lepas dari semua hal yang berpengaruh dalam diri remaja adalah bagaimana remaja dalam mengelola, meningkatkan serta mempertahankan kepercayaan diri.

20

BAB 5 Penutup

5.1 Simpulan a. Kepercayaan diri merupakan modal dalam bertindak dan menjadi sikap positip individu terhadap kemampuan yang dimilikinya, orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. b. Cinema Therapy merupakan alternatif terbaik yang dapat dipraktekan kepada remaja dalam meningkatkan rasa percaya diri yang menjadi modal pendobrak keberanian remaja dalam berkarya, menjadi aset pribadi yang seharusnya tertanam lekat dengan keunikan diri remaja. Dengan teknik cinema terapi dapat menginspirasikan remaja melalui ide-ide makna yang tersirat maupun yang tersurat dari suatu film atau cinema atau movie.

5.2 Saran Dari penulisan karya tulis ini saran yang diberikan adalah: a. Cinema therapy seharusnya dikembangkan dengan melihat aspek-

aspek keunggulan agar memberikan manfaat besar bagi upaya peningkatan kepercayaan diri yang berdampak pada meningkatnya movivasi kreativitas remaja dalam bereksplorasi. b. Para pendidik dalam hal ini adalah guru dan orang tua dapat memperhatikan cara-cara penggunaan yang tempat dalam

mempengaruhi remaja untuk memaknai proses kerja cinema therapy sebagai upaya meningkatkan rasa percaya diri.

21

DAFTAR PUSTAKA Wolz, Birgit. 2004. E-Motion Picture Magic A Movie Lovers Guide to Healing and Transformation. Colorado: Glenbridge Publishing Ltd. Rob Allen and Nina Krebs. 2007. Dramatic Psichological Storytelling Using the Expressive Arts and Psychotheatrics. Palgrave Macmillan: Martins Press. Anthony, R. 1992. Rahasia Membangun Kepercayaan Diri. (terjemahan Rita Wiryadi). Jakarta: Binarupa Aksara. Centi, P. J. 1995. Mengapa Rendah Diri . Yogyakarta : Kanisius Drajat , Z. 1994. Remaja, Harapan dan Tantangan. Jakarta : CV. Ruhama Hakim, T. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta : Purwa Suara. Lauster, P. 1997. Test Kepribadian ( terjemahan Cecilia, G. Sumekto ). Yokyakarta. Kanisius Santrock, John. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja (terjemahan Shinto B. Adelar). Jakarta: Erlangga. Triantoro, Safaria. 2004. Terapi Kognitif Perilaku Untuk Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. Chaplin, J.P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi (terjemahan Dr. Kartini Kartono). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada http://www.masbow.com/2009/08/percaya-diri-dalam-psikologi.html dibrowsing tanggal 31 Maret Pukul 20:.10 http://www.e-psikologi.com dibrowsing tanggal 4 Maret Pukul 19:.45. http://masbadar.com/2008/03/14/definisi-film-sinema-gambar-bergerak-motionpicture/ dibrowsing tanggal 5 Maret Pukul 19:.20 http://www.cinematherapy.com dibrowsing tanggal 9 Maret Pukul 21:.05

22

You might also like