You are on page 1of 6

Undang undang no 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian dan peraturan pelaksanaannya

Oleh: KASYFUL QULUB 201010110311219

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MALANG 2012

Undang-undang Peraturan pemerntah UU NO 23 TAHUN 2007 PP NO 56 TAHUN 2009 tentang perkeretaapian TENTANG PERKERETAAPIAN Pasal 12 Ketentuan lebih Jenis-jenis kereta api lanjut mengenai jenis kereta - Perkeretaapian umum adalah perkeretaapian yang digunakan untuk api dan penyusunan rencana melayani angkutan orang dan/atau barang dengan dipungut bayaran.(ps indukperkeretaapian diatur 1 ayat 2) dengan peraturan pemerintah - Perkeretaapian khusus adalah perkeretaapian yang hanya digunakan untuk menunjang kegiatan pokok badan usaha tertentu dan tidak digunakan untuk melayani masyarakat umum.(ps 1 ayat 3) - Perkeretaapian antarkota adalah perkeretaapian yang melayani perpindahan orang dan/atau barang dari satukota ke kota yang lain. - Perkeretaapian perkotaan adalah perkeretaapian yang melayani perpindahan orang di wilayah perkotaandan/atau perjalanan ulang alik.(ps 1 ayat 4) Rencana induk perkeretaapian: - Rencana Induk Perkeretaapian adalah rencana dan arah kebijakan pengembangan perkeretaapian yang meliputi perkeretaapian nasional, perkeretaapian provinsi, dan perkeretaapian kabupaten/kota.(ps 1 ayat 5) - Rencana induk perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam terdiri atas: a. rencana induk perkeretaapia nasional; b. rencana induk perkeretaapian provinsi; dan c.rencana induk perkeretaapian kabupaten/kota.(ps 6 ) Pasal 34 Peyelenggaraan perkeretaapian umum: Tatanan perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan huruf a meliputi: perkeretaapian umum dan a. perkeretaapian nasional; penyelenggaraan b. perkeretaapian provinsi; dan

Peraturan pelaksana lebih lanjut

- PERATURAN MENTERI

PERHUBUNGAN NOMOR PM 91 TAHUN 2011 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian Khusus -PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 43 TAHUN 2011 Rencana Induk Perkeretaapian Nasional

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 32 TAHUN 2011 Standar dan Tata Cara Perawatan Prasarana PErkeretaapian

perkeretaapian khusus

c. perkeretaapian kabupaten/kota.(pasal 4 ayat 1) Untuk mewujudkan tatanan perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ditetapkan rencana induk perkeretaapian. Dan Rencana induk perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan rencana pengembangan perkeretaapian perkotaan dan perkeretaapian antarkota.(ps 5 ayat 1,2) Perkeretaapian khusus: dilakukan oleh badan usaha untuk menunjang kegiatan pokoknya.(ps 38 ayat 3) Perkeretaapian khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (3) terdiri atas: 1. penyelenggaraan prasarana perkeretaapian; Prasarana perkeretaapian meliputi: a. jalur kereta api; b. stasiun kereta api; dan c. fasilitas pengoperasian kereta api.(ps 40) 2. penyelenggaraan sarana perkeretaapian.( ps 39) Jalur kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf a meliputi: a. ruang manfaat jalur kereta api; b. ruang milik jalur kereta api; dan c. ruang pengawasan jalur kereta api.(ps 42) - Ruang manfaat jalur kereta api terdiri atas jalan rel dan bidang tanah di kiri dan kanan jalan rel beserta ruang di kiri, kanan, atas, dan bawah yang digunakan untuk konstruksi jalan rel dan penempatan fasilitas operasi kereta api serta bangunan pelengkap lainnya.ps 43 (1) - Jalan rel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berada: a. pada permukaan tanah; b. di bawah permukaan tanah; dan c. di atas permukaan tanah. -Jalur kereta api untuk perkeretaapian yang diselenggarakan oleh beberapa penyelenggara prasarana perkeretaapian dapat saling bersambungan, bersinggungan, atau terpisah. Ps 70 (1) - Jalur kereta api untuk perkeretaapian yang diselenggarakan oleh beberapa penyelenggara prasarana

Jalur kereta api: - Jalur kereta api untuk perkeretaapian umum membentuk satu kesatuan jaringan jalur kereta api.(ps 49(1) - jalur kereta api khusus: Pasal 50 (1) Jalur kereta api khusus yang jaringannya melebihi satu provinsi ditetapkan oleh Pemerintah. (2) Jalur kereta api khusus yang jaringannya melebihi 1 (satu) wilayahkabupaten/kota dalam provinsi ditetapkan

oleh pemerintah provinsi. (3) Jalur kereta api khusus yang jaringannya dalam wilayah kabupaten/kota ditetapkan olehpemerintah kabupaten/kota.

perkeretaapian yang saling bersambungan, atau bersinggungan dilakukan atas dasar kerja sama antar penyelenggara prasarana perkeretaapian. Ps 70 ayat 2 - tetapi jalur kereta pai untuk kereta api yang diselenggarakan oleh beberapa penyelenggara prasarana perkeretaapian yang salin bersambungan, atau bersinggungan harus memenuhi beberapa prasyarat yaitu: a. dilaksanakan di stasiun; b. memiliki ruang bebas yang sama atau lebih kecil; c. memiliki lebar jalan rel yang sama; d. beban gandar tidak melebihi yang dipersyaratkan; e. analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UPL); dan f. dilengkapi dengan peralatan antarmuka (interface) dalam hal sistem persinyalannya berbeda. - Stasiun kereta api meliputi: a. jenis stasiun kereta api; b. kelas stasiun kereta api; dan c. kegiatan di stasiun kereta api.ps 85 - Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf b, menurut jenisnya terdiri atas: a. stasiun penumpang; b. stasiun barang; atau c. stasiun operasi. - Stasiun kereta api berfungsi sebagai tempat kereta api berangkat atau berhenti untuk melayani: a. naik dan turun penumpang; b. bongkar muat barang; dan/atau c. keperluan operasi kereta api.ps 86 ayat 1,2 - Stasiun penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) huruf a paling sedikit dilengkapi dengan fasilitas: a. keselamatan; b. keamanan; c. kenyamanan; PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 33 TAHUN 2011 Jenis, Kelas dan Kegiatan di Stasiun Kereta Api

Stasiun kereta api Stasiun kereta api untuk keperluan naik turun penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3) huruf a paling rendah dilengkapi dengan fasilitas: a. keselamatan; b. keamanan; c. kenyamanan; d. naik turun penumpang; e. penyandang cacat; f. kesehatan; dan g. fasilitas umum.ps 54 selanjutnya mengenai stasiun kereta api diterangkan di

dalam peraturan pemerintah . pasal 58

d. naik turun penumpang; e. penyandang cacat; f. kesehatan; g. fasilitas umum; h. fasilitas pembuangan sampah; dan i. fasilitas informasi. - Stasiun penumpang terdiri atas: a. emplasemen stasiun; dan b. bangunan stasiun. Perawatan prasarana perkeretaapian: - PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM (1) Perawatan prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 31 TAHUN 2011 tentang huruf c wajib dilakukan oleh penyelenggara prasarana perkeretaapian dengan Standar Dan Tata Cara berpedoman pada standar dan tata cara perawatan prasarana perkeretaapian. Pemeriksaan Prasarana (2) Pelaksanaan perawatan prasarana perkeretaapian harus menggunakan Perkeretaapian peralatan perawatan sesuai dengan jenis prasarana perkeretaapian. (3) Standar dan tata cara perawatan prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri. Ps 171 pasal 172 (1) Pelaksanaan perawatan prasarana perkeretaapian harus dilakukan oleh tenaga perawatan prasarana perkeretaapian. (2) Tenaga perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat dan kualifikasi keahlian sesuai dengan jenis prasarana perkeretaapian. (3) Syarat dan kualifikasi keahlian tenaga perawatan ditetapkan oleh Menteri. Pasal 173 (1) Perawatan prasarana perkeretaapian meliputi: a. perawatan berkala; dan b. perbaikan untuk mengembalikan fungsinya. (2) Perawatan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan secara rutin sesuai dengan standar dan tata cara perawatan yang ditetapkan oleh Menteri.

Perawatan prasarana perkereta apian: Pasal 65 (1) Penyelenggara prasarana perkeretaapian wajib merawat prasarana perkeretaapian agar tetap laik operasi. (2) Perawatan prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. perawatan berkala; dan b. perbaikan untuk mengembalikan fungsinya. (3) Perawatan prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi standar dan tata cara perawatan yang ditetapkan oleh Menteri. (4) Perawatan prasarana perkeretaapian sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) wajib dilakukan oleh tenaga yang memenuhi syarat dan kualifikasi yang ditetapkan oleh Menteri.

(3) Penyelenggara prasarana perkeretaapian wajib secepatnya melakukan perbaikan prasarana perkeretaapian untuk mengembalikan fungsinya.

You might also like