You are on page 1of 6

bahwa Tuhan itu satu, baik zat-Nya, maupun sifat dan perbuatan-Nya, maka Theologi

mengajarkan trinity. Artinya menurut Theologi mengajarkan Tuhan itu tiga dalam satu dan
satu dalam tiga oknum. Yang dimaksud dalam tiga oknum adalah Tuhan Bapak, Tuhan Anak
(Yesus) dan Ruhul Kudus. Ketiga okum itu katanya bersatu dalam keesaan Tuhan. Dengan
lain ungkapan: Tuhan yang satu itu tiga dan Tuhan yang tiga itu satu. Matematisnya: satu
sama dengan tiga dan tiga sama dengan satu.
Kita mengerti atau tidak, tetapi begitulah ajaran Theologi itu. Dalam agama apapun,
ajarannya terpokok ialah tentang Tuhan. Oleh karena itu, untuk mrnguji kebenaran suatu
agama, kita harus menguji ajarannya tentang Tuhan. Kalau ajaran ketuhanannya dapat
dimengerti oleh akal dan pikiran (logika).
Mengapa demikian? Sebab agama apapun yang ada di dunia ini oleh para
penganjurnya dikatakan sebagai ajaran Tuhan, sedang untuk dapat mengerti zat Tuhan
sendiri memerlukan pemikiran dan dalil atau bukti, tidak seperti zat-zat lain yang bersifat
jasmani. Umpamanya, untuk mengetahui dan mengerti tentang batu, kita cukup melihat dan
meraba batu itu. Untuk mengerti dan mengetahui sebuah bangunan, cukup kita melihat dan
meraba serta memperhatikan bangunan itu. Jadi untuk mengetahui benda jasmani (fisik) itu
mudah dan tidak memerlulan dalil (intuitive), sedangkan untik mengetahui zat Tuhan itu
tidak mudah dan memerlukan pemikiran (logika) dan dalil (theory).
Itulah sebabnya, maka Nabi Besar Muhammad saw. bersabda: agama itu masalah
akal, dan orang yang tidak berakal tidak mempunyai agama
Jelasnya ialah, bahwa inti pokok yang ajarannya tentang Tuhan itu hanya dapat
dimengerti oleh akal, dan orang yang tidak berakal atau rusak akalnya, tentu tidak akan
mempunyai keyakinan agama yang benar. Jadi, untuk memehami agama itu bukan dengan
cara melihat dan meraba, dan kalu ada agama yang mengajarkan bahwa Tuhan dapat dilihat
(di dunia) dan diraba, bukan agama yang benar. Misalnya agama yang mengajarkan patung
(dari batu, dari kayu) sebagai Tuhan, atau mengajarkan bahwa ada manusia yang menjadi
Tuhan, itu bukan agama yang benar.

NAMA LAIN ILMU TAUHID
1. Ilmu Tauhid
Artinya Tauhid ialah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa (mengesakan Tuhan) dan
tidak ada sekutuNya. Dinamakan ilmu tauhid karena tujuannya ialah meng-Esakan Allah
dalam zat dan perbuatan-Nya dalam menjadikan alam semesta dan hanya Allah-lah yang
menjadi tujuan akhir ala mini. Prinsip inilah yang menjadi tujuan utana daripada ajaran
Nabi Muhammad saw.
2. Ilmu Aqaid atau Aqaidul iman
Aqaid artinya ilmu ikatan kepercayaan (kebundelaning tekad = Jawa). Karena dalam
pengetahuan ini ada pasal-pasal yang harus diikat, dibuhulkan erat-erat dalam hati kita
yang harus menjadi kepercayaan yang teguh.
3. Ilmu Kalam
Ilmu Kalam artinya ilmu pembicaraan, karena dengan membicarakan pengetahuan-
pengetahuan akan menjadi jelas, dan dengan pembicaraan yang tepat menurut undang-
undang berarti membicarakan kepercayaan yang benar dan dapat ditanamkan ke dalam
hati manusia. Disebut Ilmu Kalam sebab dalam ilmu tauhid itu pembahasannya yang
paling erat dan paling banyak menjadi bahan diskusi dan musyawarah ialah masalah
sifat Kalam pada Allah SWT.
4. Ilmu Ushluhuddin
Ilmu Ushluhuddin ialah ilmu yang membahas pokok-poko agama. Dikatakan demikian
karena memang soal kepercayaan itu betul-betul menjadi dasar pokok daripada soal-soal
yang lain dalam agama.
5. Ilmu Hakikat
Ilmu Hakikat ialah ilmu sejati, karena ilmu ini menjelaskan hakikat segala sesuatu,
sehingga dapat meyakini akan kepercayaan yang benar (hakiki).
6. Ilmu Marifat
Disebut Ilmu Marifat karena dengan pengetahuan ini dapat mengetahui benar-benar
akan Allah dan segala sifat-sifat-Nya dan dengan keyakinan yang teguh.



3. PERANAN AKAL DAN WAHYU DALAM ILMU TAUHID
Ilmu Tauhid yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat-Nya dan afal-Nya (Allah),
adalah bersumber kepada Al-Quran dan disamping itu adalah hadits sebagai sumber yang
kedua.
Untuk menerima Al-Quran dan Hadits sebagai sumber Tauhid, memang harus
menggunakan akal. Orang yang menggunakan akal kadang-kadang tersesat juga. Ada orang
yang fanatik percaya dan fanatik tidak percaya. Banyak orang yang fanatik percaya
(bertaasub) yang begitu saja percaya sebelum menggunakan akal dan pikirannya. Ada juga
orang yang fanatik tidak percaya, bahwa ia tidak begitu saja percaya sebelum memikirkan
alas an-alasan dan dalil-dalilnya serta bukti-buktinya.
Kedua sifat itu tercela, khususnya dalam soal kepercayaan, karena yang demikian itu
akan mematikan otak dan tidak membawa manusia ke arah kemajuan dan kesempurnaan.
Orang yang tidak percaya meskipun ada bukti-bukti yang terang, padahal kalau mau
memikirkannya, mesti akan masuk akalnya, namun masih tetap ia tidak percaya. Bahkan
bukti-bukti itu masih diselidiki lagi, dengan maksud mancari apa yang tersembunyi dibalik
bukti yang terang itu untuk mengingkari.
Agama Islam mencela kedua-duanya itu. Tidak boleh menerima dan menolak begitu saja
sebelum diselidiki dan dipikirkan lebih dahulu.
Dalam Al-Quran terdapat ayat yang menyatakan beberapa peranan akal berfikir untuk
memahami ke-Esaan maupun Kekuasaan Tuhan. Umpamanya:

4g~-.- 4pNO7'O4C -.- V41g~
-41ON~4 _O>4N4 )_)ONLN_
4pNOO:E4-4C4 O) -UE=
g4O4OO- ^O-4 ^_
Artinya:
Ialah orang-orang yang ingat kepada Allah dalam keadaan berdiri, dalam keadaan
duduk maupun berbaring dan mereka berfikir tentang penciptaan langit dan bumi. (QS. Ali
Imran: 191)

Berdasarkan ayat tersebut, maka akal bisa mengerti kalau mampu berfikir secara sehat.
Dalam hal ini peeranan guru, pad umumnya juru pendidik itu penting sekali. Mereka
berkewajiban mengembangkan akal anak didik dengan cara membimbingnya belajar berfikir
secara sehat dan teratur, memberinya bukti-bukti yang benar tentang segala sesuatu yang
sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Tidak sekali-kali mereka menceritakan hal-hal
yang bertentangan dengan akal.
Dalam perkembangan cara berfikir sehat dan benar akal itu melahirkan hukum akal,
yang dalam masalah Tauhid disebut dalil aqly. Kalau sudah mampu berdalil aqly (logis),
maka akal itu mudah menerima segala keterangan dari Al-Quran dan Hadits, yang dalam
ilmu Tauhid disebut dalil naqly.
Firman Allah:

ge4L)O4l^) @O+O-4
.4L^4O^4 El^O) 4O-g]~.-
4))-4l+g +EELUg 4` 4@O+^
jgO) _^UE4 ]NO-E4-4C
^jj
Artinya:
Dan Aku turunkan kepadamu (Muhammad) Al-Quran supaya engkauterangkan
kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka, dan supaya mereka berfikir.
(QS An-Nahl: 44)

4. DALIL-DALIL DALAM ILMU TAUHID
Dalil Aqli ialah dalil akal (rasio) atau muntiq. Menurut logika sehat, dimana alam
semesta kerumitan hukum-hukumnya adalah beberapa dalil akal.
Menurut akal, kebenaran sesuatu dapat diamati, diteliti (dianalisa) dan dicapai oleh akal.
Pada dasarnya dalil-dalil Aqli ini adalah penghargaan Allah bagi hamba-hamba-Nya agar
mereka menggunakan akal dengan cermat.
Akal berasal dari Al-Quran: Aqlun (akal). Akal adalah satu-satunya pemberian Allah
yang paling tinggi nilainya setelah iman (hidayah). Dengan akal, manusia dapat berbudaya,
dapat menguasai alam semesta. Ia dapat menang sendiri di antara mahluk-mahluk lain di
alam ini, walaupun terhadap mahluk yang lebih besar secara biologis.

Contoh-Contoh Dalil Akal
1. 3 x 2 = 9, angka 9 adalah benar menurut akal dan dapat dibuktikan secara nyata.
2. Kita naik mobil bagus, akal sehat berbisik, mobil-mobil ini wujud riil dapat lari kencang.
Akal menetapkan, adanya mobil ini pasti ada pembuatnya.
3. Pisang itu manis, pepaya juga agak manis. Pepaya dan pisang mengandung vitamin A
yang menentukan vitaminA dalam buah itu pasti ada, ialah Maha Pencipta.
Jadi secara rasio (aqli) dapat menyimpulkan, bahw segala yang wujud pasti ad yang
mewujudkan. Yang mewujudkan itu pasti yang wajibul wujud, Maha Ada dan Kekal.
Sebaliknya akal membantah dengan keras bila ada sesuatu dengan sendirinya. Hal yang
dianggap mustahil aqli (aneh bagi akal).
Dalil Naqli
Akal untuk membuktikan atau sebagai dalil, hal-hal yang bersifat materi. Sedang untuk
mencapai non-materi datangnya dari Tuhan yang wujudnya wahyu (dalil naqli).
Kebenaran yang dikandungnya pasti dan mutlak. Berlaku sepanjang masa dan makin
tinggi taraf ilmu manusia, semakin dekat dengan kebenaran qathi.
Dalil Naqli untuk Islam adalah Al-Quran dan Al-hadits Rasulullah saw. mau tidak mau
harus diterima dengan yakin dalam hati apa yang telah dinashkan di dalamnya, maka dalil
itupun merupakan dalil yang paten dan pasti tidak perlu diperdebatkan lagi.
Hal-hal yang cukup diimani adalah kepada yang ghaib. Misalnya: Iman kepada Allah,
kepada malaikat-Nya, iman kepada adanya hari kiamat, adanya surga dan neraka, iman
kepada qadla dan qadar dan masih banyak lagi hal-hal yang bersifat ghaib yang harus diimani
karena semuanya itu telah dinashkan dalam Al-Quran dan Hadits.
Contoh-Contoh Dalil Naqli
1. Dalam Surat Al-Ankabut: 44
4-UE +.- g4OEOO-
4O-4 --E^) _ ]) O)
CgO LO4CE --gLg`uUg ^jj
Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum mukmin. (QS. Al-
Ankabut: 44)

2. Surat Al-Baqarah: 20
1~4C 7-uOE^- -C^C
-4O= W .E^U7
47.= _ W-O4=E` gO1g
.-O)4 =U^ jgOU4
W-ON`~ _ O4 47.E- +.-
=UE-~. )_g;=O)
g-@O=4 _ ]) -.-
_O>4N ]7 7/E* EOCg~ ^g
Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu
menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap itu menimpa
mereka, mereka berhenti.

You might also like