You are on page 1of 25

2

007

Nilam
Di pasaran minyak atsiri dunia, mutu minyak nilam
Indonesia di kenal paling baik dan menguasai pangsa pasar
80 - 90%
Sentra produksi minyak nilam di Indonesia adalah Daerah Istimewa Aceh,
Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Daerah lain yang sedang mengembangkan
komoditi ini di antaranya adalah Bengkulu, Lampung dan beberapa daerah di
Jawa. Lebih dari 80% minyak nilam Indonesia dihasilkan dari Daerah Istemewa
Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat, yang sebagian besar produksinya di
ekspor ke negara-negara industri.

[Type the company name] | Confidential


http://sutrisno.wordpress.com
Sumber : http://www.bi.go.id
17/12/2007
Nilam

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri yang cukup penting di
dunia, bahkan untuk beberapa komoditas menguasai pangsa pasar dunia. Pentingnya
komoditi ini bagi Indonesia, kendatipun menyumbang devisa relatif kecil di bandingkan
dengan total nilai ekspor, karena peranannya dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat cukup besar. Bahkan akhir-akhir ini harga jual minyak atsiri meningkat
tajam yang diiringi dengan meningkatnya penerimaan petani produsen minyak atsiri
tersebut. Minyak atsiri dapat dihasilkan dari berbagai bagian tanaman seperti akar,
batang, ranting, daun, bunga atau buah. Jenis tanaman yang dapat menghasilkan
minyak atsiri sekitar 150 - 200 species.

Minyak atsiri yang beredar di pasaran dunia sekitar 70 macam. Di Indonesia terdapat
sekitar 40 species tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri, namun telah di
kembangkan sekitar 12 macam dan yang ekspornya telah mantap baru sembilan
macam. Di antara minyat atsiri yang cukup terkenal adalah minyak nilam. Di pasaran
minyak atsiri dunia, mutu minyak nilam Indonesia di kenal paling baik dan menguasai
pangsa pasar 80 - 90%. Minyak nilam (patchouli oil) merupakan salah satu minyak atsiri
yang banyak diperlukan untuk bahan industri parfum dan kosmetik, yang dihasilkan dari
destilasi daun tanaman nilam (Pogostemon patchouli). Bahkan minyak nilam dapat pula
di buat menjadi minyak rambut dan saus tembakau. Parfum yang dicampuri minyak
yang komponen utamanya patchouli alcohol (C15H26) ini, aroma harumnya akan
bertahan lebih lama.

Sentra produksi minyak nilam di Indonesia adalah Daerah Istimewa Aceh, Sumatera
Utara, dan Sumatera Barat. Daerah lain yang sedang mengembangkan komoditi ini di
antaranya adalah Bengkulu, Lampung dan beberapa daerah di Jawa. Lebih dari 80%
minyak nilam Indonesia dihasilkan dari Daerah Istemewa Aceh, Sumatera Utara dan
Sumatera Barat, yang sebagian besar produksinya di ekspor ke negara-negara industri.

Kendati kontribusi ekspor minyak nilam relatif kecil terhadap devisa total Indonesia,
namun perkembangan volume dan nilai ekspor komoditi ini meningkat cukup tajam
setiap tahunnya. Bahkan akhir-akhir ini harga jual ekspor di pasaran dunia mencapai
US $ 1.000 per kg. Prospek ekspor komoditi ini pada masa yang akan datang juga
masih cukup besar, seiring dengan semakin tingginya permintaan terhadap
parfum/kosmetika, trend mode dan belum berkembangnya barang subsitusi essential oil
yang bersifat pengikat (fiksasi) dalam industri parfum/kosmetika. Prospek ekspor yang
cukup besar ini seharusnya mampu diiringi oleh pengembangan budidaya dan industri
minyak nilam di dalam negeri. Usaha pengembangan ini akan lebih berdaya guna bila
usaha kecil yang selama ini di kelola secara tradisional bermitra dengan usaha besar
yang pada umumnya lebih mengusai pasar ekspor dan telah memiliki kemampuan
teknologi budidaya dan industri minyak nilam. Kemitraan yang saling membutuhkan dan
saling menguntungkan merupakan landasan utama bagi pengembangan komoditi ini.

2
Nilam

Dalam rangka menunjang pengembangan budidaya dan industri minyak nilam ini di
perlukan acuan yang dapat dimanfaatkan baik oleh pengusaha kecil dan pengusaha
besar serta perbankan, sehingga memudahkan semua pihak untuk
mengimplementasikan proyek ini. Laporan lending model ini disusun untuk memenuhi
tuntutan pihak-pihak yang akan bermitra dalam mengembangkan komoditi minyak
nilam.

Tujuan

Tujuan penulisan Lending Model Proyek Kemitraan Terpadu Budidaya dan Industri
Minyak Nilam ini adalah :

1. memberikan informasi kepada perbankan tentang model kemitraan terpadu yang


sesuai dan layak di biayai dengan kredit perbankan, khususnya komoditas
minyak nilam;
2. memberikan informasi dan acuan yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh
mitra pengusaha kecil dan pengusaha besar yang berminat mengembangkan
budidaya dan industri minyak nilam dengan pendekatan kemitraan terpadu.

KEMITRAAN TERPADU

Proyek Kemitraan Terpadu (PKT) adalah suatu program kemitraan terpadu yang
melibatkan usaha besar (inti), usaha kecil (plasma) dengan melibatkan bank sebagai
pemberi kredit dalam suatu ikatan kerja sama yang dituangkan dalam nota
kesepakatan. Tujuan PKT antara lain adalah untuk meningkatkan kelayakan plasma,
meningkatkan keterkaitan dan kerjasama yang saling menguntungkan antara inti dan
plasma, serta membantu bank dalam meningkatkan kredit usaha kecil secara lebih
aman dan efisien.

Dalam melakukan kemitraan hubunga kemitraan, perusahaan inti (Industri Pengolahan


atau Eksportir) dan petani plasma/usaha kecil mempunyai kedudukan hukum yang
setara. Kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan oleh perusahaan inti,
dimulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis dan pemasaran hasil
produksi.

Organisasi

Proyek Kemitraan Terpadu ini merupakan kerjasama kemitraan dalam bidang usaha
melibatkan tiga unsur, yaitu (1) Petani/Kelompok Tani atau usaha kecil, (2) Pengusaha
Besar atau eksportir, dan (3) Bank pemberi KKPA.

3
Nilam

Masing-masing pihak memiliki peranan di dalam PKT yang sesuai dengan bidang
usahanya. Hubungan kerjasama antara kelompok petani/usaha kecil dengan
Pengusaha Pengolahan atau eksportir dalam PKT, dibuat seperti halnya hubungan
antara Plasma dengan Inti di dalam Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Petani/usaha
kecil merupakan plasma dan Perusahaan Pengelolaan/Eksportir sebagai Inti.
Kerjasama kemitraan ini kemudian menjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak bank
yang memberi bantuan pinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma. Proyek ini
kemudian dikenal sebagai PKT yang disiapkan dengan mendasarkan pada adanya
saling berkepentingan diantara semua pihak yang bermitra.

1. Petani Plasma

Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas (a) Petani
yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk penanaman dan
perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecil yang telah memiliki usaha
tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan dalam untuk itu memerlukan bantuan
modal.

Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan penanaman
atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan dimulai dari telah
adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas masih bisa ditingkatkan
produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek usaha.

Luas lahan atau skala usaha bisa bervariasi sesuai luasan atau skala yang dimiliki
oleh masing-masing petani/usaha kecil. Pada setiap kelompok tani/kelompok usaha,
ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris merangkap Bendahara. Tugas Ketua dan
Sekretaris Kelompok adalah mengadakan koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan
yang harus dilakukan oleh para petani anggotanya, didalam mengadakan hubungan
dengan pihak Koperasi dan instansi lainnya yang perlu, sesuai hasil kesepakatan
anggota. Ketua kelompok wajib menyelenggarakan pertemuan kelompok secara
rutin yang waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok.

2. Koperasi

Para petani/usaha kecil plasma sebagai peserta suatu PKT, sebaiknya menjadi
anggota suata koperasi primer di tempatnya. Koperasi bisa melakukan kegiatan-
kegiatan untuk membantu plasma di dalam pembangunan kebun/usaha sesuai
keperluannya. Fasilitas KKPA hanya bisa diperoleh melalui keanggotaan koperasi.
Koperasi yang mengusahakan KKPA harus sudah berbadan hukum dan memiliki
kemampuan serta fasilitas yang cukup baik untuk keperluan pengelolaan
administrasi pinjaman KKPA para anggotanya. Jika menggunakan skim Kredit
Usaha Kecil (KUK), kehadiran koperasi primer tidak merupakan keharusan.

4
Nilam

3. Perusahaan Besar dan Pengelola/Eksportir

Suatu Perusahaan dan Pengelola/Eksportir yang bersedia menjalin kerjasama


sebagai inti dalam Proyek Kemitraan terpadu ini, harus memiliki kemampuan dan
fasilitas pengolahan untuk bisa menlakukan ekspor, serta bersedia membeli seluruh
produksi dari plasma untuk selanjutnya diolah di pabrik dan atau diekspor.
Disamping ini, perusahaan inti perlu memberikan bimbingan teknis usaha dan
membantu dalam pengadaan sarana produksi untuk keperluan petani plasma/usaha
kecil.

Apabila Perusahaan Mitra tidak memiliki kemampuan cukup untuk mengadakan


pembinaan teknis usaha, PKT tetap akan bisa dikembangkan dengan sekurang-
kurangnya pihak Inti memiliki fasilitas pengolahan untuk diekspor, hal ini penting
untuk memastikan adanya pemasaran bagi produksi petani atau plasma. Meskipun
demikian petani plasma/usaha kecil dimungkinkan untuk mengolah hasil panennya,
yang kemudian harus dijual kepada Perusahaan Inti.

Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan
pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan bantuan
tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan oleh Koperasi.
Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), perlu
mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat dan koperasi memberikan
bantuan biaya yang diperlukan.

Koperasi juga bisa memperkerjakan langsung tenaga-tenaga teknis yang memiliki


keterampilan dibidang perkebunan/usaha untuk membimbing petani/usaha kecil
dengan dibiayai sendiri oleh Koperasi. Tenaga-tenaga ini bisa diberi honorarium oleh
Koperasi yang bisa kemudian dibebankan kepada petani, dari hasil penjualan
secara proposional menurut besarnya produksi. Sehingga makin tinggi produksi
kebun petani/usaha kecil, akan semakin besar pula honor yang diterimanya.

4. Bank

Bank berdasarkan adanya kelayakan usaha dalam kemitraan antara pihak Petani
Plasma dengan Perusahaan Perkebunan dan Pengolahan/Eksportir sebagai inti,
dapat kemudian melibatkan diri untuk biaya investasi dan modal kerja pembangunan
atau perbaikan kebun.

Disamping mengadakan pengamatan terhadap kelayakan aspek-aspek


budidaya/produksi yang diperlukan, termasuk kelayakan keuangan. Pihak bank di
dalam mengadakan evaluasi, juga harus memastikan bagaimana pengelolaan kredit
dan persyaratan lainnya yang diperlukan sehingga dapat menunjang keberhasilan
proyek. Skim kredit yang akan digunakan untuk pembiayaan ini, bisa dipilih
berdasarkan besarnya tingkat bunga yang sesuai dengan bentuk usaha tani ini,
sehingga mengarah pada perolehannya pendapatan bersih petani yang paling
besar.

5
Nilam

Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan
mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional lapangan,
dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian pokok pinjaman
beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian kerjasama dengan
pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak petani/kelompok
tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani
plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung
kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah
dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani/Kelompok tani/koperasi.
Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil
sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank.
Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada
waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank.

Pola Kerjasama

Kemitraan antara petani/kelompok tani/koperasi dengan perusahaan mitra, dapat dibuat


menurut dua pola yaitu :

a. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani mengadakan perjanjian


kerjasama langsung kepada Perusahaan Perkebunan/Pengolahan Eksportir.

Dengan bentuk kerja sama seperti ini, pemberian kredit yang berupa KKPA kepada
petani plasma dilakukan dengan kedudukan Koperasi sebagai Channeling Agent,
dan pengelolaannya langsung ditangani oleh Kelompok tani. Sedangkan masalah
pembinaan harus bisa diberikan oleh Perusahaan Mitra.

6
Nilam

b. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani, melalui koperasinya


mengadakan perjanjian yang dibuat antara Koperasi (mewakili anggotanya)
dengan perusahaan perkebunan/pengolahan/eksportir.

Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma
dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah
pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat
dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab koperasi.

Penyiapan Proyek Kemitraan Terpadu

Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam proses
kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimal dapat dilihat dari
bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akan mempergunakan KKPA untuk modal
usaha plasma, perintisannya dimulai dari :

a. Adanya petani/pengusaha kecil yang telah menjadi anggota koperasi dan lahan
pemilikannya akan dijadikan kebun/tempat usaha atau lahan kebun/usahanya sudah
ada tetapi akan ditingkatkan produktivitasnya. Petani/usaha kecil tersebut harus
menghimpun diri dalam kelompok dengan anggota sekitar 25 petani/kelompok
usaha. Berdasarkan persetujuan bersama, yang didapatkan melalui pertemuan
anggota kelompok, mereka bersedia atau berkeinginan untuk bekerja sama dengan
perusahaan perkebunan/pengolahan/eksportir dan bersedia mengajukan
permohonan kredit (KKPA) untuk keperluan peningkatan usaha;
b. Adanya perusahaan perkebunan/pengolahan dan eksportir, yang bersedia menjadi
mitra petani/usaha kecil, dan dapat membantu memberikan pembinaan teknik
budidaya/produksi serta proses pemasarannya;
c. Dipertemukannya kelompok tani/usaha kecil dan pengusaha perkebunan/pengolahan
dan eksportir tersebut, untuk memperoleh kesepakatan di antara keduanya untuk
bermitra. Prakarsa bisa dimulai dari salah satu pihak untuk mengadakan pendekatan,
atau ada pihak yang akan membantu sebagai mediator, peran konsultan bisa
dimanfaatkan untuk mengadakan identifikasi dan menghubungkan pihak kelompok
tani/usaha kecil yang potensial dengan perusahaan yang dipilih memiliki kemampuan
tinggi memberikan fasilitas yang diperlukan oleh pihak petani/usaha kecil;
d. Diperoleh dukungan untuk kemitraan yang melibatkan para anggotanya oleh pihak
koperasi. Koperasi harus memiliki kemampuan di dalam mengorganisasikan dan
mengelola administrasi yang berkaitan dengan PKT ini. Apabila keterampilan

7
Nilam

koperasi kurang, untuk peningkatannya dapat diharapkan nantinya mendapat


pembinaan dari perusahaan mitra. Koperasi kemudian mengadakan langkah-langkah
yang berkaitan dengan formalitas PKT sesuai fungsinya. Dalam kaitannya dengan
penggunaan KKPA, Koperasi harus mendapatkan persetujuan dari para anggotanya,
apakah akan beritndak sebagai badan pelaksana (executing agent) atau badan
penyalur (channeling agent);
e. Diperolehnya rekomendasi tentang pengembangan PKT ini oleh pihak instansi
pemerintah setempat yang berkaitan (Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi, Kantor
Badan Pertanahan, dan Pemda);
f. Lahan yang akan digunakan untuk perkebunan/usaha dalam PKT ini, harus jelas
statusnya kepemilikannya bahwa sudah/atau akan bisa diberikan sertifikat dan buka
merupakan lahan yang masih belum jelas statusnya yang benar ditanami/tempat
usaha. Untuk itu perlu adanya kejelasan dari pihak Kantor Badan Pertanahan dan
pihak Departemen Kehutanan dan Perkebunan.

Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu

Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini :

8
Nilam

Bank pelaksana akan menilai kelayakan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip bank
teknis. Jika proyek layak untuk dikembangkan, perlu dibuat suatu nota kesepakatan
(Memorandum of Understanding = MoU) yang mengikat hak dan kewajiban masing-
masing pihak yang bermitra (inti, Plasma/Koperasi dan Bank). Sesuai dengan nota
kesepakatan, atas kuasa koperasi atau plasma, kredit perbankan dapat dialihkan dari
rekening koperasi/plasma ke rekening inti untuk selanjutnya disalurkan ke plasma
dalam bentuk sarana produksi, dana pekerjaan fisik, dan lain-lain. Dengan demikian
plasma tidak akan menerima uang tunai dari perbankan, tetapi yang diterima adalah
sarana produksi pertanian yang penyalurannya dapat melalui inti atau koperasi. Petani
plasma melaksanakan proses produksi. Hasil tanaman plasma dijual ke inti dengan
harga yang telah disepakati dalam MoU. Perusahaan inti akan memotong sebagian
hasil penjualan plasma untuk diserahkan kepada bank sebagai angsuran pinjaman dan
sisanya dikembalikan ke petani sebagai pendapatan bersih.

Perjanjian Kerjasama

Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatu surat
perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang
bekerjasama berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjian kerjasama itu
dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban dan hak dari masing-
masing pihak yang menjalin kerja sama kemitraan itu. Perjanjian tersebut memuat
ketentuan yang menyangkut kewajiban pihak Mitra Perusahaan (Inti ) dan petani/usaha
kecil (plasma) antara lain sebagai berikut :

a. Kewajiban Perusahaan Perkebunan/Pengolahan/Eksportir sebagai mitra (inti)


• Memberikan bantuan pembinaan budidaya/produksi dan penaganan hasil;
• Membantu petani di dalam menyiapkan kebun, pengadaan sarana produksi (bibit,
pupuk dan obat-obatan), penanaman serta pemeliharaan kebun/usaha;
• Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca panen
untuk mencapai mutu yang tinggi;
• Melakukan pembelian produksi petani plasma; dan
• Membantu petani plasma dan bank di dalam masalah pelunasan kredit bank
(KKPA) dan bunganya, serta bertindak sebagai avalis dalam rangka pemberian
kredit bank untuk petani plasma.

b. Kewajiban petani peserta sebagai plasma


• Menyediakan lahan pemilikannya untuk budidaya;;
• Menghimpun diri secara berkelompok dengan petani tetangganya yang lahan
usahanya berdekatan dan sama-sama ditanami;
• Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca-panen
untuk mencapai mutu hasil yang diharapkan;
• Menggunakan sarana produksi dengan sepenuhnya seperti yang disediakan
dalam rencana pada waktu mengajukan permintaan kredit;

9
Nilam

• Menyediakan sarana produksi lainnya, sesuai rekomendasi budidaya oleh pihak


Dinas Perkebunan/instansi terkait setempat yang tidak termasuk di dalam
rencana waktu mengajukan permintaan kredit;
• Melaksanakan pemungutan hasil (panen) dan mengadakan perawatan sesuai
petunjuk Perusahaan Mitra untuk kemudian seluruh hasil panen dijual kepada
Perusahaan Mitra ; dan
• Pada saat pernjualan hasil petani akan menerima pembayaran harga produk
sesuai kesepakatan dalam perjanjian dengan terlebih dahulu dipotong sejumlah
kewajiban petani melunasi angsuran kredit bank dan pembayaran bunganya.

ASPEK PEMASARAN

Peluang Pasar

1. Pasar International dan Ekspor Minyak Nilam ke berbagai negara.

Sebagai bahan baku minyak wewangian pasaran minyak nilam sebagian besar
pasaran ke luar negeri. Pada periode 1951 - 1960 Indonesia mengekspor minyak
nilam sekitar 24 - 108 ton/tahun dan daun nilam kering sekitar 24 - 54 ton/tahun atau
setara 1260 kg minyak/tahun. Pada periode 1979 - 1983 ekspor minyak nila
Indonesia meningkat dengan rata-rata 522,80 ton minyak/tahun. Data ekspor
minyak nilam Indonesia perioden 1070 - 1983 adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Ekspor Minyak Nilam & Minyak Atsiri Indonesia dan prosentase dan harga
rata-rata

Minyak Nilam Minyak Atsiri % Terhadap Atsiri


Tahun Volume Nilai FOB Volume Nilai FOB
Volume Nilai
(Ton) (000 US$) (Ton) (000 US$)
1979 383 3.239 2.406 13.446 15,91 24,04
1980 690 11.606 2.717 21.126 25,39 54,94
1981 529 8.491 2.259 14.826 23,41 57,27
1982 515 7.735 2.337 18.139 22,04 42,64
1983 497 7.461 2.314 18.559 21,48 41,27
1984 t.a t.a t..a t.a t. a t. a
1985 580,0 9.876,38 3.607,65 43.596,76 16,08 22,65
1986 736,13 13.477,51 3.019,43 39.334,19 24,38 34,26
1987 876,45 14.721,80 3.252,28 34.873,06 29,86 42,21
1988 770.90 13.561,70 2.767,56 34.530,04 27,85 39,27
1989 684.54 11.662,37 3.416,60 38.077,09 20,03 30,62
1990 872.52 13.262,17 4.072,77 72.854,57 21,42 18,27

10
Nilam

Dari tabel di atas terlihat bahwa pada periode 1980 s/d 1983 volume ekspor maupun
harganya mengalami penurunan. Dari data tersebut terlihat pula bahwa segmen
ekspor minyak nilam terhadap minyak atsiri rata-rata sebesar 44,96% per tahun.

Sekalipun belum ada data akurat namun secara kasar pangsa pasar minyak nilam
Indonesia mengambil porsi sekitar 90% dari ekspor minyak nilam dunia. Kebutuhan
minyak nilam akan terus bertambah selaras dengan kenaikkan konsumsi dunia atas
produk komestik, parfum, sabun wangi bahkan telah berkembang untuk produk
tembakau dan minyak rambut.

Berdasarkan data-data yang diberikan oleh seorang eksportir minyak nilam


kebutuhan minyak nilam dunia berkisar antara 1.100 - 1.200 ton/tahun. Sedangkan
pasokan minyak nilam saat ini kurang lebih 900 ton/tahun sehingga ada peluang
pasar sebesar 200 ton/tahun.

Berdasarkan informasi dari para eksportir adalah agak sulit untuk membuat prediksi
proyeksi kebutuhan minyak nilam dunia karena cenderung fluktuatif. Pembuatan
proyeksi kenaikan berdasar pertumbuhan ekspor tahun sebelumnya dapat
berbahaya bagi eksportir karena para eksportir tidak dapat memperkirakan stok yang
ada pada para buyer sehingga apabila para eksportir berupaya menggenjot ekspor
akan memungkinkan terjadi over supply dan menyebabkan harga jatuh dan hal ini
sudah terjadi pada beberapa periode (1987 - 1989).

Negara pengimpor minyak nilam terutama adalah Amerika Serikat, Perancis,


Inggeris, Jerman, Singapura dll. Porsi impor dari masing-masing negara (1989) dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Negara pengimpor minyak nilam (1989)

Negara Pengimpor Volume (kg) Nilai (US$ FOB)


Amerika Serikat 171.000 2.928.311
Perancis 166.393 2.965.612
Belanda 72.000 1.232.462
Swiss 53.000 870.709
Jerman 49.250 845.161
Singapura 46.600 720.120
Inggeris 42.200 764.792
Jepang 29.673 572.286
India 23.915 375.606
Spanyol 18.110 201.413
Hongkong 7.100 124.901
Malaysia 3.800 37.325
Italia 1.000 16.550
Argentina 300 6.124

11
Nilam

2. Pasar nasional dan impor minyak nilam.

Sekalipun ada konsumsi minyak nilam dalam negeri namun diperkirakan masih kecil
karena masih sangat terbatasnya datanya. Berkembangnya produk kosmetik,
parfum dan peralatan kecantikan dalam negeri akan memacu pertumbuhan
pemakaian minyak nilam dalam negeri seperti Mustika Ratu, Ratu Ayu, Viva
Cosmetics, dll. Di samping sebagai pengekspor ternyata Indonesia juga mengimpor
sekalipun jumlahnya terbatas dan ini terjadi periode 1986/1987 saja setelah itu
kegiatan impor berhenti.

Apabila diteliti impor minyak nilam dari luar negeri bukan untuk di gunakan untuk
diolah sebagai produk jadi lainnya, tetapi semata untuk dicampur dengan produk
lokal dan diekspor kembali (reekspor). Hal ini disebabkan mutu minyak nilam
Indonesia sudah sangat dikenal di luar negeri sebagai minyak yang mutunya sangat
baik, sehingga tujuan reekspor tersebut merupakan strategi dagang para
pengekspor minyak nilam Indonesia untuk memperoleh keuntungan bahwa dengan
mengimpor minyak nilam yang harganya lebih murah dan mencantumkan "Made in
Indonesia" dan menjual dengan harga lebih tinggi. Namun impor minyak nilam
hanya tercatat untuk tahun periode 1986/1987 setelah itu tidak terjadi lagi. Hal itu
disebabkan karena berbagai sebab antara lain dapat terjadi antara lain adalah :

• Harga minyak nilam jatuh pada titik terendah sehingga kegiatan produksi dalam
negeri pun mengalami penurunan sehingga imporpun terhenti;
• Perbedaan harga satuan ekspor karena antara minyak nilam Indonesia dengan
minyak nilam luar negeri makin kecil karena menurunnya aspirasi pembeli luar
negeri terhadap mutu minyak nilam Indonesia karena sekalipun kualitas bagus
tetapi banyak di campur.

Tabel 3. Data impor minyak nilam dan minyak atsiri Indonesia

Tahun Volume (ton) Nilai FOB ( 000 US $)


1986 6,156 67,862
1987 26,320 369,617
1988 - -
1989
1990

Produksi

Areal produksi tanaman nilam di Indonesia tersebar secara terbatas pada beberapa
wilayah yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Dari seluruh hasil produksinya. Perkembangan luas tanam nilam dan produksi
minyak nilam Indonesia terlihat pada tabel di bawah

12
Nilam

Tabel 4. Perkembangan luas tanam nilam dan produksi minyak nilam Indonesia
Tahun 1975 - 1989

Tahun Luas Panen Produksi Minyak


1975 5.304 530,4
1976 4.399 439,9
1977 3.760 376,0
1978 5.444 544,4
1979 3.907 390,7
1980 7.047 704,7
1981 t.a
1982 t.a
1983 t,a
1984 11.868 688 *)
1985 13.390 669*)
1986 15.160 879*)
1987 10.391 760
1988 10.631 925
1989 16.322 821

Kompetisi

Pasar Internasional

Dipasaran minyak atsiri dunia, mutu minyak nilam Indonesia sudah sangat di percaya
oleh para konsumen di luar negeri. Hal itu terlihat bahwa porsi minyak nilam Indonesia
dipasaran dunia mencapai 89-90% dari pasaran minyak nilam dunia. Disamping itu
keunggulan minyak nilam Indonesia di pasaran di tandai dengan tingginya apresiasi
harga minyak nilam dari negara lain seperti RRC. Harga minyak nilam Indonesia di
pasaran luar negeri berkisar antara US$ 18,75 - 20,00 per Kg CF (Agustus 1988)
dibandingkan dengan yang berkisar antara US$ 17,00/Kg CF. Dan pada bulan Februari
1989 selisih harga itu semakin tinggi yaitu minyak nilam Indonesia terjual US$ 18,50 -
18, 75 Kg/CF sedangkan harga jual nilam ex RRC jauh dibawah yaitu US$ 15 - 16,00
per kg CF. Berdasarkan informasi dari kalangan eksportir dari Medan Sumatera Utara
tahun tahun terakhir ini RRC tidak melakukan ekspor lagi karena kebutuhan minyak
nilam dalam negeri mangalami peningkatan seiring dengan perkembangan industri
parfum dan kosmetik dalam negerinya sehingga porsi ekspor minyak nilam Indonesia
dapat mencapai lebih 90% dari perdagangan luar negeri minyak nilam dunia. Hal ini
berarti space market minyak nilam Indonesia makin membesar karena makin kecilnya
peranan dari kompetitor.

13
Nilam

Jaringan Pemasaran

Kegiatan distribusi pemasaran nilam dapat dibagi menjadi 3 tingkatan.

1. Pemasaran pada tingkat petani ke pengumpul atau pengusaha pemilik kilang


minyak nilam
Para petani menjual produknya dalam bentuk 2 produk.
• Penjualan daun kering dari petani kepada para pemilik kilang dengan harga
penjualan sekitar Rp. 3.000,00 std Rp. 3.500/kg dan selanjutnya pemasaran
minyak dilakukan oleh pemilik kilang;
• Penjualan minyak nilam oleh petani setelah diolah di kilang kepada para
pengumpul lokal.
2. Pemasaran minyak nilam dari pengumpul lokal atau pemilik kilang ke pengumpul
besar/ekspor;
3. Pemasaran minyak nilam oleh eksportir ke importir/konsumen di luar negeri.

Harga jual pada masing-masing tingkatan tersebut satu sama lain namun harga pada
masing-masing tingkatan ditentukan oleh harga pada tingkatan ke-3 yaitu harga
penjualan ekspor. Para pengumpul/lokal biasanya memperoleh informasi harga dengan
mengadakan penawaran kepada beberapa eksportir dan menjual kepada penawaran
yang tertinggi. Pola pemasaran yang terbuka ini akan menguntungkan para pemasok
lokal namun belum tentu menguntungkan bagi petani karena informasi harga ekspor ke
petani tidak sampai kepada mereka.

ASPEK PRODUKSI

Spesifikasi Tehnis Produk

Minyak nilam

1. Nama : Patchouli Oil


2. Kandungan unsur kimianya : patchouli alcohol, patchouli campur, eugneno,
benzaldehyde, cinnamic aldehide, cadinene.
3. Syarat mutu :

Characteristic Characteristic Method


Warna Kuning muda Visual
sampai coklat
tua
Berat Jenis 0,943 - 0,938 ISO R 279 - 1962
E
Indeks Bias (nD25) 1,504 - 1,514 ISO R 280 - 1962
E
Kelarutan dalam etanol 90% pada suhu 25C/3 C Larutan jernih SP - SMP - 19
atau opelansi -1975
ringan dlm

14
Nilam

perbangingan vol
1/10 BS 2073 - 1962
Bilangan asam max 5,00 SP-SMP-26-1975

ISO R 1242 -
11975 E)
indowtext 0.5pt solid; BORDER-LEFT: windowtext 0.5pt solid; 10,00 SP-SMP-27-1975
BORDER-RIGHT: windowtext 0.5pt solid; BORDER-TOP: medium
none; PADDING-BOTTOM: 0cm; PADDING-LEFT: 5.4pt; PADDING-
RIGHT: 5.4pt; PADDING-TOP: 0cm; WIDTH: 144.45pt; mso-border-
top-alt: solid windowtext .5pt" vAlign="top" width="193">

Bilangan ester max


Zat asing
• Lemak Negatif SP-SMP-24-1075
• Minyak Kruing Tidak Nyata Chromatography
Gas
• Alkohol tambahan Negatif SP -SMP - 23 -
1975
• Minyak mineral Negatif SP-SMP-41-1982

SI No.25151/73

1. Keadaan Tanah

Tanaman nilam dapat tumbuh subur pada tanah yang subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organis. Jenis tanah yang baik dapat ditumbuhi adalah regosol,
latosol dan aluvial. Tekstur tanahnya adalah tanah lempung berpasir, atau lempung
berdebu dan keasaman tanah antara pH = 6 - 7 dan mempunyai daya resapan tanah
yang baik dan tidak menyebabkan genangan air pada musim hujan.

2. Iklim

Untuk menghasilkan daun nilam dengan konsentrasi minyak yang tinggi diperlukan
sinar matahari yang jatuh secara langsung sekalipun daun nilam menjadi lebih kecil
dan tebal sehingga seakan berfungsi sebagai pelindung akan menghasilkan tanaman
nilam yang berdaun hijau, lebar tipis namun kadar minyaknya lebih rendah.
Persyaratan agroklimat nilam adalah sebagai berikut:

• Tanah : Gembur banyak mengandung bahan organik , tidak tergenang dan pH


tanah antara 6 - 7
• Temperatur : 18 - 27oC
• Ketinggian : 100 - 400 m
• Curah Hujan : 2300 - 3000 mm/year
• Kelembaban : 60 - 70%

15
Nilam

Pembukaan Lahan

Pengolahan lahan dapat dimulai 1 - 2 bulan sebelum tanam dengan pencangkulan


tanah sedalam 30 cm. Tujuan pencangkulan selain untuk mendapatkan kondisi tanah
yang gembur dan remah, sekaligus pembersihan tumbuhan penganggu (gulma).
Setelah tanah dicangkul kemudian dibuat bedengan-bedengan untuk ditanami nilam.
Ukuran bedengan tinggi 20 - 30cm, lebar 1 - 1,5 meter dan panjang disesuaikan
dengan kondisi lapangan. Jarak antara bedengan satu dengan lainnya berkisar antara
40 - 50 cm untuk memudahahkan perawatan. Tanah bedengan tersebut dibiarkan
seminggu kemudian dicangkul untuk meremahkan tanah yang sekaligus dapat
dilakukan pemberian pupuk organik (pupuk kandang) yang sudah dimatangkan.
Kebutuhan pupuk sebanyak 10 -20 ton per hektar tergantung dari tingkat kesuburan
tanah. Setelah diberi pupuk kandang kemudian didiamkan selama 2 minggu. Menjelang
waktu tanam dibuat lubang tanam ukuran 15 cm panjang x 15 cm tinggi x 15 cm lebar.
Jarak antara lubang satu dengan lainnya antara 40 cm x 50 cm atau 50 cm x 50 cm.

Pembibitan Dan Penanaman

Untuk memperoleh bibit yang baik pn diambil dari cabang yang muda dan sudah
berkayu serta mempunyai ruas yang pendek. Panjang stek antara 20 - 30 cm dan
mempunyai 3 - 4 mata ruas.

Potongan stek disemaikan pada lahan persemaian yang subur dan gembur dan dekat
sumber air. Apabila perlu diberikan sedikit pelindung dari anyaman daun nipah atau
daun kelapa. Tanah persemaian adalah campuran tanah dan pasir dengan
perbandingan 2 : 1. Tanah persemaian diberi pupuk kandang atau pupuk kompos
secara merata. Penanaman stek pada bedengapersemaian dengan jarak 10 cm x 10
cm dengan posisi miring 450. Sebelum stek tumbuh perlu dilakukan penyiangan dan
penyiraman. Setelah 2 - 3 minggu akan nampak tunas muda yang tumbuh. Untuk
mempercepat pertumbuhan akar sebelum ditanam stek dicelup dalam cairan hormon
perangsang tumbuhnya akar. Pada umur 4 - 5 minggu tunas dan akar akan tumbuh
secara merata dan siap dipindahkan ke kebun.

Karena faktor musim sangat berpengaruh pada tanaman nilam peka terhadap
kebutuhan air, oleh karena itu waktu tanam diusahakan pada permulaan musim hujan.
Penanaman nilam dilakukan dengan memasukkan stek kedalam lubang dan ditutup
dan dipadatkan. Dalam penanaman stek diatur agar 2- 3 buku masuk dalam lubang
tanah agar jaringan akar cukup kuat.

Untuk dapat memberikan hasil panen secara terus menerus maka perlu ada jadwal
penanaman per kelompok petani. Apabila diasumsikan untuk memenuhi kapasitas
penyulingan dengan kapasitas pasu pemasak 100 kg per sekali masak maka apabila
dalam satu hari direncanakan 2 kali pemasakan maka akan dibutuhkan 200 kg daun
kering dan lahan yang siap panen perhari 400 kg daun kering yang ekivalen dengan
0,125 hektar lahan. Apabila dalam satu bulan dilakukan 25 hari kerja maka akan
diperlukan 3,125 hektar lahan siap panen.

16
Nilam

Pemeliharaan

Setelah 3 minggu kita perlu mengecek apakah stek tumbuh dengan baik dan pada stok
yang kurang baik pertumbuhan tunasnya diperlukan penyisipan dengan mengambil
stock berasal dari persemaian yang sama agar pertumbuhan merata. Pada masa
pertumbuhan tanaman nilam membutuhkan air untuk kelembaban tanah terutama pada
musim kemarau. Penyiraman dapat dilakukan dengan mengalirkan air pada parit-parit
antara bedengan atau dengan menggunakan sprinkle shower. Pemberian air diatur
sesuai dengan umur tanaman nilam pada awal fase pertumbuhan memerlukan banyak
air namun jumlah itu akan terus berkurang.

Penyiangan diperlukan untuk menjaga kemampuan akar tanaman dalam menyerap


unsur sara berjalan secara optimal. Penyiangan gulma akan m pemupukan digunakan 2
jenis pupuk yaitu pupuk organik dan pupuk buatan. Pupuk organik diperoleh daril
limbah kotoran hewan, pupuk hijau. Pemberian pupuk berdasarkan pada umur tanaman
seperti terlihat pada tabel dibawah.

Umur
Pupuk urea Pupuk Z A Pupuk TSP Pupuk KCl
tanaman
1 - 2 Bulan 50 - 70 50 - 75 50 - 75 25 - 50
3-5 25 -50 25 - 50 - 12,5 - 25
5-8 25 - 12,50
Pasca Panen 50 - 75 50 -75 50 -75
8 -12
12 - 16
16 - 20

Untuk melangsungkan pertumbuhan daun perlu diberikan pupuk daun yakni pada saat
tanaman berumur 1 bulan, 3 bulan dan setelah panen. Merek pupuk yang banyak
dipakai seperti Bayfolan, Gandasil D, PPC, Silozin dll yang ada dijual di depot-depot
KUD.

Dari hasil pengamatan lapangan gejala awal penyakit terjadi pada umur 30 hari untuk
penyakit layu dan 125 hari untuk penyakit budog. Timbulnya penyakit layu adalah bekas
tanaman nilam yang terkena penyakit layu dan budog yang berarti tanah sudah
terkontaminasi oleh patogen penyakit layu dan budog. Selain adanya penyakit karena
penggulungan daun, walang sangit.

Penanggulan hama dapat ditanggulangi dengan racun kontak atau jaringan. Tindakan
preventif dapat dilakukan dengan perbaikan kultur tehnis.

17
Nilam

Panen Dan Pengelolaan Hasil

Seluruh bagian tanaman nilam pada dasarnya mengandung minyak nilam namun
dengan kadar yang berbeda. Kadar terbesar ada pada daunnya namun dalam proses
penyulingan daun dan batang disuling secara bersama-sama. Pemanenan dilakukan
pada umur 7 - 9 bulan setelah tanam dan panen berikutnya dapat dilakukan 3 - 4 bulan
sekali hingga umur produktif 3 tahun setelah itu tanaman diremajakan. Pemanenan
dilakukan pada sore hari atau pagi hari dan menghindarkan pemanenan pada siang
hari karena akan mengurangi kandungan minyak yang diperoleh. Dahan dipanen
dengan gunting dan menyisakan 1 cabang tetap tumbuh untuk meransang tumbuhnya
tunas baru.

Tahap pengel lantai jemur dan tumpukan rajangan diratakan dan pada waktu tertentu
tumpukan di balik-balik. Lama penjemuran 5 - 8 jam atau sampai daun menjadi layu.
Daun layu tersebut kemudian diangin-anginkan dengan cara dihamparkan di atas rak
bambu di tempat yang teduh dengan ketebalan lapisan ± 30 cm dan dibolak balik 2 - 3
kali. Pengeringan dihentikan bila kadar air 12 - 15% dan daun mulai mengeluarkan
aroma yang menyengat. Lama pengeringan tahap ini membutuhkan waktu 3 - 4 hari.
Proses pengeringan ini memerlukan perhatian karena apabila proses pengeringan
terlalu cepat akan menyebabkan kadar minyak menurun sedangkan apabila
pengeringan terlalu lambat akan mengundang timbulnya cendawan sehingga kualitas
minyak nilam rendah.

Distillation

Peralatan penyulingan terdiri atas :


• Ketel uap
• Pasu penguapan dengan tungku pemanasan dengan bahan baku kayu atau batu
bara
• Pipa pendingin
• Bak air pendingan
• Gelas penampung

Proses yang dilakukan dalam penyulingan minyak nilam adalah : Daun nilam kering
dimasukkan dalam pasu pendidih/pasu penguap airnya diperoleh dari ketel penguap.
Uap mengalir kedalam daun nilam dan membawa minyak nilam dan pada proses
pendinginan di pipa pendingin campuran air dan minyak mengembun kemudian
ditampung pasu. Dalam pasu campuran air dan minyak dipisahkan dengan alat
pemisah atau secara sederhana disendok. Hasil minyak disimpan dalam drum yang
dilapisi seng (zinc coated).

Kapasitas pasu penguap 100 kg daun kering per sekali masak, waktu penguapan 8 jam
dan hasil minyak nilam antara 2,50 - 3,0 kg. Kebutuhan bahan bakar persekali
pemasakan 0,25 m3.

18
Nilam

ASPEK KEUANGAN

Aspek keuangan untuk budidaya dan industri minyak nilam (yang merupakan satu
kesatuan usaha) di hitung dengan asumsi :

a. Setiap pengusaha kecil memiliki satu hektar lahan;


b. Kapasitas unit pengelolaan minyak nilam adalah 100 kg daun nilam kering per batch
(8 jam). Jika dalam satu hari unit pengolahan ini bekerja sama sampai 2 batch, ini
berarti akan menampung daun nilam kering 200 kg. Bila produksi rata-rata per
hektar lahan budi daya nlam mencapai 15.000 kg daun nilam basah per tahun atau
3.000 daun nilam kering, maka dalam 3 bulan harus dipanen sebesar 750 kg daun
nilam kering. Pekerjaan ini membutuhkan 10 hari kerja. Dalam 3 bulan satu unit
penyulingan akan mengolah sekitar 20 ha lahan budidaya nilam;
c. Unit pengolahan minyak nilam ini di miliki bersama oleh petani (kelompok) 20 ha;
d. Biaya investasi dan operasi unit pengolahan di bebankan kepada setiap satu hektar
lahan;
e. Skim kredit yang digunakan di bedakan atas skim kredit KKPA dengan tingkat suku
bunga 16% per tahun dan skim umum dengan tingkat suku bunga 32% per tahun;
f. Grace period selama satu tahun, tidak termasuk masa konstruksi selama satu
triwulan.

Kebutuhan Biaya Investasi

Biaya investasi dalam analisis ini dibedakan atas baya pra-operasi (pra-survey, survey,
kesesuaian lahan, dan sertifikasi lahan), investasi tanaman (pembukaan lahan,
penanaman nilam dan pemilharaan tanaman belum menghasilkan), dan investasi non
tanaman (unit pengolahan minyak nilam), oleh karena proyek yang akan di
kembangkan ini akan memanfaatkan pendekatan Proyek Kemitraan Terpadu (PKT),
maka perhitungan management fee sebesar 5% di kalkulasikan dalam analisis biaya
investasi. Rincian biaya investasi ini diuraikan sebagai berikut :

a. Biaya Pra-operasi

- Pra survey Rp. 5.000,00

- Survey kesusaian lahan Rp 8.000,00

- Sertifikasi tanah Rp. 300.000,00

b. Biaya Investasi Tanaman

- Pembukaan lahan Rp. 670.000,00

- Penanaman Rp. 4.446.950,00

19
Nilam

- Pemeliharaan TBMI Rp. 2.907.900,00

c. Biaya Investasi Non Tanaman

- Pengadaan Unit Pengolahan

- Minyak nilam (pembebanan) Rp. 1.501.250,00

d. Management Fee Rp. 491.955,00

Jumlah investasi efektif Rp. 10.331.055,00

Sumber Dana

Sumber dana untuk membiayai proyek ini seluruhnya berasal dari kredit perbankan.
Petani pengusaha kecil dalam hal ini hanya memiliki tanah yang digunakan tanpa
memperhitungkan sebagai salah satu komponen modal, tetapi dalam analisis kriteria
investasi di kalkulasikan dengan nilai sebesar Rp. 5 juta per hektar. Skim kredit yang
digunakan adalah skim KKPA dengan tingkat suku bunga 16% per tahun dan skim
kredit umum dengan tingkat suku bunga 32% per tahun. Masa tenggang (grace period)
selama satu tahun, tidak termasuk masa konstruksi selama satu triwulan, diperlukan
selama tanaman belum menghasilkan (TBM). Bunga selama tenggang (IDC) di
kapitalisasikan sebagai pokok pinjaman dengan tingkat suku bunga yang sama dengan
pokok pinjaman, kecuali skim KKPA yakni 14% per tahun.

a. Skim KKPA

- Pokok Pinjaman Rp. 10.331.055,00

- IDC Rp 1.663.101,00

Total Rp. 11.994.156,00

b. Skim Kredit Umum

- Pokok Pinjaman Rp. 10.331.055,00

- IDC Rp. 4.203.392,00

Total Rp. 14.534.446,00

20
Nilam

Kelayakan Finansial

Analisa kelayakan finansial merupakan suatu pendekatan yang umum di pakai untuk
melihat suatu proyek dapat dilaksanakan. Pendekatan yang umum di gunakan untuk
melihat kelayakan proyek dari segi finansial adalah dengan menggunakan kriteria
investasi yang meliputi arus kas, proyeksi rugi laba, Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), dan Benefif Cost Rate B/C)

a. Proyeksi Arus Kas

Proyeksi arus kas (cash flow) merupakan perhitungan jumlah dana yang masuk dan
keluar selama umur proyek. Rincian proyeksi arus kas ini disajikan dalam Lampiran 11,
11a, 12, dan 12a. Berdasarkan Lampiran-lampiran tersebut dapat diketahui bahwa
sejak tahun pertama tanaman menghasilkan tidak terdapat saldo kas yang defisit,
kecuali pada tahun ke-4, ke-7 dan ke-10 karena pada tahun tersebut di lakukan
penanaman ulang tanam nilam. Kendatipun demikian, secara keseluruhan saldo kas
kumulatif selalu surplus. Kredit dar proyek ini dapat di lunasi selama tiga tahun setelah
berproduksi.

b. Proyeksi Rugi Laba

Proyeksi rugi laba di hitung dari selisih penerimaan yang bersumber dari proyeksi hasil
penjualan minyak nilam dengan biaya yang dikeluarkan (termasuk penyusutan)
amortisasi dan bunga bank) per tahun. Rincian proyeksi rugi laba di sajikan dalam
Lampiran 12b dan 12c. Berdasarkan data proyeksi rugi laba dapat di ketahui bahwa
selama tanaman menghasilkan proyek ini tidak mengalami rugi.

c. NPV, IRR dan B/C

Net Present Value (PV) di hitung berdasarkan selisih antara nilai sekarang atas
penerimaan benefit yang telah didiskonto) yang akan di terima di kurangi dengan nilai
sekarang atas biaya pengeluaran (cost yang telah didiskonto) yang akan dikeluarkan
selama umur proyek. Nilai NPV dari proyek ini untuk skim KKPA adalah 29,83 juta.
Sedangkan jika memanfaatkan skim kredit umum, nilai NPV lebih kecil, yakni Rp. 23,46
juta.

Internal Caset of Return (IRR) adalah tingkat bunga/ discounted factor rate yang
mempersamakan nilai sekarang (present value) penerimaan dengan nilai sekarang
jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur proyek. Hasil perhitungan nilai IRR untuk
proyek ini adalah 69,37% untuk skim KKPA dan 52,11% untuk skim kredit umum.

Benefit Cost Ratio (B/C) adalah nilai perbandingan antara benefit pada tingkat bunga
yang berlaku (discount factor) dengan cost yang didiskonto dengan tingkat bunga yang
sama selama umur proyek. Hasil perhitungan B/C proyek ini dengan memanfaatkan
skim KKPA, adalah 7,1 dan skim kredit umum adalah 5,1.

21
Nilam

Berdasarkan hasil perhitungan NPV, dan B/C di atas dapat disimpulkan bahwa
budidaya dan pengolahan minyak nilam pola kemitraan (PKT) baik dengan
memanfaatkan skim KKPA maupun skim kredit umum layak untuk dilaksanakan.

Untuk mengkaji apakah proyek ini masih layak untuk dibiayai oleh bank jika terjadi
perubahan harga input dan penurunan harga output maka dilakukakan analisis
sensitivitas. Dengan asumsi cost naik 10% untuk skim KKPA di peroleh nilai NPV
sebesar Rp. 25,65 juta. IRR sebesar 59% dan Net B/C sebesar 5,97. Jika
menggunakan skim kredit umum, kenaikan cost sebesar 10% akan menyebabkan
turunnya NPV, IRR dan B/C menjadi masing-masing Rp. 18,63 juta, IRR 43,32% dan
net B/C 4,17.

Sementara itu dengan asumsi benefit turun 10% untuk skim KKPA di peroleh nilai NPV
sebesar Rp. 22,33 juta, IRR sebesar 57,36% dan net B/C sebesar 5,8. Untuk skim
kredit umum di peroleh NPV sebesar Rp. 15,94 juta, IRR 41,96% dan net B/C 4,03.

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa kendatipun ada kenaikkan harga input sampai
10% dan penurunan harga output sampai dengan 10%, proyek budidaya dan
pengolahan minyak nilam masih layak dibiayai oleh bank, baik untuk skim KKPA
maupun skim kredit umum.

ASPEK SOSIAL EKONOMI

Manfaat Sosial Ekonomi

Proyek Kemitraan Terpadu budidaya dan industri minyak nilam ini akan membutuhkan
tenaga kerja setidaknya 87 HOK untuk pekerjaan pembukaan lahan, 77 HOK untuk
pekerjaan penanaman nilam, dan masing-masing 161 HOK untuk pekerjaan
pemeliharaan tanaman belum menghasilkan dan pemeliharaan tanaman menghasilkan
per hektar budidaya tanaman nilam. Disamping itu, untuk industri minyak nilam
membutuhkan tenaga kerja sedikitnya 4 orang dengan kapasitas unit pengolahan
minyak nilam 100 kg daun nilam kering per batch;

Keberadaan Proyek Kemitraan Terpadu budidaya dan industri minyak nilam di harapkan
akan merangsang masyarakat untuk menciptakan bidang usaha lainnya sebagai
pengaruh ganda (multiplier effect).

Manfaat Regional

Dari sudut pengembangan wilayah keberadaan proyek akan menjadi salah satu pusat
kegiatan perekonomian subsektor perkebunan yang tentunya akan memberikan
dampak positif bagi pengembangan kegiatan pembangunan wilayah;

22
Nilam

Keberhasilan usaha budidaya dan industri minyak nilam akan meningkat pendapatan
daerah. Pajak yang diperoleh dari hasil usaha setiap tahunnya merupakan kontribusi
yang cukup besar bagi usaha menunjang pembangunan daerah umumnya;

Minyak nilam merupakan komoditas untuk ekspor, sehingga dengan demikian akan
memberikan kontribusi bagi penghematan devisa negara.

ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN

Pembahasan dampak kegiatan proyek terhadap komponen lingkungan dalam laporan


ini, hanya menyajikan dampak negatif secara umum yang diprakirakan akan terjadi.
Analisis yang ditampilkan hanya secara deskriptif, karena data kuantitatif tidak tersedia.

Dampak Terhadap Lingkungan Fisik

Dampak kegiatan budidaya dan industri minyak nilam terhadap lingkungan fisik di
sebabkan oleh dua kegiatan utama, yakni kegiatan budidaya tanaman nlam dan
kegiatan pengolahan daun nilam menjadi minyak nilam. Dampak budidaya tanaman
nilam yang berskala besar terhadap lingkungan fisik di antaranya adalah meningkatkan
laju erosi tanah (terutama pada tahap konstruksi/land clearing) dan menurunnya tingkat
kesuburan tanah pada tahap pasca konstruksi sebagai akibat dari pembudidayaan yang
kurang intensif. Penurunan kesuburan tanah terutama disebabkan oleh rakusnya
tanaman ini terhadap unsur hara tanah jika di bandingkan dengan tanaman lainnya.
Besarnya dampak penurunan kesuburan tanah ini masih di golongkan tidak penting,
karena skala usaha proyek ini hanya 200 ha untuk satu unit penyulingan minyak nilam.

Kegiatan industri minyak nilam dapat menyebabkan turunnya kualitas air di sekitar
lokasi proyek pabrik yang akan menerima limbah cair kegiatan industri ini. Oleh karena
jumlah limbah cair yang dibuang relatif kecil, maka besarnya dampak masih tergolong
tidak penting.

Kendatipun dampak kegiatan budidaya dan pengolahan minyak nilam ini berdampak
tidak penting terhadap komponen lingkungan fisik, namun untuk menghindari terjadi
akumulasi dampak (bahkan jika di kembangkan dalam skala besar) perlu diupayakan
pengelolaan lingkungannya seperti sistem pembukaan lahan yang baik, pemupukan
yang tepat, pengembalian limbah padat hasil penyulingan ke tanaman (pupuk) dan
pengelolaan limbah cair dari unit penyulingan yang tidak langsung ke badan air.

Dampak Terhadap Komponen Flora

Dampak kegiatan budidaya dan penyulingan minyak nilam terhadap komponen flora
hanya terjadi sebagai akibat dari kegiatan pembukaan lahan. Hilangnya ekosistem flora,
terutama pada lahan hutan primer/sekunder sebagai akibat pembukaan lahan berskala

23
Nilam

besar, oleh karena proyek ini berskala kecil (200 ha), maka dampak terhadap
komponen flora tergolong tidak penting.

Berdasarkan skala usaha yang dikembangkan dan prakiraan dampak yang mungkin
terjadi, sebagaimana diuraikan diatas, pengembangan budidaya dan industri minyak
nilam pola PKT untuk usaha kecil dan menengah tidak perlu mempersyarakatkan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

KESIMPULAN

1. Hingga saat ini Indonesia masih merupakan pemasok komoditas minyak nilam yang
terpenting di dunia dimana posisi pasokan mencapai diatas 90%. Posisi ini
kelihatannya akan terus di pegang Indonesia karena tidak ada negara kompetitor
lain yang mengurangi dominasi Indonesia. Minyak nilam merupakan bahan nabati
yang tidak dapat dibuat bahan tiruan secara buatan (sintetis) sehingga tidak
memungkinkan di hasilkan produk sintetsi atau produk suplemen sehingga pasokan
ini sifatnya akan lestari. Perkiraan kebutuhan nilam dunia saat ini sekitar 1000 -
2000 ton/tahun dengan tingkat pasokan sekitar 900 ton/tahun. Upaya untuk memacu
pertumbuhan produksi ini pada tingkat tertentu akan sangat riskan pada sisi
permintaannya. Upaya pengembangan ini perlu dilakukan adalah menata dan
rekasaya teknis budidaya dan pengolahan pasca panen agar diciptakan pola usaha
yang substansial dengan sasaran tercapainya tingkat efisiennya tingkat efisiensi dan
peningkatan mutu.
2. Pola pengembangan yang akan di lakukan adalah mengembangkan pola kemitraan
antara kelompok petani 25 orang dengan luasan lahan masing-masing 1 hektar dan
total perkebunan 20 ha dan penyediaan alat penyulingan 1 unit yang dibiayai secara
bersama. Posisi bapak angkat adalah menampung hasil minyak nilam dari kelompok
petani dan membeli pada tingkat harga yang disetujui bersama dan apabila
diperlukan menjadi avalist dalam pengajuan kredit.
3. Biaya proyek per petani untuk biaya modal budidaya dan pengadaan peralatan 1
unit penyulingan yang dibiayai bersama Rp. 10.331.055 sedangkan IDC untuk masa
tenggang 1 tahun sebesar Rp. 1.663.101 untuk skim kredit KKPA dengan tingkat
suku bunga 16% tahun dan Rp. 4.203.391 dengan skim KUK dengan tingkat bunga
32%.
4. Umur tanaman di asumsikan sepanjang 3 tahun dan dilakukan reinvestasi pada
tahun ke-4.
5. Dari aliran kas terlihat bahwa para petani dapat melunasi pinjaman pada tahun ke-6
dengan masa tenggang 1 tahun. Defisit akan terjadi pada tahun ke-4 dan ke-8
dimana reinvestasi di lakukan namun karena ada akumulasi modal tahun ke-1 s/d
ke-3 maka defisit di tutup dari akumulasi aliran kas dari tahun ke-1 s/d tahun ke-3
dan ke-4 s/d tahun ke-7 . Disinilah peranan bapak angkat di perlukan untuk
mengatur agar petani melakukan tabungan dari penyisihan keuntungan.
6. Analisa keuangan menyimpulkan dengan skim pembiayaan KKPA dan KUK
diperoleh NPV positif dan IRR sebesar 77,28%. Analisa sensitivitas menunjukkan
bahwa apabila pendapatan turun 10% ,IRR turun menjadi 64,74% dan kalau biaya

24
Nilam

naik 10% IRR menjadi 65,92%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembiayaan
dengan kredit KKPA usaha ini layak di biayai sekalipun terjadi penurunan
pendapatan 10% atau kenaikan biaya 10%.
7. Pengembangan usaha budidaya nilam akan memberikan dampak positif kepada
perekonomian nasional maupun regional karena komoditi ini menyumbang devisa
negara dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya

Sumber : www.bi.go.id

25

You might also like