You are on page 1of 20

MEMBANGUN PASAR

MEDIA LOKAL MELALUI

KONVERGENSI MEDIA
(Studi pada Jaringan Koran Tribun)

A u l i a D w i N a s t i t i | 0 9 0 6 5 6 1 4 5 2 -- U A S M a t a K u l i a h K o n v e r g e n s i M e d i a

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA JANUARI 2012

Membangun Pasar Media Lokal melalui Konvergensi Media (Studi Penerapan Konvergensi Media pada Jaringan Koran Tribun)

ABSTRAK
Isu konvergensi media seringkali identik dengan konglomerasi kerajaan media dan terfokus pada pasar dalam skala besar. Konvergensi media yang berkembang di Indonesia merupakan sebuah strategi ekonomi, di mana perusahaan media mencari keuntungan finansial dengan mengupayakan kolaborasi dan efisiensi media. Adanya indikasi bahwa pola konvergensi media di Indonesia lebih mengarah pada konglomerasi media besar kemudian memunculkan pertanyaan mengenai penerapan konvergensi media dalam skala media lokal dan implikasinya terhadap pasar media lokal. Salah satu jaringan media lokal yang terbesar di Indonesia dimiliki oleh koran Tribun yang berada di bawah Grup Kompas-Gramedia. Koran Tribun terdiri dari 20 judul surat kabar yang terbit di 18 kota di seluruh Indonesia. Jaringan media lokal Tribun telah menerapkan konvergensi media dalam proses produksi dan distribusi berita. Oleh karena itulah, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menggali upaya media-media lokal menerapkan strategi konvergensi media dengan mengambil konvergensi media di jaringan koran Tribun sebagai studi kasus. Penelitian ini didasari oleh konsep lima tahap konvergensi media yang dikemukakan Dailey, et.al (2005) yang menjelaskan konvergensi media bahwa merupakan kolaborasi yang terdiri dari lima tahap aktivitas: (1) cross-promotion, (2) cloning, (3) coopetition, (4) content-sharing, dan (5) full convergence. Selain itu, penelitian ini juga didukung adanya studi pendahulu oleh De Mars yang menunjukkan bahwa news-based partnership oleh media-media lokal yang begerak dalam dalam skala pasar lebih kecil juga tak kalah penting dalam membangun konvergensi. Kerjasama pemberitaan oleh mediamedia dalam skala kecil ini krusial terutama bagi kepentingan khalayak dalam hal konsumsi berita. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui wawancara dengan pemimpin utama jaringan koran Tribun sebagai data primer dan studi literatur sebagai data sekunder. Temuan awal menunjukkan dampak positif konvergensi bagi pasar media lokal yang berada di bawah jaringan Tribun. Hal ini terbukti dari efisiensi biaya produksi dan diiringi dengan meningkatnya oplah penjualan koran-koran lokal Tribun di saat koran lokal kompetitor mengalami penurunan. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa media-media lokal dengan skala pasar yang lebih kecil haruslah melihat konvergensi media sebagai sebuah tantangan dan menghadapinya dengan memaksimalkan berbagai peluang yang ada, terutama dengan menggarap pasar lokal. Dengan pasar yang spesifik, media lokal dapat mengoptimalkan fungsi proksimitas untuk merebut pasar lokal.

Jumlah kata: 342 Kata kunci: Konvergensi media, media lokal, pasar, Koran Tribun

PENDAHULUAN

Berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi dewasa ini membawa tren baru dalam dunia industri komunikasi. Hadirnya teknologi digital dan internet merupakan salah satu determinan penting dalam memunculkan perangkat multimedia, seperti misalnya media cetak yang saat ini juga memiliki versi digital (online). Hal ini berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan arus informasi dan mode komunikasi, baik dari segi produksi, distribusi, maupun konsumsinya. Perkembangan teknologi tersebut selanjutnya berujung pada konvergensi media di mana segala fungsi media berkolaborasi dalam satu perangkat media. Konvergensi media membuat khalayak memiliki lebih banyak pilihan media dengan konten yang semakin beragam pula (Grant dan Wilkinson, 2009). Tidak hanya berkaitan produksi dan konsumsi, konvergensi media juga penanda perubahan berbagai elemen komunikasi: media, kultur, khalayak, teknologi, dan industrinya. Terminologi Konvergensi Media merupakan sebuah konsep yang multidimensional dan interdisipliner. Proses konvergensi media berlangsung di berbagai bidang, baik dari segi komunikasi, ekonomi, industri, maupun teknologi, dan tentu mengandung implikasi sosial dan kultural. Dalam bukunya, Understanding Media Convergence: The State of the Field, Grant dan Wilkinson menjelaskan bahwa konvergensi media meliputi lima dimensi besar, yaitu konvergensi teknologi, konten multimedia, kepemilikan, kolaborasi, dan koordinasi (Grant dan Wilkinson, 2009: 3-15). Namun, Grant dan Wilkinson (2009) sendiri menyatakan bahwa kelima dimensi ini tidak dapat dipandang secara statis dan eksklusif, karena inti dari konvergensi sebenarnya adalah perubahan. Konvergensi media juga berimplikasi pada perubahan struktur industri media massa yang cenderung mengarah kepada cross-ownership atau kerja sama kepemilikan (Straubhaar dan La Rose, 2006). Pergeseran struktur industri ini diakibatkan oleh tuntutan produksi konten multimedia yang harus terdistribusi dalam berbagai platform media, baik media cetak, siar, maupun online. Konvergensi kepemilikan media memainkan peranan penting dalam menentukan konsolidasi antar pemain dalam industri media karena berorientasi pada skala ekonomi produksi, yang berarti produk-produk media yang terkonvergen berpotensi menjadi produksi massal (Grant dan Wilkinson, 2009). 2

Bagi media-media lokal yang memiliki skala pasar lebih kecil, perubahan struktur industri media massa sebagai implikasi dari konvergensi tentu menjadi sebuah tantangan tersendiri. Pergeseran struktur industri akibat konvergensi media mau tak mau membawa pengaruh pada aspek organisasional media, yaitu perubahan operasional dan layanan. Salah satu media lokal yang peling terkenan dampak perubahan operasional ialah media cetak. Untuk menghadapi konvergensi, media cetak lokal tidak harus selalu bergabung kepemilikan, tetapi dapat memilih jalan kolaborasi mengingat skala pasar yang lebih kecil. Kolaborasi menekankan pada kerja sama oleh media yang berada dalam kepemilikan atau platform berbeda. Cara-cara yang dilakukan misalnya, sharing content, kerja sama promosi (cross-promotion), atau koordinasi antarmedia (Grant dan Wilkinson, 2009). Dari segi operasional, konvergensi media menuntut pekerja media menjadi multitasking karena hasil satu peliputan berita dimuat di berbagai jenis media sehingga lebih efisien. Salah satu contoh konvergensi media dalam skala pasar lokal dengan jalan kolaborasi dapat ditemui di jaringan koran Tribun yang merupakan jaringan pers daerah milik grup Kompas-Gramedia. Koran Tribun merupakan contoh yang baik bagaimana media lokal dengan skala pasar lebih kecil justru mengadahadapi derasnya arus perubahan teknologi yang dinilai menggerus media cetak. Belum lagi ditambah adanya kecenderungan media-media di Indonesia yang menunjukkan tren konglomerasi di tengah perubahan struktur indutri media massa saat ini. Koran Tribun menunjukkan bahwa konvergensi tidak membuat media-media lokal tergerus dengan media besar. Tetapi, justru dengan memanfaatkan konvergensi media sebagai strategi manajemen dan operasional, hal itu justru mendorong optimalisasi oplah dan readership sebuah media cetak. Hal ini terbukti dari data yang dilansir dari Nielsen (2010) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan koran Tribun yang terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan diterapkannya strategi konvergensi media dalam media-media lokal.

ANALISIS SITUASI

Profil Tribun Koran Tribun merupakan salah satu media cetak di bawah Grup Kompas-Gramedia yang bergerak dalam bidang penerbitan surat kabar lokal. Di bawah Grup Kompas-Gramedia, seluruh surat kabar lokal ini berada dalam satu jaringan yang disebut Pers Daerah (Persda) yang berdiri sejak tahun 1994. Awalnya sebelum koran Tribun lahir, Grup Kompas-Grmedia dengan jaringan Persda-nya telah melahirkan berbagai judul surat kabar lokal yang masingmasing fokus di daerah tertentu, antara lain: Serambi Indonesia (Aceh), Pos Kupang (Kupang), Bernas (Yogyakarta), Bangka Pos (Bangka), Banjarmasin Post (Banjarmasin), Sriwijaya Pos (Palembang), Tifa (Papua) dan Surya (Surabaya) (www.tribunnews.com/about, 2011). Perkembangan pers pasca-reformasi menunjukkan bahwa perkembangan pers semakin potensial, begitu pula dengan jaringan Persda yang semakin menggeliat. Oleh karena itulah, sejak tahun 2003, Persda medirikan koran baru dengan brand bernama Tribun. Sebagai uji coba, Persda menerbitkan Triibun pertama di Balikpapan yang diberi nama Tribun Kaltim. Koran Tribun Kaltim ini disambut cukup baik oleh pasar di daerah sehingga mendorong jaringan Persda untuk melebarkan sayap mendirikan harian lokal di daerah lain dengan nama Tribun. Hingga saat ini (2011), Persda telah memiliki 21 surat kabar lokal di 19 kota yang tersebar di seluruh Indonesia, sebagian besar di antaranya terbit dengan judul Tribun. Lebih jelasnya, surat kabar dalam jaringan Tribun dapat dilihat dalam gambar berikut:

Gambar 1. Jaringan Tribun di Indonesia Sumber: Media Kit Tribun, 2012

Di antara seluruh surat kabar yang berada di bawah jaringan Persda, seluruh harian Tribun di atas menyasar untuk SES A-B, dan beberapa di antara koran Persda memiliki target pasar dengan SES B-C yaitu Prohaba, Metro Banjar, dan Florestar (Media Kit Tribun, 2012). Seiring dengan tumbuhnya perkembangan teknologi internet, Tribun mulai memanfaatkan sarana internet untuk tampil dalam media online dalam alamat situs www.tribunnews.com. Situs berita ini menyajikan berita-berita dari Harian Tribun dalam tampilan lebih singkat, dengan update berita lebih cepat dan secara real-time, khususnya berita nasional, olahraga, lifestyle dan berbagai macam berita lainnya. Selain didukung reporter yang bertugas di Jakarta, Tribunnews.com didukung tidak saja oleh jaringan 18 koran daerah atau Tribun Network, tapi juga didukung oleh hampir 500 wartawan di 18 kota penting di Indonesia.

Gambar 2. Homepage Tribunnews.com Sumber: Media Kit Tribunnews.com, 2012

Oleh karena itu, situs berita Tribunnews.com merupakan induk bagi 23 situs harian lokal yang berada di bawah jaringan Tribun. Selain itu, media online ini juga menyediakan surat kabar Tribun di selmua daerah dalam format digital paper. Dengan demikian, seluruh harian lokal Tribun tidak hanya terbit dalam bentuk surat kabar, tetapi juga dalam bentuk media online dengan situs berita masing-masing. Konten berita nasional yang ada di setiap situs harian lokal Tribun merupakan adaptasi dari konten berita nasional yang dimuat di situs Tribunnews.com. Begitu juga sebaliknya, berita-berita daerah yang dimuat dalam situs Tribunnews.com diolah dari situs Tribun lokal (Media Kit Tribunnews.com, 2012). Hal tersebutlah yang menjadi perbedaan antara media cetak dan media online Tribun. Tribunnews.com berperan sebagai media online di tingkat nasional, sementara di versi media cetak-nya, Harian Tribun hanya memiliki surat kabar lokal tanpa ada surat kabar nasional yang memiliki judul tersendiri. 5

Konvergensi Media Tribun Berdasarkan hasil wawancara dengan Direktur Umum Tribun, Herman Darmo, diketahui bahwa konvergensi media dalam jaringan Tribun telah diterapkan sebagai strategi manajemen sejak tahun 2007. Uniknya, dalan jaringan Tribun, konvergensi media justru dipelopori oleh harian lokal yang memang telah tumbuh cukup matang, yaitu Banjarmasin Post, kemudian diikuti dengan harian Serambi Indonesia, Tribun Jambi, dan Tribun Timur. Surat kabar lokal tersebut menerapkan konvergensi dalam hal operasional di level produksi dengan merekrut tenaga jurnalis yang dapat melakukan kegiatan peliputan secara tulis dan siar dalam satu waktu, atau backpack journalist. Kebijakan konvergensi ini selanjutnya diaplikasikan secara nasional bahkan diterapkan dalam tataran yang lebih luas sejak 2009. Bentuk konvergensi media yang dilakukan Tribun terlihat dari koordinasi antar media lokal dan muatan yang sama antar surat kabar lokal di bawah Tribun. Saat ini, selain memuat konten lokal dari daerah masing-masing, setiap surat kabar lokal memiliki halaman bersama yang berjumlah kurang lebih 12 halaman dan berisikan berita-berita nasional, lifestyle, dan olahraga. Meskipun tidak ada Tribun yang berkedudukan secara nasional, Tribun tetap memiliki manajemen yang berkedudukan di Jakarta dan bertugas memproduksi konten berita nasional untuk didistribusikan di berbagai harian lokal. Jadi, setia harinya, dalam setiap eksemplah harian Tribun terdapat 12 halaman lokal yang berbeda-beda di setiap daerah dan 12 halaman nasional yang berisi sama di semua daerah. Selain koordinasi dan kolaborasi antardaerah, lanjut Herman Darmo, harian Tribun juga memperluas media yang digunakan sebagai bentuk adaptasi teknologi dan peningkatan layanan berita agar lebih cepat dan update. Hal ini dilakukan dengan cara mendirikan situs berita online Tribunnews.com dan dilengkapi dengan 23 situs berita lain sebagai versi online dari setiap surat kabar lokal. Tidak hanya menampilkan berita dalam bentuk gambar dan tulisan, situs Tribun tersebut juga dapat menayangkan online video streaming dari beritaberita yang diliput. Berita hasil liputan Tribun tersebut juga dapat dikemas dalam bentuk suara dan disiarkan melalui Radio Sonora, radio milik Grup Kompas-Gramedia. Berbagai berita yang disiarkan melalui bermacam media tersebut kemudian didukung kerja sama dengan penyedia jasa layanan internet seperti search engine Google atau Yahoo! Untuk menampilkan hasil berita Tribun sebagai berita di halaman depan. Kemudian untuk memudahkan pembaca mengkonsumsi berita secara mobile, segala berita yang diproduksi 6

Tribun ini dapat ditampilkan melalui aplikasi dalam perangkat tertentu yang telah bekerja sama dengan Tribun, seperti iPad Tribun reader, Tribun for Galaxy Tab, ataupun BlackBerry. Dari segi produksi berita, harian Tribun juga telah menrapkan newsroom yang terkonvergensi antara media online Tribunnews.com dan media cetak harian Tribun yang memproduksi konten nasional. Selain itu newsroom ini juga berkoordinasi dengan Grup Kompas.
Di Tribun hanya ada satu newsroom untuk media cetak dan media online, kami juga berkoordinasi dengan newsroom media lain dalam Grup Kompas, misalnya newsroom Kompas TV, Kompas.com, atau Harian Kompas (Herman Darmo)

Di dalam newsroom itu, tenaga jurnalis yang ada di dalamnya pun telah terkonvergensi di tataran operasional. Di dalam satu newsroom, telah ada reporter yang bertugas meliput berita yang sifatnya juga multimedia. Dalam setiap peliputan berita, jumlah reporter yang dikirim bisa jadi hanya satu orang yang bertindak sebagai wartawan, sekaligus kamerawan, tetapi dapat memproduksi berita untuk dimuat di berbagai media. Berbeda dengan dulunya ketika setiap media yang berbeda membutuhkan satu orang reporter dan satu orang kemerawan untuk satu media. Selain reporter, terdapat beberapa orang editor yang bertugas menyunting dan menyortir berita-berita dari reporter tersebut sesaui dengan media apa saja yang digunakan. Dengan demikian, hanya dibutuhkan sekali porses produksi untuk menghasilkan berbagai macam berita yang dimuat di berbagai media. Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang dan analisis situasi yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa harian Tribun telah menerapkan beberapa strategi konvergensi media bagi media-media lokal dengan skala pasar daerah tertentu. Strategi konvergensi media yang dilakukan oleh koran Tribun menarik untuk dikaji lebih dalam untuk menjawab pertanyaan permasalahan tentang bagaimana media-media dengan skala pasar lokal menggunakan konvergensi media sebagai strategi untuk menumbuhkan pasar lokal? Oleh karena itulah, untuk menjawab pertanyaan tersebut, dalam kajian ini penulis akan mengulas tentang strategi konvergensi media yang diterapkan koran Tribun hingga mampu menciptakan pasar lokal yang tumbuh secara positif dan konsisten. Kajian kali ini didasarkan pada data primer berupa hasil wawancara dengan Direktur Umum Harian Tribun, Herman Darmo dilengkapi dengan data sekundar dari hasil tinjauan literatur yang relevan.

TINJAUAN LITERATUR

Model Kontinum Konvergensi Model Kontinum Konvergensi Media merupakan model yang dirumuskan oleh Dailey, Demo, dan Spillman (2005) yang menjelaskan tentang mendefinisikan lima aktivitas konvergensi media berdasarkan tingkat partisipasinya. Model ini banyak digunakan khususnya terkait dengan proses konvergensi pemberitaan yang dilakukan dalam organisasi ruang berita atau newsroom. Kontinum konvergensi ini merupakan model yang berfungsi sebagai instrument untuk mendefinisikan dan mengevaluasi tahapan proses konvergensi yang terjadi dalam suatu ruang berita, dan bukan untuk menilai keberhasilan suatu ruang berita (Dailey, 2005).

Gambar 2. Model Kontinum Konvergensi


Sumber: Dailey, et.al (2005)

Dalam model ini, dijelaskan adanya lima tahap dalam proses konvergensi media. Pertama, cross-promotion berarti kerja sama di antara dua media untuk saling memberikan ruang untuk memperkenalkan konten media satu sama lain. Antara kedua media yang bekerja sama tersebut mereka menggunakan iklan, kata-kata, dan elemen visual dengan tujuan mempromosikan konten media partner, termasuk juga menampilkan logonya. Kedua, cloning, yaitu ketika konten media diperbanyak untuk dimuat di media lainnya. Artinya, satu media menampilkan konten berita dari ruang berita media lain apa adanya tanpa perubahan. Proses cloning ini umumnya dilakukan suatu media nasional untuk memuat berita-berita internasional melalui cloning dari agen berita internasional seperti Reuters, AP, atau Bloomsberg. Ketiga, coopetition yaitu tahap ketika entitas media yang terkonvergensi saling bekerja sama dan berkompetisi di saat yang bersamaan. Dalam hal ini terkandung adanya pertukaran 8

pengetahuan antara kedua media berbeda yang bekerja sama, saling bekerja sama dalam produksi berita dan kegiatan promosional, tetapi produksi konten berita tetap dilakukan secara independen di ruang berita yang terpisah. Contoh koopetisi dalam konvergensi media biasanya dilakukan oleh media-media yang berbeda newsroom tetapi masih berada dalam satu grup media yang sama. Keempat, tahap content sharing yang memungkinkan kedua media yang berlainan saling berbagi konten dalam bentuk pengemasan ulang (repackaged) atau bahkan termasuk berbagi budgeting. Konvergensi media dalam tahap ini sebagian besar dilakukan oleh media yang berada di bawah satu kepemilikan. Dalam tahap content sharing, diadakan rapat dan pertemuan rutin antara media yang bekerja sama untuk mengumpulkan tema dan isu yang akan diangkat dalam media masing-masing dan konten yang akan didistribusikan di media masing-masing. Terakhir, tahap full convergence, yaitu ketika media yang berbeda bekerja sama secara penuh, baik dalam hal pengumpulan, produksi, dan distribusi konten, dan bertujuan untuk memaksimalkan keunikan karakteristik masing-masing media untuk menyampaikan konten. Dalam tahap full convergence, media yang bekerja sama menghasilkan konten dan topik secara kolaboratif dengan memanfaatkan kekuaan platform media masing-masing. Tahap full convergence ini jarang ditemui penerapannya di berbagai grup media. Studi dan Penelitian terhadap Konvergensi di Tingkat Media Lokal Isu konvergensi media seringkali identik dengan konglomerasi kerajaan media dan terfokus pada pasar dalam skala besar. Tema-tema pembahasan konvergensi juga menitikberatkan tentang produksi konten hiburan dan pola distribusi terkonvergen yang berujung pada efisiensi biaya, optimalisasi profit, serta performa dalam kompetisi. Padahal, David Geffen, salah satu pendiri DreamWorks Studio, salah satu konglomerasi media, pernah berkomentar, Convergence may be the most expensive word in history (Landler & Fabricant, 2002:1). Pendapat Geffen tersebut dilatarbelakangi oleh fakta bahwa para konglomerat media juga menghabiskan biaya miliaran dolar untuk membangun konvergensi media, terutama demi pemenuhan kebutuhan infrastruktur yang terkonvergen (Landler & Fabricant, 2002 dalam Grant & Wilkinson, 2009). Realitas menunjukkan bahwa konvergensi media pada grup-grup media besar juga tidak selalu berujung pada kesuksesan. Pada tahun 2003, konvergensi

antara AOL (new media) dan Time Warner (old media) menemui kegagalan. Perusahaan telekomunikasi AT&T yang diakuisisi oleh Southwestern Bell Communications di tahun 2005 juga tidak membuahkan peningkatan profit yang positif (Straubhaar dan La Rose, 2006). De Mars (dalam Grant & Wilkinson, 2009) mengajukan bahwa dibandingkan konglomerasi media-media raksasa, news-based partnership oleh media-media dalam skala pasar yang lebih kecil juga tak kalah penting dalam membangun konvergensi. Kerjasama pemberitaan oleh media-media dalam skala kecil ini krusial terutama bagi kepentingan khalayak dalam hal konsumsi berita. Oleh karena itu, yang menjadi fokus dalah bagaimana media-media dalam skala pasar kecil, seperti media lokal berupaya turut membangun konvergensi, terutama dalam hal jurnalisme. Hasil studi yang dilakukan De Mars (dalam Grant & Wilkinson, 2009) terhadap media-media lokal di Texas dan di Quincy, Illinois, menunjukkan bahwa media lokal telah memulai mengadopsi konvergensi media di tingkat kerja sama pemberitaan. Proses konvergensi media yang terjadi juga sesuai dengan lima kontinum konvergensi Dailey (2005) meskipun realitas menunjukkan tahap-tahap tersebut tidak harus berurutan dan dapat berlangsung secara bersamaan. Studi De Mars membuktikan bahwa konvergensi berdampak positif bagi keberadaan media-media lokal di Amerika. Indikasi positif tersebut antara lain, semakin beragamnya konten informasi karena meluasnya cakupan wilayah liputan, efisiensi biaya, dan pelayanan publik lebih baik. Meskipun demikian terdapat beberapa kesulitan dalam penerapan konvergensi, yaitu tantangan infrastruktur teknologi, kemampuan multitasking personel berita, dan menjembatani perbedaan kultur produksi berita media cetak dan siar. Konvergensi Media di Indonesia Penerapan konvergensi media di Indonesia berjalan seiring dengan pertumbuhan pengguna internet dan ditandai dengan munculnya situs-situs media cetak. Pelopornya adalah Harian Republika (www.republika.co.id) dan Harian Kompas (www.kompas.com) yang pada tahun 1995 merilis website. Namun, website tersebut hanya berfungsi sebagai ekstensi publikasi berita karena kontennya adalah digitalisasi format teks dari versi cetaknya atau menempatkan ulang produk yang sama dari versi cetak ke versi web (Priyambodo, 2009). Pada tahap selanjutnya, konvergensi media di Indonesia bergerak dari aspek layanan menuju pergeseran struktur industri dengan munculnya tren penggabungan perusahaan media.

10

Perusahaan media massa di Indonesia berkembang menjadi perusahaan multimedia sebagai hasil dari merger, akuisisi, bahkan kerja sama dnegan pihak asing (Priyambodo, 2009). Maka sejak tahun 2000-an hingga sekarang, peta industri media di Indonesia dikuasai oleh beberapa grup media besar (Arismunandar, 2007), contohnya Grup MNC (RCTI, Global TV, Koran Sindo, Radio Trijaya), Grup Bakrie (VivaNews, TV One, ANTV), Grup Media Indonesia (Harian Media Indonesia dan Metro TV), Grup TransCorp (Trans TV, Trans 7, dan Detik.com), dan Grup Kompas Gramedia (Harian Kompas, Tribun, Warta Kota, Kompas.com, Kompas TV). Jika dipandang dari perspektif ekonomi, konvergensi media yang berkembang di Indonesia merupakan sebuah strategi ekonomi, di mana perusahaan-perusahaan komunikasi mencari keuntungan finansial, dengan mengupayakan agar berbagai media yang mereka miliki bisa bekerja bersama. Dalam pandangan Dwyer (2010), strategi bisnis berbasis konvergensi media seperti yang terjadi di Indonesia ini berhaluan neoliberalisme karena tiga karakteristik yaitu konsentrasi pasar, digitalisasi, dan dergulasi pemerintah. Konvergensi media di Indonesia berdampak pada konsentrasi perusahaan, di mana jumlah perusahaan besar semakin sedikit, tetapi tiap perusahaan itu justru memiliki semakin banyak properti media. Kedua, digitalisasi (digitalization), di mana konten media diproduksi dalam bahasa komputer yang universal, sehingga dengan demikian mudah diadaptasikan untuk digunakan di media apapun. Ketiga, deregulasi pemerintah, yang semakin memberi kelonggaran pada konglomerasi media untuk memiliki berbagai jenis media (stasiun TV, radio, dan surat kabar) di pasar yang sama. Media Lokal Indonesia di Tengah Arus Konvergensi Media Pasar media di Indonesia sendiri menunjukkan bahwa konvergensi media masih dimiliki oleh para media mogul dengan kerajaan medianya. Jika di ranah global terdapat beberapa kegagalan media-media raksasa dalam melakukan konvergensi, sejarah media di Indonesia cenderung memperlihatkan dampak positif konvergensi kepemilikan bagi para konglomerat media (Priyambodo, 2009). Meskipun demikian, kompetisi yang semakin intensif dan dinamika perubahan teknologi mau tak mau turut menyeret media lokal turut dalam arus konvergensi. Oleh karena itu, agar tetap bertahan, media-media lokal dengan skala pasar yang lebih kecil ini haruslah melihat konvergensi media sebagai sebuah tantangan dan menghadapinya dengan memaksimalkan berbagai peluang yang ada, terutama dengan menggarap pasar lokal. Dengan pasar yang spesifik, media lokal dapat mengoptimalkan fungsi proksimitas untuk merebut pasar lokal.

11

Media lokal juga perlu memperhatikan tantangan dalam menerapkan konvergensi, baik berupa tantangan internal maupun eksternal. Tantangan internal antara lain berkutat pada kemampuan multi-tasking para jurnalis dan tentu saja kesiapan infrastruktur. Merujuk pada hasil penelitian Meilitasari (2009), penerapan konvergensi di Indonesia belum dilakukan secara menyeluruh, terutama dalam aspek pengumpulan berita karena kemampuan jurnalis yang belum terkonvergensi maupun karena manajemen redaksional yang belum memadai. Walaupun seorang jurnalis bekerja pada media besar yang memproduksi informasi untuk berbagai macam media, pada kenyataannya ia hanya fokus bekerja pada satu jenis media saja, dan belum memiliki kemampuan multitasking untuk berbagai macam media. Di sisi lain, kesiapan infrastruktur juga dapat menjadi halangan bagi media lokal untuk menerapkan konvergensi media. Sebagai media dalam skala pasar kecil, membangun infrstaruktur multiplatform sendiri tentu tidak menjadi prioritas karena mahalnya biaya. Oleh karena itu, ada baiknya media lokal mempriorotaskan pada konvergensi di segi produksi berita atau news-based partnership seperti yang dilakukan oleh media-media lokal di Amerika dalam Quincy and Texas Study (De Mars, 2009). Penerapan konvergensi media melalui kerjasama pemberitaan lebih menekankan pada aspek produksi dan distribusi konten berita.

12

ANALISIS KONVERGENSI MEDIA DALAM KORAN TRIBUN

Dari hasil studi literatur dan wawancara yang telah dilakukan penulis, ditemukan beberapa temuan utama yang menjadi tema pembahasan dan analisis mengenai konvergensi media yang dilakukan oleh harian Tribun ini sebagai salah satu strategi media lokal dalam menghadapi tantangan perubahan. Beberapa tema pembahasan utama yang akan dielaborasikan lebih lanjut tersebut antara lain: (1) Bentuk strategi konvergensi media yang diterapkan oleh harian Tribun, (2) Dampak positif konvergensi media bagi pasar koran-koran lokal Tribun. Strategi Konvergensi Media Lokal Tribun Jika merujuk pada model kontinum konvergensi media (Dailey, 2005), maka dapat dipahami bahwa konvergensi yang terjadi dalam media-media lokal Tribun adalah konvergensi dalam tingkatan content sharing yaitu ketika telah manajemen redaksional media tersebut telah bersatu seperti yang terjadi pada jaringan Tribun lokal yang berada di bawah manajemen secara nasional. Content sharing dilakukan oleh jaringan koran Tribun dengan berbagai koran lokalnya yang memiliki halaman bersama yang sifatnya nasional, serta setiap koran Tribun di pasar lokal yang juga turut memiliki portal Tribun online. Selain itu, manajemen newsroom yang di dalam Tribun yang terkonvergensi antara surat kabar dan situs berita menunjukkan adanya satu muara dalam hal produksi dan penentuan isu yang akan diangkat di kedua media tersebut. Konvergensi media yang dilakukan berlandaskan pada pengumpulan informasi dan distribusi informasi secara efisien. Meskipun setiap koran lokal memiliki newsroom yang berbeda, berita yang diperoleh oleh koran Tribun di dearah tertentu dapat dimuat ulang (repackaged) dan disesuaikan untuk dimuat di koran Tribun di daerah yang lain, serta dikemas dalam format digital di Tribun Online. Selain itu, menurut Dailey (2005), kerja sama content sharing juga memungkinkan jaringan koran yang bekerja sama, dalam hal ini Tribun lokal dan Tribun Online, untuk melakukan kerja sama pembiayaan sehingga menghasilkan efisiensi produksi dan optimalisasi produk karena konten beritanya semakin beragam dan sesuai kebutuhan pasar, terutama konsumen lokal.

13

Dilihat dari segi manajemen, konvergensi yang diterapkan dalam kmedia lokal Tribun merupakan strategi 3M yang terdiri dari multimedia, multichannel, dan multiplatform (Herman Darmo, 2011).
Multimedia itu artinya pesan dibentuk atau dikemas dalam bentuk apa. Apakah tulisan, gambar, suara, atau video. Kalo Mutichannel itu artinya mendistribusikan berbagai pesan yang dimuat dalam bentuk berbeda itu ke berbagai saluran yang berbeda, bisa lewat Google, Yahoo!, koran Tribun, Tribunnews.com, dll. Nah kalo multiplatform itu tentang alat atau device apa yang dipake untuk mengkonsumsi konten tadi, misalnya lewat mobile, Blackberry, iPad, Galaxy Tab, atau apapun. (Herman Darmo)

Pertama, strategi multimedia terkait dengan pengemasan suatu berita dalam berbagai format media. Upaya yang dilakukan antara lain dengan cara memperluas media dengan menyiarkan konten berita ke dalam media lain, yaitu media cetak (surat kabar Tribun) dan media online atau Tribunnews.com. Kedua, strategi multichannel, artinya berkolaborasi dengan berbagai penyedia jasa layanan media untuk memperluas saluran persebaran atau distribusi berita-berita yang terdapat dalam berbagai media tadi. Strategi ,ultichannel yang dilakukan Tribun antara lain bekerja sama dengan Google dan Yahoo! Untuk menampilkan berita di halaman utama. Ketiga, strategi multiplatform mengandung kolaboras atau kerja sama dengan penyedia perangkat teknologi komunikasi, seperti yang dilakukan Tribun dengan cara menjalin kerja sama dengan pihak pencipta prangkat seperti iPad atau Galaxy untuk meluncurkan aplikasi iPad for Tribun, atau Galaxy Tribun Reader, dll yang bertujuan untuk memudahkan konsumen yang memiliki mobilitas tinggi. Dari segi operasional, Tribun juga menerapkan strategi manajemen newsroom yang terkonvergensi. Hal ini terlihat dari adanya penyatuan antara newsroom media surat kabar Tribun dan Tribunnews.com. Strategi manajemen konvergensi newsroom ini oada dasarnya menekankan pada prinsip efisiensi tenaga untuk optimalisasi jangkauan audiens (Dailey, 2005). Hal ini sejalan dengan apa yang dilakukan Tribun dalam newsroom nya dengan adanya efisiensi pekerja dari segi jumlah, tetapi jusrtu meningkatkan jangkauan pembaca karena ekstensifikasi media yang digunakan. Tidak hanya newsroom antara Tribun yang memproduksi konten halaman bersama nasional dengan tribunnews.com, tetapi juga seluruh newsroom media-media lokal di bawah jaringan Tribun yang bersatu dengan newsroom situs online-nya dan berkoordinasi dengan newsroom di tingkat pusat yang memproduksi konten nasional.

14

Dampak Positif Konvergensi Media bagi Pasar Lokal Konvergensi media yang ada dalam jaringan media lokal Tribun menunjukkan bahwa konvergensi media merupakan bentuk strategi media dalam menghadapi tantangan perubahan. Konvergensi ini awalnya dimulai oleh Banjarmasin Post yang merekrut wartawan multitasking, dan ternyata membawa dampak efisiensi biaya produksi sehingga strategi ini diadopsi dan diterapkan bagi seluruh media-media lokal Tribun. Motivasi yang mendasari koran Tribun melakukan strategi konvergensi karena didorong oleh adanya perubahan teknologi yang mengarah kepada media online dan sebagai solusi atas permasalahan aktualitas dan distribusi konten surat kabar ke daerah. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Grant dan Wilkinson (2009) yang memandang bahwa konvergensi merupakan salah satu reaksi atas tantangan perubahan teknologi media. Melalui media online, berita dapat tersampaikan lebih cepat dan secara real-time dengan bentuk yang singkat dan tampilan yang lebih populer sehingga membuat audiens tertarik membaca. Media online juga dapat berfungsi untuk memotong jalur distribusi agar lebih mudah, murah, dan cepat sampai ke tangan pembaca. Dengan demikian, koran Tribun dapat mencapai lebih banyak lagi jumlah audiens dan target pasar yang hendak disasar. Penggunaan media online dalam muatan koran Tribun tidak serta merta menjadikan eksistensi surat kabar Tribun menjadi terkikis, karena fungsi yang diterapkan antara kolaborasi multimedia tersebut bersifat saling melengkapi. Kondisi tersebut dapat disimak dari pernyataan Herman Darmo berikut,
Konvergensi tidak menghilangkan eksistensi media cetak yang telah ada, tapi jadi saling mendukung. Misalnya, di Tribun, di setiap berita kami tulis untuk berita terbaru ikuti media online. Di online, kami juga kasih tau, untuk laporan selengkapnya dan mendalam baca koran kami (Herman Darmo).

Dengan demikian, pada dasarnya, konvergensi yang dilakukan koran Tribun ini juga relevan dengan hasil studi De Mars (2009) dalam Texas and Quincy Study, konvergensi media-media lokal yang tergabung dalam jaringan Tribun juga cenderung kepada news-based partnership atau kerja sama pemberitaan. Bentuk kerja samanya dapat berupa tactical convergence atau pertukaran informasi dan promosi antar media yang bekerja sama, news-gathering information atau pengumpulan konten berita dari satu jurnalis untuk berbagai macam

15

media, serta storytelling convergence ata penyajian berita yang dikemas dalam berbagai macam media (Quinn, 2004). Contohnya dapat ditemui di Tribun yang segala proses konvergensinya menekankan pada kerja sama dan kolaborasi. Misalnya kerja sama pertukaran informasi dan promosi antar media yang dilakukan dengan media-media lain seperti Kompas, Sonora, atau Kompas.com, kerja sama pengumpulan berita seperti yang dilakukan jurnalis Tribun lokal untuk meliput berita di daerah dan disiarkan di koran daerah lain jika potensial menjadi isu nasional, serta storytelling convergence yang saling melengkapi seperti yang dilakukan harian Tribun dan Tribunnews.com di atas. Keuntungan dari penerapan model bisnis media yang terkonvergensi ini ialah

memungkinkan perusahaan media lokal untuk mengurangi biaya tenaga kerja, administratif, dan material. Sementara di sisi lain, perusahaan media yang berbeda dapat saling menggunakan konten media dengan melintasi berbagai saluran keluar (outlet) media. Selain itu, dari segi promosional, konvergensi juga memiliki implikasi positif bagi pendapatan iklan dengan menawarkan kepada para pengiklan untuk menayangkan iklan di sejumlah platform media yang berlainan (Quinn, 2004). Keuntungan inilah yang juga dinikmati manajemen harian Tribun pasca menerapkan strategi konvergensi di antara media-media lokalnya. Dengan kebijakan konvergensi, manajemen Tribun menawarkan adanya sistem iklan paket yang memungkinkan pengiklan memasang iklan tidak hanya di media lokal yang beredar di daerah tertentu saja, tetapi juga mengiklankan produknya di halaman bersama yang kontennya seragam dan beredar secara nasional. Selain paket antar media cetak lokal, Tribun juga menerapkan paket beriklan antar platform media yang berbeda. Misalnya seorang pengiklan dapat membayar harga paket untuk mnampilkan iklannya baik di surat kabar Tribun maupun Tribunnews.com. Sistem iklan yang terkonvergensi ini juga turut ditambah dengan pengenalan merek (brand recognition) dan loyalitas merek (brand loyalty) di kalangan audiens lewat promosi-silang (cross-promotion) dan penjualan-silang (cross-selling). Pada saat yang sama, mereka secara signifikan meninggikan tembok penghalang bagi para pelaku bisnis baru yang mencoba masuk ke pasar media, dan dengan demikian membatasi kompetisi terhadap perusahaanperusahaan yang sudah berkonvergensi. Hal ini juga menjadi salah satu strategi Tribun menghadapi persaingan, seperti apa yang dikutip dari Herman Darmo berikut.

16

..Ini bentuk strategi untuk menghadapi persaingan juga. Pesaing kami kesulitan mencari pengiklan karena hanya menyediakan satu media saja, dan itupun media lokal. Pesaingpesaing kita gak mau itu konvergensi dan membagi keuntungan dengan media lain, walaupun itu ada dalam satu grup (Herman Darmo).

Berbagai strategi konvergensi yang diterapkan tersebut pada akhirnya membawa dampak positif berupa tumbuhnya pasar bagi media-media lokal yang berada di bawah jaringan Tribun. Salah satu indikator tumbuhnya pasar media lokal secara positif ialah adanya kenaikan readership bagi koran-koran lokal Tribun yang terbilang usianya masih baru, yaitu Tribun Medan, Tribun Pekanbaru, Tribun Jogja, Tribun Jabar, dan bahkan menjadi pemimpin dengan oplah tertinggi bagi pasar koran lokal di masing-masing daerah (Nielsen Report for Tribun, 2011). Untuk daerah tertentu di mana Tribun menjadi pemain lama seperti Banjarmasin, Palangkaraya, Balikpapan, dan Aceh, tingkat readership dan sirkulasi oplah bagi koran Tribun cenderung stabil dari tahun ke tahun di saat koran-koran lokal pesaing banyak mengalami penurunan (Nielsen Report for Tribun, 2011). Pertumbuhan dan stabiliasasi pasar lokal bagi koran-koran daerah milik Tribun ini menjadi salah satu bukti kuat bahwa konvergensi media tidaklah menjadi sebuah halangan yang mematikan media lokal, tetapi justru dapat menjadi strategi manajemen media yang mampu menciptakan tumbuhnya potensi pasar lokal melalui efisiensi biaya produksi dan optimalisasi jangkauan pasar.

17

KESIMPULAN

Dari hasil paparan dan analisis yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, dapat dirumuskan suatu pemahaman bahwa berbicara tentang konvergensi media yang berakar dari revolusi teknologi digital, haruslah melingkupi banyak aspek, mulai dari sisi organisasi, penyediaan infrastruktur, kesiapan sumberdaya manusianya, struktur industri, regulasi, dan manajemen. Dari segi industri dan pasar media massa secara umum, konvergensi media bermuara pada kerja sama dan kolaborasi untuk memaksimalkan fungsi media tersebut. Sebagai salah satu media cetak yang bergerak di skala pasar lebih kecil, harian Tribun turut menanggapi adanya perubahan teknologi dan pergerseran struktur industri tersebut dengan berupaya mempertahankan, bahkan meningkatkan pasar lokal bagi media-media di daerah. Untuk itulah, Tribun menerapkan strategi konvergensi media yang berbasis pada kolaborasi multimedia, multichannel, dan multiplatform, serta konvergensi dalam tataran operasional berupa manajemen newsroom yang konvergen serta pengembangan bisnis yang terpadu. Strategi konvergensi media yang diterapkan Tribun tersebut membawa beberapa dampak positif, antara lain: (1) efisiensi biaya di setiap lini produksi, baik di media cetak maupun media online dan di setiap daerah, (2) jangkauan pasar yang lebih luas karena pilihan konsumen media yang semakin banyak dan danya fungsi saling melengkapi antara media cetak dan media online, (3) pendapatan meningkat seiring dengan konsep bisnis dan pemasaran iklan yang juga terpadu, (4) unggul dalam persaingan di daerah karena mediamedia pesaing kalah dalam pengembangan konten dan pendapatan iklan, serta yang terakhir adalah muaranya, yaitu (5) pertumbuhan pasar media-media lokal dan juga stabilisasi pasar bagi media-media yang sudah mapan.

18

DAFTAR REFERENSI
Buku Adiputra, W.M. (2010). Antara Kreativitas, Ketidakpastian, dan Kesempatan: Memahami Manajemen Media Baru, dalam Potret Manajemen Media di Indonesia. Yogyakarta: Total Media dan Program Studi Ilmu Komunikasi UII. Covell, A. (2000). Digital Convergence: How the Merging of Computers, Communications, and Multimedia is Transforming Our Lives. Rhode Island: Aegis Publishing Group Ltd. Dwyer, T. (2010). Media Convergence: Issues in Cultural and Media Studies. London: McGraw Hill & Open University Press Grant, A.E. & Wilkinson, J.S. (2009). Understanding Media Convergence: The State of the Field. New York: Oxford University Press. Meilitasari, K.D. (2009). Keterampilan yang Harus Dimiliki Jurnalis di Era Konvergensi Media. Skripsi S1 Reguler Ilmu Komunikasi, FISIP UI. Depok: Universitas Indonesia. Quinn, S. (2004). An Intersection of Ideals: Journalism, Profits, Technology, and Convergence, dalam Convergence: The International Journal of Research into New Media Technologies. London: SAGE Publication Inc. Straubhaar, J & La Rose, R. (2006). Media Now: Communications Media in the Information Age, Second Edition. Belmont, CA: Wadsworth. Internet Arismunandar, S. (2007). Perkembangan Terkini dalam Industri Media dan Hubungannya dengan Kurikulum Ilmu Komunikasi di Perguruan Tinggi dalam Scriptura Vol.1(1), Januari 2007. diunduh dari http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/iko/article/ viewFile/16674/16666 pada 4 November 2011 Pukul 19.24. Priyambodo RH. (2009). Tatkala Multimedia Massa Kian Dekat dengan Publiknya, diunduh dari http://cyberjournalism.files.wordpress.com/2008/08/wajah_cybermedia.pdf pada 4 November 2011, Pukul 19.38. Sumber Internal Darmo, Herman. (2012, 3 Januari). Strategi Konvergensi Media bagi Pasar Lokal Koran Tribun. (Aulia Dwi Nastiti, Interviewer). Nielsen Audience Measurement. (2011). Nielsen Report for Tribun. Tribun. (2012). Media Kit Tribun.

19

You might also like