You are on page 1of 76

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Permasalahan

Laporan keuangan setiap perusahaan harus disusun dan disajikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU). Di Indonesia PABU adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa kontrak konstruksi jangka panjang membutuhkan suatu standar untuk mengakui dan mengukur pendapatan, biaya, dan laba dalam satu periode akuntansi yang dituangkan dalam PSAK No. 34 mengenai Akuntansi Kontrak Konstruksi yang menggambarkan perlakuan akuntansi pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kontrak konstruksi. Oleh karena itu, persoalan utama dalam akuntansi kontrak konstruksi adalah alokasi pendapatan kontrak dan biaya kontrak pada periode pekerjaan dilaksanakan. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mengadakan penelitian, yang mempergunakan studi komparatif guna memperoleh gambaran pelaksanaan PSAK No. 34 di dalam perusahaan yang bergerak di bidang kontrak konstruksi. Pada perusahaan kontrak konstruksi dengan skala usaha kecil sampai menengah banyak ditemukan bahwa pemahaman perusahaan tersebut atas PSAK No. 34 telah cukup memadai tetapi belum dilaksanakan secara sempurna. Perusahaan dalam mengakui pendapatan dan biaya menggunakan metode persentase penyelesaian berdasarkan ukuran hasil, meskipun untuk proyek tertentu ada yang menggunakan metode kontrak selesai, sedangkan untuk menghitung besarnya persentase penyelesaian perusahaan

menggunakan taksiran fisik atau taksiran teknik. Metode yang digunakan perusahaan dalam pengakuan pendapatan dan biaya telah sesuai dengan SAK, demikian juga dengan laba yang diakui perusahaan yaitu menggunakan pendekatan pendapatan beban dan penyajian laporan labarugi perusahaan menggunakan konsep all-inclusive. Berdasarkan uraian di atas maka penting untuk memberikan informasi mengenai penerapan PSAK No. 34 secara jelas dan tepat, guna menyusun laporan keuangan perusahaan dan juga mengenai metode pengakuan dan pengukuran pendapatan dan biaya yang dipergunakan perusahaan. Bertitik pada hal tersebut diatas penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang alokasi pendapatan dan biaya kontrak dan bagaimana pengaruhnya terhadap perusahaan konstruksi yang akan dievaluasi dalam menyusun skripsi dengan judul ANALISIS PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BIAYA KONTRAK PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI DI PT SONSON JAYA UTAMA
2. Identifikasi Masalah

Adapun masalah yang telah diidentifikasikan pada penelitian ini adalah alokasi pendapatan kontrak dan biaya kontrak serta pengaruhnya terhadap laporan rugi laba di PT Sonson Jaya Utama. Perusahaan konstruksi berbeda dengan perusahaan manufaktur pada umumnya. Pada perusahaan konstruksi, pendapatan dapat dilaporkan sebelum penyelesaian jangka panjang suatu kontrak jasa. Biasanya hal ini terjadi ketika periode konstruksi relatif panjang, yaitu lebih dari satu periode akuntansi atau ada suatu kontrak yang sebenarnya kurang dari satu tahun tetapi pada saat pembuatan laporan keuangan kontrak tersebut belum selesai dikerjakan.

Agar laporan keuangan dapat disajikan secara wajar, terdapat dua pendekatan yang biasa digunakan dalam pengakuan pendapatan pada perusahaan konstruksi, yaitu metode persentase penyelesaian dengan pendekatan fisik dan biaya dan metode kontrak selesai.

3. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1.3.1 Pembatasan Masalah Adapun pembatasan masalah pada skripsi ini antara lain: 1. Analisis pengakuan pendapatan dan biaya kontrak di PT Sonson Jaya Utama. 2. Analisis kelebihan dan kekurangan dari metode pengakuan pendapatan yang berjalan. 1.3.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas antara lain:
1. Bagaimana pengakuan pendapatan dan biaya kontrak yang dilakukan di PT Sonson Jaya Utama? 2. Apakah kelebihan dan kekurangan dari metode pengakuan pendapatan yang berjalan?

4. Tujuan Dan Manfaat Panelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk meneliti dan menganalisa apakah:

1. Terdapat perbedaan pencatatan antara metode persentase penyelesaian dengan metode kontrak selesai terhadap laporan laba rugi PT Sonson Jaya Utama. 2. Sejauh mana pengaruh perbedaan antara metode persentase penyelesaian dengan metode kontrak selesai terhadap laba yang diperoleh PT Sonson Jaya Utama.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:


1. Menambah pengetahuan peneliti mengenai perkembangan perusahaan konstruksi dan proses pencatatan akuntansi pada perusahaan konstruksi. 2. Bagi para pembaca, dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

5. Metodologi Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunkan beberapa metode, antara lain:
1. Metode Interview

Metode interview adalah metode yang dilakukan dengan mewawancarai secara lisan seseorang yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

Dalam hal ini penulis melakukan penelitian dengan cara mewawancarai setiap bagian yang berkaitan dengan tujuan penelitian, yaitu: bagian akuntansi dan bagian proyek.
2. Metode Observasi

Metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang diteliti. Pengamatan dilakukan dengan cara penelitian langsung dengan melihat kegiatan operasional serta mengadakan survey langsung ke perusahaan.
3. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah pengambilan data yang diambil dari sumber tertulis yang bersangkutan dengan penelitian yang dilakukan. Untuk menunjang data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan, maka diperlukan penelitian kepustakaan dengan membaca buku-buku serta artikel yang berhubungan dengan judul penelitian.

6. Sistematika Pembahasan

Penyusunan skripsi ini dibagi menjadi lima Bab, yang terdiri dari Sub Bab dimana setiap bab tersebut akan saling berhubungan erat satu dengan yang lainnya. Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai isi skripsi ini, maka diuraikan secara singkat urutan Bab tersebut sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian serta sistematika pembahasan berupa penjelasan singkat mengenai bab-bab yang akan dibahas dalam penelitian ini. BAB II: LANDASAN TEORITIS Bab ini meliputi kerangka teoritis mengenai masalah yang akan diteliti, model penelitian dan perumusan hipotesis. BAB III: GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN Dalam bab ini dibahas mengenai gambaran umum objek yang diteliti, sejarah singkat dan perkembangan PT Sonson Jaya Utama, Kondisi Kegiatan usaha perusahaan (bisnis perusahaan), serta struktur organisasi. BAB IV: ANALISA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang hasil penelitian di PT Sonson Jaya Utama, analisis pengakuan pendapatan kontrak dan biaya kontrak jasa konstruksi. BAB V: PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini dan saransaran untuk memberikan informasi mengenai penerapan PSAK No. 34 secara jelas dan tepat guna menyusun laporan keuangan perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORITIS


1. Tinjauan Pustaka 1. Latar Belakang Akuntansi Kontrak Konstruksi

Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai suatu pekerjaan, tetapi pada kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda. Menurut I Made Narsa (1999:84-102) kontrak jangka panjang acapkali memakan waktu penyelesaian melebihi satu periode akuntansi. Di

samping itu, ada suatu kontrak yang sebenarnya kurang dari satu tahun tetapi pada saat pembuatan laporan keuangan kontrak tersebut belum selesai dikerjakan. Supaya prestasi dari proyek tersebut tercermin dalam laporan keuangan, maka harus dilakukan alokasi atas total pendapatan yang diharapkan dari proyek itu keperiode-periode sepanjang usia proyek. Untuk tujuan pengalokasian inilah akhirnya timbul metode persentase penyelesaian dengan dua pendekatan fisik dan pendekatan biaya. Berdasarkan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) tahun 2007 No. 34, kontrak konstruksi (construction contract) didefinisikan sebagai berikut Suatu kontrak yang secara khusus dinegosiasikan untuk konstruksi aktiva atau sekelompok aktiva yang saling terkait atau yang saling tergantung secara erat satu sama lain dalam hal desain, teknologi, dan fungsi atau dalam hal tujuan atau penggunaan utama. Kontrak konstruksi termasuk pula kontrak untuk konstruksi atau restorasi aktiva dan restorasi lingkungan. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Penyataan No 08 tahun 2005 dijelaskan sebagai berikut: Kontrak konstruksi adalah perikatan yang dilakukan secara khusus untuk konstruksi suatu asset atau suatu kombinasi yang berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan atau penggunaan utama.

Menurut Skousen dan Stice-Stice (2007:586), hampir semua jenis kontrak konstruksi jangka panjang sebaiknya dilaporkan menggunakan metode persentase penyelesaiaan. Namun, pedoman yang sekarang berlaku tidak mengatur secara spesifik kapan suatu perusahaan harus menggunakan metode persentase penyelesaiaan.

Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2002) ada dua metode akuntansi yang sangat berbeda untuk kontrak konstruksi jangka panjang yang diakui oleh profesi akuntansi, yaitu:
1. Metode persentase penyelesaian yaitu pendapatan dan laba kotor diakui setiap periode berdasarkan kemajuan proses konstruksi yaitu persentase penyelesaian. Biaya konstruksi ditambah laba kotor yang dihasilkan sampai hari ini diakumulasi dalam sebuah akun persediaan (Konstruksi dalam Proses), dan termin diakumulasi dalam akun kontra persediaan (Tagihan atas Konstruksi dalam Proses). 2. Metode kontrak selesai yaitu pendapatan dan laba kotor hanya diakui pada saat kontrak diselesaikan. Biaya konstruksi diakumulasi dalam suatu akun persediaan (Konstruksi dalam Proses), dan termin diakumulasi dalam akun kontra persediaan (Tagihan atas Konstruksi dalam Proses). 2. Karakteristik Akuntansi Kontrak Konstruksi

Perusahaan kontraktor memiliki banyak segi perbedaan dengan perusahaan manufaktur pada umumnya. Perusahaan kontraktor mulai melakukan aktivitasnya jika telah menerima tender berupa kontrak konstruksi dari pihak lain. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 34 tahun 2007 kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang dinegosiasikan secara khusus untuk konstruksi suatu asset atau kombinasi asset yang berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan atau penggunaan pokok. Dalam beberapa situasi tertentu, pendapatan dapat dilaporkan sebelum penyelesaian jangka panjang suatu kontrak jasa. Biasanya hal ini terjadi ketika periode konstruksi dari aktiva yang dijual atau periode pelaksanaan jasa relatif panjang, yaitu lebih dari satu periode akuntansi atau

ada suatu kontrak yang sebenarnya kurang dari satu tahun tetapi pada saat pembuatan laporan keuangan kontrak tersebut belum selesai dikerjakan. Dalam kasus-kasus ini, jika suatu perusahaan menunggu sampai periode produksi atau jasa selesai untuk mengakui pendapatan, laporan laba rugi mungkin tidak akan melaporkan dengan berarti pencapaian periodik dari perusahaan

3. Komponen Akuntansi Kontrak Konstruksi

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 34 tahun 2007 menjelaskan persyaratan pernyataan ini biasanya diterapkan secara terpisah pada setiap kontrak konstruksi. Namun dalam keadaan tertentu, adalah perlu untuk menerapkan pernyataan ini pada komponen suatu kontrak tunggal yang dapat diidentifikasi secara terpisah atau pada suatu kelompok kontrak secara bersama agar mencerminkan hakikat suatu kontrak atau kelompok kontrak. Bila suatu kontrak mencakup sejumlah asset diperlukan sebagai suatu kontrak konstruksi yang terpisah jika:
1. Proposal terpisah telah diajukan untuk setiap asset. 2. Setiap asset telah dinegosiasikan secara terpisah dan kontraktor serta pemberi kerja dapat menerima atau menolak bagian kontrak yang berhubungan dengan masingmasing asset tersebut. 3. Biaya dan pendapatan masing-masing asset dapat diidentifikasi.

Suatu kelompok kontrak, dengan satu pemberi kerja atau beberapa pemberi kerja, harus diperlakukan sebagai satu kontrak konstruksi jika:

1. Kelompok kontrak tersebut dinegosiasikan sebagai satu paket. 2. Kontrak tersebut berhubungan erat sekali, sebetulnya kontrak tersebut merupakan bagian dari satu proyek tunggal dengan suatu margin laba. 3. Kontrak tersebut dilaksanakan secara serentak atau secara berkesinambungan.

Dalam kontrak konstruksi ada dua komponen utama yaitu pendapatan kontrak dan biaya kontrak. Adapun penjelasan dari komponen tersebut adalah:
1. Pendapatan Kontrak

Dalam perusahaan konstruksi pendapatan kontrak terdiri atas:


1. Nilai pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak. 2. Penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim, dan pembayaran insentif, sepanjang hal ini memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan dan dapat diukur secara andal.

Pendapatan kontrak diukur pada nilai wajar dari imbalan yang diterima atau yang akan diterima. Pengukuran pendapatan kontrak dipengaruhi oleh bermacam-macam ketidakpastian yang bergantung pada hasil peristiwa dimasa depan. Estimasinya sering kali harus direvisi sesuai dengan realisasi dan hilangnya ketidakpastian. Oleh karena itu jumlah pendapatan kontrak dapat meningkat atau menurun dari suatu periode ke periode berikutnya. Contohnya:
1. Suatu kontrak dari suatu pemberi kerja mungkin menyetujui penyimpangan atau klaim yang meningkatkan atau menurunkan pendapatan kontrak pada periode setelah dimana kontrak pertama kali disetujui. 2. Nilai pendapatan yang disetujui dalam kontrak dalam nilai tetap dapat meningkat karena ketentuan-ketentuan kenaikan biaya.

3. Nilai pendapatan kontrak dapat menurun karena denda yang timbul akibat keterlambatan kontraktor dalam penyelesaian kontrak tersebut. 4. Bila dalam kontrak harga tetap terdapat harga per unit output, pendapatan kontrak meningkat bila jumlah unit meningkat.

Pembayaran insentif adalah jumlah tambahan yang dibayarkan kepada kontraktor apabila standar-standar pelaksanaan yang telah dispesifikasikan telah terpenuhi atau dilampaui. Umpamanya, suatu kontrak mungkin mengizinkan suatu pembayaran tambahan kepada kontraktor untuk suatu penyelesaiaan yang lebih awal dari suatu kontrak. Pembayaran insentif dimasukkan dalam pendapatan kontrak jika:
1. Kontrak tersebut cukup aman sehingga besar kemungkinan pemberi kerja memenuhi tuntutan klaim. 2. Jumlah klaim yang kemungkinan besar dapat disetujui pemberi kerja dapat diukur secara andal.

2. Biaya Kontrak Dalam perusahaan konstruksi, biaya suatu kontrak konstruksi terdiri atas:
1. Biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak tertentu. 2. Biaya yang dapat diatribusikan kepada aktivitas kontrak pada umumnya dan dapat dialokasikan ke kontrak tersebut. 3. Biaya lain yang secara khusus dapat ditagihkan ke pemberi kerja sesuai isi kontrak.

Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak meliputi, tetapi tidak terbatas pada:

1. Biaya pekerja langsung, termasuk penyelia. 2. Biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi. 3. Penyusutan sarana dan peralatan yang digunakan dalam kontrak tersebut. 4. Biaya pemindahan sarana, peralatan dan bahan-bahan dari dan ke lokasi pelaksanaan kontrak. 5. Biaya penyewaan sarana dan peralatan. 6. Biaya rancangan dan bahan teknis yang secara langsung berhubungan dengan kontrak tersebut. 7. Estimasi biaya pembetulan dan biaya-biaya lain yang mungkin timbul selama masa jaminan, dan 8. Klaim dari pihak ketiga.

Biaya-biaya ini dapat dikurangi dengan keuntungan yang bersifat insidental yaitu keuntungan yang tidak termasuk dalam pendapatan kontrak, misalnya keuntungan dari penjualan kelebihan bahan dan pelepasan sarana dan peralatan pada akhir kontrak. Biaya-biaya yang diatribusikan ke aktivitas kontrak pada umumnya dan dapat dialokasikan ke kontrak tertentu, meliputi:
1. Asuransi. 2. Biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan dengan kontrak tertentu, dan 3. Biaya-biaya overhead konstruksi.

Biaya semacam ini dialokasikan dengan menggunakan metode yang sistematis dan rasional dan diterapkan secara konsisten pada semua biaya yang memiliki karakteristik yang sama. Alokasi tersebut didasarkan pada tingkat normal aktivitas konstruksi. Overhead konstruksi meliputi biayabiaya seperti penyiapan dan pemrosesan gaji karyawan.

Biaya-biaya yang tidak dapat diatribusikan ke aktivitas kontrak atau tidak dapat dialokaskan ke suatu kontrak dikeluarkan dari biaya kontrak konstruksi. Biaya-biaya semacam ini meliputi:
1. Biaya administrasi umum yang penggantiannya tidak ditentukan dalam kontrak. 2. Biaya pemasaran umum. 3. Biaya riset dan pengembangan yang penggantiannya tidak ditentukan dalam kontrak, dan 4. Penyusutan sarana dan peralatan yang menganggur yang tidak digunakan pada kontrak tertentu.

Biaya kontrak meliputi biaya-biaya yang dapat diatribusikan kepada suatu kontrak untuk jangka waktu sejak tanggal kontrak itu diperoleh sampai dengan penyelesaiaan akhir kontrak tersebut. Akan tetapi, biayabiaya yang berhubungan langsung dengan suatu kontrak dan terjadi untuk memperoleh kontrak juga dimasukkan sebagai bagian dari biaya kontrak apabila biaya-biaya ini dapat diidentifikasi secara terpisah dan dapat diukur secara andal dan besar kemungkinan kontrak tersebut dapat diperoleh. Jika biaya-biaya yang terjadi untuk memperoleh kontrak diakui sebagai beban pada periode terjadinya, maka biaya-biaya tersebut tidak dimasukkan dalam biaya kontrak apabila kontrak tersebut dicapai pada periode berikutnya.

4. Pengakuan Pendapatan dan Biaya Kontrak

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 34 tahun 2007 paragraf 20, pendapatan dan biaya kontrak konstruksi dijelaskan sebagai berikut: Bila hasil (outcome) kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak

konstruksi harus diakui masing-masing sebagai pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaiaan aktivitas kontrak pada tanggal neraca (percentage of completion). Taksiran rugi (expected loss) pada kontrak konstruksi tersebut harus segera diakui sebagai beban. Dalam hal kontrak konstruksi harga tetap, hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal bila semua hal-hal berikut ini dapat terpenuhi:
1. Total pendapatan kontrak dapat diukur secara andal. 2. Besar kemungkinan manfaat keekomonian yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan tertagih dan mengalir ke perusahaan. 3. Baik biaya kontrak untuk menyelesaikan kontrak maupun tahap penyelesaian kontrak pada tanggal neraca dapat diukur secara andal, dan 4. Biaya kontrak yang dapat diatribusi ke kontrak dapat diidentifikasi dengan jelas sehingga biaya kontrak aktual dapat dibandingkan dengan estimasi sebelumnya.

Dalam kontrak biaya plus, hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal bila semua kondisi ini terpenuhi:
1. Besar kemungkinan manfaat keekomonian yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan tertagih dan mengalir ke perusahaan, dan 2. Biaya kontrak yang dapat diatribusi ke kontrak, apakah dapat ditagih atau tidak ke pemberi kerja, dapat diidentifikasikan dengan jelas dan diukur secara andal.

Pengakuan pendapatan dan beban dengan memerhatikan tahap penyelesaian suatu kontrak sering disebut sebagai metode persentase penyelesaian (percentage of completion). Menurut metode ini, pendapatan kontrak dihubungkan dengan biaya kontrak yang terjadi dalam mencapai tahap penyelesaian tersebut, sehingga pendapatan, beban dan laba yang dilaporkan dapat diatribusikan menurut penyelesaian pekerjaan secara proporsional. Metode ini memberikan informasi yang berguna mengenai luas aktivitas kontrak dan kinerja selama suatu periode.

Menurut metode persentase penyelesaian (percentage of completion), pendapatan kontrak diakui sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi dalam periode akuntansi dimana pekerjaan dilakukan. Biaya kontrak biasanya diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi dalam periode akuntansi dimana pekerjaan yang berhubungan dilakukan. Namun setiap ekspektasi selisih lebih total biaya kontrak terhadap total pendapatan kontrak segera diakui sebagai beban sesuai dengan pengakuan taksiran rugi (expected loss). Pada umumnya perusahaan dapat membuat estimasi yang andal sehubungan dengan hasil kontrak setelah perusahaan tersebut menyetujui kontrak yang mengatur hal-hal sebagai berikut:
1. Hak legal yang dapat dipaksakan pemberlakuannya (enforceable rights) masingmasing pihak mengenai asset yang akan dibangun. 2. Imbalan yang harus dipertukarkan, dan 3. Cara dan Persyaratan penyelesaian (settlement).

Tahap penyelesaiaan suatu kontrak dapat ditentukan dalam berbagai cara. Perusahaan menggunakan metode yang megukur secara andal pekerjaan yang dilakukan. Bergantung pada sifat kontrak, metode tersebut antara lain:
1. Proporsi biaya kontrak untuk pekerjaan yang dilaksanakan sampai tanggal total biaya kontrak yang diestimasi. 2. Survey atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, dan 3. Penyelesaian suatu bagian secara fisik dari pekerjaan kontrak.

Pembayaran berkala dan uang muka yang diterima dari pemberi kerja sering kali tidak mencerminkan tahap penyelesaian.

5. Pengakuan Taksiran Rugi (Expected Loss)

Bila besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya kontrak akan melebihi total pendapatan kontrak, taksiran rugi (expected loss) harus segera diakui sebagai beban. Jumlah kerugian semacam itu ditentukan tanpa memperhatikan:
1. Apakah pekerjaan kontrak telah dilaksanakan atau belum. 2. Tahap penyelesain aktivitas kontrak, atau 3. Jumlah ekspektasi laba yang akan diperoleh pada kontrak lain yang tidak diperlukan sebagai satu proyek tunggal konstruksi.

6. Perubahan Estimasi

Metode persentase penyelesaian diterapkan secara kumulatif dalam periode akuntansi. Oleh karena itu, pengaruh perubahan dalam estimasi pendapatan kontrak dan biaya kontrak, dipertanggung jawabkan sebagai perubahan dalam estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK No. 25 tentang Laba dan Rugi Bersih untuk periode Berjalan, Kesalahan mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi digunakan sebagai dasar dalam penentuan jumlah pendapatan dan beban yang diakui dalam laporan laba rugi dalam periode dimana perubahan tersebut terjadi dan periode selanjutnya.

2.1.7. Pengungkapan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 34 tahun 2007 Perusahaan akan mengungkapkan:
1. Jumlah pendapatan kontrak yang diakui sebagai pendapatan dalam periode berjalan. 2. Metode yang digunakan untuk menentukan pendapatan kontrak yang diakui dalam periode berjalan. 3. Metode yang digunakan untuk menentukan tahap penyelesaian kontrak.

Perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut untuk pekerjaan dalam proses penyelesaian pada tanggal neraca:
1. Jumlah akumulasi biaya yang terjadi dan laba yang diakui (dikurangi kerugian yang diakui) sampai tanggal neraca. 2. Jumlah uang muka yang diterima, dan 3. Jumlah retensi.

Jumlah tagihan bruto kepada pemberi kerja untuk pekerjaan kontrak adalah selisih antara:
1. Biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui, dikurangi 2. Jumlah kerugian yang diakui dan termin (pregress billing)

Untuk semua pekerjaan dalam proses dimana biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui (dikurangi kerugian yang diakui) melebihi termin (progress billing). Jumlah utang bruto kepada pemberi kerja adalah selisih antara:
1. Biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui, dikurangi

2. Jumlah kerugian yang diakui dan termin (progress billing)

Untuk semua kontrak dimana termin (progress billing) melebihi biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui (dikurangi kerugian yang diakui). Perusahaan mengungkapkan setiap keuntungan dan kerugian kontinjen sesuai dengan PSAK No. 57 tentang Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi, dam Aset seperti biaya jaminan, klaim, denda dan kemungkinan kerugian lainnya.

2.2.1. Metode dalam Akuntansi Kontrak Konstruksi 2.2.1.1. Metode Persentase Penyelesaian Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 34 tahun 2007 paragraf 23 pendapatan dan beban dengan memerhatikan tahap penyelesaiaan suatu kontrak sering disebut sebagai metode persentase penyelesaiaan (persectage of completion). Menurut metode ini, pendapatan kontrak dihubungkan dengan biaya kontrak yang terjadi dalam mencapai tahap penyelesaian tersebut, sehingga pendapatan, beban dan laba yang dilaporkan dapat diatribusikan menurut penyelesaian pekerjaan secara proporsional. Metode ini memberikan informasi yang berguna mengenai luas aktivitas kontrak dan kinerja selam suatu periode. Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2002) metode persentase penyelesaian (percentage-of-completion method) adalah: Metode persentase penyelesaiaan mengakui pendapatan, biaya dan laba kotor sesuai dengan tercapainya kemajuan ke arah penyelesaiaan kontrak jangka panjang. Menunda pengakuan pos-pos ini sampai seluruh kontrak diselesaikan berarti salah menyajikan upaya (biaya) dan pencapaian (pendapatan) dalam periode akuntansi interim. Untuk menerapkan metode

persentase penyelesaian, kita harus mempunyai beberapa dasar atau standar untuk mengukur kemajuan ke arah penyelesaian pada tanggal interim tertentu.

Dasar pemikiran digunakannya akuntansi persentase penyelesaian adalah bahwa dalam kebanyakan kontrak ini pembeli dan penjual mendapatkan hak yang dapat dipaksakan pemberlakuannya (enforceable right). Pembeli memiliki hak legal untuk mensyaratkan kinerja tertentu atas kontrak, sementara penjual memiliki hak untuk meminta pembayaran sesuai dengan kemajuan proses yang menjadi bukti hak kepemilikan pembeli. Akibatnya terjadi penjualan yang terus-menerus selama pekerjaan berlangsung, dan pendapatan harus diakuai sesuai dengan penjual itu. Sedangkan menurut Skousen dan Stice-Stice (2007:585) memberikan pengertian sebagai berikut: Metode persentase penyelesaian adalah pendapatan dan biaya dari suatu kontrak saat kontrak tersebut sedang bergerak menuju penyelesaian dan bukannya menangguhkan pengakuan dari unsur-unsur ini sampai kontrak selesai.

Jumlah dari pendapatan yang akan diakui setiap periodenya didasarkan pada suatu pengukuran kemajuan menuju penyelesaian. Hal ini memerlukan estimasi biaya yang akan dikeluarkan. Perubahan dalam estimasi dari biaya masa depan biasanya timbul, dan penyesuaian yang diperlukan dibuat ditahun ketika estimasi tersebut direvisi. Dengan demikian, pendapatan dan biaya yang telah diakui pada suatu tahun dipengaruhi oleh pendapatan dan biaya yang telah diakui. Saat pekerjaan bergerak maju untuk kontrak tersebut, biaya actual yang terjadi dibebankan ke persediaan. Jumlah laba yang diperoleh setiap periodenya juga

dibebankan ke akun aktiva ini. Dengan demikian, akun persediaan dinilai pada nilai bersih yang dapat direalisasi: harga penjualan (atau kontrak) dikurangi dengan biaya untuk menyelesaikan kontrak dan di kurangi dengan laba yang belum diperoleh dari kontrak yang belum selesai. Profesi akuntan mewajibkan bahwa metode persentase penyelesaian harus digunakan apabila estimasi kemajuan kearah penyelesaian, pendapatan, serta biaya secara layak dapat dipercaya, dan semua syarat berikut ini terpenuhi:
1. Kontrak itu secara jelas menetapkan hak-hak yang dapat dipaksakan pemberlakuannya mengenai barang atau jasa yang akan diberikan dan diterima oleh pihak yang terlibat dalam kontrak, imbalan yang akan dipertukarkan, serta cara dan syarat penyelesaiannya. 2. Pembeli dapat diharapkan untuk memenuhi semua kewajiban dalam kontrak. 3. Kontraktor dapat diharapkan untuk melaksanakan kewajiban kontraktual tersebut.

Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Skousen dan Stice-Stice (2007:587) kondisi yang diperlukan untuk menggunakan akuntansi persentase penyelesaian adalah:
1. Estimasi yang dapat diandalkan dapat dibuat atas pendapatan kontrak, biaya kontrak, dan sejauh mana kemajuan kea rah penyelesaiaan. 2. Kontrak dengan jelas menyebutkan hak yang dapat dilaksanakan mengenai barang atau jasa yang akan disediakan dan diterima oleh kedua belah pihak, pertimbangan untuk menukar, dan sifat serta persyaratan penyelesaiaan. 3. Pembeli dapat diharapkan untuk memenuhi kewajiban dalam kontrak. 4. Kontraktor dapat diharapkan untuk melakukan kewajiban kontrak.

2.2.1.2. Mengukur Persentase Penyelesaian Menurut Skousen dan Stice-Stice (2007:587) ada beberapa metode yang digunakan dalam praktik pengukuran proses perolehan pendapatan. Metode-metode tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu:
1. Ukuran Input (Pendekatan Biaya)

Ukuran input dibuat dalam hubungannya dengan biaya atau usaha yang dugunakan untuk suatu kontrak. Ukuran ini didasarkan pada hubungan yang ditetapkan untuk suatu kontrak. Ukuran ini didasarakan pada hubungan yang ditetapkan atau yang diasumsikan antara satu unit input dengan produktivitas. Ukuran ini meliputi metode biaya ke biaya (cost-to-cost method) yang banyak digunakan dan beberapa variasi dari metode upaya yang dikeluarkan (efforts-expended method).

A. Metode biaya ke biaya (cost-to-cost method) Dalam metode ini, tingkat penyelesaian ditentukan dengan membandingkan antara biaya yang telah dikeluarkan dengan estimasi terakhir dari total biaya yang diperkirakan untuk menyelesaikan proyek tersebut. Persentase dari biaya yang terjadi terhadap total biaya yang diperkirakan dikalikan dengan harga kontrak untuk menentukan pendapatan yang akan diakui sampai tanggal tersebut dan sekaligus juga laba bersih yang diperkirakan dari proyek tersebut guna memperoleh laba sampai tanggal itu. Sebagian dari biaya yang terjadi, terutama di tahap-tahap awal kontrak, sebaiknya diabaikan dalam menetapkan metode ini karena biaya-biaya tersebut tidak berhubungan secara langsung dengan upaya yang dikeluarkan untuk kontrak tersebut.

B. Metode Upaya yang Dikeluarkan (efforts-expended methods) Metode upaya yang dikeluarkan didasarkan pada bebrapa ukuran atas perkerjaan yang telah dilakukan. Ukuran-ukuran tersebut meliputi jam tenaga kerja, rupiah tenaga kerja, jam mesin, atau jumlah bahan baku. Dalam setiap kasus, tingkat penyelesaian diukur dengan cara yang serupa seperti metode biaya ke biaya, rasio dari usaha yang telah dilakukan sampai tanggal tersebut terhadap estimasi total usaha yang masih harus dilakukan untuk seluruh kontrak. Misalnya, jika ukuran dari pekerjaan yang dilakukan adalah jam tenaga kerja, maka rasio dari jam kerja sampai tanggal tersebut terhadap total estimasi jam akan menghasilkan persentase untuk digunakan dalam mengukur laba yang diperoleh.

2. Ukuran Output (Pendekatan Fisik)

Ukuran output dibuat dalam hal hasil yang dicapai. Termasuk dalam kategori ini adalah metode-metode yang didasarkan pada unit yang diproduksi, tahapan-tahapan kontrak yang dicapai dan nilai tambah. Misalnya, jika kontrak tersebut menggunakan unit output, seperti jumlah kilometer panjang jalan, maka ukuran penyelesaiannya adalah rasio dari jumlah kilometer yang diselesaikan terhadap total kilometer yang disebutkan dalam kontrak. Arsitek dan insinyur kadang kala diminta untuk mengevaluasi pekerjaan dan mengestimasikan berapa persentase penyelesaiaan dari suatu pekerjaan. Estimasi-estimasi ini pada kenyataannya adalah ukuran output dan biasanya didasarkan pada kemajuan fisik yang dibuat atas suatu kontrak.

Ukuran masukan atau input measures meliputi biaya yang terjadi dan jam kerja yang dibuat sesuai dengan upaya yang dicurahkan dalam suatu kontrak. Ukuran keluaran ouput measures meliputi jumlah ton yang diproduksi, jumlah lantai bangunan yang diselesaikan, jumlah mil jalan yang diselesaikan dibuat menurut hasilnya. Kedua ukuran ini tidak dapat diterapkan secara universal pada semua proyek jangka panjang melainkan penerapanya memerlukan penyesuaian yang hati-hati sesuai dengan kondisi dan penggunaan pertimbangan. Baik ukuran masukan maupun keluaran memiliki kelemahan tertentu. Ukuran masukan didasarkan atas hubungan yang sudah ditetapkan antara suatu unit masukan dan produktivitas. Jika inefisiensi menyebabkan hubungan produktivitas ini berubah, maka hasilnya adalah pengukuran yang tidak akurat. Masalah lain yang potensial, yang disebut front-end loading, akan menghasilakn estimasi penyelesaian yang lebih tinggi karena biayabiaya yang signifikan sudah terjadi terlebih dahulu. Beberapa biaya konstruksi tahap awal harus diabaikan jika tidak berkaitan dengan kinerja kontrak, misalnya, biaya bahan yang belum dipasang atau biaya subkontrak yang belum dilaksanakan. Ukuran keluaran (output) dapat mengasilkan ukuran yang tidak akurat jika unit-unit yang digunakan tidak dapat dibandingkan dari segi waktu, upaya, atau biaya untuk menyelesaikannya. Misalnya, penggunaan jumlah lantai bangunan yang sudah diselesaikan bisa menipu, penyelesaian lantai pertama pada bangunan berlantai delapan mungkin membutuhkan lebih dari seperdelapan dari total biaya karena adanya pembuatan substruktur dan fondasi.

3. Kajian Terhadap Pendekatan Fisik dan Pendekatan Biaya.

Menurut I Made Narsa (1999: 84-102) Kedua pendekatan tersebut diatas, apabila hasilnya ditunjukkan dengan angka-angka dalam sebuah ilustrasi, maka akan terlihat bahwa terdapat perbedaan yang sangat besar antara keduanya, baik mengenai besarnya pendapatan maupun besarnya beban yang diakui dalam periode berjalan. Berikut perhitungan pendapatan, biaya dan laba kotor yang diakui selama masa kontrak menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2002), sebagai berikut:
1. Formulasi tingkat persentase penyelesaian dihitung dengan dasar biaya terhadap biaya (cost-to-cost basis)

Biaya yang terjadi sampai tanggal ini = Persentase penyelesaian Esatimasi paling akhir total biaya selesai

Salah satu ukuran masukan popular yang digunakan untuk menentukan kemajuan kearah penyelesaian adalah dasar biaya terhadap biaya (cost-to-cost basis). Menurut dasar biaya terhadap biaya ini, persentase penyelesaian diukur dengan membandingkan biaya yang sudah terjadi sampai tanggal ini dengan estimasi total biaya paling akhir untuk menyelesaikan kontrak itu.
2. Formulasi pendapatan yang akan diakui sampai tanggal ini

Persentase penyelesaian x Estimasi total pendapatan (atau laba kotor) = Pendapatan (atau laba kotor)

Rasio persentase biaya yang terjadi terhadap estimasi total biaya diterapkan pada total pendapatan atau estimasi total laba kotor atas kontrak tersebut untuk mendapatkan jumlah pendapatan atau laba kotor yang akan dijumpai sampai tanggal ini.

3. Formulasi total pendapatan periode berjalan, dasar biaya terhadap biaya

Pendapatan (atau laba kotor) yang akan diakui sampai tanggal ini X Pendapatan (atau laba kotor) yang diakui dalam periode sebelumnya = Pendapatan (atau laba kotor periode berjalan)

Untuk mengetahui jumlah pendapatan dan laba kotor yang diakui setiap periode, harus mengurangkan total pendapatan atau laba kotor yang diakui dalam periode-periode sebelumnya. Ilustrasi Metode Persentase Penyelesaian Dasar Biaya Terhadp Biaya: Untuk mengilustrasikan metode persentase penyelesaaian, asumsikan bahwa Hardhat Construction Company memiliki kontrak yang dimulai pada bulan Juli 2001, untuk membangun sebuah jembatan senilan $ 4.500.000

yang diharapkan selesai pada bulan Oktober 2003, dengan estimasi biaya sebesar $ 4.000.000. Data berikut ini berkaitan dengan periode konstriksi tersebut (perhatikan bahwa pada akhir tahun 2002 estimasi total biaya meningkat dari $ 4.000.000 menjadi $ 4.050.000):

2001 2002 2003 Biaya sampai tanggal ini $ 1.000.000 $ 2.916.000 $ 4.500.000 Estimasi B. untuk menyelesaikan 3.000.000 1.134.000 Termin selama tahun berjalan 900.000 2.400.000 1.200.000 Kas yg tertagih selama th berjalan 750.000 1.750.000 2.000.000
Sumber: Kieso, Weygandt, Warfield edisi 3

Persentase selesai dihitung sebagai berikut:

2001 2002 2003 Harga Kontrak $4.500.000 $ 4.500.000 $ 4.500.000 Dikurang Estimasi Biaya: Biaya sampai tgl ini 1.000.000 2.916.000 4.050.000 Estimasi Biaya untuk selesaikan 3.000.000 1.134.000 Estimasi total biaya 4.000.000 4.050.000 4.050.000 Estimasi totoal laba kotor 500.000 450.000 450.000 Persentase Penyelesaian 25% 72% 100% 1.000.000 2.916.000 4.050.000 4.000.000 4.050.000 4.050.000
Sumber: Kieso, Weygandt, Warfield edisi 3

Bedasarkan data diatas, ayat jurnal berikut akan dibuat untuk mencatat, biaya konstruksi, termin (progress billing), dan hasil penagihan. Ayat jurnal ini dibuat sebagai iktiar berbagai transaksi yang dimasukkan satu per satu pada saat terjadi selama tahun berjalan:

2001 2002 2003


Konstruksi dalam penyelesaian 1.000.000 1.916.000 1.134.000 Bahan baku, kas, dan lain-lain 1.000.000 1.916.000 1.134.000 Untuk mencatat biaya yang terjadi Piutang usaha 900.000 2.400.000 1.200.000 Termin Kontrak Konstruksi 900.000 2.400.000 1.200.000 Untuk mencatat tagihan Kas 750.000 1.750.000 2.000.000 Piutang Usaha 750.000 1.750.000 2.000.000 Untuk mencatat penerimaan kas Dari penagihan
Sumber: Kieso, Weygandt, Warfield edisi 3

Dalam ilustrasi ini, biaya-biaya yang terjadi sampai tanggal ini sebagai proporsi dari estimasi total biaya yang akan dikeluarkan atas proyek tersebut merupakan ukuran tingkat kemajuan ke arah penyelesaian. Estimasi pendapatan dan laba kotor yang akan diakui untuk setiap tahun akan dihitung sebagai berikut:

2001 Pendapatan yang diakui pada tahun: 2001 2002 $4.500.000 x 25% $4.500.000 x 72% Dikurangi pendapatan yang diakui Pada tahun 2001 Pendapatan Tahun 2002 2003 $4.500.000 x 1005 Dikurangi pendapatan yang diakui Pada tahun 2001 dan 2002 Pendapatan Tahun 2003 $1,125,000

2002

2003

$3.240.000

1.125.000 $2.115.000 $4.500.000

3.240.000 $1.260.000

Laba kotor yang diakui pada tahun : 2001 2002 $500.000 x 25% $450.000 x 72% Dikurangi laba kotor yang diakui Pada tahun 2001 Laba Kotor tahun 2002 2003 $450.000 x 100% $125,000 $125,000 $324,000

$199,000 $450,000

Dikurangi laba kotor yang diakui Pada tahun 2001 dan 2002 Laba Kotor tahun 2003 $324,000

$126,000

Sumber: Kieso, Weygandt, Warfield edisi 3

2.2.1.3. Kerugian Kontrak Yang Diantisipasi Metode Persentase Penyelesaian Menurut Skousen dan Stice-Stice (2007:596) pengakuan kerugian yang diantisipasi dalam metode persentase penyelesaian adalah lebih rumit. Untuk mencerminkan dengan sepantasnya seluruh kerugian ditahun kerugian tersebut pertama kali diantisipasi, biaya kumulatif untuk dikurangi dari pendapatan yang telah diakui bukanlah biaya actual yang terjadi tetapi harus menggunakan pendapatan kumulatif yang diakui ditambah seluruh kegiatan yang diantisipasi. 2.2.2. Metode Kontrak Selesai Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2002) metode kontrak selesai (completed contract method) didefinisikan sebagai berikut : Pendapatan dan laba kotor hanya diakui pada saat penjualan, yaitu pada saat kontrak diselesaikan. Biaya kontrak jangka panjang dalam proses penagihan tahun berjalan telah diakumulasi, tetapi tidak ada pembebanan atau pengkreditan interim keakun laporan laba rugi seperti pendapatan dan laba kotor.

Keunggulan utama dari metode kontrak selesai adalah bahwa pendapatan yang dilaporkan didasarakan atas hasil akhir dan bukan atas estimasi pekerjaan yang belum dilaksanakan. Sedangkan kelemahan utamanya adalah metode ini tidak mencerminkan kinerja masa berjalan apabila periode kontrak mencakup lebih dari satu periode akuntansi. Meskipun pelaksanaannya mungkin cukup seragam selama periode kontrak tersebut, namun pendapatan baru dilaporkan pada tahun penyelesaiaan sehingga menimbulkan distorsi laba. Ayat jurnal tahunan (annual entries) untuk mencatat biaya konstruksi, termin, dan hasil penagihan dari pelanggan akan sama dengan yang telah diilustrasikan dengan metode persentase penyelesaian dengan pengecualian dan pengakuan pendapatan dan laba kotor. Jurnal yang diperlukan pada saat kontrak selesai: Tagihan atas Konstruksi Dalam Proses..xx Pendapatan Kontrakxx Biaya Konstruksixx Konstruksi Dalam Prosesxx Untuk proyek jembatan Hardhat Construction Company yang telah diilustrasikan dalam halaman-halaman terdahulu, ayat jurnal berikut ini dibuat pada tahun 2003 menurut metode kontrak selesai untuk mengakui pendapatan dan biaya serta untuk menutup akun persediaan dan penagihan: Tagihan atas Konstruksi Dalam Proses..$4.500.000 Pendapatan Kontrak$4.500.000

Biaya Konstruksi$4.050.000 Konstruksi Dalam Proses$4.050.000

2.2.3. Perbandingan Laba Kotor Yang Diakui Menurut Metode Yang Berbeda Untuk membandingkan pengakuan laba kotor antara metode persentase penyelesaaian dengan metode kontrak selesai dalam kaitan dengan ilustrasi diatas akan dijelaskan sebagai berikut:

Persentase Penyelesaiaan Kontrak Selesai 2001 $ 125.000 $ 0 2002 199.000 0 2003 126.000 450.000
Sumber: Kieso, Weygandt, Warfield edisi 3

2.2.4. Kerugian Kontrak Jangka Panjang Dua jenis kerugian dapat timbul pada kontrak jangka panjang:

1. Kerugian Periode Berjalan atas Kontrak yang Menguntungkan. Kondisi ini timbul apabila, selama konstruksi, terdapat kenaikan yang signifikan dalam estimasi total biaya kontrak. Hanya dalam metode persentase penyelesaian saja, kenaikan estimasi biaya itu membutuhkan penyesuaian periode berjalan sebesar kelebihan laba kotor yang diakui atas proyek itu selama periode sebelumnya. Penyesuainya ini dicatat sebagai kerugian periode berjalan karena merupakan perubahan estimasi akuntansi. 2. Kerugian atas kontrak yang tidak menguntungkan. Estimasi biaya pada akhir periode berjalan mungkin menunjukkan bahwa kerugian akan terjadi ketika seluruh kontrak berakhir. Perlakuan yang diuraikan untuk kontrak yang tidak menguntungkan ini konsisten dengan kelaziman akuntansi dalam mengantisipasi kerugian yang dapat diduga untuk mencegah lebih saji laba berjalan dan masa depan (konservatisme).

3. Uraian Singkat Mengenai Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai mengenai kontrak konstruksi dilakukan oleh I Made Narsa dalam Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 1 No.2 pada Bulan November 1999 dengan judul Pendekatan Integrasi dengan Basis Biaya Elementer: Alternatif Pengakuan Pendapatan Dalam Konstruksi Jangka Panjang. Dalam jurnal tersebut I Made Narsa mengungkapkan kelemahan metode persentase penyelesaiaan dengan pendekatan fisik dan biaya, yaitu:
1. Jika terjadi perubahan taksiran total biaya, maka semua pendapatan yang sidah diakui pada tahun-tahun sebelumnya turut dikoreksi. 2. Besarnya pendapatan yang diakui pada periode berjalan kurang responsive karena dalam pendekatan biaya, aspek kemajuan fisik

diabaikan. Demikian pula sebaliknya, pada pendekatan fisik, aspek biaya diabaikan, sehingga pendapatan yang diakui juga kurang menerminkanperformance yang sebenarnya.

Untuk menutupi kelemahan-kelemahan metode pengakuan pendapatan konvensional, dapat dipergunakan pendekatan integrasi, yaitu penerapan pendekatan fisik dan biaya secara kombinasi atau integral. Dengan prosedur sebagai berikut:
1. Persentase penyelesaiaan yang dipergunakan dihitung berdasarkan kemajuan fisik pekerjaan, baik yang dapat dihitung maupun ditaksir oleh ahlinya. 2. Biaya yang dibebankan pada periode berjalan adalah biaya actual. 3. Dasar pengukuran pendapatan adalah biaya elementer, yaitu mempergunakan semua elemen-elemen biaya yang sudah terpakai dalam proyek atau pekerjaan.

Hasil pengukuran pendapatan dengan mempergunakan pendekatan integrasi memberikan gambaran yang lebih layak dan wajar jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, sehingga informasi yang disajikan lebih usefulness. BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1. Gambaran Umum Objek Yang Diteliti PT Sonson Jaya Utama adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi yang memberikan pelayanan jasa berupa pembangunan dan perawatan pergudangan dan industri, pembangunan dan perawatan

bangunan non perumahan dan pembangunan jalan raya dan jalan lingkungan termasuk perawatan. PT Sonson Jaya Utama terdiri dari 7 departemen, yaitu :
1. Project Manager 2. Site Manager 3. Surveyor 4. Pelaksana Teknis 5. Accounting Department 6. Logistic Department 7. Mandor

3.1.1. Sejarah Singkat dan Perkembangan PT SONSON JAYA UTAMA PT Sonson Jaya Utama adalah perusahaan yang berkedudukan di Tangerang, didirikan pada tanggal 11 Juni 2005 berdasarkan akte notaris Nelson Eddy Tampubolon SH, No. 11 dengan nama PT Sonson Jaya Utama. Akte notaris ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui surat keputusan No. C-125.HT.03.02-Th.1998 tertanggal 18 Agustus 1998. PT Sonson Jaya Utama adalah perusahaan kontraktor yang berklasifikasi (Gred) 5. Hingga saat ini PT Sonson Jaya Utama memiliki 10 orang pegawai tetap dan 52 orang buruh proyek. Dalam setiap tahunnya jumlah karyawan PT Sonson Jaya Utama bertambah dan berkurang sesuai dengan kebutuhan. PT Sonson Jaya Utama mendapat pekerjaan dari pemerintah baik tingkat kota maupun propinsi, namun tak jarang juga mendapat pekerjaan

dari pihak perusahaan swasta. Dan semua pekerjaan didapat melalui system pertenderan (lelang).

3.1.2. Struktur Organisasi Dalam organisasi dengan segala aktivitasnya terdapat hubungan kerja antara anggota dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Semakin banyak kegiatan yang dilakukan, maka semakin kompleks pula hubungan-hubungan yang ada. Untuk itu perlu dibuat suatu bagan yang menggambarkan tentang hubungan tersebut. Bagan yang dimaksud adalah bagan organisasi atau struktur organisasi. Dengan adanya struktur organisasi maka pimpinan dapat mengetahui dengan jelas wewenang dan tanggung jawab yang ada pada bawahannya. Disamping itu, bawahan juga dapat mengetahui sampai dimana wewenang dan tanggung jawabnya dalam menjalankan tugasnya. Bagan organisasi / struktur organisasi PT Sonson Jaya Utama dapat dilihat pada gambar berikut:

STRUKTUR ORGANISASI PT SONSON JAYA UTAMA

Pelaksana Teknis
Logistic Mandor

Gambar 3.1. Struktur Organisasi PT Sonson Jaya Utama

3.1.3. Wewenang Dan Tanggung Jawab Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya PT Sonson Jaya Utama membagi timnya kedalam 7 departement. Perusahaan mendistribusikan wewenang dan tanggung jawab untuk mencapai efisiensi kerja serta dengan adanya pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Pembagian tugas dan wewenang tersebut adalah sebagai berikut: 1. Project Manager Tugasnya : a. Bertanggung jawab atas semua kegiatan proyek. b. Berwenang penuh dalam membuat dan menentukan site plan dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) c. Mengatur dan mengontrol pekerjaan dari 0% sampai 100% 2. Site Manager Tugasnya :
1. Bertanggung jawab atas proyek yamg sedang berjalan 2. Berwenang penuh dalam membuat dan menentukan site plan dan Rancangan Anggaran Biaya (RAB) 3. Mengatur dan mengontrol pekerjaan dari 0% sampai 100%

3. Surveyor Tugasnya: a. Bertanggung jawab sebagai juru ukur tanah. b. Memetakan lahan secara geografik sebelum proyek dimulai. 4. Pelaksana Teknis Tugasnya:

1. Melaksanakan apa yang ditugaskan oleh Project Manager atau Site Manager dan langsung meneruskan tugas tersebut kepada Mandor Proyek. 2. Membuat laporan dan progress kerja.

5. Accounting Tugasnya: a. Bertanggung jawab mengatur dan mengontrol keuangan perusahaan. b. Membuat laporan keuangan. c. Memiliki kewenangan penuh dalam hal financial. 6. Administrasi Logistic Tugasnya: Bertanggung jawab mengatur dan mengontrol logistic (persedian barang) baik untuk proyek maupun untuk perusahan. 7. Mandor Tugasnya: Bertanggung jawab mengatur dan mengontrol seluruh buruh proyek dan menjalankan seluruh site plan yang ditugaskan oleh Pelaksanan Teknis. 3.2. Kegiatan Usaha Perusahaan (Bisnis Perusahaan) PT Sonson Jaya Utama memperoleh izin sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang pembangunan, perdagangan, jasa, pertambangan, perindustrian, transportasi, pertanian dan percetakan.

PT Sonson Jaya Utama merupakan salah satu perusahaan yang memperoleh izin resmi dari pemerintah Kota Tangerang untuk melakukan kegiatan usaha pelaksanaan konstruksi/perencanaan konstruksi/ pengawasan konstruksi di seluruh wilayah Republik Indonesia. Sesuai dengan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) nomor 0080/PB/VIII/2005 PT Sonson Jaya Utama adalah perusahan dengan jenis barang/Jasa dagangan utama yaitu: hasil barang cetakan, computer, meubeler, elektrikal mekanikal, perlengkapan pegawai cleaning service dan jasa konstruksi. Seiring dengan bejalannya waktu PT Sonson Jaya Utama pun melakukan beberapa kegiatan untuk memperluas kegiatan usaha, selain dari dari kegiatan yang telah disebutkan diatas. Hal ini telah disetujui dengan diterbitkannya surat keputusan oleh Dinas Perindustrian, perdagangan, Koperasi dan Pariwisata kota Tangerang nomor 037/SIUP-P/X/2005 Perluasan usaha tersebut meliputi:
1. Pengadaan alat-alat kesehatan. 2. Pengadaan kendaraan bermotor. 3. Pengadaan alat-alat berat. 4. Pengadaan alat-alat pertanian, dan 5. Pengadaan peralatan nelayan.

Sebagai perusahan jasa konstruksi PT Sonson Jaya Utama melakukan kegiatan usahanya meliputi :
1. General Contractor

Arsitektur

Bangunan Pergudangan dan Industri, Termasuk perawatannya. Bangunan-Bangunan non perumahan, termasuk perawatannya. Pertamanan, termasuk perawarannya.

Sipil

Jalan Raya, Jalan Lingkungan, Termasuk Perawatannya. Drainase, Termasuk perawatannya. Irigasi, termasuk perawatannya.
o

Elektrikal

Jaraingan Distribusi Tenaga Listrik Tegangan Menengah dan Tegangan Rendah, termasuk perawatannya. 2. Supplier 3. General Trade

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Mekanisme Pelasanaan Proyek Dalam bab IV ini penulis akan menjelaskan hasil penelitian di PT Sonson Jaya Utama. Sesuai dengan karakteristiknya, perusahaan konstruksi mulai melakukan aktivitasnya jika telah menerima tender berupa kontrak konstruksi dari pihak lain. Begitupun pada PT Sonson Jaya Utama, kontrak konstruksi itu dimulai dengan proses tender atau lelang. Adapun Mekanisme pelaksanaan proyek pada PT Sonson Jaya Utama mulai dari awal hingga proyek selesai, antara lain:
1. Pendaftaran lelang 2. Menentukan harga Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Dalam menentukan Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk proyek- proyek pemerintah PT Sonson Jaya Utama menggunakan harga standar yang telah ditetapkan oleh Dinas Pekerjaan Umum.
3. Membuat administrasi tender

Dalam melengkapi administrasi tender PT Sonsosn Jaya Utama di haruskan menyerahkan 2 jenis dokumen yaitu company profile dan Surat Penawaran Harga (SPH). Dalam penyerahan SPH juga dilampirkan Bill of Quantity (BQ), analisa harga satuan, metode pelaksanaan dan time schedule.
4. Proses Tender

Dalam proses tender ada beberapa tahapan yang harus di lakukan dan dalam tahapan tersebut juga dibutuhkan jaminan berupa Bank Garansi

(BG) yang dijadikan jaminan terselenggaranya proyek. Tahapan tersebut antara lain:
1. Surat Penetapan Calon Pemenang

Setelah lolos adminstrasi Pemerintah Kota Tangerang menetapkan Surat Calon Pemenang. Bagi perusahaan yang lolos dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya.
2. Massa Sanggah

Dalam masa sanggah ini perusahaan-perusahaan konstruksi yang mengikuti tender di mungkinkan untuk melakukan sanggahan antar pesaing yang mengikuti tender tersebut, misalnya sanggahan dalam besarnya Jaminan Pelaksanaan (Bank Garansi), besarnya nilai kontrak dan hal-hal tehnis lainnya. Lama masa sanggah ini adalah 7 hari kerja.
3. Surat Keputusan Penunjukan Pengadaan Barang dan Jasa 4. Jaminan Pelaksanaan

Setelah lolos sebagai pemenang tender perusahaan kontraktor harus menyerahkan jaminan pelaksanaan barang dan jasa sebesar 5% dari nilai kontrak selambat-lambatnya pada saat perjanjian ditanda tangani. Surat jaminan tersebut berupa Bank Garansi yang dikeluarkan oleh Bank Umum, tempat dimana perusahaan mendapatkan dukungan keuangan. Surat jaminan tersebut akan diserahkan kembali oleh pemberi kerja kepada perusahaan setelah pelaksanaan pengadaan barang dan jasa selesai dilaksanakan.
5. Survey Lapangan

Setelah ditetapkan sebagai pemenang tender oleh Pemerintah Kota Tangerang maka dapat dilakukan survey lapangan untuk mengetahui kondisi proyek yang akan dilaksanakan.
6. Penerbitan Surat Perintah Kerja

Setelah dilakukan pemberian jaminan pelaksanaan dan survey lapangan maka Pemerintah Kota Tangerang menerbitkan Surat Perintah Kerja atau kontrak konstruksi kepada pemenang tender agar perusahaan dapat melakukan pekerjaannya berdasarkan kontrak konstruksi tersebut.
7. Pelaksanaan Proyek

Dalam pelaksanaan proyek, project manager membuat rancangan dan mengarahkan kegiatan proyek agar dapat berjalan sesuai dengan jadwal pekerjaan.Project Manager juga membuat laporan progress proyek harian untuk mengetahui perkembangan proyek. Dalam laporan tersebut dapat diketahui kemajuan proyek sehingga perkembangan proyek dapat dievaluasi setiap harinya.
8. Pembuatan Berita Acara

Jika seluruh pekerjaan telah 100 % dikerjakan maka sebagai bukti penyerahan jasa tersebut dibuatlah Berita Acara yang ditanda tangani kedua belah pihak. Dokumen ini yang akan dilampirkan dalam penagihan sebagai bukti telah diselesaikanya proyek tersebut.
9. Penagihan

Dalam proses penagihan perusahaan menyerahkan invoice, faktur pajak, dan dokumen berita acara kepada Kantor Keuangan Kota Tangerang.

10. Pembayaran

Pemerintah Kota Tangerang membayar 95% dari total tagihan setelah dikurangi PPN sebesar10% dan PPh Pasal 23 sebesar 2%, dan sisa tagihan 5% digunakan untuk retensi pemeliharaan. Retensi ini akan dicairkan kepada perusahaan jika waktu jaminan pemeliharaan telah berakhir.

4.2. Alasan Perusahaan Menggunakan Metode Kontrak Selesai Adapun alasan perusahaan menggunakan metode kontrak selesai adalah:
1. Pendapatan dan biaya yang dilaporkan didasarakan atas hasil akhir dan bukan atas estimasi pekerjaan yang belum dilaksanakan. 2. Mudah dalam perhitungan pendapatan dan biaya proyek karena tidak perlu adanya estimasi atas biaya ataupun atas fisik bangunan. 3. Kurangnya tenaga ahli yang dapat membuat laporan persentase penyelesaiaan menyebabkan perusahaan menggunakan medote kontrak selesai dalam mengakui pendapatannya.

4.3. Masalah-masalah bagi PT Sonson Jaya Utama Adapun masalah-masalah yang dihadapi PT Sonson Jaya Utama adalah:
1. Tingginya biaya tak terduga, seperti biaya kompensasi kepada panitia dari pihak pemberi kerja, pungutan liar (biaya kooordinasi), biaya keamanan proyek yang menyebabkan biaya kontrak menjadi semakin tinggi dari seharusnya. Biaya-biaya tersebut sulit diperhitungkan dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) karena tidak dapat diperkirakan nilainya. 2. Kenaikan harga bahan dasar yang melebihi Rencana Anggaran Biaya yang telah dihitung pada awal proyek menyebabkan biaya menjadi semakin besar.

3. Tidak adanya vendor yang memberikan kredit dalam pembelian bahan dasar proyek menyebabkan perusahaan terkadang mengalami kesulitan dana untuk membiaya proyek.

4. Kebijakan perusahaan dalam pengakuan pendapatan dan biaya kontrak dengan menggunakan metode kontrak selesai mengharuskan perusahaan menyediakan dana yang cukup besar untuk membiayai proyek-proyek yang akan dilaksanakan karena perusahaan tidak melakukan penagihan bertahap walaupun itu dimungkinkan. Perusahaan melakukan penagihan pada saat proyek selesai yaitu pada saat Berita Acara telah ditandatangi oleh pemberi kerja yang kemudian perusahaan menagih 100% atau sebesar nilai kontrak. 5. Kurangnya evaluasi setelah proyek selesai menyebabkan perusahaan tidak dapat mengontrol kinerja perusahaan.

4.4. Pendapatan Kontrak Pendapatan kontrak adalah suatu nilai yang terdapat dalam kontrak atau Surat Perintah Kerja yang telah disetujui oleh PT Sonson Jaya Utama dengan pemberi kerja. Jika terjadi penyimpangan dengan nilai kontrak yang disepakati diawal kontrak maka perusahaan dapat mengajukan permohonan kepada pemberi kerja agar kuantitas yang disepakati semula dapat dikurangi sesuai dengan kesediaan perusahaan. Tetapi hal ini tiadaklah mudah karena perusahaan harus memiliki alasan yang kuat untuk mengurangi jumlah yang telah disepakati pada awal kontrak contohnya adanya kenaikan BBM yang terjadi setelah penandatanganan kontrak.

4.5. Biaya Kontrak Biaya-biaya yang berhubungan dengan kontrak pada PT Sonson Jaya Utama adalah sebagai berikut:
1. Biaya kompensasi kepada panitia dari pihak pemberi kerja 2. Biaya bahan baku yang digunakan langsung dalam konstruksi 3. Biaya tenaga kerja langsung 4. Penyusutan sarana dan peralatan yang digunakan dalam kontrak tersebut. 5. Biaya pemindahan sarana, peralatan dan bahan-bahan dari dan ke lokasi pelaksanaan kontrak. 6. Biaya penyewaan sarana dan peralatan. 7. Biaya rancangan dan bahan teknis yang secara langsung berhubungan dengan kontrak tersebut. 8. Estimasi biaya pembetulan dan biaya-biaya lain yang mungkin timbul selama masa jaminan. 9. Dana tak terduga seperti uang kuli, uang keamanan proyek dan lain sebagainya.

6. Perlakuan Akuntansi yang Dipakai dalam Pencatatan Kontrak dengan Metode Kontrak Selesai.

Dalam mengakui pendapatan dan biaya kontrak PT Sonson Jaya Utama menggunakan metode kontrak selesai yang mana pendapatan dan laba kotor hanya diakui pada saat penjualan, yaitu pada saat kontrak diselesaikan. Biaya kontrak jangka panjang dalam proses penagihan tahun berjalan telah diakumulasi, tetapi tidak ada pembebanan atau pengkreditan interim keakun laporan laba rugi seperti pendapatan dan laba kotor. Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2002):

Keungulan utama metode kontrak selesai adalah bahwa pendapatan yang dilaporkan didasarkan atas hasil akhir dan bukan atas estimasi pekerjaan yang belum dilaksanakan. Kelemahan utamanya adalah bahwa metode ini tidak mencerminkan kinerja masa berjalan apabila periode kontrak lebih dari periode akuntansi. Meskipun pelaksanaannya mengkin cukup seragam selama periode konrtak tersebut, namun pendapatan baru dilaporkan pada tahun penyelesaiaan sehingga menimbulkan distorsi laba.

Berikut adalah contoh kasus dalam pengakuan pendapatan dan biaya kontrak PT Sonson Jaya Utama dengan menggunakan metode kontrak selesai: Pada tanggal 12 Juni 2006 PT Sonson Jaya Utama menerima kontrak konstruksi dari Dinas Tata Kota Tangerang untuk melaksanakan pekerjaan pembangunan SDN Belendung 3 dengan nilai kontrak Rp 1.050.570.000 yang diharapkan selesai pada 08 Desember 2008, dengan biaya actual sebesar Rp 945.000.000. Adapun ayat jurnal yang dibuat oleh PT Sonson Jaya Utama pada akhir kontrak dengan menggunakan metode kontrak selesai untuk mengakui pendapatan dan biaya serta untuk menutup akun persediaan dan penagihan adalah:
Tagihan atas Konstruksi Dalam Proses..Rp 1.050.570.000 Pendapatan Kontrak.. Rp 1.050.570.000

Biaya Konstruksi.Rp 945.000.000 Konstruksi Dalam Proses..Rp 945.000.000

PT Sonson Jaya Utama akan melaporkan kegiatan konstruksinya sebagai berikut: Tabel 4.1 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN MOTODE KONTRAK SELESAI
PT Sonson Jaya Utama Juni Laporan Laba Rugi Juli Agst Sept Okt Nov Des

Pendapatan dari kontrak Biaya konstruksi

Rp 1,050,570,000

Rp 945,000,000

Laba Kotor

Rp 105,570,000

Dalam Tabel 4.1 merupakan penyajian laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan metode kontrak selesai. Perusahaan hanya mengakui pendapatan dan melaporkan laba pada akhir kontrak. Selama masa pembangunan perusahaan tidak melakukan penagihan sampai dengan kontrak selesai.

7. Pembahasan 1. Perlakuan Akuntansi dalam Pencatatan Kontrak dengan Metode Persentase Penyelesaian

Metode persentase penyelesaian merupakan metode yang dikembangkan sebagai alternatif dari metode kontrak selesai. Metode ini dikembangkan untuk menguhubungkan pengakuan pendapatan terhadap aktivitas-aktivitas dari suatu perusahaan dalam memenuhi kontrak tersebut. Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2002) metode persentase penyelesaian (percentage-of-completion method) adalah: Metode persentase penyelesaiaan mengakui pendapatan, biaya dan laba kotor sesuai dengan tercapainya kemajuan ke arah penyelesaiaan kontrak jangka panjang. Menunda pengakuan pos-pos ini sampai seluruh kontrak diselesaikan berarti salah menyajikan upaya (biaya) dan pencapaian (pendapatan) dalam periode akuntansi interim. Untuk menerapkan metode persentase penyelesaian, kita harus mempunyai beberapa dasar atau standar untuk mengukur kemajuan ke arah penyelesaian pada tanggal interim tertentu.

Berdasarkan pada contoh kasus dihalaman sebelumnya. Berikut ini adalah data biaya yang berkaitan dengan periode konstruksi tersebut:

Tabel 4.2 DATA BIAYA KONTRAK SELAMA TAHUN BERJALAN


Total biaya Juni Juli Agustus September Oktober Rp 50,265,000 Rp 137,080,000 Rp 207,333,000 Rp 197,044,000 Rp 181,000,000

November Desember Total

Rp 149,295,000 Rp 22,983,000 Rp 945,000,000

Sumber : PT Sonson Jaya Utama

Adapun total biaya sempai tanggal ini, akan ditunjukkan dalam table berikut ini: Tabel 4.3 TOTAL BIAYA KONTRAK SAMPAI TANGGAL INI
Total Biaya Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rp 50,265,000 Rp 137,080,000 Rp 207,333,000 Rp 197,044,000 Rp 181,000,000 Rp 149,295,000 Rp 22,983,000 Rp 945,000,000 Total biaya sampai ini Rp 50,265,000 Rp 187,345,000 Rp 394,678,000 Rp 591,722,000 Rp 772,722,000 Rp 922,017,000 Rp 945,000,000

Persentase penyelesaian dihitung sebagai berikut:

Tabel 4.4 PENERAPAN METODE PERSENTASE PENYELESAIAN DASAR BIAYA KE BIAYA (COST TO COST METHOD) (DALAM RIBUAN RUPIAH)
Juni Nilai Kontrak ( pendapatan) Dikurangi : Biaya s.d tanggal ini Estimasi sisa biaya Estimasi total biaya Estimasi total laba kotor 50,265 894,735 945,000 105,570 187,345 757,655 945,000 105,570 394,678 550,322 945,000 105,570 591,722 353,278 945,000 105,570 772,722 72,278 945,000 105,570 922,017 22,983 945,000 105,570 945,000 945,000 105,570 1,050,570 Juli 1,050,570 Agustus 1,050,570 September 1,050,570 Oktober 1,050,570 November 1,050,570 Desember 1,050,570

Berdasarkan dari data Tabel 4.4 persentase penyelesaian tiap periode dengan metode cost to cost basis, dapat dihitung sebagai berikut: Juni: Rp 50.265 x 100% = 5.32 % Rp 945.000

Juli: Rp 187.345 x 100% = 19.82 % Rp 945.000

Agustus: Rp 394.678 x 100% = 41.76 % Rp 945.000

September: Rp 591.722 x 100% = 62.62 % Rp 945.000

Oktober: Rp 772.722 x 100% = 81.77 % Rp 945.000

November: Rp 922.017 x 100% = 97.57 % Rp 945.000

Desember: Rp 945.000 x 100% = 100 % Rp 945.000

Bedasarkan perhitungan diatas, ayat jurnal berikut akan dibuat untuk mencatat biaya konstruksi. Ayat jurnal ini dibuat sebagai iktisar berbagai transaksi yang dimasukkan satu per satu pada saat terjadi selama tahun berjalan:

Tabel 4.5 AYAT JURNAL METODE PERSENTASE PENYELESAIAN DASAR BIAYA KE BIAYA (COST TO COST METHOD) (DALAM RIBUAN RUPIAH)
Juni Juli Agustus September Konstruksi dalam penyelesaian 50.265 187.345 394.678 591.722 Bahan baku, kas, dan lain-lain 50.265 187.345 394.678 591.722 Untuk mencatat biaya Konstruksi

Oktober November Desember Konstruksi dalam penyelesaian 772.722 922.017 22.983 Bahan baku, kas, dan lain-lain 772.722 922.07 22.983 Untuk mencatat biaya Konstruksi

Dalam tabel 4.5 ayat jurnal yang dicatat adalah ayat jurnal untuk biaya konstruksi. Karena perusahaan tidak melakukan penagihan selama kontrak berlangsung maka tidak ada termin (progress billing) yang dicatat selama kontrak. Ayat jurnal untuk hasil penagihan juga tidak dapat dicatat karena perusahaan tidak menagih pihak pemberi kerja selama kontrak belum selesai 100%. Perjanjian kontrak konstruksi antara PT Sonson Jaya Utama dengan Dinas Tata Kota-Kota Tangerang telah disepakati adanya pembayaran secara bertahap. Adapun ketentuan pembayaran yang telah disetujui, sebagai berikut:
1. Pembayaran uang muka sebesar 20% 2. Pembayaran biaya pekerjaan dilaksanakan secara bertahap berdasarkan permohonan PT Sonson Jaya Utama kepada Dinas Tata Kota-Kota Tangerang dengan dilampiri Laporan Kemajuan Pekerjaan, yang selanjutnya dibuatkan Berita Acara Persetujuan Pembayaran dan Kuitansi. 3. Nilai pembayaran setiap tahap, maksimum sebesar prestasi hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan.

Berdasarkan pada ketentuan pembayaran tersebut seharusnya PT Sonson Jaya Utama dapat melakukan penagihan kepada pemberi kerja sesuai dengan persentase penyelesaian dengan melampirkan Laporan Kemajuan Pekerjaan,

namun perusahaan hanya membuat satu kali Berita Acara Penyerahan ketika pekerjaan telah di selesaikan 100%. Sehingga penagihan dilakukan 100% pada saat pekerjaan selesai. Penagihan yang dilakukan pada akhir periode kontrak, pembelian bahan baku yang tidak dapat dikredit sering menyebabkan PT Sonson Jaya Utama mengalami kesulitan dalam membiayai proyek sehingga cash flow perusahaan terganggu. Kesulitan dalam membiayai proyek sebenarnya tidak perlu terjadi jika perusahaan melakukan penagihan sesuai dengan ketentuan pembayaran yang telah disepakati dalam kontrak. Biaya-biaya yang terjadi sampai tanggal ini sebagai proporsi dari estimasi total biaya yang akan dikeluarkan atas proyek tersebut merupakan ukuran tingkat kemajuan ke arah penyelesaian. Estimasi pendapatan dan laba kotor yang akan diakui untuk setiap bulan, akan dihitung sebagai berikut: Tabel 4.6 LAPORAN PENDAPATAN DAN LABA KOTOR METODE PERSENTASE PENYELESAIAN PER PERIODE (DALAM RIBUAN RUPIAH)

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

November

Desember

Pendapatan yang diakui pada bulan:

Juni

1,050,570

5.32%

55,890.32

Juli

1,050,570

19.82%

208,222.97

Dikurangi pdpt yang diakui

Pada bulan Juni

55,890.32

Pendapatan bulan Juli

152,332.65

Agustus

1,050,570

41.76%

438,718.03

Dikurangi pdpt yang diakui

Pada bulan Juni dan Juli

208,222.97

Pendapatan bulan Agustus

230,495.06

Sept

1,050,570

62.62%

657,866.93

Dikurangi pdpt yang diakui

Pada bulan Juni, Juli, Agustus

438,718.03

Pendapatan bulan September

219,148.90

Oktober

1,050,570

81.77%

859,051.09

Dikurangi pdpt yang diakui

Pada bulan Juni s.d September

657,866.93

Pendapatan bulan Oktober

201,184.16

November

1,050,570

97.57%

1,025,041.15

Dikurangi pdpt yang diakui

Pada bulan Juni s.d Okt

859,051.09

Pendapatan bulan November

165,990.06

Desember

1,050,570

100%

1,050,570.00

Dikurangi pdpt yang diakui

Pada bulan Juni s.d November

1,025,041.15

Pendapatan bulan Desember

25,528.85

Laba kotor yang diakui pada bulan :

Juni

105,570

5.32%

5,616.32

Juli

105,570

19.82%

20,923.97

Dikurangi laba kotor yang diakui

Pada tahun Juni

5,616.32

Laba Kotor bulan Juli

15,307.65

Agustus

105,570

41.76%

44,086.03

Dikurangi laba kotor yang diakui

Pada bulan Juni dan Juli

20,923.97

Laba Kotor bulan Agustus

23,162.06

September

105,570

62.62%

66,107.93

Dikurangi laba kotor yang diakui

Pada bulan Juni s.d Agustus

44,086.03

Laba Kotor bulan September

22,021.90

Oktober

105,570

81.77%

86,324.59

Dikurangi laba kotor yang diakui

Pada bulan Juni s.d September

66,107.93

Laba Kotor bulan Oktober

20,216.66

November

105,570

97.57%

103,004.65

Dikurangi laba kotor yang diakui

Pada bulan Juni s.d Oktober

86,324.59

Laba Kotor bulan November

16,680.06

Desember

105,570

100%

105,570.00

Dikurangi laba kotor yang diakui

Pada bulan Juni s.d November

103,004.65

Laba Kotor bulan Desember

2,565.35

Ayat jurnal untuk mengakui pendapatan serta laba kotor setiap periode dan untuk mencatat penyelesaian serta persetujuan akhir atas kontrak tersebut diperlihatkan dibawah ini: Tabel 4.7 AYAT JURNAL UNTUK MENGAKUI PENDAPATAN DAN LABA KOTOR SERTA MENCATAT PENYELESAIAN KONTRAK METODE PERSENTASE PENYELESAIAN
Juni Juli Agustus Untuk mengakui pendapatan dan laba kotor

Konstruksi dalam penyelesaian (laba kotor) 5.616,32 15.307,65 23.162,06 Beban konstruksi 50.265 187.345 394.678 Pendapatan dari kontrak 55.890,32 2.332,65 230.495,06

September Oktober November Untuk mengakui pendapatan dan laba kotor Konstruksi dalam penyelesaian (laba kotor) 22.021,90 20.216,66 16.680,06 Beban konstruksi 591.722 772.722 922.017 Pendapatan dari kontrak 219.148,90 201.184,16 165.990,06

Desember Untuk mengakui pendapatan dan laba kotor Konstruksi dalam penyelesaian (laba kotor) 2.565,35 Beban konstruksi 22.983 Pendapatan dari kontrak 25.528,85

Untuk mencatat penyelesaiaan kontrak Penagihan atas konstruksi dalam proses 1.050.570 Konstruksi dalam proses 1.050.570

Laba kotor yang dihitung pada table 4.6 didebet ke Konstruksi dalam Proses, sedangkan Pendapatan dari kontrak dikredit sebesar jumlah yang dihitung diatas. Selisih antara jumlah pendapatan dan laba kotor yang diakui setiap periode didebet ke akun nominal, Beban Konstruksi yang dilaporkan dalam laporan laba rugi. Jumlah ini merupakan biaya konstruksi aktual yang terjadi selama periode berjalan.

4.8. Perbandingan Laba Kotor Yang Diakui Menurut Metode Yang Berbeda Untuk membandingkan pengakuan laba kotor antara metode persentase penyelesaaian dengan metode kontrak selesai dalam kaitan dengan kasus diatas akan dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4.8 PERBANDINGAN LABA KOTOR ANTARA METODE KONTRAK SELESAI DENGAN METODE PERSENTASE PENYLESAIAN

(DALAM RIBUAN RUPIAH) Persentase Penyelesaian Kontrak Selesai Juni 5.616,32 Juli 15.307,65 -

Agustus 23.162,06 September 22.021,90 Oktober 20.216,66 November 16.680,06 Desember 2.565,35 105.570

Berdasarkan table 4.7 terlihat bahwa laba kotor dengan metode persentase penyelesaiaan menunjukkan prestasi dari proyek yang tercermin dalam laporan keuangan. Sedangkan laba kotor dengan motode kontrak selesai laba hanya diakui ada saat kontrak selesai. Tidak adanya alokasi total pendapatan keperiode-periode sepanjang usia proyek yang menimbulkan distorsi laba. Kelemahan lain yang terjadi pada perusahaan dengan metode kontrak selesai adalah laba kotor yang dilaporkan setiap bulannya tidak konsisiten, yaitu pada saat perusahaan hanya mengakui biaya tanpa adanya pengakuan pendapatan. Sehingga laba yang dilaporkan tidak rata. Perbandingan laba kotor antara metode kontrak selesai dengan metode persentase penyelesaiaan ditunjukkan pada gamabr dibawah ini: Gambar 4.1 PERBANDINGAN LABA KOTOR ANTARA METODE KONTRAK SELESAI DENGAN METODE PERSENTASE PENYLESAIAN (DALAM RIBUAN RUPIAH)

Ket: MPP Metode Persentase Penyelesaian MKS Metode Kontrak Selesai

Dalam gambar 4.1 menunjukkan pengakuan pendapatan dengan metode persentase penyelesaiaan, yaitu laba kotor diakui selama kontrak berlangsung sehingga tampak laba kotor disebar rata sesuai dengan pengakuan biaya kontrak. Sedangkan pengakuan pendapatan dengan metode kontrak selesai, laba kotor diakui langsung pada akhir kontrak sehingga peningkatan laba sangat signifikandi bulan Desember. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam bab sebelumnya maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Metode pengakuan pendapatan dengan Kontrak Selesai yang digunakan oleh PT Sonson Jaya Utama menimbulkan laba kotor yang dilaporkan tidak merata pada setiap periode. 2. Penagihan yang dilakukan pada akhir kontrak menyebabkan perusahaan sering mengalami kesulitan dana. 3. Metode pengakuan pendapatan dengan Kontrak Selesai yang digunakan oleh PT Sonson Jaya Utama tidak mencerminkan kinerja perusahaan. 4. Kurangnya evaluasi biaya proyek menyebabkan perusahaan kurang maksimal dalam mengontrol kinerja perusahaan.

5.2 Saran Saran-saran yang dapat diberikan oleh peneliti kepada perusahaan adalah:
1. Perusahaan sebaiknya menggunakan metode persentase penyelesaian karena dengan menggunakan metode ini 2. Penagihan kepada pemberi kerja sebaiknya dilakukan secara bertahap sehingga perusahaan dapat menggunakan uang penagihan tersebut untuk membiaya penyelesaian proyek.

Home Forum Galery About Me Download Outside

Akuntansi Kontrak Pembangunan Jangka Panjang Metode Persentase Penyelesaian


Sunday, March 4, 2012

Konsep Umum Percentage-of-Completion Accounting a. Pendapatan diakui sepanjang masa berlakunya (umur) kontrak. b. Pendapatan yang diakui merupakan fungsi dari tingkat penyelesaian kontrak. c. Biaya-biaya yang timbul dibukukan ke perkiraan Construction In Progress (CIP). d. Laba (profit) dibukukan pada perkiraan CIP. e. CIP diukur pada net realizable value (nilai bersih yang dapat direalisasikan) = nilai kontrak - biaya penyelesaian akhir unearned profit dari proyek yang belum selesai). f. Kerugian yang diantisipasi (anticipated loss) harus dibebankan secara penuh pada periode di mana kerugian tersebut dapat diukur. Kriteria Penerapan Percentage-of-Completion Accounting 1. Pendapatan, biaya, serta tingkat penyelesaian kontrak dapat diperkirakan secara meyakinkan. 2. Kontrak secara tegas menetapkan hak (enforceable right) dari pihak-pihak yang terlibat, hal-hal yang harus dipertukarkan, dan cara serta persyaratan penyelesaian kontrak. 3. Pihak pembeli diperkirakan akan dapat memenuhi kewajibannya sesuai kontrak. 4. Pihak penjual diperkirakan akan dapat menyelesaikan kewajiban kontraktualnya. Sementara penggunaan percentage-of-completion hanya diperbolehkan jika: 1. Entitas umumnya menangani kontrak-kontrak jangka pendek. 2. Kriteria bagi penerapan Percentage-of-Completion Accounting tidak terpenuhi. 3. Terdapat resiko yang melekat (inherent) pada kontrak melebihi risiko usaha yang normal. Ilustrasi PT Punjul mendapatkan kontrak pembangunan sebuah pendopo mulai bulan Juni 1998 senilai Rp4.500.000.000 yang diharapkan selesai Oktober 2000. Estimasi biayanya Rp4.000.000.000. Akhir tahun 1999 ternyata terjadi lonjakan harga sehingga total cost direvisi menjadi Rp4.050.000.000.

Penyelesaian dengan metode persentase penyelesaian Tahap 1. Analisis apakah kontrak profitable atau tidak, lalu tentukan persentase penyelesaian kontrak.

Tahap 2. Buatlah tabelaris pengakuan pendapatan (angka jutaan Rp).

Tahap 3. Buat jurnal pengakuan pendapatan dan laba kotornya (angka jutaan Rp).

Tahap 4. Membuat jurnal untuk biaya konstruksi, tagihan kemajuan pekerjaan (progress billing), dan penagihan kas.

Penyajian laporan keuangan dengan metode persentase penyelesaian. 1. Income statement: Revenue from LTCC: dinilai sebesar pendapatan yang diakui pada tahun tersebut Cost of LTCC: dinilai sebesar biaya yang diakui pada tahun tersebut llustrasi: berdasarkan contoh di atas maka penyajian sebagian income statement terkait dengan LTCC adalah sebagai berikut: 1998 1999 2000 Revenue from LTCC 1125 2115 1260 Cost of LTCC 1000 1916 1134 Gross profit 125 199 126 2. Balance Sheet Selama umur kontrak, selisih antara akun CIP dengan akun Progress Billing CC dilaporkan di neraca sebagai aset lancar (akun inventory) jika jumlahnya debit, dan sebagai kewajiban lancar jika jumlahnya kredit. llustrasi: Berdasarkan contoh di atas, maka balance sheet parsial terkait dengan LTCC untuk tahun 1998 adalah sebagai berikut: Aset Lancar Account receivable 150 Inventory: CIP 1125 (-) Progress Billing CC (900) 225 *CIP=Contruction In Progress Sumber: Modul Siap UKS PSAK STAN 2011 salam clicker..

REVENUE RECOGNITION (PENGAKUAN PENDAPATAN)


Pengertian: Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari: 1. Penyerahan barang (penjualan) 2. Penyerahan jasa (pendapatan jasa) 3. Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain yang menghasilkan: a. pendapatan bunga, b. pendapatan royalti, dan c. pendapatan dividen,

4. Pendapatan dari penghentian aktiva selain persediaan Pengakuan Pendapatan: Pendapatan akan diakui (1) pada saat direalisasi (when it is realized/realizable) dan (2) pada saat terjadi (when it is earned). Pengakuan pendapatan pada saat realisasi berarti pendapatan diakui pada saat barang atau jasa ditukar dengan aktiva atau klaim terhadap aktiva, dengan catatan aktiva atau klaim terhadap aktiva tersebut dapat diukur dengan satuan uang. Pengakuan pendapatan pada saat terjadi berarti: Pendapatan dari penjualan diakui pada tanggal penjualan (pada saat penyerahan barang). Pendapatan jasa diakui pada saat jasa selesai dikerjakan dan dapat difakturkan. Pendapatan dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain seperti pendapatan bunga, pendapatan sewa dan royalti, diakui sesuai dengan berlalunya waktu atau sesuai dengan penggunaan aktiva tersebut. 4. Pendapatan dari penghentian aktiva selain barang dagangan diakui pada tanggal penjualan.
1. 2. 3.

Pengakuan pendapatan dari penjualan barang/jasa:


1. 2. 3. 4.

Pada saat penjualan/pengiriman. Sebelum pengiriman. Setelah pengiriman. Pada transaksi penjualan khusus: waralaba (franchises)dan konsinyasi (consignments). Pengakuan Pendapatan Sebelum Pengiriman Pengakuan pendapatan ini terjadi pada kontrak-kontrak jangka panjang, seperti kontrak pembangunan gedung, jembatan, jalan, dan lain-lain. Metode pengakuan pendapatan kontrak jangka: (1) Metode persentase penyelesaian dan (2) Metode kontrak selesai.

Rekening-rekening yang digunakan:



Konstruksi Dalam Proses untuk mencatat pengeluaran/pemakaian biaya-biaya konstruksi Piutang Dagang untuk mencatat tagihan kepada pemilik proyek Konstruksi Dalam Proses - Difakturkan rekening yang dikredit pada waktu mencatat tagihan Biaya Konstruksi untuk mencatat pengakuan Konstruksi Dalam Proses sebagai biaya Pendapatan Konstruksi (Pendapatan Jk. Panj.) untuk mencatat pengakuan pendapatan kontrak jangka panjang

Contoh 1 Pada awal Juli 2003, PT ABC mendapat kontrak pembangunan sebuah jembatan senilai Rp7.200,000.00. Jembatan tersebut diperkirakan akan selesai dibangun pada bulan Oktober 2005 dengan perkiraan total biaya sebesar Rp6.400.000,00. Berikut ini adalah informasi yang berhubungan dengan kontrak tersebut: Keterangan Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005

Biaya yang dikeluarkan s.d. akhir tahun Taksiran biaya penyelesaian pada akhir tahun

Rp1.600.000,00 4.800.000,00 1.440.000,00 1.200.000,00

Rp4.665.600,00 1.814.400,00 3.840.000,00 2.800.000,00

Rp6.480.000,00 0,00 1.920.000,00 3.200.000,00

Tagihan kontrak dalam tahun Penerimaan kas dalam tahun

Pertanyaan:
1. 1.

Atas dasar metode persentase penyelesaian:

Hitunglah persentase penyelesaian pekerjaan, pengakuan pendapatan, dan pengakuan laba kotor tahun 2003, 2004, dan 2005. 2. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi kontrak jangka panjang tersebut tahun 2003, 2004, dan 2005.
2. 1. 2.

Atas dasar metode kontrak selesai: Hitunglah pengakuan laba kotor tahun 2005. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi kontrak jangka panjang tersebut tahun 2003, 2004, dan 2005. Contoh 2

Pada awal Juli 2003, PT BCD mendapat kontrak pembangunan sebuah jembatan senilai Rp7.200,000.00. Jembatan tersebut diperkirakan akan selesai dibangun pada bulan Oktober 2005 dengan perkiraan total biaya sebesar Rp6.400.000,00. Berikut ini adalah informasi yang berhubungan dengan kontrak tersebut: Keterangan
Biaya yang dikeluarkan s.d. akhir tahun Taksiran biaya penyelesaian pada akhir tahun

Tahun 2003 Rp1.600.000,00 4.800.000,00 1.440.000,00 1.200.000,00

Tahun 2004 Rp4.665.600,00 2.350.340.00 3.840.000,00 2.800.000,00

Tahun 2005 Rp7.015.940,00 0,00 1.920.000,00 3.200.000,00

Tagihan kontrak dalam tahun Penerimaan kas dalam tahun Pertanyaan:


1. 1.

Atas dasar metode persentase penyelesaian:

Hitunglah persentase penyelesaian pekerjaan, pengakuan pendapatan, dan pengakuan laba kotor tahun 2003, 2004, dan 2005. 2. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi kontrak jangka panjang tersebut tahun 2003, 2004, dan 2005.

2. 1. 2.

Atas dasar metode kontrak selesai: Hitunglah pengakuan laba kotor tahun 2005. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi kontrak jangka panjang tersebut tahun 2003, 2004, dan 2005.

CONTOH 1 - PERHITUNGAN LABA (RUGI) KOTOR (Metode Persentase Penyelesaian) Keterangan A Biaya sampai dengan akhir tahun B Taksiran biaya penyelesaian pd akhir tahun C Taksiran total biaya (A+B) D Persentase penyelesaian (A/C) x 100% E Pendapatan diakui untuk tahun 2003 Pendapatan diakui untuk thn 2003 & 2004 F Pendapatan diakui untuk tahun 2003 Pendapatan diakui untuk tahun 2004 Pendapatan diakui thn 2003, 2004, & 2005 G Pendapatan diakui untuk thn 2003 &2004 Pendapatan diakui untuk tahun 2004 H Biaya yang dikeluarkan untuk tahun I Laba (rugi) kotor (Pendapatan Biaya) diakui untuk tahun ............................. ............................. ............................. ............................. 2003 ............................. ............................. ............................. ............................. ............................. ............................. ............................. ............................. ............................. ............................. ............................. ............................. ............................. 2004 ............................. ............................. ............................. ............................. 2005 ............................. ............................. ............................. .............................

CONTOH 2 - PERHITUNGAN LABA (RUGI) KOTOR (Metode Persentase Penyelesaian) Keterangan A Biaya sampai dengan akhir tahun B Taksiran biaya penyelesaian pd akhir tahun C Taksiran total biaya (A+B) D Persentase penyelesaian (A/C) x 100% E Pendapatan diakui untuk tahun 2003 Pendapatan diakui untuk thn 2003 & 2004 F Pendapatan diakui untuk tahun 2003 Pendapatan diakui untuk tahun 2004 2003 ............................. ............................. ............................. ............................. ............................. ............................. ............................. ............................. 2004 ............................. ............................. ............................. ............................. 2005 ............................. ............................. ............................. .............................

Pendapatan diakui thn 2003, 2004, & 2005 G Pendapatan diakui untuk thn 2003 &2004 Pendapatan diakui untuk tahun 2004 H Biaya yang dikeluarkan untuk tahun I Laba (rugi) kotor (Pendapatan Biaya) diakui untuk tahun ............................. ............................. ............................. .............................

............................. ............................. ............................. ............................. .............................

SOAL-SOAL LATIHAN

Soal 1 Berikut ini adalah data yang berhubungan dengan penyelesaian suatu kontrak jangka panjang yang ditangani oleh PT Bangun Karya dalam tahun 1998:

Biaya yang terjadi dalam tahun 1998 Rp300.000.000,00 Jumlah yang difakturkan dalam tahun 1998 250.000.000,00 Kas yang diterima dalam tahun 1998 200.000.000,00

Dari perhitungan yang telah dilakukan, diketahui bahwa dalam tahun 1998, jumlah pendapatan yang diakui adalah sebesar Rp330.000.000,00 sedangkan laba kotor yang diakui adalah sebesar Rp30.000.000,00. Diminta: Buatlah jurnal untuk mencatat semua transaksi yang berhubungan dengan kontrak tersebut selama tahun 1998. PT Bangun Karya menggunakan metode persentase penyelesaian.

Soal 2
Pada tanggal 1 Februari 1996, PT Cipta Karya menandatangani kontrak pembuatan bangunan kompleks pertokoan dengan nilai kontrak sebesar Rp6.000.000.000,00. Bangunan tersebut diperkirakan akan selesai pada akhir tahun 1998. Berikut ini adalah informasi yang berhubungan dengan proyek tersebut:

(Dalam ribuan rupiah)

1996 Keterangan

1997

1998

Biaya yang terjadi sampai dengan akhir tahun Taksiran biaya penyelesaian pada akhir tahun Jumlah yang difakturkan Penerimaan kas

1.540.000 2.660.000 2.200.000 2.000.000

2.695.000 2.205.000 4.000.000 3.500.000

4.700.000 0 6.000.000 5.900.000

Diminta: Dengan menggunakan metode persentase penyelesaian, 1. Hitunglah pendapatan dan laba (rugi) kotor untuk tahun 1996, 1997, dan 1998. 2. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi yang terjadi selama tahun 1996 saja!

Soal 3 Pada tanggal 1 Februari 1998, PT Cipta Karya menandatangani kontrak pembuatan bangunan kompleks pertokoan dengan nilai kontrak sebesar Rp11.250.000.000,00. Bangunan tersebut diperkirakan akan selesai pada akhir tahun 2000. Berikut ini adalah informasi yang berhubungan dengan proyek tersebut:

(Dalam ribuan rupiah) Keterangan 1998 1999 2000

Biaya yang dikeluarkan sampai dengan tahun Taksiran biaya penyelesaian pada akhir tahun

2.500. 000 7.500. 000

7.290.000 3.672.405

10.962.405 0

Jumlah yang telah difakturkan pada tahun Penerimaan kas pada tahun Diminta: Dengan menggunakan metode persentase penyelesaian,

2.250. 000 1.875. 000

6.000.000 4.375.000

3.000.000 5.000.000

1. Hitunglah pendapatan dan laba (rugi) kotor untuk tahun 1998, 1999, dan 2000. 2. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi yang terjadi selama tahun 1999 saja!

Soal 4 Pada tanggal 15 Januari 1998, PT Perkasa Jaya memenangkan tender untuk membangun sebuah jalan tol dengan nilai kontrak Rp30.000.000.000,00. Proyek tersebut diperkirakan akan selesai pada akhir tahun 2000. Berikut ini adalah informasi yang berhubungan dengan proyek tersebut di atas:

(Dalam ribuan rupiah)

Keterangan

1998

1999

2000

Biaya yang terjadi sampai dengan akhir tahun Taksiran biaya penyelesaian pada akhir tahun Jumlah yang difakturkan dalam tahun Penerimaan kas dalam tahun

7.000.000 14.000.000 11.000.000 10.000.000

13.475.000 11.025.000 9.000.000 9.500.000

23.500.000 0 10.000.000 10.500.000

Diminta: Dengan menggunakan metode persentase penyelesaian, 1. Hitunglah pendapatan dan laba (rugi) kotor untuk tahun 1998, 1999, dan 2000. 2. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi yang terjadi selama tahun 2000 saja!

Akuntansi Keuangan Menengah II - Pendapatan

AA YKPN hal 32

Beberapa WP sering kebingungan ketika mengisi kolom koreksi fiskal SPT Tahunan PPh Badan formulir 1771 I. Kejadian ini dialami beberapa perusahaan konstruksi yang seluruh penghasilannya telah dikenakan PPh final. Berikut ini saya kutip dari buku petunjuk pengisian SPT Tahunan PPh Badan tahun pajak 2009 halaman 5 dan 6: Angka 4 : PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Untuk menghitung penghasilan neto fiskal yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan umum, penghasilan dari sumber di Indonesia yang dikenakan PPh final dan yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak harus dikeluarkan kembali, sehingga dengan pengurangan penghasilan tersebut pada jumlah penghasilan neto fiskalnya (angka nihil/netral. akan menjadi

Diisi dengan jumlah penghasilan neto komersial atas penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final dan penghasilan neto komersial atas penghasilan yang tidak termasuk objek pajak yang telah dimasukkan dalam angka 1 formulir 1771 I dan dalam hal mengalami kerugian komersial, diisi sesuai dengan jumlah kerugian komersialnya. Catatan Penulis: Pengertian Ketentuan Umum adalah bahwa PPh dikenakan terhadap penghasilan neto dimana penghasilan neto adalah pendapatan yang merupakan objek PPh dan bukan PPh final dikurangi biaya Angka 8 adalah angka penghasilan neto setelah koreksi fiskal angka 1 formulir 1771 I adalah seluruh penghasilan baik final maupun tidak final, baik objek PPh maupun bukan objek PPh Angka 5 : PENYESUAIAN FISKAL POSITIF Yang dimaksud dengan penyesuaian fiskal positif adalah penyesuaian terhadap penghasilan neto komersial (di luar unsur penghasilan yang dikenakan PPh final dan yang tidak termasuk Objek Pajak) dalam rangka menghitung Penghasilan Kena Pajak berdasarkan UU PPh beserta peraturan pelaksanaannya, yang bersifat menambah penghasilan dan/atau mengurangi biaya-biaya komersial tersebut pada angka 1. Angka 6 : PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF Yang dimaksud dengan penyesuaian fiskal negatif adalah penyesuaian terhadap penghasilan neto komersial (di luar unsur penghasilan yang dikenakan PPh final dan yang tidak

termasuk Objek Pajak) dalam rangka menghitung Penghasilan Kena Pajak berdasarkan UU PPh beserta peraturan pelaksanaannya, yang bersifat mengurangi penghasilan dan/atau menambah biaya-biaya komersial tersebut pada angka 1. Catatan Penulis: Kata yang ditulis tebal dan digarisbawahi merupakan jawaban atas kebingungan WP. Kita akan membuat contohnya. WP hanya menerima penghasilan konstruksi yang telah dikenakan PPh final Rp 1.000.000.0000 Biaya untuk kepentingan pemegang saham Rp 50.000.000 Karena seluruh penghasilan telah dikenakan PPh final, maka WP hanya mencantumkan Rp 1.000.000.000 pada form 1771 I nomor 4, sedangkan angka Rp 50.000.000 tidak dicantumkan pada kolom koreksi fiskal biaya untuk kepentingan pemegang saham (1771 I No. 5.a.) karena jika dicantumkan akan terjadi double koreksi. Contoh 1:

Peredaran usaha dari jasa konstruksi; Rp 1.000.000.000 Biaya 3M: Rp800.000.000 Biaya untuk kepentingan pribadi pemegang saham: Rp100.000.000 Berdasarkan data tersebut, maka perhitungan labanya adalah sbb: 1. Laporan Laba Rugi Komersial

Peredaran usaha: Rp 1.000.000.000 Biaya: 900.000.000 Laba: Rp 100.000.000 2. Laporan Laba Rugi Fiskal

Peredaran usaha: 0 Biaya: 0 Laba: 0 3. SPT Tahunan PPh Badan


Peredaran usaha:

Rp1.000.000.000 (900.000.000) Rp 100.000.000 (1.000.000.000) (900.000.000) 0

Biaya: Penghasilan neto komersial: Penghasilan PPh final Koreksi fiskal biaya Penghasilan neto fiskal Contoh 2:

Peredaran usaha dari jasa konstruksi: Rp 1.000.000.000 Peredaran usaha dari penjualan barang: Rp 4.000.000.000 Biaya sehubungan jasa konstruksi: Rp800.000.000 Biaya untuk Penjualan barang: Rp3.700.000.000 Biaya untuk kepentingan pemegang saham untuk penjualan barang: Rp100.000.000 Berdasarkan data tersebut, maka perhitungan labanya adalah sbb:

1. Laporan Laba Rugi Komersial

Peredaran usaha: Rp 5.000.000.000 dari perhitungan Rp1.000.000.000 + Rp 4.000.000.000 Biaya: 4.600.000.000 dari perhitungan Rp800.000.000 + Rp 3.700.000.000 + Rp 100.000.000 Laba: Rp 400.000.000 2. Laporan Laba Rugi Fiskal

Peredaran usaha: Rp 4.000.000.000 Biaya: 3.700.000.000 Laba: Rp300.000.000 3. SPT Tahunan PPh Badan

Peredaran usaha: Biaya: Penghasilan neto komersial: Penghasilan PPh final Koreksi fiskal biaya konstruksi Koreksi biaya kep. pem. saham Penghasilan neto fiskal

Rp5.000.000.000 4.600.000.000 400.000.000 (1.000.000.000) 800.000.000 (100.000.000) Rp300.000.000

You might also like