You are on page 1of 96

BAB I KONSEP KEFARMASIAN A.

Pendahuluan Ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat. Ada anggapan bahwa ilmu ini mengandung sedikit kesenian, maka dapat dikatakan bahwa ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari seni meracik obat (art of drug compounding), terutama ditujukan untuk melayani resep dari dokter. Penyediaan obat-obatan disini mengandung arti pengumpulan, pengenalan, pengawetan dan pembakuan dari bahan obat-obatan. Melihat ruang lingkup dunia farmasi yang cukup luas, maka mudah dipahami bahwa ilmu resep tidak dapat berdiri sendiri tanpa kerja sama yang baik dengan cabang ilmu yang lain, seperti fisika, kimia, biologi dan farmakologi. Pada waktu seseorang mulai terjun masuk kedalam pendidikan kefarmasian berarti dia mulai mempersiapkan dirinya untuk melayani masyarakat dalam hal : Memenuhi kebutuhan obat-obatan yang aman dan bermutu. Pengaturan dan pengawasan distribusi obat-obatan yang beredar di masyarakat. Meningkatkan peranan dalam bidang penyelidikan dan pengembangan obat-obatan. Mempelajari resep berarti mempelajari penyediaan obat-obatan untuk kebutuhan si sakit. Seseorang akan sakit bila mendapatkan serangan dari bibit penyakit, sedangkan bibit tersebut telah ada semenjak diturunkannya manusia pertama. B. Sejarah Kefarmasian Ilmu resep sebenarnya telah ada dikenal yakni semenjak timbulnya penyakit. Dengan adanya manusia di dunia ini mulai timbul peradaban dan mulai terjadi penyebaran penyakit yang dilanjutkan dengan usaha masyarakat untuk melakukan usaha pencegahan terhadap penyakit. Ilmuwan- ilmuwan yang berjasa dalam perkembangan farmasi dan kedokteran adalah :

Hipocrates (460-370), adalah dokter Yunani yang memperkenalkan farmasi dan kedokteran secara ilmiah. Dan Hipocrates disebut sebagai Bapak Ilmu Kedokteran

Dioscorides (abad ke-1 setelah Masehi), adalah ahli botani Yunani, merupakan orang pertama yang menggunakan tumbuh- tumbuhan sebagai ilmu farmasi terapan. Karyanya De Materia Medica. Obat-obatan yang dibuatnya yaitu Aspiridium, Opium, Ergot, Hyosyamus dan Cinnamon.

Galen (130-200 setelah Masehi), adalah dokter dan ahli farmasi bangsa Yunani. Karyanya dalam ilmu kedokteran dan obat-obatan yang berasal dari alam, formula dan sediaan farmasi yaitu Farmasi Galenika.

Philipus Aureulus Theopratus Bombatus Van Hohenheim (1493-1541 setelah masehi), Adalah seorang dokter dan ahli kimia dari Swiss yang menyebut dirinya Paracelcus , sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan farmasi, menyiapkan bahan obat spesifik dan memperkenalkan zat kimia sebagai obat internal.

Ilmu farmasi baru menjadi ilmu pengetahuan yang sesungguhnya pada abad XVII di Perancis. Pada tahun 1797 telah berdiri sekolah farmasi yang pertama di perancis dan buku tentang farmasi mulai diterbitkan dalam beberapa bentuk antara lain buku pelajaran, majalah, Farmakope maupun komentar. Kemajuan di Perancis ini diikuti oleh negara Eropa yang lain, misalnya Italia, Inggris, Jerman, dan lain-lain. Di Amerika sekolah farmasi pertama berdiri pada tahun 1821 di Philadelphia. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka ilmu farmasipun mengalami perkembangan hingga terpecah menjadi ilmu yang lebih khusus, tetapi saling berkaitan, misalnya farmakologi, farmakognosi, galenika dan kimia farmasi. Perkembangan farmasi di Indonesia sudah dimulai semenjak zaman Belanda, sehingga buku pedoman maupun undang-undang yang berlaku pada waktu itu berkiblat pada negeri Belanda. Setelah kemerdekaan, buku pedoman maupun undang-undang yang dirasa masih cocok tetap dipertahankan, sedangkan yang tidak sesuai lagi dihilangkan. Pekerjaan kefarmasian terutama pekerjaan meracik obat-obatan dikerjakan di apotek yang dilakukan oleh Asisten Apoteker di bawah pengawasan Apoteker. Bentuk apotek yang pernah ada di Indonesia ada 3 macam : apotek biasa, apotek darurat dan apotek dokter. Dalam melakukan kegiatan di apotek mulai dari mempersiapkan bahan sampai penyerahan obat, kita harus berpedoman pada buku resmi farmasi yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan, antara lain buku Farmakope (berasal dari kata Pharmacon yang berarti racun/obat dan pole yang berarti membuat). Buku ini memuat persyaratan kemurniaan, sifat kimia dan fisika, cara pemeriksaan, serta beberapa ketentuan lain yang berhubungan dengan obat-obatan. Hampir setiap negara mempunyai buku farmakope sendiri, seperti : Farmakope Indonesia milik negara Indonesia United State Pharmakope ( U.S.P ) milik Amerika British Pharmakope ( B.P ) milik Inggris Nederlands Pharmakope milik Belanda

Pada farmakope-farmakope tersebut ada perbedaan dalam ketentuan, sehingga menimbulkan kesulitan bila suatu resep dari negara A harus dibuat di negara B. Oleh karena itu badan dunia dalam bidang kesehatan, WHO ( world health organization ) menerbitkan buku Farmakope Internasional yang dapat disetujui oleh semua anggotanya. Tetapi sampai sekarang masing-masing negara memegang teguh farmakopenya. Sebelum Indonesia mempunyai farmakope, yang berlaku adalah farmakope Belanda. Baru pada tahun 1962 pemerintah RI menerbitkan buku farmakope yang pertama, dan semenjak itu farmakope Belanda dipakai sebagai referensi saja.

Buku-buku farmasi yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan : C. Farmakope Farmakope memuat persyaratan kemurniaan, sifat kimia dan fisika, cara pemeriksaan, serta beberapa ketentuan lain yang berhubungan dengan obat-obatan. Ketentuan Umum Farmakope Indonesia IV Farmakope edisi terbaru yang berlaku hingga saat ini adalah Farmakope Indonesia edisi Empat. Judul tersebut dapat disingkat menjadi Farmakope Indonesia edisi IV atau FI IV. FI IV dan semua suplemennya. Bahan dan Proses Sediaan resmi dibuat dari bahan-bahan yang memenuhi persyaratan dalam monografi Farmakope untuk masing-masing bahan yang bersangkutan, yang monografinya tersedia dalam Farmakope. Air yang digunakan sebagai bahan dalam sediaan resmi harus memenuhi persyaratan untuk air, air untuk injeksi atau salah satu bentuk steril air yang tercantum dalam monografi dalam FI ini. Air yang dapat diminum dan memenuhi persyaratan air minum yang diatur oleh pemerintah dapat digunakan dalam memproduksi sediaan resmi. Apabila monografi suatu sediaan memerlukan bahan yang jumlahnya dinyatakan sebagai zat yang telah dikeringkan, bahan tersebut tidak perlu dikeringkan terlebih dahulu sebelum digunakan, asalkan adanya air atau zat lain yang mudah menguap diperkenankan dalam jumlah yang ditetapkan. Bahan Tambahan Bahan resmi yang dibedakan dari sediaan resmi tidak boleh mengandung bahan yang ditambahkan kecuali secara khusus diperkenankan dalam monografi. Apabila diperkenankan pada penandaan harus tertera nama dan jumlah bahan tam-bahan tersebut. Tangas Uap. Jika dinyatakan penggunaan tangas uap, yang dimaksud adalah tangas dengan uap panas mengalir. Dapat juga digunakan pamanas lain yang dapat diatur hingga suhunya sama dengan uap panas mengalir. Tangas Air Jika dinyatakan penggunaan tangas air, tanpa menyebutkan suhu tertentu, yang dimaksud adalah tangas air yang mendidih kuat. Larutan. Kecuali dinyatakan lain, larutan untuk pengujian atau penetapan kadar dibuat dengan air sebagai pelarut. Jika digunakan istilah FI tanpa keterangan lain selama periode berlakunya Farmakope Indonesia ini, maka yang dimaksudkan adalah Farmakope Indonesia edisi I jilid I terbit tanggal 20 Mei 1962 Farmakope Indonesia edisi I jilid II terbit tanggal 20 Mei 1965 Formularium Indonesia ( FOI ) terbit 20 Mei 1966 Farmakope Indonesia edisi II terbit 1 April 1972 Ekstra Farmakope Indonesia terbit 1 April 1974 Formularium Nasional terbit 12 Nopember 1978 Farmakope Indonesia III terbit 9 Oktober 1979 Farmakope Indonesia IV terbit 5 Desember 1995

Pernyataan 1 dalam 10 mempunyai arti 1 bagian volume cairan atau 1 bagian bobot zat padat diencerkan dengan atau dilarutkan dalam pengencer atau pelarut secukupnya hingga volume akhir 10 bagian volume. Pernyataan 20 : 5 : 2 mempunyai arti beberapa cairan dengan perbandingan volume seperti yang disebutkan, dicampur. Bobot Jenis Kecuali dinyatakan lain, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat diudara pada suhu 25 air dengan volume sama pada suhu 25 Suhu Kecuali dinyatakan lain, semua suhu di dalam Farmakope dinyatakan dalam derajat celcius dan semua pengukuran dilakukan pada suhu 25 o. Jika dinyatakan suhu kamar terkendali , yang dimaksud adalah suhu 15 o dan 30 o Air Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan air dalam pengujian dan penetapan kadar adalah air yang dimurnikan. Pemerian Pemerian memuat paparan mengenai sifat zat secara umum terutama meliputi wujud, rupa, warna, rasa, bau dan untuk beberapa hal dilengkapi dengan sifat kimia atau sifat fisika, dimaksudkan untuk dijadikan petunjuk dalam pengelolaan, peracikan, dan penggunaan. Pernyataan dalam pemerian tidak cukup kuat dijadikan syarat baku, tetapi meskipun demikian secara tidak langsung dapat membantu dalam penilaian pendahuluan terhadap mutu zat yang bersangkutan. Kelarutan Kelarutan zat yang tercantum dalam farmakope dinyatakan dengan istilah sebagai berikut : Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk melarutkan satu bagian zat. Sangat mudah larut Mudah larut Larut Agak sukar larut Sukar larut Sangat sukar larut Praktis tidak larut Kurang dari 1 1 sampai 10 10 sampai 30 30 sampai 100 100 sampai 1000 1000 sampai 10.000 lebih dari 10.000
o o

terhadap bobot

Wadah dan Penyimpanan Wadah dan sumbatnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan didalamnya baik secara kimia maupun secara fisika, yang dapat mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau kemurniannya hingga tidak memenuhi persyaratan resmi. Kecuali dinyatakan lain, persyaratan wadah yang tertera di Farmakope juga berlaku untuk wadah yang digunakan dalam penyerahan obat oleh apoteker.

Kemasan tahan rusak Wadah suatu bahan steril yang dimaksudkan untuk pengobatan mata atau telinga, kecuali yang disiapkan segera sebelum diserahkan atas resep dokter , harus disegel sedemikian rupa hingga isinya tidak dapat digunakan tanpa merusak segel. Wadah tidak tembus cahaya Wadah tidak tembus cahaya harus dapat melindungi isi dari pengaruh cahaya, dibuat dari bahan khusus yang mempunyai sifat menahan cahaya atau dengan melapisi wadah tersebut . Wadah yang bening dan tidak berwarna atau wadah yang tembus cahaya dapat dibuat tidak tembus cahaya dengan cara memberi pembungkus yang buram. Dalam hal ini pada etiket harus disebutkan bahwa pembungkus buram diperlukan sampai isi dari wadah habis karena diminum atau digunakan untuk keperluan lain. Jika dalam monografi dinyatakan Terlindung dari cahaya dimaksudkan agar penyimpanan dilakukan dalam wadah tidak tembus cahaya. Wadah tertutup baik Wadah tertutup baik harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat dan mencegah kehilangan bahan selama penanganan , pengangkutan, penyimpanan dan distribusi. Wadah tertutup rapat Harus melindungi isi terhadap masuknya bahan cair , bahan padat atau uap dan mencegah kehilangan, merekat, mencair atau menguapnya bahan selama pena-nganan , pengangkutan dan distribusi dan harus dapat ditutup rapat kembali. Wadah tertutup rapat dapat diganti dengan wadah tertutup kedap untuk bahan dosis tunggal. Wadah tertutup kedap Harus dapat mencegah menembusnya udara atau gas selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi. Wadah satuan tunggal Digunakan untuk produk obat yang dimaksudkan untuk digunakan sebagai dosis tunggal yang harus digunakan segera setelah dibuka. Wadah atau pembung-kusnya sebaiknya dirancang sedemikian rupa, hingga dapat diketahui apabila wadah tersebut pernah dibuka. Tiap wadah satuan tunggal harus diberi etiket yang menye-butkan identitas, kadar atau kekuatan, nama produsen, nomor batch dan tanggal ka-daluarsa. Wadah dosis tunggal Adalah wadah satuan tunggal untuk bahan untuk bahan yang hanya digunakan secara parenteral. Wadah dosis satuan Adalah wadah satuan tunggal untuk bahan yang digunakan bukan secara parenteral dalam doosis tunggal, langsung dari wadah. Wadah satuan ganda Adalah wadah yang memungkinkan dapat diambil isinya beberapa kali tanpa mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau kemurnian sisa zat dalam wadah tersebut. Wadah dosis ganda Adalah wadah satuan ganda untuk bahan yang digunakan hanya secara parenteral Suhu penyimpanan Dingin adalah suhu tidak lebih dari 8o

Lemari pendingin memiliki suhu antara 2o dan 8o sedangkan Sejuk mempunyai suhu antara - 20 dan -10 adalah suhu antara 8o dan 15o. Kecuali Suhu kamar Hangat Panas berlebih Penandaan dinyatakan lain disimpan di dalam lemari pendingin adalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu yang diatur antara 15 o dan 30o adalah suhu antara 30o dan 40 o adalah suhu di atas 40o
o o

lemari pembeku

harus

disimpan

pada

suhu

sejuk

dapat

Bahan dan sediaan yang disebutkan dalam farmakope harus diberi penandaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Persen Persen bobot per bobot ( b/b) , menyatakan jumlah gram zat dalam 100 gram larutan atau campuran,. Persen bobot per volume ( b/v) , menyatakan jumlah gram zat dalam 100 ml larutan, sebagai pelarut dapat digunakan air atau pelarut lain. Persen volume per volume (v/v), menyatakan jumlah ml zat dalam 100 ml larutan

Pernyataan persen tanpa penjelasan lebih lanjut untuk campuran padat atau setengah padat, yang dimaksud adalah b/b, untuk larutan dan suspensi suatu zat padat dalam cairan yang dimaksud adalah b/v , untuk larutan cairan di dalam cairan yang dimak-sud adalah v/v dan untuk larutan gas dalam cairan yang dimaksud adalah b/v. Daluarsa Adalah waktu yang menunjukkan batas terakhir obat masih memenuhi syarat baku. Daluarsa dinyatakan dalam bulan dan tahun, harus dicantumkan dalam etiket. D. Obat dan Sediaan Obat ialah semua bahan tunggal/campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun luar, guna mencegah, meringankan ataupun menyembuhkan penyakit. Menurut undang undang yang dimaksud obat ialah suatu bahan atau bahan-bahan yang dimaksudkan untuk dipergunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah , mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, untuk memperelok badan atau bagian badan manusia. Pengertian Obat Secara Khusus 1 Obat Jadi Yakni obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, cairan, salep, tablet, pil, suppositoria atau bentuk lain yang mempunyai teknis sesuai dengan Farmakope Indonesia atau buku lain yang ditetapkan oleh pemerintah. 2 Obat Patent Yakni obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat pembuat yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.

Pengertian Obat Secara Umum

Obat Baru

Yakni obat yang terdiri atau berisi zat, baik sebagai bagian yang berkhasiat, ataupun yang tidak berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi, pelarut, pembantu atau komponen lain, yang belum dikenal sehingga tidak diketahui khasiat kegunaannya. dan

Obat Asli

Yakni obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alamiah Indonesia, terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional.

Obat Esensial

Adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat terbanyak dan tercantum dalam Daftar Obat Esensial yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan

Obat Generik

Adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.

Penggolongan Obat Macam-macam penggolongan obat : 1. b c d 2. Menurut cara penggunaan obat dapat dibagi : a). b). Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam), adalah obat yang digunakan melalui orang dan diberi tanda etiket putih Medicamentum ad usum externum (pemakaian luar), adalah obat yang cara penggunaannya selain melalui oral dan diberi tanda etiket biru. Contohnya implantasi, injeksi, topikal, membran mukosal, rektal, vaginal, nasal, opthal, aurical, collutio/gargarisma. 3. Menurut cara kerjanya obat dapat dibagi : a). b). Lokal, adalah obat yang bekerjanya pada jaringan setempat, seperti obat obat yang digunakan secara topikal pemakaian topikal. Contohnya salep, linimenta dan cream Sistemis, adalah obat yang didistribusikan keseluruh tubuh. Contohnya tablet, kapsul, obat minum dan lain lain. 4. Menurut undang-undang kesehatan obat digolongkan dalam : a). Obat narkotika (obat bius), merupakan obat yang diperlukan dalam bidang pengobatan dan ilmu pengetahuan dan dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pembatasan dan pengawasan. Menurut kegunaannya obat dapat dibagi : a). b). c). untuk menyembuhkan (terapeutic) untuk mencegah (prophylactic) untuk diagnosa (diagnostic)

b). c).

Obat Psikotropika (obat berbahaya), obat yang mempengaruhi proses mental, merangsang atau menenangkan, mengubah pikiran/perasaan / kelakuan orang. Obat keras adalah semua obat yang : mempunyai takaran maksimum atau yang tercantum dalam daftar obat keras. diberi tanda khusus lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi. obat baru , kecuali dinyatakan Departemen Kesehatan tidak membahayakan semua sediaan parenteral

d). e). Sumber Obat

Obat Bebas Terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dengan penyerahan dalam bungkus aslinya dan diberi tanda peringatan. Obat Bebas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas, dan tidak membahayakan bagi si pemakai dan diberi tanda lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.

Obat yang kita gunakan ini berasal dari berbagai sumber antara lain : 1. 2. 3. 4. Tumbuhan (flora, nabati), seperti digitalis folium, kina, minyak jarak. Hewan (fauna, hayati) seperti minyak ikan, adeps lanae, cera. Mineral (pertambangan) seperti kalium iodida, garam dapur, parafin, vaselin. Sintetis (tiruan/buatan) seperti kamfer sintetis, vitamin C Mikroba seperti antibiotik penicillin dari Penicillium notatum.

5.

Dari sumber-sumber ini supaya lebih sederhana dan lebih mudah dalam pemakaian dan penyimpanan masih harus diolah menjadi sediaan kimia dan sediaan galenis. Contoh : Simplisia Belladonnae herba Opium Preparat Kimia Atropin sulfas Scopolamini hydrobromidum Morphini hydrochloridum Codeini Hydrochloridum E. Resep Preparat Galenis Belladonna extractum Belladonnae tinctura Opii extractum Opii tinctura

Pengertian Resep Resep adalah permintaan tertulis seorang dokter , dokter gigi atau dokter hewan yang diberi ijin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada apoteker pengelola apotik untuk menyediakan dan menyerahkan obat-obatan bagi penderita. Resep disebut juga formulae medicae, terdiri dari formulae officinalis (yaitu resep yang tercantum dalam buku farma-kope atau buku lainnya dan merupakan standar) dan formulae magistralis (yaitu resep yang ditulis oleh dokter) Resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang artinya recipe (ambilah). Dibelakang tanda ini (R/) biasanya baru tertera nama dan jumlah obat. Umumnya resep ditulis dalam bahasa latin. Suatu resep yang lengkap harus memuat : Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter hewan Tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep

Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Nama pasien, jenis hewan, umur, serta alamat/pemilik hewan Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya melebihi dosis maksimal.

Pembagian suatu resep yang lengkap : 1). 2). 3). 4). 5). Tanggal dan tempat ditulisnya resep ( inscriptio ) Aturan pakai dari obat yang tertulis ( signatura ) Paraf/tanda tangan dokter yang menulis resep ( subcriptio ) Tanda buka penulisan resep dengan R/ ( invecatio ) Nama obat, jumlah dan cara membuatnya ( praescriptio atau ordinatio. Yang berhak menulis resep adalah dokter, dokter gigi (terbatas pada pengobatan gigi dan mulut) dan dokter hewan (terbatas pada pengobatan hewan). Dokter gigi diberi ijin menulis resep dari segala macam obat untuk pemakaian melalui mulut, injeksi (parentral) atau cara pemakaian lainnya, khusus untuk mengobati penyakit gigi dan mulut. Sedangkan pembiusan / patirasa secara umum tetap dilarang bagi dokter gigi (S.E.) Depkes No. 19/Ph/62 Mei 1962. Resep untuk pengobat segera Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera dokter dapat memberi tanda : Cito Urgent Statim P.I.M : : : : segera penting penting Periculum In Mora = berbahaya bila ditunda.

pada bagian atas kanan resep, apoteker harus mendahulukan pelayanan resep ini termasuk resep antidotum . Bila dokter ingin agar resepnya dapat diulang, maka dalam resep ditulis Iteratie. Dan ditulis berapa kali resep boleh diulang. Misalkan iteratie 3 X, artinya resep dapat dilayani 1 + 3 kali ulangan = Untuk resep yang mengandung narkotika, tidak dapat ditulis iteratie tetapi selalu dengan resep baru. Komponen Resep Menurut Fungsi Menurut fungsi bahan obatnya resep terbagi atas : 1). 2). 3). Remidium Cardinal, adalah obat yang berkhasiat utama Remidium Ajuvans, adalah obat yang menunjang bekerjanya bahan obat utama Corrigens, adalah zat tambahan yang digunakan untuk memperbaiki warna, rasa dan bau dari obat utama. Corrigens dapat kita bedakan sebagai berikut : a. Corrigens Actionis, digunakan untuk memperbaiki kerja zat berkhasiat utama. Contohnya pulvis doveri terdiri dari kalii sulfas, ipecacuanhae radix, dan opii pulvis. Opii pulvis sebagai zat berkhasiat utama menyebabkan orang sukar buang air besar, karena itu diberi kalii sulfas sebagai pencahar sekaligus memperbaiki kerja opii pulvis tsb. 4X.

b.

Corrigens Odoris,

digunakan untuk memperbaiki bau dari obat. Contohnya oleum Cinnamommi dalam emulsi minyak ikan.

c.

Corrigens Saporis,

digunakan untuk memperbaiki rasa obat. Contohnya saccharosa atau sirupus simplex untuk obat - obatan yang pahit rasanya.

d.

Corrigens Coloris,

digunakan untuk memperbaiki warna obat . Contohnya obat untuk anak diberi warna merah agar menarik untuk diminum.

e.

Corrigens Solubilis,

digunakan untuk memperbaiki kelarutan dari obat utama. Contohnya Iodium dapat mudah larut dalam larutan pekat NaI KI /

4). Constituens / Vehiculum / Exipiens, merupakan zat tambahan. Adalah bahan obat yang bersifat netral dan dipakai sebagai bahan pengisi dan pemberi bentuk, sehingga menjadi obat yang cocok. Contohnya laktosum pada serbuk, amylum dan talcum pada bedak tabur. Salinan Resep (Copy Resep) Salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh apotik, selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli juga harus memuat : 1). 2). 3). 4). 5). Nama dan alamat apotik Nama dan nomer izin apoteker pengelola apotik. Tanda tangan atau paraf apoteker pengelola apotik Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan dan tanda nedet (nedetur) untuk obat yang belum diserahkan, pada resep dengan tanda ITER X diberi tanda detur orig / detur ..X Nomor resep dan tanggal pembuatan. Istilah lain dari copy resep adalah apograph, exemplum, afschrif. Apabila Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan tugasnya, penandatanganan atau pencantuman paraf pada salinan resep yang dimaksud diatas dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti dengan mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan. Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita sendiri dan petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku (contohnya petugas pengadilan bila diper-lukan untuk suatu perkara).

Penyimpanan Resep Apoteker Pengelola Apotik mengatur resep yang telah dikerjakan menurut urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep. Resep harus disimpan sekurang-kurangnya selama 3 tahun. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya.Resep yang disimpan melebihi jangka 3 tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai oleh Apoteker Pengelola Apotik bersama-sama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotik. Pada pemusnahan

resep harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan, rangkap 4 dan ditanda-tangani oleh APA bersama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotik. Apoteker tidak dibenarkan mengulangi penyerahan obat atas dasar resep yang sama apabila pada resep aslinya tercantum tanda n.i. ( ne iteratur = tidak boleh diulang) atau obat narkotika atau obat lain yang oleh Menkes (khususnya Dir Jen. POM) yang ditetapkan sebagai obat yang tidak boleh diulang tanpa resep baru dari dokter. F. Dosis

Pengertian Dosis Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan dosis adalah dosis maksimum, yaitu dosis maksimum dewasa untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutis dan rektal. Selain dosis maksimal juga dikenal dosis lazim, dalam Farmakope edisi III tercantum dosis lazim untuk dewasa juga untuk bayi dan anak. Umumnya merupakan petunjuk dan tidak mengikat. Definisi dosis (takaran) suatu obat ialah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita baik untuk dipakai sebagai obat dalam maupun obat luar. Ketentuan Umum FI edisi III mencantumkan 2 dosis yakni : 1). Dosis Maksimal ( maximum), berlaku untuk pemakaian sekali dan sehari. Penyerahan obat dengan dosis melebihi dosis maksimum dapat dilakukan dengan membubuhi tanda seru dan paraf dokter penulisan resep, diberi garis dibawah nama obat tersebut atau banyaknya obat hendaknya ditulis dengan huruf lengkap. 2). Dosis Lazim (Usual Doses), merupakan petunjuk yang tidak mengikat tetapi digunakan sebagai pedoman umum (dosis yang biasa / umum digunakan). Macam Macam Dosis Ditinjau dari dosis (takaran) yang dipakai, maka dapat dibagi sebagai berikut : 1). Dosis terapi adalah dosis (takaran) yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan si sakit. 2). Dosis maksimum adalah dosis (takaran) yang terbesar yang dapat diberikan kepada orang dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan. 3). L.D.50 adalah dosis (takaran) yang menyebabkan kematian pada

50% hewan percobaan. 4). L.D.100 adalah dosis (takaran) yang menyebabkan kematian pada 100 % hewan percobaan Daftar dosis maksimal menurut FI digunakan untuk orang dewasa berumur 20 - 60 tahun, dengan berat badan 58 60 kg. Untuk orang yang sudah berusia lanjut dan pertumbuhan fisiknya sudah mulai menurun, maka pemberian dosis lebih kecil dari pada dosis dewasa.

Perbandingan dosis orang usia lanjut terhadap dosis dewasa : Umur 60-70 tahun 70-80 tahun 80-90 tahun 90 tahun keatas Dosis untuk wanita hamil Untuk wanita hamil yang peka terhadap obat-obatan sebaiknya diberi dalam jumlah yang lebih kecil, bahkan untuk beberapa obat yang dapat mengakibatkan abortus dilarang, juga wanita menyusui, karena obat dapat diserap oleh bayi melalui ASI. Untuk anak dibawah 20 tahun mempunyai perhitungan khusus. Dosis untuk anak dan bayi Respon tubuh anak dan bayi terhadap obat tidak dapat disamakan dengan orang dewasa. Dalam memilih dan menetapkan dosis memang tidak mudah karena harus diperhitungkan beberapa faktor, antara lain umur, berat badan, jenis kelamin, sifat penyakit, daya serap obat, ekskresi obat. Faktor lain kondisi pasien, kasus penyakit, jenis obatnya juga faktor toleransi, habituasi, adiksi dan sensitip. Aturan pokok untuk memperhitungkan dosis untuk anak tidak ada, karena itu beberapa tokoh mencoba untuk membuat perhitungan berdasarkan umur, bobot badan dan luas permukaan (body surface ) . Sebagai patokan dapat kita ambil salah satu cara sebagai berkut : Menghitung Dosis Maksimum Untuk Anak (1) Berdasarkan Umur. Rumus YOUNG : Dosis 4 /5 x dosis dewasa x dosis dewasa 2 /3 x dosis dewasa x dosis dewasa

n x dosis maksimal dewasa, dimana n adalah umur dari n + 12 n x dosis maksimal dewasa, dimana n adalah umur dari 20 n x dosis maksimal dewasa, n adalah umur bayi dalam 150

anak 8 tahun ke bawah Rumus DILLING :

anak 8 tahun kebawah. Rumus FRIED bulan (2) Berdasarkan Berat Badan (BB) Rumus CLARK (Amerika) : Berat badan anak dalam kg x dosis maksimal dewasa 150 atau Berat Badan Anak dalam pound x dosis maksimal dewasa Rumus Thermich ( Jerman ) : Berat Badan Anak dalam kg x dosis maksimal dewasa :

70 Ada 3 macam bahan yang mempunyai DM untuk obat luar yaitu : Naphthol, guaiacol, kreosot Sublimat Iodoform Dosis maksimum gabungan Bila dalam resep terdapat lebih dari satu macam obat yang mempunyai kerja bersamaan/searah, maka harus dibuat dosis maksimum gabungan. Dosis maksimum gabungan dinyatakan tidak lampau bila : pemakaian 1 kali zat A + pemakaian 1 kali zat B, hasilnya kurang dari 100 %, demikian pula pemakaian 1 harinya. Contoh obat yang memiliki DM gabungan : Atropin Sulfas dengan Extractum Belladonnae, Pulvis Opii dengan Pulvis Doveri, Coffein dengan Aminophyllin, Arsen Trioxyda dengan Natrii Arsenas dan lainlain. Dosis dengan pemakaian berdasar jam, contohnya s.o.t.h. (setiap tiga jam) (1) Menurut FI edisi II untuk pemakaian sehari dihitung : untuk kulit untuk mata untuk obat pompa

24 X = n
(2)

24 X = 8 kali minum dalam sehari semalam 3

Menurut Van Duin :

16 16 +1 X = + 1 = 6 kali minum obat untuk sehari semalam, kecuali untuk antibiotika n 3


dan sulfonamida dihitung 24 jam (seperti rumus dari FI. II) Dosis untuk larutan mengandung sirup jumlah besar Harus diperhatikan didalam obat minum yang mengandung sirup dalam jumlah besar yaitu lebih dari 16,67 % atau lebih dari 1/6 bagian, BJ larutan akan berubah dari 1 menjadi 1,3, sehingga berat larutan tidak akan sama dengan volume larutan.

BAB II PULVIS dan PULVERES

A.

Pengertian Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk

pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan. Anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk. Biasanya serbuk oral dapat dicampur dengan air minum. Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (pulveres) atau tidak terbagi (pulvis). Serbuk oral tidak terbagi terbatas pada obat yang relatif tidak poten seperti laksansia, antasida, makanan diet dan

beberapa jenis analgetik tertentu, pasien dapat menakar secara aman dengan sendok teh atau penakar yang lain. Serbuk tidak terbagi lainnya adalah serbuk gigi dan serbuk tabur, keduanya untuk pemakaian luar. Kelebihan dan Kelemahan Sediaan Serbuk Kelebihan Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan si penderita. Lebih stabil terutama untuk obat yang rusak oleh air. Penyerapan lebih cepat dan lebih sempurna dibanding , sediaan padat lainnya. Cocok digunakan untik anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul dapat dibuat dalam bentuk serbuk. Kelemahan Tidak tertutupnya rasa tidak enak seperti pahit, sepat, lengket di lidah (bisa diatasi dengan corrigens saporis) (1) Pada penyimpanan menjadi lembab Pulveres (serbuk bagi) Keseragaman bobot : Timbang isi dari 20 bungkus satu-persatu, campur isi ke 20 bungkus tadi dan timbang sekaligus, hitung bobot isi rata-rata. Penyimpangan antara penimbangan satu persatu terhadap bobot isi rata-rata tidak lebih dari 15% tiap 2 bungkus dan tidak lebih dari 10% tiap 18 bungkus. (2) Serbuk oral tidak terbagi Pada serbuk oral tidak terbagi hanya terbatas pada obat yang relatif tidak poten, seperti laksan, antasida, makanan diet dan beberapa analgesik tertentu sehingga pasien dapat menakar secara aman dengan sendok teh atau penakar lain. (3) Serbuk tabur Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh, agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka. C. (1) Jenis Serbuk Pulvis Adspersorius Adalah serbuk ringan, bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk obat luar. Umumnya dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit. Catatan. Talk, kaolin dan bahan mineral lainnya yang digunakan untuk serbuk tabur harus memenuhi syarat bebas bakteri ClostridiumTetani, Clostridium Welchii, dan Bacillus Anthracis. Serbuk tabur tidak boleh digunakan untuk luka terbuka. Syarat Syarat Serbuk : bila tidak dinyatakan lain serbuk harus kering, halus dan homogen.

(2)

Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka

Pulvis Dentifricius Serbuk gigi , biasanya menggunakan carmin sebagai pewarna yang dilarutkan terlebih dulu dalam chloroform / etanol 90 %

(3)

Pulvis Sternutatorius Adalah serbuk bersin yang penggunaannya dihisap melalui hidung, sehingga serbuk tersebut harus halus sekali.

(4)

Pulvis Effervescent Serbuk effervescent merupakan serbuk biasa yang sebelum ditelan dilarutkan terlebih dahulu dalam air dingin atau air hangat dan dari proses pelarutan ini akan mengeluarkan gas CO2, kemudian membentuk larutan yang pada umumnya jernih. Serbuk ini merupakan campuran antara senyawa asam (asam sitrat atau asam tartrat ) dengan senyawa basa (natrium carbonat atau natrium bicarbonate.

D.

Cara Mencampur Serbuk Dalam mencampur serbuk hendaklah dilakukan secara cermat dan jaga agar jangan ada bagian

yang menempel pada dinding mortir. Terutama untuk serbuk yang berkhasiat keras dan dalam jumlah kecil. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat serbuk : Obat yang berbentuk kristal/ bongkahan besar hendaknya digerus halus dulu. Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit dicampur dengan zat penambah (konstituen) dalam mortir. Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar tampak bahwa serbuk sudah merata. Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu. Obat yang volumenya kecil dimasukkan terlebih dahulu. Serbuk dengan bahan-bahan padat Dengan memperhatikan hal-hal diatas masih ada beberapa pengecualian maupun yang dikerjakan secara khusus. Seperti hal sebagai berikut : (1).Serbuk halus sekali Serbuk halus tidak berkhasiat keras Belerang. Belerang tidak dapat diayak dengan ayakan dari sutera maupun logam karena menimbulkan butiran bermuatan listrik akibat gesekan, karena itu dalam pembuatan bedak tabur tidak ikut diayak. Iodoform. Karena baunya yang sukar dihilangkan maka dalam bedak tabur diayak terpisah (gunakan ayakan khusus). Serbuk sangat halus dan berwarna. Misalnya : rifampisin, Stibii Penta Sulfidum Serbuk dapat masuk kedalam pori-pori mortir dan warnanya sulit hilang, maka pada waktu menggerus mortir dilapisi zat tambahan (konstituen).

Serbuk halus berkhasiat keras Dalam jumlah banyak. Digerus dalam mortir dengan dilapisi zat tambahan. Dalam jumlah sedikit (kurang dari 50 mg ), dibuat pengenceran. (2).Serbuk berbentuk hablur dan kristal Sebelum dicampur dengan bahan obat yang lain, zat digerus terlebih dahulu. Contoh : Serbuk dengan champora Champhora sangat mudah mengumpul lagi, untuk mencegahnya dikerjakan dengan mencampur dulu dengan eter atau etanol 95 % (untuk obat dikeringkan dengan zat tambahan). Cara inipun harus hati-hati karena terlalu lama menggerus atau dengan sedikit ditekan waktu menggerus akan mengumpulkan kembali campuran tersebut. Serbuk dengan asam salisilat. Serbuk sangat ringan dan mudah terbang yang akan menyebabkan rangsangan terhadap selaput lendir hidung dan mata hingga akan bersin. Dalam hal ini asam salisilat kita basahi dengan eter dan segera dikeringkan dengan zat tambahan. Serbuk dengan asam benzoat, naftol, mentol, thymol Dikerjakan seperti diatas. Untuk obat dalam dipakai etanol 95 % sedangkan untuk obat luar digunakan eter. Serbuk dengan garam-garam yang mengandung kristal. Dapat dikerjakan dalam lumpang panas, misalnya KI dan garam- garam bromida. Garamgaram yang mempunyai garam exiccatusnya, lebih baik kita ganti dengan exiccatusnya. Penggantiannya adalah sbb : Natrii Carbonas Ferrosi Sulfas Aluminii et Kalii Sulfas Magnesii Sulfas Natrii Sulfas Serbuk dengan bahan setengah padat Biasanya terdapat dalam bedak tabur. Yang termasuk bahan setengah padat adalah adeps lanae, cera flava, cera alba, parafin padat, vaselin kuning dan vaselin putih. Dalam jumlah besar sebaiknya dilebur dulu diatas tangas air, baru dicampur dengan zat tambahan. Dalam jumlah sedikit digerus dengan penambahan aceton atau eter, baru ditambah zat tambahan. Serbuk dengan bahan cair (1) Serbuk dengan minyak atsiri Minyak atsiri dapat diteteskan terakhir atau dapat juga dibuat oleo sacchara, yakni campuran 2 gram gula dengan 1 tetes minyak. Bila hendak dibuat 4 g oleosacchara anisi, kita campur 4 g saccharum dengan 2 tetes minyak anisi. (2) Serbuk dengan tinctura Contohnya serbuk dengan Opii Tinctura, Digitalis Tinctura, Aconiti Tinctura, Belladonnae Tinctura, Digitalis Tinctura, Ratanhiae Tinctura. 50 % atau bagian 60 % atau 2/3 bagian 67 % atau 2/3 bagian 67 % atau 2/3 bagian 50 % atau bagian

Tinctur dalam jumlah kecil dikerjakan dengan lumpang panas kemudian dikeringkan dengan zat tambahan. Sedangkan dalam jumlah besar dikerjakan dengan menguapkan diatas tangas air sampai kental baru ditambahkan zat tambahan (sampai dapat diserap oleh zat tambahan ) aduk sampai kering kemudian diangkat. Tinctura yang diuapkan ini beratnya 0, untuk serbuk terbagi kehilangan berat tidak perlu diganti, sedangkan untuk serbuk tak terbagi harus diganti seberat tinctura itu dengan zat tambahan. Serbuk dengan extractum (1) Extractum Siccum (ekstrak kering) Pengerjaannya seperti membuat serbuk dengan zat padat halus. Contohnya Opii extractum, Strychni extractum (2) Extractum Spissum (ekstrak kental) Dikerjakan dalam lumpang panas dengan sedikit penambahan pelarut Contohnya Belladonnae extractum, Hyoscyami extractum. (etanol 70 %) untuk mengencerkan ekstrak, kemudian tambahkan zat tambahan sebagai pengering. Extrak Cannabis Indicae dan Extrak Valerianae menggunakanetanol 90 %. Extrak Filicis dengan eter. (3) Extractum Liquidum (ekstrak cair) Dikerjakan seperti mengerjakan serbuk dengan tinctur. Contohnya Rhamni Purshianae ext, Ext. Hydrastis Liq. Catatan : Ekstrak Chinae Liq. bisa diganti dengan ekstrak Chinae Siccum sebanyak sepertiganya.

Serbuk dengan tablet atau kapsul Dalam membuat serbuk dengan tablet dan kapsul diperlukan zat tambahan sehingga perlu

diperhitungkan beratnya. Dapat kita ambil bentuk tablet atau kapsul itu langsung. Tablet digerus halus kemudian ditimbang beratnya. Kapsul dikeluarkan isinya kemudian ditimbang beratnya. Kalau tablet / kapsul terdiri dari satu macam zat berkhasiat serta diketahui kadar zat berkhasiatnya dapat kita timbang dalam bentuk zat aslinya. Contohnya Chlortrimeton tablet kadarnya 4 mg, Chlorpheniramin Maleas dalam bentuk serbuk yang sudah di encerkan dalam lactosa. BAB III CAPSULAE (KAPSUL) A. Pengertian dan Macam Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Macam macam kapsul dapat juga diambil

Berdasarkan bentuknya kapsul dalam farmasi dibedakan menjadi dua yaitu kapsul keras (capsulae durae, hard capsul ) dan kapsul lunak (capsulae molles, soft capsul) Perbedaan kapsul keras dan kapsul lunak. Kapsul keras - terdiri atas tubuh dan tutup - tersedia dalam bentuk kosong - isi biasanya padat, dapat juga cair - cara pakai per oral - bentuk hanya satu macam Kapsul lunak - satu kesatuan - selalu sudah terisi - isi biasanya cair, dapat juga padat - bisa oral, vaginal, rectal, topikal - bentuknya bermacam - macam

Bentuk kapsul umumnya bulat panjang dengan pangkal dan ujungnya tumpul tetapi beberapa pabrik membikin kapsul dengan bentuk khusus, misal ujungnya lebih runcing atau rata. Kapsul cangkang keras yang diisi di pabrik sering mempunyai warna dan bentuk berbeda atau diberi tanda untuk mengetahui identitas pabrik. Kapsul cangkang lunak yang dibuat dari gelatin (kadang-kadang disebut gel lunak ) sedikit lebih tebal dibanding kapsul cangkang keras dan dapat diplastisasi dengan penambahan senyawa poliol, seperti sorbitol atau gliserin. Kapsul lunak dapat mengandung pigmen atau pewarna, bahan opak seperti Titanium dioksida, pengawet, pengharum dan pemanis /sukrosa 5 %. Cangkang gelatin lunak umumnya mengandung air 6 13 %, umumnya berbentuk bulat atau silindris atau bulat telur (disebut pearles atau globula). Macam-macam kapsul berdasarkan ukuran Ukuran kapsul menunjukkan ukuran volume dari kapsul dan dikenal 8 macam ukuran dinyatakan dalam nomor kode. 000 ialah ukuran terbesar dan 5 ukuran terkecil. Ukuran kapsul Untuk hewan : : 000 10 00 11 0 12 1 2 3 4 5 yang

Umumnya nomor 00 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien. Adapula kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang (dikenal sebagai ukuran OE ) yang memberikan kapasitas isi lebih besar tanpa peningkatan diameter. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu bagi kita untuk mampu memilih ukuran kapsul yang tepat atau memilih ukuran kapsul yang terkecil yang masih dapat menampung bahan obat yang akan dimasukkan. Hal ini penting dalam rangka mempersiapkan resep dokter di apotik. B. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Kapsul

Keuntungan bentuk sediaan kapsul. 1. 2. 3. 4. 5. Bentuk menarik dan praktis Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang kurang enak. Mudah ditelan dan cepat hancur /larut didalam perut, sehingga bahan cepat segera diabsorbsi (diserap) usus. Dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi dari bermacam-macam bahan obat dan dengan dosis yang berbeda-beda menurut kebutuhan seorang pasien. Kapsul dapat diisi dengan cepat tidak memerlukan bahan penolong seperti pada pembuatan pil atau tablet yang mungkin mempengaruhi absorbsi bahan obatnya.

Kerugian bentuk sediaan kapsul. 1. 2. 3. 4. 5. C. Tidak bisa untuk zat-zat mudah menguap sebab pori-pori cangkang tidak menahan penguapan Tidak untuk zat-zat yang higroskopis Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul Tidak untuk Balita Tidak bisa dibagi ( misal kapsul) Cara Pengisian Kapsul Yang dimaksud kapsul disini adalah kapsul keras. Kapsul gelatin keras terdiri dari dua bagian yaitu bagian dalam / induk yaitu bagian yang lebih panjang (biasa disebut badan kapsul) dan bagian luar /tutup. Kapsul demikian juga disebut Capsulae Operculatae dan kapsul bentuk ini diproduksi besar-besaran di pabrik dengan mesin otomatis. Umumnya ada lekuk khas pada bagian tutup dan induk untuk memberikan penutupan yang baik bila bagian induk dan tutup cangkangnya dilekatkan, untuk mencegah terbukanya cangkang kapsul yang telah diisi, selama transportasi dan penanganan. Ada 3 macam cara pengisian kapsul yaitu dengan tangan, dengan alat bukan mesin dan dengan alat mesin (1) Dengan tangan Merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotik untuk melayani resep dokter. Pada pengisian dengan cara ini sebaiknya digunakan sarung tangan untuk mencegah alergi yang mungkin timbul karena petugas tidak tahan terhadap obat tersebut. Untuk memasukkan obat dapat dilakukan dengan cara serbuk dibagi sesuai dengan jumlah kapsul yang diminta lalu tiap bagian serbuk dimasukkan kedalam badan kapsul dan ditutup. (2) Dengan alat bukan mesin Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan manusia. Dengan menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali cetak dapat dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang tetap dan bagian yang bergerak. Caranya : Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan kedalam lubang dari bagian alat yang tidak bergerak. Serbuk yang akan dimasukkan kedalam kapsul dimasukkan /ditaburkan pada permukaan kemudian diratakan dengan kertas film. (3) Kapsul ditutup dengan cara merapatkan/menggerakkan bagian yang bergerak. Dengan cara demikian semua kapsul akan tertutup. Dengan alat mesin Untuk menghemat tenaga dalam rangka memproduksi kapsul secara besar-besaran dan untuk menjaga keseragaman dari kapsul tersebut , perlu dipergunakan alat yang serba otomatis mulai dari membuka,

mengisi sampai dengan menutup kapsul. Dengan cara ini dapat diproduksi kapsul dengan jumlah besar dan memerlukan tenaga sedikit serta keseragamannya lebih terjamin. D. Cara penutupan kapsul Penutupan kapsul yang berisi serbuk dapat dilakukan dengan cara yang biasa yakni menutupkan bagian tutup kedalam badan kapsul tanpa penambahan bahan perekat. Penutupan cangkang kapsul dapat juga dilakukan dengan pemanasan langsung, menggunakan energi ultrasonik atau pelekatan menggunakan cairan campuran air alkohol Untuk menutup kapsul yang berisi cairan perlu dilakukan cara khusus seperti diatas. Cara paling sederhana ialah menambahkan bahan perekat agar isinya tidak keluar atau bocor. Caranya oleskan sedikit campuran air-alkohol pada tepi luar bagian badan kapsul, kemudian ditutup sambil diputar. Untuk melihat adanya kebocoran kapsul tersebut kapsul diletakkan diatas kertas saring kemudian gerakkan ke depan dan ke belakang hingga menggelinding beberapa kali. Apabila kapsul tersebut bocor akan meninggalkan noda pada kertas. E. Cara Membersihkan Kapsul Salah satu tujuan dari pemberian obat berbentuk kapsul adalah untuk menutup rasa dan bau yang tidak enak dari bahan obatnya. Sesuai dengan tujuan tersebut maka bagian luar dari kapsul harus bebas dari sisa bahan obat yang mungkin menempel pada dinding kapsul. Untuk itu kapsul perlu dibersihkan dahulu. Kapsul harus dalam keadaan bersih sebelum diserahkan pada pasien, terutama untuk kapsul yang dibuat dengan tangan . Caranya letakkan kapsul diatas sepotong kain (linnen,wol ) kemudian digosok-gosokkan sampai bersih. F. (1) Pengisian Cairan ke Dalam Kapsul Keras Zat-zat setengah cair/cairan kental Misalnya ekstrak-ekstrak kental dalam jumlah kecil dapat dikapsul sebagai serbuk sesudah dikeringkan dengan bahan-bahan inert, tetapi kalau jumlahnya banyak yang jika dikeringkan membutuhkan terlalu banyak bahan inert, maka dapat dibuat seperti masa pil dan dipotong-potong sebanyak yang diperlukan, baru dimasukkan kedalam cangkang kapsul keras dan direkat. (2) Cairan-cairan Untuk cairan-cairan seperti minyak-minyak lemak dan cairan lain yang tidak melarutkan gelatinnya (bahan pembuat cangkang kapsul) dapat langsung dimasukkan dengan pipet atau keluar. Untuk cairan-cairan seperti minyak menguap , kreosot atau alkohol yang akan bereaksi dengan gelatinnya hingga rusak/meleleh , harus diencerkan terlebih dahulu dengan minyak lemak sampai kadarnya dibawah 40 %.Sebelum dimasukkan kedalam kapsul. Kapsul diletakkan dalam posisi berdiri yang telah ditara.Sesudah itu tutup kapsul harus ditutup (di seal) supaya cairan yang ada didalamnya tidak bocor

pada sebuah kotak, kemudian cairan kita teteskan dengan pipet yang sudah ditara dengan tegak lurus, setetah itu tutup. G. Faktor Faktor yang Merusak Cangkang Kapsul

Cangkang kapsul dapat rusak jika kapsul tersebut : (1) Mengandung zat-zat yang mudah mencair ( higroskopis) Zat ini tidak hanya menghisap lembab udara tetapi juga akan menyerap air dari kapsulnya sendiri hingga menjadi rapuh dan mudah pecah. Penambahan lactosa atau amylum (bahan inert netral) akan menghambat proses ini. Contohnya kapsul yang mengandung KI, NaI, NaNO2 dan sebagainya. (2) Mengandung campuran eutecticum Zat yang dicampur akan memiliki titik lebur lebih rendah daripada titik lebur semula, sehingga menyebabkan kapsul rusak/lembek. Contohnya kapsul yang mengandung Asetosal dengan Hexamin atau Camphor dengan menthol. Hal ini dapat dihambat dengan mencampur masing-masing dengan bahan inert baru keduanya dicampur. (3) Mengandung minyak menguap, kreosot dan alkohol. (pemecahan sudah dibahas diatas ) (4) Penyimpanan yang salah Di tempat lembab, cangkang menjadi lunak dan lengket serta sukar dibuka karena kapsul tersebut menghisap air dari udara yang lembab tersebut. Di tempat terlalu kering, kapsul akan kehilangan air sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah. Mengingat sifat kapsul tersebut maka sebaiknya kapsul disimpan : dalam ruang yang tidak terlalu lembab atau dingin kering dalam botol gelas tertutup rapat dan diberi silika (pengering) dalam wadah plastik yang diberi pengering dalam blitser / strip alufoil

BAB IV UNGUENTA (SALEP) A. Pengertian Salep

Menurut FI. IV, salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotika adalah 10 %. B. (1) Penggolongan Salep Menurut konsistensinya salep dibagi menjadi : (a) Unguenta : adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga. (b) Cream : adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu tipe yang dapat dicuci dengan air. (c) Pasta : adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk). Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diberi. (d) Cerata : adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin (waxes), sehingga konsistensinya lebih keras. (e) Gelones (Jelly) Spumae : adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan mengandung sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada membran mukosa sebagai pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari campuran sederhana minyak dan lemak dengan titik lebur yang rendah.

(2)

Menurut Efek Terapinya, salep dibagi atas :

Salep Epidermic (Salep Penutup) Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindungi kulit dan menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorbsi. Kadang-kadang ditambahkan antiseptik, astringen untuk meredakan rangsangan. Dasar salep yang terbaik adalah senyawa hidrokarbon (vaselin). Salep Endodermic Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam tetapi tidak melalui kulit dan terabsorbsi sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput lendir diberi lokal iritan. Dasar salep yang baik adalah minyak lemak. Salep Diadermic (Salep Serap). Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya, misalnya pada salep yang mengandung senyawa Mercuri, Iodida, Belladonnae. Dasar salep yang baik adalah adeps lanae dan oleum cacao.

(3)

Menurut Dasar Salepnya, salep dibagi atas : (a) Salep hydrophobic yaitu salep-salep dengan bahan dasar berlemak, misalnya: campuran dari lemak-lemak, minyak lemak, malam yang tak tercuci dengan air. (b) Salep hydrophillic yaitu salep yang kuat menarik air, biasanya dasar salep tipe o/w atau seperti dasar hydrophobic tetapi konsistensinya lebih lembek, kemungkinan juga tipe w/o antara lain campuran sterol dan petrolatum.

C.

Dasar Salep Menurut FI. IV, dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok, yaitu dasar

salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut. 1). Dasar Salep Hidrokarbon Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair yang dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama. 2). Dasar Salep Serap Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar salep ini juga berfungsi sebagai emolien. 3). Dasar Salep yang dapat dicuci dengan air. Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep hidrofilik (krim). Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai dapat dicuci dengan air, karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetika. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini dari pada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik 4). Dasar Salep Larut Dalam Air Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut air.

Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungannya seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air, seperti paraffin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel. Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor yaitu khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obatobat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon daripada dasar salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang mangandung air. Beberapa contoh contoh dasar salep : 1 Dasar salep hidrokarbon Vaselin putih ( = white petrolatum = whitwe soft paraffin), vaselin kuning (=yellow petrolatum = yellow soft paraffin), campuran vaselin dengan cera, paraffin cair, paraffin padat, minyak nabati. 2 Dasar salep serap (dasar salep absorbsi) Adeps lanae, unguentum simpleks (cera flava : oleum sesami alkohol : kolesterol = 86 : 8 : 3 : 3 ) 3 Dasar salep dapat dicuci dengan air 4 Dasar salep larut air Dasar salep emulsi tipe m/a (seperti vanishing cream), emulsifying ointment B.P., emulsifying wax, hydrophilic ointment. Poly Ethylen Glycol (PEG), campuran PEG, tragacanth, gummi arabicum =

30 : 70), hydrophilic petrolatum ( vaselin alba : cera alba : stearyl

Kualitas dasar salep yang baik adalah: 1. 2. 3. 4. 5. D. (1) Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar. Lunak, semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan seluruh produk harus lunak dan homogen. Mudah dipakai Dasar salep yang cocok Dapat t Ketentuan Umum cara Pembuatan Salep Peraturan Salep Pertama Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan. (2) Peraturan Salep Kedua Bahan-bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada peraturan-peraturan lain dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan air yang digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep. Jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis.

(3)

Peraturan Salep Ketiga. Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan air, harus diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan pengayak B40.

(4)

Peraturan Salep Keempat Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin.

(1)

Zat berkhasiat bentuk padat yang larut dalam dasar salep (a) Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan dalam pot salep tertutup (bila tidak melampaui daya larutnya) (b) (c) Bila dalam resep terdapat minyak-lemak maka kamfer dilarutkan dalam minyak lemak tsb. Bila kamfer bersama-sama, menthol, salol, atau zat lainnya yang dapat mencair jika dicampur (karena penurunan titik eutentik) maka kamper dicampur dg sesamanya supaya (d) mencair baru ditambahkan dasar salep. Jika a,b,c, tidak ada maka kamfer diberi etanol 95% atau eter, kemudiaan digerus dengan dasar salep.

Camphora

Pellidol Larut 3% dalam vaselin dan 7% dalam minyak lemak maka Pellidol dilarutkan bersama-sama dasar salep yang di cairkan, bila dasar salep disaring maka pellidol juga ikut disaring dan jangan lupa menambahkan 20%. Kalau jumlahnya melebihi daya larutnya, maka digerus dengan dasar salep yang sudah dicairkan. Iodium (a) (b) (c) (2) Kalau memenuhi kelarutan dikerjakan seperti pada kamfer (1a) Dilarutkan dalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada Unguentum Iodii dari farmakope Belanda). Dilarutkan dalam etanol 95% kemudian tambahkan dasar salep.

Zat berkhasiat bentuk padat yang larut dalam air (a) Larut dalam air dengan jalan menaburkan diatas air kemudian didiamkan selama 15 menit ditempat gelap. (b) Bila dalam resep terdapat gliserol, maka Protargol digerus dengan gliserin baru ditambah air, dan tidak perlu ditunggu 15 menit (gliserol mempercepat daya larut protargol dalam air).

Protargol (argentum proteinatum)

Colargol (argentum colloidale) Sama dengan Protargol dan air yang dipakai 1/3 kalinya. Argenti Nitras Jika dilarutkan dalam air akan meninggalkan bekas hitam pada kulit karena terbentuk Ag2O, karena itu pada pembuatan AgNO3 tidak dilarutkan dalam air walaupun ia larut. Kecuali pada resep obat wasir. Phenol Sebenarnya phenol mudah larut dalam air, tetapi dalam salep tidak dilarutkan karena bekerja nya merangsang, juga tidak dapat diganti dengan phenol liquefactum (campuran fenol dan air 7781,5%). Jadi dikerjakan seperti pada kamper dalam salep. Bahan obat yang dalam salep tidak boleh dilarutkan ialah Argenti Nitras, Phenol, Pyrogalol, Chrysarobin, Zinci Sulfas, Antibiotika, Oleum Iecoris Aselli, Hydrargyri Bichloridum dan Stibii et kalii Tartras (3) Zat berkhasiat bentuk padat tak larut Umumnya dibuat halus dengan mengayak atau menjadikannya serbuk halus terlebih dahulu.

Belerang, tidak boleh diayak Acidum Boricum, diambil yang pulveratum Zinci Oxydum, harus diayak terlebih dahulu dengan pengayak No. 100 (4) Zat berkhasiat berupa cairan (a) Air

Terjadi reaksi, misalnya aqua calcis dengan minyak lemak akan terjadi penyabunan. Untuk itu cara pengerjaannya adalah : 1. 2. Tidak terjadi reaksi (i) (ii) Jumlah sedikit, diteteskan terakhir sedikit demi sedikit sampai terserap oleh dasar salep. Jumlah banyak, diuapkan atau diambil bahan berkhasiatnya dan berat airnya diganti dengan dasar salep. (b) Alkohol Jumlah sedikit, diteteskan terakhir sedikit demi sedikit sampai terserap oleh dasar salep. Jumlah banyak : (i) Tahan panas, misalnya Tinct. Ratanhiae dipanaskan diatas tangas air sampai sirup atau 1/3 bagian, kehilangan beratnya diganti dengan dasar salep. sekental Diteteskan sedikit-sedikit Dikocok dalam botol bersana minyak lemak, baru dicampur dengan bahan lainnya.

(ii)

Tidak tahan panas; Diketahui perbandingannya maka diambil bagianbaguannya saja, contohnya tinctura Iodii. sedikit demi sedikit. Tidak diketahui perbandingannya, diteteskan terakhir

Perlu diperhatikan bahwa kehilangan berat pelarutnya hendaknya diganti dengan dasar salep. Bila dasar salep lebih dari satu macam, maka harus diperhitungkan menurut perbandingan dasar salep tersebut. (c) Cairan kental Umumnya dimasukkan sedikit demi sedikit, contoh; Glycerin, Pix Lithantracis, Pix Liquida, Oleum Cadini, Balsamum Peruvianum, Ichtyol, Kreosot.

(5) Zat berkhasiat berupa extractum (a) Extractum Siccum Pada umumnya larut dalam air, jadi dilarutkan dalam air dan berat air dikurangi dasar salep. (b) Extractum Liquidum Dikerjakan seperti pada cairan dengan alcohol. (c) Extractum Spissum

Diencerkan terlebih dahulu dengan air atau etanol. F. Bahan Yang Ditambahkan Terakhir Pada Suatu Massa Salep Ichtyol, sebab jika ditambahkan pada masa salep yang panas atau digilas terlalu lama dapat terjadi pemisahan. Balsem-balsem dan minyak atsiri, balsem merupakan campuran dari damar dan minyak atsiri, jika digerus terlalu lama akan keluar damarnya sedangkan minyak atsiri akan menguap. Air, berfungsi sebagai pendingin dan untuk mencegah permukaan mortir menjadi licin. Gliserin, harus ditambahkan kedalam dasar salep yang dingin, sebab tidak bias campur dengan bahan dasar salep yang sedang mencair dan ditambahkan sedikit-sedikit sebab tidak bias diserap dengan mudah oleh dasar salep. G. Pembuatan Salep Dengan Cara Meleburkan Bahan dasar salep berbeda-beda konsistensinya. Dasar salep sering juga terbuat dari dua bagian atau lebih yang konsistensinya berbeda. Untuk mendapatkan suatu massa dasar salep yang baik, dicampurkan

bahan-bahan sebagai berikut, misalnya cera dengan minyak lemak, meskipun titik leburnya berbeda jauh dapat dilebur dalam perbandingan-perbandingan tertentu sehingga diperoleh massa yang baik. Umumnya hampir semua bahan dilebur dalam cawan penguap diatas tangas air., sebagai pengaduk digunakan pengaduk kaca atau spatel kayu. Banyak juga dari bahan-bahan yang dilebur tersebut kurang bersih, maka disaring dengan kain kassa pada saat bahan panas dan tentunya berkurang beratnya sehingga bahan-bahan yang dilebur dilebihkan menimbangnya sebesar 10 - 20%.

BAB IV SOLUTIO (LARUTAN)

A.

Pengertian Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Misal : terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur. Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain akan terjadi tipe larutan sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut. Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu. Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yang terlarut disebut solute. Solvent yang biasa dipakai adalah : 1. 2. 3. 4. 5. Air untuk macam-macam garam Spiritus , misalnya untuk kamfer, iodium , menthol. Gliserin, misalnya untuk tannin, zat samak, borax, fenol. Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor , sublimat. Minyak, misalnya untuk kamfer dan menthol.

6. 7. B. 1.

Parafin Liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak-minyak, kamfer, menthol, chlorobutanol. Eter minyak tanah , untuk minyak-minyak lemak.

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan Sifat dari solute atau solvent. Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam chloroform.

2.

Cosolvensi. Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya Luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air gliserin atau solutio petit

3.

Kelarutan.

Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut , zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah : a. Dapat larut dalam air. Semua garam klorida larut , kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base, seperti bismuthi subnitras. Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4 (sedikit larut) b. Tidak larut dalam air. Semua garam karbonat tidak larut , kecuali K2CO3, Na2CO3, (NH4) 2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak larut , kecuali KOH, NaOH, NH4OH, BaO, dan Ba(OH)2. Semua garam posphat tidak larut, kecuali K3PO4, Na3PO3, (NH4)3PO4 4. Temperatur. Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas. Zat terlarut + pelarut + panas Larutan Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses kelarutannya menghasilkan panas. Zat terlarut + pelarut gas-gas yang larut. Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya : a. Zat-zat yang atsiri, misalnya etanol, minyak atsiri b. Zat yang terurai, misalnya Natrii bicarbonas c. Saturatio d. Senyawa senyawa calsium, misalnya aqua calcis 5. Salting Out. Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar di banding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contoh : a. Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. Disini kelarutan NaCl dalam air lebih besar dibanding kelarutan minyak atsiri dalam air, maka minyak atsiri akan memisah. b. Reaksi antara papaverin Hcl dengan solutio charcot menghasilkan endapan papaverin base. 6. Salting In. Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : riboflavin (vitamin B2) tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan yang mengandung nicotinamidum (terjadi penggaraman riboflavin + basa NH4 ). 7. Pembentukan kompleks Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Larutan + panas minyak atsiri,

Contoh : K2SO4, KOH, CaHPO4, Calsium gliseropospat,

Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh. KI + I2 KI3 K2HgI4

HgI2 + 2KI

Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh : Ukuran partikel ; makin halus solute, makin kecil ukuran partikel ; makin luas permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut. C. Suhu ; umumnya kenaikan suhu menambah kelarutan solute. Pengadukan. Beberapa bahan obat memerlukan cara khusus dalam melarutkannya. diantaranya adalah : 1. 2. Natrium bicarbonas, harus dilakukan dengan cara gerus tuang (adslibben) Natrium bicarbonas + Natrium salicylas, Bic natric digerus tuang , kemudian ditambah natrium salicylas.Untuk mencegah terjadinya perubahan warna pada larutan harus ditambahkan Natrium pyrophosphat sebanyak 0,25 % dari berat larutan. 3. Sublimat (HgCl2), untuk obat tetes mata harus dilakukan dengan pemanasan atau dikocok-kocok dalam air panas, kemudian disaring setelah dingin. NaCl dapat meningkatkan kelarutan sublimat, tetapi menurunkan daya baktericidnya. Kadar Sublimat dalam obat mata 1 :4000 4. Kalium permanganat (KMnO4), KMnO4 dilarutkan dengan pemanasan . Pada proses pemanasan akan terbentuk batu kawi ( MnO2) , oleh sebab itu setelah dingin tanpa dikocok kocok dituangkan ke dalam botol atau bisa juga disaring dengan gelas wol . 5. Seng klorida,, melarutkan seng klorid harus dengan air sekaligus, kemudian disaring . Karena jika airnya sedikit demi sedikit maka akan terbentuk seng oksi klorid yang sukar larut dalam air. Bila terdapat asam salisilat larutkan seng klorid dengan sebagian air kemudian tambahkan asam salisilat dan sisa air baru disaring. 6. 7. Kamfer, kelarutan dalam air 1: 650. Dilarutkan dengan spiritus fortior ( 96 % ) 2 X berat kamfer dalam botol kering kocok-kocok kemudian tambahkan air panas sekaligus , kocok lagi. Tanin, tanin mudah larut dalam air dan dalam gliserin. Tetapi tanin selalu mengandung hasil oksidasi yang larut dalan air, tetapi tidak larut dalam gliserin sehingga larutannya dalam gliserin harus disaring dengan kapas yang dibasahkan. Jika ada air dan gliserin, larutkan tanin dalam air kocok baru tambahkan gliserin. 8. 9. a. b. Extract opii dan extract ratanhiae, dilarutkan dengan cara ditaburkan ke dalam air sama banyak, diamkan selama jam. Perak protein, dilarutkan dalam air suling sama banyak, diamkan selama jam , di tempat yang gelap. 10. Succus liquiritiae, dengan gerus tuang (aanslibben), bila jumlahnya kecil. dengan merebus atau memanaskannya hingga larut. 11. Calcii Lactas dan Calcii Gluconas, kelarutan dalam air 1 : 20 Bila jumlah air cukup , setelah dilarutkan disaring untuk mencegah kristalisasi. Bila air tidak cukup disuspensikan dengan penambahan PGS dibuat mixtura agitanda. 12. Codein :

Cara Mengerjakan Obat Dalam Larutan

a. direbus dengan air 20 X nya, setelah larut diencerkan sebelumdingin. b. dengan alkohol 96 % sampai larut ,lalu segera encerkan dengan air. c. diganti dengan HCl Codein sebanyak 1,17 X-nya. 13. Bahan-bahan obat yang bekerja keras harus dilarutkan tersendiri. 14. Bila terdapat bahan obat yang harus diencerkan dengan air, hasil pengenceran yang diambil paling sedikit adalah 2 CC 15. Pepsin, tidak larut dalam air tapi larut dalam HCl encer. Pembuatan : pepsin disuspensikan dengan air 10 X nya kemudian tambahkan HCl encer. Larutan pepsin hanya tahan sebentar dan tidak boleh disimpan. 16. Nipagin dan Nipasol, kelarutan 1 : 2000 Nipagin berfungsi sebagai pengawet untuk larutan air Nipasol berfungsi sebagai pengawet untuk larutan minyak a. dilarutkan dengan pemanasan sambil digoyang-goyangkan b. dilarutkan dulu dengan sedikit etanol baru dimasukkan dalam sediaan yang diawetkan. 17. Fenol, diambil fenol liquefactum yaitu larutan 20 bagian air dalam 100 bagian fenol. Jumlah yang diambil 1,2 x jumlah yang diminta. D. Macam Macam Sediaan Larutan Obat Bentuk sediaan larutan berdasarkan cara pemberiannya dibedakan atas : Larutan oral Yaitu sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral , mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air. 1. Potiones (obat minum) Adalah solutio yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam ( per oral ). Selain berbentuk larutan potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspensi. 2. Elixir Adalah sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan (pemanis, pengawet, pewarna, pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap dan sebagai pelarut digunakan campuran air - etanol. Disini etanol berfungsi mempertinggi kelarutan obat . Pada elixir dapat pula ditambahkan glycerol, sorbitol atau propilenglikol. Sedangkan untuk pengganti gula bisa digunakan sirup gula. 3. Sirup. Ada 3 macam sirup yaitu : a. sirup simplex mengandung 65 % gula dalam larutan nipagin 0,25 % b/v b. sirup obat mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan digunakan untuk pengobatan

c. sirup pewangi tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau penyedap lain. Penambahan sirup ini bertujuan untuk menutup rasa atau bau obat yang tidak enak. 4. Netralisasi, Saturatio dan Potio Effervescent. a. Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral Contoh : Solutio Citratis Magnesici, Amygdalas Ammonicus Pembuatan : Seluruh bagian asam direaksikan dengan bagian basanya bila perlu reaksi dipercepat dengan pemanasan. b. Saturatio adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa tetapi gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga larutan jenuh dengan gas. Pembuatan : 1. Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air yang tersedia. Misalnya NaHCO3 digerus tuang kemudian masuk botol. 2. Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yang tersedia. 3. 2/3 bagian asam masuk basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa asam dituang hati-hati lewat tepi botol, segera tutup dengan sampagne knop sehingga gas yang terjadi tertahan. c. Potio Effervescent adalah saturatio yang CO2nya lewat jenuh. Pembuatan : Langkah 1 dan 2 sama dengan pada saturatio. Langkah ke 3 Seluruh bagian asam dimasukkan kedalam basa dengan hati-hati, segera tutup dengan sampagne knop. Gas CO2 umumnya digunakan untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat, dan kadang-kadang

dimaksudkan untuk menyegar-kan rasa minuman ( corrigensia). Hal yang harus diperhatikan untuk sediaan saturatio dan potio effervescent adalah : diberikan dalam botol yang kuat , berisi kira-kira 9/10 bagian dan tertutup kedap dengan tutup gabus atau karet yang rapat. Kemudian diikat dengan sampagne knop. Tidak boleh mengandung bahan obat yang tidak larut , karena tidak boleh dikocok. Pengocokan menyebabkan botol pecah karena botol berisi gas dalam jumlah besar. Penambahan Bahan bahan. Zat zat yang dilarutkan dalam bagian asam a. Zat netral dalam jumlah kecil. Bila jumlahnya banyak, b. Zat-zat mudah menguap. c. Ekstrak dalam jumlah kecil dan alkaloid d. Sirup sebagian dilarutkan dalam asam sebagian dilarutkan dalam basa, berdasarkan perbandingan jumlah airnya.

Zat- zat yang dilarutkan dalam bagian basa. a.Garam dari asam yang sukar larut . misalnya natrii benzoas, natrii salisilas. b. Bila saturasi mengandung asam tartrat maka garam-garam kalium dan ammonium ammonium dari asam tartrat. harus ditambahkan kedalam bagian basanya, bila tidak, akan terbentuk endapan kalium atau

5. Guttae ( drop) Guttae atau obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi , apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk obat dalam. Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan yang setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan oleh Farmakope Indonesia. Biasanya obat diteteskan ke dalam makanan atau minuman atau dapat diteteskan langsung kedalam mulut. Dalam perdagangan dikenal pediatric drop yaitu obat tetes yang digunakan untuk anak-anak atau bayi . Obat tetes sebagai obat luar, biasanya disebutkan tujuan pemakaiannya misalnya : eye drop untuk mata, ear drop untuk telinga. Larutan topikal Larutan topikal ialah larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali juga pelarut lain, misalnya etanol untuk penggunaan topikal pada kulit dan untuk penggunaan topikal pada mukosa mulut. Larutan topikal yang berupa suspensi disebut lotio Sedian-sedian termasuk larutan topical : 1. Collyrium Adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonus, digunakan untuk membersihkan mata.dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet. Kolirium dibuat dengan melarutkan obat dalam air, saring hingga jernih,masukkan kedalam wadah, tutup dan sterilkan. Penyimpanan : Dalam wadah kaca atau plastik tertutup kedap. Catatan : Pada etiket harus tertera : a.Masa penggunaan setelah tutup dibuka. b. Obat cuci mata Kolirium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan paling lama 24 jam setelah botol dibuka tutupnya. Kolirium yang mengandung pengawet dapat digunakan paling lama tujuh hari setelah botol dibuka tutupnya. 2. Guttae Ophthalmicae.

Tetes mata adalah larutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Tetes mata juga tersedia dalam bentuk suspensi, partikel halus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea. Hal hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan obat tetes mata : a.Nilai isotonisitas. Secara ideal obat tetes mata harus memiliki nilai isotonis sama dengan larutan NaCl 0,9 % b/v. Tetapi mata masih dapat tahan terhadap nilai isotonis rendah yang setara dengan larutan NaCl 0,6 % b/v dan tertinggi yang setara dengan larutan NaCl 2, 0 % b/v. b. Pendaparan Salah satu maksud pendaparan larutan obat mata adalah untuk mencegah kenaikan pH yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil oleh wadah kaca. Hal tersebut dapat mengganggu kelarutan dan stabilitas obat. Selain itu penambahan dapar juga dimaksudkan untuk menjaga stabilitas obat tertentu misalnya : garam garam alkaloid. Air mata normal memiliki pH 7,4 secara ideal obat tetes mata memiliki pH seperti pada air mata, tetapi karena beberapa bahan obat tidak stabil (tidak larut/ rusak/ mengendap) pada pH tersebut maka sebaiknya obat tetes mata di dapar pada pH sedekat mungkin dengan pH air mata supaya tidak terlalu merangsang mata. Pada larutan yang digunakan pada mata, terlebih pada mata yang luka sterilitas adalah yang paling penting, untuk mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut. c. Pengawet Wadah larutan obat mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama. Larutan harus mengandung zat atau campuran zat yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan bakteri yang mungkin masuk pada waktu wadah dibuka pada saat digunakan.

Pengawet yang dianjurkan : nipagin dan nipasol fenil merkuri nitrat, timerosol benzalkonium klorid klorbutanol, fenil etil alcohol Untuk penggunaan pada pembedahan , selain steril larutan obat mata tidak boleh mengandung antibakteri karena dapat menimbulkan iritasi pada jaringan mata. d. Pengental

Ditambahkan untuk meningkatkan kekentalan sehingga obat lebih lama kontak dengan jaringan. Larutan obat mata yang dikentalkan harus bebas dari partikel yang dapat terlihat. Contoh : metil selulosa, hidroksi propil selulosa, polivinil alcohol. 3. Gargarisma (Gargle) Gargarisma atau obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan. Dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan. Penandaan. 1. 2. Petunjuk pengenceran sebelum digunakan Hanya untuk kumur, tidak ditelan Contoh : Betadin Gargle. 4. Litus Oris. Oles Bibir adalah cairan agak kental dan pemakaiannya secara disapukan dalam mulut. Contoh : Larutan 10 % borax dalam gliserin. 5. Guttae Oris Tetes mulut adalah obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk dikumur-kumurkan, tidak untuk ditelan. 6. Guttae Nasales Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet. Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa. 7. Inhalationes Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut, atau disemprotkan dalam bentuk kabut kedalam saluran pernafasan . Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga dapat mencapai bronkhioli. Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas. ( akan dibahas lebih lanjut dikelas III) Penandaan : Jika mengandung bahan yang tidak larut pada etiket harus tertera Kocok dahulu 8. 9. Injectiones / obat suntik. (dibahas dikelas III) Lavement / Clysma / Enema. Cairan yang pemakaiannya per rectum/colon yang gunanya untuk membersihkan atau menghasilkan efek terapi setempat atau sistemik Enema yang digunakan untuk membersihkan atau penolong pada sembelit atau pembersih faeces sebelum operasi, tidak boleh mengandung zat lendir. Selain untuk membersihkan enema juga berfungsi sebagai karminativa, emolient, diagnostic, sedative, anthelmintic

dan lain-lain. Dalam hal ini untuk mengurangi kerja obat yang bersifat merangsang terhadap usus , dipakai basis berlendir misalnya mucilago amyli. Pada pemakaian per rectal berlaku dosis maksimal. Enema diberikan dalam jumlah variasi tergantung pada umur dan keadaan penderita. Umumnya 0,5 sampai 1 liter, tetapi ada juga yang diperpekat dan diberikan sebanyak 100 200 ml. 10. Douche. Adalah larutan dalam air yang dimasukkan dengan suatu alat ke dalam vagina, baik untuk pengobatan maupun untuk membersihkan. Karenanya larutan ini mengandung bahan obat atau antiseptik. Untuk memudahkan, kebanyakan douche ini dibuat dalam bentuk kering/padat (serbuk, tablet yang kalau aplikatornya) 11. Epithema /Obat kompres Adalah cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat tempat yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan osmose digunakan untuk mengeringkan luka bernanah. Contoh : Liquor Burowi, Solutio Rivanol, campuran Borwater - Rivanol. hendak digunakan dilarutkan dalam sejumlah air tertentu, dapat juga diberikan larutan kental yang nantinya diencerkan seperlunya. Contoh Betadin Vaginal Douche (dikemas beserta

BAB VI SUSPENSI A.Pengertian Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan , sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan. Sediaan seperti ini disebut Untuk Suspensi oral Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai lotio termasuk dalam kategori ini. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan telinga bagian luar. Suspensi optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea. Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau penggumpalan. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal . Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai. B. Stabilitas Suspensi Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah : 1. Ukuran partikel. Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan

hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya. (dalam volume yang sama) .Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel. 2. Kekentalan (viscositas) Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. 3. Jumlah partikel (konsentrasi) Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar , maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat. 4. Sifat/muatan partikel Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempe-ngaruhinya. Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking . Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Bahan pensuspensi dari alam Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom/hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH dan proses fermentasi bakteri . Hal ini dapat dibuktikan dengan suatu percobaan : Simpan 2 botol yang berisi mucilago sejenis .

Satu botol ditambah dengan asam dan dipanaskan, kemudian keduanya disimpan ditempat yang sama. Setelah beberapa hari diamati ternyata botol yang ditambah dengan asam dan dipanaskan mengalami penurunan viskositas yang lebih cepat dibanding dengan botol tanpa pemanasan.

Termasuk golongan gom adalah : Acasia ( pulvis gummi arabici) Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5 9. Dengan penambahan suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5 9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom arab dengan kadar 35 % kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet ( preservative). Chondrus Diperoleh dari tanaman chondrus crispus atau gigartina mamilosa, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkihol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi mudah dirusak oleh bakteri, jadi perlu penambahan bahan pengawet untuk suspensi tersebut. Tragacanth Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragacanth sangat lambat mengalami hidrasi, untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan, Mucilago tragacanth lebih kental dari mucilago dari gom arab. Mucilago tragacanth baik sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator.

Algin Diperoleh dari beberapa species ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dengan algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya 1-2 %. Golongan bukan gom Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah liat.Tanah liat yang sering dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu bentonite, hectorite dan veegum. Apabila tanah liat dimasukkan ke dalam air mereka akan mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi. Karena peristiwa tersebut, kekentalan cairan akan bertambah sehingga menjadi lebih baik. stabilitas dari suspensi

Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air, sehingga penambahan bahan tersebut kedalam suspensi adalah dengan menaburkannya pada campuran suspensi. Kebaikan bahan suspensi dari tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu/panas dan fermentasi dari bakteri, karena bahanbahan tersebut merupakan senyawa anorganik, bukan golongan karbohidrat. 2. Bahan pensuspensi sintetis Derivat selulosa Termasuk dalam golongan ini adalah metil selulosa (methosol, tylose), karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa. Dibelakang dari nama tersebut biasanya terdapat angka/nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuan menambah viskositas dari cairan yang dipergunakan untuk melarutkannya. Semakin besar angkanya berarti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun , sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga digunakan sebagai laksansia dan bahan penghancur/disintregator dalam pembuatan tablet. Golongan organik polimer Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Carbophol 934 (nama dagang suatu pabrik) .Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air,tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit, serta sedikit pemakaiannya.Sehingga bahan tersebut banyak digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memper-oleh viskositas yang baik diperlukan kadar 1 %. Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan viskositas dari larutannya. C. Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi 1. Metode pembuatan suspensi. Suspensi dapat dibuat secara : Metode dispersi Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesuka-ran pada saat mendispersi serbuk dalam vehicle, hal tersebut karena adanya udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah kemasukan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk terbasahi tergantung besarnya sudut kontak antara zat terdispers dengan medium. Bila sudut kontak 90o serbuk akan mengambang diatas cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan antar muka antara partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau wetting agent. Metode praesipitasi.

Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencer- kan dengan larutan pensuspensi dalam air. Akan terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Cairan organik tersebut adalah : etanol, propilenglikol, dan polietilenglikol

2.

Sistem pembentukan suspensi Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah,cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali

Sistem flokulasi

Sistem deflokulasi Dalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali. D. Formulasi Suspensi Membuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori : Penggunaan structured vehicle untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi structured vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain. Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat pengendapan, tetapi dengan penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali. Pembuatan suspensi sistem flokulasi ialah : 1. 2. 3. 4. 5. Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer. Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir. Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah structured vehicle Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam structured vehicle Bahan pemflokulasi yang digunakan dapat berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer. Untuk partikel yang bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif, dan sebaliknya. Contohnya suspensi bismuthi subnitras yang bermuatan positif digunakan zat pemflokkulasi yang bermuatan negatif yaitu kalium fosfat monobase. Suspensi sulfamerazin yang bermuatan negatif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu AlCl3 (Aluminium trichlorida)

BAB VII EMULSI A. Pengertian Emulsi Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan emulgator (emulsifying agent) Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam biji tersebut. Pada pertengahan abad ke XVIII, ahli farmasi Perancis memperkenalkan pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom arab, tragacanth, kuning telur. Emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator dari luar disebut emulsi spuria atau emulsi buatan. B. 1. Komponen Emulsi Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu : Komponen dasar Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi. Terdiri atas : Fase dispers / fase internal / fase diskontinue Yaitu zat cair yang terbagi- bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain. Fase kontinue / fase external / fase luar Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut. Emulgator. Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. 2. Komponen tambahan Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris, preservative (pengawet), anti oksidan.

Preservative yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetas dan lain lain. Antioksidan yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocopherol, asam sitrat, propil gallat , asam gallat.

C.

Tipe Emulsi Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun external, maka emulsi

digolongkan menjadi dua macam yaitu : 1. Emulsi tipe O/W ( oil in water) atau M/A ( minyak dalam air). Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase external. 2. Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam minyak) Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase external. D. Tujuan pemakaian emulsi Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur. Tujuan pemakaian emulsi adalah : 1. Dipergunakan sebagai obat dalam / per oral. Umumnya emulsi tipe o/w 2. dikehendaki. E. Teori Terjadinya Emulsi Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori , yang melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda. Teori tersebut ialah : 1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension) Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis yang disebut daya adhesi. Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseim -bangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan (surface tension). Dipergunakan sebagai obat luar.

Bisa tipe o/w maupun w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang

2.

Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge) Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok yakni :

Kelompok hidrofilik, yaitu bagian dari emulgator yang suka pada air. Kelompok lipofilik , yaitu bagian yang suka pada minyak. Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang disenanginya, kelompok hidrofil

kedalam air dan kelompok lipofil kedalam minyak. Dengan demikian emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara air dan minyak. Antara kedua kelompok tersebut akan membuat suatu keseimbangan. Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama.Harga keseimbangan itu dikenal dengan istilah H.L.B. (Hydrophyl Lipophyl Balance) yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil . Teori Interparsial Film Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase disper. Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase disper menjadi stabil. Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai adalah : dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase- dispers dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua permukaan partikel dengan segera. 4. Teori electric double layer ( lapisan listrik rangkap) Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan didepannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari partikel minyak yang akan mengadakan penggabungan menjadi satu molekul yang besar, karena susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian antara sesama partikel akan tolak-menolak , dan stabilitas emulsi akan bertambah. Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ke tiga cara dibawah ini, terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel terjadinya absorbsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya. terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya.

F.

Bahan Pengemulsi (Emulgator)

Emulgator alam Yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu : 1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan. Pada umumnya termasuk karbohydrat dan merupakan emulgator tipe o/w, sangat peka terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggi, juga dapat dirusak bakteri. Oleh sebab itu pada pembuatan emulsi dengan emulgator ini harus selalu ditambah bahan pengawet. a. Gom Arab Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat minum. Emulsi yang terbentuk sangat stabil dan tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu kerja gom sebagai koloid pelindung (teori plastis film) terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup kecil sedangkan masa mudah dituang jumlah minyaknya. Untuk membuat corpus emulsi diperlukan air 1,5 X berat gom, diaduk keras dan cepat sampai putih , lalu diencerkan dengan air sisanya. Selain itu dapat disebutkan : Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat Cara pembuatan . Lemak padat dilebur lalu ditambahkan gom, buat corpus emulsi dengan air panas 1,5 X berat gom . Dinginkan dan encerkan emulsi dengan air dingin. Contoh : cera, oleum cacao, parafin solid Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri Minyak lemak : PGA kali berat minyak, kecuali oleum ricini karena memiliki gugus OH yang bersifat hidrofil sehingga untuk membuat emulsi cukup dibutuhkan 1/3 nya saja. Contoh : Oeum amygdalarum Minyak Lemak + minyak atsiri + zat padat larut dalam minyak lemak Kedua minyak dicampur dulu, zat padat dilarutkan dalam minyaknya, tambahkan gom ( x myk lemak + aa x myk atsiri + aa x zat padat ) Bahan obat cair BJ tinggi, contohnya chloroform, bromoform : Ditambah minyak lemak 10 x beratnya, maka BJ campuran mendekati satu. Gom sebanyak kali bahan obat cair. Balsam-balsam Gom sama banyak dengan balsam. (tiksotropi) Bila tidak dikatakan lain maka emulsi dengan gom arab menggunakan gom arab sebanyak dari

Oleum Iecoris Aseli Menurut Fornas dipakai gom 30 % dari berat minyak. b. Tragacanth Dispersi tragacanth dalam air sangat kental sehingga untuk memperoleh emulsi dengan viskositas yang baik hanya diperlukan trgacanth sebanyak 1/10 kali gom arab. Emulgator ini hanya bekerja optimum pada pH 4,5 6. Tragacanth dibuat corpus emulsi dengan menambahkan sekaligus air 20 x berat tragacanth. Tragacanth hanya berfungsi sebagai pengental tidak dapat membentuk koloid pelindung.

c. Agar-agar Emulgator ini kurang efektif apabila dipakai sendirian. Pada umumnya zat ini ditambahkan untuk menambah viskositas dari emulsi dengan gom arab. Sebelum dipakai agar-agar tersebut dilarutkan dengan air mendidih Kemudian didinginkan pelanpelan sampai suhu tidak kurang dari 45oC (bila suhunya kurang dari 45oC larutan agar-agar akan berbentuk gel). Biasanya d. Chondrus Sangat baik dipakai untuk emulsi minyak ikan karena dapat menutup rasa dari minyak tersebut. Cara mempersiapkan dilakukan seperti pada agar. e. Emulgator lain Pektin, metil selulosa, karboksimetil selulosa 1-2 %. 2. Emulgator alam dari hewan a. Kuning telur Kuning telur mengandung lecitin (golongan protein / asam amino) dan kolesterol yang kesemuanya dapat berfungsi sebagai emulgator. Lecitin merupakan emulgator tipe o/w. Tetapi kemampuan lecitin lebih besar dari kolesterol sehingga secara total kuning telur merupakan emulgator tipe o/w. Zat ini mampu mengemulsikan minyak lemak empat kali beratnya dan minyak menguap dua kali beratnya. b. Adeps Lanae Zat ini banyak mengandung kholesterol , merupakan emulgator tipe w/o dan banyak dipergunakan untuk pemakaian luar. Penambahan emulgator ini akan menambah kemampuan minyak untuk menyerap air. Dalam keadaan kering dapat menyerap air 2 X beratnya. 3. Emulgator alam dari tanah mineral. a. Magnesium Aluminium Silikat/ Veegum Merupakan senyawa anorganik yang terdiri dari garam - garam magnesium dan aluminium. Dengan emulgator ini, emulsi yang terbentuk adalah emulsi tipe o/w. Sedangkan pemakaian yang lazim adalah sebanyak 1 %. Emulsi ini khusus untuk pemakaian luar. digunakan 1-2 %

b. Bentonit Tanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang dapat mengabsorbsikan sejumlah besar air sehingga membentuk massa sepert gel. Untuk tujuan sebagai emulgator dipakai sebanyak 5 %. 1. Emulgator buatan Sabun. Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit. Dapat dipergunakan sebagai emulgator tipe o/w maupun w/o, tergantung dari valensinya. Bila sabun tersebut bervalensi 1, misalnya sabun kalium, merupakan emulgator tipe o/w, sedangkan sabun dengan valensi 2 , missal sabun kalsium, merupakan emulgator tipe w/o. 2. 3. G. 1. Tween 20 : 40 : 60 : 80 Span 20 : 40 : 80 : : : : sabun alkali, natrium lauryl sulfat senyawa ammmonium kuartener tween dan span. protein, lesitin.

Emulgator dapat dikelompokkan menjadi : Anionik Kationik Non Ionik Amfoter

Cara Pembuatan Emulsi Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi , secara singkat dapat dijelaskan : Metode gom kering atau metode kontinental. Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya gom arab) dicampur dengan minyak terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk pembentukan corpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia. 2. Metode gom basah atau metode Inggris. Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umumnya larut) agar membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk mem-bentuk emulsi, setelah itu baru diencerkan dengan sisa air. 3. Metode botol atau metode botol forbes. Digunakan untuk minyak menguap dan zat zat yang bersifat minyak dan mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok. Alat alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi Untuk membuat emulsi biasa digunakan : 1. Mortir dan stamper Mortir dengan permukaan kasar merupakan mortir pilihan untuk pembuatan emulsi yang baik. 2. Botol Mengocok emulsi dalam botol secara terputus-putus lebih baik daripada terus menerus, hal tersebut memberi kesempatan pada emulgator untuk bekerja sebelum pengocokan berikutnya. 3. Mixer, blender

Partikel fase disper dihaluskan dengan cara dimasukkan kedalam ruangan yang didalamnya terdapat pisau berputar dengan kecepatan tinggi , akibat putaran pisau tersebut, partikel akan berbentuk kecilkecil. 4. Homogeniser Dalam homogenizer dispersi dari kedua cairan terjadi karena campuran dipaksa melalui saluran lubang kecil dengan tekanan besar. 5. Colloid Mill Terdiri atas rotor dan stator dengan permukaan penggilingan yang dapat diatur. Coloid mill digunakan untuk memperoleh derajat dispersi yang tinggi cairan dalam cairan H. 1. Cara Membedakan Tipe Emulsi Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu Dengan pengenceran fase. Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase externalnya. Dengan prinsip tersebut, emulsi tipe o/w dapat diencerkan dengan air sedangkan emulsi tipe w/o dapat diencerkan dengan minyak. 2. Dengan pengecatan/pemberian warna. Zat warna akan tersebar rata dalam emulsi apabila zat tersebut larut dalam fase external dari emulsi tersebut. Misalnya (dilihat dibawah mikroskop) Emulsi + larutan Sudan III dapat memberi warna merah pada emulsi tipe w/o, karena sudan III larut dalam minyak 3. Emulsi + larutan metilen blue dapat memberi warna biru pada emulsi tipe o/w karena metilen blue larut dalam air. Dengan kertas saring. Bila emulsi diteteskan pada kertas saring , kertas saring menjadi basah maka tipe emulsi o/w, dan bila timbul noda minyak pada kertas berarti emulsi tipe w/o. 4. Dengan konduktivitas listrik Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan K watt lampu neon watt semua dihubung- kan secara seri. Lampu neon akan menyala bila elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi tipe o/w, dan akan mati dicelupkan pada emulsi tipe w/o I. KESTABILAN EMULSI. Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini : 1 1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu mengandung fase dispers :

lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversible artinya bila digojok perlahanlahan akan terdispersi kembali. 2 3 2. Koalesen dan cracking (breaking) adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen(menyatu).Sifatnya terjadi karena : Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan CaO/CaCl2 exicatus. Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan. irreversible ( tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat

3. Inversi adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi w/o menjadi o/w atau sebaliknya. Sifatnya irreversible.

BAB VIII PILULAE A. Pengertian Pilulae (menurut F.I.III) ialah suatu sediaan berupa massa bulat mengandung satu atau lebih bahan obat. Boli (menurut F.I. III) ialah pil yang beratnya diatas 300 mg, pembuatan sam dengan pil Granula (menurut F.I III) ialah pil kecil yang beratnya tidak lebih dari 30 mg, mengandung 1 mg bahan obat. Lozenges / tablet hisap menurut (F.I. IV) ialah sediaan padat mengandung satu atau lebih bahan obat , umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut. Mengandung bahan obat, juga bahan dasar gelatin, sukrosa, sorbitol atau gula. Umumnya ditujukan untuk pengobatan iritasi lokal atau infeksi mulut atau tenggorokan, tetapi dapat juga mengandung bahan aktif yang ditujukan untuk absorbsi sistemik setelah ditelan. Lozenges terdiri dari dua macam yaitu troches dan pastiles. Trochisi ( troches) adalah tablet hisap yang dibuat dengan cara kempa tablet, sedangkan pastiles adalah tablet hisap yang dibuat dengan cara tuang. B. Komponen, Penggunaan dan Contoh Pilulae\ Zat utama : berupa bahan obat

Zat tambahan, terdiri dari Zat pengisi Zat pengikat : : gunanya untuk memperbesar volume pil, contoh : akar manis, bolus alba, atau bahan lain yang cocok membuat massa supaya saling melekat antara satu dengan yang lain. Contohnya sari akar manis, gom akasia, tragacanth, campuran bahan tersebut (PGS), atau bahan lain yang cocok. Zat penabur : membuat sediaan yang sudah terbentuk tidak melekat satu sama lain lycopodium atau talk, atau bahan lain yang cocok

Zat penyalut digunakan karena ada beberapa alasan yaitu : 1. untuk menutup rasa dan bau yang kurang enak 2. mencegah perubahan karena pengaruh udara 3. supaya pil pecah dalam usus (enteric coated pil) Contoh : Perak, balsam tolu, keratin, sirlak, kolodium, salol, gelatin, gula atau bahan lain yang cocok Zat pembasah : membasahi masa sebelum dibentuk. Contoh, air, gliserol, sirup, madu, campuran bahan tersebut atau bahan lain yang cocok.

Pil Dengan Bahan - Bahan Khusus. 1. Pil dengan senyawa mengoxid (KMnO4, KNO3, FeCl3, AgNO3) atau garam-garam Pb, pengisi menggunakan 100mg bolus alba, pengikat adeps/vaselin secukupnya . Selain itu menggunakan pillen plank ebonit). 2. Pil dengan extractum gentian ( bereaksi asam) bila diberikan bersama-sama dengan zat lain yang dengan asam-asam melepaskan gas misal : ferrum reductum, ferrum pulveratum, natrii carbonas, natrii bicarbonas, maka untuk menetralkan asamnya perlu ditambah setiap 3 gram extract gentian. 3. 4. 5. Pil dengan garam-garam ferro harus dibalut dengan tolubalsem untuk mencegah oksidasi oleh udara. Pil dengan liquor fowleri tidak boleh diganti dengan As2O3 yang telah diperhitungkan. Pil dengan sari-sari cair. Dalam jumlah kecil , tetap digunakan succus dan radix sari cair digunakan sebagai pengganti aqua gliserinata. Dalam jumlah besar, diuapkan kemudian tambahkan radix secukupnya atau diganti dengan sisa keringnya. C. Persyaratan Pillulae 1. 2. 3. Memenuhi syarat waktu hancur yang tertera pada compresi (FI Edisi III ) Memenuhi keseragaman bobot pil ( FI edisi III ) Pada penyimpanan bentuknya harus tetap , tetapi tidak begitu keras sehingga saluran pencernaan . Keseragaman bobot. Timbang 20 pil satu per satu, hitung bobot rata-rata, penyimpangan terbesar yang diperbolehkan terhadap bobot rata-rata adalah sebagai berikut : Penyimpangan terbesar terhadap bobot Bobot rata - rata 100 mg 250 mg 251 mg 500 mg yang diperbolehkan (%) 18 Pil 10 % 7,5 5 2 Pil 20 % 15 % rata rata dapat hancur dalam MgO sebanyak 100 mg untuk

Penyimpanan

: Sesuai dengan cara penyimpanan tablet, dengan memperhatikan sifat zat tambahan yang digunakan.

BAB IX SUPPOSITORIA / SUPOSITORIA A. Pengertian Supositoria menurut FI edisi IV adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau urethra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut dalam suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik. B. Macam-Macam Suppositoria Macam-macam Suppositoria berdasarkan tempat penggunaannya : 1. Rektal Suppositoria sering disebut Suppositoria saja, bentuk peluru digunakan lewat rektal atau anus, beratnya menurut FI.ed.IV kurang lebih 2 g. Suppositoria rektal berbentuk torpedo mempunyai keuntungan, yaitu bila bagian yang besar masuk melalui jaringan otot penutup dubur, maka Suppositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya. 2. Vaginal Suppositoria (Ovula), bentuk bola lonjong seperti kerucut, digunakan lewat vagina, berat umumnya 5 g. Supositoria kempa atau Supositoria sisipan adalah Supositoria vaginal yang dibuat dengan cara mengempa massa serbuk menjadi bentuk yang sesuai, atau dengan cara pengkapsulan dalam gelatin lunak. Menurut FI.ed.IV, Suppositoria vaginal dengan bahan dasar yang dapat larut / bercampur dalam air seperti PEG atau gelatin tergliserinasi berbobot 5 g. Supositoria dengan bahan dasar gelatin tergliserinasi (70 bag. gliserin, 20 bag. gelatin dan sebaiknya pada suhu dibawah 350 C 3. Urethral Suppositoria (bacilla, bougies) digunakan lewat urethra, bentuk batang panjang antara 7 cm - 14 cm. C. Keuntungan Suppositoria Keuntungan penggunaan obat dalam Suppositoria dibanding peroral, yaitu 1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung. 2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzym pencernaan dan asam lambung. 10 bag. air) harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,

3. Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah sehingga obat dapat berefek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral. 4. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar. D. Tujuan Penggunaan Obat Bentuk Suppositoria 1. Suppositoria dipakai untuk pengobatan lokal, baik dalam rektum maupun vagina atau urethra, seperti penyakit haemorroid / wasir / ambein dan infeksi lainnya. 2. Juga secara rektal digunakan untuk distribusi sistemik, karena dapat diserap oleh membran mukosa dalam rektum, 3. Apabila penggunaan obat peroral tidak memungkinkan, seperti pasien mudah muntah, tidak sadar. 4. Aksi kerja awal akan diperoleh secara cepat, karena obat diabsorpsi melalui mukosa rektal langsung masuk ke dalam sirkulasi darah, 5. Agar terhindar dari pengrusakan obat oleh enzym di dalam saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hepar . Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat per rektal ialah : 1. Faktor fisiologis : Rektum mengandung sedikit cairan dengan pH 7,2 dan kapasitas daparnya rendah. Epitel rektum keadaannya berlipoid (berlemak), maka diutamakan permeable terhadap obat yang tidak terionisasi (obat yang mudah larut dalam lemak). 2. Faktor fisika-kimia dari obat dan basis : a. Kelarutan obat : Obat yang mudah larut dalam lemak akan lebih cepat terabsorpsi dari pada obat yang larut dalam air. b. Kadar obat dalam basis : bila kadar obat naik maka absorpsi obat makin cepat. c. Ukuran partikel : ukuran partikel obat akan mempengaruhi kecepatan larut dari obat ke cairan rektal. d. Basis Suppositoria : Obat yang larut dalam air dan berada dalam basis lemak dilepas segera ke cairan rektal bila basis cepat melepas setelah masuk ke dalam rektum, dan obat akan segera diabsorpsi dan aksi kerja awal obat akan segera nyata. Obat yang larut dalam air dan berada dalam basis larut dalam air, aksi kerja awal dari obat akan segera nyata bila basis tadi segera larut dalam air.

E. Bahan Dasar Suppositoria Bahan dasar : ol. cacao (lemak coklat), gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran PEG berbagai bobot molekul dan ester asam lemak PEG. Bahan dasar lain dapat digunakan seperti surfaktan nonionik misalnya ester asam lemak polioksietilen sorbitan dan polioksietilen stearat. Bahan dasar Suppositoria yang ideal harus mempunyai sifat sebagai berikut : 1. Padat pada suhu kamar, sehingga dapat dibentuk dengan tangan atau dicetak, tapi akan melunak pada suhu rektal dan dapat bercampur dengan cairan tubuh. 2. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi

3. Dapat bercampur dengan bermacam-macam obat 4. Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan warna, bau dan pemisahan obat. 5. Kadar air cukup 6. Untuk basis lemak, bilangan asam, bilangan iodium dan bilangan penyabunan harus jelas. Penggolongan bahan dasar Suppositoria. 1. Bahan dasar berlemak : Ol. Cacao (lemak coklat) 2. Bahan dasar yang dapat bercampur atau larut dalam air : gliserin-gelatin, polietilenglikol (PEG) 3. Bahan dasar lain : Pembentuk emulsi A/M.misalnya campuran Tween 61 85 % dengan gliserin laurat 15 % Suppositoria dengan bahan dasar Lemak coklat ( Ol. Cacao ) merupakan trigliserida dari asam oleat, asam stearat, asam palmitat, warna putih kekuningan, padat, berbau seperti coklat, meleleh pada suhu 31o - 34 o. karena mudah tengik, sebaiknya harus disimpan dalam wadah / tempat sejuk, kering dan terlindung dari cahaya. Ol. Cacao dapat menunjukkan polimorfisme dari bentuk kristalnya karena pemanasan tinggi. Diatas titik leburnya, Ol.Cacao akan meleleh sempurna seperti minyak dan akan kehilangan inti kristal stabil yang berguna untuk membentuk kristalnya kembali.

Bentuk-bentuk kristal Ol.Cacao tersebut adalah : bentuk (alfa) : terjadi bila lelehan Ol.Cacao tadi didinginkan dengan segera pada 0o dan bentuk ini titik leburnya 24o (literatur lain 22 o). bentuk ( beta ) : terjadi bila lelehan Ol.Cacao tadi diaduk-aduk pada suhu 18 o -23 o dan bentuk ini mempunyai titik lebur 28 o - 31o bentuk stabil (beta stabil) : terjadi dari perubahan perlahan-lahan bentuk disertai kontraksi volume dan bentuk ini mempunyai titik lebur 34 o -35 o ( literatur lain 34,5 o) bentuk (gamma) : terjadi dari pendinginan lelehan Ol.Cacao yang sudah dingin (20o) dan bentuk ini mempunyai titik lebur 18 o Menghindari bentuk- bentuk kristal yang tidak stabil di atas dengan cara : Ol.Cacao tidak dilelehkan seluruhnya, cukup 2/3 saja yang dilelehkan. Penambahan sejumlah kecil bentuk kristal stabil ke dalam lelehan Ol.Cacao, untuk mempercepat perubahan bentuk tidak stabil menjadi bentuk stabil Pembekuan lelehan selama beberapa jam / hari Lemak coklat merupakan trigliserida, berwarna kekuningan, bau yang khas dan bersifat polimorfisme ( mempunyai banyak bentuk kristal ). Jika dipanasi sekitar 300 C mulai mencair dan biasanya meleleh sekitar 340 - 350 C, tetapi suhu dibawah 300 C merupakan masa semi-padat. Jika pemanasannya tinggi, lemak coklat akan mencair sempurna seperti minyak dan akan kehilangan semua inti kristal yang stabil

yang berguna untuk memadat. Bila didinginkan di bawah suhu 15 0 C, akan mengkristal dalam bentuk kristal metastabil. Agar mendapatkan Suppositoria yang stabil, maka pemanasan lemak coklat sebaiknya dilakukan sampai cukup meleleh saja sampai dapat dituang, sehingga tetap mengandung inti kristal dari bentuk stabil. Untuk meninggikan titik lebur lemak coklat digunakan tambahan Cera atau Cetasium ( Spermaseti ). Penambahan Cera flava tidak boleh lebih dari 6 % sebab akan memperoleh campuran yang mempunyai titik lebur di atas 370 C dan tidak boleh kurang dari 4 % karena akan memperoleh titik lebur di bawah titik leburnya ( < 330 C ). Jika bahan obatnya merupakan larutan dalam air, perlu diperhatikan bahwa lemak coklat hanya sedikit menyerap air, maka dengan penambahan Cera flava dapat juga menaikkan daya serap lemak coklat terhadap air. Untuk menurunkan titik lebur lemak coklat dapat digunakan tambahan sedikit Kloralhidrat atau fenol, minyak atsiri. Lemak coklat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan tubuh, oleh karena itu dapat menghambat difusi obat yang larut dalam lemak pada tempat yang diobati. Lemak coklat jarang dipakai untuk sediaan vagina karena meninggalkan residu yang tidak dapat diserap, sedangkan gelatin tergliserinasi jarang dipakai untuk rektal karena disolusinya lambat. Supositoria dengan bahan dasar lemak coklat, dapat dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang dihaluskan ke dalam minyak lemak padat pada suhu kamar dan massa yang dihasilkan dibuat dalam bentuk yang sesuai atau dibuat dengan cara meleburkan minyak lemak dengan obat kemudian dibiarkan sampai dingin di dalam cetakan. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik, pada suhu dibawah 300 C. Pemakaian air sebagai pelarut obat dengan bahan dasar Ol.Cacao sebaiknya dihindari karena : Menyebabkan reaksi antara obat-obat dalam Suppositoria. Mempercepat tengiknya Ol.Cacao Bila airnya menguap, obat tersebut akan mengkristal kembali dan dapat keluar dari Suppositoria. Keburukan Ol.Cacao sebagai bahan dasar Suppositoria. Meleleh pada udara yang panas Dapat menjadi tengik pada penyimpanan yang lama Titik leburnya dapat turun atau naik bila ditambahkan bahan tertentu Adanya sifat Polimorfisme Sering bocor (keluar dari rektum karena mencair) selama pemakaian Tidak dapat bercampur dengan sekresi.

Karena ada beberapa keburukan Ol.Cacao tersebut, maka dicari pengganti Ol.Cacao sebagai bahan dasar Suppositoria yaitu : 1. Campuran asam oleat dengan asam stearat dalam perbandingan yang dapat diatur. 2. Campuran cetilalkohol dengan Ol.Amygdalarum dalam perbandingan = 17 : 83 3. Ol.Cacao sintetis : Coa buta , Supositol Suppositoria dengan bahan dasar PEG (Polietilenglikol)

mempunyai titik lebur 350 - 630 tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairan sekresi tubuh Formula yang dipakai : bahan dasar tidak berair : PEG 4000 4 % ( 25 % ) dan PEG 1000 96 % ( 75 % ) bahan dasar berair : PEG 1540 30 %, PEG 6000 50 % dan Aqua + Obat 20 % tidak mengiritasi / merangsang dapat disimpan diluar lemari es tidak ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibanding Ol.Cacao. tetap kontak dengan lapisan mokosa karena tidak meleleh pada suhu tubuh menarik cairan dari jaringan tubuh setelah dimasukkan, sehingga terjadi rasa yang menyengat. Hal ini dapat diatasi dengan cara mencelupkan Suppositoria ke dalam air sebelum digunakan. Pada etiket Supositoria ini harus tertera petunjuk " Basahi dengan air sebelum digunakan ". dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan obat.

Keuntungan :

Kerugian :

PEG merupakan polimerisasi etilenglikol dengan berat molekul antara 300 - 6000 Dalam perdagangan terdapat : PEG 400 (Carbowax 400), PEG 1000 (carbowax 1000), PEG 1500 (carbowax 1500), PEG 4000 (carbowax 4000), PEG 6000 (carbowax 6000). PEG di bawah 1000 berbentuk cair, sedangkan di atas 1000 berbentuk padat lunak seperti malam.

PEG sesuai untuk obat antiseptik. Jika diharapkan bekerja secara sistemik , lebih baik menggunakan bentuk ionik dari pada nonionik agar diperoleh ketersediaan hayati yang maksimum. Meskipun bentuk nonionik dapat dilepaskan dari bahan dasar yang dapat bercampur dengan air seperti gelatin tergliserinasi atau PEG, tetapi cenderung sangat lambat larut sehingga dapat menghambat pengelepasan obat.

Pembuatan Suppositoria dengan PEG dilakukan dengan melelehkan bahan dasar lalu dituangkan ke dalam cetakan seperti pembuatan Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat.

Suppositoria dengan bahan dasar Gelatin Dapat digunakan sebagai bahan dasar Vaginal Suppositoria. Tidak melebur pada suhu tubuh, tetapi melarut dalam sekresi tubuh Perlu penambahan pengawet ( Nipagin ) karena bahan dasar ini merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri. Penyimpanan harus ditempat yang dingin Bahan dasar ini dapat juga digunakan untuk pembuatan Urethra Suppositoria dengan formula : gelatin 20, gliserin 60 dan aqua yang mengandung obat 20 Kebaikan : dapat diharapkan berefek yang cukup lama, lebih lambat melunak, lebih mudah bercampur dengan cairan tubuh jika dibandingkan dengan Ol.Cacao. Keburukan :

cenderung menyerap uap air karena sifat gliserin yang hygroskopis yang dapat menyebabkan dehidrasi / iritasi jaringan, memerlukan tempat untuk melindunginya dari udara lembab supaya terjaga bentuknya dan konsistensinya.

Dalam farmakope Belanda terdapat formula Suppositoria dengan bahan dasar Gelatin. yaitu : panasi 2 bagian Gelatin dengan 4 bagian air dan 5 bagian Gliserin sampai diperoleh massa yang homogen. Tambahkan air panas sampai diperoleh 11 bagian. Biarkan massa cukup dingin dan tuangkan dalam cetakan hingga diperoleh Suppositoria dengan berat 4 gram. Obat yang ditambahkan dilarutkan atau digerus dengan sedikit air atau Gliserin yang disisakan dan dicampurkan pada massa yang sudah dingin.

Bahan dasar lainnya : Bersifat seperti lemak yang larut dalam air atau bercampur dengan air, beberapa diantaranya membentuk emulsi tipe A//M Formulasinya : Tween 61 85 % dan Gliserin laurat 15 % Bahan dasar ini dapat menahan air atau larutan berair. Berat Suppositoria 2,5 g

F. Metode Pembuatan Suppositoria 1. Dengan tangan : Hanya dengan bahan dasar Ol.Cacao yang dapat dikerjakan atau dibuat dengan tangan untuk skala kecil dan bila bahan obatnya tidak tahan terhadap pemanasan Metode ini kurang cocok untuk iklim panas. Cetakan harus dibasahi lebih dahulu dengan Parafin cair bagi yang memakai bahan dasar Gliseringelatin, tetapi untuk Ol.Cacao dan PEG tidak dibasahi karena mengkerut pada proses pendinginan, akan terlepas dari cetakan. 3. Dengan kompresi. Metode ini, proses penuangan, pendinginan dan pelepasan Suppositoria dilakukan dengan mesin secara otomatis. Kapasitas bisa sampai 3500 - 6000 Suppositoria / jam. Pembuatan Suppositoria secara umum dilakukan dengan cara sebagai berikut : Bahan dasar Suppositoria yang digunakan supaya meleleh pada suhu tubuh atau dapat larut dalam cairan yang ada dalam rektum. Obatnya supaya larut dalam bahan dasar, bila perlu dipanaskan. Bila bahan obatnya sukar larut dalam bahan dasar maka harus diserbuk halus. Setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau mencair, dituangkan ke dalam cetakan Suppositoria kemudian didinginkan. Cetakan tersebut terbuat dari besi yang dilapisi nikel atau dari logam lain, ada juga yang dibuat dari plastik Cetakan ini mudah dibuka secara longitudinal untuk mengeluarkan Suppositoria. Untuk mencetak bacilla dapat digunakan tube gelas atau gulungan kertas. Untuk mengatasi massa yang hilang karena melekat pada cetakan, maka pembuatan Suppositoria harus dibuat berlebih ( 10 % ) dan cetakannya sebelum digunakan harus dibasahi lebih dahulu dengan Parafin 2. Dengan mencetak hasil leburan :

cair atau minyak lemak atau spiritus saponatus ( Soft Soap liniment ), tetapi spiritus saponatus ini, jangan digunakan untuk Suppositoria yang mengandung garam logam karena akan bereaksi dengan sabunnya dan sebagai pengganti digunakan Ol. Recini dalam etanol. Khusus Suppositoria dengan bahan dasar PEG dan Tween tidak perlu bahan pelicin cetakan karena pada pendinginan mudah lepas dari cetakannya yang disebabkan bahan dasar tersebut dapat mengkerut.

G. Pengemasan Suppositoria 1. Dikemas sedemikian rupa sehingga tiap Suppositoria terpisah, tidak mudah hancur atau meleleh. 2. Biasanya dimasukkan dalam wadah dari alumunium foil atau strip plastik sebanyak 6 sampai 12 buah, untuk kemudian dikemas dalam dus. 3. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat sejuk.

H. Pemeriksaan Mutu Suppositoria Setelah dicetak, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut : 1. Penetapan kadar zat aktifnya dan disesuaikan dengan yang tertera pada etiketnya. 2. Test terhadap titik leburnya, terutama jika digunakan bahan dasar Ol.Cacao 3. Test kerapuhan, untuk menghindari kerapuhan selama pengangkutan 4. Test waktu hancur, PEG 1000 15 menit, Ol.Cacao dingin 3 menit 5. Test homogenitas. I. Ovulae / Ovula Ovula adalah sediaan padat , umumnya berbentuk telur mudah melemah (melembek) dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan sebagai obat luar khusus untuk vagina. Sebagai bahan dasar ovula harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Sebagai bahan dasar dapat digunakan lemak coklat atau campuran PEG dalam berbagai perbandingan. Bobot ovula adalah 3 - 6 gram, umumnya 5 gram. Ovula disimpan dalam wadah tertutup baik dan ditempat yang sejuk.

BAB X ILMU GALENICA A. Pendahuluan Istilah galenika di ambil dari nama seorang tabib Yunani yaitu Claudius Galenos (GALEN) yang membuat sediaan obat-obatan yang berasal dari tumbuhan dan hewan, sehingga timbulah ilmu obat-obatan yang disebut ilmu galenika. Jadi Ilmu Galenika adalah : Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan). Pembuatan sediaan galenik secara umum dan singkat sebagai berikut : Bagian tumbuhan yang mengandung obat diolah menjadi simplisia atau bahan obat nabati. Dari simplisia tersebut obat-obat (bahan obat) yang terdapat di dalamnya diambil dan diolah dalam bentuk sediaan / preparat. Tujuan dibuatnya sediaan galenik : 1. 2. 3. untuk memisahkan obat-obat yang terkandung dalam simplisia dari bagian lain yang dianggap tidak bermanfaat. membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil dalam penyimpanan yang lama.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenik 1. Derajat kehalusan Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya obat yang terkandung tersebut di sari. Semakin sukar di sari, simplisia harus dibuat semakin halus, dan sebaliknya. 2. Konsentrasi / kepekatan Beberapa obat yang terkandung atau aktif dalam sediaan tersebut harus jelas konsentrasinya agar kita tidak mengalami kesulitan dalam pembuatan. 3. Suhu dan lamanya waktu

Harus disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau tidak, mudah tersari atau tidak. 4. Bahan penyari dan cara penyari Cara ini harus disesuaikan dengan sifat kelarutan obat dan daya serap bahan penyari ke dalam simplisia. Bentuk-bentuk sediaan galenik 1. 2. 3. B. Hasil Penarikan : (minyak lemak) Syrup. Penarikan (Extraction) Extractio adalah cara menarik satu atau lebih zat-zat dari bahan asal yang umumnya zat berkhasiat tersebut tertarik dalam keadaan (khasiatnya) tidak berubah. Istilah extractio hanya dipergunakan untuk penarikan zat-zat dari bahan asal dengan menggunakan cairan penarik/ pelarut. Cairan penarik yang dipergunakan disebut menstrum, ampasnya disebut marc atau faeces. Cairan yang dipisahkan disebut Macerate Liquid, Colatura, Solution, Perkolat. Umumnya extractio dikerjakan untuk simplisia yang mengandung zat berkhasiat atau zat-zat lain untuk keperluan tertentu.. Zat-zat berkhasiat tersebut antara lain alkaloida, glukosida, damar, olea, resina, minyak atsiri, lemak. Disamping itu terdapat juga jenis-jenis gula, zat pati, zat lendir, albumin, protein, pectin, selulosa yang pada umumnya mempunyai daya larut dalam cairan pelarut tertentu dimana sifat-sifat kelarutan ini dimanfaatkan dalam extractio. Tujuan utama extractio adalah :untuk mendapatkan zat-zat berkhasiat pengobatan sebanyak mungkin dari zat-zat yang tidak berfaedah, supaya lebih mudah digunakan dari pada simplisia asal. Begitu juga penyimpanan dan tujuan pengobatannya terjamin sebab pada umumnya simplisia terdapat dalam keadaan tercampur yang memerlukan cara-cara penarikan dan cairan-cairan penarik tertentu yang nantinya akan menghasilkan sediaan galenik sesuai dengan pengolahannya. Suhu penarikan juga sangat mempengaruhi hasil penarikan, suhu penarikan untuk : Maserasi Digerasi Infundasi Memasak : 15 25 0C : 35 45 0C : 90 98 0C : suhu mendidih Extracta, Tinctura, Decocta / Infusa : Aqua aromatika, olea velatilia (minyak menguap), olea pinguia Hasil Penyulingan/ pemerasan

Dalam beberapa hal sebelum sediaan yang dimaksud dibuat, simplisia perlu diolah terlebih dahulu, Misalnya mengawal lemakkannya seperti: Strychni, Secale cornuti; atau menghilangkan zat pahitnya seperti : Lichen islandicus. Supaya zat-zat yang tidak berguna / merusak tidak ikut tertarik bersama-sama dengan zat-zat yang berkhasiat. Cara menghilangkan isi simplisia yang tidak berguna :

1.

Dengan memakai bahan pelarut yang tepat dimana bahan berkhasiatnya mudah larut, sedangkan yang tidak berguna sedikit atau tidak larut dalam cairan penyari tersebut.

2. 3.

Dengan menarik / merendam pada suhu tertentu dimana bahan berkhasiat terbanyak larutnya. Dengan menggunakan jarak waktu menarik yang tertentu dimana bahan berkhasiat dari sipmlisia lebih banyak larutnya, sedangkan bahan yang tidak berguna sedikit atau tidak larut.

4.

Dengan memurnikan / membersihkan memakai cara-cara tertentu baik secara ilmu alam maupun ilmu kimia. Jadi kesimpulan dalam extractio ini adalah memilih salah satu cara penarikan yang tepat dengan

cairan yang pantas dan memisahkan ampas dengan hasil penarikan yang akan menghasilkan sebuah preparat galenik yang dikehendaki. Simplisia yang dipergunakan umumnya sudah dikeringkan, kadang-kadang juga yang segar. Untuk kemudahan simplisia yang kering ini dilembabkan terlebih dahulu / di maserer dalam batas waktu tertentu. Disamping itu simplisia ini ditentukan derajat halusnya untuk memperbesar atau memperluas permukaannya, sehingga menyebabkan proses difusi dari zat-zat berkhasiat lebih cepat dari pada melalui dinding-dinding sel yang utuh (proses osmose).

C.

Cairan - Cairan Penarik Menentukan cairan penarik apa yang akan digunakan harus diperhitungkan betul-betul dengan

memperhatikan beberapa faktor, antara lain : 1. 2. 3. 4. Kelarutan zat-zat dalam menstrum Tidak menyebabkan nantinya zat-zat berkhasiat tersebut rusak atau akibat-akibat yang tidak dikehendaki (perubahan warna, pengendapan, hidrolisa) Harga yang murah Jenis preparat yang akan dibuat

Macam macam cairan penyari :

1.

Air Termasuk yang mudah dan murah dengan pemakaian yang luas, pada suhu kamar adalah pelarut yang

baik untuk bermacam-macam zat misalnya : garam-garam alkaloida, glikosida, asam tumbuh-tumbuhan, zat warna dan garam-garam mineral. Umumnya kenaikan suhu dapat menaikkan kelarutan dengan pengecualian misalnya pada condurangin, Ca hidrat, garam glauber dll. Keburukan dari air adalah banyak jenis zat-zat yang tertarik dimana zat-zat tersebut meripakan makanan yang baik untuk jamur atau bakteri dan dapat menyebabkan mengembangkan simplisia sedemikian rupa, sehingga akan menyulitkan penarikan pada perkolasi. 2. Etanol

Etanol hanya dapat melarutkan zat-zat tertentu, Umumnya pelarut yang baik untuk alkaloida, glikosida, damar-damar, minyak atsiri tetapi bukan untuk jenis-jenis gom, gula dan albumin. Etanol juga menyebabkan enzym-enzym tidak bekerja termasuk peragian dan menghalangi perutumbuhan jamur dan kebanyakan bakteri. Sehingga disamping sebagai cairan penyari juga berguna sebagai pengawet. Campuran air-etanol (hidroalkoholic menstrum) lebih baik dari pada air sendiri. 3. Gycerinum (Gliserin) Terutama dipergunakan sebagai cairan penambah pada cairan menstrum untuk penarikan simplisia yang mengandung zat samak. Gliserin adalah pelarut yang baik untuk tanin-tanin dan hasil-hasil oksidanya, jenis-jenis gom dan albumin juga larut dalam gliserin. Karena cairan ini tidak atsiri, tidak sesuai untuk pembuatan ekstrak-ekstrak kering. 4. Eter Sangat mudah menguap sehingga cairan ini kurang tepat untuk pembuatan sediaan untuk obat dalam atau sediaan yang nantinya disimpan lama. 5. Solvent Hexane Cairan ini adalah salah satu hasil dari penyulingan minyak tanah kasar. Pelarut yang baik untuk lemak-lemak dan minyak-minyak. Biasanya dipergunakan untuk menghilangkan lemak dari simplisia yang mengandung lemak-lemak yang tidak diperlukan, sebelum simplisia tersebut dibuat sediaan galenik, misalnya strychni, secale cornutum. 6. Acetonum Tidak dipergunakan untuk sediaan galenik obat dalam, pelarut yang baik untuk bermacam-macam lemak, minyak atsiri, damar. Baunya kurang enak dan sukar hilang dari sediaan. Dipakai misalnya pada pembuatan Capsicum oleoresin (N.F.XI) 7. Chloroform Tidak dipergunakan untuk sediaan dalam, karena efek farmakologinya. Bahan pelarut yang baik untuk basa alkaloida, damar, minyak lemak dan minyak atsiri. D. Cara Cara Penarikan

1.

Maserasi Adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari pada suhu biasa yaitu pada suhunya 15-25 0C. Maserasi juga merupakan proses pendahuluan untuk pembuatan secara perkolasi.

2.

Digerasi Cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia dengan cairan penyari pada suhu 35o 45o. Cara ini sekarang sudah jarang dilakukan karena disamping membutuhkan alat-alat tertentu juga pada suhu tersebut beberapa simplisia menjadi rusak.

3.

Perkolasi Perkolasi ialah suatu cara penarikan, memakai alat yang disebut perkolator, yang simplisianya terendam dalam cairan penyari dimana zat-zatnya terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan keluar sampai memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan. Cara-cara perkolasi : 1. perkolasi biasa 2. perkolasi bertingkat, reperkolasi, fractional percolation 3. perkolasi dengan tekanan, pressure percolation 4. perkolasi persambungan, continous extraction, memakai alat soxhlet.

Hal-hal yang harus mendapat perhatian pada perkolasi ialah : 1. mempersiapkan simplisianya : derajat halusnya. 2. melembabkan dengan cara penyari : maserasi I 3. jenis perkolator yang dipergunakan dan memper-siapkannya 4. cara memasukkannya ke dalam perkolator dan lamanya di maserer dalam perkolator : maserasi II 5. pengaturan penetapan cairan keluar dalam jangka waktu yang ditetapkan. E. Tingtur (Tinctura) Adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing masing monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10 % untuk zat berkhasiat keras. Cara Pembuatan

1. Maserasi , kecuali dinyatakan lain, lakukan sebagai berikut : Masukkan 20 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam sebuah bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering di aduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya, selama 2 hari, enap, tuangkan atau saring. 2. Perkolasi, kecuali dinyatakan lain lakukan sebagai berikut : Basahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dengan 2,5 5 bagian cairan penyari, masukkan ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam. Pindahkan masa sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali di tekan hati-hati, tuangi dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam.

Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia hingga diperoleh 80 bagian perkolat. Peras masa, campurkan cairan perasan ke dalam perkolat, tambahkan cairan penyari secukupnya hingga diproleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana, tutup, biarkan selama 2 hari ditempat sejuk terlindung dari cahaya. Enap, tuang atau saring. Jika dalam monografi tertera penetapan kadar, setelah diperoleh 80 bagian perkolat, tetapkan kadarnya. Atur kadar hingga memenuhi syarat, jika perlu encerkan dengan cairan penyari secukupnya. Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk. Sediaan tingtur harus jernih, untuk bahan dasar yang mengandung harsa digunakan cairan penyari etanol 90% dan pada umumnya cairan penyari adalah etanol 70%. Tingtur yang mengandung harsa / damar adalah Mira Tinctura, Asaefoetida Tinctura, Capsici Tinctura, Tingtur Menyan. Pembagian Tinctur 1. A. Menurut Cara Pembuatan Adalah tingtur yang dibuat secara maserasi atau perkolasi. Contoh : Tingtur yang dibuat secara maserasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Opii Tinctura Valerianae Tinctura Capsici Tinctura Myrrhae Tinctura Opii Aromatica Tinctura Polygalae Tinctura Dan lain-lain FI III FI III FI II FI II FI III Ext. FI 1974

Tingtur Asli

Tingtur yang dibuat secara perkolasi, contoh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. B. Belladonae Tinctura Cinnamomi Tinctura Digitalis Tinctura Lobeliae Tinctura Strychnini Tinctura Ipecacuanhae Tinctura Dan lain-lain FI III FI III FI III FI II FI II Ext. FI 1974

Tingtur Tidak Asli (Palsu) Adalah tingtur yang dibuat dengan jalan melarutkan bahan dasar atau bahan kimia dalam cairan pelarut tertentu. Contoh : 1. Iodii Tinctura FI III

2. 2. A.

Secalis Cornuti Tinctura

FI III

Menurut Kekerasan (perbandingan bahan dasar dengan cairan penyari) Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10 % simplisia yang berkhasiat keras. Contoh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Belladonae Tinctura Digitalis Tinctura Opii Tinctura Lobeliae Tinctura Stramonii Tinctura Strychnin Tinctura Ipecacuanhae Tinctura FI III FI III FI III FI II FI II FI II Ext. FI 1974

Tingtur Keras

B.

Tingtur Lemah Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20 % simplisia yang tidak berkhasiat keras. Contoh : 1. 2. 3. 4. 3. Cinnamomi Tinctura Valerianae Tinctura Polygalae Tinctura Myrrhae Tinctura FI III FI III Ext. FI 1974 FI II

Berdasarkan Cairan Penariknya a. Tingtura Aetherea, jika cairan penariknya adalah aether atau campuran aether dengan aethanol. Contoh : Tingtura Valerianae Aetherea. b. Tingtura Vinosa, jika cairan yang dipakai adalah campuran anggur dengan aethanol. Contoh : Tinctura Rhei Vinosa (Vinum Rhei). c. Tinctura Acida, jika ke dalam aethanol yang dipakai sebagai cairan penarik ditambahkan suatu asam sulfat. Contoh : pada pembuatan Tinctura Acida Aromatica. d. e. Tinctura Aquosa, jika sebagai cairan penarik dipakai air, contoh : Tinctura Rhei Aquosa. Tinctura Composita, adalah tingtur yang didapatkan dari jika penarikan dilakukan dengan cairan penarik selain aethanol hal ini harus dinyatakan pada nama tingtur tersebut, misalnya campuran simplisia, contoh : Tinctura Chinae Composita. F. Ekstrak (Extracta) Adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari yang dipakai adalah air, eter dan campuran etanol dan air. Cara Pembuatan

Penyarian :

1.

Penyarian simplisia dengan air dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi atau penyeduhan dengan air mendidih. Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan dengan cara maserasi atau perkolasi. Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara perkolasi. Maserasi Lakukan maserasi menurut cara yang tertera pada tingtur, suling atau uapkan maserat pada tekanan rendah pada suhu tidak leih dari 50 0C hingga konsistensi yang dikehendaki.

2.

Perkolasi Lakukan perkolasi menurut cara yang tertera pada tinctura. Setelah perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam biarkan cairan menetes, tuangi massa dengan cairan penyari hingga jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan tidak meninggalkan sisa. Perkolat disuling atau diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C hingga konsistensi yang dikehendaki Pada pembuatan ekstrak cair 0,8 bagian perkolat pertama dipisahkan, perkolat selanjutnya diuapkan hingga 0,2 bagian campur dengan perkolat pertama. Pembuatan ekstrak cair dengan penyari etanol dapat juga dilakukan dengan cara reperkolasi tanpa menggunakan panas. Ekstrak yang diperoleh dengan penyari air hangatkan segera pada suhu kurang lebih 90 0C, enapkan, serkai. Uapkan serkaian pada takanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C hingga bobotnya sama dengan bobot simplisia yang digunakan. Enapkan di tempat sejuk selama 24 jam, serkai, uapkan pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C hingga konsentrasi yang dikehendaki. Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya Untuk ekstrak kering dan kental perkolat disuling atau diupkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C hingga konsistensi yang dikehendaki. G. Infus (Infusa) Adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90 0C selama

15 menit. Cara Pembuatan Campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90 0C sambil sekali-sekali di aduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk membuat sediaan infus : 1. 2. 3. Jumlah simplisia Derajat halus simplisia Banyaknya ekstra air

4. 5.

Cara menyerkai Penambahan bahan-bahan lain untuk menambah kelarutan untuk menambah kestabilan untuk menghilangkan zat-zat yang menyebabkan efek lain.

1.

Jumlah Simplisia Kecuali dinyatakan lain, infus yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras di buat dengan menggunakan 10 % simplisia. Kecuali untuk simplisia seperti yang tertera di bawah ini, untuk membuat 100 bagian infus, digunakan sejumlah simplisia seperti tersebut di bawah ini : Kulit kina Daun digitalis Akar ipeka Daun kumis kucing Sekale kornutum Daun sena Temulawak 2. Derajat Halus Simplisia Yang digunakan untuk infus harus mempunyai deajat halus sebagai berikut : Serbuk (5/8) Serbuk (8/10) Serbuk (10/22) Serbuk (22/60) Serbuk (85/120) 3. Banyaknya Air Ekstra Umumnya untuk membuat sediaan infus diperlukan penambahan air sebanyak 2 kali berat simplisia. Air ekstra ini perlu karena simplisia yang kita gunakan pada umumnya dalam keadaan kering. Akar manis, daun kumis kucing, daun sena Dringo, kelembak Laos, akar valerian, temulawak, jahe Kulit kina, akar ipeka, sekale kornutum Daun digitalis daun sirih, 6 bagian 0,5 bagian 0,5 bagian 0,5 bagian 3 bagian 4 bagian 4 bagian

4.

Cara Menyerkai Pada umumnya infus di serkai selagi panas, kecuali infus simplisia yang mengandung minyak atsiri, diserkai setelah dingin. Infus daun sena, infus asam jawa dan infus simplisia lain yang mengandung lendir tidak boleh diperas. Untuk decocta Condurango diserkai dingin, karena zat berkhasiatnya larut dalam keadaan panas, akan mengendap dalam keadaan dingin. Infus daun sena harus diserkai setelah dingin karena infus daun sena mengandung zat yang dapat menyebabkan sakit perut yang larut dalam air panas, tetapi tidak larut dalam air dingin.

Untuk asam jawa sebelum dibuat infus di buang bijinya dan diremas dengan air hingga massa seperti bubur. Untuk buah adas manis dan buah adas harus dipecah dahulu. Bila sediaan tidak disebutkan derajat kehalusannya, hendaknya diambil derajat kehalusan suatu bahan dasar yang keketalannya sama / sediaan galenik dengan bahan yang sama. 5. Penambahan Bahan-Bahan Lain Pada pembuatan infus kulit kina ditambahkan asam sitrat 10% dari bobot bahan berkhasiat dan pada pembuatan infus simplisia yang mengandung glikosida antrakinon, ditambahkan Natrium karbonat 10% dari bobot simplisia.

H.

Air Aromatik (Aqua Aromatica) Adalah larutan jenuh minyak atsiri atau zat-zat yang beraroma dalam air. Diantara air aromatika, ada

yang mempunyai daya terapi yang lemah, tetapi terutama digunakan untuk memberi aroma pada obat-obat atau sebagai pengawet. Air aromatika harus mempunyai bau dan rasa yang menyerupai bahan asal, bebas bau empirematic atau bau lain, tidak berwarna dan tidak berlendir. Cara pembuatan : 1. 2. 3. 4. larutkan minyak atsiri sejumlah yang tertera dalam masing-masing monografi dalam 60 ml etanol 95%. tambahkan air sedikit demi sedikit sampai volume 100 ml sambil dikocok kuat-kuat. tambahkan 500 mg talc, kocok, diamkan, saring. encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air. Etanol disini berguna untuk menambah kelarutan minyak atsiri dalam air. Talc berguna untuk membantu terdistribusinya minyak dalam air dan menyempurnakan pengendapan kotoran sehingga aqua aromatik yang dihasilkan jernih. Selain cara melarutkan seperti yang tertera dalam FI II, buku lain juga mencantumkan aqua aromatik adalah hasil samping dari pembuatan olea volatilia secara penyulingan sesudah diambil minyak atsirinya. Aqua aromatik yang diperoleh sebagai hasil samping pembuatan minyak atsiri secara destilasi dapat dicegah pembusukannya dengan cara mendidihkan dalam wadah tertutup rapat yang tidak terisi penuh di atas penangas air selama 1 jam. Pemerian aqua aromatika : cairan jernih, atau agak keruh, bau dan rasa tidak boleh menyimpang dari bau dan rasa minyak atsiri asal. Syarat untuk resep : jika air aromatik keruh, kocok kuat-kuat sebelum digunakan. Penyimpanan : dalam wadah terttutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk. Khasiat : zat tambahan.

I.

Minyak Lemak (Olea Pinguia) Adalah campuran senyawa asam lemak bersuku tinggi dengan gliserin (gliserida asam lemak bersuku

tinggi). Cara-cara mendapatkan minyak lemak 1. 2. 1. 2. 3. diperas pada suhu biasa, misalnya : oleum arachidis, oleum olivae, oleum ricini diperas pada suhu panas, misalnya : oleum cacao, oleum cocos harus jernih, yang cair harus jernih, begitupun yang padat sesudah dihangatkan (diatas suhu leburnya) tidak boleh berbau tengik. kecuali dinyatakan lain harus larut dalam segala perbandingan dalam CHCl 3, Eter dan Eter minyak tanah. Harus memenuhi syarat-syarat minyak mineral, minyak harsa dan minyak-minyak asing lainnya, senyawa belerang dan logam berat. Cara identifikasi minyak lemak : Pada kertas meninggalkan noda lemak Penggunaan minyak lemak : 1. 2. Sebagai zat tambahan Sebagai pelarut, misalnya : sebagai pelarut obat suntik, lotio dan lain-lain, anti racun, untuk racun yang tidak larut dalam lemak (racunnya dibalut lemak, lalu segera diberi pencahar atau emetikum) tetapi bila racun yang larut dalam lemak maka dalam bentuk terlarut absorpsi dipercepat. 3. Sebagai obat, misalnya : oleum ricini, dapat dipakai sebagai pencahar.

Syarat-syarat untuk minyak lemak antara lain :

Minyak lemak dibagi dalam dua golongan : 1. 2. minyak-minyak yang dapat mengering misalnya : oleum lini, oleum ricini. minyak-minyak yang tidak dapat mengering, misalnya : oleum arachidis, oleum olivarum, oleum amygdalarum, oleum sesami. Penyimpanan minyak lemak : Kecuali dinyatakan lain, harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terisi penuh, terlindung dari cahaya. J. Minyak Atsiri (Olea Volatilia) Minyak atsiri disebut juga minyak menguap atau minyak terbang. Olea Volatilia adalah campuran bahan-bahan berbau keras yang menguap, yang diperoleh baik dengan cara penyulingan atau perasan simplisia segar maupun secara sintetis. Minyak atsiri diperoleh dari tumbuh-tumbuhan. Contoh : daun, bunga, kulit buah, buah atau dibuat secara sintetis.

Sifat-sifat minyak atsiri : 1. mudah menguap

2. 3. 4. 5.

rasa yang tajam wangi yang khas tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik. minyak atsiri yang segar tidak berwarna, sedikit kuning muda. Warna coklat, hijau ataupun biru, disebabkan adanya zat-zat asing dalam minyak atsiri tersebut. Misalnya : Minyak kayu putih (Oleum Cajuputi) yang murni tidak berwarna. Warna hijau yang ada seperti yang terlihat diperdagangan karena adanya : klorophyl dan spora-spora Cu (tembaga). Warna kuning atau kuning coklat terjadi karena adanya penguraian. Pemerian : Cairan jernih Bau seperti bau bagian tanaman asal. Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya dan ditempat sejuk.

Identifikasi : 1. 2. 3. teteskan 1 tetes minyak di atas air, permukaan air tidak keruh. pada sepotong kertas teteskan 1 tetes minyak yang diperoleh dengan cara penyulingan uap tidak terjadi noda transparan kocok sejumlah minyak dengan larutan NaCl jenuh volume sama, biarkan memisah, volume air tidak boleh bertambah. Cara-cara memperoleh minyak atsiri : A. Cara pemerasan yaitu cara yang termudah dan masih dapat dikatakan primitif. Cara ini hanya dapat dipakai untuk minyak atsiri yang mempunyai kadar tinggi dan untuk minyak atsiri yang mempunyai kadar tinggi dan minyak atsiri yang tidak tahan pemanasan. Contoh : minyak jeruk

B. 1.

Cara penyulingan ( destilasi). Ada 2: Cara langsung ( menggunakan api langsung) Bahan yang akan diolah di masukkan ke dalam sebuah bejana di atas pelat yang berlubang dan bejana berisi air. Uap air yang naik melalui lubang dan melalui sebuah pendingin, kemudian minyak yang keluar dengan uap air di tampung. Cara ini hanya dapat digunakan untuk jumlah bahan bakal yang sedikit, karena jumlah air yang akan menjadi uap dan membawa serta minyak terbatas jumlahnya.

2.

Cara tidak langsung ( destilasi uap) Bahan yang akan di olah di masukkan ke dalam sebuah bejana dan di tambah dengan air. Alirkan ke dalamnya uap air yang berasal dari bejana lain. Cara ini dapat digunakan untuk bahan bakal dalam jumlah yang besar terutama bahan bakal yang mempunyai kadar minyak atsiri yang rendah.

Dari ke dua cara di atas pada bejana penampungan akan terdapat dua lapisan, yaitu air dan minyak atsiri. Letak minyak atsiri dan air tergantung pada berat jenisnya. Jika Bj minyak atsiri > Bj air maka minyak atsiri berada di bawah dan sebaliknya. Ke dua lapisan ini dapat dipisahkan dan setelah dipisahkan sisa air dapat di keringkan dengan menggunakan zat - zat pengering, contoh: Na2SO4 exicatus. Pengeringan sisa air ini perlu di lakukan sebab dengan adanya sisa air tersebut minyak atsiri cepat rusak / menjadi tengik. Bila lapisan minyak atsiri dan air sukar dipisahkan dapat di tambahkan NaCl jenuh untuk menarik airnya 3. Cara Enfleurage Biasanya untuk minyak atsiri yang berasal dari daun bunga yang digunakan untuk kosmetik. Daun bunga disebarkan diatas keping gelas yang lebih dulu dilapisi dengan lemak atau gemuk. Dibiarkan beberapa lama, tergantung dari jenis daun yang diolah, contoh:bunga melati 24 jam. Kemudian daun bunga diangkat, diganti dengan yang segar sampai beberapa kali, sampai lemak itu benar-benar jenuh dengan minyak atsiri. Biasanya lemak itu dapat digunakan untuk 30 kali. Kemudian lapisan lemak dikerok, dilarutkan dalam alkohol absolut, minyak atsiri akan larut, sedangkan lemaknya tidak larut, sehingga lemaknya dapat dipisahkan dari minyak atsiri. Minyak atsiri yang ada dalam alkohol disuling secara vacum (dengan alat evaporator vacum ). Alkohol yang digunakan bukan alkohol fortior sebab waktu diuapkan, uap air akan membawa minyak atsiri. Cara ini dapat digunakan untuk bahan bakal dengan kandungan minyak atsiri yang rendah dan tidak tahan pemanasan. Syarat syarat minyak atsiri 1. Harus jernih, tidak berwarna, kalau perlu setelah pemanasan.Kejernihan dapat dibuktikan dengan cara meneteskan 1 tetes minyak atsiri keatas permukaan air, permukaan air tidak keruh.Minyak menguap umumnya tidak berwarna, hanya beberapa yang sesui dengan warna aslinya. Oleum bergamottae berwarna hijau karena klorofilnya terlarut kedalamnya. Oleum kajuputi berwarna hijau karena senyawa tembaga dari alat penyulingnya terlarut kedalamnya. Minyak atsiri akan berwarna kuning atau kuning kecoklatan karena sudah terurai atau teroksidasi. 2. 3. 4. Mudah larut dalam Chloroform atau Eter. Minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan uap harus bebas minyak lemak. Hal ini dibuktikan dengan cara meneteskan keatas kertas perkamen tidak meninggalkan noda transparan. Harus kering, karena air akan mempercepat reaksi oksidasi sehingga minyak akan berwarna. Kekeringan dibuktikan dengan cara mengocok sejumlah minyak atsiri dengan larutan Natrium Klorida jenuh vbolume sama, biarkan memisah, volume air tidak boleh bertambah. 5. Bau dan rasa seperti simplisia. Bau diperiksa dengan cara mencampurkan satu tetes minyak atsiri dengan 10 ml air. Rasa diperiksa dengan mencampur satu tetes minyak atsiri dengan 2 gram gula.

K.

Syrup (Sirupi) Adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C 12 H22 O11) tidak

kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%. Cara pembuatan sirup : Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai. Cairan untuk sirup, kedalam mana gulanya akan dilarutkan dapat dibuat dari : 1. 2. a. b. c. d. aqua destilata : untuk sirupus simplex. hasil-hasil penarikan dari bahan dasar : maserat misalnya sirupus Rhei perkolat misalnya sirupus Cinnamomi colatura misalnya sirupus Senae sari buah misalnya rubi idaei 3. larutan atau campuran larutan bahan obat misalnya : methydilazina hydrochloridi sirupus, sirup-sirup dengan nama patent misalnya yang mengandung campuran vitamin . pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glikosida antrakinon di tambahkan Na2CO3 sejumlah 10% bobot simplisia. Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan ditambahkan metil paraben 0,25 % b/v atau pengawet lain yang cocok. Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66 % sakarosa, bila lebih tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 62 % sirup akan membusuk. Bj sirup kira-kira 1,3 Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa ( pecah menjadi glukosa dan fruktosa ) dan bila sirup yang bereaksi asam inversi dapat terjadi lebih cepat. Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan menyebabkan terjadinya gula invert. Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian sakarosa yang memutar bidang polarisasi kekiri.

Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer sehingga mudah berjamur dan berwarna tua ( terbentuk karamel ), tetapi mencegah terjadinya oksidasi dari bahan obat.

Pada sirup yang mengandung sakarosa 62 % atau lebih, sirup tidak dapat ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak mati.

Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat tumbuh. Bila dalam resep, sirup diencerkan dengan air dapat pula ditumbuhi jamur.

Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan bahan pengawet misalnya nipagin. Kadang-kadang gula invert dikehendaki adanya misalnya dalam pembuatan sirupus Iodeti ferrosi. Hal ini disebabkan karena sirup merupakan media yang mereduksi, mencegah bentuk ferro menjadi bentuk ferri. Gula invert disini dipercepat pembuatannya dengan memanaskan larutan gula dengan asam sitrat.

Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka sakarosa

dilarutkan dengan

pemanasan lemah dan dalam botol yang tertutup, seperti pada pembuatan Thymi sirupus dan Thymi compositus sirupus, aurantii corticis sirupus. Untuk cinnamomi sirupus sakarosa dilarutkan tanpa pemanasan. Maksud menyerkai pada sirup adalah untuk memperoleh sirup yang jernih.

Ada beberapa cara menjernihkan sirup : 1. 2 Menambahkan kocokan zat putih telur segar pada sirup . Didihkan sambil diaduk, zat putih telur akan menggumpal karena panas. Menambahkan bubur kertas saring lalu didihkan dan saring kotoran sirup akan melekat ke kertas saring.

Cara memasukkan sirup ke dalam botol. Penting untuk kestabilan sirup dalam penyimpanan, supaya awet (tidak berjamur ) sebaiknya sirup disimpan dengan cara : 1. 2. Sirup yang sudah dingin disimpan dalam wadah yang kering. Tetapi pada pendinginan ada kemungkinan terjadinya cemaran sehingga terjadi juga penjamuran. Mengisikan sirup panas-panas kedalam botol panas ( karena sterilisasi ) sampai penuh sekali sehingga ketika disumbat dengan gabus terjadi sterilisasi sebagian gabusnya, lalu sumbat gabus dicelup dalam lelehan parafin solidum yang menyebabkan sirup terlindung dari pengotoran udara luar. 3. Sterilisasi sirup, disini harus diperhitungkan pemanasan 30 menit apakah tidak berakibat terjadinya gula invert. Maka untuk kestabilan sirup, FI III juga menuliskan tentang panambahan metil paraben 0,25% atau pengawet lain yang cocok. Dari ketiga cara memasukkan sirup ke dalam botol ini yang terbaik adalah cara ketiga. Dalam ilmu farmasi sirup banyak digunakan karena dapat berfungsi sebagai : 1. Obat, misalnya : chlorfeniramini maleatis sirupus. 2. Corigensia saporis, misalnya : sirupus simplex Corigensia odoris, misalnya : sirupus aurantii

Corigensia coloris, misalnya : sirupus Rhoedos, sirupus rubi idaei 3. Pengawet, misalnya sediaan dengan bahan pembawa sirup karena konsentrasi mencegah pertumbuhan bakteri. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan di tempat sejuk. gula yang tinggi

BAB XI TABLET / COMPRESSI A. Pengertian Menurut FI edisi IV, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan besar. Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram pipih / gepeng, bundar, segitiga, lonjong dan sebagainya. Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk menghindari / mencegah / menyulitkan pemalsuan dan agar mudah dikenal orang. Warna tablet umumnya putih. Tablet yang berwarna kemungkinan karena zat aktifnya berwarna, tetapi ada tablet yang sengaja diberikan warna dengan maksud agar tablet lebih menarik, mencegah pemalsuan, membedakan tablet yang satu dengan tablet yang lain. Etiket pada tablet harus mencantumkan nama tablet / zat aktif yang terkandung, jumlah zat aktif ( zat berkhasiat ) tiap tablet.

B. Penggolongan 1. Berdasarkan metode pembuatan : a. Tablet cetak b. Tablet kempa. a. Tablet cetak Dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan. Massa serbuk dibasahi dengan etanol prosentase tinggi . Kadar etanol tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam sistem pelarut dan derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk yang lembab ditekan dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan kering. Tablet cetak agak rapuh, sehingga harus hati-hati dalam pengemasan dan pendistribusian. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan. b. Tablet kempa Dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Umumnya tablet kempa mengandung bahan zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak ( pewarna diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut ) yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis. Tablet triturat merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya silendris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan obat. Tablet hipodermik adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan lebih dahulu sebelum digunakan untuk injeksi hipodermik.

Tablet Sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet di bawah lidah, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti halnya tablet nitrogliserin. Tablet bukal digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut. Tablet effervesent yang larut dibuat dengan cara dikempa; selain zat aktif, juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan Natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida ; disimpan dalam wadah tertutup rapat atau dalam kemasan tahan lembab, pada etiket tertera tidak untuk langsung ditelan. Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, meninggalkan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut. Diformulasikan untuk anak-anak, terutama formulasi multivitamin, antasida dan antibiotik tertentu. Dibuat dengan cara dikempa, umumnya menggunakan manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi, mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa. 2.Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh: Dibedakan menjadi 2 ( dua ) bagian. a. Bekerja lokal : tablet hisap untuk pengobatan pada rongga mulut. Ovula pengobatan pada infeksi di vagina. b. Bekerja sistemik : per oral. Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan menjadi : 1) Yang bekerja short acting ( jangka pendek ), dalam satu hari memerlukan beberapa kali menelan tablet. 2) Yang bekerja long acting ( jangka panjang ) dalam satu hari cukup menelan satu tablet. Long acting ini dapat dibedakan lagi menjadi: a) Delayed action tablet ( DAT ) Dalam tablet ini terjadi penangguhan pelepasan zat berkhasiat karena pembuatannya sebagai berikut : Sebelum dicetak, granul-granul dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok pertama tidak diapa-apakan, kelompok kedua disalut dengan bahan penyalut yang akan pecah setelah beberapa saat, kelompok ketiga disalut dengan bahan penyalut yang pecah lebih lama dari kelompok kedua, demikian seterusnya, tergantung dari macamnya bahan penyalut dan lama kerja obat yang dikehendaki. Granul-granul dari semua kelompok dicampurkan dan baru dicetak. b) Repeat action tablet ( RAT ) Granul-granul dari kelompok yang paling lama pecahnya dicetak dahulu menjadi tablet inti ( core tablet ). Kemudian granul-granul yang kurang lama pecahnya dimampatkan di sekelilingnya kelompok pertama sehingga terbentuk tablet baru. 3. Berdasarkan jenis bahan penyalut. Macam-macam tablet salut : a. Tablet salut biasa / salut gula ( dragee ), disalut dengan gula dari suspensi dalam air mengandung serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan

gom akasia atau gelatin. Kelemahan salut gula adalah waktu penyalutan lama, dan perlu penyalut tahan air. Hal ini memperlambat disolusi dan memperbesar bobot tablet. Tahapan pembuatan salut gula : 1) Penyalutan dasar ( subcoating ) Dilakukan jika tablet mengandung zat yang hygroskopis, menggunakan salut penutup (sealing coat) agar air dari subcoating syrup tidak masuk ke dalam tablet. 2) Melicinkan (smoothing) Adalah proses agar tablet menjadi bulat dan licin, menggunakan smoothing syrup. 3) Pewarnaan (coloring) Dilakukan dengan memberi zat warna yang dicampur pada sirup pelicin.

4) Penyelesaian (finishing) Proses terakhir dari penyalutan tablet, yaitu pengeringan salut sehingga terbentuk hasil akhir yang licin. 5) Pengilapan (polishing) Yaitu proses yang menghasilkan tablet salut menjadi mengkilap, dengan menggunakan cera. b. Tablet salut selaput (film coated tablet / fct), disalut dengan hidroksipropil metilselulosa, metil selulosa, hidrosi propil selulosa, Na-CMC dan campuran selulosa asetat ftalat dengan P.E.G yang tidak mengandung air atau mengandung air. c. Tablet salut kempa : Tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri dari laktosa, kalsium fosfat dan zat lain yang cocok. Mula-mula dibuat tablet inti, kemudian dicetak kembali bersama granulat kelompok lain sehingga terbentuk tablet berlapis ( multi layer tablet ). Tablet ini sering dipergunakan untuk pengobatan secara repeat action. d. Tablet salut enterik (enteric coated tablet), (tablet lepas-tunda) jika obat dapat rusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, diperlukan penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung. e. Tablet lepas-lambat (sustained release), (efek diperpanjang, efek pengulangan dan lepas lambat) dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan. Tujuan penyalutan tablet adalah : a. Melindungi zat aktif yang bersifat hygroskopis atau tidak tahan terhadap pengaruh udara, kelembaban atau cahaya, b. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak,

c. Membuat penampilan lebih baik dan menarik d. Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna. misalnya enteric tablet yang pecah di usus. 4. Berdasarkan cara pemakaian. a. Tablet biasa / tablet telan : dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan cara ditelan, pecah di lambung b. Tablet kunyah (chewable tablet) : Bentuk seperti tablet biasa, caranya dikunyah dulu dalam mulut kemudian ditelan., rasanya umumnya tidak pahit. c. Tablet hisap (lozenges, trochisi, pastiles) : adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma, dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan-lahan dalam mulut. Tablet ini dibuat dengan cara tuang ( dengan bahan dasar gelatin dan atau sukrosa yang dilelehkan atau sorbitol ) disebut Pastilles atau dengan cara kempa tablet menggunakan bahan dasar gula disebut Trochisi. Dihisap di dalam rongga mulut, digunakan sebagai obat lokal pada infeksi di rongga mulut atau tenggorokan. Umumnya mengandung antibiotik, antiseptik, adstringensia. d. Tablet larut (effervescent tablet) : Contohnya Ca-D-Redoxon , Supradin Effervescent tablet. e. Tablet implantasi (pelet): Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril dan bersi hormon steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian kulit dijahit kembali. Zat khasiat akan dilepas perlahan-lahan. f. Tablet hipodermik (hypodermic tablet) : tablet steril, berat umumnya 30 mg, larut dalam air digunakan dengan cara melarutkan ke dalam air untuk injeksi secara aseptik dan disuntikkan di bawah kulit ( subcutan ). g. Tablet bukal (buccal tablet) h. Tablet sublingual i. Tablet vagina (Ovula)

C. Komponen Tablet Komponen / formulasi tablet kempa terdiri dari zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak ( bahan warna yang diadsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut ) yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis. 1. Zat aktif harus memenuhi syarat yang ditentukan Farmakope 2. Bahan excipient / bahan tambahan a. Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit dikempa. Misalnya laktosa, pati, kalsium fosfat dibase, dan selulosa mikrokristal b. Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa, CMC, pasta pati terhidrolisa, selulosa mikrokristal.

c. Bahan penghancur / pengembang (desintegran) berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa yang termodifikasi secara kimia, asam alginat, selulosa mikrokristal dan povidon sambung-silang d. Bahan pelicin (lubrikan/ lubricant) berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Misalnya senyawa asam stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi dan talk. Umumnya lubrikan bersifat hidrofobik, sehingga dapat menurunkan kecepatan desintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar lubrikan yang berlebih harus dihindari. PEG dan garam Lauril sulfat dapat digunakan tetapi kurang memberikan daya lubrikasi yang optimal dan perlu kadar yang lebih tinggi. e. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalirnya serbuk, umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. Misalnya Silika pirogenik koloidal. f. Bahan penyalut (coating agent) : lihat di atas pada jenis bahan penyalut 3. Ajuvans a. Bahan pewarna (colour) dan lak berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dari tumbuhan. b. Bahan pengharum (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak enak (tablet isap Penisillin), biasanya digunakan untuk tablet yang penggunaannya lama di mulut. Misalnya macammacam minyak atsiri.

D. Cara Pembuatan Tablet Bahan obat dan zat-zat tambahan umumnya berupa serbuk, tidak dapat langsung dicampur dan kemudian dicetak menjadi tablet, karena akan ambyar dan mudah pecah tabletnya. Campuran serbuk itu harus diubah menjadi granul-granul, yaitu kumpulan serbuk dengan volume lebih besar yang melekat satu dengan lain. Cara mengubah serbuk menjadi granul ini disebut granulasi . Tujuan granulasi adalah sebagai berikut : 1. supaya sifat alirnya baik (free-flowing) : granul dengan volume tertentu dapat mengalir teratur dalam jumlah yang sama ke dalam mesin pencetak tablet. 2. ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika dibanding bentuk serbuk jika diukur dalam volume yang sama. Makin banyak udaranya, tablet makin mudah pecah. 3. pada saat dicetak, tidak mudah melekat pada stempel (punch) dan mudah lepas dari matris (die) Granul-granul yang dibentuk masih diperbolehkan mengandung butiran-butiran serbuk lembut / halus (fines) antara 10 % 20 % yang bermanfaat untuk memperbaiki sifat alirnya (free-flowing). Cara pembuatan tablet dibagi menjadi 3 cara yaitu granulasi basah, granulasi kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa. Granulasi basah,

Dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat pengisi dan zat penghancur sampai homogen, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 400 - 500 C ( tidak lebih dari bahan pelicin / lubrikan dan dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet. Cara granulasi basah menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lama dibanding cara granulasi kering. Granulasi kering / slugging / pre compression, Dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat , zat pengisi dan zat penghancur , bila perlu ditambahkan zat pengikat, zat pelicin menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dikempa cetak pada tekanan tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slugging) yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Akhirnya dikempa cetak lagi sesuai ukuran tablet yang diinginkan. Keuntungan, tidak diperlukan panas dan kelembaban dalam proses granulasi kering ini serta penggunaan alatnya lebih sederhana. Kerugian, menghasilkan tablet yang kurang tahan lama dibanding dengan cara granulasi basah. Cetak/kempa langsung, dilakukan apabila: 1. jumlah zat khasiat per tabletnya cukup untuk dicetak. 2. zat khasiatnya mempunyai sifat alir yang baik (free-flowing) 3. zat khasiatnya berbentuk kristal yang bersifat free-flowing Bahan pengisi untuk kempa langsung yang paling banyak digunakan adalah selulosa mikrokristal, laktosa anhidrat, laktosa semprot-kering, sukrosa yang dapat dikempa dan beberapa pati termodifikasi. Misalnya tablet Hexamin, tablet NaCl, tablet KMnO4. 60 0 C ) . Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan

E. Macam-Macam Kerusakan Pada Pembuatan Tablet 1. Binding : kerusakan tablet yang disebabkan massa yang akan dicetak melekat pada dinding ruang cetakan. 2. Sticking / picking : pelekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah yang disebabkan permukaan punch tidak licin, pencetak masih ada lemaknya, zat pelicin kurang, massanya basah. 3. Whiskering : terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan, terjadi pelelehan zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi. Akibatnya pada penyimpanan dalam botol-botol, sisi-sisi yang lebih akan lepas dan menghasilkan bubuk. 4. Spliting/caping Spliting : lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada bagian tengah. Caping : membelahnya tablet di bagian atasnya Penyebabnya adalah : a. Daya pengikat dalam massa tablet kurang.

b. Massa tablet terlalu banyak fines, terlalu banyak mengandung udara sehingga setelah dicetak udara akan keluar. c. Tenaga yang diberikan pada pencetakan tablet terlalu besar, sehingga udara yang berada di atas massa yang akan dicetak sukar keluar dan ikut tercetak. d. Formulanya tidak sesuai e. Die dan punch tidak rata 5. Motling : terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan tablet. 6. Crumbling : tablet menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah kurang tekanan pada pencetakan tablet dan zat pengikatnya kurang.

BAB XII INJECTIONES / INJEKSI A. Pengertian Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Dalam FI.ed.IV, sediaan steril untuk kegunaan parenteral digolongkan menjadi berbeda : 1. Sediaan berupa larutan dalam air / minyak / pelarut organik yang lain yang digunakan untuk injeksi, ditandai dengan nama, Injeksi................ Dalam FI.ed.III disebut berupa Larutan. Misalnya : Inj. Vit.C, pelarutnya aqua pro injection Inj. Camphor oil , pelarutnya Olea neutralisata ad injection Inj. Luminal, pelarutnya Sol Petit atau propilenglikol dan air 2 Sediaan padat kering (untuk dilarutkan) atau cairan pekat tidak mengandung dapar, pengencer atau bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut yang sesuai memenuhi persyaratan injeksi, ditandai dengan nama , ...................Steril. Dalam FI.ed..III disebut berupa zat padat kering jika akan disuntikkan ditambah zat pembawa yang cocok dan steril, hasilnya merupakan larutan yang memenuhi syarat larutan injeksi. Misalnya : Inj. Dihydrostreptomycin Sulfat steril 3 Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang memenuhi persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai, ditandai dengan nama , ............ Steril untuk Suspensi. Dalam FI.ed.III disebut berupa zat padat kering jika akan disuntikkan ditambah zat pembawa yang cocok dan steril, hasilnya merupakan suspensi yang memenuhi syarat suspensi steril. Misalnya : Inj. Procaine Penicilline G steril untuk suspensi. 4 Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau ke dalam saluran spinal, ditandai dengan nama , Suspensi.......... Steril. Dalam FI.ed.III disebut Suspensi steril ( zat padat yang telah disuspensikan dalam pembawa yang cocok dan steril) . Misalnya : Inj. Suspensi Hydrocortisone Acetat steril 5 Sediaan berupa emulsi, mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau bahan tambahan lain, ditandai dengan nama, ............. Untuk Injeksi. Dalam FI.ed.III disebut bahan obat dalam pembawa cair yang cocok, hasilnya merupakan emulsi yang memenuhi semua persyaratan emulsi steril. Misalnya : Inj. Penicilline Oil untuk injeksi 5 jenis yang

B. Macam-Macam Cara Penyuntikan 1. Injeksi intrakutan ( i.k / i.c ) atau intradermal Dimasukkan ke dalam kulit yang sebenarnya, digunakan untuk diagnosa. Volume yang disuntikkan antara 0,1 - 0,2 ml, berupa larutan atau suspensi dalam air. 2. Injeksi subkutan ( s.k / s.c ) atau hipodermik Disuntikkan ke dalam jaringan di bawah kulit ke dalam alveolar, volume yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml. Umumnya larutan bersifat isotonik, pH netral, bersifat depo (absorpsinya lambat). Dapat diberikan dalam jumlah besar (volume 3 - 4 liter/hari dengan penambahan enzym hialuronidase), bila pasien tersebut tidak dapat diberikan infus intravena. Cara ini disebut" Hipodermoklisa ". 3. Injeksi intramuskuler ( i.m ) Disuntikkan ke dalam atau diantara lapisan jaringan / otot. Injeksi dalam bentuk larutan, suspensi atau emulsi dapat diberikan secara ini. Yang berupa larutan dapat diserap dengan cepat, yang berupa emulsi atau suspensi diserap lambat dengan maksud untuk mendapatkan efek yang lama. Volume penyuntikan antra 4 - 20 ml, disuntikkan perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit. 4. Injeksi intravenus ( i.v ) Disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah vena. Bentuknya berupa larutan, sedangkan bentuk suspensi atau emulsi tidak boleh, sebab akan menyumbat pembuluh darah vena tersebut. Dibuat isitonis, kalau terpaksa dapat sedikit hipertonis (disuntikkannya lambat / perlahan-lahan dan tidak mempengaruhi sel darah); volume antara 1 - 10 ml. Injeksi intravenus yang diberikan dalam dosis tunggal dengan volume lebih dari 10 ml, disebut "infus intravena/ Infusi/Infundabilia". Infusi harus bebas pirogen dan tidak boleh mengandung bakterisida, jernih, isotonis. Injeksi i.v dengan volume 15 ml atau lebih tidak boleh mengandung bakterisida Injeksi i.v dengan volume 10 ml atau lebih harus bebas pirogen. 5. Injeksi intraarterium ( i.a ) Disuntikkan ke dalam pembuluh darah arteri / perifer / tepi, volume antara 1 - 10 ml, tidak boleh mengandung bakterisida. 6. Injeksi intrakor / intrakardial ( i.kd ) Disuntikkan langsung ke dalam otot jantung atau ventriculus, tidak boleh mengandung bakterisida, disuntikkan hanya dalam keadaan gawat. 7. Injeksi intratekal (i.t), intraspinal, intrasisternal (i.s), intradural ( i.d ), subaraknoid. Disuntikkan langsung ke dalam saluran sumsum tulang belakang pada dasar otak ( antara 3 -4 atau 5 - 6 lumbra vertebrata ) yang ada cairan cerebrospinalnya. Larutan harus isotonis karena sirkulasi cairan cerebrospinal adalah lambat, meskipun larutan anestetika sumsum tulang belakang sering hipertonis. Jaringan syaraf di daerah anatomi disini sangat peka. 8. 9. Intraartikulus Disuntikkan ke dalam cairan sendi di dalam rongga sendi. Bentuk suspensi / larutan dalam air. Injeksi subkonjuntiva Disuntikkan ke dalam selaput lendir di bawah mata. Berupa suspensi / larutan, tidak lebih dari 1 ml. 10. Injeksi intrabursa Disuntikkan ke dalam bursa subcromillis atau bursa olecranon dalam bentuk larutan suspensi dalam air.

11. Injeksi intraperitoneal ( i.p ) Disuntikkan langsung ke dalam rongga perut. Penyerapan cepat ; bahaya infeksi besar 12. Injeksi peridural ( p.d ), extradural, epidural Disuntikkan ke dalam ruang epidural, terletak diatas durameter, lapisan penutup terluar dari otak dan sumsum tulang belakang. C. Susunan Isi ( Komponen ) Obat Suntik 1. Bahan obat / zat berkhasiat 2. Zat pembawa / zat pelarut 3. Bahan pembantu / zat tambahan 4. Wadah dan tutup 1. Bahan obat / zat berkhasiat a) b) c) Memenuhi syarat yang tercantum sesuai monografinya masing-masing dalam Farmakope. Pada etiketnya tercantum : p.i ( pro injection ) Obat yang beretiket p.a ( pro analisa ) walaupun secara kimiawi terjamin kualitasnya, tetapi belum tentu memenuhi syarat untuk injeksi. 2. Zat pembawa / zat pelarut Dibedakan menjadi 2 bagian : a) Zat pembawa berair Umumnya digunakan air untuk injeksi. Disamping itu dapat pula digunakan injeksi NaCl, injeksi glukosa, injeksi NaCl compositus, Sol.Petit. Menurut FI.ed.IV, zat pembawa mengandung air, menggunakan air untuk injeksi, sebagai zat pembawa injeksi harus memenuhi syarat Uji pirogen dan uji Endotoksin Bakteri. NaCl dapat ditambahkan untuk memperoleh isotonik. Kecuali dinyatakan lain, Injeksi NaCl atau injeksi Ringer dapat digunakan untuk pengganti air untuk injeksi. Air untuk injeksi ( aqua pro injection ) dibuat dengan cara menyuling kembali air suling segar dengan alat kaca netral atau wadah logam yang dilengkapi dengan labu percik. Hasil sulingan pertama dibuang, sulingan selanjutnya ditampung dalam wadah yang cocok dan segera digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut serbuk untuk injeksi, harus disterilkan dengan cara Sterilisasi A atau C segera setelah diwadahkan. Air untuk injeksi bebas udara dibuat dengan mendidihkan air untuk injeksi segar selama tidak kurang dari 10 menit sambil mencegah hubungan dengan udara sesempurna mungkin, didinginkan dan segera digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut serbuk untuk injeksi , harus disterilkan dengan cara sterilisasi A, segera setelah diwadahkan. b) Zat pembawa tidak berair Umumnya digunakan minyak untuk injeksi (olea pro injection) misalnya Ol. Sesami, Ol. Olivarum, Ol. Arachidis.

Pembawa tidak berair diperlukan apabila : (1) Bahan obatnya sukar larut dalam air (2) Bahan obatnya tidak stabil / terurai dalam air. (3) Dikehendaki efek depo terapi. Syarat-syarat minyak untuk injeksi adalah : (1) Harus jernih pada suhu 100 . (2) Tidak berbau asing / tengik (3) Bilangan asam 0,2 - 0,9 (4) Bilangan iodium 79 - 128 (5) Bilangan penyabunan 185 - 200 (6) Harus bebas minyak mineral (7) Memenuhi syarat sebagai Olea Pinguia yaitu cairan jernih atau massa padat yang menjadi jernih diatas suhu leburnya dan tidak berbau asing atau tengik Obat suntik dengan pembawa minyak, tidak boleh disuntikkan secara i.v , hanya boleh secara i.m. 3. Bahan pembantu / zat tambahan Ditambahkan pada pembuatan injeksi dengan maksud : a) b) c) d) e) f) Untuk mendapatkan pH yang optimal Untuk mendapatkan larutan yang isotonis Untuk mendapatkan larutan isoioni Sebagai zat bakterisida Sebagai pemati rasa setempat ( anestetika lokal ) Sebagai stabilisator. Menurut FI.ed.IV, bahan tambahan untuk mempertinggi stabilitas dan efektivitas harus memenuhi syarat antara lain tidak berbahaya dalam jumlah yang digunakan, tidak mempengaruhi efek terapetik atau respon pada uji penetapan kadar. Tidak boleh ditambahkan bahan pewarna, jika hanya mewarnai sediaan akhir. Pemilihan dan penggunaan bahan tambahan harus hati-hati untuk injeksi yang diberikan lebih dinyatakan lain berlaku sebagai berikut : Zat yang mengandung raksa dan surfaktan kationik, tidak lebih dari 0,01 % Golongan Klorbutanol, kreosol dan fenol tidak lebih tidak lebih dari 0,2 % dari 0,5 % dari 5 ml. Kecuali

Belerang dioksida atau sejumlah setara dengan Kalium atau Natrium Sulfit, bisulfit atau metabisulfit ,

a) Untuk mendapatkan pH yang optimal pH optimal untuk darah atau cairan tubuh yang lain adalah 7,4 dan disebut Isohidri. Karena tidak semua bahan obat stabil pada pH cairan tubuh, sering injeksi dibuat di luar pH cairan tubuh dan berdasarkan kestabilan bahan tersebut.

Pengaturan pH larutan injeksi diperlukan untuk : 1. 2. Menjamin stabilitas obat, misalnya perubahan warna, efek terapi optimal obat, menghindari kemungkinan terjadinya reaksi dari obat. Mencegah terjadinya rangsangan / rasa sakit waktu disuntikkan. Jika pH terlalu tinggi (lebih dari 9) dapat menyebabkan nekrosis jaringan (jaringan menjadi mati), sedangkan pH yang terlalu rendah (di bawah 3) menyebabkan rasa sakit jika disuntikkan. misalnya beberapa obat yang stabil dalam lingkungan asam : Adrenalin HCl, Vit.C, Vit.B1 . pH dapat diatur dengan cara : 1. 2. 1. 2. 3. Penambahan zat tunggal , misalnya asam untuk alkaloida, basa untuk golongan sulfa. Penambahan larutan dapar, misalnya dapar fosfat untuk injeksi, dapar borat untuk obat tetes mata. Kecuali darah, cairan tubuh lainnya tidak mempunyai kapasitas dapar. Pada umumnya larutan dapar menyebabkan larutan injeksi menjadi hipertonis. Bahan obat akan diabsorpsi bila kapasitas dapar sudah hilang, maka sebaiknya obat didapar pada pH yang tidak jauh dari isohidri. Jika kestabilan obat pada pH yang jauh dari pH isohidri, sebaiknya obat tidak usah didapar, karena perlu waktu lama untuk meniadakan kapasitas dapar. b) Untuk mendapatkan larutan yang isotonis Larutan obat suntik dikatakan isotonis jika : 1. Mempunyai tekanan osmotis sama dengan tekanan osmotis cairan tubuh ( darah, cairan lumbal, air mata ) yang nilainya sama dengan tekanan osmotis larutan NaCl 0,9 % b/v. 2. Mempunyai titik beku sama dengan titik beku cairan tubuh, yaitu - 0,520C. Jika larutan injeksi mempunyai tekanan osmotis lebih besar dari larutan NaCl 0,9 % b/v, disebut " hipertonis ", jika lebih kecil dari larutan NaCl 0,9 % b/v disebut " hipotonis " . Jika larutan injeksi yang hipertonis disuntikkan, air dalam sel akan ditarik keluar dari sel , sehingga sel akan mengkerut, tetapi keadaan ini bersifat sementara dan tidak akan menyebabkan rusaknya sel tersebut. Jika larutan injeksi yang hipotonis disuntikkan, air dari larutan injeksi akan diserap dan masuk ke dalam sel, akibatnya dia akan mengembang dan menyebabkan pecahnya sel itu dan keadaan ini bersifat tetap. Jika yang pecah itu sel darah merah, disebut " Haemolisa ". Pecahnya sel ini akan dibawa aliran darah dan dapat menyumbat pembuluh darah yang kecil. Jadi sebaiknya larutan injeksi harus isotonis, kalau terpaksa dapat sedikit hipertonis, tetapi jangan sampai hipotonis. Cairan tubuh kita masih dapat menahan tekanan osmotis larutan injeksi yang sama nilainya dengan larutan NaCl 0,6 - 2,0 % b/v. Larutan injeksi dibuat isotonis terutama pada penyuntikan :

Yang perlu diperhatikan pada penambahan dapar adalah :

1. 2. 3.

Subkutan : jika tidak isotonis dapat menimbulkan rasa sakit, sel-sel sekitar penyuntikan dapat rusak, penyerapan bahan obat tidak dapat lancar. Intralumbal , jika terjadi perubahan tekanan osmotis pada cairan lumbal, dapat menimbulkan perangsangan pada selaput otak. Intravenus, terutama pada Infus intravena, dapat menimbulkan haemolisa.

Perhitungan Isotonis Isotonis adalah suatu keadaan dimana tekanan osmotis larutan obat yang sama dengan tekanan osmotis cairan tubuh kita. ( darah, air mata ) Hipotonis : tekanan osmotis larutan obat < tekanan osmotis cairan tubuh Hipertonis : tekanan osmotis larutan obat > tekanan osmotis cairan tubuh Cara menghitung tekanan osmose : Banyak rumus dipakai, yang pada umumnya berdasarkan pada perhitungan terhadap penurunan titik beku. Penurunan titik beku darah, air mata adala -0,520 C. Larutan NaCl 0,9 % b/v adalah larutan garam fisiologis yang isotonis dengan cairan tubuh. Beberapa cara menghitung tekanan osmose : a. b. c. d. Dengan cara penurunan titik beku air yang disebabkan 1% b/v zat khasiat (PTB) Dengan cara Equivalensi NaCl Dengan cara derajat disosiasi Dengan cara grafik

Cara PTB dengan rumus menurut FI. Suatu larutan dinyatakan isotonik dengan serum atau cairan mata, jika membeku pada suhu -0,520 C. Untuk memperoleh larutan isotonik dapat ditambahkan NaCl atau zat lain yang cocok yang dapat dihitung dengan rumus : Rumus-1 : Keterangan : B 0,52 b1 C b2 B = 0,52 b1 C b2

adalah bobot zat tambahan ( NaCl ) dalam satuan gram untuk tiap 100 ml larutan adalah titik beku cairan tubuh ( -0,520 ) adalah PTB zat khasiat adalah konsentrasi dalam satuan % b/v zat khasiat adalah PTB zat tambahan ( NaCl )

Tiga jenis keadaan tekanan osmotis larutan obat : 1 2. 3. Keadaan Isotonis apabila nilai B = 0 ; maka b1 C = 0,52 Keadaan hipotonis apabila nilai B positip ; maka b1 C < 0,52 Keadaan hipertonis apabila nilai B negatip ; maka b1 C > 0,52

c) Untuk mendapatkan isoioni

Yang dimaksud isoioni adalah larutan injeksi tersebut mengandung ion-ion yang sama dengan ionion yang terdapat dalam darah, yaitu : K+ , Na+ , Mg++ , Ca++ , Cl-. Isoioni diperlukan pada penyuntikan dalam jumlah besar, misalnya pada infus intravena. d) Sebagai zat bakterisida / bakteriostatik Zat bakterisida perlu ditambahkan jika : 1. 2. 3. 4. Bahan obat tidak disterilkan, larutan injeksi dibuat secara aseptik. Bila larutan injeksi disterilkan dengan cara penyaringan melalui penyaring bakteri steril. Bila larutan injeksi disterilkan dengan cara pemanasan pada suhu 980 1000 selama 30 menit. Bila larutan injeksi diberikan dalam wadah takaran berganda.

Zat bakterisida tidak perlu ditambahkan jika : 1. 2. sekali penyuntikan melebihi 15 ml. Bila larutan injeksi tersebut sudah cukup daya bakteriostatikanya ( tetes mata Atropin Sulfat dalam pembawa asam borat, tak perlu ditambah bakterisida, karena asam borat dapat berfungsi pula sebagai antiseptik ). 3. Pada penyuntikan : intralumbal, intratekal, peridural, intrasisternal, intraarterium dan intrakor.

e) Sebagai zat pemati rasa setempat / anestetika lokal Digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada tempat dilakukan penyuntikan , yang disebabkan larutan injeksi tersebut terlalu asam. Misalnya Procain dalam injeksi Penicillin dalam minyak, Novocain dalam injeksi Vit. B-compleks, Benzilalkohol dalam injeksi Luminal-Na. f) Sebagai Stabilisator Digunakan untuk menjaga stabilitas larutan injeksi dalam penyimpanan. Stabilisator digunakan untuk : (1) Mencegah terjadinya oksidasi oleh udara, dengan cara : (a) Mengganti udara di atas larutan injeksi dengan gas inert, misalnya gas N2 atau gas CO2. penambahan Na-metabisulfit / Na-pirosulfit 0,1 % b/v pada larutan injeksi Vit.C, Adrenalin dan Apomorfin. (2) Mencegah terjadinya endapan alkaloid oleh sifat alkalis dari gelas. Untuk ini dapat dengan menambah chelating agent EDTA ( Etilen Diamin Tetra Asetat ) untuk mengikat ion logam yang lepas dari gelas / wadah kaca atau menambah HCl sehingga bersuasana asam. (3) Mencegah terjadinya perubahan pH dengan menambah larutan dapar. (4) Menambah / menaikkan kelarutan bahan obat, misalnya injeksi Luminal dalam Sol.Petit, penambahan Etilendiamin pada injeksi Thiophyllin. 4. Wadah dan tutup Dibedakan : wadah untuk injeksi dari kaca atau plastik. Dapat juga dibedakan lagi menjadi : (b) Menambah antioksidant untuk larutan injeksi yang tidak tahan terhadap O2 dari udara. Contohnya :

karet.

Wadah dosis tunggal ( single dose ), wadah untuk sekali pakai misalnya ampul. Ditutup dengan cara melebur ujungnya dengan api sehingga tertutup kedap tanpa penutup Wadah dosis ganda ( multiple dose ), wadah untuk beberapa kali penyuntikan, umumnya

ditutup dengan karet dan alumunium, misalnya vial ( flakon ) , botol. Wadah kaca Syarat wadah kaca : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tidak boleh bereaksi dengan bahan obat Tidak boleh mempengaruhi khasiat obat. Tidak boleh memberikan zarah / partikel kecil ke dalam larutan injeksi. Harus dapat memungkinkan pemeriksaan isinya dengan mudah. Dapat ditutup kedap dengan cara yang cocok. Harus memenuhi syarat " Uji Wadah kaca untuk injeksi "

Wadah plastik Wadah dari plastik ( polietilen, polipropilen ) . Keuntungan : netral secara kimiawi, tidak mudah pecah dan tidak terlalu berat hingga mudah diangkut, tidak diperlukan penutup karet. Kerugian : dapat ditembus uap air hingga kalau disimpan akan kehilangan air, juga dapat ditembus gas CO2. Wadah plastik disterilkan dengan cara sterilisasi gas dengan gas etilen oksida. Tutup karet Digunakan pada wadah dosis ganda yang terbuat dari gelas / kaca. Tutup karet dibuat dari karet sintetis atau bahan lain yang cocok. Untuk injeksi minyak , tutup harus dibuat dari bahan yang tahan minyak atau dilapisi bahan pelindung yang cocok. Syarat tutup karet yang baik adalah bila direbus dalam otoklaf, maka : a. Karet tidak lengket / lekat, dan jika ditusuk dengan jarum suntik, tidak melepaskan pecahannya serta segera tertutup kembali setelah jarum suntik dicabut. b. Setelah dingin tidak boleh keruh. c. Uapnya tidak menghitamkan kertas timbal asetat ( Pb-asetat ). Cara mencuci : mula-mula dicuci dengan detergen yang cocok, jangan memakai sabun Calsium / Magnesium karena ion-ion itu akan mengendap pada dinding kaca. Bilas dengan air dan rebus beberapa kali pendidihan, tiap kali pendidihan, air diganti.

Cara sterilisasi :

masukkan tutup karet ke dalam labu berisi larutan bakterisida, tutup, sterilkan dengan cara sterilisasi A, biarkan selama tidak kurang dari 7 hari. Bakterisida yang digunakan harus sama dengan bakterisida yang digunakan dalam obat suntiknya dengan kadar 2 kalinya dengan volume untuk tiap 1 gram karet dibutuhkan 2 ml. Tutup karet yang mengandung Na-pirosulfit, sebelum dipakai harus direndam dalam larutan bakterisida yang mengandung Na-pirosulfit 0,1 % selama tidak kurang dari 48 jam. D. Cara Pembuatan Obat Suntik. Persiapan pembuatan obat suntik : 1. Perencanaan Direncanakan dulu, apakah obat suntik itu akan dibuat secara aseptik atau dilakukan sterilisasi akhir ( nasteril ). Pada pembuatan kecil-kecilan alat yang digunakan antara lain pinset, spatel, pengaduk kaca, kaca arloji yang disterilkan dengan cara dibakar pada api spiritus. Ampul, Vial atau flakon beserta tutup karet, gelas piala, erlemeyer, corong yang dapat disterilkan dalam oven 1500 selama 30 menit ( kecuali tutup karet, didihkan selama atau menurut FI.ed.III ) Kertas saring, kertas G3, gelas ukur disterilkan dalam otoklaf. Untuk pembuatan besar-besaran di pabrik, faktor tenaga manusia juga harus direncanakan. 2 Perhitungan dan penimbangan Perhitungan dibuat berlebih dari jumlah yang harus didapat, karena dilakukan penyaringan, kemudian ditimbang. Larutkan masing-masing dalam Aqua p.i kemudian dicampurkan. 3 Penyaringan Lakukan penyaringan hingga jernih dan tidak boleh ada serat yang terbawa ke dalam filtrat. Pada pembuatan kecil-kecilan dapat disaring dengan kertas saring biasa sebanyak 2 kali , lalu disaring lagi dengan kertas saring G3. 4 Pengisian ke dalam wadah Cairan : Farmakope telah mengatur volume tambahan yang dianjurkan. Bubuk kering : jumlah bubuk diukur dengan jalan penimbangan atau berdasarkan volume, diisi melalui corong. Pengisian dengan wadah takaran tunggal dijaga supaya bagian yang akan ditutup dengan pemijaran, harus bersih, terutama dari zat organik, karena pada penutupan zat organik tersebut akan menjadi arang dan menghitamkan wadah sekitar ujungnya . Membersihkan bagian leher wadah dapat dilakukan dengan : a. memberi pelindung pada jarum yang dipakai untuk mengisi wadah. yang sudah dijelaskan cara pembuatannya, 30 menit dalam air suling

b. 5.

menyemprot dengan uap air pada mulut wadah obat suntik yang dibuat dengan pembawa berair.

Penutupan Wadah Wadah dosis tunggal : ditutup dengan cara melebur ujungnya dengan api hingga tertutup kedap. Wadah dosis ganda : ditutup dengan karet melalui proses pengurangan tekanan hingga karet tertarik ke dalam. Tutup karet dilapisi dengan tutup alumunium.

Penyeterilan ( Sterilisasi ) Sterilisasi menurut Fi.ed.III dan IV.dapat dilakukan sesuai dengan persyaratan masing-masing monografinya dan sifat dari larutan obat suntiknya.

Uji sterilitas pada teknik aseptik Sediaan steril selalu dilakukan Uji Sterilitas sebelum sediaan itu diedarkan ke pasaran. Uji Sterilitas dapat dilakukan sebagai berikut : ke dalam salah satu wadah dimasukkan medium biakan bakteri sebagai ganti cairan steril. Tutup wadah dan eramkan pada suhu 320 selama 7 hari. Jika terjadi pertumbuhan kuman, menunjukkan adanya cemaran yang terjadi pada waktu pengisian bahan steril ke dalam wadah akhir yang steril.

Pembuatan larutan injeksi : Dalam garis besar cara pembuatan larutan injeksi dibedakan : 1. 2. Cara aseptik Cara non-aseptik ( Nasteril ) 1. Cara aseptic : Digunakan kalau bahan obatnya tidak dapat disterilkan, karena akan rusak atau mengurai. Caranya : Zat pembawa, zat pembantu, wadah, alat-alat dari gelas untuk pembuatan, dan yang lainnya yang diperlukan disterilkan sendiri-sendiri. Kemudian bahan obat, zat pembawa, zat pembantu dicampur secara aseptik dalam ruang aseptik hingga terbentuk larutan injeksi dan dikemas secara aseptik.

2. Cara non-aseptik ( NASTERIL ). Dilakukan sterilisasi akhir Caranya : bahan obat dan zat pembantu dilarutkan ke dalam zat pembawa dan dibuat larutan injeksi. Saring hingga jernih dan tidak boleh ada serat yang terbawa ke dalam filtrat larutan. Masukkan ke dalam wadah dalam keadaan bersih dan sedapat mungkin aseptik, setelah dikemas, hasilnya disterilkan dengan cara yang cocok.

E. Pemeriksaan Setelah larutan injeksi ditutup kedap dan disterilkan, perlu dilakukan pemeriksaan kemudian yang terakhir diberi etiket dan dikemas. Pemeriksaan meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pemeriksaan kebocoran. Pemeriksaan sterilitas. Pemeriksaan pirogenitas Pemeriksaan kejernihan dan warna.. Pemeriksaan keseragaman bobot. Pemeriksaan keseragaman volume. Pemeriksaan 1 - 4 tersebut di atas disebut Pemeriksaan hasil akhir produksi. 1. Pemeriksaan kebocoran Untuk mengetahui kebocoran wadah, dilakukan sebagai berikut : a. Untuk injeksi yang disterilkan dengan pemanasan. (i) Ampul : . disterilkannya dalam posisi terbalik dengan ujung yang dilebur disebelah bawah. Wadah yang bocor, isinya akan kosong / habis atau berkurang setelah selesai sterilisasi (ii) Vial : setelah disterilkan , masih dalam keadaan panas, masukkan ke dalam larutan metilen biru 0,1 % yang dingin. Wadah yang bocor akan berwarna biru, karena larutan metilen biru akan masuk ke dalam larutan injeksi tersebut. b. Untuk injeksi yang disterilkan tanpa pemanasan atau secara aseptik / injeksi berwarna Diperiksa dengan memasukkan ke dalam eksikator dan divakumkan. Wadah yang bocor, isinya akan terisap keluar. 2. Pemeriksaan sterilitas Digunakan untuk menetapkan ada tidaknya bakteri, jamur dan ragi yang hidup dalam sediaan yang diperiksa. Dilakukan dengan teknik aseptik yang cocok. Sebelum dilakukan uji sterilitas, untuk zat-zat : a. Pengawet : larutan diencerkan dahulu, sehingga daya pengawetnya sudah tidak bekerja lagi. b. Antibiotik : daya bakterisidanya diinaktifkan dulu, misalnya pada Penicillin ditambah enzym Penicillinase. Menurut FI. ed.III, pemeriksaan ini dilakukan sebagai berikut : a. Dibuat perbenihan A untuk memeriksa adanya bakteri yang terdiri dari: i. Perbenihan thioglikolat untuk bakteri aerob , sebagai pembanding digunakan Bacillus subtilise atau Sarcina lutea. ii. Perbenihan thioglikolat yang dibebaskan dari oksigen terlarut dengan memanaskan pada suhu 1000 selama waktu yang diperlukan, untuk bakteri anaerob, sebagai pembanding digunakan Bacteriodes vulgatus atau Clostridium sporogenus. b. Dibuat perbenihan B untuk memeriksa adanya jamur dan ragi, untuk itu dipakai perbenihan asam amino, sebagai pembanding digunakan Candida albicans

Penafsiran hasil : zat uji dinyatakan pada suhu 300 320 selama tidak kurang dari 7 hari, tidak terdapat pertumbuhan jasad renik. 3. Pemeriksaan Pirogen Pirogen : Berasal dari kata Pyro dan Gen artinya pembentuk demam / panas. Pirogen adalah Zat yang terbentuk dari hasil metabolisme mikroorganisme ( bangkai mikroorganisme ) berupa zat eksotoksin dari kompleks Polisacharida yang terikat pada suatu radikal yang mengandung unsur Nitrogen dan Posfor, yang dalam kadar 0,001 0,01 gram per kg berat badan, dapat larut dalam air, tahan pemanasan, dapat menimbulkan demam jika disuntikkan. (reaksi demam setelah 15 menit sampai 8 jam). Pirogen bersifat termolabil. Larutan injeksi yang pemakaiannya lebih dari 10 ml satu kali pakai, harus bebas pirogen. Cara menghilangkan pirogen 1. Untuk alat / zat yang tahan terhadap pemanasan ( jarum suntik, alat suntik dll.) dipanaskan pada suhu 2500 selama 30 menit 2. Untuk aqua p.i ( air untuk injeksi ) bebas pirogen : a. Dilakukan oksidasi : Didihkan dengan larutan H2O2 1 % selama 1 jam. 1 liter air yang dapat diminum, ditambah 10 ml larutan KMnO 4 0,1 N dan 5 ml larutan 1 N, disuling dengan wadah gelas, selanjutnya kerjakan seperti pembuatan Air untuk injeksi. b. Dilakukan dengan cara absorpsi : Saring dengan penyaring bakteri dari asbes. Lewatkan dalam kolom Al2O3 Panaskan dalam Arang Pengabsorpsi 0,1 % ( Carbo adsorbens 0,1% pada suhu 60 0 selama 5 10 menit ( literatur lain 15 menit ) sambil sekali-sekali diaduk, kemudian disaring dengan kertas saring rangkap 2 atau dengan filter asbes. Cara mencegah terjadinya pirogen : 1. 2. 3. Air suling segar yang akan digunakan untuk pembuatan air untuk injeksi harus segera digunakan setelah disuling. Pada waktu disuling jangan ada air yang memercik Alat penampung dan cara menampung air suling harus seaseptis mungkin

Sumber pirogen : 1. Air suling yang telah dibiarkan lama dan telah tercemar bakteri dari udara. 2. Wadah larutan injeksi dan bahan-bahan seperti glukosa, NaCl dan Na-sitrat. Uji pirogenitas : dengan mengukur peningkatan suhu badan kelinci percobaan yang disebabkan penyuntikan i.v sediaan uji pirogenitas. Jumlah kelinci percobaan bisa 3, 6, 9, 12 ( secara detailnya lihat FI.ed.II ) 4. Pemeriksaan kejernihan dan warna

Diperiksa dengan melihat wadah pada latar belakang hitam-putih, disinari dari samping. Kotoran berwarna akan kelihatan pada latar belakang putih, kotoran tidak berwarna akan kelihatan pada latar belakang hitam. 5. Pemeriksaan keseragaman bobot Hilangkan etiket 10 wadah; Cuci bagian luar wadah dengan air; Keringkan pada suhu 105 0; Timbang satu per satu dalam keadaan terbuka ; Keluarkan isi wadah; Cuci wadah dengan air, kemudian dengan etanol 95 % ; keringkan lagi pada suhu 1050 sampai bobot tetap; Dinginkan dan kemudian timbang satu per satu Bobot isi wadah tidak boleh menyimpang lebih dari batas yang tertera , kecuali satu wadah yang boleh menyimpang tidak lebih dari 2 kali batas yang tertera. Syarat keseragam bobot seperti pada tabel berikut ini. Bobot yang tertera pada etiket Tidak lebih dari 120 mg Antara 120 mg dan 300 mg 300 mg atau lebih 3. Pemeriksaan keseragaman volume Untuk injeksi dalam bentuk cairan, volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan. Kelebihan volume yang dianjurkan tertera dalam daftar berikut ini. Volume pada etiket 0,5 ml 1,0 ml 2,1 ml 5,0 ml 10,0 ml 20,0 ml 30,0 ml 50,0 ml atau lebih Volume tambahan yang dianjurkan cairan encer cairan kental 0,10 ml ( 20 % ) 0,12 ml ( 24 % ) 0,10 ml ( 10 % ) 0,15 ml ( 7,5 % ) 0,30 ml ( 6 % ) 0,50 ml ( 5 % ) 0,60 ml ( 3 % ) 0,80 ml ( 2,6 % ) 2,00 ml ( 4 % ) 0,15 ml ( 15 % ) 0,25 ml ( 12,5 % ) 0,50 ml ( 10 % ) 0,70 ml ( 7 % ) 0,90 ml ( 4,5 % ) 1,20 ml ( 4 % ) 3,00 ml ( 6 % ) Batas penyimpangan ( % ) 10,0 7,5 5,0

F. Syarat - Syarat Obat Suntik

Syarat berikut hanya berlaku bagi injeksi berair : 1. 2. 3. Harus aman dipakai, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis. Pelarut dan bahan penolong harus dicoba pada hewan dulu, untuk meyakinkan keamanan pemakaian bagi manusia. Jika berupa larutan harus jernih, bebas dari partikel-partikel padat, kecuali yang berbentuk suspensi. Sedapat mungkin lsohidris, yaitu mempunyai pH = 7,4, agar tidak terasa sakit dan penyerapannya optimal.

4.

Sedapat mungkin Isotonik, yaitu mempunyai tekanan osmose sama dengan tekanan osmose darah / cairan tubuh, agar tidak terasa sakit dan tidak menimbulkan haemolisa. Jika terpaksa dapat dibuat sedikit hipertonis, tetapi jangan hipotonis.

5. 6. 7.

Harus steril, yaitu bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen maupun yang apatogen, baik dalam bentuk vegetatif maupun spora. Bebas pirogen, untuk larutan injeksi yang mempunyai volume 10 ml atau lebih sekali penyuntikan. Tidak boleh berwarna kecuali memang zat berkhasiatnya berwarna.

G. Penandaan menurut FI.ed.IV Larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 ml.; Injeksi volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah bertanda volume 100 ml atau kurang. Penandaan : Pada etiket tertera nama sediaan, untuk sediaan cair tertera persentase atau jumlah zat aktif dalam volume tertentu, untuk sediaan kering tertera jumlah zat aktif, cara pemberian, kondisi penyimpanan dan tanggal kadaluwarsa, nama pabrik pembuat dan atau pengimpor serta nomor lot atau nomor bets yang menunjukkan identitasnya. Wadah injeksi yang akan digunakan untuk dialisis, hemofiltrasi atau cairan irigasi dan volume lebih dari 1 liter, diberi penandaan bahwa sediaan tidak digunakan untuk infus intravena., untuk injeksi yang mengandung antibiotik : juga harus tertera kesetaraan bobot terhadap U.I dan tanggal kadaluwarsanya. Injeksi untuk hewan ditandai untuk menyatakan khasiatnya. Pengemasan; Sediaan untuk pemberian intraspinal, intrasisternal atau pemakaian peridural dikemas hanya dalam wadah dosis tunggal. H. Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Injeksi Keuntungan : 1. Bekerja cepat , misalnya pada injeksi Adrenalin pada schock anfilaksis. 2. Dapat digunakan jika : obat rusak jika kena cairan lambung, merangsang jika ke cairan lambung, tidak diabsorpsi secara baik oleh cairan lambung. 3. Kemurnian dan takaran zat khasiat lebih terjamin 4. Dapat digunakan sebagai depo terapi Kerugian : 1. 2. 3. 4. Karena bekerja cepat, jika terjadi kekeliruan sukar dilakukan pencegahan. Cara pemberian lebih sukar, harus memakai tenaga khusus. Kemungkinan terjadinya infeksi pada bekas suntikan. Secara ekonomis lebih mahal dibanding dengan sediaan yang digunakan per oral

You might also like