You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG MASALAH Kata khalaf biasanya digunakan untuk merujuk para ulama yang lahir setelah abad III H dengan karakteristik yang bertolak belakang dengan apa yang dimiliki salaf. 1 Ahlusunnah (sunni) ada dua pengertian: 1. 2. Secara umum, Sunni adalah lawan kelompok syiah Secara khusus, Sunni adalah mazhab yang berada dalam barisan asyariyah dan merupakan lawan mutazilah. Dua aliran yang menentang ajaran-ajaran mutazilah. Harun Nasution dengan

meminjam keterangan Tasi Kurbazadah, menjelaskan bahwa aliran ahlu sunnah muncul atas keberanian dan usaha Abu Hasan Al-asyari sekitar tahun 300H. Sebagai reaksi dari firqah yang sesat, maka pada akhir abad ke 3 H timbullah golongan yang dikenali sebagai Ahlussunnah wal Jamaah yang dipimpin oleh 2 orang ulama besar dalam Usuluddin yaitu Syeikh Abu Hassan Ali Al Asyari dan Syeikh Abu Mansur Al Maturidi. Perkataan Ahlussunnah wal Jamaah kadang-kadang disebut sebagai Ahlussunnah saja atau Sunni saja dan kadang-kadang disebut Asyari atau Asyairah dikaitkan dengan ulama besarnya yang pertama yaitu Abu Hassan Ali Asyari. Sejarah ringkas ulama besar ini adalah: Nama lengkap beliau adalah Abu Hasan Ali bin Ismail bin Abi Basyar bin Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa Al Asyari. Abi Musa ini adalah seorang sahabat Nabi yang terkenal dalam sejarah Islam. Abu Hassan lahir di Basrah, Iraq pada tahun 260H yakni 55 tahun sesudah meninggalnya Imam As Syafie dan meninggal di Basrah juga pada tahun 324H dalam usia 64 tahun. Beliau pada mulanya adalah murid daripada bapa tirinya seorang ulama besar kaum Muktazilah, Syeikh Abu Ali
1

Abubakar Aceh, Salaf : Islam dalamMasaMurni, Ramadhani, Solo, 1986, Hlm. 25

1
Sumber : http://4referensiku.blogspot.com

Muhammad bin Abdul Wahab Al Jabai, tetapi kemudian beliau bertaubat dan keluar daripada golongan Muktazilah itu.

B.

RUMUSAN MASALAH 1. Apakah factor yang menyebabkantimbulnyaaliranAl- Asyariyahdan Al Maturidiyah? 2. Siapakahtokohterpentingaliran Al- Asyariyahdan Al Maturidiyah? 3. ApakahDoktrinaliran Al- Asyariyahdan Al Maturidiyah? 4. Apakahperbedaanaliran Al- Asyariyahdan Al Maturidiyah?

C.

TUJUAN PENULISAN Untukmengetahui : 1. Factor yang menyebabkantimbulnyaaliran Al- Asyariyahdan Al Maturidiyah 2. TokohdanpahamAl- Asyariyahdan Al Maturidiyah 3. DoktrinAl- Asyariyahdan Al Maturidiyah

D.

METODE PENULISAN MetodepenulisanmakalahiniadalahkajiankepusatakaanatauLibrary Research.

2
Sumber : http://4referensiku.blogspot.com

BAB II AHLUSUNNAH KHALAF (AL-ASYARIAH DAN AL MATURIDIAH) AL- ASYARIYAH Sejarah Kemunculan Aliran Al - Asyariyah Aliran Al-Asyariyah dibentuk oleh Abu Al-Hasan Ali Ibn Ismail Al-Asyari yang lahir di Basrah pada tahun 873 Masehi dan wafat pada tahun 935 Masehi. Beliau masih keturunan Abu Musa Al-Asyari, seorang duta perantara dalam perseteruan pasukan Ali dan Muawiyah. 2 Sejak kecil ia berguru pada syech Al-Jubbai seorang tokoh mutazilah yang sangat terkenal. Ia adalah murid yang cerdas dan ia menjadi kebanggaan gurunya dan seringkali ia mewakili gurunya untuk acara bedah ilmu dan diskusi. Dengan ilmu ke-mutazilahannya, ia gencar menyebar luaskan paham mutazilah dengan karya-karya tulisnya. Karena tidak sepaham dengan gurunya dan ketidak puasannya terhadap aliran Mutazilah, walaupun ia sudah menganut paham Mutazilah selama 40 tahun, maka ia membentuk aliran yang dikenal dengan namanya sendiri pada tahun 300 Hijriyah. Ketidak-puasan Al-Asyari terhadap aliran Mutazilah diantaranya adalah : a. Karena adanya keragu-raguan dalam diri Al-Asyari yang

A. 1.

mendorongnya untuk keluar dari paham Mutazilah. Menurut Ahmad Mahmud Subhi, keraguan itu timbul karena ia menganut madzhab Syafii yang mempunyai pendapat berbeda dengan aliran Mutazilah,

HarunNasutionTeologi Islam, UI Press, Jakarta, 1986

3
Sumber : http://4referensiku.blogspot.com

misalnya syafii berpendapat bahwa Al-Quran itu tidak diciptakan, tetapi bersifat qadim dan bahwa Tuhan dapat dilihat di akhirat nanti. Sedangkan menurut paham Mutazilah, bahwa Al-Quran itu bukan qadim akan tetapi hadits dalam arti baru dan diciptakan Tuhan dan Tuhan bersifat rohani dan tidak dapat dilihat dengan mata. b. Menurut Hammudah Ghurabah, ajaran-ajaran yang diperoleh dari AlJubai, menimbulkan persoalan-persoalan yang tidak mendapat penyelesaian yang memuaskan, misalnya tentang mukmin, kafir dan anak kecil. Puncak perselisihan antara Asyariyah dan Mutazilah dalam masalah keadilan Tuhan adalah ketika Mutazilah tidak mampu menjawab kritik yang dilontarkan Asyariyah, bahwa jika keadilan mencakup iktiar, baik dan buruk logistik serta keterikatan tindakan Tuhan dengan tujuan-tujuan semua tindakan-Nya, maka pendapat ini akan bertentangan dengan ke-Esaan tindakan Tuhan (Tauhid fil Afal) bahkan bertentang dengan ke-Esaan Tuhan itu sendiri. Karena ikhtiar menurut Mutazilah merupakan bentuk penyerahan ikhtiar yang ekstrim dan juga menafikan ikhtiar dari Dzat-Nya. Dalam pandangan Asyariyah, Tuhan itu adil, sedangkan pandangan Mutazilah standar adil dan tidak adil dalam pandangan manusia untuk menghukumi Tuhan, sebab segala sesuatu yang bekenaan dengan kebaikan manusia hukumnya wajib bagi Allah. Tetapi bagaimanapun Al-Asyari meninggalkan paham Mutazilah ketika golongan ini sedang berada dalam fase kemunduran dan kelemahan. Setelah Al-Mutawakkil membatalkan putusan Al-Mamun tentang penerimaan aliran Mutazilah sebagai madzhab Negara, kedudukan kaum Mutazilah mulai menurun, apalagi setelah AlMutawakkil mengunjukan sikap penghargaan dan penghormatan terhadap diri Ibn Hanbal, lawan Mutazilah terbesar waktu itu. 4
Sumber : http://4referensiku.blogspot.com

Dalam suasana demikianlah Al-Asyari keluar dari golongan Mutazilah dan menyusun teologi baru yang sesuai dengan aliran orang yang berpegang kuat pada hadits. Disini timbul pertanyaan, apakah tidak mungkin bahwa Al-Asyari meninggalkan paham Mutazilah karena melihat bahwa aliran Mutazilah tidak dapat diterima umumnya umat Islam yang bersifat sederhana dalam pemikiran-pemikiran ? Dan pada waktu itu tidak ada aliran teologi lain yang teratur sebagai gantinya untuk menjadi pegangan mereka. Dengan kata lain, tidaklah mungkin bahwa Al-Asyari melihat bahayanya bagi umat Islam kalau mereka ditinggalkan tidak mempunyai pegangan teologi yang teratur. Rasanya hal inilah, ditambah dengan perasaan syak tersebut diatas yang mendorong AlAsyari untuk meninggalkan ajaran-ajaran Mutazilah dan membentuk teologi baru setelah puluhan tahun ia menjadi penganut setia aliran Mutazilah. 2. Tokoh-Tokoh dan Ajaran Al - Asyariyah a. Muhammad Ibn al-Thayyib Ibn Muhammad Abu Bakr al-Baqillani. Ia adalah tokoh Asyariyah yang mendapat ajaran-ajaran Al-Asyari dari dua murid Al-Asyari, yaitu Ibn Mujahid dan Abu Al-Hasan Al-Bahili.. beliau wafat di Bagdad pada tahun 1013 Masehi. Ajaran-ajaran yang disampaikannya tidak selalu selaras dengan ajaran Al-Asyari, misalnya bahwa sifat Allah itu bukan sifat melainkan hal. Selanjutanya ia juga tidak sepaham dengan Al-Asyari mengenai perbuatan manusia. Menurut Al-Asyari perbuatan manusia adalah diciftakan Tuhan seluruhnya, sedangkan menurut Al-Baqillani, manusia mempunyai sumbangan yang efektif dalam perwujudan perbuatannya. Yang diwujudkan Tuhan ialah gerak yang terdapat dalam diri manusia,

5
Sumber : http://4referensiku.blogspot.com

adapun bentuk atau sifat dari gerak itu dihasilkan oleh manusia itu sendiri. Pernyataan-pernyataannya mengarah pada extrim, dalam mengikuti suatu pendapat dan dalam memberikan dukungan dan pembelaan, sebab premis rasional tidak pernah disebutkan dalam al-Quranmaupun sunnah, ruang geraknya luas dan pintunya terbuka lebar. Metode yang ditempuhnya juga banyak. Boleh saja seseorang sampai kepada bukti-bukti dari berbagai penalaran akal dan menghasilkan berbagai konklusi melalui berbagai eksperimen yang tidaklah buruk selama tidak bertentangan dengan konklusi yang dicapainya dan pemikiran yang dihasilkannya. b. Abd al-Malik al-Juwaini Beliau lahir di Khurasan tahun 419 Hijriyah dan wafat pada tahun 478 Hijriyah. Namanya aslinya tidak begitu dikenal malah ia terkenal dengan nama Iman Al-Haramain. Hampir sama dengan Al-Baqillani, ajaran-ajaran yang disampaikannya banyak yang bertentangan dengan ajaran Al-Asyari. Misalnya Tangan Tuhan diartikan (tawil) kekuasaan Tuhan, mata Tuhan diartikan penglihatan Tuhan dan wajah Tuhan diartikan Wujud Tuhan, sedangkan mengenai Tuhan duduk diatas takhta kerajaan diartikan Tuhan berkuasa dan Maha Tinggi. Mengenai soal perbuatan manusia, ia mempunyai pendapat yang lebih jauh dari Al-Baqillani. Daya yang ada pada manusia itu mempunyai efek, tetapi efeknya serupa dengan efek yang terdapat antara sebab dan musabab. Wujud perbuatan manusia tergantung pada daya yang ada pada manusia, wujud daya itu bergantung pada sebab yang lain dan wujud sebab itu bergantung pula pada sebab yang lain dan demikianlah seterusnya hingga sampai pada sebab dari segala sebab yaitu Tuhan.

6
Sumber : http://4referensiku.blogspot.com

c.

Abu Hamid al-Ghazali Beliau adalah murid dari Abd al-Malik al-Juwaini yang lahir pada tahu 1058-1111 Masehi. Paham teologi yang dianutnya tidak jauh berbeda dengan paham-paham Al-Asyari. Dia mengakui bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat qadim yang tidak identik dengan dzat Tuhan dan mempunyai wujud diluar dzat. Juga Al-Quran bersifat qadim dan tidak diciptakan. Mengenai perbuatan manusia ia juga berpendapat bahwa Tuhanlah yang menciptakan daya dan perbuatan. Dan daya untuk berbuat lebih menyerupai impotensi. Selanjutnya ia-pun menyatakan bahwa Tuhan dapat dilihat, sebab setiap yang mempunyai wujud dapat dilihat. Selanjutnya ajaran yang disampaikannya adalah penolakan tentang paham keadilan yang diajarkan oleh Mutazilah. Tuhan tidak berkewajiban menjaga

kemashlahatan (al-salah wa al-ashlah) manusia, tidak wajib memberi upah atau ganjaran kepada manusia atas perbuatan-perbuatannya, bahkan Tuhan boleh memberi beban yang tidak mungkin dikerjakan manusia. 3. Doktrin-doktrinTeologi Al-Asyariah Pemikiran Al-Asyari yang terpentingadalah : 1. Tuhandansifat-sifat-Nya Al-Asyarimentakan Allah mempunyaisifat-sifatsepertitangandan kaki tapitidakbisadiartikansecaraharfiahmelainkansecarasimbolis, daniamengatakansifatTuhanitutidakdapatdibandingkandengansifat manusia yang tampaknyamirip. 2. KebebasanDalamBerkehendak Al-Asyari membedakan antara Khaliq dan Kasb, menurutnya Allah adalah pencipta perbuatan manusia dan manusia sendirilah yang mengupayakannya.

7
Sumber : http://4referensiku.blogspot.com

3. Akal dan Wahyudan Kriteria Baik dan Buruk Al-Asyari mengatakatan bahwa baikdan buruk harus berdasarkan pada wahyu

4. Qodimnya Al-Quran Al-Asyari mengatakan bahwa Al-Quran terdiri atas kata-kata, huruf dan bunyinya, semua itu tidak melekat pada esensi Allah dan karenanya tidakqodim.

5. Melihat Allah Al-Asyari mengatakan bahwa Allah dapat dilihat di akhirat tetapi tidak dapat digambarkan.

6. Keadilan Al-Asyari mengatakan bahwa Allah tidak memiliki keharusan apapun karenaiaa dalah PenguasaMutlak.

7. Kedudukan Orang Berdosa Al-Asyari mengatakan bahwa Mukmin yang berbuat dosa besar adalah mukmin yang fasik, sebab iman tidak mungkin hilang karena dosa selain kufur. B. 1. AL MATURIDIYAH Sejarah Kemunculan Aliran Al Maturidiyah Latar belakang lahirnya aliran ini, hampir sama dengan aliran AlAsyariyah, yaitu sebagai reaksi penolakan terhadap ajaran dari aliran Mutazilah, walaupun sebenarnya pandangan keagamaan yang dianutnya hampir sama dengan pandangan Mutazilah yaitu lebih menonjolkan akal dalam sistem teologinya.

8
Sumber : http://4referensiku.blogspot.com

Pendiri dari aliran ini adalah Abu Mansur Muhammad Ibn Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi yang lahir di Samarkand pada pertengahan kedua dari abad ke sembilan Masehi dan meninggal pada tahun 944 Masehi. Ia adalah pengikut Abu Hanifah dan paham-pahamnya mempunyai banyak persamaan dengan paham-paham yang diajarkan oleh Abu Hanifah. Aliran teologi ini dikenal dengan nama Al-Maturidiyah, yang sesuai dengan nama pendirinya yaitu Al-Maturidi. 3 2. Tokoh-Tokoh dan Ajaran Al Maturidiyah Tokoh yang sangat penting dari aliran Al-Maturidiyah ini adalah Abu al-Yusr Muhammad al-Badzawi yang lahir pada tahun 421 Hijriyah dan meninggal pada tahun 493 Hijriyah. Ajaran-ajaran Al-Maturidi yang dikuasainya adalah karena neneknya adalah murid dari Al-Maturidi. Al-Badzawi sendiri mempunyai beberapa orang murid, yang salah satunya adalah Najm al-Din Muhammad al-Nasafi (460-537 H), pengarang buku al-Aqaidal Nasafiah. Seperti Al-Baqillani dan Al-Juwaini, Al-Badzawi tidak pula selamanya sepaham dengan Al-Maturidi. Antara kedua pemuka aliran Maturidiyah ini, terdapat perbedaan paham sehingga boleh dikatakan bahwa dalam aliran Maturidiyah terdapat dua golongan, yaitu golongan Samarkand yang mengikuti paham-paham Al-Maturidi dan golongan Bukhara yang mengikuti paham-paham Al-Badzawi. Al-Bazdawi mengetahui ajaran al-Maturidi dan orang tuanya. AlBazdawi sendiri memiliki murid-murid dan salah seorang dari mereka ialah Najm al-Din Muhammad al-Nasafi (460-537 H), pengarang buku al-Aqaid al-nasafiah.23 Menurut l-Mawardi, akal mengetahui tiga persoalan teologis, yakni:
3

.Al-Maturidi, Kitab Syarh al-Akbar, Hyderabad: Darirah al-Maarif al-Nizamiah, 1321 H, hlm. 22

9
Sumber : http://4referensiku.blogspot.com

1. Akal dapat mengetahui adanya Tuhan 2. Akal dapat rnengetahui kewajiban mengetahui Tuhan

3. Akal dapat mengetahui baik dan buruk. Sedangkan untuk. mengetahui kewajiban berbuat yang baik dan mengetahui perbuatan yang buruk hanya dapat diketahui wahyu. Pendapat ini dapat diterima oleh pengikut Maturidiyah di Samarkand. Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan pendapat Mutazilah. Tetapi
pendapat tersebut sebagian ditolak Maturidiyah Bukhara. Menurut Maturidiyah Bukhara: akal hanya dapat mengetahui Tuhan, tetapi tidak dapat mengetahui kewajiban untuk mengetahui Tuhan. Sebab untuk dapat mengetahui kewajiban tersebut hanya melalui wahyu. Demikian juga akal hanya dapat mengetahui yang haik dan yang buruk. tetapi akal tidak dapat mengetahui kewajiban melakukan yang baik atau yang buruk. Untuk dapat mengetahui kewajiban-kewajiban tersebut harus dengan melalui wahyu. Dari uraian diatas dapat diartikan bahwa aliran Maturidiyah Bukhara lebih dekat kepada Asyariyah sedangkan aliran Maturidiyah Samarkand dalam beberapa hal lebih dekat kepada Mutazilah, terutama dalam masalah keterbukaan terhadap peranan akal.

3.

Doktrin-DoktrinTeologi Al- Maturidiyah a. Akal dan Wahyu Dalam pemikiran teologinya, Al-Maturidi mendasarkan pada Al-Qur'an dan akal dalam bab ini ia sama dengan Al-asyari. Menurut Al-Maturidi, mengetahui Tuhan dan kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketahui dengan akal. Kemampuan akal dalam mengetahui dua hal tersebut sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang memerintahkan agar manusia menggunakan akal dalam usaha memperoleh pengetahuan dan keimanannya terhadap Allah melalui pengamatan dan pemikiran yang mendalam tentang makhluk ciptaannya. Kalau akal tidak mempunyai 10

Sumber : http://4referensiku.blogspot.com

kemampuan memperoleh pengetahuan tersebut, tentunya Allah tidak akan menyuruh manusia untuk melakukannya. Dan orang yang tidak mau menggunakan akal untuk memperoleh iman dan pengetahuan mengenai Allah berarti meninggalkan kewajiban yang diperintah ayatayat tersebut. Namun akal menurut Al-Maturidi, tidak mampu mengetahui kewajiban-kewajiban lainnya. Dalam masalah baik dan buruk, Al-Maturidi berpendapat bahwa penentu baik dan buruk sesuatu itu terletak pada suatu itu sendiri, sedangkan perintah atau larangan syariah hanyalah mengikuti ketentuan akal mengenai baik dan buruknya sesuatu. Dalam kondisi demikian, wahyu diperoleh untuk dijadikan sebagai pembimbing. Al-Maturidi membagi kaitan sesuatu dengan akal pada tiga macam, yaitu: 1. Akal dengan sendirinya hanya mengetahui kebaikan sesuatu itu. 2. Akal dengan sendirinya hanya mengetahui kebutuhan sesuatu itu. 3. Akal tidak mengetahui kebaikan dan keburukan sesuatu, kecuali dengan petunjuk ajaran wahyu. Jadi, yang baik itu baik karena diperintah Allah, dan yang buruk itu buruk karena larangan Allah. Pada korteks ini, Al-Maturidi berada pada posisi tengah dari Mutazilah dan Al-Asyari. b. Perbuatan Manusia Menurut Al-Maturidi perbuatan manusia adalah ciptaan Tuhan karena segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaannya. Dalam hal ini, AlMaturidi mempertemukan antara ikhtiar sebagai perbuatan manusia dan qudrat Tuhan sebagai pencipta perbuatan manusia. c. Kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan 11
Sumber : http://4referensiku.blogspot.com

Menurut Al-Maturidi qudrat Tuhan tidak sewenang-wenang (absolut), tetapi perbuatan dan kehendaknya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah ditetapkannya sendiri. d. Sifat Tuhan Dalam hal ini faham Al-Maturidi cenderung mendekati faham mutzilah. Perbedaan keduanya terletak pada pengakuan Al-Maturidi tentang adanya sifat-sifat Tuhan, sedangkan mutazilah menolak adanya sifatsifat Tuhan. e. Melihat Tuhan Al-Maturidi mengatakan bahwa manusia dapat melihat Tuhan. Hal ini diberitahukan oleh Al-Qur'an, antara lain firman Allah dalam surat AlQiyamah ayat 22dan 23. namun melihat Tuhan, kelak di akherat tidak dalam bentuknya (bila kaifa), karena keadaan di akherat tidak sama dengan keadaan di dunia. f. Kalam Tuhan Al-Maturidi membedakan antara kalam yang tersusun dengan huruf dan bersuara dengan kalam nafsi (sabda yang sebenarnya atau kalam abstrak). Kalam nafsi adalah sifat qadim bagi Allah, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah baharu (hadist). g. Perbuatan Manusia Menurut Al-Maturidi, tidak ada sesuatu yang terdapat dalam wujud ini, kecuali semuanya atas kehendak Tuhan, dan tidak ada yang memaksa atau membatasi kehendak Tuhan kecuali karena ada hikmah dan keadilan yang ditentukan oleh kehendak-Nya sendiri.

12
Sumber : http://4referensiku.blogspot.com

h. Pengutusan Rasul Pandangan Al-Maturidi tidak jauh beda dengan pandangan mutazilah yang berpendapat bahwa pengutusan Rasul ke tengah-tengah umatnya adalah kewajiban Tuhan agar manusia dapat berbuat baik dan terbaik dalam kehidupannya. i. Pelaku dosa besar Al-Maturidi berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak kafir dan tidak kekal di dalam neraka walaupun ia mati sebelum bertobat. C. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA AL-ASYARIYAH DAN AL-MATURIDIYAH 1. Persamaannya a. Kedua aliran ini lahir akibat reaksi terhadap paham aliran Mutazilah. b. Mengenai sifat-sifat Tuhan, kedua aliran ini menyatakan bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat dan Tuhan mengetahui bukan dengan dzat-Nya tetapi mengetahui dengan pengetahuan-Nya. c. Keduanya menentang ajaran Mutazilah mengenai al-Salah wal Aslah dan beranggapan bahwa al-Quran adalah kalam Tuhan yang tidak diciptakan, tetapi bersifat qadim. d. Al-Asyari dan Al-Maturidi juga berkeyakinan bahwa manusia dapat melihat Allah pada hari kiamat dengan petunjuk Tuhan dan hanya Allah pula yang tahu bagaimana keadaan sifat dan wujudNya. Hal ini mengingat nash al-Quran pada surat al-Qiyamah : 23 :

13
Sumber : http://4referensiku.blogspot.com

Wajah-wajah orang mukmin pada hari kiamat akan berseri-seri. Kepada Tuhannya mereka melihat. e. Persamaan dari kedua aliran ini adalah karena keduanya sering menggunakan istilah ahlu sunnah wal jamaah. Dan dikalangan mereka kebanyakan mengatakan bahwa madzhab salaf ahlu sunnah wal jamaah adalah apa yang dikatakan oleh Al-Asyari an AlMaturidi. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa ahlu sunnah wal jamaah adalah Asyariyah dan Maturidiyah dan salaf. Az-Zubaidi mengatakan : Jika dikatakan ahlu sunnah, maka yang dimaksud dengan mereka itu adalah Asyariyah dan Maturidiyah.(Ittihafus Sadatil Muttaqin 2 : 6) Penulis Ar-Raudhatul Bahiyyah mengatakan : Ketahuilah bahwa pokok semua aqaid ahlu sunnah wal jamaah atas dasar ucapan dua kutub, yakni Al-Asyari dan Al-Maturidi.(Ar-Raudhatul Bahiyyah oleh Abi Hudibah hal.3) 2. Perbedaannya a. Tentang perbuatan manusia. Al-Asyari menganut paham Jabariyah sedangkan Al-Maturidi menganut paham Jabariyah. b. Tentang fungsi akal. Akal bagi aliran Asyariyah tidak mampu untuk mengetahui kewajiban-kewajiban manusia sedangkan menurut pendapat Maturidiyah akal dapat mengetahui

kewajiban-kewajiban manusia untuk berterima kasih kepada Tuhan. c. Tentang Janji dan ancaman Tuhan. Al-Asyari berkeyakinan bahwa Allah bisa saja menyiksa orang yang taat, memberi pahala kepada orang yang durhaka, sedangkan Al-Maturidi beranggapan lain, bahwa orang yang taat akan mendapatkan pahala sedangkan

14
Sumber : http://4referensiku.blogspot.com

orang yang durhaka akan mendapat siksa, karena Allah tidak akan salah karena Ia Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui.

15
Sumber : http://4referensiku.blogspot.com

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN 1. Aliran Al-Asyariyah dibentuk oleh Abu Al-Hasan Ali Ibn Ismail Al-Asyari yang lahir di Basrah pada tahun 873 Masehi dan wafat pada tahun 935 Masehi. Beliau masih keturunan Abu Musa Al-Asyari, seorang duta perantara dalam perseteruan pasukan Ali dan Muawiyah. Sedangkan Aliran Maturidiyah didirikan oleh Abu Mansur Muhammad Ibn Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi yang lahir di Samarkand pada pertengahan kedua dari abad ke sembilan Masehi dan meninggal pada tahun 944 Masehi. Ia adalah pengikut Abu Hanifah dan pahampahamnya mempunyai banyak persamaan dengan paham-paham yang diajarkan oleh Abu Hanifah. Aliran teologi ini dikenal dengan nama Al-Maturidiyah, yang sesuai dengan nama pendirinya yaitu AlMaturidi. 2. Adapun Aliran Al-Asyariyah dan Al- Maturidiyah memiliki beberapa persamaan dan perbedaan dalam beberapa fahamnya. Persamaannya adalah mengenai hal hal sebagai berikut : Aliran ini lahir akibat reaksi terhadap paham aliran Mutazilah. Sifat-sifat Tuhan. Keduanya menentang ajaran Mutazilah mengenai al-Salah wal Aslah dan beranggapan bahwa al-Quran adalah kalam Tuhan yang tidak diciptakan, tetapi bersifat qadim. Al-Asyari dan Al-Maturidi juga berkeyakinan bahwa manusia dapat melihat Allah pada hari kiamat dengan petunjuk Tuhan dan hanya Allah pula yang tahu bagaimana keadaan sifat dan

16
Sumber : http://4referensiku.blogspot.com

wujud-Nya. Hal ini mengingat nash al-Quran pada surat alQiyamah : 23 : Perbedaannya antara lain : Tentang perbuatan manusia. Al-Asyari menganut paham Jabariyah sedangkan Al-Maturidi menganut paham Jabariyah. Tentang fungsi akal. Akal bagi aliran Asyariyah tidak mampu untuk mengetahui kewajiban-kewajiban manusia sedangkan menurut pendapat Maturidiyah akal dapat mengetahui

kewajiban-kewajiban manusia untuk berterima kasih kepada Tuhan. Tentang Janji dan ancaman Tuhan. Al-Asyari berkeyakinan bahwa Allah bisa saja menyiksa orang yang taat, memberi pahala kepada orang yang durhaka, sedangkan Al-Maturidi beranggapan lain, bahwa orang yang taat akan mendapatkan pahala sedangkan orang yang durhaka akan mendapat siksa, karena Allah tidak akan salah karena Ia Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. B. SARAN Kepadaparapembacadiharapkan : 1. DapatmemahamitentangAliran Al-Asyariyahdan Al-Maturidiyah 2. Memberikankritikdan saran yang bersifatmembangun.

17
Sumber : http://4referensiku.blogspot.com

DAFTAR PUSTAKA

1. Rozak, Abdul &Rosihon Anwar, IlmuKalam. PustakaSetia. Bandung: 2009 2. Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: UI Press, 1986, hlm. 76. 3. Al-Maturidi, Kitab Syarh al-Akbar, Hyderabad: Darirah al-Maarif al-Nizamiah,
1321 H.

4. http://www.google.com 5. http://www.wikipedia.com 6. http://www.yahoo.co.id 7. http://4referensiku.blogspot.com (Koleksi Makalah)

18
Sumber : http://4referensiku.blogspot.com

You might also like