You are on page 1of 20

2.

Keterampilan Memberi Penguatan


A. Pengertian dan Tujuan Penguatan sering muncul dalam kehidupan sehari-hari, meskipun banyak yang tidak menyadari bahwa yang dimunculkan tersebut adalah penguatan. Misalnya seseorang mengucapkan terima kasih setelah menerlma sesuatu, seorang anak diberi pujian oleh ibunya setelah membereskan tempat tidur, atau seorang anak diberi hadiah karena berhasil memenangkan lomba gerak jalan. Semua hal tersebut di atas adalah penguatan yang dapat membuat orang yang menerima penguatan tersebut merasa senang dan akan meningkatkan perbuatan yang diberi penguatan tersebut. Penguatan adalah respon yang diberikan terhadap perilaku atau perbuatan yang dianggap baik, yang dapat membuat terulangnya atau meningkatnya perilaku/perbuatan yang dianggap baik tersebut. Dalam kegiatan pembelajaran, penguatan mempunyai peran penting dalam meningkatkan keefektifan kegiatan pembelajaran. Pujian atau respon positif guru terhadap perilaku perbuatan siswa yang positif akan membuat siswa, merasa senang karena dianggap mempunyai kemampuan. Namun sayangnya, guru sangat jarang memuji perilaku/perbuatan siswa yang positif. Yang sering terjadi adalah guru menegur atau memberi respon negatif terhadap perbuatan siswa yang negatif. Oleh karena itu, guru perlu melatih diri sehingga terampil dan terbiasa memberikan penguatan. Dalam kaitan dengan kegiatan pembelajaran, tujuan memberi penguatan adalah untuk: 1. meningkatkan perhatian siswa, 2. membangkitkan dan memelihara motivasi siswa, 3. memudahkan siswa belajar, 4. mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa serta mendorong munculnya perilaku yang positif, 5. menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa, dan 6. memelihara iklim kelas yang kondusif. B. Komponen Keterampilan Memberi Penguatan Penguatan pada dasarnya dapat diberikan dalam dua jenis yaitu penguatan verbal dan penguatan nonverbal. Komponen-komponen keterampilan memberikan penguatan yang har.us dikuasai oleh guru berkaitan dengan keterampilan menggunakan kedua jenis penguatan tersebut. Secara rinci, komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut. 1. Penguatan Verbal Penguatan verbal paling mudah digunakan dalam kegiatan pembelajaran dalam bentuk komentar pujian dukungan, pengakuan, atau dorongan yang diharapkan dapat meningkatkan tingkah laku dan penampilan siswa. Komentar, pujian, dan sebagainya tersebut dapat diberikan dalam bentuk katakata dan kalimat. Contoh: a. Kata-kata: bagus, baik, luar biasa, benar, ya, betul, atau tepat sekali. b. Kalimat: 1) Pekerjaanmu rapi benar. 2) Kalimat-kalimat Anda sangat bagus susunannya. 3) Cara Anda berpikir cukup sistematis. 4) Makin lama pekerjaan Anda semakin baik. 5) Anak-anak lain perlu meniru cara Tono memecahkan masalah. 6) Wah, belum pernah saya lihat pekerjaan serapi ini. 2. Penguatan Non-Verbal Penguatan nonverbal dapat ditunjukkan dengan berbagai cara sebagai berikut. a. Mimik dan gerakan badan

Mimik dan gerakan badan seperti senyuman, anggukan, tepukan tangan, atau acungan ibu jari dapat mengkomunikasikan kepuasan guru terhadap respon siswa, yang tentu saja merupakan penguatan yang sangat berarti bagi siswa. Mimik dan gerakan badan dapat dipakai bersama-sama dengan penguatan verbal. Misalnya ketika mengucapkan kata "bagus", guru tersenyum sambil mengacungkan ibu jari, atau ketika menganggukkan kepala, guru mengucapkan kata "benar". b. Gerak mendekati Gerak mendekati dapat ditunjukkan guru dengan cara melangkah mendekati siswa, berdiri di samping siswa atau kelompok siswa, bahkan dalam situasi tertentu duduk bersama siswa atau kelompok siswa. Tujuan gerak mendekati adalah memberikan perhatian, menunjukkan rasa senang akan pekerjaan siswa, bahkan juga memberi rasa aman kepada siswa. Bentuk penguatan ini biasanya dipakai bersama-sama dengan bentuk penguatan verbal, artinya ketika guru mendekati siswa, guru mengucapkan kata-kata tertentu sebagai penguatan. Kombinasi ini biasanya memperkuat efek penguatan namun harus dibatasi pemakaiannya sehingga efeknya tidak menurun. c. Sentuhan sentuhan seperti menepuk-nepuk bahu, atau pundak siswa, menjabat tangan siswa atau mengangkat tangan siswa yang menang, jika dilakukan dengan tepat, dapat merupakan penguatan yang efektif bali siswa. Namun, jenis penguatan ini harus dipergunakan dengan penuh kehati-hatian dengan memperhatikan umur, jenis kelamin, serta latar belakang siswa. Misalnya, menepuk bahu atau mengelus rambut siswa mungkin hanya sesuai untuk siswa TK/SD sedangkan bagi siswa yang lebih besar dianggap berlebihan. Demikian juga menepuk bahu siswa wanita yang sudah remaja mungkin akan diartikan lain oleh teman-temannya. oleh karena itu, guru harus mempertimbangkan faktor-faktor yang disebutkan tadi. d. Kegiatan yang menyenangkan Pada dasarnya, siswa akan menjadi senang jika diberikan kesempatan untuk mengerjakan sesuatu yang menjadi kegemarannya atau sesuatu yang memungkinkan dia berprestasi. oleh karena itu, kegiatan yang disenangi siswa dapat digunakan sebagai penguatan. Akan menjadi lebih efektif lagi jika kegiatan yang dijadikan penguatan tersebut dikaitkan dengan penampilan yang diberikan penguatan. Misalnya, sisw a yang dapat menyelesaikan masalah matematika lebih dahulu diberi kesempatan untuk membantu temantemannya, siswa yanl pintar dan suka music diminta/ditunjuk menjadi pemimpin paduan suara, siswa yang prestasinya cukup baik dalam satu cabang olah raga diikutkan dalam tim olah raga, atau siswa yang menunjukkan kemajuan yang pesat dalam bahasa Indonesia diikutkan menjadi anggota redaksi pada majalah sekolah. e. Pemberian simbol atau benda Dalam situasi tertentu, penguatan dapat pula diberikan dalam bentuk simbol atau benda tertentu. simbol dapat berupa tanda cek (v), komentar tertulis pada buku siswa, berbagai tanda dengan warna tertentu misalnya hijau, kuning, ungu, atau merah. Sedangkan benda yang digunakan sebagai penguatan adalah benda-benda kecil yang harganya tidak terlalu mahal tetapi berarti bagi siswa. Misalnya: kartu bergambar, pensil atau buku tulis, peniti, atau bendabenda kecil lainnya. Pemberian penguatan dengan menggunakan simbol atau benda hendaknya tidak terlalu sering dilakukan agar "makna"nya tidak hilang atau agar siswa tidak memandangnya sebagai satu target dari penampirannya. Pemberian komentar terturis pada pekerjaan siswa, rebih_retil, yang memungkinkan memperbaiki atau meningkatkan penampirannya sebaiknya diberikan secara teratur.

f. Penguatan tak penuh Sesuai dengan namanya, penguatan tak penuh diberikan untuk jawaban siswa yang hanya sebagian yang benar, sedangkan bagian rainnya masih perlu diperbaiki, untuk itu guru berkata: "Bagian pertama dari jawaban Anda sudah benar, tetapi alasan yang Anda berikan belum mantap. Kemudian guru meminta siswa lain untuk memberikan jawaban yang masih perlu diperbaiki tersebut. Dengan cara seperti itu, siswa akan memahami kuaritas jawabannya, sehingga penguatan yang diberikan guru benar-benar bermakna. C. Prinsip Penggunaan Agar penguatan yang diberikan guru dapat berfungsi secara efektif, guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip pemberian peiguatan sebagai berikut. 1. Kehangatan dan keantusiasan Penguatan yang diberikan guru haruslah disertai dengan kehangatan dan keantusiasan. Kehangatan dan keantusiasan dapat ditunjukkan dengan, berbagai cara, misalnya dengan muka/wajah berseri disertai senyuman, suara yang riang penuh perhatian, atau sikap yang memberi kesan bahwa penguatan yang diberikan memang sungguh-sungguh. Sebaliknya penguatan yang diberikan dengan suara lesu, sikap acuh tak acuh, wajah yang murung, tidak akan ada dampak positifnya bagi para siswa, bahkan hanya akan menimbulkan kesan negatif bagi siswa. Siswa akan merasa ucapan guru seperti baik atau bagus" ,hanya merupakan kata-kata klise yang tadak ada maknanya. 2. Kebermaknan Penguatan yang diberikan guru haruslah bermakna bagi siswa. Artinya, siswa memang merasa terdorong untuk meningkatkan penampilannya. Misalnya, jika guru mengatakan "model yang kamu rancang sangat menarik, karena model yang dibuat siswa tersebut memang benar-benar menarik hingga siswa benar-benar merasa bahwa ia memang patut mendapat pujian. Dengan perkataan lain, pujian itu bermakna bagi dia, sehingga mendorong dia ,untuk bekerja lebih giat dalam menciptakan model. Namun jika model yang dibuat sangat kasar, dan tidak sesuai dengan tugas yang diberikan, sebaiknya guru jangan memuji model tersebut, tetapi hanya mencoba menyadarkan siswa tersebut akan hasil karyanya, misalnya dengan mengatakan: "saya tahu kamu sudah bekerja keras menciptakan model ini, kalau bagian-bagian ini kamu perhalus lagi, modelmu akan menjadi lebih baik". 3. Menghindari penggunaan respon negatif Respon negatif seperti kata-kata kasar, cercaan, hukuman, atau ejekan dari guru merupakan senjata ampuh untuk menghancurkan iklim kelas yang kondusif maupun kepribadian siswa sendiri. Oleh karena itu, guru hendaknya menghindari segala jenis respon negatif tersebut. Jika siswa memberikan jawaban atau menunjukkan penampilan yang tidak memuaskan, guru hendaknya menahan diri dari keinginan mencela atau mengejek jawaban atau penampilan siswa. Apabila jawaban siswa keliru guru dapat mengalihkan pertanyaan tersebut kepada siswa lain. Dengan cara tersebut, siswa akan menyadari bahwa jawabannya kurang sempurna. Jika siswa menunjukkan penampilan yang tidak sempurna, guru dapat meminta siswa yang dianggap mampu untuk mendemonstrasikan penampilan tersebut, kemudian siswa pertama diminta memperbaiki penampilannya. Dengan cara-cara tersebut di atas, guru akan tetap memberikan balikan kepada siswa serta sekaligus terhindar dari penggunaan respon negatif. Di samping ketiga prinsip tersebut di atas, dalam memberikan penguatan, guru hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut. 1. Sasaran penguatan Sasaran penguatan yang diberikan oleh guru harus jelas. Misalnya memberikan

penguatan kepada siswa tertentu. "Tita, karanganmu hari ini bagus sekali". Kepada kelompok siswa, ataupun kepada seluruh siswa secara utuh, misalnya: "Wah Ibu bangga benar dengan kedisiplinan kelas II ini". Dengan demikian, setiap penguatan yang diberikan oleh guru harus jelas sasarannya, apakah ditujukan kepada pribadi tertentu, kepada kelompok kecil siswa atau kepada seluruh siswa. 2. Penguatan harus diberikan dengan segera Agar dampak positif yang diharapkan tidak menurun bahkan hilang, penguatan haruslah diberikan segera setelah siswa menunjukkan respon yang diharapkan. Dengan perkataan lain, tidak ada waktu tunggu antara respon yang ditunjukkan dengan penguatan yang diberikan. 3. Variasi dalam penggunaan Pemberian penguatan haruslah dilakukan dengan variasi yang kaya hingga dampaknya cukup tinggi bagi siswa yang menerimanya. penguatan verbal dengan kata-kata yang sama, misalnya: bagus, bagus, bagus, akan kehilangan makna, hingga tidak berarti apa-apa bagi siswa. Demikian juga penguatan dalam bentuk mimik dan gerakan badan yang diberikan secara terus-menerus akan membosar.rkan dan tidak berdampak apa-apa, bahkan mungkin akan menimbulkan respon negatif, misalnya menjadi bahan tertawaan. Oleh karena itu, guru hendaknya berusaha mencari variasi baru dalam memberi penguatan.

3. Keterampilan Mengadakan Variasi


A. Pengertian dan Tujuan Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dapat berwujud perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan/ dibuat untuk memberikan kesan yang unik. Misalnya dua model baju yang sama tetapi berbeda hiasannya akan menimbulkan kesan unik bagi masing-masing model tersebut. Di dalam kehidupan sehari-hari variasi memegang peranan yang sangat penting. Tanpa variasi hidup ini akan menjadi membosankan. Bayangkan kalau setiap hari kita harus makan makanan yang sama, misalnya hanya nasi putih dan ikan asin atau kentang goreng dan "Kentucky Fried Chicken". Tentu selera makan kita akan berkurang atau hilang/sama sekali. Gurihnya ikan asin tidak akan terasa lagi, demikian pula lezatnya ayam goreng Kolonel Sander (pioner Kentucky Fried Chicken) akan lenyap diganti oleh kebosanan terhadap makanan yang sama setiap hari. oleh karena itu, hidup selalu memerlukan variasi, perubahan yang membawa sesuatu yang baru. Variasi membuat hidup menjadi lebih bergairah, dinamis, dan penuh harapan. Sejalan dengan kehidupan sehari-hari, variasi sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan menjadi sangat bosan, jika guru selalu mengajar dengan cara yang sama. Tidak jarang terjadi adanya siswa yang selalu hapal dengan "gaya" mengajar gurunya sehingga ia sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan oleh guru. Hal yang demikian sering dijadikan bahan permainan yang disampaikan dengan berbagai kode. Tentu saja keadaan seperti ini tidak menunjang keefektifan kegiatan pembelajaran di kelas. Untuk menghindari terjadinya hal-hal seperti ini, guru perlu menguasai keterampilan mengadakan variasi. Variasi di dalam kegiatan pembelajaran bertujuan antara lain untuk: 1. menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar, 2. meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu, 3. mengembangkan keinginan siswa untuk mengetahui dan menyelidiki hal-hal baru, 4. melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, serta 5. meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pernbelajaran. Dengan tujuan sebagai tersebut di atas, kiranya dapat dipahami betapa pentingnya keterampilan mengadakan variasi bagi seorang guru. Dengan variasi yang diadakan guru, bukan saja siswanya memperoleh kepuasan belajar, tetapi guru pun akan memperoleh kepuasan dalam mengajar. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran yang dikelolanya. B. Komponen-komponen Keterampilan Mengadakan Variasi Pada dasarnya, variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yakni: 1. variasi dalam gaya rnengajar, 2. variasi dalam pola interaksi, dan 3. variasi dalam penggunaan media. Ketiga jenis variasi tersebut mernpunyai prinsip penggunaan dan tujuan masingmasing. Berikut ini diuraikan secara singkat ketiga jenis variasi tersebut. 1. Variasi dalam Gaya Mengajar Gaya mengajar seorang guru sering dikaitkan dengan kepribadian guru tersebut, sehingga sering terdengar di antara para siswa bahwa guru A selalu duduk ketika berbicara, guru B sering marah-marah, guru C suka bergurau, dan sebagainya. Variasi gaya mengajar sangat banyak yang dapat divariasikan oleh seorang guru. secara garis

besar, hal-hal yang berkaitan dengan gaya mengajar yang dapat divariasikan oleh seorang guru berkisar pada butir-butir berikut. a. Variasi suara Suara guru dapat dikatakan rnerupakan faktor yang sanoat penting di dalam kelas karena sebagian besar kegiatan di kelas akan bersumber dari hal-hal yang disampaikan guru secara lisan. Suara guru yang meninggi secara terus-rnenerus akan membuat pendengar menjadi capai, dernikian juga suara lemah secara terustnenerus akan merntruat pendengar mengantuk atau perhatian terpecah. Oleh karena itu, guru dapat memvariasikan suaranya dari: 1) besar ke kecil, 2) tinggi ke rendah, 3) cepat ke lambat, 4) nada sedih ke nada gembira, atau 5) memberi tekanan tertentu dengan suara lambat-lambat. b. Pemusatan perhatian Dalam mengajar, guru sering menginginkan agar siswa memperhatikan butirbutir penting yang sedang disampaikan. Hal ini dapat dilakukan guru dengan mengucapkan kata-kata tertentu secara khusus disertai isyarat atau gerakan seperlunya. Misalnya guru mengucapkan kata-kata: 1) "Ini penting diingat", sambil menulis istilah yang perlu diingat, 2) "Perhatikan baik-baik", sambil menunjuk ke gambar di depan, 3) "Jangan lupakan ini", sambil menggarisbawahi kata-kata yang dimaksud, atau 4) "Para ahli selalu membicarakan ini", sambil memperhatikan gambar tentang hal yang dibicarakan. c. Kesenyapan Kadang-kadang ketiga guru sedang asyik berbicara suasana kelas agak terganggu. Ada siswa yang mengantuk, berbicara atau bermain dengan temannya, atau mungkin ada yang sibuk sendiri. Untuk mengatasi hal ini, guru dapat menerapkan "kesenyapan", yaitu diam sejenak sambil memandang kepada siswa-siswa yang sedang sibuk sendiri. Perubahan atau variasi dari keadaan ada suara ke kesenyapan yang tibatiba akan memberi pengaruh kepada siswa. Mereka akan kaget karena adanya perubahan/variasi, dan akan kembali memandang kepada guru. Namun, guru harus hati-hari menggunakan variasi ini karena kalau salah akan membuat kelas menjadi kacau. Kesenyapan dapat pula dimunculkan ketika guru mengajukan pertanyaan, dengan tujuan memberi waktu berpikir kepada siswa. Setelah diam beberapa saat, barulah guru menunjuk siswa yang akan diminta menjawab pertanyaan tersebut. d. Mengadakan kontak pandang Ketika berdiri di depan kelas, tidak jarang guru menunduk atau memandang ke satu tempat tertentu. Lebih-lebih guru-guru muda, banyak yang sering malu menatap siswanya. Bagaimana dengan Anda? Mudah-mudahan Anda tidak tergolong guru yang malu menatap siswanya karena ketidakmampuan memandang siswa merupakan kekurangan guru dalam mengadakan variasi. Kontak pandang dengan seluruh siswa merupakan salah satu senjata ampuh bagi guru dalam mengajar. "Sapalah semua siswa dengan pandanganmu", adalah sebuah ungkapan kuno yang masih menunjukkan kemampuhannya. Memandang seluruh siswa ketika mulai berbicara dan kemudian memandang siswa tertentu dengan tujuan mengecek pemahamannya atau memberi perhatian khusus, mencerminkan keakraban hubungan antara guru dan siswa dalam mengajar. Guru yang memandang siswanya ketika mendengarkan siswa tersebut berbicara menunjukkan sikap penuh perhatian terhadap masalah yang dibicarakan. e. Gerakan badan dan mimik

Mimik dan gerakan badan merupakan alat komunikasi yang efektif. Variasi mimik dan gerakan badan yang dilakukan secara tepat dapat mengkomunikasikan pesan secara lebih et-ektif dibandingkan dengan bahan yang bertele-tele. Mimik dan gerakan badan yang dapat divariasikan antara lain: 1) ekspresi wajah: tersenyum, mengerutkan kening, mengangkat alis, cemberut, tertawa, 2) gerakan kepala: menggeleng, mengangguk, tegak/mengangkat kepara, menunduk, 3) gerakan tangan: mengangkat tangan, mengacungkan jempol, mengepalkan tinju untuk menegaskan, bertepuk tangan, 4) gerakan bahu: mengangkat bahu, 5) gerakan badan secara keseluruhan: berdiri kaku, bersikap santai, gerak mendekati atau menjauhi. Masih banyak mimik dan gerakan badan yang dapat ditunjukkan guru sebagai variasi dalam mengajar. Yang perlu diingat adalah bahwa gerakan badan dan mimik tersebut harus sesuai dengan pembawaan guru sendiri, tujuan yang ingin disampaikan, serta latar belakang sosial budaya di daerah tersebut. Misalnya, di suatu daerah "menunjukkan kepalan tangan (tinju) dianggap sebagai penegasan maksud, sementara di daerah lain mungkin dianggap sebagai pernyataan marah. Oleh karena itu, guru harus berhati-hati mengekspresikan mimik dan gerakan badan ini. f. Perubahan dalam posisi guru Posisi guru ketika mengajar di dalam kelas juga berpengaruh kepada kegairahan siswa belajar. Sebagai seorang guru, Anda tentu setuju bahwa ."selama mengajar guru tidak seharusnya terpaku di satu tempat. Guru dapat memvariasikan posisinya secara wajar, misalnya berdiri di depan kelas, pindah ke samping atau ke tengah, ke belakang, atau duduk sebentar. Ada kalanya karena tujuan tertentu juru berjalan-jalan di antara siswa untuk melihat siswa yang sedang bekerja, di saat lain guru mungkin berdiam agak lama di satu tempat memtrantu siswa yang mendapat kesukaran. Perubahan posisi guru harus dilakukan dengan niat terbuka serta terkesan wajar dan tidak dibuat-buat. 2. Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Pola interaksi dalam kegiatan pembelajaran dapat bervariasi dari yang paling didominasi guru sampai yang berpusat pad,a siswa sendiri. Dilihat dari pengorganisasian siswa, pola interaksi dapat dibedakan atas pola interaksi kelompok dan perorangan. Jika pengorganisasian ini dikombinasikan dengan variasi kegiatan siswa maka variasi yang dapat dibuat oleh guru sangat kaya. Berikut ini diberikan berbagai contoh: a. Kegiatan klasikal: 1) mendengarkan informasi dan tanya-jawab secara klasikal/diskusi klasikal, 2) demonstrasi oleh guru atau siswa tentang satu keterampilan atau percobaan, 3) menyeleksikan tayangan film, video, atau permainan peran, yang kemudian diikuti oleh diskusi atau tugas-tugas lain. b Kegiatan kelompok kecil: 1) mendiskusikan pemecahan suatu masalah, 2) menyelesaikan suatu proyek, misalnva laporan tentang suatu kegiatan, 3) melakukan suatu percobaan/observasi, 4) melakukan latihan suatu keterampilan. c. Kegiatan berpasangan: 1) merundingkan jawaban pertanyaan yang dia.iukan secara klasikal, 2) latihan menggunakan alat tertentu. d. Kegiatan perorangan: 1) membaca atau menelaah satu materi, 2) mengerjakan tugas-tugas individual, seperti mengerjakan soal-soal matematika,

3) melakukan observasi, 4) melakukan percobaan. Contoh-contoh di atas tentu dapat diperkaya sesuai dengan wawasan dan pengalaman masing-rnasing. Yang jelas, variasi pola interaksi dan kegiatan siswa sangat kaya dan beragam. Pola interaksi dapat diubah dari interaksi satu arah (guru ke siswa) ke interaksi dua arah sampai ke semua arah (siswa ke siswa-siswa ke guru dan seterusnya). 3. Variasi Penggunaan Alat Bantu pengajaran Alat dan media pengajaran merupakan suatu faktor penting dalam kegiatan pembelajaran. Konsep yang sukar dan mernbosankan untuk disimak menjadi menarik jika disajikan dengan menggunakan media dan alat yang tepat. Misalnya terjadinya gerhana akan jauh lebih menarik dan lebih mudah dipahami jika disajikan dengan rnenggunakan media dan alat bantu yang dapat dimanipulasi, daripada jika disajikan hanya dengan penjelasan lisan saja. Variasi alat bantu pelajaran dapat divariasikan sesuai dengan fungsinya serta variasi kesensitifan indera para siswa. Sebagaimana diketahui ada siswa yang lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan, melihat, meraba, mencium, atau diberi kesempatan untuk memanipulasi media/alat bantu yang digunakan. Sesuai dengan variasi tersebut, maka variasi penggunaan alat bantu pengajaran dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Variasi alat bantu pengajaran yang dapat dilihat Penggunaan alat bantu pengajaran yang dapat dilihat merupakan variasi yang kaya dan dapat meningkatkan minat dan perhatian para siswa pada kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Variasi alat bantu pengajaran yang tergolong dalam kelompok ini sangat beragam, seperti gambar-gambar, diagram, grafik, papan, buletin, slide, ukiran, peta, yang semuanya dapat dipakai guru sesuai dengan topik yang sedang dibahas, karakteristik siswa, tujuan pengajaran, ketersediaan alat bantu tersebut, serta yang tak kalah pentingnya, kemampuan guru dalam menggunakannya. b. Variasi alat bantu pengajaran yang dapat didengar Pada umumnya, alat bantu pengajaran yang dapat didengar dapat mendominasi kelas. oleh karena itu, suara guru harus cukup mampu menarik perhatian para siswa. Guru harus mampu memvariasikan suaranya, dari tinggi ke rendah, besar ke kecil sedih ke gembira, keras ke lembut, atau dari cepat ke lambat. Guru dapat pula menggunakan berbagai variasi alat.bantu yang dapat didengar seperti rekaman suara binatang, pidato, atau suara tokoh-tokoh terkemuka. Variasi dapat pula dibuat dengan meminta siswa membaeakan puisi atau wacana tertentu dan bahkan dapat mengundang nara sumber untuk berbicara di depan kelas. c. Variasi alat bantu pengajaran yang dapat diraba dan dimanipulasi Tergolong ke dalam bagian ini antara lain: biji-bijian, model, binatang kecil yang hidup, patung, alat mainan, atau alat-alat laboratorium. Penggunaan alat ini secara tepat akan dapat menumbuhkan dan memelihara minat siswa dalam belajar, agar kegiatan pembelajaran akan menjadi lebih efektif. Kesempatan memanipulasi alat bantu pelajaran sangat langka terjadi, padahal kesempatan tersebut memberi variasi yang sangat bermakna bagi siswa. C. Prinsip Penggunaan Agar variasi dapat berfungsi secara efektif guru perlu memperhatikan prinsip penggunaan sebagai berikut

1. Variasi yang dibuat harus mengandung maksud tertentu, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, karakteristik kemampuan siswa, latar belakang sosiat budaya, materi yang sedang disajikan, serta kemampuan guru menciptakan variasi tersebut. 2. Variasi harus terjadi secara wajar, tidak berlebihan, sehingga tidak mengganggu terjadinya proses belajar. 3. Variasi harus berlangsung secara lancar dan berkesinambungan, hingga tidak merusak susana kelas, dan tidak mengganggu jalannya kegiatan betuja. 4. Komponen-komponen variasi yang memerlukan pengorganisasian dan perencanaan yang baik perlu dirancang secara cermat dan dicantumkan dalam satuan pelajaran. Selain itu, perubahan komponen keterampilan tersebut dapat dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung sesuai dengan balikan yang diterima guru dari siswa serama perajaran berlangsung.

4. Keterampilan MenjeIaskan
A. Pengertian dan Tujuan Istilah menjelaskan sering dikacaukan dengan menceritakan. Misalnya pengalaman berkelana ke berbagai daerah yang diceritakan kepada orang Iain sering dianggap sebagai kegiatan menjelaskan. Dari segi etimologis, kata menjelaskan mengandung makna membuat sesuatu menjadi jelas". Dalam kegiatan menjelaskan terkandung makna pengkajian informasi secara sistematis sehingga yang menerima penjelasan mem-punyul gambaran yang jelas tentang hubungan informasi yang satu dengan yang lain misalnya hubungan informasi yang baru dengan informasi yang sudah diketahui, hubungan sebab-akibat, hubungan antara teori dan praktik, atau hubungan antara dalil-dalil dengan contoh. Dalam kegiatan pembelajaran, pembicaraan guru yang dianggap berpensaruh langsung terhadap sisrva, sering mendominasi kelas. Sebagian besar dari pembicaraan tersebut termasuk dalam kegiatan menjelaskan. egar peinbicaraan yang dianggap guru sebagai "menjelaskan" tersebut dapat mempengaruhi siswa secara positif dan efektif, maka sudah seharusnya seorang guru harus menquasai keterampilan memberi penjelasan. Sebagai satu keterampilan yang bersifat generik, keterampilan menjelaskan seyogianya dikuasai oleh semua guru, terlepas dari tingkat/kelas maupun bidang studi yang diajarkan. Kegiatan menjelaskan bertujuan untuk: 1. membantu siswa memahami berbagai konsep hukum, dalil secara objektif dan bernalar, dan sebagainya 2. membimbing siswa menjawab pertanyaan ,'mengapa,' yang muncul dalam proses pembelajaran, 3. meningka&at keterlibatan siswa dalam memecahkan berba,eai masalah melalui cara berpikir yang lebih sistematis, 4. mendapatkan balikan dari sisrva tentang pemahamannya terhadap konsep yang dijelaskan, dan 5. memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penararan dalam penyelesaian ketidakpastian. Penguasaan keterampilan menjelaskan akan memungkinkan guru untuk: 1. meningkatkan efektivitas pembicaraannya di kelas sehingga benar-benar merupakan penjelasan yang bermakna bagi siswa, 2. memperkirakan tingkat pemahaman siswa terhadap penjelasan yang diberikan, 3. membantu siswa menggali pengetahuan dari berbagai sumber, 4. mengatasi kekurangan berbagai sumber belajar, serta 5. menggunakan waktu secara efektif. B. Komponen-komponen Keterampilan Menjelaskan Keterampilan memberikan penjelasan dapat dikelompokkan menjadi Z bagian besar, yaitu keterampilan merencanakan penjelasan dan keterampilan menyajikan penielasan. Keberhasilan suatu penjelasan sangat tergantung dari tingkat penguasaan guru terhadap kedua jenis komponen keterampilan tersebut. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk mampu merencanakan dan menyajikan penjelasan. 1. Keterampilan Merencanakan Penjelasan Merencanakan penjelasan mencakup 2 subkomponen yaitu yang berkaitan dengan isi pesan atau materi pembelajaran yang akan dijelaskan dan yang berkaitan dengan siswa sebagai penerima pesan. a. Merencanakan isi pesan (materi) Merencanakan isi pesan atau materi pembelajaran merupakan tahap awal dalam proses menjelaskan. Tidak dapat dipungkiri bahwa perencanaan yang matang

tentang materi yang akan dijelaskan merupakan awal keberhasilan dari kegiatan menjelaskan. Perencanaan ini mencakup 3 hal penting: 1) Menganalisis masalah yang akan dijelaskan secara keseluruhan, termasuk unsur-unsur yang terkait dalam masalah itu. Misalnya penjelasan tentang perkembangan. kosakata bahasa Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari unsurunsur komunikasi dan informasi antarsuku bangsa dan antar-bangsa serta ciri khas bahasa Indonesia itu sendiri. 2) Menetapkan jenis hubungan antara unsur-unsur yang berkaitan tersebut. Jenis hubungan dapat berupa perbedaan, pertentangan, saling menunjang, atau hubungan prasyarat. Sebagai contoh, perbedaan tekanan udara menyebabkan terjadinya angin atau udara yang mengalir. 3) Menelaah hukum, rumus, prinsip, atau generalisasi yang mungkin dapat digunakan dalam menjelaskan masalah yang ditentukan. Termasuk dalam perencanaan ini kemungkinan penerapan hokum tersebut dalam peristiwa atau situasi lain. b. Menganalisis karakteristik penerimaan pesan Dalam merencanakan suatu penjelasan karakteristik siswa sebagai penerima pesan perlu dipertimbangkan dengan cermat. Sarana utama penjelasan yang diberikan guru adalah pemahaman siswa atau siswa yang dihadapinya. Mampu tidaknya siswa memahami penjelasan guru sangat tergantung dari kemampuan guru menganalisis karakteristik siswa dan kemudian menerapkan hasil analisis tersebut dalam merencanakan dan menyajikan penjelasan. Karakteristik siswa yang perlu dianalisis antara lain mencakup usia, jenis kelamin, jenjang kemampuan, latar berakang keruarga, dan lingkungan belajar. Dalam merencanakan penjelasan, perbedaan-perbedaan karakteristik siswa yang satu dengan yang lain harus seralu terbayang di benak guru. Agar penjelasan yang direncanakan sesuai dengan karakteristik siswa; tiga pertanyaan berikut perlu dijadikan p"gungu, dalam merencanakan penjelasan. 1) Apakah penjerasan yang diberikan sesuai dengan pertanyaan yang diajukan siswa atau jenjang yang dialami siswa? 2) Apakah penjelasan itu memadai, artinya sesuai dengan kemampuan siswa sehingga siswa mudah menyerapnya, berdasarkan pengetahuan yang sudah dimilikinya? 3) Apakah penjelasan itu sesuai dengan khasanah pengetahuan yang dimiliki siswa pada waktu itu, termasuk di dalamnya khasanah bahasa sebagai alat komunikasi yang dikuasai siswa? 2. Keterampilan Menyajikan penjelasan Keterampilan menyajikan penjerasan memegang peranan penting daram pelaksanaan rencana penjelasan yang sudah baik. Keterampilan menyajikan penjelasan terdiri dari komponen-komponen berikut. a. Kejelasan Kejelasan dari suatu penjelasan tergantung dari berbagai faktor seperti: kelancaran dan kejelasan ucapan dalam berbicara, susunan kalimat yang baik dan benar, penggunaan istilah-istirah yang sesuai dengan perbendaharaan bahasa siswa, serta penggunaan waktu diam sejenak untuk melihat reaksi siswa terhadap penjerasan yang diberikan. Kelancaran dan kejelasan ucapan dalam bericara sangat menentukan kualitas suatu penjelasan. Pembicaraan yagn tersendatlsendat, terlalu banyaknya bunyi yang tidak berfungsi seperti: eee, ah, eh, atau ,,apa ya?, apa ya?", serta ketidakjelasan ucapan sangat mengganggu suatu penjelasan. Istilah-istilah baru yang masih asing bagi siswa hendaknya diberi definisi yang mudah dipahami oleh siswa. Akhirnya, susunan kalimat dengan tatabahasa yang baku, akan sangat membantu siswa untuk memahami penjelasan yang diberikan. b. Penggunaan contoh dan ilustrasi

Suatu penjelasan akan menjadi lebih menarik dan mudah dipahami jika disertai dengan contoh dan ilustrasi yang tepat. Konsep yang sulit dan kompleks dapat dipermudah dengan pemberian contoh dan ilustrasi yang diambil dari kehidupan nyata para siswa. contoh-contoh dapat berupa contoh konkret dalam kehidupan, dapat pula berupa ilustrasi yang diambil dari bidang lain yang kira-kira mudah dipahami oreh siswa. Pemberian contoh mutlak perlu dalam penjelasan berbagai hukum dan dalil atau pernyataan umum. pola pemberian contoh dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu pola induktif dan pola deduktif. Dalam pola induktif, contoh-contoh diberikan terlebih dahulu; kemudian berdasarkan contoh-contoh tersebut, dalil, hukum, ataupun generalisasi disusun. Sedangkan dalam pola deduktif, dalil, hukum, atau generalisasi diberikan lebih dahulu; kemudian baru diikuti oleh contoh-contoh. pola yang dianut tentu harus sesuai dengan bidang studi, topik yang dibahas serta karakteristik siswa. Akhirnya perlu diperhatikan bahwa penggunaan kata-kata yang menunjukkan keterkaitan antara konsep, dalil, hukum dengan contoh-contoh sangat perlu diperhatikan oleh guru, kata/ungkapan tersebut misalnya: "jika .... maka .....", akibatnya, sehingga, jadi, di samping itu, atau selanjutnya. Jika katalungkapan penghubung itu dipakai dengan tepat, penjelasan yang diberikan guru akan menjadi sangat jelas serta siswa akan memahami keterkaitan konsep-konsep yang dijelaskan. c. Pemberian tekanan Dalam memberikan penjelasan, sering terjadi guru berbicara panjang lebar tentang hal-hal yang sebenarnya sangat tipis kaitannya dengan masalah pokok yang dijelaskan. Akibatnya, setelah berakhirnya penjelasan, siswa tidak tahu apa sebenarnya yang dijelaskan oleh guru. Dengan perkataan lain, siswa, tidak dapat menangkap inti permasalahan yang dijelaskan. Untuk menghindari terjadinya har-har seperti tersebut di atas, guru hendaknya memberi tekanan pada "inti masalah" yang dijelaskan, serta membatasi diri dalam menyampaikan cerita-cerita sampingan. Ada dua sub-keterampilan yang harus dikuasai oleh guru dalam memberikan tekanan, yaitu mengadakan "variasi gaya mengajar", serta membuat struktur sajian. variasi gaya mengajar memberi peruang bagi guru untuk mengubah suara ketika mengucapkan butir-butir penting disertai mimik dan gerak yang sesuai. Misalnya guru mengucapkan inti masalah dengan nada berat dalam, sambil menunjuk kepada gambar/tulisan yang berkaitan dengan masalah tersebut. Struktur sajian yang dibuat guru akan membantu siswa memahami arah sajian/penjelasan yang diberikan. Struktur sajian dapat dibuat dalam bentuk ikhtisar, pengulangan, parafrase (menyatakan kembali dengan kata-kata/kalimat lain), serta dengan memberi isyarat lisari seperti pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Cara seperti ini mencerminkan tertatanya secara sistematis masalah yang dijelaskan guru sehingga, siswa mudah memahaminya. Di samping itu, dalam memberikan tekanan, guru, dapat menggunakan isyarat ungkapan lain, seperti: "perhatikan ini baik-baik", "yang terpenting adalah ...." atau "puncak dari semuanya ini adalah .....". d. Balikan Tujuan utama guru dalam memberikan penjelasan adalah agar siswa memahami masalah yang dijelaskan oleh guru. Oteh karena itu, selama memberikan penjelasan, guru hendaknya meluangkan waktu untuk memeriksa pemahaman para siswa dengan cara mengajukan pertanyaan atau melihat ekspresi wajah siswa setelah mendengarkan penjelasan guru. Dengan cara seperti ini, guru akan mendapatkan balikan dari penjelasan yang diberikan. Berdasarkan balikan tersebut, guru hendaknya mengubah teknik penjelasannya, misalnya dengan memberi rebih banyak contoh, meminta siswa mencari contoh sendiri menggunakan bahan yang lebih sederhana, atau mengulangi penjelasan tentang masalah yang belum dipahami oleh siswa. Perlu ditambahkan bahwa tingkat pemahaman siswa tidak dapat dipisahkan dari minat dan sikap siswa, terhadap hal yang dijelaskan. Hal atau masalah yang menarik dan dianggap bermanfaat oleh siswa akan lebih mudah dipahami dibandingkan dengan hal-hal yang membosankan dan dianggap tidak bermanfaat. Oleh karena itu,

dalam menjaring balikan, guru hendaknya juga menjaring sikap dan minat siswa terhadap masalah/topic yang dijelaskan. C. Prinsip Penggunaan Dalam memberikan penjelasan, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut. 1. Memperhatikan kaitan antara yang menjelaskan (guru), yang mendengarkan, dan bahan yang dijelaskan. Ketiga komponen ini harus mempunyai kaitan yang jelas, sehingga bahan yang dijelaskan guru sesuai dengan khasanah pengalaman dan latar belakang kehidupan siswa. 2. Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah dan akhir pelajaran, tergantung dari munculnya kebutuhan akan penjelasan. 3. Penjelasan yang diberikan harus bermakna dan sesuai dengan tujuan pelajaran. 4. Penjelasan dapat disajikan sesuai dengan rencana guru atau bila kebutuhan akan suatu penjelasan muncul dari siswa, misalnya jika siswa mengajukan suatu pertanyaan yang memerlukan penjelasan. Dengan memperhatikan prinsip penggunaan tersebut di atas, seorang guru diharapkan dapat merencanakan dan menyajikan penjelasannya secara lebih efektif.

5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran


A. Pengertian dan Tujuan Secara umum dapat dikatakan bahwa keterampilan membuka pelajaran adatah keterampilan yang berkaitan dengan usaha guru dalam memulai kegiatan pembelajaran; sedangkan keterampilan menutup pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan dengan usaha guru dalam mengakhiri pelajaran. Dari pengertian di atas mungkin ada anggapan bahwa kegiatan membuka dan menutup. Pelajaran hanya terjadi pada awal dan akhir pelajaran. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Kegiatan membuka dan menutup pelajaran dapat terjadi beberapa kali selama kegiatan pembelajaran berlangsung, yaitu pada awal dan akhir setiap penggal kegiatan. Misalnya pada satu kegiatan belajar dibahas beberapa topik. Pada awal dan akhir pembahasan setiap topik guru dapat melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran. Dari penjelasan tersebut di atas dapat dipahami bahwa kegiatan membuka pelajaran merupakan kegiatan menyiapkan siswa untuk memasuki inti kegiatan,sedangkan kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan untuk memantapkan atau menindaklanjuti topic yang telah dibahas. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan administrasi dan pengelolaan seperti mbngisi daftar hadir, menyiapkan alat-alat pelaj aran, atau mengamati buku-buku pelajaran, tidak termasuk dalarn kegiatan membuka dan menutup pelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan membuka dan menutup pelajaran adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan langsung dengan pembahasan materi pelajaran. Tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan keterampilan membuka pelajaran adalah: 1 . menyiapkan mental siswauntuk memasuki kegiatan inti pelaj aran, 2. mernbangkitkan motivasi dan perhatian siswadalammengikuti pelajaran, 3. memberikangambmanyangjelastentangbatas-batastugas yangharus dikerjakansiswa, 4. menyadarkan siswa akan hubungan antara pengalaman/bahan yang sudah dimiliki/ diketahui dengan yang akan dipelaj ari, serta 5. memberikan gambarantentang pendekatan ataukegiatan yang akan diterapkan atau dilaksanakan dalam kegiatan belajar. Tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan keterampilan menutup pelajaran adalah: 1. memantapkan pemahaman siswa terhadap kegiatan belajar yang telah berlangsung, 2. mengetahui keberhasilan siswa dan guru dalam kegiatan pembel jaran yang telah dijalani, serta 3. memberikan tindak lanjut untuk mengembangkan kemampuan yang baru saja dikuasai. Melihat pentingnya tujuan-tujuan tersebut di atas, kiranya dapat dipahami betapa pentingnya keterampilan membuka dan menutup pelajaran bagi seorang guru. Kelalaian membuka dan menutup pelaj aran akan menjurus kepada tidak terarahnya kegiatan pembelajaran dan tidak tertatanya kemampuan yang dimiliki siswa. Alasan lupa kekurangan waktu sering menyebabkan guru langsung memulai kegiatan inti, sehingga banyak siswa yang belum siap menerimanya. Demikian pula pada akhir pelajaran, guru sering lupa menutup pelajaran sebelum meninggalkan kelas sehingga murid ataupun guru tidak tahu keberhasilannya dalam kegiatan pembelajaran yang baru saja dijalaninya. Dengan ulasan seperti tersebut di atas, kiranya guru dapat memotivasi diri untuk menguasai keterampilan membuka dan menutup pelajaran.

B. Komponen Keterampilan Membuka dan Menufup pelajaran 1. Membuka Pelajaran Sebagaimana dikemukakan pada butir A, kegiatan membuka pelajaran dapat dilakukan pada setiap awal penggal kegiatan. Komponen keterampilan dikuasai guru dalam membuka pelajaran adalah sebagai berikut. a. Menarik perhatian siswa Menarik perhatian siswa merupakan langkah awal dalam membuka pelajaran. Menarik perhatian dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berikut. 1) Memvariasikan gaya mengajar guru, misalnya dengan memvariasikan suara dari rendah ke tinggi, dengan mengubah posisi guru, (misalnya berpindah dari depan ke tengah), atau dengan gerak dan mimik muka. 2) Menggunakan alat-alat bantu mengajar yang dapat menarik perhatian siswa misalnya menggunakan gambar-gambar yang menarik, metode-metode yang relevan, atau diagram yang mengundang keinginan bertanya para siswa. 3) Penggunaan pola interaksi yang bervariasi Fola interaksi yang bervariasi, misalnya pemberian tugas singkat yang harus dikerjakan secara individual akan dapat menarik perhatian para siswa. Demikian pula jika pada penggal pertama pelajaran para siswa lebih banyak berinteraksi dalam kelompok kecil, murgkin perhatian siswa akan dapat dipertahankan jika pada penggal berikutnya guru berinteraksi secara klasikal atau perorangan. Pola interaksi yang monoton, misalnya klasikal secara terus-menerus akan menurulkan perhatian para siswa. b. Menimbulkan motivasi Salah satu tujuan membuka pelajaran adalah membangkitkan motivasi siswa untuk mempelajari atau memasuki topiklkegiatan yang akan dibahas atau dikerjakan. Oleh karena itu guru hendaknya berusaha membangkitkan motivasi siswa pada setiap awal pelajaran atau awal penggal kegiatan. Cara menimbulkan motivasi ada bermacammacam, di antaranya seperti berikut. 1) Sikap hangat danantusias Kehangatandankeantusiasanyangditurjukkangurumerupakmawaldarimgnculnya keinginan siswa untuk belajar. Sikap hangat bersahabat dan penuh semangat yang tercermin dari penampilan guru di depan kelas akan sangat berpengaruh bagi tinggi rendahnya motivasi siswa terhadap kegiatan pembelaj aran yang akan dijalani. 2) Menimbulkan rasaingintahu Rasa ingin tahu merupakan alasan yang cukup ampuh bagi seseorang dalam mempelajari sesuatu. Rasa lngin tahu akan mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu agar rasa ingin tahunya terpenuhi. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan rasa ingin tahu ini ketika memulai pelajaran atau pada awal setiap penggal pelajaran. Ada berbagai cara yang dapat ditempuh guru untuk membangkitkan rasa ingin tahu, seperti mengemukakan cerita yang mengundang pertanyaan,mendemonstrasikan sesuatu yang baru, atau memperlihatkan benda/model/gambar, yang semuanya kemudian diikuti oleh pertanyaanpertanyaan. 3) Mengemukakanide yangbertentangan Ide yang bertentangan biasanya menggugah pendengar untuk bertanya atau mengajukan pendapatnya. Oleh karena itu, ide-ide yang bertentangan dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari atau kenyataan-kenyataan dalam masyarakat yang langsung berkaitan dengan topik yang akan dibahas sangat baik dipakai untuk menimbulkan motivasi siswa. Misalnya dalam lPS dikemukakan bahwa perjuangan hidup dikota sangat keras dan sukar,tetapi mengapa banyak orang yang ingin pindah ke kota? Atau dalam pelajaran IPA di kelas III dikemukakan bahwa meskipun mobil dapat bergerak, mobil bukan merupakan makhlukhidup.

4) Memperhatikanminatsiswa Minat siswa terhadap satu topik atau kegiatan sangat berkaitan erat dengan keinginannya untuk mempelajari / mengikuti topik / kegiatan tersebut. Oleh karena itu, dalam memilih topik atau merancang kegiatan, guru hendaknya selalu memperhatikan minat siswa. Minat siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti latar belakang sosial, jenis kelamin, umur, dan lingkungan. Untuk mengetahui minat siswa secara tepat, guru hendaknya memperhatikan faktor-faktor tersebut. c. Memberi acuan Memberi acuan dalam usaha membuka pelajaran bertujuan untuk memberikan gambaran singkat kepada siswa tentang berbagai topik atau kegiatan yang akan dipelajari siswa dalam pelajaran tersebut. Acuan dapat diberikan dengan berbagai cara seperti berikut. 1) Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas Tujuan pelajaran dan ruang lingkup materi yang akan dibahas serta batas-batas tugas yang dikemukakan guru pada awal pelajaran akan memungkinkan siswa mendapat gambaran yang jelas tentang apa yang akan dihayatinya dalam pelajaran tersebut. 2) Menyarankanlangkah-langkah yang akan dilakukan Penjelasan tentang langkah-langkah yang harus dilakukan siswa dalam mengerjakan tugas-tugas akan membuat kegiatan menjadi terarah. Misalnya ketika akan melakukan suatu percobaan guru menuliskan langkah-langkah yang harus diikuti siswa agar percobaan berlangsung secara benar. 3) Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas Hal ini dapat dilakukan guru dengan mengingatkan siswa untuk menemukan halhal positif maupun hal-hal negatif dari sifat, konsep atau topik yang akan dibahas. Dengan mengingatkan akan hal-hal tersebu! siswa akan mempunyai gambaran yang jelas tentang hal-hal yang perlu diperhatikannya ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. 4) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan Guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada awal pelajaran yang bertujuan untuk mempersiapkan siswa mengantisipasi materi yang akan dibahas misalnya sebelum melakukan satu demonstrasi tentang cara mencangkok, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membanfu siswa memahami cara mencangkok yang akan didemonstrasikan. d. Membuatkaitan Salah satu aspek yang membuat pelajaran jadi bermakna adalah jika pelajaran tersebut dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. usaha guru urtuk mengkaitkan pelajaran baru dengan pelajaran lama sering disebut sebagai menyajikan bahan apersepsi yang dilakukan pada awar pelajaran. Dalam hal ini guru berusaha mengkaitkan materi baru dengan pengetahuan,pengalaman, minat serta kebutuhan siswa misalnya: meninjau kembali pemahaman siswa tentang aspekaspek yang telah diketahui dari materi baru yang akan dijelaskan, member kaitan materi baru dengan materi yang sudah diketahui siswa atau bila konsep yang akan dijelaskan sama sekali baru, maka konsep ini dijelaskan dulu secara rinci.

2. Menutup Pelajaran Kegiatan menutup pelajaran dilakukan pada setiap akhir penggal kegiatan. Agar kegiatan menutup pelajaran dapat berlangsung secara efektif, guru diharapokan menguasi cara menutup pelajaran sebagai berikut. a. Meninjau kembali (mereviu) Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap inti pelajaran, pada setiap akhir penggal kegiatan guru hendaknya melakukan peninjauan kembali tentang

penguasian siswa. Hal inidapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu merangkum dan atau membuat ringkasan inti pelajaran. 1) Merangkum inti pelajaran Kegiatan merangkurn inti pelajaran pada dasamya berlangsung selama proses pembelajaran. Misalnya ketika selesai menj elaskan satutopik guru meminta siswa merangkum topik yang telah dib ahas. Rangkuman dapat juga dibuat oleh guru atau oleh siswa dengan bimbingan guru. 2) Membuat ringkasan Membuat ringkasan merupakan suatu cara untuk memantapkan penguasaan siswa terhadap inti pelaj aran. Ringkasan dapat dimanfaatkan oleh siswa sebagai catatan ringkas yang dapat dipelajari kembali, baik oleh siswa yang memiliki buku sumber maupun oleh yang tidak memilikinya. Sebagaimana halnya dengan rangkuman, ringkasan dapat dibuat oleh siswa (misalnya setelah membaca satu bab dari buku yang diwajibkan, guru meminta siswa menyebutkan inti pelajaran dan guru menuliskannya dipapan tulis). Ringkasan dapat juga dibuat oleh guru misalnya ketika menjelaskan terjadinya perubahan wujud benda, guru membuat bagan perubahan itu di papan tulis, atau ketika membahas sebuah cerita guru menuliskan pelaku, tempat kejadian, dan jalan cerita. Hal ini dapat dikerjakan bersama siswa. b. Menilai(mengevaluasi) penggal kegiatan atau akhir satu pelajaran dapat ditutup dengan menilai penguasaan siswa tentang pelajaran yang telah dibahas. Penilaian dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut. 1) Tanya-jawab secara lisan, yang dilakukan guru kepada siswa secara perorangan, kelompok, atau klasikai. Misalnya setelah membahas tentang akibatpotrusi bagi makhlukhidup, guru memberikan pertanyaan yang jawabannya harus didiskusikan oleh kelompok. 2) Mendemonstrasikan keterarnpilan, misalnya meminta siswa menunjukkan bagan model yang dibuatnya atau meminta siswa membacakan puisi yang baru saja ditulisnya. 3) Mengaplikasikan ide baru,misalnya dengan meminta siswa menyelesaikan soalsoal matematika menggunakan rumus yang baru saja dibahas. 4) Menyatakan pendapat tentang masalah yang dibahas. Dalam hal ini guru meminta siswa memberikan pendapatnya tentang inasalah yang baru saja dibahas, baik pendapat itu berupa pendapat perorangan, maupun pendapat kelompok. 5) Memberikan soai-soaltertulis yang dikerjakan oleh siswasecaratertulis pula. C. Prinsip-prinsip Penggunaan Sebagaimanahalketerampilanyanglain, penerapan keterarnpilan membuka dan menutup pelajaran harus mengikuti prinsip tertentu. Tanpa memperhatikan prinsip tersebut, kegiatan membuka dan menutup pelajaran tidak akan berlangsung secara efektif. Prinsip tersebut adalah: bermakna dan berurutan serta berkesinambungan. 1. Bermakna Kegiatan yang dilakukan dalam membuka dan menutup pelajaran haruslah bermakna, artinya relevan dengan materi yang akan dibahas dan sesuai dengan karakteristik siswa sehingga mampu mencapai tujuan yang diinginkan, seperti menarik perhatian, meningkatkan motivasi, memberi acuan, membuat kaitan, mereviu ataumenilai. Cara yang terlalu dibuat-buat misalnya menceritakan lelucon yang membuat siswa tertawa terbahak-bahak sama sekali tidak ada hubungannya dengan pelajaran yang akan dibahas, tidak akan efektif untuk menarik perhatian siswa ataupun untuk meningkatkan-motivasi siswa ataupun jika guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan diluar inti pelqiaran yang telahdibahas, tentu tujuan guru untuk menilai pemahaman siswa tidak akan berhasil.

2. Berurutan dan berkesinambungan Membuka dan menutup pelajaran merupakan bagian yang utuh dari kegiatan pembnelajaran, dan bukankegiatan yang lepasp-lepas dan berdiri sendiri. Oleh karena itu, guru hendaknya selalu menjaga agar prinsip berurutan dan berkesinambungan ini terwujud didalam kelas. Dalam hal ini,guru hendaknya berusaha membuat susunan kegiatan yang tepat,yang sesuai dengan minat, pengalaman, dan kemampuan siswa serta jalas kaitannya antar satu denga yang lain. Misalnya ketika memulai pelajaran guru menceritakan suatu kejadian sambil berdiri di tengah-tengah kelas, kemudian langsung meneruskan cerita tersebut dengan topik inti yang dibahas karena cerita tersebut memang berkaitan erat dengan kegiatan membahas topik inti tersebut.

6. Keterampilan Memhimhing Diskusi Kelompok Kecil


A. Rasional Sila ketiga dari Pancasila berbunyi: "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebf aksanaandalampermusyawaratanperwakilan',. silainimlngisyaratkankepada kita bahwa musyawarah dan mufakat merupakan ciri khas kehidupan bangsa Indonesiayangditerapkanuntukmenghasilkanberbagaikeputusan. Agarprosesmusyawarah danmufakatdapatberlangsungsecaraefektifsehinggamampumenghasiltankeputusanyang bermanfaat, maka anggota-anggota musyawarah haruslah memiliki keteiampilan bermusyawarah. Oleh karena setiap warga negara pasti akan terlibat dalam musyawarah untuk menghasilkan mufakat datam berbagai aspek kehidupanny4 maka adalah sangat beralasanjikasetiapwarganegaramemilikiketerampilanbermusyawarah. Denganketerampilan ini, s etiap warga negara akan mampu terlib at dalam musyawarah baik di tingkat keluargq masyarakat, sekolah, maupun di tingkat yang lebihtinggi. Untuk menguasai keterampilan bermusyawarahatauberdiskusi diperlukanlatihansecarasistematiskarenaketerampilanini tidakdibawasejaklahir. Olehkarenaitu, gurudiharapkanmemberikanketerampilankepada parasiswanyauntukberlatihmenguasaiketerampilanini denganketerlibatanlangsungdalam berbagai diskusi kelomp ok. Alasanpentingnyadiskusi kelompok di dalamkelas berkaitan denganpendekatan CBSA yang menuntut keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan perkataan lain, dominasi guru di dalam kelas haruslah dikurangi sehinggatersedia kesempatan bagi siswa untukberpartisipasi secaraaktif. Salah satucarayang dapatdilakukangurudalamkiitanini adalahmemberikankesempatankepadasiswauntukberdiskusi kelompok. Melalui diskusi kelompok diharapkandapatberpikirsecaralebihkritissertamampumengungkapkanpikiran dan perasaannya dengan baik. Alasanlainnya, adalahterdapatnyabeberapatujuanpendidikan yangjauhlebih efektif tercapaijikadilakukanmelalui diskusikelompok. Tujuan-tujuantersebutadalahtujuan-tujuan dalam ranah keterampilan serta nilai dan sikap. Misalnya keterampilan berbicara, mengungkapkanpendapaf keterampilanberbahasa, sopansanturdalammengajukanperbedaan pendapat, sertaketerampilan berinteraksi sosial, akanj auh lebih efektifpencapainnyajika dilakukan melalui diskusi kelompok. Berdasarkan alasan-alasan di atas kiranya Anda dapat memahami bahwa diskusi kelompok kecil seyogianya ada di dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru berkewajiban untuk membimbing kegiatan diskusi kelompok kecil tersebut. Meialui

You might also like