You are on page 1of 7

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Anak jalanan adalah istilah yang sudah sangat akrab bagi kita. Manakala menyebut anak jalanan, perhatian kita akan tertuju pada sosok-sosok kumuh, dekil, liar, nakal dan selalu hadir di perempatan jalan, tumpukan sampah, pusat-pusat hiburan, keramaian atau terminal-terminal. Sosok anak jalanan, hingga kini merupakan manusia yang menempati kedudukan sangat hina di mata masyarakat umum. Penampilannya yang jorok, ekonomi keluarganya yang miskin, lingkungan pemukimannya di daerahdaerah kumuh atau bahkan sama sekali tidak mempunyai tempat tinggal tetap, perangainya yang liar dan sering melakukan kejahatan dan kekerasan lain anak jalanan, menyebabkan pandangan masyarakat terhadapnya sangat rendah. Ironisnya lagi, masyarakat bahkan tidak menganggap mereka sebagai manusia lazimnya. Sebab dalam anggapan mereka, anak jalanan adalah sampah yang tidak lagi mempunyai masa depan, tidak bisa diharapkan sebagai generasi penerus pembangunan dan tidak mempunyai manfaat bagi masyarakat (Frans van Dijk, 1993;11). Kota Makassar merupakan salah satu kota yang tak lepas dari keberadaan anak jalanan, disetiap pemberhentian kendaraan di lampu merah, kita dapat menyaksikan kerumunan anak jalanan yang sedang menjual koran, menjual makanan atau pun sekedar meminta sedekah. Hidup di bawah garis kemiskinan menyebabkan mereka harus menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan, menjajakan minuman, berjualan koran, ataupun menjadi seorang tukang parkir untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka juga sangat rentan terhadap berbagai jenis kejahatan, seperti kekerasan, penculikan, maupun pelecehan seksual. Perilaku atau kebiasaan lain yang muncul pada anak-anak jalanan ialah berusaha mencari uang dengan cara apa saja sehingga sering berganti pekerjaan, (termasuk pekerjaan yang tidak terpuji, misalnya : mencopet, merampas, menodong, dan sebagainya), rawan terhadap obat-obatan terlarang, minuman keras, dan zat-zat adiktif lainnya. Semua hal ini akan berdampak pada kemerosotan moral pada anak.

Pemerintah melalui berbagai usaha telah berupaya untuk mengatasi masalahmasalah yang berkaitan dengan anak jalanan, diantaranya melalui program rumah singgah, mobil sahabat, dan pondokan (boarding house). Salah satu upaya yang membawa dampak positif adalah program rumah singgah bagi anak-anak jalanan. Dalam salah satu berita yang dimuat pada Koran Jakarta, Minggu, 18 Juli 2010, dengan judul Bersandar pada Rumah Singgah, dituliskan tentang Rumah Singgah sebagai salah satu upaya untuk mengurangi jumlah anak jalanan dengan cara memberikan fasilitas pendidikan, dan hunian secara gratis kepada anak jalanan dan mendidik mereka menjadi anak mandiri, sehingga setelah itu mereka dapat memperoleh tingkat kehidupan yang lebih baik.

1.2

PENGERTIAN JUDUL Rumah Singgah untuk Anak Jalanan di Makassar adalah tempat pemusatan sementara yang bersifat non formal yang memberikan suasana pusat resosialisasi bagi anak yang berusia 6 - 15 tahun yang menghabiskan seluruh ataupun sebagian besar waktunya di jalanan untuk bermain maupun bekerja (anak jalanan), terhadap sistem nilai dan norma di masyarakat, dimana anak-anak akan bertemu dengan pihak-pihak yang akan memberikan pembinaan awal sebelum dirujuk ke dalam proses pembinaan lebih lanjut yang bertempat di Kota Makassar.

1.3

RUMUSAN MASALAH

1.3.1 Umum Rumusan masalah secara umum mencakup: a. Model pembelajaran yang akan diberikan pada Rumah Singgah dan materi ataupun keterampilan-keterampilan apa yang akan diberikan pada anak-anak jalanan, yang tentunya akan berguna bagi kehidupan mereka nantinya. b. c. Kriteria anak jalanan yang akan ditampung di dalam Rumah Singgah. Sumber dana dan pengelola Rumah Singgah. Arsitektur

1.3.2

Rumusan masalah dalam lingkup Arsitektur mencakup beberapa hal, yaitu:

a.

Menentukan lokasi dan tapak yang sesuai untuk pembangunan Rumah Singgah yang diperuntukkan bagi anak-anak jalanan di kota Makassar, dengan pertimbangan keberadaan anak-anak jalanan, sehingga nantinya bangunan ini akan mudah dicapai dan layak untuk sarana pendidikan dan hunian sementara.

b.

Menganalisa program dan kebutuhan ruang yang menunjang terciptanya Rumah Singgah yang layak dan bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan pendidikan dan keterampilan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh anak jalanan.

c.

Menganalisa pola hubungan ruang yang menciptakan suatu pola perilaku positif, dimana anak-anak jalanan akan mudah dalam pengawasan, dan mendapatkan perhatian serta perlindungan yang juga disesuaikan dengan karakteristik kehidupan anak dijalanan yang cenderung menyukai kehidupan bebas.

d.

Mendesain bangunan Rumah Singgah dengan konsep arsitektur berkelanjutan (Sustainable Architecture), sehingga bangunan bukan hanya bermanfaat bagi lingkungan sosial, tapi juga bermanfaat bagi lingkungan alam. Konsep ini juga mengajarkan kepada anak-anak untuk lebih mencintai lingkungan.

1.4 1.4.1

TUJUAN DAN SASARAN PEMBAHASAN Tujuan Rumah singgah merupakan suatu upaya positif untuk membina dan mengarahkan anak-anak jalanan. Secara umum tujuan dibentuknya rumah singgah adalah membantu anak-anak jalanan mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sedangkan secara khusus tujuan rumah singgah adalah (Retno LSM Seroja, 2009) :

a.

Membentuk kembali sikap dan perilaku anak yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

b.

Mengupayakan anak-anak kembali ke rumah jika memungkinkan atau ke panti dan lembaga pengganti jika diperlukan.

c.

Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi masyarakat yang produktif.

1.4.2

Sasaran

Rumah singgah ditujukan kepada anak-anak berusia 6 sampai 15 tahun yang setiap harinya bekerja di jalanan, baik itu sebagai penjual koran, pengemis, dan sebagainya. Mereka adalah anak-anak yang sebagian besar tidak terpenuhi haknya, karena harus melakoni aktifitas yang tidak seharusnya sebagai seorang anak.

1.5

MANFAAT Perencanaan dan perancangan Rumah Singgah yang berada di kota Makassar ini akan bermanfaat bagi banyak pihak diantaranya:

a.

Anak-anak jalanan khususnya akan merasakan manfaat dari keberadaan rumah singgah ini, mereka akan terbantu dan terpenuhi haknya sebagai anak yang berhak mendapatkan pendidikan dan keterampilan yang layak. Selain itu bagi orang tua anak jalanan juga akan memudahkan mereka sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk menyekolahkan dan memberikan bimbingan keterampilan bagi anaknya.

b.

Pemerintah sendiri akan merasakan manfaat dari keberadaan rumah singgah ini, program ini akan membantu upaya pemerintah untuk mengurangi anak jalanan dan menjadikan mereka sebagai generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mandiri, selain itu juga akan berdampak pada berkurangnya kemiskinan.

c.

Manfaat lain bagi masyarakat adalah mereka tidak akan merasa terganggu lagi dengan keberadaan anak-anak ini dijalanan, selain itu rumah singgah juga dapat menjadi tempat yang baik bagi masyarakat yang peduli terhadap anak jalanan, di rumah singgah mereka dapat mengabdikan diri sebagai pekerja sosial maupun sebagai donatur.

1.6

LINGKUP PEMBAHASAN Pembahasan ditekankan pada :

1.

Pola hubungan ruang dengan tinjauan arsitektur, yaitu bangunan dengan fungsi pendidikan non-formal dan unit hunian, seingga tercipta hubungan yang positif antara sesama penghuni bangunan dan antara penghuni dan lingkungannya.

2.

Konsep bangunan dan material yang digunakan sesuai dengan konsep arsitektur berkelanjutan (Sustainable Architecture), yang menciptakan sebuah bangunan yang aman dan nyaman bagi penghuninya.

3.

Bentuk bangunan berkaitan dengan penerapan tema, sehingga memunculkan semangat dan filosofi bangunan.

Pembahasan dibatasi pada : 1. 2. Menghasilkan acuan perancangan fisik sesuai dengan yang ingin dicapai. Prioritas pembahasan ditekankan pada pemenuhan kebutuhan fasilitas dan fungsi.

1.7 1.7.1

METODE PEMBAHASAN Tahap Perumusan Masalah Mengidentifikasi masalah melalui studi literatur dan observasi berdasarkan kenyataan yang ada, data-data diperlukan untuk menunjang proses perencanaan dan

pembangunan adalah: a. Data Lapangan Data lapangan adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan dengan metode pengamatan dan wawancara, data yang diperlukan adalah: 1) 2) 3) Data mengenai konsidi fisik dan non fisik lokasi Data mengenai kondisi perilaku anak jalanan melalui pengamatan langsung Data mengenai keterampilan-keterampilan yang dimiliki dan diminati oleh anak-anak jalanan b. Data Literatur Data literatur yaitu data yang mencakup teori-teori, pendapat para ahli dan pengamat di bidangnya yang didapat dari literatur acuan dan tinjauan pustaka. Data-data literatur yang diperlukan antara lain: 1) 2) 3) 4) c. Data-data tentang masalah anak jalanan dan penanganannya Data-data tentang tempat pelatihan termasuk konsep arsitektur yang digunakan Data-data tentang perilaku dan karakter anak jalanan Data-data tentang standarisasi rumah singgah Data Pembanding

Data Pembanding adalah data yang membahas tentang perbandingan desain bangunan yang telah ada dengan desain bangunan yang akan direncanakan, data-data tersebut meliputi struktur organisasi, usia pengguna, waktu operasional, fasilitas bangunan, kebutuhan ruang, dan tata ruang. Diharapkan dari perbandingan data tersebut dapat diambil kekurangan dan kelebihan sebagai pertimbangan atau referensi dalam perancangan.

1.7.2

Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah :

a.

Studi pustaka, yaitu dengan melakukan studi data-data pustaka untuk mendapatkan data sebagai landasan teori, baik melalui artikel, jurnal ilmiah, buku, maupun internet.

b.

Studi lapangan, yaitu dengan mengadakan penelitian pada beberapa rumah singgah untuk mendapatkan data lapangan melalui pengamatan dan wawancara dengan pihak LSM yang mengelola rumah singgah ataupun pada anak-anak jalanan itu sendiri.

1.7.3

Metode Pengolahan Data Data-data yang telah didapat dan terkumpul akan diolah sebagaimana data yang diperlukan akan dicantumkan pada laporan dan data yang tidak perlu sebagai pelengkap dan wawasan bagi penulis, sehingga laporan dapat dibuat sesempurna mungkin sesuai kemampuan penulis. Kemudian data yang diambil akan dibagi menjadi beberapa bagian sebagai sub-sub pembahasan berdasarkan judul, perencanaan, utilitas, serta elemen penunjang (Aswar, Saifuddin. Rehabilitasi dan Validasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1997)

1.7.4

Metode Analisa Data Data yang telah di dapatkan akan diolah dan kemudian akan menjadi alternatif pemecahan dalam desain bangunan, sehingga desain akan dapat diperbandingkan dengan keadaan sebenarnya dan dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhannya.

1.8

SISTEMATIKA PEMBAHASAN BAB 1 PENDAHULUAN

Menyajikan tentang : Pengertian Judul, Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Sasaran Pembahasan, Manfaat, Lingkup Pembahasan, Metode Pembahasan, dan Sistematika Pembahasan.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan tentang anak jalanan. Tinjauan tentang bentuk dan kegiatan yang ada di dalam Rumah Singgah. Studi banding terhadap beberapa Rumah Singgah yang telah ada.

BAB 3

GAMBARAN UMUM

Gambaran umum mengenai kondisi Kota Makassar dan populasi anak jalanan di Kota Makassar. Gambaran umum mengenai rumah singgah, terkait pelaku, aktifitas, kebutuhan ruang serta sarana dan prasarana di dalamnya.

BAB 4

KESIMPULAN

Berisi kesimpulan dan rekomendasi yang berkaitan dengan studi literatur dan studi kasus pada pembahasan terdahulu yang dijadikan sebagai titik tolak dan konsep perancangan.

BAB 5

ACUAN DASAR PERANCANGAN

Berisi analisis konsep makro dan mikro dengan penekanan pada konsep arsitektur dan mengemukakan gagasan-gagasan yang akan diwujudkan dalam gambar teknis. Analisa berdasarkan permasalahan untuk merumuskan perencanaan bangunan sesuai dengan fungsi sasaran dan kaitannya dengan sistem struktur, utilitas, dan landscape.

You might also like