You are on page 1of 12

Operasi Jaringan Distribusi 20 KV Di Area Semarang

Operasi Jaringan Distribusi 20 KV Di Area Semarang Dimas Bagus Dwi Kartika Diploma III Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang Abstract - To be improve services in the supply of electricity to customers. PLN needs to take several steps, including maintaining the reliability of the operating system on the primary 20 KV feeder. Some operational of activities such as maneuvering the distribution network, medium voltage (JTM 20 KV), until the determination medium voltage distribution network system 20KV. In this case the medium voltage network should still be able to supply the required power to the abnormal condition of the electric power grid. Disorder that occurs frequently is temporary or permanent must be handled quickly in order to improve service to customers, then the necessary action in accordance with Standard maneuver Operation Procedure (SOP) and medium voltage network equipment reliable operation. Opening and closing operations can occur several times, so the continuity will be held responsible. Keywords: Medium Voltage Network (JTM 20 KV), Distribution Operations I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mendapatkan tenaga listrik yang handal mengingat gangguan yang terbanyak dalam sistem tenaga listrik terdapat dalam jaringan distribusi, khususnya pada jaringan tegangan menengah 20 kV diperlukan suatu system jaringan distribusi, penghindaran dari gangguan - gangguan yang menyebabkan sebagian besar pemadaman jaringan distribusi khususnya pada jaringan tegangan menengah 20 kV Keandalan adalah penampilan unjuk kerja suatu peralatan atau sistem sesuai dengan fungsinya dalam periode waktu dan kondisi operasi tertentu. Terdapat empat faktor yang penting dalam keandalan tersebut, yaitu: probabilitas, unjuk kerja sesuai dengan fungsinya, periode waktu dan kondisi operasi. Mengingat pentingnya fungsi salah satu sub sistem dari sistem penyaluran tenaga listrik terutama dalam hal ini adalah saluran distribusi maka perlunya diperhatikan kriteria dan kaidah atau spesifikasi standar dan kriteria, baik material, peralatan dan sistem, akan dicapai suatu sistem dengan keandalan yang tinggi dan kontinuitasnya terjamin. Disinilah akan terlihat pentingnya PT. PLN (Persero) yang berfungsi mengatur dan memanageman listrik di indonesia baik dalam penyaluran (Transmisi dan Distribusi) maupun pelayanan bagi masyarakat sehingga listrik dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat indonesia dan listrik benar-benar menjadi komponen produksi utama. 1.2 Batasan Masalah Dalam pembahasan ini, ditekankan pada operasi kerja Jaringan Distribusi 20 KV Di Area Semarang berdasarkan pada Standing Operating Procedure (SOP). 1.3 Tujuan Adapun tujuan Makalah Operasi Jaringan Distribusi 20 KV DI Area Semarang antara lain : 1. Untuk mengetahui sistem jaringan distribusi tegangan menengah 20 kV. 2. Untuk mengetahui sistem, pengoperasian jaringan distribusi tegangan menengah 20 kV. 3. Untuk membandingkan antara teori yang diperoleh di bangku kuliah dan pelaksanaan praktek di lapangan. II. OPERASI DISTRIBUSI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 KV 2.1 Pengertian Operasi Operasi merupakan segala kegiatan yang mencakup pengaturan, pembagian, pemindahan, dan penyaluran tenaga listrik kepada konsumen secepat mungkin serta menjamin kelangsungan penyaluran / pelayanan. Pada hakikatnya, jaringan distribusi berada di rangkaian terakhir dari sistem jaringan listrik, dan peranannya adalah mendistribusikan tenaga listrik kepada konsumen. Suatu jaringan dinyatakan sebagai jaringan yang baik apabila memenuhi kriteria tertentu dalam : Kelangsungan penyaluran. Tegangan dan frekuensi. Untuk sampai kepada tujuan tersebut perlu dikenal dengan baik jaringan distribusi secara fungsional, pada keadaan normal maupun pada keadaan gangguan.

Operasi Jaringan Distribusi 20 KV Di Area Semarang

Pada keadaan normal masalah yang harus dipecahkan antara lain misalnya faktor daya yang rendah dan penurunan tegangan secara berlebihan. Sedang pada keadaan gangguan masalahnya adalah pengalihan beban yang mengalami pemadaman ke sumber-sumber yang di cadangkan. Gangguan itu sendiri sedapat mungkin dicegah terjadinya, atau apabila tetap terjadi maka gangguan tersebut harus dihilangkan dalam waktu yang sesingkatsingkatnya. 2.2 Prosedur Pengoperasian Sistem Distribusi Yang dimaksud dengan prosedur operasi pengaturan dan pengusahaan jaringan tegangan menengah adalah usaha menjamin kelangsungan penyaluran tenaga listrik, mempercepat penyelesaian gangguan gangguan yang timbul, serta menjaga keselamatan baik petugas pelaksana operasi maupun instalasinya sendiri. Pengoperasian jaringan distribusi tegangan menengah tersebut dilaksanakan dengan : 1. Memanuver atau memanipulasi jaringan, dengan menggunakan telekontrol maupun langsung dilapangan. 2. Menerima informasi-informasi mengenai keadaan jaringan dan kemudian membuat penilaian (Observasi) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan. 3. Menerima besaran-besaran pengukuran pada jaringan yang kemudian membuat penilaian (Observasi) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan. 4. Mengkoordinasi pelaksanaannya dengan pihak-pihak lain yang bersangkutan. 5. Mengawasi jaringan secara kontinyu. 6. Mengusut dan melokalisir gangguan jaringan. 7. Mendeteksi jaringan sehingga titik gangguannya dapat ditemukan untuk diperbaiki. 2.3 Tolak Ukur Kinerja Pengoperasian Jaringan Distribusi Sebagai tolak ukur atas keberhasilan pada pengoperasian dapat dilihat dari berbagai parameter, yaitu: 1. Mutu Listrik Harus Terjaga Ada dua hal yang menyatakan yang menjadi ukuran mutu listrik,

yaitu : tegangan dan frekuensi. Tegangan pelayanan ditentukan oleh : Batasan toleransi tegangan, pada konsumen TM adalah 5 %, sedangkan pada konsumen TR maksimum + 5% dan minimum 10% Keseimbangan tegangan pada setiap titik sambungan Kedip akibat pembebanan sekecil mungkin Hilang tegangan sejenak akibat manuver secepat mungkin Sedangkan untuk frekuensi ditentukan oleh : Batas toleransi frekuensi 1% dari frekuensi standar 50 Hz. Faktor yang membuat baik tidaknya mutu listrik tersebut dari sisi distribusi adalah faktor pembebanan pada sistem distribusi yaitu pembebanan yang tidak stabil oleh karena pengoperasian normal atau karena lebih banyak akibat gangguan pada suplai GI dan penyulang. 2. Keandalan Penyaluran Tenaga Listrik Tinggi Sebagai indikator penyaluran adalah angka lama dan atau seringnya pemadaman pada pelanggan yang disebut angka SAIDI dan SAIFI. Angka lama padam : SAIDI (System Average Interuption Duration Index)

Angka sering padam : SAIFI (System Average Interuption Frequency Index).

PLN berkeinginan untuk mewujudkan perusahaan dengan tingkat kelas dunia, yaitu dengan angka SAIDI 100 menit/pelanggan.tahun dan SAIFI 3 kali/pelanggan.tahun. Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai SAIDI dan SAIFI dari sisi distribusi adalah :

Operasi Jaringan Distribusi 20 KV Di Area Semarang

1.

3.

Konfigurasi jaringan yang berkaitan dengan maneuver. 2. Kondisi jaringan yang rentan terhadap gangguan dari dalam sistem maupaun dari luar system. 3. Cara pengoperasian yang tidak memperhatikan kemampuan peralatan maupun kemampuan pasokan daya. Menurunkan angka SAIDI dan SAIFI dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : Meningkatkan kualitas konfigurasi jaringan. Meningkatkan pasokan tenaga listrik alternative. Meningkatkan kualitas pemeliharaan. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas. Menyiapkan jumlah petugas dengan perbandingan yang memadai dengan jumlah pelanggan. Menggunakan material sesuai standar. Mengidentifikasi peralatan yang sering rusak. Memutakhirkan data teknik jaringan. Keamanan Dan Keselamatan Terjamin Sebagai indikator adalah jumlah angka kecelakaan akibat listrik pada personil dan kerusakan pada instalasi/peralatan serta lingkungan. Meningkatkan keamanan dan keselamatan : Kondisi instalasi memenuhi persyaratan. Sistem proteksi berfungsi dengan baik. Pemeliharaan instalasi sesuai jadual. Koordinasi kerja baik. Sikap dan cara kerja memperhatikan K3/K2. Menginformasikan pada masyarakat tentang bahaya listrik dan menghindarinya. Susut Jaringan

Sebagai indikator adalah angka susut jaringan, yaitu selisih antara energi yang dikeluarkan oleh gardu/pembangkit dengan energi yang digunakan oleh pelanggan. Penyebab susut jaringan : Pencurian listrik. Kesalahan alat ukur. Kesalahan rasio CT. Kesalahan ukuran penghantar. Jaringan terlalu panjang. Faktor daya rendah. Kualitas konektor dan pemasangannya jelek. Diagram rugi-rugi penghantar transmisi dibedakan menjadi 3 yaitu: a. Saluran Pendek <80 KM Besarnya harga kapasitas diabaikan.

Gb. Diagram Penggganti Saluran Pendek Persamaan: Vs : Vr + Z Ir Vs : Vr + Ir r + Ix r b. Saluran Jarak Menengah (80-250 KM) Pada saluran menegah kapasitas dapat dipusatkan pada satu titik. Penggambaran diagramnya

berupa nominal T dan nominal (Phi). Gb. Diagram Nominal T Dan Phi Persamaan: Vs : (1+ ).Vr+(Z+ ).Ir ).I.R

Is : YVr + (1 + c.

Saluran Panjang >250 KM Disini kapasitas didistribusikan merata keseluruh jaringan.

4.

Operasi Jaringan Distribusi 20 KV Di Area Semarang

Gb. Diagram Pengganti Saluran Panjang Persamaan: V(x+x) :{1+ (x)2.Vx+Z.x(1+ (x) 2}.Ix I(x+x) :Y.x.Vx+{(1+ (x) 2}.Ix V(x) dan I (x) adalah kenaikan tegangan dan arus bila bergerak dari titik x ke titik (x + x) yaitu sejauh x. Bila mendekati mendekati maka persamaan yang mengandung x akan hilang , sehingga : = Z.l & 5. = Y.V

Kepuasan Pelanggan Mempertahankan kepuasan pelanggan dapat terjadi bila kebutuhan akan listrik oleh konsumen baik kuantitas, kualitas, dan kontiyuinitas pelayanan terpenuhi, untuk itu hal yang perlu dilakukan adalah : Pengendalian tegangan, yaitu mengadakan pengaturan mulai dari tingkat suplai sampai ke titik ujung tegangan pada batas toleransi yang diijinkan. Pengendalian beban, yaitu membatasi pembebanan sesuai kemampuan sumber pasokan tenaga listrik, maupaun peralatan dan material jaringan. 2.4 Maneuver Jaringan Distribusi 20 KV Manuver / manipulasi jaringan distribusi adalah serangkaian kegiatan membuat modifikasi terhadap operasi normal dari jaringan akibat dari adanya gangguan atau pekerjaan yang membutuhkan pemadaman tenaga listrik, sehingga dapat mengurangi daerah pemadaman dan agar tetap tercapai kondisi penyaluran tenaga listrik yang semaksimal mungkin. Kegiatan yang dilakukaan dalam manuver jaringan antara lain : Memisahkan bagian-bagian jaringan yang semula terhubung dalam keadaan bertegangan ataupun dalam kondisi normalnya.

Menghubungkan bagian-bagian jaringan yang semula terpisah dalam keadaan bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam kondisi normalnya. Optimalisasi atas keberhasilan kegiatan manuver jaringan dari segi teknis ditentukan oleh konfigurasi jaringan dan peralatan manuver yang tersedia disepanjang jaringan. Peralatan yang dimaksud adalah peralatan peralatan jaringan yang berfungsi sebagai peralatan penghubung. 2.5 Kontinuitas Pelayanan Kontinuitas pelayanan merupakan salah satu unsur dari mutu pelayanan yang nilainya akan tergantung kepada jenis saranan penyaluran, sarana peralatan pengaman yang digunakan. Tingkat kontinuitas pelayanan dari peralatan penyaluran tenaga listrik disusun berdasarkan lamamnya upaya pemulihan suplai tenaga listrik ke konsumen setelah mengalami pemutusan. Pada SPLN 52-3 tingkat kontinuitas pelayanan tenaga listrik tersusun sebagai berikut: a. Kontinuitas Tingkat I Pada tingkat ini memungkinkan jaringan berada pada kondisi padam dalam waktu berjam-jam dalam rangka mencari dan memperbaiki bagian-bagian yang mengalami kerusakan karena gangguan. b. Kontinuitas Tingkat II Kondisi jaringan padam dimungkinkan dalam waktu beberapa jam untuk keperluan mengirim petugas kelapangan, melokalisir kerusakan, dan melakukan pengaturan switching untuk menghidupkan suplai beban pada kondisi sementara dari atau saluran lain. c. Kontinuitas Tingkat III Kondisi yang dimungkinkan padam dalam waktu beberapa menit untuk kegiatan pengaturan switching oleh petugas yang stand-by di gardu atau pelaksanaan deteksi dengan bantuan oleh Area Pengaturan Distribusi (APD). d. Kontinuitas Tingkat IV Kondisi dimungkinkannya padam dalam beberapa detik, pengaturan switching, dan pengaman yang dijalankan secara otomatis. e. Kontinuitas Tingkat V Kondisi dimana tanpa adanaya pemadaman dengan dilengkapi oleh

Operasi Jaringan Distribusi 20 KV Di Area Semarang

instalasi cadangan terpisah (back-up) dan otomatisasi penuh. Tingkat keandalan suatu system merupakan kebalikan dari besarnya jam pemadaman atau pemutusan pelayanan (SAIDI). Jadi, tingkat keandalan yang tinggi dapat diperoleh dengan memilih jaringan dengan tingkat kontinuitas pelayanan yang tinggi dan frekuensi pemadaman (SAIFI) karena gangguan yang rendah. 2.6 Peralatan Manuver Jaringan Distribusi 20 KV 1. PMT/CB PMT atau CB adalah saklar yang digunakan untuk menghubungkan atau memutus arus/daya sesuai dengan ratingnya. PMT dioperasikan ketika sistem masih dalam keadaan berbeban atau bertegangan sehingga terjdi busur api (Hubung singkat) pada saat menghubungkan maupun memutuskan. 2. ABSW (Air Break Switch) ABSW (Air break switch) adalah peralatan yang berfungsi untuk membuka dan menutup rangkaian, dalam keadaan berbeban maupun tanpa beban dan maupun untuk memutus arus gangguan dengan media pemutus udara. 3. Recloser Recloser merupakan suatu peralatan pengaman yang dapat mendeteksi arus lebih, memutus arus dan menutup kembali secara otomatis dengan selang waktu yang dapat diatur. 4. FCO (Fuse Cut Off)/Pengaman Lebur Sekering (Fuse) merupakan jenis pengaman lebur yang digunakan untuk mengamankan sistem dari gangguan arus lebih (Arus hubung singkat atau beban lebih ). 5. Pemisah (Disconnecting Switch) Adalah sebuah alat pemutus yang digunakan untuk menutup dan membuka pada komponen utama pengaman/recloser, DS tidak dapat dioperasikan secara langsung, karena alat ini mempunyai desain yang dirancang khusus dan mempunyai kelas atau spesifikasi tertentu, jika dipaksakan untuk pengoperasian langsung, maka akan menimbulkan busur api yang dapat berakibat fatal. 6. LBS (Load Break Switch)

LBS (Load Break Switch) atau saklar pemutus beban adalah peralatan hubung biasa digunakan sebagai pemisah atau pemutus tenaga dengan beban nominal. 7. KWH Exim (KWH Eksport and Import) KWH Exim berfungsi untuk mengetahui nilai transaksi kirim terima antar wilayah, area, maupun rayon guna untuk memperoleh neraca energy. 8. AVR Regulator Auto Voltage Regulator (AVR) merupakan auto transformer yang berfungsi untuk mengatur/menaikan tegangan secara otomatis. 9. Bank Kapasitor (Capacitor Banks) Bank kapasitor (capacitor banks) adalah peralatan yang digunakan untuk memperbaiki kualitas pasokan energi listrik antara lain memperbaiki mutu tegangan di sisi beban, memperbaiki faktor daya (cos ) dan mengurangi rugi-rugi transmisi. 10. Sectionalizer Sectionalizer adalah alat pengaman yang secara automatis dapat memisahkan jaringan distribusi yang terganggu. Sectionalizer tidak untuk memutuskan arus gangguan tetapi akan beroperasi atau membuka setelah pemutus tenaga di gardu induk membuka, atau setelah OCR (Auto Circuit Recloser) membuka pada prinsipnya letak sectionalizer adalah sama halnya dengan pemisah diatas tiang (Pole TOP Switch).
III. KONSTRUKSI DAN POLA JARINGAN

DISTRIBUSI 20 KV 3.1 Pengertian Konstruksi Jaringan Konstruksi jaringan tenaga listrik adalah sebuah konstruksi yang menghubungkan antara Gardu Induk (GI) dengan pusatpusat beban gardu (Trafo) Distribusi ataupun konsumen, sistem distribusi terdiri dari beberapa macam bentuk atau formasi. 3.2 Konstruksi Saluran Udara Konstruksi-konstruksi saluran udara untuk jaringan distribusi tegangan menengah yang dipergunakan PT PLN secara garis besar dapat dikelompokan dalam 4 macam formasi yaitu : a. Formasi Horizontal Simetris Formasi ini dipergunakan di wilayah PLN Distribusi Jawa barat, Jakarta

Operasi Jaringan Distribusi 20 KV Di Area Semarang

dan Banten sebagai tiang penopang penghantar. b. Formasi Horizontal Tidak Simetris Formasi ini banyak di gunakan di Jawa Timur dan Kalimantan Selatan. c. Formasi Segitiga Formasi saluran ini banyak dipergunakan di wilayah PLN Distribusi Jawa Tengah untuk saluran SUTM 3 fasa. d. Formasi Vertical Satu Fasa Fomasi saluran ini banyak dipergunakan di wilayah PLN Distribusi Jawa Tengah untuk Saluran 1 fasa. 3.3 Struktur Jaringan Distribusi Ditinjau dari beberapa aspek, sistem distribusi tenaga listrik tegangan menengah dapat dibedakan beberapa macam, yaitu : a. Aspek penggunaan penghantar Saluran udara dan saluran kabel udara/kabel tanah, Sistem fasa yang digunakan satu fasa/tiga fasa, Sistem empat kawat/tiga kawat. b. Aspek pembumian netralnya atau sering disebut dengan pola distribusi terdapat 4 macam yaitu : Pembumian Netral Tahanan Tinggi, Pembumian Netral langsung / disebut Multi Grounding, Pembumian Netral Tahanan Rendah, Pembumian Netral Mengambang (Saat ini sistem tersebut sudah tidak ada lagi pada sistem istribusi tegangan menengah di PLN). c. Aspek hubungan antara sumber pengisian dan pemakaian atau sering disebut dengan konfigurasi jaringan Jaringan Radial, Jaringan lingkaran / loop / open loop, Jaringan Spindel, Jaringan NET. 3.4 Pola Pembumian Sistem Distiribusi Tegangan Menengah Pola sistem pada distribusi disesuaikan dengan kondisi sumber pembangkit serta keandalan yang direncanakan pada system tersebut. Adanya factor ekonomis dan teknis yang akan mempengaruhi tingkat sistem distribusi. Pada jaringan distribusi yang menggunakan 1 sumber pembangkit,

maka system ini tentunya sangat sederhana dan dari segi keandalan kurang. Sedangkan sistem jaringan distribusi yang andal tentunya sumber pengisisan lebih dari satu sumber akan tetapi memerlukan biaya yang sangat tinggi. 1. Pola I (Pembumian Netral Dengan Tahanan Tinggi)

a.

b.

c.

Gb. Pola I Sistem Distribusi Pola 1: Di Indonesia pola sistem distribusi semacam ini petama dikembangkan di PLN distribusi Jawa Timur dan ciri cirinya dapat di indentifikasi sebagai berikut. Sistem Jaringan : Tegangan nominal : 20 kV. Sistem Pembumian Netral Kumparan TM yang dihubungkan secara bintang dari trafo utama ditanahkan melalui tahanan dengan nilai 500 ohm (Arus hubung singkat ke tanah maksimum 25 A). Konstruksi jaringan : Pada dasarnya adalah saluran udara yang terdiri dari Saluran Utama (Main Lines):Kawat jenis AAAC 150 mm2 fasa tiga 3kawatSaluran Cabang:Kawat AAAC 70 mm2. Sistem pelayanan : Radial dengan kemungkinan saluran utama antara jaringan yang berdekatan dapat saling berhubungan dalam keadaan darurat. Sistem Pengaman : 1. Pemutus Beban (PMB) utama. Dipasang pada saluran utama di GI sebagai pengaman utama jaringan dan dilengkapi dengan alat pengaman (Relai). 2. Saklar seksi otomatis (SSO) SSO untuk pola sistem ini akan membuka pada waktu rangkaian tidak bertegangan

Operasi Jaringan Distribusi 20 KV Di Area Semarang

2.

dan pada saat rangkaian bertegangan harus mampu menutup rangkaian dalam keadaan hubung singkat. 3. Pengaman Lebur (Fuse). Fuse dipasang pada titik percabangan antara saluran utama dan saluran cabang juga dipasang pada sisi primer (20 kV) trafo distribusi dengan maksud untuk mengamankan jaringan dan peralatan yang berada di sebelah hilirnya terhadap gangguan permanen antar fasa dan tidak untuk mengamankan gangguan fasa tanah. Pola II (Pembumian Netral Langsung) Gb. Pola II

c.

a.

b.

Sistem Distribusi Pola 2: Pola sistem ini mulai dikembangkan di Indonesia di PLN distribusi Jawa tengah dan pola sistem distribusi ini di indentifikasi sebagai berikut: Sistem Jaringan : Tegangan Nominal : 20 KV. Sistem Pentanahan : Netral ditanahkan sepanjang jaringan dan kawat netral dipakai bersama untuk saluran tegangan menengah dan saluran tegangan rendah dibawahnya. Konstruksi Jaringan : Terdiri dari saluran udara terutama dan saluran kabel sedang saluran udara terdiri dari : saluran utama dan saluran cabang. Saluran Utama (Main Lines): Kawat AAC 240 dan 150 mm2 fasa tiga-4 kawat. Saluran Cabang : kawat AAC 100 dan 55 mm2 fasa tiga-4 dan kawat AAC 55 dan 35 Fasa satu 2 kawat (Fasa Netral). Sistem pelayanan :

Radial dengan kemungkinan saluran utama antara jaringan yang berdekatan dapat saling berhubungan dalam keadaan darurat. Pelayanan Beban : Fasa tiga 4 kawat : 20 / 11.6 kV, Fasa tunggal : 2 kawat 11,6 kV. Sistem Pengaman 1. Penutup Balik otomatis (PBO) Alat ini dipasang pada saluran utama di GI sebagai pengaman utama jaringan . Pada jaringan yang panjang (> 20 km) yang dipasang pada ujung GI tidak lagi peka untuk mengindentifikasi gangguan yang berada jauh pada ujung hilir sehingga untuk pengamanan terhadap gangguan temporer maupun untuk membagi jaringan dalam beberapa seksi guna melokalisir daerah yang terganggu skecil mungkin dipasang PBO ke dua dan ke tiga pada jarak jarak tertentu sepanjang saluran utama. 2. PMB (PMT) dapat dipasang sebagai PBO 1 dimana alat ini perlu dilengkapai dengan relairelai. 3. Saklar seksi otomatis (SSO) SSO untuk pola 2 ini akan membuka pada saat rangkaian tidak ada arus dan tidak menutup kembali. Saklar ini bekerja berdasarkan penginderaan dan hitungan (account) trip PMT (PBO) arus hubung singkat dengan demikian saklar ini dipasang apabila dibagian hulu terpasang PMT atau PBO. 4. Pengaman Lebur (Fuse) Fuse dipasang pada titik percabangan antara saluran utama dan saluran cabang juga dipasang pada sisi primer (20 kV) trafo distribusi sebagi pengaman saluran terhadap gangguan gangguan yang besrsifat permanen koordinasi antar

Operasi Jaringan Distribusi 20 KV Di Area Semarang

3.

PBO dan alat lainnya perlu dilakukan. Pola III (Pembumian Dengan Tahanan Rendah)

utama di GI sebagai pengaman utama jaringan dan dilengkapi dengan alat pengaman (Relai).

2. Saklar

Seksi

Otomatis

a.

b.

c.

Gb. Pola III Sistem Distribusi Pola 3: Pola sistem ini mulai dikembangkan di Indonesia di distribusi Jawa Barat dan DKI Jaya , sekarang meluas keseluruh wilayah kerja PLN meskipun dibeberpa tempat digunakan modifikasi. Pola sistem distribusi ini ciri-cirinya dapat di indentifikasi seperti berikut : Sistem Jaringan. Tegangan nominal : 20 KV. Sistem Pentanahan : Netral Kumparan TM yang dihubungkan secara bintang dari trafo utama ditanahkan melalui tahanan dengan nilai 12 ohm (arus hubung singkat ke tanah maksimum 1000 A ) dan 40 ohm (arus hubung singkat ke tanah maksimum 300 A) untuk sistem SUTM atau sistem campuran. Konstruksi jaringan : Pada dasarnya adalah saluran udara terdiri dari : Saluran Utama (Main lines) : Kawat jenis AAAC 150 mm2 fasa tiga 3-kawat Saluran cabang : Kawat AAAC 70 mm2. Sistem pelayanan : Radial dengan kemungkinan saluran utama antara jaringan yang berdekatan dapat saling berhubungan dalam keadaan darurat. Sistem Pengaman.

(SSO). SSO untuk pola sistem ini akan membuka pada saat rangkaian tidak ada arus dan tidak menutup kembali.Saklar ini bekerja berdasarkan penginderaan dan hitungan (account) trip PMT (PBO) arus hubung singkat dengan demikian saklar ini dipasang apabila dibagian hulu terpasang PMT atau PBO.

3. Pengaman Lebur (Fuse).


Fuse dipasang pada titik percabangan antara saluran utama dan saluran cabang juga dipasang pada sisi primer (20 kV) trafo distribusi dengan maksud untuk mengamankan jaringan dan peralatan yang berada di sebelah hilirnya terhadap gangguan permanen antar fasa dan tidak untuk mengamankan gangguan fasa tanah. Pola IV (Pembumian Mengambang)

4.

a.

b.

1. Pemutus

Beban (PMB) utama dipasang pada saluran

Gb. Pola IV Sistem Distribusi Pola 4 : Pada dewasa ini pola sistem distribusi ini diwilayah kerja PT PLN tidak dikembangkan lagi dimana ciri cirinya antara lain : Sistem Jaringan Tegangan Nominal : 6 KV dan 12 KV. Sistem pentanahan netral : Tidak ditanahkan ( Mengambang ) Karakteristik :

Operasi Jaringan Distribusi 20 KV Di Area Semarang

Terjadi kemencengan tegangan pada saat terjadi gangguan satu fasa ke tanah pada seluruh system. Pada saat gangguan dua fasa dan tiga fasa cirinya sama dengan sistem yang ditanahkan besarnya tergantung tegangan sistem, impedansi sumber dan impedansi jaringan Arus gangguan hubung singkat ke tanah hanya dipengaruhi tegangan sistem dan kapasitansi jaringan. Bermasalah untuk keselamatan manusia dan hewan dimana pada saat gangguan hubung singkat ke tanah tidak ada kelengkapan untuk segera secara otomatis membuka rangkaian namun dilakukan dengan sistim coba-coba (trial and error). 3.5 Konfigurasi Sistem Jaringan Distribusi Secara umum, baik buruknya sistem penyaluran dan distribusi tenaga listrik terutama adalah ditinjau dari hal-hal berikut ini: a. Kontinyuitas Pelayanan yang baik, tidak sering terjadi pemutusan, baik karena gangguan maupun karena hal-hal yang direncanakan. Biasanya, kontinyuitas pelayanan terbaik diprioritaskan pada bebanbeban yang dianggap vital dan sama sekali tidak dikehendaki mengalami pemadaman, misalnya: instalasi militer, pusat pelayanan komunikasi, rumah sakit, dll. b. Kualitas Daya yang baik, antara lain meliputi: Kapasitas daya yang memenuhi. Tegangan yang selalu konstan dan nominal. Frekuensi yang selalu konstan (untuk sistem AC).

Catatan: Tegangan nominal di sini dapat pula diartikan kerugian tegangan yang terjadi pada saluran relatif kecil sekali. c. Perluasan dan Penyebaran daerah beban yang dilayani seimbang. Khususnya untuk sistem tegangan AC 3 fasa, faktor keseimbangan/kesimetrisan beban pada masing-masing fasa perlu diperhatikan. Bagaimana pengaruh pembebanan yang tidak simetris pada suatu sistem distribusi. d. Fleksibel dalam pengembangan dan perluaan daerah beban. Perencanaan sistem distribusi yang baik, tidak hanya bertitik tolak pada kebutuhan beban sesaat, tetapi perlu diperhatikan pula secara teliti mengenai pengembangan beban yang harus dilayani, bukan saja dalam hal penambahah kapasitas dayanya, tetapi juga dalam hal perluasan daerah beban yang harus dilayani. e. Kondisi dan Situasi Lingkungan. Faktor ini merupakan pertimbangan dalam perencanaan untuk menentukan tipe-tipe atau macam sistem distribusi mana yang sesuai untuk lingkungan bersangkutan, misalnya tentang konduktornya, konfigurasinya, tata letaknya, dsb. termasuk pertimbangan segi estetika (keindahan)nya. f. Pertimbangan Ekonomis. Faktor ini menyangkut perhitungan untung rugi ditinjau dari segi ekonomis, baik secara komersiil maupun dalam rangka penghematan anggaran yang tersedia. Aspek hubungan antara sumber pengisian dan pemakaian atau sering disebut dengan konfigurasi jaringan

1.

Gb. Jaringan Radial Jaringan Radial Keuntungan Karena saluran ini ditarik secara radial dari suatu titik yang merupakan sumber jaringan sehingga saluran ini dianggap paling ekonomis dan banyak digunakan.

Operasi Jaringan Distribusi 20 KV Di Area Semarang

2.

Kekurangan Kehandalan sistem jaringan ini lebih rendah daripada sistem jaringan yang lain. Hal ini dikarenakan hanya ada satu jalur utama, sehingga apabila jalur utama mengalami gangguan maka seluruh trafo distribusi akan mengalami padam. Mutu tegangan yang paling ujung kurang baik. Hal ini disebabkan karena adanya rugi-rugi tegangan yang terlalu besar. Jaringan Lingkaran/Close Loop/Open Loop Pada jaringan ini dimungkinkan pemasokan dari beberapa gardu induk, sehingga sistem keandalannya relatif lebih baik. Sistem jaringan ini memiliki 2 macam: 1. Bentuk Open Loop. Bila dilengkapi oleh Normally Open Switch (NO) yang berada diantara kedua feeder dalam keadaan normal rangkaian selalu terbuka. 2. Bentuk Close Loop. Bila dilengkapi oleh normally Open Switch (NC) yang beradadiantar kedua feeder dalam keadaan normal rangkaian selalu tertutup.

Merupakan pola kombinasi jaringan dari Pola Radial dan Pola Ring. Spindel terdiri dari beberapa feeder yang berasal dari gardu induk dan kemudian ditemukan dalam gardu penghubung.

4.

Gb. Jaringan Lingkaran/Loop Keuntungan Jaringan ini membentuk ring dan beban terlayani dari dua feeder, sehingga kontinuitas jaringan lebih baik dan kualitas tegangannya pun menjadi lebih baik. Kekurangan Biaya investasinya relatif lebih mahal dibandingkan dengan Sistem Jaringan Radial. 3. Jaringan Spindel

Gb. Jaringan Spindel Keuntungan Sangat untuk mensuplai daerahdaerah yang memiliki kerapatan beban yang cukup tinggi. Perluasan jaringan mudah dilakuakan guna menaikan/ menurunkan rugi akibat gangguan. Kekurangan Biaya konstruksi lebih mahal. Jaringan NET Merupakan gabungan dari beberapa saluran mesh, dimana terdapat lebih satu sumber sehingga berbentuk saluran interkoneksi. Jaringan ini berbentuk jaring-jaring, kombinasi antara radial dan loop. Titik beban memiliki lebih banyak alternatip saluran/penyulang, sehingga bila salah satu penyulang terganggu, dengan segera dapat digantikan oleh penyulang yang lain. Dengan demikian kontinyuitas penyaluran daya sangat terjamin.

10

Operasi Jaringan Distribusi 20 KV Di Area Semarang

= sudut power factor Dengan nilai cos = 0,85 dan sin = 0,53 Luas Penampang Penghantar (mm2) 110 150 240 Nilai Tahanan R + jX (/Km) 0,2951 + j0,0957 0,2356 + j0,1028 0,1472 + j0,1175

Gb. 5.5.4 Jaringan NET Keuntungan Kontinyuitas penyaluran daya paling terjamin. Kualitas tegangannya baik, rugi daya pada saluran amat kecil. Dibanding dengan bentuk lain, paling flexible (Luwes) dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan beban. Kekurangan Sebelum pelaksanaannya, memerlukan koordinasi perencanaan yang teliti dan rumit. Memerlukan biaya investasi yang besar (Mahal) . Memerlukan tenaga-tenaga terampil dalam pengoperasian nya.
IV. ANALISA SUSUT JARINGAN V.

Perhitungan susut jaringan pada JTM 20 kV, dengan arus di penyulang Pandean Lamper 5 dengan arus rata-ratanya sebesar 40395 Ampere. Dengan kawat konduktor berluas penampang penghantar 240 mm dan panjang 2,255 km. Diket : Z = 0,1472 + j 0,1175 R = 0,1472 / km I = 40395 Ampere X = 0,1175 / km l = 2,255 km Jawab : V = 3 x I x l x ( R cos + X sin ) = 3 x 400 x2,255 x (0,1472 x 0,85 + 0,1175 x 0,53 ) = 292,77 V Besar Drop Voltage pada penyulang adalah 292,77 V. Sedangkan besar % Drop Voltage adalah %V = x 100% = 1,46 % P(Rugi Jaringan) = I2 x Rl = 40,3952 x (0,1472 x 2,255) = 1631,76 x 0,3319 = 541,64 Kwatt PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari pelaksanaan program Praktik Kerja yang terhitung selama kurang lebih satu bulan di PT. PLN (Persero) Area Semarang, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Distribusi merupakan salah satu bagian dari system tenaga listrik. Distribusi ini berkaitan dengan usaha untuk mendistribusikan tenaga listrik ke konsumen dan menjaga kontinuitas pendistribusian tenaga listrik 2. Dalam melaksanakan tugasnya, operasi dan maneuver jaringan distribusi harus mematuhi standarstandar yang berlaku seperti SOP (Standing Operation Procedure), PK (Perintah Kerja) sesuai dengan kondisinya

Susut tegangan adalah beda tegangan yang dihitung dari titik sumber sampai ke titik yang dihitung (Titik beban) sesuai dengan panjang penyulang. Sedangkan Susut jaringan adalah sesuatu yang hilang selama proses pendistribusian melalui jaringan yang akan mengurangi effisiensi dari sistem tersebut atau selisih antara (GI) dengan ke pelanggan. Dalam sistem arus bolak-balik 3 fasa, kerugian tegangan dipengaruhi oleh Resistansi dan Reaktansi. Bila arus I mengalir dalam konduktor dengan resistansi R dan induktif reaktansi X, rugi tegangan yang hilang pada saluran tersebut adalah sebesar V = 3 x I x l x ( R cos + X sin ) dengan cos : faktor daya dari saluran dimana : V = Drop Voltage ( volt ) I = arus ( Ampere ) l = panjang penyulang ( km )

11

Operasi Jaringan Distribusi 20 KV Di Area Semarang

Setiap pekerjaan jaringan distribusi agar mengutamakan keselamatan personil, jaringan, selalu berkoordinasi, dan jangan bekerja sendirian 4. Operasi merupakan segala kegiatan yang mencakup pengaturan, pembagian, pemindahan, dan penyaluran tenaga listrik kepada konsumen secepat mungkin serta menjamin kelangsungan penyaluran/pelayanan. 5. Maneuver/manipulasi jaringan distribusi adalah serangkainan kegiatan membuat modifikasi terhadap operasi normal dari jaringan akibat dari adanya gangguan atau pekerjaan yang membutuhkan pemadaman tenaga listrik, sehingga dapat mengurangi dearah pemadaman dan agar tetap tercapai kondisi pnyaluran tamga listrik yang semaksimal mungkin. 4.2 Saran Selama satu bulan Penulis menjalani Praktik Kerja, penulis mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru. Maka, demi kemajuan bersama hendaknya setiap mahasiswa yang menjalani PK lebih meningkatkan kreatifitasnya dalam menjalani program PK ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan menghasilkan kinerja yang lebih bermutu dan dapat mengikuti perkembangan zaman. DAFTAR PUSTAKA Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. 2004. Laporan Akhir Pembuatan Master Plan Sistem Distribusi 20 KV APJ Semarang. Semarang : PT. PLN (Persero) Hermanto, Didiek dkk. 2008. Pedoman Standar Konstruksi Jaringan Distribusi. Semarang : PT. PLN (Persero) Rifqi, Muhamad dan Karnoto. 2010. Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi Tegangan Menengah 20 KV. Semarang: Universitas Diponegoro Setoaji, Kuworo. 2008. Pengoprasian dan Pemeliharaan Distribusi. Semarang : PT. PLN (Persero) SPLN. 1983. Pola Pengamanan Sistem Bagian Tiga Sistem Distribusi 6 KV dan 20 KV. Jakarta: PT. PLN (Persero) Suhadi, dkk.2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid I. Jakarta: Direktorat

3.

Pembinaan Kejuruan Manajemen Menengah Nasional.

Sekolah Menengah Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Departemen Pendidikan

BIODATA PENULIS Dimas Bagus Dwi Kartika (L0F009001) dilahirkan di Pemalang 8 Agustus 1991, menempuh seluruh pendidikan dari SD sampai SMA di Pemalang dan saat ini sedang melanjutkan studi Program DIII Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang

Semarang, Maret 2012 Mengetahui dan menyetujui, Dosen Pembimbing

Drs. Iman Setiono, MSi NIP.195411301985031004

12

You might also like