You are on page 1of 13

Jurnal Standardisasi Vol. 13 No.

2 Tahun 2011: 98 - 111

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG KERAMIK PRODUKSI INDUSTRI KECIL DI WILAYAH ACEH, JAWA DAN NUSA TENGGARA BARAT BERBASIS STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)
Identification of Ceramic Tile Product Quality from Small Industrial Production Areas in Aceh, West Java and West Nusa Tenggara Based on SNI)
Arini Rasma, Apriani Setiati dan Subari
Balai Besar Keramik Jl. Jend. A. Yani No. 392 Bandung Diajukan: 14 April 2011, Dinilaikan: 21 April 2011, Diterima: 12 September 2011 Abstrak

Identifikasi kualitas produk genteng keramik dari beberapa perusahaan kecil di wilayah Jawa (Jatiwangi, Yogyakarta, Tulung Agung, Kebumen, Trenggalek, Serang), Aceh dan Nusa Tenggara Barat telah dilakukan dengan melakukan pengujian mutu produk sesuai dengan persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI), SNI 03-2095-1998 Genteng Keramik dan SNI 15-2134-1996 Genteng Keramik Berglasir serta kajian/analisis terhadap berbagai karakteristik teknis bahan baku genteng keramik untuk memperbaiki mutu genteng keramik. Penelitian dilakukan terhadap 16 produk genteng keramik tidak berglasir dan 7 produk genteng keramik berglasir. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa, genteng dengan kualitas paling baik yaitu genteng keramik tidak berglasir dengan kode Genteng A (kesesuaian dengan syarat mutu SNI 84,6 %) yang termasuk genteng ukuran kecil dengan 2 jumlah genteng/m terdapat 23 buah. Permukaan genteng cukup halus, tidak terdapat retak-retak dan bintik-bintik hitam, warna permukaan genteng merata, bentuk kurang seragam, pemasangan genteng di atas atap rapi dan baik. Panjang berguna 236 mm, lebar berguna 182 mm, jarak penutup memanjang dan melintang adalah 62 mm dan 34 mm, kaitan panjang; lebar dan tinggi adalah 36; 16 dan 8 mm, penyerapan air 11,81 % (mutu I) dan beban lentur 85 kgf (mutu III). Kata kunci: identifikasi produk, pengujian, syarat mutu, SNI
Abstract

Identification of the roof tile products quality from small company in regions of Java (Jatiwangi; Yogyakarta; Tulungagung; Kebumen; Trenggalek; and Serang), Aceh, and West Nusatenggara was done on fulfilling of product quality requirements of SNI (Indonesian National Standard) such as: Ceramic Roof Tile Standard (SNI 03-2095-1998), Roof Tile Glazed Standard (SNI 15-2134-1996), and also analysis on various technical characteristic of roof tile raw materials and their technology processes to improve the quality of roof tile products. Research was done on 16 unglazed roof tile products, and 7 roof tile glazed products. Research results indicated that the best unglazed ceramic roof tiles complying SNI quality requirements were roof tiles having mark A (conformity with SNI 2 requirement of 84,6 %) including roof tiles of small size which has 23 roof tiles/m . Their surface were smooth enough, no cracks and no black spot, no defects, firing colour of their surface were uniform, application of roof tile on roof building was neat and fine. Effective length was 236 mm, effective width was 182 mm, longitudinal and crosswise closing spaces were 62 and 34 mm, hook length; width; and height were 36; 16; and 8 mm, water absorption was 11,81 % (class one), and flexibility load was 85 kgf (class three). Key words: product identification, testing, quality requirement, SNI 1. PENDAHULUAN tersebut keberadaannya melimpah di hampir seluruh wilayah Indonesia. Pengrajin genteng mengolah sendiri bahan baku lempung tersebut, disamping ada kelompok pengrajin yang khusus menyediakan bahan lempung yang siap pakai. Demikian juga dengan bahan bakar, para pengrajin genteng masih ada yang memanfaatkan kayu bakar dengan mengambil dari hutan-hutan di sekitarnya atau memanfaatkan potongan-potongan bambu yang merupakan limbah dari industri kreatif. Bahan

Industri genteng di Indonesia sebagian besar merupakan industri kecil yang dikelola oleh individu ataupun kelompok kecil dengan modal kecil (Setio Hartono,Sosialisasi dan Bimbingan Penerapan SNI Genteng 2010). Bahan baku genteng diperoleh pengrajin genteng dengan memanfaatkan lahan lempung yang ada di sekitar domisilinya, dimana bahan lempung
98

Identifikasi Kualitas Produk Genteng Keramik (Arini)

aditif yang dicampurkan dengan lempung diantaranya sekam padi, limbah bambu/daun bambu, serbuk gergaji, dan limbah plastik (Sosialisasi dan Bimbingan Penerapan SNI Genteng 2010). Sampai dengan tahun 2010 terdapat 649.000 industri genteng yang tersebar di seluruh Indonesia dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 6,5 juta orang. Produksi genteng yang demikian banyak tersebut sejalan dengan semakin berkembangnya bisnis pengembangan perumahan rakyat di seluruh Indonesia. Namun pemenuhan kebutuhan genteng tersebut harus diiringi dengan peningkatan mutunya. Maka standardisasi mutu produk genteng menjadi alat untuk meningkatkan kualitas produk genteng dan melindungi konsumen dari faktor keamanan produk (Setio Hartono, Sosialisasi dan Bimbingan Penerapan SNI Genteng 2010) Globalisasi perdagangan melahirkan persaingan antar industri genteng semakin tajam. Industri genteng dituntut menghasilkan produk genteng yang bermutu dan memuaskan harapan konsumen. Menghadapi situasi tersebut, industri genteng harus mampu memberikan jaminan bahwa produknya memenuhi seluruh persyaratan yang diminta/berlaku, termasuk didalamnya adalah persyaratan mutu dan keamanan produk [Arini Rasma dan Apriani Setiati 2010]. Standardisasi produk diantaranya bertujuan untuk memberikan acuan bagi pelaku usaha dan membentuk persaingan pasar yang transparan, melindungi kepentingan konsumen dalam aspek kesehatan, keselamatan dan keamanan masyarakat serta perlindungan kelestarian fungsi lingkungan (Asep, Pusat Standardisasi Badan Penelitian dan Pengembangan Industri 2010). Balai Besar Keramik merupakan unit pelaksana teknis di bawah Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri yang mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan penelitian, pengembangan, kerjasama, standardisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan pengembangan kompetensi industri keramik khususnya industri genteng di Indonesia (Arini Rasma dan Apriani Setiati 2010). Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kualitas produk genteng dengan cara melakukan pengujian terhadap beberapa produk genteng dari wilayah Jawa (Jatiwangi, Yogyakarta, Tulung Agung, Kebumen, Trenggalek, Serang), Aceh dan Nusa Tenggara Barat dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produk genteng. Selain itu untuk mendapatkan data dan informasi teknis mengenai kesesuaian dengan syarat mutu SNI 03-2095-1998 Genteng Keramik dan SNI 15-

2134-1996 Genteng Keramik Berglasir. Diharapkan dari penelitian ini akan diperoleh informasi industri kecil yang mampu menerapkan SNI genteng keramik untuk memperbaiki mutu produknya. 2. METODOLOGI

Penelitian dilakukan di Balai Besar Keramik Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri, Bandung. Produk genteng pada penelitian ini dikelompokkan menjadi genteng keramik tidak berglasir dan genteng keramik berglasir. Metode pengujian berdasarkan pada SNI 03-2095-1998 Genteng Keramik dan SNI 03-2134-1996 Genteng Keramik Berglasir. Hasil pengujian dianalisis kesesuaian dengan syarat mutu kemudian dipilih produk genteng dengan hasil yang terbaik. Peralatan uji yang digunakan untuk pengujian Genteng Keramik tidak Berglasir: Penyangga genteng bersusun reng, roll meter 3 meter dengan ketelitian 1 mm, jangka sorong 600 mm ketelitian 0,05 mm, jangka sorong 300 mm ketelitian 0,02 mm, meja datar ukuran (1 x 0,75) m, baji pengukur deformasi dengan ketelitian 1 mm, oven pengering suhu 200 C dengan ketelitian 2 C, neraca teknis kapasitas 10 kg ketelitian 1 g, bak perendaman genteng, lap lembab, mesin uji beban lentur yang memberikan beban secara teratur dan merata dengan ketelitian 1 kg, pengukur waktu, termometer dan tinta warna (SNI 03-2095-1998 Genteng Keramik dan SNI 15-2134-1996 Genteng Keramik Berglasir). 1.1 Pengujian Produk Genteng Keramik Tidak Berglasir dan Genteng Keramik Berglasir sesuai dengan SNI 03-20951998 dan SNI 03-2134-1996 a. Klasifikasi Ukuran Genteng keramik diukur panjang dan lebarnya, kemudian sesuaikan dengan syarat mutu SNI apakah termasuk genteng ukuran kecil, sedang atau besar. Untuk menghitung jumlah 2 genteng/m dilakukan dengan cara membagi 2 luas 1 m dengan hasil perkalian panjang berguna dan lebar berguna, maka akan 2 diperoleh jumlah genteng/m . Keadaan Permukaan Genteng (Mutu Tampak) Amati dengan mata, permukaan genteng keramik. Apabila yang diamati adalah genteng keramik tidak berglasir, maka amati warna permukaan bodi genteng apakah warnanya merata atau tidak, permukaannya mulus atau tidak, apakah terdapat retak-retak, bintik-bintik hitam atau benjolan dan lekukan. Untuk genteng
99

b.

Jurnal Standardisasi Vol. 13 No. 2 Tahun 2011: 98 - 111

keramik berglasir, amati apakah permukaan dan warna glasirnya merata atau tidak. Lakukan penyusunan genteng di atas reng untuk mengetahui apakah pada pemasangan genteng di atas atap rapi dan baik. c. Ketepatan Ukuran Lakukan pengukuran panjang, lebar, kaitan (panjang, lebar dan tebal), jarak penutup memanjang dan jarak penutup melebar. Kemudian hitung panjang berguna dan lebar bergunanya. d. Penyimpangan Bentuk Genteng disimpan di atas permukaan yang rata, kemudian ukur besarnya kelengkungan dengan cara memasukkan baji ke bagian genteng yang melengkung/tidak rata tersebut. Maka diperoleh nilai penyimpangan bentuk rata-rata. e. Penyerapan Air Genteng direndam dalam air dalam bak perendaman selama 24 jam. Setelah 24 jam kemudian diangkat, kelebihan airnya dilap kemudian ditimbang sebagai berat basah. Keringkan genteng basah ke dalam oven pengering selama 24 jam. Kemudian keluarkan dan dinginkan. Timbang genteng kering sebagai berat kering. Hitung penyerapan airnya dengan cara berat basah dikurangi berat kering dibagi berat basah dikali 100 %. f. Beban Lentur Letakkan benda uji genteng di atas pisau penumpu pada mesin uji sehingga pisau pembebanan berada di tengah-tengah pisau penumpu dengan jarak tumpu 2/3 panjang genteng. Letakkan bantalan karet diantara pisau

pembebanan dengan genteng untuk genteng datar dan rata. Letakkan bantalan karet diantara papan penekan dengan genteng untuk genteng profil. Lakukan pembebanan dengan penambahan beban yang tetap dengan kecepatan pembebanan maksimum 108 N/detik hingga genteng patah. Catat beban maksimum setiap genteng dengan ketelitian 10 N. Hitung karakteristik beban lentur: dengan:

Keterangan: Fc = karakteristik beban lentur, N F = beban lentur rata-rata, N Fi = beban lentur masing-masing benda uji, N Sd = standar deviasi n = jumlah benda uji g. Ketahanan Glasir Terhadap Kejut Suhu Genteng keramik berglasir dimasukan ke dalam oven pengering dengan suhu 150 C selama 2 jam. Kemudian keluarkan genteng dan segera rendam ke dalam air dengan suhu ruangan dalam bak perendaman. Diamkan beberapa saat. Amati permukaan glasir, apakah terjadi retak-retak atau tidak. 2.1.1 Syarat Mutu Genteng Keramik Berglasir dan Genteng Keramik Tidak Berglasir Di bawah ini disajikan syarat mutu genteng keramik berglasir dan tidak berglasir.

Tabel 1 Syarat Mutu Genteng Keramik Berglasir No. 1 Jenis Uji Klasifikasi ukuran Panjang genteng min,mm Jumlah genteng/m2, maks, buah 2 Pandangan luar SNI 03-2134-1996 butir 7.2 Metode Uji SNI 03-2095-1998 Butir 7.2 Kecil 275 24 Syarat Mutu SNI 03-2134-1996 butir 4 Sedang 300 21 SNI 03-2134-1996 butir 5.1 Permukaan glasir harus seragam, bebas dari retak-retak dan cacat, warna glasir harus merata Genteng keramik berglasir harus mempunyai permukaan yang utuh, tidak
100

Besar 400 14

Identifikasi Kualitas Produk Genteng Keramik (Arini)

No.

Jenis Uji

Metode Uji

Syarat Mutu ada deformasi, kerapatan pada pemasangan di atas atap harus baik SNI 03-2095-1998 Butir 5.2 Kecil Sedang Besar 200 250 300 200 200 200 40 40 30 10 10 40 40 30 10 10 SNI 03-2134-1996 butir 5.3 18 SNI 03-2134-1996 butir 5.2 1180 SNI 03-2134-1996, Butir 5.4 Genteng keramik berglasir harus tahan 0 terhadap kejut suhu hingga 150 C dan tidak terdapat retak-retak 60 40 30 10 10

Ketepatan ukuran, min, mm Panjang berguna Lebar berguna Jarak penutup memanjang Jarak penutup melebar Kaitan Panjang Lebar Tinggi

SNI 03-2095-1998 Butir 7.2

4 5 6

Peresapan air, maks, % Beban lentur, min, N Ketahanan terhadap kejut suhu

SNI 03-2134-1996 butir 7.4 SNI 03-2095-1998 Butir 7.3 SNI 03-2134-1996 butir 7.5

Genteng hasil uji dibandingkan dengan syarat mutu yang tercantum pada Tabel 1 diatas, sehingga dapat dibuat keputusan apakah genteng tersebut memenuhi syarat mutu yang ditetapkan atau tidak. Demikian juga untuk

genteng keramik tidak berglasir, memiliki syarat mutu yang berbeda, seperti pada Tabel 2 di bawah.

1.a Permukaan atas genteng keramik berglasir

1.b Permukaan atas genteng keramik tidak berglasir

Gambar 1 Salah Satu Bentuk Genteng Keramik Berglasir dan Genteng Keramik Tidak Berglasir yang Diuji di Laboratorium Balai Besar Keramik Dari Gambar 1 tampak perbedaan permukaan atas genteng keramik berglasir yang licin dan mengkilat, sedangkan permukaan atas genteng keramik tidak berglasir kasar. 2.2 Lempung sebagai Bahan Baku Utama Pembuatan Genteng Lempung adalah hasil pelapukan dan perubahan susunan dari batuan beku yang mengandung oksida alumina dan oksida silika yang dikenal dengan nama kaolinit (Al2O3 .2SiO2 .2H2O). Pada umumnya, mineral yang terdapat pada lempung adalah jenis kaolinit dan alpha kuarsa.
101

Jurnal Standardisasi Vol. 13 No. 2 Tahun 2011: 98 - 111

Komposisi kimianya bervariasi tergantung daerah asal lempung. Ukuran butirnya sangat halus dan bentuk partikelnya pipih. Lempunglempung yang tersebar di Indonesia berwarna putih sampai berwarna coklat tua. Lempung yang berwarna coklat tua, pada umumnya ditemukan di wilayah yang subur atau banyak gunung berapi sehingga lempung jenis ini terdapat banyak kandungan organiknya. Kandungan mineral lempung lainnya adalah montmorillonite/bentonite, halloysite dan illite. Secara umum komposisi kimia lempung adalah sebagai berikut: a. Silika sebagai Kuarsa Bebas Silika memiliki 3 bentuk oksida yaitu kuarsa, tridimit dan kristobalit. Kuarsa mempunyai bentuk heksagonal, berat jenis 2,65, kekerasan 7 skala Mohs, titik lebur 1600 C. -kuarsa jika dibakar di atas temperatur 573 C berubah menjadi -kuarsa yang stabil pada temperatur 870 C. Jika -kuarsa dibakar di atas temperatur 870 C akan berubah menjadi tridimit. Tridimit juga mempunyai bentuk heksagonal, berat jenis 2,26, kekerasan 7 skala Mohs, titik lebur 1670 C. -tridimit stabil pada suhu bakar 117 C. Jika dibakar di atas temperatur 1470 C berubah menjadi kristobalit. b. Alumina Al2O3. Dapat bersenyawa dengan air. Gips (Al2O3. 3H2O ), Bauksit (Al2O3. 2H2O ), Diaspor (Al2O3. H2O ). c. Alkali: K2O dan Na2O Kedua bahan ini dapat menurunkan titik lebur lempung. Jika terdapat dalam jumlah yang banyak, maka lempung akan mempunyai titik lebur yang rendah atau jika massa siap pakai untuk produk genteng telah dikeringkan dan dibakar, pembakarannya rendah. d. Besi Besi berada dalam bentuk hematite (Fe2O3), limonit (2Fe2O3 .3H2O), pirit (FeS2). Besi memberikan warna merah atau coklat pada bahan ataupun hasil pembakaran produk genteng. e. Kalsium Calcite (CaCO3), dolomite (CaCO3. MgCO3) dan gips (CaSO4 .2H2O) f. Titanium Kadar rendah. Rutil TiO2, ilmenit FeO. TiO2 dan speen TiO2. SiO2 h. Carbon Warna keabu-abuan sampai hitam. Berasal dari tumbuhan yang membusuk dan meninggalkan zat arang. Memberikan sifat plastis pada bahan

lempung. Bahan-bahan pengotor pada lempung diantaranya (Soepomo 2010): 1. Bahan organik, berpengaruh pada keplastisan dan susut 2. Fragmen batuan induk, dapat mengganggu proses 3. Material berbutir relatif kasar (kerikil dan pasir), berpengaruh terhadap keplastisan dan susut. 4. Batuan karbonat (kapur, dolomite, magnesit) Kandungan batuan karbonat dapat menyebabkan lempung menjadi kurang plastis, warna pucat, koefisien muai panas rendah, lime blowing (pembengkakan karena batu kapur, menyerap air), menyebabkan retak bintang pada produk genteng sehingga genteng akan bocor 5. Garam-garam terlarut (K, Na, Mg)SO4, terjadi kristal putih pada permukaan (scuming) Bahan pengisi pada genteng antara lain pasir silika, grog, abu sekam padi, abu batu bara. Sifat-sifat dan fungsi bahan pengisi relatif keras, titik lebur tinggi, stabil (tidak mengalami susut lagi), berfungsi sebagai kerangka, mempercepat pengeringan dan mengurangi keplastisan (Soepomo 2010). Glasir adalah lapisan tipis, keras, mengkilap, transparan yang menutupi permukaan bodi bahan keramik. Fungsi glasir diantaranya dapat menambah keindahan penampilan permukaan genteng, membuat produk menjadi kedap air, meningkatkan ketahanan terhadap zat kimia dan mempertinggi kekuatan mekanis (Soepomo 2010). 2. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Data Pengujian Produk Genteng Berdasarkan hasil pengujian, maka dapat dilihat kesesuaian dengan syarat mutu SNI dari setiap perusahaan seperti pada Tabel 3. Pada tabel tersebut disajikan jumlah perusahaan genteng yang parameter ujinya sesuai dengan syarat mutu SNI.

102

Identifikasi Kualitas Produk Genteng Keramik (Arini)

Tabel 3 Rekapitulasi Data Hasil Pengujian Genteng Keramik Berglasir dari 7 (Tujuh) IKM di Daerah Jawa (Jatiwangi, Yogyakarta, Tulungagung, Kebumen, Trenggalek, Serang), Aceh Dan NTB
No. 1 2 Jenis Uji Klasifikasi Ukuran 2 Jumlah Genteng / m , maks, buah A 7 B 0 7 5 Ket Kecil = 0, Besar = 0 Sedang = 7

Pandangan Luar Permukaan glasir harus seragam, 0 bebas dari retak-retak dan cacat, warna glasir harus merata 2 Genteng keramik berglasir harus mempunyai permukaan yang utuh, tidak ada deformasi, kerapatan pada pemasangan di atas atap harus baik 3 Ketetapan Ukuran, min, mm Panjang berguna 7 Lebar berguna 1 Jarak penutup memanjang 7 Jarak penutup melintang 6 Kaitan Panjang Lebar Tinggi 4 Penyerapan Air, maks, % 7 5 Beban Lentur, min, kgf 4 6 Kejut Suhu 0 Keterangan: A = Jumlah perusahaan yang memenuhi B = Jumlah perusahaan yang tidak memenuhi

0 6 0 1 7 7 0 0 3 7

Hasil pengujian ketujuh perusahaan genteng keramik berglasir produk IKM, klasifikasi genteng didasarkan pada ukuran dan jumlah 2 genteng/m , diperoleh genteng kelas sedang sebanyak 7 perusahaan. Dari contoh tersebut terdapat 7 (total keseluruhan) perusahaan genteng yang tidak memenuhi syarat mutu pandangan luar. Hal ini disebabkan karena permukaan glasirnya kurang seragam, terdapat retak-retak dan cacat serta warna glasir kurang merata. Disisi lain dari ketujuh perusahaan tersebut, masih terdapat 2 perusahaan genteng yang permukaan gentengnya utuh, tidak ada deformasi, kerapatan pada pemasangan di atas atap cukup baik, sedangkan 5 perusahaan genteng tidak memenuhi syarat mutu karena permukaan glasir kurang seragam, terdapat retak-retak dan cacat, warna glasir kurang merata serta kerapatan genteng di atas atap kurang rapi dan baik. Tidak terpenuhinya syarat mutu pandangan luar dapat disebabkan karena terdapatnya bahan nonplastis yang terlalu banyak. Pada pengujian ketetapan ukuran ketujuh perusahaan, seluruh panjang bergunanya memenuhi syarat mutu, sedangkan pada nilai lebar berguna hanya terdapat 1 perusahaan genteng memenuhi syarat mutu,

dan 6 perusahaan tidak memenuhi syarat mutu. Jarak penutup memanjang semua perusahaan genteng memenuhi syarat mutu, tetapi pada jarak penutup melintang 6 perusahaan genteng yang memenuhi syarat dan hanya 1 perusahaan genteng yang tidak memenuhi syarat. Untuk panjang dan lebar kaitan semua perusahaan genteng memenuhi syarat, tetapi untuk tinggi kaitan semua perusahaan genteng tidak memenuhi syarat mutu. Ketidaksesuaian ketetapan ukuran dengan syarat mutu dapat disebabkan karena terlalu banyak bahan non plastis ataupun karena terlalu banyak bahan organik. Untuk parameter peresapan air, ketujuh perusahaan memenuhi syarat mutu. Sebaliknya untuk parameter ketahanan glasir terhadap kejut suhu tidak ada satupun perusahaan genteng yang memenuhi syarat mutu. Hal ini disebabkan karena permukaan glasir retak-retak, diperkirakan komposisi bahan glasir tidak sesuai dengan bodi gentengnya. Pada paramater beban lentur terdapat 4 perusahaan yang memenuhi syarat mutu, sedangkan 3 perusahaan tidak memenuhi syarat mutu. Beban lentur yang terlalu rendah dapat disebabkan karena terlalu sedikit bahan plastis dan suhu bakar yang kurang tinggi.

103

Jurnal Standardisasi Vol. 13 No. 2 Tahun 2011: 98 - 111

Tabel 4 Rekapitulasi Data Hasil Pengujian 16 (Enam Belas) Perusahaan Genteng Keramik Tidak Berglasir
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Jenis Uji Klasifikasi Ukuran Jumlah Genteng / m , maks, buah Mutu Tampak Permukaan atas mulus, tidak terdapat retak-retak, bintik-bintik hitam, benjolan dan lekukan Warna dan bentuk seragam Susunan genteng di atas atap rapi dan baik Ketetapan Ukuran, min, mm Panjang berguna Lebar berguna Jarak penutup memanjang Jarak penutup melintang Kaitan Panjang Lebar Tinggi Penyimpangan Bentuk rata-rata, maks, mm Penyerapan Air, maks, %
2

Keterangan Kecil = 11, Sedang = 5

14 1 5 10

2 (jumlah genteng berlebih) 15 11 5

15 2 16 7 15 16 0 15

1 14 0 9 1 0 16 1 1 10 Mutu I = 1, Mutu II = 1, Mutu III= 13

18 Beban Lentur, min, kgf Ket : A= Jumlah perusahaan yang memenuhi B = Jumlah perusahaan yang tidak memenuhi

Dengan kondisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kualitas genteng di wilayah Jawa (Jatiwangi, Yogyakarta, Tulung Agung, Kebumen, Trenggalek, Serang), Aceh dan Nusa Tenggara Barat tersebut sebagian besar belum sesuai dengan syarat mutu yang ditetapkan sehingga harus dilakukan perbaikan mutu baik dari segi kualitas bahan baku maupun prosesnya. Pada Tabel 4 disajikan data rekapitulasi pengujian genteng keramik tidak berglasir produk IKM di daerah Jawa (Jatiwangi, Yogyakarta, Tulung Agung, Kebumen, Trenggalek, Serang), Aceh dan NTB. Dari hasil pengujian keenam belas genteng keramik tidak berglasir, diperoleh genteng kelas kecil sebanyak 11 perusahaan, sedangkan genteng kelas sedang sebanyak 5 perusahaan. Dari keenam belas perusahaan tersebut, pada parameter uji mutu tampak terdapat 1 perusahaan genteng yang permukaan atas gentengnya mulus, tidak terdapat retak-retak, bintik-bintik hitam dan benjolan, sedangkan 15 perusahaan lainnya tidak memenuhi syarat mutu. Hal ini dapat disebabkan karena distribusi ukuran butir lempung merata/proporsional untuk bahan plastis dan non plastis. Dari keenam belas
104

perusahaan genteng tersebut, terdapat 5 perusahaan genteng yang warna dan bentuknya seragam, sehingga memenuhi syarat mutu, sedangkan 11 perusahaan lainnya tidak memenuhi syarat mutu. Hal ini dapat disebabkan karena terlalu banyaknya bahan non plastis pada bodi genteng. Dari keenam belas perusahaan tersebut, terdapat 10 perusahaan yang susunan genteng di atas atapnya rapi dan baik, sedangkan 6 perusahaan tidak memenuhi syarat mutu parameter tersebut. Ini diperkirakan karena akibat bahan non plastis yang terlalu banyak sehingga susutnya juga tidak beraturan. Pada pengujian ketetapan ukuran, dari keenam belas perusahaan genteng tersebut, terdapat 15 perusahaan genteng yang nilai panjang bergunanya memenuhi syarat mutu, sedangkan pada nilai lebar berguna hanya terdapat 2 perusahaan genteng yang memenuhi syarat mutu. Jarak penutup memanjang semua perusahaan genteng memenuhi syarat mutu, tetapi pada jarak penutup melintang, hanya 6 perusahaan genteng yang memenuhi syarat dan terdapat 9 perusahaan genteng yang tidak memenuhi syarat. Untuk panjang dan lebar kaitan, hampir sebagian besar perusahaan genteng memenuhi syarat mutu, tetapi untuk tinggi kaitan semua perusahaan genteng tidak

Identifikasi Kualitas Produk Genteng Keramik (Arini)

memenuhi syarat mutu. Hal ini berkaitan juga dengan keberadaan bahan non plastis yang terlalu banyak. Untuk parameter penyerapan air, dari keenam belas perusahaan genteng hanya terdapat 1(satu) perusahaan genteng yang tidak memenuhi syarat, sedangkan 13 perusahaan lainnya memenuhi syarat mutu kelas III (syarat mutu penyerapan air; 15-20%), 1 (satu) perusahaan memenuhi syarat mutu kelas II (penyerapan air 12-15%) dan 1 (satu) perusahaan memenuhi syarat mutu kelas I (penyerapan air kurang dari 12 %). Pada paramater beban lentur terdapat 10 perusahaan genteng yang tidak memenuhi syarat mutu, hanya terdapat 1(satu) perusahaan yang memenuhi syarat mutu kelas I, 3 (tiga) perusahaan memenuhi syarat mutu kelas II dan 2 (dua) perusahaan yang memenuhi syarat mutu kelas III. Nilai beban lentur yang rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya terlalu banyak bahan non plastis dan suhu bakar yang terlalu rendah. Dengan kondisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sama halnya dengan genteng keramik berglasir, kualitas genteng keramik tidak berglasir di wilayah Jawa (Jatiwangi, Yogyakarta, Tulung Agung, Kebumen, Trenggalek, Serang), Aceh dan Nusa Tenggara Barat tersebut sebagian besar belum sesuai dengan syarat mutu yang ditetapkan sehingga harus dilakukan perbaikan mutu baik dari segi kualitas bahan baku maupun prosesnya. 3.2 Analisis Parameter Uji 3.2.1 Analisis Mutu Tampak Warna yang merata ditandai dengan terdapatnya warna yang sama di semua bagian permukaan,

tidak terdapat warna bodi yang pucat atau sebagian permukaan yang lain warnanya agak kuat atau pada sebagian genteng yang lain terdapat warna hitam gosong akibat api pembakaran. Demikian juga pada genteng berglasir, amati warna permukaan glasir merata atau tidak. Warna glasir yang merata ditandai dengan permukaan glasir yang mengkilat di semua bagian permukaan, sedangkan yang tidak merata, permukaan glasir ada yang opaque, tebal dan ada juga yang transparan. Permukaan genteng yang kasar diakibatkan karena terlalu banyak bahan yang kasar atau bahan kurang plastis. Bahan kasar tersebut dapat berupa pasir atau batuan lainnya Retakretak bintang diakibatkan karena terdapatnya butiran kapur pada bahan lempung. Terjadinya deformasi diakibatkan karena kadar air pembentuk massa plastis genteng tidak merata terdistribusi di semua bagian massa dan terjadinya campuran bahan yang tidak merata. Kerapatan pada pemasangan genteng di atas atap kurang rapi dan baik diakibatkan karena terjadinya deformasi sehingga kurang seragam. Pada saat genteng dipasang di atas reng, maka akan terlihat tidak rapi, terdapat bagian yang tidak saling mengunci dengan kuat dan terdapat bagian yang berlubang. Sebagai akibatnya akan menimbulkan kebocoran pada saat hujan deras tiba. Permukaan genteng yang baik adalah permukaan yang halus, tidak terdapat retakretak, bintik-bintik hitam, benjolan, lekukan, tidak terjadi deformasi pada genteng keramik tidak berglasir dan genteng keramik berglasir dan kerapatan pada pemasangan genteng di atas atap rapi dan baik. Hasil uji mutu tampak genteng keramik tidak berglasir disajikan pada Gambar 2 di bawah ini.

d f

Gambar 2 Mutu Tampak Genteng Keramik Produk IKM Dari Gambar 2 terlihat sifat tampak permukaan genteng keramik tidak berglasir dan genteng keramik berglasir. Gambar-gambar di atas hanyalah beberapa contoh mutu tampak genteng yang ditampilkan yang mewakili keadaan mutu tampak genteng yang diuji. Pada Gambar 2.a 2.c menunjukkan genteng keramik yang mutu tampaknya tidak sesuai dengan persyaratan SNI karena terlihat jelas terdapatnya warna permukaan genteng yang pucat, sebagian
105

Jurnal Standardisasi Vol. 13 No. 2 Tahun 2011: 98 - 111

permukaan hitam dan sebagian lainnya berwarna pucat. Sedangkan Gambar 2.d menunjukkan permukaan genteng yang mutu tampaknya sesuai dengan persyaratan SNI. Syarat mutu untuk parameter mutu tampak yaitu bahwa genteng keramik tidak berglasir harus mempunyai permukaan atas mulus, tidak terdapat retak-retak, bintik-bintik hitam, benjolan dan lekukan. Warna dan bentuk harus seragam. Susunan genteng di atas atap rapi dan baik. Mutu tampak yang memenuhi syarat dapat mempengaruhi nilai estetika/keindahan, serta meningkatkan kekuatan mekanik (beban lentur) dan fisik (penyerapan air). Jika permukaan glasir kuat dan merata dapat meningkatkan ketahanan kimia. Variasi warna dan jenis glasir yang digunakan menentukan konsumen dalam membuat pilihan disamping memperhatikan pula aspek tekniknya. Produk genteng yang telah beredar di pasaran selain genteng keramik diantaranya genteng metal, genteng tahan gempa, genteng beton, genteng tahan angin kencang, solar rooftile, roof-tile mortar, genteng yang ditambahkan bahan aditif dan genteng yang permukaannya dilapisi membran tipis. 3.2.2 Analisis Ukuran Ukuran kaitan genteng perlu diketahui karena berhubungan dengan proses pemasangan genteng pada konstruksi bangunan seperti yang terlihat pada Gambar 3 dalam prakteknya genteng yang satu dikaitkan ke genteng yang lain melalui kaitan genteng. Syarat agar kaitan genteng dapat mengait dengan baik adalah tinggi kaitan harus mencukupi/cukup aman agar genteng tidak terlepas dari kaitannya dan cukup menopang beban genteng secara keseluruhan.

Demikian pula dengan panjang dan lebar kaitan harus cukup aman agar genteng dapat saling mengait dengan kuat tanpa terjadi pergeseran. Penyimpangan bentuk juga menjadi pertimbangan keamanan pada aplikasi pemasangan genteng di atas atap. Genteng yang memiliki nilai penyimpangan bentuk yang besar, berarti bahwa genteng tersebut bentuknya tidak seragam. Akibat yang ditimbulkan adalah pada pemasangan genteng di atas atap menjadi tidak rapi, tidak rapat, terdapat lubanglubang/celah antar genteng yang dapat menyebabkan air hujan masuk ke dalam celahcelah tersebut dan menimbulkan kebocoran. Selain itu juga kaitan antar genteng menjadi tidak kuat. Panjang berguna dan lebar berguna bermanfaat untuk menghitung seberapa banyak jumlah genteng efektif yang diperlukan untuk 2 memenuhi kebutuhan 1 m genteng keramik. Ukuran terlalu panjang diakibatkan terlalu banyak bahan pengisi yang pada umumnya merupakan bahan non plastis. Sifat dari bahan non plastis dapat memperkecil susut. Panjang dan lebar berguna yang tidak memenuhi syarat akan mengakibatkan pemasangan genteng di atas atap menjadi tidak rapi. Tampak dari pengamatan terjadinya susunan genteng yang tinggi dan tidak beraturan. Demikian juga apabila terlalu pendek ukurannya disebabkan karena bahan terlalu banyak pelebur, kadar air pada massa plastisnya terlalu tinggi, banyak mengandung bahan organik dan suhu bakar tinggi. Panjang, lebar dan tinggi kaitan yang nilainya kurang dari syarat mutu, akan mengakibatkan susunan genteng tidak saling kunci mengunci dengan kuat karena terdapatnya bagian yang longgar.

Gambar 3 Aplikasi/Pemasangan Genteng Dari Gambar 3 dengan pandangan mata dapat dilihat pemasangan genteng yang rapi dan baik, paduan warna permukaan genteng menambah nilai estetika, disamping penerapan teknologi bahan baku dan proses yang baik.
106

3.2.3 Analisis Penyerapan Air Penyerapan air yang tinggi di atas 20 % disebabkan terlalu banyak bahan pengisi, bahan plastis atau peleburnya kurang dan suhu bakar rendah. Penyerapan air yang terlalu besar

Identifikasi Kualitas Produk Genteng Keramik (Arini)

mengakibatkan air hujan mudah masuk meresap pada permukaan genteng dan bodi bagian dalam sehingga mempengaruhi mutu genteng, memungkinkan permukaannya menjadi lembab dan ditumbuhi lumut. Maka untuk mengurangi peresapan air yang tinggi dengan cara meningkatkan suhu pembakaran,atau dengan menambahkan bahan plastis. 3.2.4 Analisis Ketahanan Glasir terhadap Kejut Suhu Pengujian kejut suhu dilakukan untuk mengetahui ketahanan retak glasir terhadap perubahan suhu tinggi/ekstrim. Untuk di daerah tropis, pada saat musim hujan, suhu air hujan yang kontak dengan permukaan genteng keramik berglasir berada pada suhu yang rendah. Sedangkan pada saat musim kemarau yang panas, sinar matahari yang kontak dengan dengan permukaan genteng berada pada nilai yang maksimum. Permukaan genteng keramik berglasir yang mengalami perubahan menjadi retak-retak dipersyaratkan dalam SNI. 3.2.5 Analisis Beban Lentur Pengujian beban lentur bertujuan untuk mengetahui kekuatan/beban genteng. Beban lentur yang relatif kecil disebabkan karena bahan pengisi yang terlalu banyak, keplastisan rendah, campuran massa plastis kurang rata, suhu bakar rendah dan kepadatan bodi kurang. Secara fisik dapat diamati untuk produk genteng yang beban lenturnya rendah, dengan ukuran yang sama, genteng yang beban lenturnya

Identifikasi Mutu Produk Genteng Berdasarkan Keseluruhan Parameter Uji Yang Memenuhi Syarat Mutu SNI 3.3.1 Genteng Keramik Berglasir Mutu suatu produk genteng keramik berglasir ditentukan oleh keseluruhan parameter pengujian yang harus sesuai dengan syarat mutunya. Misal suatu produk genteng keramik berkode produk A memiliki klasifikasi ukuran genteng sedang dengan jumlah genteng 20 buah/m2. Jumlah tersebut sesuai dengan syarat mutu ukuran genteng sedang yang mensyaratkan jumlah genteng maksimum yang diperbolehkan sebanyak 21 buah/m2. Sifat tampak permukaan dan warna di seluruh bagian glasirnya merata, permukaan glasirnya tidak retak-retak, tidak terdapat benjolan atau lekukan dan tidak terdapat bintik-bintik hitam. Panjang, lebar, kaitan (panjang, lebar dan tebal), penyimpangan bentuk rata-rata, panjang berguna dan lebar berguna memenuhi syarat mutu sesuai dengan kelasnya. Penyerapan air memenuhi syarat mutu sesuai kelasnya. Genteng tersebut permukaan glasirnya tidak terjadi retak-retak pada pengujian ketahanan glasir terhadap kejut suhu, dan memiliki beban lentur yang sesuai dengan mutu kelasnya. Dengan demikian produk genteng dengan kode A tersebut dapat disimpulkan telah memenuhi seluruh persyaratan SNI Genteng keramik berglasir atau 100 % memenuhi syarat SNI. Hasil identifikasi mutu seluruh produk genteng keramik disajikan pada Tabel 5 Identifikasi mutu produk genteng keramik berglasir.

3.3

Tabel 5 Identifikasi Mutu Produk Genteng Keramik Berglasir Berdasarkan Parameter Uji yang Memenuhi Syarat Mutu SNI
Parameter Uji Klasifikasi Ukuran Mutu Tampak Ukuran Penyerapan Air, % Beban Lentur,N A B C D E F X 17,42 X 1050 X 45,2 G X 11,66 2312 X 61,9 Keterangan Kesesuaian Dengan Syarat Mutu X X 11,77 1635 X X 11,42 1848 X X 11,98 2140 X 61,9 X 12,61 X 1051 X 45,2 X 11,42 X 706 X 28,6

Ketahanan glasir terhadap kejut suhu Kesesuaian dengan 61,9 61,9 syarat mutu SNI (%) Catatan : memenuhi syarat mutu X : tidak memenuhi syarat mutu

Kesesuaian hasil uji genteng dengan syarat mutu SNI dihitung dengan cara membuat perbandingan antara jumlah parameter uji yang hasilnya sesuai dengan syarat mutu terhadap

jumlah total parameter uji dalam persen. Nilai rata-rata adalah rata-rata kualitas genteng yang diuji, dihitung dengan cara menjumlahkan persentase kesesuaian ketujuh perusahaan
107

Jurnal Standardisasi Vol. 13 No. 2 Tahun 2011: 98 - 111

genteng dibagi dengan tujuh perusahaan genteng. Median adalah nilai tengah dari persentase kesesuaian terhadap SNI dari ketujuh perusahaan genteng yang diuji. Sedangkan nilai terendah dan nilai tertinggi adalah persentase kesesuaian terhadap mutu SNI dari perusahaan genteng yang paling rendah dan yang paling tinggi. Perhitungan statistik dari data yang telah diolah adalah sebagai berikut : Nilai rata-rata : 52,4 % Modus : 61,9 % Median : 61,9 % Nilai terendah : 28,6 % Nilai tertinggi : 61,9 %

Dari data pengujian genteng keramik berglasir pada Tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa seluruh produk genteng memiliki nilai kesesuaian dengan syarat mutu SNI di bawah nilai 70 %. Hal ini berarti bahwa produk genteng yang dihasilkan kualitasnya masih rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan mutu bahan baku bodi maupun glasir, perbaikan proses dan perbaikan/optimasi pembakaran. Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa persentase rata-rata kesesuaian hasil uji terhadap syarat mutu SNI untuk genteng yang diuji hanya mencapai 52,4%, sedangkan sisanya tidak memenuhi syarat mutu.

Gambar 4 Grafik Rata-Rata Kesesuaian Hasil Uji Genteng Keramik Berglasir terhadap Syarat Mutu SNI Tabel 6 Identifikasi Mutu Produk Genteng Keramik Tidak Berglasir Berdasarkan Parameter Uji yang Memenuhi Syarat Mutu SNI.
N o 1. 2. 3. 4. 5. 6. Parame ter Uji Klasifika si Ukuran Mutu Tampak Ukuran Penyera pan Air, % Beban Lentur, kgf Kesesua ian dengan syarat mutu SNI (%) A I 11, 81 III 85 84, 6 B x x II 17, 31 III 91 51, 4 C x x II 16, 86 X 52 34, 3 D III 15, 39 I 187 80, 9 E II 14, 43 X 76 67, 5 F G H I J K L x III 17, 04 X 45 47, 5 M x X 21, 70 X 56 18, 0 N x x III 18, 01 II 146 54, 3 O x III 16, 48 X 67 54, 3 P x III 16, 69 X 73 38, 0 Kesesuaian dengan syarat mutu x x III 15, 36 X 72 54, 3 III 15, 10 II 120 58, 0 III 16, 72 II 165 81, 8 III 19, 23 X 40 64, 6 x III 19, 29 X 45 51, 4 III 15, 74 X 46 67, 5

Catatan X

: memenuhi syarat mutu : tidak memenuhi syarat mutu

Perhitungan statistik dari data yang telah diolah adalah sebagai berikut Nilai rata-rata : 56,8 % Modus : 54,3 % Median : 54,3 %
108

Nilai terendah : 18,0 % Nilai tertinggi : 84,6 % Dari data pengujian genteng keramik tidak berglasir pada Tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa seluruh produk genteng memiliki nilai

Identifikasi Kualitas Produk Genteng Keramik (Arini)

rata-rata kesesuaian dengan syarat mutu SNI hanya 56,8 %. Data terbanyak diperoleh 54,3 % kesesuaian dengan syarat mutu SNI. Hal ini berarti bahwa produk genteng yang dihasilkan kualitasnya masih rendah. Adapun produk genteng dengan tingkat kesesuaian dengan syarat mutu SNI tertinggi mencapai 84,6 % jumlahnya hanya 3 produk genteng atau sekitar 18,75 %. Perbaikan mutu bahan baku bodi maupun glasir, perbaikan proses dan perbaikan/optimasi pembakaran dan inovasi terhadap keseluruhan proses perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan daya saing di pasar dalam negeri maupun di luar negeri. 3.4 Perbaikan Mutu Produk Genteng melalui Perbaikan Bahan Baku, Proses Pembuatan dan Proses Pembakaran Terdapat banyak alternatif perbaikan mutu produk genteng melalui pengolahan bahan baku, teknik pembentukan dan proses pembakaran. Pengolahan bahan baku diantaranya bahan baku lempung dicampur dengan bahan-bahan organik yang mengandung silika dengan perbandingan tertentu. Bahan organik yang digunakan adalah sekam padi, limbah bambu/daun bambu, serbuk gergaji, limbah plastik, dll (www.wikipedia.indonesia.com). Keuntungan teknisnya yaitu bobot lebih ringan 30% 40% dibandingkan genteng atau bata konvensional, genteng tidak tembus air, mempunyai kekuatan yang seimbang serta tetap tidak hancur bila direndam dalam air dan tidak

bocor, proses pabrikasi tidak sulit, proses pembentukan sederhana, dapat menyesuaikan bentuk genteng atau bata yang sudah ada, mempunyai sifat mekanik yang sama dan bahkan cenderung lebih baik dibandingkan genteng konvensional[8] dan dari segi ekonomi dapat menekan harga pembangunan rumah karena kayu penyangga/plafon genteng yang digunakan tidak perlu dari jenis kayu yang bagus dan mahal, tetapi cukup menggunakan kayu yang sederhana saja, sehingga harganyapun relatif lebih murah [www.wikipedia.indonesia.com]. Dari segi proses pembuatan diantaranya dengan menggunakan mesin cetak yang secara teknis dapat menghemat penggunaan tenaga manusia, memiliki hasil cetak yang bagus dan rapi. Perbaikan dari segi proses pembakaran diantaranya melakukan optimasi suhu pembakaran. Disamping telah berkembangnya genteng yang terbuat dari bahan baja yang lebih tahan lama dan memperhatikan faktor keamanan, hemat energi, hemat biaya dan ramah lingkungan, terbuat dari bahan yang tidak beracun seperti semen, pasir dan air. Genteng keramik akan bersaing dengan genteng dengan bahan baku dari bahan lainnya. Parameter uji yang sangat mempengaruhi kualitas genteng adalah beban lentur dan peresapan air. Hubungan antara nilai beban lentur dan peresapan air disajikan pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5 (a)-(b). Grafik Hubungan antara Beban Lentur dan Peresapan Air Genteng Keramik Berglasir dan Genteng Keramik Tidak Berglasir Dari grafik yang merupakan data hasil uji beban lentur dan peresapan air genteng A hingga genteng G, terlihat bahwa nilai peresapan air terhadap beban lentur sangat fluktuatif. Hal ini disebabkan terdapat perbedaan kualitas bahan baku yang digunakan oleh masing-masing perusahaan genteng. Secara teori untuk jenis kualitas bahan baku yang sama, komposisi, proses pembuatan dan pembakaran berbeda, semakin rendah peresapan air, maka semakin
109

Jurnal Standardisasi Vol. 13 No. 2 Tahun 2011: 98 - 111

tinggi nilai beban lentur, karena pada pembakaran yang lebih tinggi telah terjadi peleburan massa gelas dan pori-pori yang semakin kecil. Keadaan terbalik bisa ditemukan pada kasus dimana produk genteng mengalami black core pada penampang melintangnya yang menyebabkan produk genteng dengan peresapan air yang rendah memiliki nilai beban lentur rendah. Untuk produk genteng dengan jenis kualitas bahan baku yang berbeda, variasi perbedaan dapat banyak terjadi walaupun dengan nilai pembakaran yang sama. Sebagai contoh, genteng dari berbagai perusahaan yang berbeda dibakar pada temperatur yang sama dapat dihasilkan kualitas produk yang berbeda. Hal ini terjadi karena faktor bahan baku yang berbeda. Jika pada temperatur pembakaran yang sama, diperoleh peresapan air yang sama, tetapi beban lentur yang berbeda, maka kemungkinan yang terjadi adalah kualitas/jenis bahan baku yang digunakan tidak sama. 3. KESIMPULAN DAN SARAN

harus terus ditingkatkan guna meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan agar dapat bersaing dengan industri genteng lainnya. Perlu dilakukan kerjasama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengenai pengembangan inovasi genteng keramik. Sosialisasi penerapan SNI perlu dilakukan secara berkala agar industri memahami manfaat dari penerapan SNI tersebut Perbaikan mutu produk genteng melalui perbaikan bahan baku, proses pembuatan dan proses pembakaran perlu dilakukan Inovasi harus terus dikembangkan baik dari segi bahan baku, proses, bentuk dan ukuran genteng, aksesori genteng , manfaat genteng dan pemasaran produk yang disesuaikan dengan kebutuhan. DAFTAR PUSTAKA

. Arini

4.1 Kesimpulan Sebagian besar (81,25%) genteng produk industri kecil (IKM) dari wilayah Jawa (Jatiwangi, Yogyakarta, Tulung Agung, Kebumen, Trenggalek, Serang), Aceh dan Nusa Tenggara Barat yang merupakan Industri Kecil Menengah kualitasnya belum memenuhi syarat mutu SNI genteng dari parameter uji klasifikasi ukuran, mutu tampak, ketepatan ukuran, penyerapan air dan beban lentur yang sebagian besar beban lenturnya hanya memenuhi mutu kelas II dan kelas III dan glasirnya tidak tahan terhadap kejut suhu. Genteng dengan kualitas paling baik yaitu genteng keramik tidak berglasir dengan kode Genteng A (kesesuaian dengan syarat mutu SNI 84,6%) yang termasuk genteng ukuran kecil 2 dengan jumlah genteng/m terdapat 23 buah, permukaan genteng cukup halus, tidak terdapat retak-retak dan bintik-bintik hitam, warna permukaan genteng merata, bentuk kurang seragam, pemasangan genteng di atas atap rapi dan baik. Penyerapan air termasuk ke dalam mutu I, sedangkan beban lenturnya termasuk mutu kelas III.

4.2 -

Saran Dengan mempertimbangkan keterbatasan bahan baku genteng dari alam yang kualitasnya baik untuk pembuatan genteng dan keterbatasan pengetahuan para pengelola produk genteng, menyebabkan produksi genteng yang kualitasnya kurang baik maka pembinaan terhadap industri kecil genteng keramik

Rasma dan Apriani Setiati.(2010). Pengendalian Mutu dan Hasil Uji Produk Genteng. Sosialisasi Standar Nasional Indonesia Produk Genteng. Yogyakarta. http//: www.wikipedia.indonesia.com Ishikawa, Kaoru. (1981).Guide to Control. Asian Productivity Organization, Fourth printing Jonjaua Ranogajec and Sinisa Markov, Jelena Kiurski and Miroslava Radeka, Vilma Ducan. (2008). Microbial Deterioration of Clay Roofing Tiles as a Funtion of the Firing Temperature. Journal American Ceramic 91 (11) 3726-3731 M. Paganelli, D. Sighinolfi. (2009).Ceramic Forum International. DKG 86 No. 3 Pusat Standardisasi Badan Penelitian dan Pengembangan Industri. (2010). Kebijakan Standar Nasional Indonesia Bidang Industri. Sosialisasi Perumusan dan Penerapan Standar Nasional Indonesia. Yogyakarta Badan Standardisasi Nasional. (1996). SNI 152134-1996.1996. Genteng Keramik Berglasir. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta. -------, (1998). SNI 03-2095-1998.1998. Genteng Keramik. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta. Supomo. (2010). Pengaruh Bahan Baku terhadap Mutu Produk. Sosialisasi Standar Nasional Indonesia Produk Genteng. Yogyakarta. Vickie Crenshaw and Jim D. Koontz, P.E. (2000). Roofing Industry Committee on Weather Issues (RICOWI) Meeting.

110

You might also like