You are on page 1of 16

PAPER FRAKTUR CRURIS

Disusun Oleh : Kelompok 5

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG 2012

ANGGOTA KELOMPOK

Eni Astutiningsih Agus Junaedi Nasikhatus Sangadah Tri Septi Pujirahayu Nur Rohyanti Ikhsan Haniati Nur.F Budiman Fedi Sudrajat Dwi Nur MJ Istingadah

A11100708 A11100709 A11100710 A11100711 A11100712 A11100714 A11100715 A11100716 A11100717 A11100718 A11100719

A.KASUS

Mr. A 35 years old has just got accident on the street. He is admitted to Emergency Room in Amani Hospital. Nurse T asses him to know more about his condition. Mr. A complains that his left leg cannot be moved and so painful. He screams extremely. Doctor says that he has 1/3 distal cruris complete fracture and advises to conduct ORIF treatment.

Tn.A berumur 35 tahun keceakaan di jalan raya. Dia dibawa ke ruang UGD di rumah sakit Amani . Perawat T mengkaji tentang kondisi Tn.A. Tn A

mengeluh bahwa kaki kirinya tidak dapat digerakkan dan begitu sakit. Dia berteriak keras. Dia mengatakan bahwa dia fraktur cruris 1/3 distal menyarankan untuk dilakukan tindakan ORIF. dan

B. METODE SEVEN JUMPS 1.Identifikasi kata kata sulit a. Fraktur yaitu terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. (Mansjoer, Arif, dkk. 2000 ; 346). Fraktur adalah peristiwa patahnya atau distrupsi pada tulang. (Ignatavicius, Donna D. 1992 ; 232). Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart)

b. Distal yaitu menunjukan area menjauhi jantung sedangkan proximal adalah penunjukan area mendekati jantung. c. Cruris yaitu tulang kering di kaki yang terdiri dari dua bagian yaitu tibia dan fibula d. ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi),open reduksi merupakan suatu

tindakan pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah / fraktur sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.Internal fiksasi biasanya melibatkan penggunaan plat, sekrup, paku maupun suatu intramedulary (IM) untuk mempertahan kan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. 2. Penentuan Masalah
a. Tindakan apa yang dilakukan oleh perawat bila ada pasien dengan

kondisi tersebut ?
b. Apakah ada tindakan lain selain dilakukan ORIF ? c. Bagaimana langkah langkah pertolongan pertama yang dilakukan

pada saat kejadian ?


d. Apa akibatnya jika tidak segera dilakukan tindakan ORIF ?

e. Apa dampak jangka panjang terhadap pasien jika terjadi fractur

cruris ?
f.

Bagaimana dampak dari tindakan ORIF ?

3. Brainstorming
Jawaban penentuan masalah a. Mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan posisi kaki agar tidak terjadi cidera,mencegah shock dan pendarahan serta mengurangi rasa nyeri. b. Tindakan yang bisa dilakukan selain tindakan ORIF adalah pembidaian. c. Langkah langkah pertolongan pertama pada saat kejadian yaitu dibawa ke tempat yang lebih aman, diperiksa jalan nafas, nadi dan dibawa ke rumah sakit terdekat d. Jika tidak dilakukan tindakan ORIF maka pasien dalam melakukan aktifitas sehari hari tidak dapat menggerakan kakinya selama pengobatan berlangsung . e. Dampak jangka panjang terhadap pasien jika terjadi fraktur adalah tidak dapat melakukan kegiatan sehari hari dan hanya menggunakan bantuan tongkat. f. Dampak tindakan ORIF adalah dapat memperbesar kemungkinan terjadinya infeksi.

4.Mind Mapping Tn A Kecelakaan Tn A mengeluh kaki kirinya tidak dapat digerakkan dan sakit Tn A mengalami fraktur cruris 1/3 distal Dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan ORIF

Keuntungan ORIF

Kerugian ORIF

a. Ketelitian reposisi fragmen fragmen fraktur b. Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf disekitarnya c. Stabilitas fiksasi yang cukup memedai dapat dicapai d. Potensi untuk mempertahankan sendi yang mendekati normal serta kekuatan otot selama parawatan fraktur

a. Setiap operasi mempunyai resiko komplikasi bahkan kematian akibat dari tindakan tersebut b. Penanganan operatif memperbesar kemungkinan infeksi dibandingkan pemasangan gips atau traksi c. Pembedahan dapat menimbulkan cidera pada struktur jaringan

5.Tujuan Pembelajaran a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian fraktur cruris dan tindakan ORIF. b. Mahasiswa mampu menganalisa tindakan yang dilakukan terhadap pasien dengan kasus fraktur cruris. c. Mahasiswa mampu menyebutkan langkah langkah pertama yang dilakukan pada kejadian sesuai kasus d. Mahasiswa mengetahui dampak negatif jika tidak dilakukan tindakan ORIF. e. Mahasiswa mampu menjelaskan dampak terjadinya fraktur cruris. f. Mahasiswa mengetahui keuntungan dilakukan tindakan ORIF.

C.TINJAUAN TEORI 1. Pengertian Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma. Patah tulang tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Pendapat lain menyatakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992). Fraktur tibia dan fibula yang terjadi akibat pukulan langsung, jatuh dengan kaki dalam posisi fleksi, dan gerakan memuntir yang keras. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya(Brunner & Suddarth, 2001:2357). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan / atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Arif Mansjoer, 2000:346). Fraktur cruris adalah adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya,terjadi pada tulang tibia dan fibula. (Brunner & Suddarth, 2001).
2. Etiologi a. Trauma direk (langsung), menyebabkan tulang patah pada titik

terjadinya kekerasan / trauma itu, misalnya trauma akibat kecelakaan


b. Trauma indirek (tidak langsung), menyebabkan patah tulang di tempat

yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan, yang patah biasanya bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan
c. Patologis, disebabkan oleh adanya proses patologis misalnya tumor,

infeksi dan osteoporosis tulang karena disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang dan disebut patah tulang patologis.
d. .Kelelahan / stress, misalnya pada olahragawan mereka yang baru saja

meningkatkan kegiatan fisik misalnya pada calon tentara.

e. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk,

gerakan puntir mendadak, kontraksi otot ekstrim.Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.
3. Klasifikasi

Klasifikasi fraktur : Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst). b. Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari : c. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang). d. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang). Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah : a. Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan). b. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan). c. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya). Berdasarkan posisi fragmen : a. Undisplaced (tidak bergeser)/garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser. b. Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar : a. Tertutup b. Terbuka (adanya perlukaan dikulit). Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma a. Garis patah melintang b. Oblik / miring. c. Spiral / melingkari tulang d. Kompresi e. Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada patela.

Berdasarkan kedudukan tulangnya : a. Tidak adanya dislokasi. b. Adanya dislokasi Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur : a. Tipe Ekstensi Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalamposisi supinasi. b. Tipe Fleksi Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi. (Mansjoer, Arif, et al, 2000)
4. Patofisiologi Tulang dikatakan frak

You might also like