You are on page 1of 6

PELANGGARAN HAM INTERNASIONAL a.

GENOSIDA Genosida atau genosid adalah sebuah pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau kelompok dengan maksud memusnahkan (membuat punah) bangsa tersebut. Kata ini pertama kali digunakan oleh seorang ahli hukum Polandia, Raphael Lemkin, pada tahun 1944 dalam bukunya Axis Rule in Occupied Europe yang diterbitkan di Amerika Serikat. Kata ini diambil dari bahasa Yunani genos ('ras', 'bangsa' atau 'rakyat') dan bahasa Latin caedere ('pembunuhan'). KASUS:

Genosida Armenia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Gambar mayat-mayat orang Armenia.


Genosida Armenia (bahasa Armenia Hayoc' c'ejaspanut'iwn; bahasa Turki Ermeni Soykrm) merujuk kepada sebuah peristiwa sekitar Perang Dunia I (dari tahun 1915 - 1917) ketika menurut laporan beberapa pihak banyak orang Armenia dibantai oleh tentara Kerajaan Ottoman Turki.[1] Turki sampai sekarang masih menyangkal adanya pembantaian atau genosida. Namun mereka mengakui bahwa memang terjadi kematian secara besar-besaran yang terjadi karena peperangan dan hal-hal yang bersangkutan seperti wabah penyakit dan kelaparan. Namun hal ini tidak terjadi secara sistematis.[2] Namun sebagian besar ilmuwan dari negara Barat dan Rusia menyatakan bahwa sebuah genosida pernah terjadi dan hal ini dilaksanakan secara sistematis oleh kaum Turki Muda. Sampai saat ini ada 22 negara yang mengakui adanya genosida ini.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Latar belakang 2 Posisi pemerintahan Turki 3 Pengakuan adanya Genosida Armenia 4 Lihat pula 5 Catatan kaki 6 Daftar pustaka

[sunting]Latar

belakang

1915

Rafael de Nogales Mndez (1879-1936), sebuah Venezuela petugas yang bertugas di tentara Ottoman, menulis rekening rinci tentang pembantaian di bukunya Cuatro aos bajo la media luna
Selama berabad-abad, Armenia ditaklukkan oleh orang Yunani, Romawi, Persia, Bizantium, Mongol, Arab, Turki Ottoman, dan Rusia. Sejak abad ke-17hingga masa Perang Dunia I, sebagian besar tanah orang Armenia dikuasai oleh orang Turki Ottoman, yang mengakibatkan orang Armenia menderita akibatdiskriminasi, penganiayaan agama, pajak yang berat dan tindakan kekerasan[3], meski mereka merupakan salah satu suku bangsa minoritas terbesar di kerajaan Ottoman..[4]

Akibat munculnya nasionalisme Armenia, orang Turki membantai beribu-ribu orang Armenia antara tahun 1894 hingga 1896. Akan tetapi pembantaian yang paling mengerikan terjadi pada bulan April 1915, saat berlangsungnya Perang Dunia I. Ketika itu orang Turki melakukan pembersihan etnis dengan menggiring orang-orang Armenia ke gurun pasir Suriah dan Mesopotamia. Menurut perkiraan para sejarawan, antara 600.000 hingga 1,5 juta orang Armenia dibunuh atau mati kelaparan dalam peristiwa ini. Pembantaian terhadap orang Armenia konon merupakan genosida pertama pada abad ke-20.

[sunting]Posisi

pemerintahan Turki

Hingga sekarang pemerintahan Turki tidak mau mengakui kejahatan tersebut dengan menyatakan bahwa jumlah korban yang jatuh lebih kecil dan mereka mati karena perang saudara bukan karena pembersihan etnis. (Selama bertahun-tahun, kebanyakan negara Barat sendiri menghindari isu ini demi menghormati Turki yang menjadi sekuler setelah pemerintahan Kemal Ataturk). Pada kenyataannya, ditutup-tutupinya pembantaian ini sendiri baik oleh orang Turki maupun pemerintahan Barat konon memberikan inspirasi kepada Hitler untuk membantai orang Yahudi, meskipun hal ini masih menjadi kontroversi. Sementara itu Uni Eropa menyatakan bahwa salah satu persyaratan bagi Turki untuk masuk ke Uni Eropa ialah dengan mengakuinya genosida ini. Di sisi lain ada semakin banyak pakar dan ilmuwan Turki yang mengakui pernah adanya genosida ini. Mereka antara lain adalah Taner Akam, Fatma Muge Gocek, dan Halil Berktay.

[sunting]Pengakuan

adanya Genosida Armenia

Negara-negara dan daerah yang telah mengakui Genosida Armenia


Negara-negara dan organisasi internasional berikut mengakui bahwa Genosida Armenia memang pernah terjadi:

1. Beberapa negara bagian Amerika Serikat 2. Argentina 3. Armenia 4. Belanda 5. Belgia 6. Dewan Eropa 7. Italia 8. Kanada 9. Libanon 10. Perancis 11. Polandia 12. Rusia 13. Siprus 14. Swedia 15. Swiss 16. Uni Eropa 17. Uruguay 18. Yunani 19. Vatikan

b. KEJAHATAN PERANG KASUS:

Pelanggaran HAM AS di Irak: Mencengangkan!


OPINI | 16 June 2010 | 15:07 370 19 4 dari 5 Kompasianer menilai Aktual

Berikut ini saya turunkan fakta pelanggaran HAM AS di Irak terhadap anak-anak selama masa embargo ekonomi dan pendudukan negara tersebut di sebuah negara berdaulat dan anggota PBB, berdasarkan tulisan Sajidah Mousawi di surat kabar mingguan al-Arab al-Usbui, edisi 12-18 Juni 2010.

Sajidah membuka tulisan tersebut dengan mengatakan bahwa tidak ada di dunia ini kezaliman yang paling keji dan brutal selain dari pendudukan (penjajahan). Pendudukan (Penjajahan) AS terhadap Irak sejak tahun 2003 lebih keji lagi karena didasarkan pada kebohongan publik yang dilakukan oleh Presiden Bush bahwa Irak mempunyai senjata pemusnah massal yang ternyata hanya isapan jempol belaka. Kemudian menduduki dan menjajahnya setelah terlebih dahulu selama 13 tahun mengembargo ekonomi negeri tersebut, dan sepanjang masa tersebut hingga sekarang telah menyisakan kehancuran bagi negeri kaya minyak tersebut dan tercabik-cabik dalam pusaran perang etnis dan sektarian yang sengaja diciptakan oleh AS. Pelanggaran HAM Anak pada masa Embargo (1990-2003) Pada tahun 1990 AS memberlakukan embargo ekonomi terhadap Irak berdasarkan keputusan DK PBB pada tgl. 6 Agustus 1990. Embargo ekonomi ini dapat dikatakan sebagai perang terbuka terhadap anak-anak Irak, sedikitnya ada beberapa catatan mengerikan hasil yang dicapai embargo ekonomi tersebut, antara lain: 1. Berdasarkan catatan UNICEF anak-anak dibawah usia 5 tahun meninggal dunia sebagai korban semakin meningkat tiap bulannya. Antara tahun 19901998 mencapai 1.5 juta anak korban. Jumlah ini semakin besar pada saat pendudukan (penjajahan) AS terhadap Irak. Sebagai saksinya adalah jawaban Menlu AS pada saat itu Madeline Albright atas pertanyaan wartawan Lesly Stoll pada program acara 60 menit pada tahun 1996, Apakah kematian 1.5 juta bocah Irak sebagai harga yang pantas mereka dapatkan?. Jawaban Albright, ya, itulah yang pantas didapatkan dari anak-anak Irak. (pembunuhan terhadap anak tak berdosa tersebut dianggap sah dan wajar saja). 2. Selain itu, anak-anak Irak juga terkena sasaran dan korban serangan udara bom AS dan sekutu (Inggris) terhadap kawasan padat penduduk baik pada serangan Teluk 1991 atau pada larangan terbang di Utara dan Selatan Irak. Sebagai contoh, serangan udara AS ke tempat pengungsian Amiriyah pada tgl. 13 Februari 1991 telah menewaskan anak-anak lebih dari 300 orang bersama keluarganya. 3. Anak-anak Irak menjadi korban polusi udara dan pencemaran lingkungan sebagai akibat dari penggunaan senjata uranium yang dilakukan oleh tentara AS selama perang Teluk 1991. Akibatnya, bertambahnya penderitaan anak-anak

terjangkit kanker jahat, leukimia, dan cacat fisik bayi di dalam kandungan di kotakota terkena polusi seperti Basrah, Nasiriyah, Samawah, sdsb. Penggunaan senjata uranium tersbut merupakan tindak kriminal yang dilakukan oleh tentara AS karena radiasinya masih tertinggal hingga ribuan tahun. (Kejahatan perang AS dan sekutu). 4. Laporan UNICEF pada Oktober 1999 menegaskan bahwa gizi buruk akibat embargo yang diterapkan terhadap Irak menyebabkan besarnya angka kematian anak-anak Irak sehingga mencapai yang tertinggi di dunia. 5. Menyebabkan menurunnya tingkat pendidikan anak di Irak akibat embargo. Irak yang sebelumnya telah mencapai tingkat pendidikan yang hampir sama dengan negara maju, paska embargo telah turun kepada negara terbelakang dalam masalah pendidikan.
c. KEJAHATAN MANUSIA D. PROSES PENGADILAN HAM

You might also like